LAPORAN PENDAHULUAN BAYI PREMATUR A. Pengertian Bayi premature adalah bayi yang lahir dengan usia kehamialan kurang dari 37 minggu dan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya yang masih dini (Priyono, 2010). Menurut WHO bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir. Bayi premature atau bayi preterem adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan (Wong, dkk, 2004). B. Etiologi Menurut Handayani, dkk (2008), penyebab dari bayi premature adalah: 1. Faktor Ibu a. Toksemia gravidarum, yaitu pre eklamsia dan eklamsia b. Kelainan bentuk uterus(misal, uterus bikornis, inkompten serviks) c. Tumor (misal, mioma uteri, sistoma) d. Ibu yang mederita penyakit 1) Akut dengan gejala demam tinggi (misalnya, Thypus abdominalis, Malaria) 2) Kronis (Misalnya, TBC, penyakit jantung, GNK) e. Trauma pada masa kehamilan 1) Fisik (jatuh) 2) Psikologis (stress) f. Usia ibu pada waktu hamil krang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun g. Plasenta (plasenta previa, solusio plasenta) 2. Faktor janin a. Kehamilan ganda b. Hodramnion c. Ketuban pecah dini d. Cacat bawaan e. Infeksi (misal, rubella, sifilis, toksoplasma) f. Insufisiensi plasenta g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO) 3. Faktor plasenta a. Plasenta previa b. Solusio plasenta 4. Faktor tidak diketahui C. Tanda dan Gejala Menurut Hidayah, dkk (2008), tanda dan gejala bayi premature adalah: a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram c. Panjang bdan sama dengan atau kurang dari 46 cm d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm h. Rambut lanugo masih banyak i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang j. Tulang rawan daun pertumbuhannya,sehingga telinga belum seolah-olah sempurna tidak teraba tulang tawan daun telinganya k. Tumit mengilap,telapak kaki halus l. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.tetis belum turun ke dalam skrotum.untuk bayi perempuan klitoris menonjol,labia minora belum tertutup oleh labia mayora m. Tonus otot lemah,sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah n. Fungsi saraf yang matang,mengakibatkan belum reflex atau kurang isap,menelan dan batuk masih lemahaatau tidak efektif,dan tangisnya lemah o. Jaringan kelenjar mamae masih kuraang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang p. Verniks kaseosa tidk ada atau sdikit. D. Patofisiologi Organ bekerja tubuh secara bayi prematur sempurna. Hal umumnya ini belum dapat mengakibatkan bayi prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar Rahim sehingga iapun banyak mengalami banyak gangguan. Semakin dini ia dilahirkan semakin banyak organ tubuhnya yang belum siap, dan semakin banyak pula gangguan yang akan dialami. Gangguan kesehatan yang dialami bayi premature cukup rentan dan bias mengancan jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah akibat paru-paru serta kesulitan seluruh bernafas. system Hal ini pernafasannya, seperti otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum dapat bekerja secara sempurna. Karena prematur lapisan juga lemak tidak yang memiliki masih tipis, bayi yang cukup perlindungan dalam menghadapi suhu luar yang memang lebih dingin dari suhu dalam mengalami Rahim. Bayi penurunan prematur akan lebih sering tubuh di bawah normal suhu (hipotermi). Selain itu, mekanisme pengontrol suhu tubuh bayi prematur sehingga di memang dalam belum ruang mampu yang bersuhu bekerja sempurna normalpun, bayi sering mengalami kedinginan. Hati dan ginjal bayi premature juga belum siap bekerja secra sempurna. Hati (lever) bertugas mengolah zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh sekaligus penawar racun (detoksifikasi). Sedangkan ginjal, bertgas mengatur dan mengolah pembuangan di dalam tubuh. Karena hati dan ginjal bayi prematur belum sempurna kerjanya, maka semua prematur kedua pemasukan harus organ dan pengeluaran benar-benar ini akan pada diperhatikan. rusak dan bayi tubuh bayi Bila tidak, semakin rentan terhadap penyakit. Bayi premature juga mudah mengalami perdarahan otak. Hal ini akibat pembuluh darah yang masih sangat halus dan kedinginan. mudah pecah Sementara bila kekurangan perdarahan di zat otak asam kelak atau dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik seperti lambat berjalan, maupun kognitif seperti lambat bicara (Priyono, 2010). E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl 2. Pemantauan gas darah arteri Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50– 70 mmHg dan kadar PaCO2 35–45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92–94 %. 3. Kimia darah sesuai kebutuhan a. Hb (Hemoglobin) Hb darah lengkap bayi 1–3 hari adalah 14,5–22,5 gr/dl b. Ht (Hematokrit) Ht normal berkisar 45%-53% c. LED darah lengkap untuk anak–anak Menurut: 1) Westerfreen : 0–10 mm/jam 2) Wintrobe : 0–13 mm/jam d. Leukosit (SDP) Normalnya 10.000/mm³.pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000–225.000/mm³. e. Trombosit Rentang normalnya antara 60.000–100.000/ mm³. f. Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu) Adalah 14–27 mEq/ L g. Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1–3 hari) Adalah 4,0–6,6 juta/mm³. h. MCHC darah lengkap : 30%-36% Hb/sel atau gr Hb/dl SDM i. MCH darah lengkap : 31–37 pg/sel j. MCV darah lengkap : 95–121 µm³ k. Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35– 7,5 4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan 5. Penyimpangan darah tali pusat. F. Penatalaksanaan Medis 1. Perawatan di Rumah Sakit Mengingat belum sempurnanya kerja alat–alat tubuh yang perlu penyesuaian uterus untuk diri maka pertumbuhan dengan perlu dan perkembangan lingkungan diperhatikan hidup di pengaturan dan luar suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan bai yang dengan bawah panas disebabkan relative berat kulit badan, dan lebih oleh luas kurangnya kekurangan permukaan bila dibandingkan jaringan lemak tubuh lemak coklat di (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2–2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50%-60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur–angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C-29˚C. Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita tindakan dapat serta dikenal pengobatan sedini–dininya dapat dan dilaksanakan secepatnya (Priyono, 2010). b. Pemberian ASI pada bayi premature Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang komposisi melahirkan ASI melahirkan yang cukup premature dihasilkan bulan dan berbeda oleh dengan ibu yang perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. c. Makanan bayi Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sedikit, daya sempurna, enzim kapasitas pencernaan lambung terutama masih lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3–5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik–baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian berumur 3 minum jam dimulai pada bayi tidak agar waktu bayi menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. dilakukan Penghisapan setiap cairan sebelum lambung pemberian juga minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram Bayi dengan kurang atau lebih berat mampu dapat lahir menghisap menyusu kurang air pada ibunya. dari 1500 gram ibu atau susu susu botol, terutama pada hari–hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1–5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi cairan yang setiap hari sedikit setiap diberikan 12 adalah dinaikkan sampai jam. Banyaknya 60mg/kg/hari 200mg/kg/hari dan pada akhir minggu kedua. d. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan terhadap oleh infeksi membentuk karena kurang, antibodi dan daya relatif daya tahan belum tubuh sanggup fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan dimulai pada sosial ekonomi, kebersihan perawatan masa dan tindakan perinatal pencegahan memperbaiki yang keadaan program pendidikan (nutrisi, kesehatan, keluarga berencana, antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran kebersihannya. selalu dan Tindakan digalakkan, dibangsal perawatan aseptik baik neonatus. yang antiseptik dirawat Infeksi terjamin gabung yang sering harus maupun terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi.Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan : 1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi 2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi 3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai memakai lagi tempat (paling tidur lama selama 1 seorang minggu bayi untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik) 4) Membersihkan ruangan pada waktu–waktu tertentu 5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri 6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan 7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi 8) ulit dan tali pusat bayi hanya boleh harus dibersihkan sebaik–baiknya 9) Para pengunjung melihat bayi dari belakang kaca e. Minum cukup Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet. f. Memberikan sentuhan Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh (Priyono, 2010). g. Membantu beradaptasi Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan lingkungan membantu barunya. bayi Setelah beradaptasi suhunya dengan stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya dengan berat badan kondisi tidak kesehatan berbanding bayi lurus secara umum (Didinkaem, 2007). 2. Perawatan di rumah a. Minum susu Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, didalamnya karena belum ada zat yang gizi yang terkandung menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. b. Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. c. Pastikan semuanya bersih Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati–hati menjaga keadaan sekaligus si kecil meminimalisir infeksi. Maka supaya tetap kemungkinan sebaiknya cuci bersih terserang tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar. d. BAB dan BAK BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. e. Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan membelai, memijat, dengan mengajak mengajak bermain, berbicara, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar–gambar dan mainan berwarna cerah (Bobak, 2004). G. Komplikasi Menurut Nelson (2000), komplikasi dari bayi prematur adalah: 1. System pernafasan a. Sindrom gawat nafas, defisiensi surfaktan Surfaktan yang belum terbentuk dapat menurunkan komplience paru. Alveoli belum sempurna sehingga sering terjadi apnoe. b. Apnoe Recurent Adalah periode tidak bernafas lebih dari 20 detik yang disertai dengan bradikardi dan sianosis. Hal ini timbul karena SSP dan paru belum matang. c. Air leak syndrome Bayi premature yang mendapat terapi oksigen dapat timbul komplikasi kebocoran pemberian tekanan yang terlalu besar. udara, karena d. Broncho Pulmonary Displasia Penyakit ini timbul sebagai komplikasi dari pemakaian oksigen yang terlalu lama. 2. System cardiovaskuler a. Penutupan duktus botalli terhambat dapat dipengaruhi oleh input cairan yang berlebihan dan pemberian oksigen yang agresif. b. Bayi mudah mengalami hypotensi karena adanya hypovolemic. 