MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Individual Psychology Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 9 Kode MK Disusun Oleh MK61014 Yoanita Eliseba, M. Psi Abstract Kompetensi Pembahasan teori Alfred Adler mengenai ciri-ciri khusus, proses & dinamika kepribadian berdasarkan pandangan Individual Psychology. Pemahaman konsep dasar dan utama dari Individual Psychology dan hal-hal penting yang terkait. Kasus: Theodore Roosevelt Lahir dari Martha dan Theodore Senior di Manhattan pada 27 Oktober 1858. Setelah kelahirannya, ia mengidap penyakit asma akut dan cenderung mudah terserang demam, batuk, dan flu, serta terserang nausea dan diare. Teedie begitu kurus dan kecil, suaranya sangat lemah. Dia mengalami malnutrisi dan sering dipaksa untuk tidur dengan posisi duduk di kursi karena penyakit asmanya. Beberapa kali ia nyaris sekarat karena kekurangan oksigen. Akan tetapi, Teedie adalah seorang anak yang aktif dan memiliki kepribadian yang menarik. Ia penuh rasa ingin tahu akan alam dan sering bermain dengan binatang. Ia terkungkung berulang-ulang saat asmanya menyerang, yang saat-saat tersebut membuatnya berkutat dengan buku-buku. Ia mengalami sakit-sakitan tetapi ia memiliki hasrat untuk hidup! Setelah bepergian ke Eropa bersama keluarganya, kondisi kesehatannya memburuk. Ia bertumbuh tinggi namun sangat kurus. Akhirnya, dengan dorongan dari dokter keluarga, Roosevelt Senior mendorong anaknya untuk meningkatkan berat badannya. Teedie pun menjadi lebih sehat dan untuk pertama kalinya ia dapat menjalani sebulan tanpa serangan asma. Saat ia berusia tiga belas tahun, ia mengalami gangguan penglihatan parah. Dalam tahun yang sama, ia dikirim kembali ke negaranya setelah serangan asma parah. Di perjalanan, ia diserang beberapa anak laki-laki seusianya. Ia tidak mampu membela dirinya apalagi melawan. Ia kemudian memberitahu ayahnya keinginannya untuk belajar bertinju. Saat masuk ke Harvard, ia tidak hanya sehat tetapi juga banyak menjuarai perlombaan atletik. Akhirnya, Teedie Roosevelt menjadi seorang wakil rakyat yang sukses di New York, asisten sekretaris angkatan laut, gubernur New York dan penulis buku-buku terlaris pada usia empat puluh. Setelah kematian presiden William McKinley pada tahun 1901, Theodore Roosevelt menjadi presiden Amerika Serikat yang termuda. Bagaimana seorang yang sangat penyakitan dapat menjadi begitu sehat, bersemangat dan berhasil? Mengapa beberapa anak, sakit atau tidak, berkembang, sementara beberapa anak yang lain lenyap? Apakah hasrat yang dimiliki Roosevelt khusus dimiliki olehnya, atau apakah ada sesuatu yang terdapat dalam setiap kita? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang menarik perhatian seorang dokter muda dari 2014 2 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wina bernama Alfred Adler, dan mengarahkannya mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Individual Psychology. ALFRED ADLER Adler memulai karirnya di bidang medis sebagai ahli mata, namun selanjutnya ia berpraktek sebagai dokter umum pada kelompok kelas bawah di Wina. Pasiennya termasuk para pemain sirkus, dan ketidaklaziman kekuatan dan kelemahan dari pemain sirkus tersebut mengarahkan Adler pada gagasan akan organ inferiorities dan compensation. Kemudian ia beralih ke psikiatri dan pada tahun 1907 bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Setelah menulis karyanya mengenai organic inferiority yang cukup sesuai dengan pandangan Freud, ia kemudian menulis karya tentang aggression instinct, dimana Freud tidak setuju, dan kemudian karya tentang rasa inferioritas