Uploaded by almaawidaa

Analisis Prinsip Sopan Santun Leech dalam Dialog Film Misteri “Enola Holmes” Karya Harry Bradbeer

advertisement
JPBSI 5 (1) (2016)
Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi
Analisis Prinsip Sopan Santun Leech dalam Dialog Film Misteri “Enola Holmes”
Karya Harry Bradbeer
Alma Wida Siwi dan Lutfi Syauki Faznur
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Tangerang Selatan, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
Bertutur merupakan kegiatan berinteraksi dalam menyampaikan maksud kepada mitra tutur, yang
menjadi kegiatan dalam rutinitas sehari-hari. Dalam bertutur, lawan bicara hendaknya memahami
maksud dan tujuan dari tuturan pembicara. Hal ini ditelaah dalam pragmatik yang menjadi cabang
ilmu linguistik, yang membahas mengenai makna dari suatu tuturan yang tergantung pada konteks
penggunaannya. Konteks yang dimaksud berbicara tentang konsep konteks yang mempunyai
sebuah keharusan dalam mendeskripsikan makna atau arti tuturan tersebut dalam aktivitas
bertutur. Leech memaparkan salah satu prinsip dalam kajian pragmatik yaitu prinsip sopan santun.
Penelitian ini membahas mengenai prinsip sopan santun yang ditemukan dalam dialog film Enola
Holmes yang diadaptasi dari novel karya Nancy Springer dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif yang mengacu kepada pendekatan pragmatik yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan
memberikan informasi mengenai prinsip sopan santun menurut Leech dalam dialog film Enola
Holmes yang disutradarai oleh Harry Bradbeer. Hasil yang ditemukan yaitu terdapat enam maksim
dalam prinsip sopan santun yang meliputi maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan
hati, serta maksim kesepakatan dan maksim simpati. Pada film misteri yang tayang pada tahun
2020 ini ditemukan 13 dialog tertentu yang masuk kedalam prinsip sopan santun menurut Leech
yang dijalankan oleh tokoh.
Sejarah Artikel:
Diterima ……
Disetujui ……
Dipublikasikan …..
________________
Kata kunci:
Pragmatik, Sopan
Santun, Dialog, Film,
Analisis
Keywords:
Pragmatics, Manners,
Dialogue, Movies,
Analysis
____________________
Abstract
_________________________________________________________________
Speaking is an activity of interacting in conveying meaning to the speech partner, which becomes
an activity in daily routine. In speaking, the interlocutor should understand the intent and purpose
of the speaker's speech. This is studied in pragmatics which is a branch of linguistics, which
discusses the meaning of a speech which depends on the context of its use. The context in question
is talking about the concept of context which has a necessity in describing the meaning or meaning
of the speech in speaking activities. Leech explained one of the principles in pragmatic studies,
namely the principle of courtesy. This research discusses the principles of courtesy found in the
dialogue of the film Enola Holmes which is adapted from Nancy Springer's novel by using a
qualitative descriptive method which refers to a pragmatic approach which aims to describe and
provide information about the principles of courtesy according to Leech in the Enola Holmes film
dialogue which directed by Harry Bradbeer. The results found that there are six maxims in the
principle of manners which include the maxim of wisdom, generosity, praise, humility, and the
maxim of agreement and the maxim of sympathy. In this mystery film that aired in 2020, 13
specific dialogues were found that fall into the principle of courtesy according to Leech which is
carried out by the characters.
© 2016 Universitas Negeri Semarang

E-mail: [email protected]
p-ISSN 2252-6722 e-ISSN 2503-3476
1
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
sendiri, bila tidak memahami tentang pragmatik
dalam hal bagaimana bahasa berkerja dalam
proses bertutur (Leech, 2011).
Demi terciptanya proses bertutur yang
baik dan sesuai konteks, perlu adanya kerja
sama. Bentuk kerja sama tersebut salah satunya
ialah bentuk kesantunan berbicara yang juga
menjadi aspek dalam pragmatik. Dalam aspek
pragmatik, bentuk kesantunan berbicara atau
bahasa tersebut masuk kedalam prinsip
kesopanan/sopan santun. Menurut Agustina
(2019: 163), cara kerja prinsip sopan santun
bekerja tidaklah sama dalam kultur-kultur dan
masyarakat bahasa yang berbeda melihat
kondisi sosial yang juga berbeda dan sebagainya.