3. Gastrointestinal Pada matangnya bayi premature system/fungsi dapat terjadi dari tidak gastrointestinal, ditandai dengan refleks isap yang belum baik sampai usia 34–35 yang minggu. lama, Pengosongan rendahnya lambung absorpsi dalam lemak, waktu kurangnya motilitas, adanya trauma hypoksi iskemik pada saluran cerna dan kolonisasi bakteri pathogen yang berlebihan dalam lumen usus bisa menimbulkan resiko tinggi terjadinya NEC. 4. System urogenitalis Struktur ginjal bayi premature belum matang dan fungsi belum sempurna, terutama fungsi filtrasi masih rendah serta elektrolit, ketidakmampuan sehingga mudah mengatur mengalami keseimbangan keracunan obat dan menderi asidosis metabolic 5. Immunologi Bayi premature sangat mudah mengalami infeksi, hali ini berhubungan dengan kedua immunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidal, serta efek cytotoksik lymphocyte masih rendah 6. Metabolisme Pada neonatorum, transferase bayi premature karena kedlam sel bisa produksi – sel terjadi enzim hati belum ikterus glucoronil sempurna. Disamping itu hypokalsemi mengalami juga mudah mengalami dini, teritama keracunan obat jika dan hypoglikemi bayi dan premature menderita asidosis menurunnya eritrosit metabolik 7. Hematologi Anemi berhubungan dengan waktu lahir, sebagai akibat perdarahan pre dan post natal atau penyebab lainnya. Jika bayi premature menderita sepsis dapat timbul komplikasi DIC. 8. System neurologi a. Perdarahan periventrikuler Terjadi akibat subependimal/lapisan rupture germinal pembuluh pada darah bagian bawah kepala yang berasal dari nucleus caudatus di depan foramen monrow. b. Leucomasia periventrikuler Adalah premature suatu hingga lesi iskemik dapat pada menyebabkan otak bayi terjadinya nekrosis koagulasi. c. Aktifitas reflek batuk masih lemah Bayi dapat tersedak dan selanjutnya dapat timbul aspirasi. d. Refleks primitive seperti menoleh, menghisap, dan menelan masih lemah, mengakibatkan bayi belum bisa menetek, sehingga pemberian makanan melalui sonde. 9. System termoregulasi Pusat termoregulasi belum sempurna karena lemak subkutan dan lemak coklat masih sedikit, sehingga mudah mengalami hypotermi dan hypertermi. 10. System integument Kulit bayi bayi premature sangat tipis, transparan terutama pada bayi dengan gestasi kurang dari 30 minggu, sehingga kehilangan IWL sangat tinggi. 11. System optalmologis Merupakan komplikasi pada bayi premature yang mengenai mata atau disebut juga dengan Retinopathy of Prematurity. Retina yang sedang berkembang sangat sensitive terhadap perubahan perfusi dan oksigenasi. H. Data yang perlu dikaji 1. Riwayat kehamilan a. Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah b. Kehamilan kembar c. Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk d. Kemungkinan penyakit genetic e. Riwayat melahirkan premature f. Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya g. Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps umbilicus h. Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alcohol i. Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis. 2. Status bayi baru lahir a. Umur kehamilan antara 24–37 minggu, berat badan lahir rendah atau besar masa kehamilan b. Berat badan dibawah 2500 gram Kurus, lemak subkutan minimal c. Adanya kelainan fisik yang terlihat d. APGAR skore 1–5 menit : 0–3 mengindikasikan distress berat, 4–6 menunjukkan disstres sedang dan 7–10 merupakan nilai normal. 3. Kardiovaskular a. Denyut jantung 120–160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur b. Saat kelahiran, terdengar murmur 4. Gastrointestinal a. Protruding abdomen b. Keluaran mekonium setelah 12 jam c. Kelemahan menghisap dan penurunan reflex d. Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital 5. Integumen a. Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning b. Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh c. Kurus d. Edema general atau local e. Kuku pendek f. Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis 6. Muskuloskeletal a. Cartilago pada telinga belum sempurna b. Tengkorak lunak c. Keadaan rileks, inaktive atau lethargi 7. Neurologik a. Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi b. Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif c. Tidak ada atau minimalnya tanda neurologic d. Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25–26 minggu e. Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik 8. Pulmonary a. Respiratory rate antara 40–60 x/menit dengan periode apnea b. Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, substrenal) c. Terdengar crakles pada auskultasi suprasternal, 9. Renal a. Berkemih terjadi Kemungkinan 8 jam ketidakmampuan setelah lahir mengekresikan sulution dalam urine. 10. Reproduksi a. Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol b. Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia. 11. Data penunjang I. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas 1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru 2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan 3. Resiko cairan tinggi dan gangguan elektrolit keseimbangan b/d keseimbangan ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit 4. Perubahan berhubungan nutrisi dengan kurang tidak dari kebutuhan adekuatnya tubuh persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat 5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan J. Rencana tindakan keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru. a. Tujuan : Pola nafas yang efektif b. Kriteria hasil : Kebutuhan oksigen menurun Nafas spontan, adekuat Tidak sesak Tidak ada retraks c. Tindakan : 1) Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan Rasional: Distress pernafasan yang dibuktikan dengan dyspnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuamenyediakan oksigen bagi jaringan. 2) Berikan posisi kepala sedikit ekstensi Rasional: Untuk mengoptimalkan jalannya saluran nafas 3) Berikan oksigen dengan metode yang sesuai Rsional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru 2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan a. Tujuan : Pertukaran gas adekuat b. Kriteria hasil : Tidak sianosis Analisa gas darah normal Saturasi oksigen normal c. Tindakan: 1) Lakukan isap lendir kalau perlu Rasional: Membantu pembersihan jalan nafas 2) Berikan oksigen dengan metode yang sesuai Rasional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru 3) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sentral Rasional: Sianosis kuku vasokontriksi. menunjukkan Sedangkan sianosis daun telinga, membrane mukosa dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik. 4) Ukur saturasi oksigen Rasional: Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan 5) Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan Rasional: Distress pernafasan yang dibuktikan dengan dyspnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan. 6) Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah Rasional: AGD yang menunjukkan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan. 7) Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan Rasional: Untuk menentukan intervensi yang tepat dan sesuai 3. Resiko tinggi elektrolit gangguan b/d keseimbangan ketidakmampuan ginjal cairan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit a. Tujuan : Hidrasi baik b. Kriteria hasil : Turgor kulit elastic Tidak ada edema Produksi urin 1-2 cc/Kg BB/jam Elektrolit darah dalam batas normal c. Tindakan : 1) Observasi turgor kulit Rasional: Penurunan turgor kulit mengindikasikan adanya kekurangan cairan. 2) Catat intake dan output Rasional: Untuk mengetahui intake dapat danoutput perkembangan cairan menentukan sehingga keputusan untuk tindakan selanjutnya. 3) Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit Rasional: Pembatasan berat cairan tubuh akan ideal, menentukan haluaran urine dan respon terhadap terapi 4) Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah Rasional: Menentukan berkaitan adanya dengan kelainan cairan dan yang uneuk menentukan intervensi yang tepat 4. Perubahan berhubungan nutrisi dengan kurang tidak dari kebutuhan adekuatnya tubuh persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat a. Tujuan : Nutrisi adekuat b. Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gr/hari Tidak ada edema Protein dan albumin darah dalam batas normal a. Tindakan : 1) Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat Rasional: Dapat meningkatkan nafsu makan input mungkin meskipun lambat untuk kembali. 2) Observasi dan catat toleransi minum Rasioanl: Untuk menentukan jumlah cairan akan diberikan sesuai kebutuhan. yang 3) Timbang berat badan setiap hari Rasional: Memberikan terbaik hasil dari pengkajian status yang cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan. 4) Catat intake dan output Rasional: Untuk mengetahui intake danoutput dapat menentukan perkembangan cairan sehingga keputusan untuk tindakan selanjutnya. 5) Kolaborasi dalam pemberian total parenteral menangani masalah nutrition kalau perlu Rasional: Mempercepat pasien 5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan a. Tujuan : Suhu tubuh stabil b. Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,2 0C Akral hangat c. Tindakan : 1) Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai Rasional: Suhu lingkungan yang sesuai dapat menjaga keseimbangan suhu tubuh. 2) Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas Rasional: Perubahan cepat suhu terjadi tubuh pada sehingga prematur benda yang dingin maupun panas dapt mempengaruhi suhu tubuh bayi. 3) Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien dan menentukan intervensi yang tepat 4) Ganti popok bila basah Rasional: Mencegah terjadinya hipotermi DAFTAR PUSTAKA Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta Handayani, dkk. 2008. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta Priyono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Media Pressindo: Jakarta Wong, Donna L. 2004. Pedoman Pediatrik.Jakarta : EGC Klinis Keperawatan Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Keperawatan.Edisi 8. Jakarta : EGC Saku Diagnosa Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EG