anakanak, yang menyebutkan gagasan seksual Freud lebih merupakan metaphor daripada hurufiah. Selama perang dunia I, Adler menjadi dokter pada tentara Austria. Pada awalnya ia melihat kerusakan yang diakibatkan oleh perang, dan pikirannya ini mengarahkan pada konsep minat sosial (social interest). Adler kemudian membentuk kelompoknya sendiri yang dinamakan Psikologi Individual. TEORI Alfred Adler merumuskan suatu ‘hasrat’ atau kekuatan motivasi dibelakang semua perilaku dan pengalaman kita. Saat teorinya sudah berkembang menjadi lebih matang, ia menyebut kekuatan motivasi sebagai striving for perfection. Merupakan hasrat yang kita miliki untuk memenuhi potensi-potensi kita, untuk mendekati ideal kita. Yang sangat serupa pada gagasan popular mengenai aktualisasi diri. Sebelumnya ia mengemukakan tentang aggression drive (dorongan agresi), mengacu pada reaksi yang kita alami saat dorongan lain, seperti kebutuhan untuk 2014 3 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id makan, seksual, menyelesaikan sesuatu atau kebutuhan untuk dicintai, tidak terpenuhi dan terjadi frustrasi. Salah satu gagasan awal Adler adalah masculine protest. Ia menekankan sesuatu yang cukup tampak pada budayanya (dan sangat mungkin juga terjadi di budaya kita), dimana anak laki-laki memiliki self esteem yang lebih tinggi daripada anak perempuan. Anak laki-laki, seringkali sangat dituntut untuk menjadi kuat, agresif, terkendali (maskulin) dan tidak pasif, tergantung pada orang lain (feminine). Intinya, bahwa laki-laki bagaimanapun pada dasarnya lebih baik daripada perempuan. Laki-laki, memiliki kekuatan, pendidikan, dan bakat serta motivasi yang diperlukan untuk melakukan ‘hal besar’, dan perempuan tidak. Tetapi Adler tidak melihat asertivitas dan kesukseskan laki-laki berdasarkan superioritas bawaan. Ia melihatnya sebagai gambaran dari fakta bahwa anak laki-laki didorong untuk menjadi asertif dalam hidupnya, sedangkan anak perempuan dilarang. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan memulai kehidupan dengan kapasitas untuk ‘protes!’ Gagasan yang terakhir yang dikemukakannya sebelum gagasan striving for perfection adalah striving for superiority. Meskipun striving for superiority mengacu pada hasrat untuk melakukan yang lebih baik, gagasan itu juga mengandung ide bahwa kita ingin menjadi lebih baik daripada orang lain, daripada lebih baik dalam hak kita sendiri. Adler kemudian cenderung menggunakan striving for superiority lebih pada perjuangan yang tidak sehat atau neurotik. KONSEP PENTING TEORI ADLER Gaya hidup (Life style) Adler dipengaruhi oleh tulisan Jan Smuts, filsuf dari Afrika Selatan. Smuts merasa bahwa untuk memahami manusia, kita perlu memahami mereka sebagai kesatuan yang menyeluruh daripada sebagai kumpulan kepingan-kepingan, dan kita perlu memahami mereka dalam konteks lingkungan mereka, baik fisik dan sosial. Pendekatan ini disebut holisme, dan Adler sangat menyetujui pandangan itu. Pertama untuk merefleksikan gagasan bahwa kita perlu melihat orang sebagai keseluruhan daripada sebagai bagian-bagian, ia memutuskan untuk menyebut pendekatannya sebagai individual psychology. Kata terpisahkan’. 