Artinya konstruksi sopan santun ini terjadi
dengan
kasus
berbeda
di
lingkungan
masyarakat. Dalam hal ini, banyak kajian yang
telah dilakukan tentang analisis aktivitas
bertutur yang terikat pada data percakapan,
seperti penelitian ini.
Penelitian ini membahas tentang prinsip
sopan santun yang terdapat dalam film misteri
berjudul Enola Holmes yang diadaptasi dari novel
karya Harry Bradbeer. Film ini menceritakan
tentang petualangan Enola sebagai gadis pintar
dan pemberontak, adik dari Sherlock Holmes
dan Mycroft Holmes, dalam mencari sang Ibu
yang sekaligus memecahkan kasus yang terjadi
pada pemuda seumurannya bernama Vincent
Tewksbury mengenai konspirasi dunia politik.
Film yang panen apresiasi dan rating bagus ini
tayang pada tahun 2020 dengan percakapan
yang mengandung prinsip sopan santun.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan dan menemukan bentuk
prinsip-prinsip sopan santun yang dimuat dari
percakapan dalam film Enola Holmes. Penelitian
ini mengacu pada teori prinsip sopan santun
oleh Leech. Penelitian dalam film misteri ini
dapat menjadi bekal ilmu bagi dunia film
maupun masyarakat, untuk menanamkan
prinsip sopan santun dalam perjalanan cerita
yang diciptakan atau dalam kehidupan seharihari. Hal ini sebagai upaya mengurangi
kemungkinan adanya komentar-komentar dan
kritikan yang tidak sopan di masyarakat.
PENDAHULUAN
Bahasa sebagai salah satu wujud penting
dalam urusan hidup manusia, karena digunakan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
manusia lainnya (Hari, 2019: 228). Bahasa
inilah yang menjadi media penyampaian pesan
dari penutur kepada petutur (yang menjadi
lawan tutur). Menurut Sitepu (2017: 68), sebagai
sebuah metode, bahasa terbentuk oleh beberapa
komponen dengan aturan tetap mengacu pada
aturan tertentu yang berperan di masyarakat.
Oleh karena itu, dalam menggunakan bahasa
terdapat prinsip tertentu sebagai bentuk
keberhasilan penyampaian suatu makna atau
pesan dalam berkomunikasi. Untuk mencapai
keberhasilan
tersebut,
diperlukan
bekal
pengetahuan dalam berkomunikasi atau dapat
disebut sebagai bertutur (Putri, 2013: 196).
Bertutur merupakan kegiatan berinteraksi
dalam menyampaikan maksud kepada mitra
tutur, yang biasanya dilakukan dalam aktivitas
sehari-hari. Dalam bertutur, lawan bicara
hendaknya memahami maksud dan tujuan dari
tuturan pembicara. Hal ini ditelaah dalam
pragmatik yang menjadi cabang ilmu linguistik,
yang membahas mengenai makna dari suatu
tuturan yang tergantung pada konteks
penggunaannya. Konteks yang dimaksud
berbicara tentang konsep konteks yang
mempunyai
sebuah
keharusan
dalam
mendeskripsikan makna atau arti tuturan
tersebut dalam aktivitas bertutur.
Berbicara mengenai bertutur, dibutuhkan
pemahaman tentang makna dari tuturan
tersebut. Dalam hal ini berkaitan dengan studi
pragmatik yang merupakan
studi tentang
maksud dari ujaran di dalam keadaan tertentu
(Leech, 2011). Menurut KBBI versi online,
pragmatik ialah berbicara tentang kaidah atau
prinsip yang menjadi faktor sampai atau
tidaknya bahasa yang diujarkan dalam
berkomunikasi.
