ASTROFISIKA • Pancaran/Radiasi Benda Hitam • Besaran Matahari • Penentuan Jarak (Paralaks) • Fotometri (Magnitudo Bintang) Apakah astrofisika itu ? Penerapan ilmu fisika pada alam semesta/benda-benda langit Astronom mempelajari langit hanya berdasarkan informasi cahaya yang diterimanya. Informasi yang diterima Cahaya (gelombang elektromagnet) Pancaran gelombang elektromagnet dapat dibagi dalam beberapa jenis, bergantung pada panjang gelombangnya () 1. Pancaran gelombang radio, dengan antara beberapa milimeter sampai 20 meter 2. Pancaran gelombang inframerah, dengan ≈ 7500 Å sekitar 1 mm (1 Å = 1 Angstrom = 10-8 cm) hingga 3. Pancaran gelombang optik atau pancaran kasatmata dengan sekitar 3 800Å sampai 7 500 Å 4. Pancaran gelombang ultraviolet, sinar X, dan sinar mempunyai < 3 500 Å Panjang gelombang optik terbagi dlm beraneka warna: merah merah oranye oranye kuning kuning hijau hijau hijau biru biru biru ungu ungu : 6 300 – 7 500 Å : 6 000 – 6 300 Å : 5 900 – 6 000 Å : 5 700 – 5 900 Å : 5 500 – 5 700 Å : 5 100 – 5 500 Å : 4 800 – 5 100 Å : 4 500 – 4 800 Å : 4 200 – 4 500 Å : 3 800 – 4 200 Å Teori Pancaran Benda Hitam Untuk memahami sifat pancaran suatu benda kita hipotesakan suatu pemancar sempurna yang disebut benda hitam (black body) Benda hitam adalah suatu benda yang menyerap seluruh pancaran elektromagnetik (energi) yang datang padanya Emitted radiation is only a function of black body’s temperature All incident radiation is absorbed A “blackbody” is an object that does not reflect light, it only gives off (emits) light! Of course, in order for any object to emit light, it must get hot and glow! Suatu benda hitam tidak memancarkan seluruh gelombang elektromagnet secara merata. Benda hitam bisa memancarkan cahaya biru lebih banyak dibandingkan dengan cahaya merah, atau sebaliknya, bergantung pada temperaturnya. Max Planck (awal abad ke-20) : mempelajari pancaran benda hitam secara fisis Menurut Planck, suatu benda hitam yang temperaturnya T akan memancarkan energi dalam rentang panjang gelombang tertentu dengan intensitas spesifik B(T) sebesar B (T) = 2 h c2 1 5 hc/kT e -1 Fungsi Planck Intensitas spesifik (I) h = Tetapan Planck = 6,625 x 10-27 erg det k = Tetapan Boltzmann = 1,380 x 10-16 erg/ K c = Kecepatan cahaya = 2,998 x 1010 cm/det T = Temperatur dalam derajat Kelvin (K) . . . . . (1) Distribusi energi menurut panjang gelombang untuk pancaran benda hitam dengan berbagai temperatur (Spektrum Benda Hitam) Intensitas Spesifik [B(T)] UV Visible Inframerah Intensitas spesifik benda hitam sebagai fungsi panjang gelombang 8 000 K 7 000 K 6 000 K 5 000 K 4 000 K 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 (m) Makin tinggi temperatur benda hitam, makin tinggi pula intensitas spesifiknya dan jumlah energi terbesar dipancarkan pada pendek a. Benda hitam dengan temperatur yang lebih tinggi memancarkan lebih banyak fluks pada semua panjang gelombang daripada yang temperaturnya rendah Hukum Stefan - Boltzmann b. Panjang gelombang/frekuensi puncak adalah fungsi dari temperatur Hukum Pergeseran Wien Hukum Stefan - Boltzmann Energi total yang dipancarkan benda hitam dapat ditentukan dengan mengintegrasikan persamaan (1) 2 h c2 1 Pers. (1) : B (T) = 5 e hc/kT - 1 B(T) = B(T) d = 0 dengan x = 2 T4 h3 c2 hc 0 x3 ex - 1 . . . . . (2) dx p 4/15 k T B(T) = k4 2 k4 T4 p4 2 k4 p5 T4 σ T4 …… (3) = 5,67 x 10-5 erg cm-2 K-4 s-1 …… (4) h3 c2 15 = 15 h3 c2 p = p konstanta Stefan-Boltzmann Jumlah energi yang dipancarkan ke semua arah dari suatu sumber pancaran per detik dinyatakan sebagai Fluks Pancaran: F=pI dengan I menyatakan intensitas spesifik pancaran. Dengan mensubtitusikan Pers. : F = p I σ ke pers. : B(T) = T4 p dapat ditentukan jumlah energi yang dipancarkan oleh setiap cm2 permukaan benda hitam per detik ke semua arah, yaitu F = p B(T) = T4 F = T4 Fluks energi benda hitam Hukum Pergeseran Wien Panjang gelombang maksimum bagi pancaran benda hitam, yaitu pada harga yang maksimum (maks) dapat diperoleh dari syarat maksimum, yaitu, d B(T) d . . . . . . . . . . . . . . . (5) =0 Intensitas Spesifik [B(T)] Garis Singgung 0,00 0,50 λmaks 1,00 1,50 (m) 1,75 2,00 0,2898 maks = T . . . . . . . . . . . . (6) Hukum Wien Wihelm Wien (1864 – 1928) maks dinyatakan dalam cm dan T dalam derajat Kelvin Apabila maks dinyatakan dalam frekuensi, hukum Wien menjadi hmaks = 2,821 kT . . . . . . . . . . . . . . (7) 0,2898 maks = T dalam cm; T dalam K Hukum Wien Hukum Wien ini menyatakan bahwa makin tinggi temperatur suatu benda hitam, makin pendek panjang gelombangnya Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala bahwa bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak berwarna biru, sedangkan yang temperatur-nya rendah tampak berwarna merah. Intensitas Spektrum Benda Hitam: 0 0.25 << (n >>) 0.50 0.75 1.00 1.25 Panjang Gelombang 1.50 1.75 2.00 >> (n <<) 1. Distribusi Wien, untuk << (n >>) hc kT sangat besar 1 Sehingga, ehc/kT 1 ≈ ehc/kT Jadi fungsi Planck menjadi, B (T) = B (T) = 2hc2 5 2h 3 c2 e hc/kT e h/kT atau 2. Distribusi Rayleigh – Jeans untuk >> (n <<) hc kT Sehingga, sangat kecil 1 e hc/kT – 1= hc kT +… Akibatnya fungsi Planck menjadi, B (T) = B (T) = 2c k T atau 4 2 2 kT c2 Berlaku pada frekuensi rendah (daerah radio). Apabila suatu benda berbentuk bola beradius R dan bertemperatur T memancarkan radiasi dengan sifat-sifat benda hitam, maka energi yang dipancarkan seluruh benda itu ke semua arah per detik adalah, Luminositas benda Temperatur efektif Untuk sebuah objek yang berkelakuan seperti benda hitam, maka objek dengan luminositas tinggi berarti sangat panas dan/atau berukuran besar. Semakin besar objek, radiasi yang dipancarkannya juga semakin besar. Luminositas : L = 4 p R2 F = 4 p R2 T4 Luas permukaan bola d R L Fluks F = 2 4 p R Pancaran L Fluks E = 4 p d2 Bintang sebagai Benda Hitam Bintang dapat dianggap sebagai benda hitam. Hal ini bisa dilihat dalam gambar berikut, yaitu distribusi energi bintang kelas O5 (Tef = 54 000 K) sama dengan distribusi energi benda hitam dg temperatur T = 54 000 K. Black Body T = 54 000 K Bintang Kelas O5 Tef = 54 000 K BESARAN MATAHARI Jarak Bumi-Matahari = 1,496 x 1013 cm = 1 au = 149.597.870.700 m au = astronomical unit (satuan astronomi: sa) Massa Matahari Penentuan berdasarkan Hukum III Kepler, dengan anggapan massa Bumi jauh lebih kecil dari massa Matahari: 𝑎3 𝐺 𝑀⨀ + 𝑀⨁ = 2 𝑃 4𝜋 2 𝑎3 𝐺𝑀⨀ = 2 𝑃 4𝜋 2 4𝜋 2 𝑎3 𝑀⨀ = 𝐺 𝑃2 a = 1 au = 1,496 x 1013 cm (Jarak Matahari-Bumi) P = 365,25 hari = 3,156 x 107 detik (Periode Bumi mengelilingi Matahari) G = 6,668 x 10-8 dyne cm2/g2 4𝜋 2 𝑀⨀ = 6,668 × 10−8 1,495 × 1013 3 33 