2014 4 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id individual berarti ‘tidak Kedua, daripada membicarakan tentang kepribadian seseorang, dengan sifat-sifat internal, struktur, dinamik, konflik, dll. Adler memilih untuk berbicara tentang style of life (lifestyle atau gaya hidup). Gaya hidup mengacu pada bagaimana seseorang menjalani hidupnya, bagaimana seseorang mengatasi masalah dan hubungan interpersonalnya. bahwa setiap orang memiliki pola hidup dan tidak semata-mata reaksi mekanis terhadap lingkungan. Empat tipe dari gaya hidup: Yang pertama adalah ruling type. Mereka adalah orang-orang yang sejak kecil memiliki ciri kecenderungan menjadi agresif dan dominan terhadap orang lain. Energi mereka sangat besar sehingga mereka cenderung menyingkirkan apapun atau siapapun yang merintangi mereka. Mereka yang bertipe ini dan paling penuh energi adalah orangorang yang sadistis; sedangkan mereka yang sedikit kurang berenergi adalah yang menyakiti orang lain dengan menyakiti diri mereka sendiri, dan termasuk juga alkoholik, pecandu obat terlarang, dan yang mencoba bunuh diri. Tipe yang kedua adalah leaning type. Mereka adalah orang-orang yang sensitif yang membuat pertahanan di sekeliling mereka untuk melindungi mereka, namun mereka harus bergantung pada orang lain untuk menolong mereka menghadapi kesulitan hidup. Mereka memiliki tingkat energi yang rendah dan menjadi tergantung pada orang lain. Mereka yang sangat dikuasai oleh tipe ini dapat mengembangkan gejala neurotis seperti fobia, obsesif kompulsif, kecemasan, hysteria, amnesia, dll. Jenis ketiga adalah avoiding type. Mereka memiliki tingkat energi yang paling rendah dan hanya bertahan dengan menghindari hidup, terutama orang lain. Ketika mereka didorong sampai pada batas akhir mereka cenderung menjadi psikotik, menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri. Ada jenis keempat juga yang disebut socially useful type. Mereka yang ada pada jenis ini adalah orang yang sehat, orang yang memiliki minat sosial dan energi. Perhatikan bahwa tanpa energi, seseorang tidak dapat benar-benar memiliki minat social, karena ia tidak akan dapat melakukan sesuatu apapun bagi orang lain. 2014 5 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teleology Bahwa gaya hidup ‘bukan semata-mata reaksi mekanis’ adalah hal kedua dimana Adler berbeda dengan Freud. Bagi Freud, hal-hal yang terjadi di masa lalu, seperti trauma masa awal kanak-kanak, menentukan bagaimana orang tersebut di masa sekarang. Adler melihat motivasi sebagai pergerakan menuju masa depan, daripada sekedar terdorong secara mekanis oleh masa lalu. Kita ditarik ke arah tujuan kita, ideal kita. Inilah yang disebut teleology. Teleologi mengakui bahwa hidup itu keras dan tidak menentu, namun hidup selalu memiliki ruang untuk perubahan! Kekuatan untuk berkehendak atau keyakinan bahwa para individu tidak hanya diarahkan oleh kekuatan mekanis namun mereka juga bergerak menuju tujuan tertentu dari realisasi diri. Perilaku dimengerti sebagai pergerakan yang terarah pada tujuan, meskipun seseorang mungkin tidak sepenuhnya menyadari motivasinya. Pengaruh utama lain terhadap pemikiran Adler adalah filsuf Hans Vaihinger. Hans mengemukakan bahwa orang hidup dengan banyak fiksi ideal yang tidak berkaitan dengan realitas dan dengan demikian tidak dapat diuji dan dikonfirmasi. Adler mengambil gagasan ini dan menyimpulkan bahwa orang termotivasi lebih oleh harapan mereka akan masa depan daripada masa lalu mereka. Hans percaya bahwa kebenaran akhir selalu melampaui kita, tetapi untuk tujuan praktis, kita perlu menciptakan kebenaran parsial. Kebenaran parsial tersebut dinamakannya sebagai fictions. Vaihinger dan Adler menekankan bahwa kita menggunakan fictions ini dalam kehidupan sehari-hari juga. Kita berperilaku seolah-olah kita tahu dunia akan ada di sini besok, seolah-olah kita yakin apa yang baik dan jahat, seolah-olah segala sesuatu adalah seperti yang kita lihat, dan seterusnya. Adler menyebut ini fictional finalism. Kita