Artinya dalam aktivitas
bertutur, pemakaian bahasa juga menjadi aspek
yang perlu digali untuk digunakan, sehingga
mengurangi adanya salah paham dalam proses
bertutur akibat pesan yang disampaikan tidak
berhasil dipahami oleh mitra tutur. Kita tidak
mudah menangkap maksud dari sifat bahasa itu
2
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
atau suruhan. Ketiga, bentuk ujaran ekspresif
dengan maksud ujaran untuk mengungkapkan
perasaan penutur. Contohnya dalam ujaran
yang mengungkapkan rasa syukur, ucapan
selamat, permintaan maaf, memberi pujian, dan
lain-lain. Terakhir yaitu bentuk ujaran asertif
ialah ujaran yang beroperasi untuk memberikan
statement.
Misalnya,
ketika
seseorang
mengusulkan pendapatnya, memberi komentar,
saran, dan lain-lain.
Prinsip sopan santun menurut Leech ini
cenderung berpasangan. Pada maksim kearifan
dan maksim kedermawanan, dengan maksim
pujian dan maksim kerendahan hati mencakup
ukuran mengenai untung-rugi dan ukuran
mengenai pujian-cercaan. Sedangkan pada
maksim kesepakatan dam maksim simpati
meliputi
perimbangan
kesepakatan
dan
perimbangan simpati yang hanya satu kutub
saja. Walaupun saling berkaitan, namun setiap
maksim memiliki perbedaan jelas yang mana
setiap maksim memandang rasio pengukuran
yang berbeda dengan rasio pengukuran maksim
lainnya (Leech, 2011: 207). Dalam dialog yang
terjadi di film Enola Holmes, ditemukan unsur
prinsip sopan santun menurut Leech dan
diuraikan sebagai berikut.
METODE
Pendekatan teoritis dan metodologis
menjadi metode dalam penelitian ini.
Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai pendekatan teoretis
sedangkan sebagai pendekatan metodologis
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode yang membutuhkan data dengan bentuk
informasi dengan penyajian deskriptif (Subandi,
2011: 173).
Penelitian ini dilakukan dengan teknik
simak yang mencakup teknik dasar dan teknik
lanjutan. Dalam teknik dasar, peneliti
mendengarkan
dengan
seksama
tentang
penggunaan bahasa dalam film ini. Sedangkan
dalam teknik lanjutan yaitu peneliti merekam
atau mencatat hal yang menjadi prinsip-prinsip
sopan santun dalam film Enola Holmes.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prinsip sopan santun adalah kumpulan
maksim menurut Leech sebagai cara untuk
menggambarkan tentang bagaimana sopan
santun dikelola dalam aktivitas bertutur. Ada
enam maksim yang diklasifikasin oleh Leech,
diantaranya yaitu: maksim kearifan, maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim
kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan
maksim simpati. Seluruh maksim tersebut
dipatuhi sampai dengan batas tertentu (tidak
sebagai kaidah absolut). Menurut Wijaya
(dalam Wijana, 1996:20), prinsip sopan santun
ini mengacu pada dua pelaku percakapan, yaitu
diri sendiri sebagai penutur dan orang lain
sebagai mitra tutur (petutur).
Untuk mengekspresikan maksim-maksim
prinsip sopan santun, terdapat empat bentuk
ujaran dalam perananannya. Pertama, bentuk
ujaran komisif yang mana dalam bentuk ini
mengungkapkan tujuan penutur yang diikuti
dengan tindakan setelahnya, seperti menyatakan
janji atau menawarkan sesuatu. Kedua, bentuk
ujaran impositif adalah ujaran yang mana
menyebabkan petutur melakukan tindakan yang
biasanya digunakan untuk menyatakan perintah
1. Maksim Kearifan
Konsep dari maksim kebijaksanaan dalam
prinsip kesopanan adalah penutur hendaknya
memaksimalkan dalam memberikan ruang
keuntungan lebih besar kepada pihak lain dan
mengurangi ruang keuntungan bagi diri sendiri.
Maksim ini dijalankan secara komisif dan
impositif.
Durasi (1:09:03)
Konteks: Enola membayar seragam tukang
kebun di rumah Tewksbury untuk menyamar
dan menjelajahi serta mnenyelidiki halaman
sekitar rumah.
Dowager : “The gardener should be fired for giving
you the uniform” (Tukang kebun itu
harus dipecat karena memberimu
seragamnya).
Enola
: “No, it was me who forced him”
(Tidak, itu aku yang memaksanya).