gram = 1,989 × 10 3,156 × 107 2 Radius Matahari Asumsi “Plane Parallel” R d sin = R/d Matahari Karena sudut kecil maka hubungan di atas dapat ditulis: = R/d ( dalam radian) Dari pengukuran didapat = 960” = 4,654 x 10-3 radian Jadi : R = (4,654 x 10-3)(1,496 x 1013) = 6,96 x 1010 cm Luminositas Matahari Energi Matahari yang diterima Bumi setiap detik pada permukaan seluas 1 cm2, besarnya adalah: E = 1,37 x 106 erg cm-2 s-1 (Konstanta Matahari) Luminositas Matahari : 𝐿⨀ = 4𝜋 1,496 × 1013 2 𝐿⨀ = 4𝜋𝑑 2 𝐸⨀ 1,37 × 106 = 3,86 × 1033 erg s −1 = 3,9 × 1033 kW Temperatur Efektif Matahari L = 4 p R Tef 2 4 14 L Tef = 4 p R2 Tef = 3,86 x 1033 4 p (5,67 x 10-5)(6,96 x 1010)2 5785 K Tidak ada zat padat/cair Gas 14 PENENTUAN JARAK (PARALAKS) Elips paralaktik Bintang Jarak bintang-bintang dekat dapat ditentukan dengan cara paralaks trigonometri bintang tampak berubah posisinya karena pengamat yang mengubah posisinya. p d Selain au, dalam satuan jarak lainnya yaitu satuan parsec disingkat pc. Bumi d Satu parsec (parallax second) didefinisikan sebagai jarak sebuah bintang yang paralaksnya satu detik busur. 1 pc = 206 265 au = 3,086 x 1018 cm = 3,26 ly Matahari Apabila paralaks dinyatakan dalam detik busur dan jarak dinyatakan dalam pc, maka p = 1/d* FOTOMETRI (SISTEM MAGNITUDO BINTANG) Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo (magnitudo semu) Astronom menggunakan istilah magnitudo semu menggambarkan seberapa terang objek tampak dari Bumi untuk Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintang dalam 6 (enam) kelompok berdasarkan penampakan-nya dengan mata telanjang (pengamatan Hipparchus, tanpa Matahari, Bulan, planet), Bintang paling terang tergolong magnitudo kesatu Bintang yang lebih lemah tergolong magnitudo kedua Dan seterusnya hingga bintang paling lemah yang masih bisa dilihat dengan mata termasuk magnitudo ke-6 Makin terang sebuah bintang, makin kecil magnitudonya magnitudo Karena kepekaan mata dalam menilai terang bintang bersifat logaritmik, kemudian didefinisikan skala satuan magnitudo (pada tahun 1856), disebut Skala Pogon : 𝑚1 − 𝑚2 = −2,5 log 𝐸1 𝐸2 𝐸1 𝐸2 = 2,512− 𝑚1 −𝑚2 dapat ditunjukkan bahwa bintang bermagnitudo 1 adalah 100 kali lebih terang daripada bintang bermagnitudo 6 Jika m1 = 1 dan m2 = 6, maka 𝐸1 𝐸2 = 2,512− 1−6 = 100 𝐸1 = 100 𝐸2 Magnitudo : merupakan ukuran terang bintang yang kita lihat atau terang semu (ada faktor jarak dan penyerapan yang harus diperhitungkan) magnitudo semu magnitudo Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya sebuah bintang, kita definisikan besaran magnitudo mutlak : magnitudo bintang yang diandaikan diamati dari jarak 10 pc Rumus Pogson dapat dituliskan : 𝑚1 − 𝑚2 = −2,5 log 𝐸1 𝐸2 dengan 𝐿 𝐸= 4𝜋𝑑 2 Jika m1 = magnitudo semu pada jarak d (m) dan m2 = magnitudo mutlak pada jarak 10 pc (M), maka 𝐿 𝐿 𝑚 − 𝑀 = −2,5 log 4𝜋𝑑 2 4𝜋102 diperoleh, 𝑚 − 𝑀 = −5 + 5 log 𝑑 modulus jarak d dalam pc Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya masing-masing L1 dan L2 , 𝑚1 − 𝑚2 = −2,5 log 𝐸1 𝐸2 Jika m1 = magnitudo mutlak pada L1 (M1, jarak 10 pc) dan m2 = magnitudo mutlak pada L2 (M2, jarak 10 pc), maka 𝐿1 𝐿2 𝑀1 − 𝑀2 = −2,5 log 4𝜋102 4𝜋102 diperoleh, 𝐿1 𝑀1 − 𝑀2 = −2,5 log 𝐿2 SISTEM MAGNITUDO (INDEKS WARNA) Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang yang berbeda tidak sama Contoh: Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di daerah = 5500 Å, karena itu magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo visual atau mvis Magnitudo fotografi, yang peka di daerah biru-ungu pada panjang gelombang sekitar 4500 Å, disebut magnitudo fotografi atau mfot Untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih kedua magnitudo tersebut, dinamakan indeks warna (Color Index – CI). 