dapat memahami lebih mudah dengan contoh: Banyak orang berperilaku seolah-olah ada surga atau neraka dalam masa depan mereka. Tentu saja, mungkin memang ada surga atau neraka, tetapi banyak dari kita tidak berpikir ini sebagai fakta yang harus dibuktikan. Itu yang membuatnya dikatakan sebagai ‘fiction’ dalam pandangan Vaihinger dan Adler. Dan finalism mengacu pada teleologinya: fiksi berada di masa depan, tetapi mempengaruhi perilaku kita di masa sekarang. Adler menambahkan, pada pusat dari tiap gaya hidup kita, terdapat salah satu fiksi, yang penting tentang siapa kita dan kemana kita akan bergerak/pergi. 2014 6 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Social interest Kedua dalam striving for perfection terdapat gagasan tentang social interest atau minat sosial atau disebut juga ‘perasaan komunitas’. Dalam kaitan dengan holismenya, tampak ‘striving for perfection’ pada diri siapapun sulit terjadi tanpa mempertimbangkan lingkungan sosialnya. Sebagai makhluk sosial, kita benar-benar tidak dapat ada, sangat sulit berkembang, tanpa orang lain. Adler merasa bahwa perhatian sosial tidak begitu saja merupakan sesuatu yang dibawa dari lahir, ataupun yang dipelajari, akan tetapi merupakan kombinasi keduanya: Minat sosial didasarkan pada disposisi yang terberi, tetapi harus dirawat untuk mempertahankannya. Sebagai sesuatu yang terberi, minat sosial, dapat tampak dari bayi atau anak kecil yang seringkali menunjukkan simpati pada orang lain tanpa diajarkan untuk melakukannya. Bagaimana seorang bayi mulai menangis, atau saat kita berjalan menuju suatu ruangan dimana semua orang tertawa, kita sendiri mulai tersenyum saat mendengarnya. Satu kesalahpahaman yang hendak dihindari Adler adalah gagasan bahwa minat sosial merupakan versi lain dari ekstraversi. Yang Adler maksudkan mengenai minat sosial bukan dalam hal perilaku sosial tertentu, namun lebih luas menyangkut menjaga keluarga, komunitas, masyarakat, bahkan bagi kehidupan. Minat sosial adalah menyangkut kebergunaan bagi orang lain. Di sisi lain, kurangnya minat sosial bagi Adler adalah definisi utama dari gangguan kesehatan mental: semua kegagalan – neurotic, psikotik, kriminal, kemabukan, masalah pada anak, bunuh diri, kelainan perilaku seksual dan prostitusi – semua kegagalan terjadi karena kurangnya minat sosial. Tujuan mereka untuk sukses adalah tujuan superioritas personal, dan kemenangan memiliki makna hanya bagi diri mereka sendiri. Inferioritas Kita semua ‘terdorong’ menuju pemenuhan, kesempurnaan, aktualisasi diri. Dan beberapa dari kita, yang gagal, berakhir pada tidak terjadinya pemenuhan, sangat tidak sempurna, dan jauh dari aktualisasi diri. Dan semua itu karena kurangnya minat sosial, 2014 7 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau, secara lebih positif, karena terlalu berminat pada diri sendiri. Lalu, apa yang membuat banyak dari kita berminat pada diri sendiri (self-interested)? Adler mengatakan hal tersebut adalah kondisi dikuasai oleh inferioritas kita. Jika berhasil, kita merasa kompeten, kita tidak dapat memikirkan orang lain. Jika tidak berhasil, maka perhatian menjadi semakin berfokus pada diri sendiri. Setiap orang mengalami inferioritas dalam satu bentuk atau yang lainnya. Sebagai contoh, Adler memulai karya teoretisnya dengan mempertimbangkan organ inferiority, dimana kenyataan bahwa setiap orang memiliki baik kelemahan, demikian juga kekuatan, dari anatomi atau fisiologisnya. Beberapa orang terlahir dengan lemah jantung atau mengembangkan masalah jantung dalam masa awal kehidupan; beberapa orang memiliki paru-paru atau