3
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
komisif dan impositif. Berbeda dengan maksim
kebijaksanaan yang tertuju pada pihak lain,
maksim ini menjadikan diri sendiri sebagai
fokus maksim.
Terlihat jelas bahwa Enola menjalankan
maksim kearifan atau bijaksana, untuk
mengakui perbuatannya. Tuturan tersebut
disampaikan dengan maksud agar tukang kebun
itu tidak dipecat karna itu merupakan paksaan
dari
Enola.
Dalam
hal
ini,
Enola
memaksimalkan keuntungan bagi tukang kebun
yang merugikan dirinya mengakui bahwa itu
salahnya.
Durasi (1:50:40)
Konteks: Mycroft dan Sherlock sedang
berbicang di salah satu tempat yang dijanjikan
untuk bertemu dengan Enola. Dalam hal ini,
pemecahan kasus sudah selesai, Mycroft sempat
kecewa karena didahului oleh adiknya yang
menyelesaikan hal tersebut.
Durasi (1:10:41)
Konteks: Enola dan Tewksbury hampir
tertangkap oleh orang suruhan Mycroft untuk
menangkap keduanya, dan mereka sedang
menahan pintu kamar penginapan agar sang
orang suruhan tak masuk.
Mycroft
Sherlock
: “I have to hold this door!” (Aku harus
menahan pintu ini!)
Tewksbury : “You also have to run” (Kau juga
harus lari)
Enola
: “If you get caught, your life is in
danger. If I get caught, I will just live
under lockdown. Now go away!” (Jika
kau tertangkap, nyawamu terancam.
Jika aku tertangkap, aku hanya akan
hidup terkekang. Sekarang pergilah!)
Enola
: “Want to drink at the club to cheer me
up?” (Mau minum di kelab untuk
menghiburku?)
: “Yes, I'll buy you a drink, Mycroft”
(Ya, kau akan kubelikan minuman,
Mycroft)
Dialog tersebut dilakukan oleh kedua
tokoh yaitu Mycroft dan Sherlock, yang mana
Sherlock memaksimalkan kerugiannya dan
meminimalkan keuntungan bagi Mycroft.
Tuturan tersebut terlihat Sherlock yang
merugikan diri sendiri untuk membayar
minuman milik Mycroft.
3. Maksim Pujian
Konsep dari maksim pujian dalam prinsip
kesopanan
adalah
penutur
hendaknya
mengurangi kekecaman pada orang lain,
berusaha keras menghindari segala sesuatu yang
dapat menyakitkan orang lain, dengan cara
memberi
pujian
atau
kata-kata
yang
menyenangkan (Lestari, 2016: 155). Dengan
maksim pujian diharapkan agar dalam aktivitas
bertutur tidak ada kata-kata yang mengejek,
mengumpat, atau saling menjatuhkan pihak
lain. Maksim ini dijalankan dengan ujaran
asertif dan ekspresif.
Keuntungan yang diberikan oleh Enola
sebagai penutur kepada Tewksbury sebagai
petutur, terlihat jelas pads kutipan dialog di atas.
Tuturan tersebut terlihat dimana penutur
membuat kerugian atas dirinya yang rela untuk
ditangkap, dan memberikan kesempatan petutur
untuk kabur dari sana yang merupakan sebuah
keuntungan baginya. Dalam hal ini, bentuk
ujaran pada dialog tersebut menjalankan bentuk
impositif.
2. Maksim Kedermawanan
Konsep dari maksim kedermawanan
dalam prinsip kesopanan adalah penutur
hendaknya memaksimalkan dalam memberikan
ruang keuntungan lebih besar kepada pihak lain
dengan cara membagi kerugian dari pihak lain
ke dirinya sendiri. Sama halnya dengan maksim
kebijaksanaan, maksim ini dijalankan secara
Durasi (29:35)
Konteks: Lane sebagai pengasuh Enola
mengungkapkan
perasaan
hatinya
pada
Sherlock, setelah mengetahui Enola yang
diasuhkan sejak kecil, kabur dari rumah.
4
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
Lane
: “Enola special. She's really good. She even
left money on my table” (Enola istimewa.
Dia sungguh baik. Dia bahkan
meninggalkan uang di meja saya).
