Konsumsi Berkelanjutan: Gerakan Gaya Hidup Hijau

advertisement
Konsumsi Berkelanjutan:
Gerakan Gaya Hidup Hijau
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
“Menuju Ekonomi Hijau: Pembelajaran
pada Tahap Transisi”
Bappenas, 22 November 2011
Pokok Bahasan
• Gerakan konsumen, konsumen hijau, konsumsi
berkelanjutan
• Hak dan tanggung jawab konsumen
• Karakter konsumen
• Konsumsi berkelanjutan
– Survei konsumen
– Menggeser pertimbangan konsumsi
– Peran pemerintah
• Apa yang perlu dilakukan
• Catatan kritis ekonomi hijau
• Penutup
Gerakan Konsumen (Hijau)
• Reaksi masyarakat luas terhadap kelalaian birokrasi dan
ketidakpedulian perusahaan terhadap masyarakat
• Penyebab utama ketidakpuasan konsumen tidak ditangani
secara memuaskan  penyelesaian hanya bersifat sementara
• Indonesia: diawali dengan berdirinya YLKI pada tahun 1973
• Gerakan konsumen hijau muncul tahun 1980an
• Adanya kepedulian masyarakat konsumen terhadap dampak
pola konsumsinya bagi lingkungan
• Di Indonesia diawali dengan kasus Dukuh Tapak. Seruan
boikot untuk beberapa merek produk konsumsi yang
pabriknya mencemari lingkungan
• Beberapa kasus lain yang diangkat oleh lsm lingkungan:
Freeport, Inti Indo Rayon, Newmont, dll.
Konsumsi Berkelanjutan
• Mengkristal pada KTT Bumi di Rio 1992  Agenda 21:
perlunya perubahan pola konsumsi menjadi lebih
berkelanjutan
• “Penggunaan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
dasar dan menuju kualitas hidup yang lebih baik, dengan
meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan kimia
serta pembuangan sampah dan polutan sehingga tidak
membahayakan kebutuhan generasi mendatang”
• UN Guidelines for Consumer Protection (1985), diperluas pada
1999 dengan menambahkan Promotion of Sustainable
Consumption  pemenuhan kebutuhan generasi sekarang
dan mendatang akan barang dan jasa dengan cara yang
berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan
• World Summit for Sustainable Development  mempertegas
perlunya langkah konkrit terkait sustainable production and
consumption
Inisiatif Konsumsi Hijau
• Comparative testing oleh organisasi konsumen sudah
memasukkan green rating, terutama untuk produk elektronik
• Energy Efficiency Award  produk elektronik, otomotif,
gedung, dll
• CI’s Bad Company Award tahun 2009 dan 2010 terkait
Greenwashing
• Labeling  klaim GM free, non CFC, non lead, dll
• Membatasi penggunaan plastik  supermarket
• Menggunakan wadah kertas dari pada styrofoam  restoran
• Pendidikan konsumen yang lebih luas  konsumen beretika
– dampak pola konsumsi terhadap petani, buruh, neraca perdagangan,
pertimbangan aspek sosial dan lingkungan perusahaan
Hak Konsumen
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Hak untuk terpenuhinya kebutuhan dasar
Hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan,
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur
Hak untuk memilih
Hak untuk didengar/atas perwakilan
Hak untuk mendapatkan ganti rugi
Hak untuk mendapatkan pendidikan konsumen
Hak mendapat lingkungan yang sehat
Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan
upaya penyelesaian sengketa
Hak untuk diperlukan secara adil, tidak diskriminatif
Tanggung Jawab Konsumen
• Kesadaran kritis
– Mencari, memahami dan memanfaatkan informasi 
melakukan pengamanan diri tingkat awal
– Kritis terhadap informasi yang tersedia
• Berani bertindak
– Memperjuangkan apa yang menjadi haknya
• Tanggung jawab sosial
– Waspada terhadap akibat dari pola konsumsinya bagi
kelompok lain yang tidak berdaya
• Tanggung jawab lingkungan
– Memahami akibat pola konsumsinya terhadap lingkungan
• Solidaritas
– Berhimpun membangun kekuatan dan memperjuangkan
kepentingan yang lebih luas
Kelompok Konsumen
• Kelompok dengan keterbatasan ekonomi dan pengetahuan
– Tidak punya daya pilih, pertimbangan jangka pendek
– Faktor kesehatan, lingkungan, legalitas kurang menjadi
pertimbangan
• Kelompok menengah yang punya daya pilih dengan
pengetahuan terbatas
– Gaya hidup dipengaruhi lingkungan sosial  ikut tren
– Pola konsumsi cenderung boros
• Kelompok menengah yang punya pengetahuan dan daya beli,
tetapi daya pilih masih terbatas
– Sensitif harga: perbedaan harga masih memengaruhi pilihan
– Memiliki pengetahuan, sadar kesehatan dan lingkungan 
berusaha berkonsumsi efisien
• Kelompok menengah yang punya daya pilih dan pengetahuan
– Gaya hidup, lingkungan sosial, penting
– Sadar kesehatan dan lingkungan. Kesadaran sosial?