ginjal yang lemah, atau masalah hati; Beberapa di antara kita mengalami gagap bicara; Beberapa memiliki diabetes, asma, atau polio; Beberapa memiliki penglihatan atau pendengaran yang lemah; Beberapa memiliki kecenderungan menjadi terlalu gemuk atau terlalu kurus; Beberapa mengalami retardasi mental, beberapa cacat; terlalu pendek atau terlalu tinggi, dst. Adler menekankan bahwa banyak orang merespon inferioritas organis ini dengan kompensasi. Mereka membungkus kelemahan mereka dengan beberapa cara: organ yang inferior dapat diperkuat dan bahkan menjadi lebih kuat daripada yang dimiliki orang lain; Atau organ lain dapat menjadi sangat berkembang untuk menutupi kekurangan. Atau seseorang dapat melakukan kompensasi secara psikologis pada masalah organis dengan mengembangkan kemampuan tertentu atau jenis kepribadian tertentu. Adler kemudian melihat hal ini hanya sebagian dari seluruh gambaran. Lebih banyak orang yang memiliki inferioritas psikologis. Beberapa orang dikatakan bodoh, atau jelek, atau lemah. Di sekolah seorang anak mendapat nilai yang selalu tidak lebih baik dari anak lainnya, atau seseorang diejek karena bentuk tubuhnya. Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa inferioritas bukan semata-mata dikarenakan faktor organis. Beberapa orang melakukan kompensasi dengan menjadi lebih baik dalam halhal lain, dan menutupi rasa inferioritas. Dan beberapa orang tidak pernah mengembangkan keberhargaan diri yang memadai sama sekali. Jika seseorang dikuasai oleh rasa inferioritas, maka orang tersebut mengembangkan inferiority complex. Inferiority complex bukan sekedar masalah kecil, melainkan masalah hidup yang besar. Seseorang menjadi menarik diri, tidak aman, tidak dapat mengambil keputusan, penakut, pasrah, dll. Orang tersebut mengandalkan orang lain untuk mengarahkan hidupnya. 2014 8 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ada cara lain dimana orang berespon terhadap inferioritas selain dengan melakukan kompensasi, mengembangkan atau mengalami superiority complex. inferiority complex: Superiority complex Seseorang adalah dapat perilaku membungkus inferioritas seseorang dengan berlaku seakan-akan sebagai seorang yang superior. Jika seseorang merasa kecil salah satu cara untuk merasa besar adalah membuat orang lain merasa lebih kecil! Contoh yang lebih halus misalnya pada orangorang yang merasa berkuasa saat melakukan kejahatan, menempatkan dirinya lebih tinggi dalam hal gender, ras, etnik, keyakinan religius, bentuk tubuh, dll. Bahkan contoh lain dimana seseorang dapat menutupi perasaan ketidakberhargaannya dalam delusi kekuasaan yang dilakukan dengan penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang. Masa Kanak-kanak Adler melihat kepribadian atau gaya hidup sebagai sesuatu yang terbentuk pada masa awal kehidupan, dimana protototipe kehidupan cenderung terbentuk pada lima tahun awal. Adler merasa ada tiga situasi kanak-kanak yang mendasar yang paling berkontribusi pada gaya hidup yang keliru. Yang pertama, seperti yang sudah dibahas sebelumnya: organ inferiorities, begitu juga penyakit awal masa kanak-kanak, yang disebut Adler sebagai ‘overburdened’. Dan jika perhatian mereka tidak teralihkan pada orang lain, mereka akan tetap fokus pada diri mereka sendiri. Kebanyakan akan menjalani hidup dengan rasa inferioritas yang kuat; Beberapa yang lain akan melakukan kompensasi berlebihan dengan superiority complex. Hanya dengan penguatan dan dorongan dari orang-orang dekat yang mengasihi lah mereka dapat benar-benar melakukan kompensasi dengan sehat. Yang kedua adalah pemanjaan. Banyak