Konsep dari maksim kerendahan hati
dalam prinsip kesopanan adalah penutur
hendaknya memaksimalkan dalam memberikan
pujian kepada pihak lain dengan cara
mengurangi pujian untuk diri sendiri atau
menambah kekecaman. Sama halnya dengan
maksim pujian, maksim ini dijalankan secara
asertif dan ekspresif. Maksim ini memperhatikan
derajat penilaian baik atau buruk dari orang lain
atau diri sendiri yang diucapkan oleh penutur.
Penutur memberikan pujian terhadap
Enola yang dirasa sangat istimewa baginya.
Pujian itu menyatakan bahwa Enola merupakan
gadis yang sangat baik padanya, bahkan saat
kabur pun masih memikirkannya dengan
meninggalkan uang untuknya.
Durasi (04:20)
Konteks: Enola sedang mengenalkan dirinya
dengan
menyisipkan
keunggulan
dan
kelemahannya.
Durasi (1:24:04)
Konteks: Enola tertangkap oleh orang suruhan
Mycroft dan kembali di sekolah keputrian yang
dibendinya.
Kemudian
Sherlock
datang
mengunjunginya.
Sherlock
Enola
Enola
: “You become a great detective, Enola”
(Kau menjadi detektif hebat, Enola).
: ….(tersenyum)
Terlihat dialog tersebut dijalankan
dengan bentuk ujaran asertif, dimana Sherlock
menyatakan pendapatnya berupa pujian bagi
Enola karena telah menjadi detektif yang hebat.
Sherlock
sebagai
penutur
mengurangi
kekecaman terhadap orang lain dengan memuji
Enola.
Dalam hal ini, Enola menjalankan
maksim kerendahan hati dengan mengurangi
pujian
untuk
dirinya
sendiri,
dengan
memberikan kekecaman pada dirinya sendiri. Ia
menegaskan bahwa ia sangat payah dalam hal
bersepeda.
Durasi (1:54:34)
Konteks: Eudoria merupakan Ibu dari Enola
menyatakan perasaan bangganya pada Enola
dengan memberikan pujian yang mana hal itu
menjadi perpisahannya dengan sang anak.
Durasi (20:06)
Konteks: Enola sedang mencari petunjuk untuk
mencari Ibunya yang hilang secara misterius.
Namun ditemukan beberapa uang.
Enola
Eudoria
: “The third thing you need to know,
maybe you guys guessed it, cycling is not
my advantage” (Hal ketiga yang perlu
kau tahu mungkin kalian sudah
menebaknya,
bersepeda
bukan
keunggulanku).
: “You've become a great woman” (Kau
telah menjadi wanita hebat).
: “Money. She must leave a message“
(Uang. Dia pasti meninggalkan pesan).
Dalam hal ini, Enola menjalankan
maksim kerendahan hati yang mana ia
mengharapkan pesan lainnya daripada besarnya
uang yang diberikan pada Ibunya. Maksim ini
dijalankan secara asertif.
Eudoria sebagai penutur memberikan
pujian pada sang anak Enola, menyatakan
bahwa ia telah menjadi wanita yang hebat
baginya setelah ditinggalkan dengan jangka
waktu yang tidak sebentar. Hal ini dijalankan
secara ekspresif, bentuk memuji anaknya.
Durasi (1:46:48)
Konteks: Tewksbury menegaskan pada Enola
yang tak mau tinggal dengannya, sebagai bentuk
menghargai karena telah membantu dalam
4. Maksim Kerendahan Hati
5
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
kasusnya yang berhasil dipecahkan. Namun,
Enola menolaknya dengan halus, merasa
berlebihan dan ia termasuk anak yang mandiri,
lebih menyukai hidup sendiri.
Enola
: “Yes” (Baik).
Dialog tersebut memperlihatkan bukti
maksim kesepakatan yang dijalankan oleh
Tewksbury dan Enola. Dimana Tewksbury
memberikan penawaran, jika Enola dapat
membuat api, ia akan membuatkan makanan
dari jamur yang ditemukannya dijalan. Hal itu
disepakati oleh Enola yang mana ia
menghindari ketidaksepakatan terhadap orang
lain.