𝐶𝐼 = 𝑚𝑓𝑜𝑡 − 𝑚𝑣𝑖𝑠 Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin kecil indeks warnanya. Contoh : Tiga bintang diamati magnitudonya dalam visual (V) dan biru (B) seperti yang diperlihatkan dalam tabel di bawah. No. B V 1 8,52 8,82 2 7,45 7,25 3 7,45 6,35 a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang ? Jelaskanlah alasannya b. Bintang yang dipilih sebagai bintang yang paling terang itu dalam kenyataannya apakah benar-benar merupakan bintang yang paling terang ? Jelaskanlah jawabannya. c. Tentukanlah bintang mana yang paling panas dan mana yang paling dingin. Jelaskanlah alasannya. MAGNITUDO BOLOMETRIK Yaitu magnitudo bintang yang diukur dalam seluruh panjang gelombang. 𝑚𝑏𝑜𝑙 − 𝑀𝑏𝑜𝑙 = −2,5 log 𝐸 𝐸 ′ 𝑚𝑏𝑜𝑙 − 𝑀𝑏𝑜𝑙 = −5 + 5 log 𝑑 𝑀𝑏𝑜𝑙 − 𝑀𝑏𝑜𝑙⨀ = −2,5 log 𝐿 𝐿⨀ Mbol : magnitudo mutlak bolometrik bintang Mbol : magnitudo mutlak bolometrik Matahari = 4,75 L : Luminositas bintang L : Luminositas Matahari = 3,83 x 1033 erg/det Koreksi Bolometrik Magnitudo visual dan magnitudo bolometrik : mv - mbol = -2,5 log EV / Ebol atau mv – mbol = BC BC disebut koreksi bolometrik (bolometric correction) yang harganya bergantung pada temperatur atau warna bintang Dalam magnitudo mutlak, koreksi bolometrik dituliskan sebagai Mv – Mbol = BC Untuk bintang yang sangat panas atau sangat dingin, sebagian besar energinya dipancarkan pada daerah ultraviolet atau inframerah, hanya sebagian kecil saja dipancarkan pada daerah visual. koreksi bolometriknya besar Untuk bintang yang temperaturnya sedang, seperti Matahari, sebagian besar energinya dipancarkan dalam daerah visual hingga perbedaan antara mbol dan V kecil. koreksi bolometriknya mencapai harga terkecil. Koreksi bolometrik bergantung pada warna bintang ! Temperatur Efektif Bintang Dari pers. : L = 4 p R2 Tef 4 dan pers. : E= L 4pd2 d E = 2 Tef4 R R E= d 2 Tef4 R = d Radius sudut bintang R d R = 2 Garis tengah sudut E = 2 Tef4 E= Untuk Matahari : E = 2 2 2 Tef4 2 Tef4 Bandingkan fluks bintang dengan fluks Matahari : Fluks bintang : E = FluksMatahari : E = 2 2 2 Tef4 2 Tef4 Tef = Tef 1/2 E E Jika diambil logaritmanya, maka diperoleh, log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (/) 1/4 Dengan menggunakan rumus Pogson, didapatkan, mbol - mbol = - 2,5 log (E/E) Substitusi ke: log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (/) akan diperoleh, log Tef = log Tef 0,1 (mbol - mbol) + 0,5 (log log ) Untuk Matahari diketahui, Tef = 5785 K, mbol = 26,79 dan = 1920” Masukan ke : log Tef = log Tef - 0,1(mbol mbol ) + 0,5 (log log ) akan diperoleh, log Tef = 2,73 – 0,10 mbol – 0,50 log dinyatakan dalam detik busur Jadi jika δ dan mbol dapat ditentukan maka Tef dapat dicari 42 Jika Tef sudah dapat ditentukan, maka dengan menggunakan pers. : L = 4 p R2 Tef 4 ditentukan dari δ dapat dicari Atau mana saja yang duluan bisa ditentukan, maka yang lainnya dapat dicari.