anak-anak yang diajarkan bahwa mereka dapat mengambil tanpa memberi. Apa yang mereka harapkan harus dipenuhi oleh orang lain. Hal ini dapat mengarahkan anak yang manja kepada dua hal kemungkinan: pertama, ia tidak belajar melakukan apapun untuk dirinya sendiri, dan kemudian menyadari bahwa ia merasa inferior; Dan yang kedua, ia tidak belajar cara lain untuk menghadapi orang lain selain dengan memerintah. Dan celakanya masyarakat dapat membenci mereka. Yang ketiga adalah pengabaian. Seorang anak yang diabaikan atau diperlakukan kasar akan belajar apa yang dipelajari anak yang dimanjakan, namun lebih secara langsung: Mereka belajar menjadi inferior karena kepada mereka dikatakan dan 2014 9 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ditunjukkan bahwa mereka tidak berharga; Mereka belajar menjadi egois karena mereka diajarkan untuk tidak mempercayai orang lain. Anak-anak yang mengalami pengabaian tidak hanya anak yatim piatu dan korban kekerasan, namun juga anak-anak yang orangtuanya tidak pernah hadir bagi mereka, dan anak-anak yang diasuh dengan pola asuh yang kaku dan autoritarian (otoriter). Urutan Kelahiran: Adler merupakan teoris pertama yang melibatkan tidak hanya ibu dan ayah dari si anak, serta orang dewasa lain yang memiliki pengaruh awal pada anak, tetapi juga saudara kandung dari si anak itu sendiri. Pertimbangannya akan efek dari saudara kandung dan urutan kelahiran anak menjadi perhatian Adler. Anak tunggal, lebih cenderung mengalami pemanjaan oleh orangtua. Orangtua dari anak tunggal memberikan perhatian khusus (terkadang disertai dengan rasa cemas) bagi buah hati mereka. Jika orangtua sering bersikap kasar, maka anak tunggal menjadi pihak yang menanggung kekasaran tersebut sendiri. Anak pertama memulai hidup sebagai anak satu-satunya, dengan segala perhatian yang diarahkan padanya. Sayangnya, saat kondisi mulai nyaman, anak kedua lahir dan ‘menggeser’ anak pertama. Pada awalnya anak pertama mungkin bergulat untuk kehilangan posisinya. Sebagai respon, ia mungkin berperilaku seperti bayi, beberapa berubah menjadi tidak patuh, yang lain menjadi sedih dan menarik diri. Adler percaya bahwa anak pertama seringkali pintar atau berbakat, dan cenderung relatif konservatif dibandingkan anak lain di dalam keluarga. Anak kedua berada di situasi yang sangat berbeda: Ia memiliki anak pertama sebagai ‘acuan’ dan cenderung menjadi relative kompetitif, berusaha melebihi anak pertama (yang lebih tua darinya). Mereka seringkali berhasil, namun banyak yang merasa seakan-akan ‘pertandingan’ tidak pernah selesai, dan mereka cenderung bermimpi untuk berlari tanpa mengarah pada sesuatu. Anak ‘tengah’ yang lain cenderung mirip dengan anak kedua, walaupun masing-masing akan fokus pada ‘kompetitor’ yang berbeda. Anak bungsu cenderung menjadi yang paling dimanja dalam keluarga yang memiliki lebih dari satu anak. Ia menjadi anak yang tidak pernah ‘tergeser’. Di sisi lain anak bungsu mungkin merasa inferior, dengan semua orang yang lebih tua dan ‘superior’. 2014 10 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Akan tetapi dengan semua ‘acuan’ yang ada, anak bungsu dapat juga terdorong untuk melebihi mereka semua. Namun akan ada perbedaan pada anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Anak kedua yang adalah perempuan mungkin tidak akan menganggap kakak laki-lakinya sebagai kompetitornya; seorang anak laki-laki dalam keluarga yang anak-anak lainnya adalah anak perempuan dapat merasa sebagai anak satu-satunya, dst. Urutan kelahiran ini perlu dipahami dalam konteks situasi khusus masing-masing individu. Creative Self Konsep creative self (diri kreatif) menempatkan tanggung jawab dimana kepribadian individu berada di tangannya sendiri. Adler menekankan bahwa individu tidak dapat menyalahkan orang lain atau kekuatan yang tidak dapat dikendalikan atas kondisi yang dialaminya. Manusia adalah aktor yang memiliki inisiatif (kepribadian bersifat dinamis). Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus yang menerpa seseorang & respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus itu. Pada hakikatnya, manusia membentuk kepribadiannya sendiri. Manusia membangun kepribadiannya dari bahan mentah hereditas dan pengalaman Hereditas membekali manusia dengan kemampuan tertentu; Lingkungan memberinya kesan tertentu; sikapnya terhadap kehidupanlah yang menentukan hubungan ini dengan dunia luar. Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Diri kreatif memberikan arti pada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya. Diagnosis Untuk membantu melihat ‘fiction’ dasar gaya hidup seseorang, Adler melihat banyak hal: urutan kelahiran, sebagai contoh, pertama, ia akan memeriksa seseorang dan riwayat kesehatannya apakah ada kemungkinan organis sebagai akar dari masalah seseorang. Penyakit serius, misalnya dapat memiliki efek samping yang hampir menyerupai gejala neurotic dan psikotik. 2014 11 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adler akan memperhatikan ingatan masa kanak-kanak awal. Ia tidak menekankan pada kebenaran sebagai suatu indikasi prototype awal dari gaya hidup saat ini. Jika ingatan awal mencakup rasa aman dan perhatian yang besar, maka itu mungkin mengindikasikan pemanjaan; Jika seseorang mengingat kompetisi agresi dengan kakaknya yang lebih tua, hal tersebut mungkin mengindikasikan perjuangan yang kuat dari seorang anak tengah; Jika ingatan seseorang mencakup pengabaian dan sering bersembunyi, maka hal itu dapat berarti inferioritas serta penghindaran; dsb. Adler juga memberi perhatian pada masalah yang dialami saat kanak-kanak: Kebiasaan buruk termasuk makan di kamar mandi, dapat mengindikasikan cara seseorang ‘mengendalikan’ orangtuanya; Ketakutan, seperti rasa takut pada gelap atau ditinggalkan sendirian, dapat mengindikasikan kemanjaan; Gagap bicara dapat berarti bahwa bicara diasosiasikan dengan rasa cemas; dll. Seperti Freud dan Jung, mimpi juga penting bagi Adler. Bagi Adler, mimpi merupakan ekspresi dari gaya hidup seseorang dan jauh dari kontradiksi perasaan yang ada pada kesadaran. Biasanya mimpi merefleksikan tujuan-tujuan yang dimiliki seseorang dan masalah yang dihadapi dalam menggapainya. Jika seseorang tidak dapat mengingat mimpinya, Adler akan meminta membayangkan. Fantasi seseorang akan merefleksikan gaya hidup orang tersebut juga. Adler juga menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya: Postur seseorang, gerak tubuh, bagaimana seseorang bergerak, yang kita sebut sebagai bahasa tubuh. Selain itu Adler juga melihat pada factor eksogen, kejadian yang memicu gejala. Ia memberikan sejumlah pemicu umum: masalah seksual, masalah perempuan (kehamilan dan melahirkan, menstruasi atau menopause); kehidupan cinta; pekerjaan/akademis; dan kematian atau kehilangan orang yang disayangi. 2014 12 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA Hall, C.S., Lindzey, G. & Campbell, J.B. (1998). Theories of Personality (4th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc. Diktat Psikologi Kepribadian. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2014 13 Psikologi Kepribadian I Yoanita Eliseba, M. Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id