Tewksbury : “My mom says there's always room for
you to be with us” (Ibuku bilang
selalu ada ruang untukmu bersama
kami)
Enola
: “Your mother was obviously not yet
know me” (Ibumu jelas belum
mengenalku)
Durasi (34:07)
Konteks: Tewksbury dan Enola sedang saling
memberitahu kemana selanjutnya mereka akan
pergi. Lalu Tewksbury sempat menawarkan
Enola untuk ikut dengannya, namun akhirnya ia
sepakat untuk bepisah.
Pada dialog tersebut, Enola menjalankan
maksim kerendahan hati dengan tuturan “Your
mother was obviously not yet know me”. Tuturan
tersebut disampaikan dengan maksud bahwa,
Ibu Tewksbury dengan mudah memberikan
ruang baginya untuk berkumpul dengan
keluarga kerajaan itu, padahal Ibu Tewksbury
belum benar-benar mengenal Enola. Konteks
mengenal disini ialah Enola mengecam dirinya
sendiri sebagai gadis yang tidak sebaik yang
dianggap oleh Ibu Tewksbury. Maka ia berusaha
untuk meuji dirinya sendiri sedikit mungkin.
: “We're going to London, and then
parted. Understand?” (Kita akan ke
London, lalu berpisah. Mengerti?)
Tewksbury : “Understood” (Dimengerti)
Enola
Maksim kesepakatan terlihat jelas pada
dialog tersebut. Dimana Enola memberikan
penawaran bahwa mereka akan pergi bersama
hanya sampai London, setelahnya mereka akan
pergi ke tujuannya masing-masing. Dalam hal
ini, Tewksbury mengurangi ketidaksepakatan
antara dirinya dengan orang lain.
5. Maksim Kesepakatan
Konsep dari maksim kesepakatan dalam
prinsip kesopanan adalah penutur hendaknya
memaksimalkan kesepakatan antara diri sendiri
dan pihak lain serta mengurangi ketidaksetujuan
antara diri sendiri dan pihak lain. Di dalam
maksim ini, penutur dituntut untuk dapat saling
membangun keserasian atau keselarasan dalam
kegiatan bertutur. Terutama berlaku ketika
situasi penutur dan lawan tutur memiliki
kesenjangan dalam hal umur, jabatan, dan status
sosial. Maksim ini dijalankan secara asertif.
Durasi (1:10:45)
Konteks: Dowager menyampaikan permintaan
dengan Enola untuk menyampaikan pesan pada
cucunya, dan Enola menyepakatinya.
Dowager
Durasi (31:33)
Konteks: Enola merasa lapar setelah berjalan
cukup jauh dari rel kereta dengan tragedi
nekatnya ia dan Tewksbury melompat dari
kereta tersebut.
Enola
: “If you met my grandson before me, can
you tell me I really care for him?” (Jika
kau bertemu cucuku sebelum aku,
bisakah kau sampaikan aku sangat
peduli padanya?)
: “Sure” (Baik).
Dialog di atas menunjukkan penuturan
Enola sebagai bentuk sepakat dengan tuturan
Dowager,
yang
memintanya
untuk
menyampaikan pesannya kepada cucunya, jika
Tewksbury : “If you can make fire, I can make food”
(Jika kau bisa membuat api, aku bisa
buatkan makanan).
6
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
mereka bertemu lebih dulu. Dalam hal ini Enola
mengusahakan kesepakatan antara diri sendiri
dengan orang lain.
Dialog
tersebut
memperlihatkan
penuturan Sherlock yang menyatakan ia
mengunjungi sang adik karena ia peduli
padanya. Ia ikut menempatkan perasaannya
sebagai seorang kakak dengan perasaan Enola
yang merasa hidupnya terkekang di sekolah
keputrian tersebut. Oleh karena itu, ia
mengunjungi Enola sebagai bentuk rasa
simpatinya.
6. Maksim Simpati
Konsep dari maksim simpati dalam
prinsip kesopanan adalah penutur hendaknya
meningkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya
antara diri sendiri dan orang lain dengan
mengurangi rasa antipati antara diri sendiri dan
orang lain. Maksim ini dijalankan secara asertif.