Konsumsi Berkelanjutan
• Pertumbuhan ekonomi melahirkan rumah tangga baru
dengan tingkat kesejahteraan lebih baik  perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi
• Berbagai inisitatif mendorong konsumsi berkelanjutan
berkembang belakangan ini  kampanye, pendidikan
konsumen, munculnya produk dengan berbagai klaim
• Kesadaran konsumen untuk berperilaku lebih ‘hijau’ atau
‘berkelanjutan’ mulai berkembang, tetapi penerapannya tidak
mudah. Beberapa kendala:
– Keterjangkauan  harga yang relatif lebih tinggi
– Ketersediaan produk dan jasa ‘hijau’  pilihan yang terbatas
– Informasi produk dan jasa  terbatas, klaim menyesatkan, masalah
kredibilitas
– Kebijakan dan peraturan  terbatas, tidak tersosialisasi dengan baik,
tidak efektif
Survei Konsumen
• Survei efisiensi energi (YLKI, 2002)
– 87,1% akan memilih produk hemat energi, meski harga lebih mahal
– 10,1% memilih produk yang lebih murah, walau tidak hemat energi
– Tetapi, klaim hemat energi menjadi pertimbangan ke empat setelah
garansi, harga, dan merek
• Survei Mintel (2009)
– 78% ingin membeli lebih banyak produk organik bila harga lebih
murah
– 54% akan membeli produk ‘hijau’ jika harga tidak terlalu tinggi
– 52% mengatakan harga produk pembersih ramah lingkungan sangat
mahal
– Tetapi, survei lain (Green Seal) menyebutkan 82% akan tetap membeli
produk dan jasa ‘hijau’ meski harga lebih mahal
• Survei catalyze communication (2011)
– Pertimbangan konsumsi: kualitas, harga, merek; ramah lingkungan
hanya 1%
– 49% tidak percaya klaim ‘hijau’ produk, 30% tergantung merek
– Bersedia beralih ke produk hijau dengan perbedaan harga sampai 10%
Pergeseran pertimbangan
• Kuantitas konsumsi
 • Kualitas konsumsi
– membeli dan membeli
– mengonsumsi lebih banyak
lebih baik
• Jangka pendek 
– masa pakai pendek,
penggunaan sekali pakai
– kenyamaan, kegunaan
sesaat
• Kepentingan individu 
– nilai ekonomi untuk diri
sendiri
– mengendalikan
– lebih sedikit dengan
manfaat lebih besar
• Jangka panjang
– masa pakai yg panjang,
dapat didaur ulang
– dampak jangka panjang
dalam kehidupan
• Kepentingan bersama
– nilai-nilai sosial, politik,
neraca perdagangan
Peran Pemerintah
• Melaksanakan sepenuhnya UN Guidelines for Consumer
Protection, khususnya Section G. Promotion of Sustainable
Consumption
• Memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat
• Bertindak sebagai ‘panutan’ dalam pilihan konsumsinya
– Kebijakan yang mendukung keberlanjutan
• Bertindak sebagai fasilitator
– Pemberian insentif dan disinsentif
• Menyediakan informasi yang diperlukan konsumen
• Memastikan akuntabilitas sektor bisnis
• Penyusunan kebijakan yang transparan dan partisipatif
Apa yang Diperlukan
• Mendorong perubahan perilaku konsumsi tidak
dapat berdiri sendiri
• Perlu didukung oleh:
–
–
–
–
Kebijakan pemerintah
Ketersediaan informasi produk
Ketersediaan dan akses pilihan produk
Keterjangkauan harga
• Terkait kebijakan:
– Kebijakan dan regulasi yang mendorong produksi produk
hijau atau ramah lingkungan
– Kebijakan dan regulasi pelabelan
– Standar dan kriteria untuk klaim-klaim spesifik seperti
hemat energi, organik, bebas bahan berbahaya, termasuk
logo dan penandaannya
Apa yang Diperlukan
• Terkait informasi produk
– Swa deklarasi  kredibilitas informasi?
– Sistem pengawasan  membangun kepercayaan konsumen
– Survei menunjukkan keraguan konsumen tentang kebenaran klaim
• Ketersediaan dan akses
– Pilihan masih terbatas
– Sangat tergantung pada ketersediaan, kredibilitas, dan keandalan
informasi
•
•
•
•
Keterjangkauan harga  sistem insentif dan disinsentif
Standar yang tersosalisasi dengan baik
Laboratorium penguji yang independen
Lembaga sertifikasi yang kredibel dan diakui secara
internasional
Catatan Kritis Ekonomi Hijau
• Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan memerlukan
perubahan ekonomi dan transformasi gaya hidup
• Ekonomi hijau harus ditempatkan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan  tidak semata sebagai isu
lingkungan, tetapi sepenuhnya mempertimbangkan
pembangunan dan dimensi keadilan
• Ekonomi hijau perlu mempertimbangkan perkembangan dan
pembangunan setiap negara  tidak dapat diberlakukan
ketentuan yang sama pada semua negara
• Ekonomi hijau tidak dapat dijadikan hambatan perdagangan
dan persyaratan baru perjanjian internasional
Penutup
• Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan diperlukan
komitmen pemerintah dan pelaku usaha dalam menjalankan
kebijakan yang mengarah pada keberlanjutan
• Di sisi lain konsumen perlu diberdayakan untuk mendukung
konsumsi berkelanjutan, dengan memahami hak dan
tanggung jawabnya
• Tindakan yang dilakukan individu konsumen tidak cukup
untuk untuk membuat perubahan sosial  perlu didukung
dengan kerangka kebijakan, regulasi, dan langkah-langkah
yang memastikan transisi ekonomi hijau memenuhi
kebutuhan masyarakat dan melindungi bumi
TERIMA KASIH
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
Jl. Pancoran Barat VII/1
Duren Tiga, Jakarta 12760
Tel. 021-7981858 7971378
[email protected]
Download