Perkembangan Kurikulum 1. Definisi Kurikulum Ornstein & Hunkins dalam bukunya Curriculum Foundations, Principles, and Issues (2017:26-27) mendeskripsikan kurikulum sebagai rencana untuk mencapai tujuan. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mendefinisikan kurikulum sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehingga kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang berisikan tujuan, isi dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, Kurikulum dapat dimaknai sebagai seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri dari isi dan materi-materi pelajaran yang terstruktur, terprogram dan terencana dengan baik yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dan interaksi sosial dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Peranan Kurikulum Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum, yaitu: a. Peranan Konservatif: Sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya yang masih relevan dengan kehidupan masa kini kepada generasi muda (siswa), serta membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakat. Contohnya: gotong royong, peduli sosial, solidaritas sosial, dll. b. Peranan Kreatif Kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa kini/ sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Dalam hal ini kurikulum dimaksudkan harus mampu mempersiapkan siswa untuk bisa menghadapi tantangan global. c. Peranan Kritis dan Evaluatif Kurikulum harus mampu menjadi filter sosial dan kontrol terhadap nilai-nilai budaya yang akan diwariskan kepada siswa sebagai generasi muda Indonesia. Nah kembali kepada peranan konservatif tadi bahwa kurikulum menjadi sarana transmisi kebudayaan. Namun nilai-nilai tersebut tidak secara keseluruhan ditransmisikan. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat, yang diwariskan secara turun-temurun tidak selamanya relevan dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu nilai-nilai yang di rasa sudah tidak sesuai/relevan harus ditiadakan dan kemudian diadakan modifikasi atau penyempurnaan. 3. Fungsi Kurikulum a. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function). kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. b. Fungsi integrasi (the integrating function). Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya. c. Fungsi diferensiasi (the differentiating function). mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. d. Fungsi persiapan (the propaedeutic function). mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya ia karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. e. Fungsi pemilihan (the selective function). mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel f. Fungsi diagnostik (the diagnostic function). mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi/kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya. 4. Tujuan Kurikulum Gambar Hierarki Tujuan Kurikulum a. Tujuan Pendidikan Nasional (Curriculum Aims) adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional yang dilandasi oleh falsafah suatu negara. b. Tujuan Institusional (Curriculum Goals) adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, misalnya, tujuan pendidikan pada tingkat SD, SLTP, SMU, SMK dan sebagainya. Jadi, pemerintah melalui Mendikbud memberikan kebebasan kepada setiap sekolah untuk merumuskan dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan kesepakatan bersama dengan berpedioman pada kurikulum nasional/pusat. c. Tujuan Kurikuler (Curriculum Sub Goals) adalah penjabaran dari tujuan institusional yang berisi program-program pendidikan yang menjadi sasaran suatu bidang studi atau mata kuliah, misalnya, tujuan mata pelajaran Sejarah, Matematika, Agama, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Nah biasanya untuk perumusan tujuan kurikuler pada masing-masing mata pelajaran ini dilakukan oleh masing-masing tim guru pengampu mata pelajaran. d. Tujuan Instruksional (Curriculum Objectives) merupakan tujuan tingkat bawah yang harus dicapai setelah suatu proses pembelajaran. Tujuan ini dirinci lagi menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).