SIMPULAN
Durasi (32:31)
Konteks: Enola dan Tewksbury saling mengenal
satu sama lain, yang mana mengungkapkan
fakta bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
Enola
: Aku tak sempat mengenal ayahku
Tewksbury : Ayahku juga sudah wafat
Enola
: Maaf
Tewksbury : Maaf
Selain memperhatikan aspek kerja sama,
untuk mengupayakan terciptanya proses
bertutur yang baik perlu memperhatikan
kesantunan berbahasa dalam prinsip sopan
santun. Prinsip sopan santun merupakan salah
satu prinsip bertutur dalam kajian pragmatik,
yang dipaparkan oleh Leech. Berangkat dari hal
tersebut, terdapat enam maksim yang
diantaranya
maksim
kearifan,
maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim
kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan
maksim simpati.
Dalam film misteri “Enola Holmes” yang
tayang pada tahun 2020, memuat prinsip sopan
santun (menurut Leech). Ditemukan maksim
kearifan dan maksim simpati dengan jumlah 2
dialog, maksim pujian, kerendahan hati, dan
kesepakatan
3
dialog,
dan
maksim
kedermawanan dengan 1 dialog. Sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dipaparkan, uraian
mengenai prinsip sopan santun dalam film Enola
Holmes sebagai bentuk informasi dengan
penyajian deskripsi, bagi penonton maupun
pembaca, serta diharapkan hal ini dapat
memberi sumbangan ilmu tentang prinsip sopan
santun dalam pragmatic untuk dapat diterapkan
bukan hanya dari film, namun juga dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam dialog tersebut, terlihat jelas rasa
simpati dari penuturan maaf dengan maksud
menyesal telah mendengar dan membicarkan
hal tersebut yang mana dapat membuka luka
lama. Hal ini kedua tokoh mengurangi rasa
antipatinya dan meningkatkan rasa simpati yang
dijalan secara asertif.
Durasi (1:24:43)
Konteks: Enola merasa marah dengan Sherlock
yang hanya menganggap dirinya sebagai bahan
kasus untuk dipecahkan. Namun, semua itu
tidak benar, yang mana Sherlock benar-benar
peduli dengan adiknya itu.
: “I'm just a case for you. Curiosity. That's
why you're here, to test my brain?” (Aku
hanya kasus bagimu. Keingintahuan.
Itu alasanmu kemari, untuk menguji
otakku?)
Sherlock : “No” (Tidak)
Enola
: “Or you feel guilty” (Atau kau merasa
bersalah)
Sherlock : “I'm here because I care for you”
(Aku di sini karena peduli padamu)
Enola
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Nurul dan Rahayu Pristiwati. (2019).
Pelanggaran Prinsip Kesantunan Dalam Film
Yowis Ben Karya Bayu Skak. Jurnal Profesi
Keguruan, 5(2)
Hari K, Cahyarati dan Pujiyati Suyata. (2019).
Penggunaan Prinsip Kesopanan Dialog Tokoh
7
Alma Wida Siwi / Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5 (1) (2016)
pada Film Kartini dan Kaitannya dengan
Pembelajaran Drama di SMA. Basastra, 8(3)
Leech, Geoffrey. (2011). Prinsip-Prinsip Pragmatik.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Lestari, Titi Puji dan Bambang Indiatmoko. (2016).
Pelanggaran
Prinsip
Percakapan
dan
Parameter Pragmatik dalam Wacana Stand
Up Comedy Dodit Mulyanto. Seloka: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(2)
Putri, Heppy Kurnia. (2013). Analisis Prinsip Sopan
Santun dalam Wacana Persuasi pada
Komunikasi Pegawai Front Office Perhotelan
di Surabaya. Skriptorium, 2(1)
Sitepu, Tepu dan Rita. (2017). Bahasa Indonesia
Sebagai
Media
Primerkomunikasi
Pembelajaran. Bahastra: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1)
Subandi. (2011). Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu
Metode dalam Penelitian Pertunjukkan.
Harmonia, 11(2)
Wijaya, Herman. (2019). Prinsip Kesopanan dalam
Tindak Tutur Transaksi Jual Beli di Pasar
Mingguan
Desa
Tebaban
Kecamatan
Suralaga: Kajian Pragmatik. Mabasan, 13(1)
8
Download