HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON Dene Fries Sumah* *Asal Instansi: Universitas Kristen Indonesia Maluku ABSTRAK Discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya. Agar tercapainya suatu informasi yang baik sehubungan dengan kepulangan pasien maka perawat perlu melakukan Discharge planning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Penilitian ini menggunakan pendekatan studi analitik kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Teknik penetapan sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan observasi. Data dianalisis secara statistik dengan uji chi sqaure. Hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mayoritas memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 14 orang (66.7%) dan minoritas responden yang memilki pengetahuan kurang baik ada sebanyak 7 orang (33.3%). Berdasarkan hasil analisis uji Fisher’s excat test diketahui bahwa nilai p = 0,006 sehingga < α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang berarti bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Kata Kunci: pengetahuan, discharge planning ABSTRACT Discharge planning as the planning of going back of the patient, and give information to the elient and their family, about something that necessary to avoid and to do relate his or her condition. In order to achieve a good information in connection with going back of the patient, so the nurse onust be make discharge planning. The purpose of this research is to know the nurse’s skills relation with discharge planning implementation in the treatment room of the dr. M. Haulussy Hospital Ambon. This research use quantitative analytical study approach with the cross sectional study design. The using of the sample technique determining is total sampling. The statistic annalys data with chi square experiment. Result of the research was know that mejorities respondent who has good knowledge are 14 persons (66,7%) and minorities respondent who has low knowledge are 7 persen (33,3%). Based on the annalys result of the fisher’s exact experiment we had know that value p = 0,006 with result < α = 0,005, so it can be concluded that, there’s a relationship of the nurse’s skills relation with discharge planning implementation in the dr. M. Haulussy Hospital Ambon. Key words: Skill, Discharge Planning. PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan rumah sakit yang berkewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif (Yuliana, 2013). Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Dalam tugasnya perawat berperan sebagai: kolaborator, konselor, change agent, peneliti, dan pendidik (Octaviani, dkk 2015). Dalam menjalankan perannya dengan memberikan pendidikan, perawat juga menjadi bagian dalam discharge planning (perencanaan pulang) atau bisa disebut discharge planning. Pasien masih membutuhkan bantuan dalam memahami situasi mereka, membuat keputusan perawatan kesehatan, dan mempelajari perilaku kesehatan baru. Disini pendidikan kesehatan merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Perawat memberikan informasi melalui pendidikan kesehatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Potter, dkk 2011). Perawat mempunyai tanggung jawab utama untuk memberi instruksi kepada pasien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang harus dihindari, penggunaan obatobatan di rumah, jenis komplikasi, dan sumber bantuan yang tersedia (Potter, dkk 2011). Discharge planning (Perencanaan Pulang) adalah merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada pasien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau (Hariyati, dkk 2013). Perencanaan pulang adalah suatu rencana pulang pada pasien yang ditulis di kertas yang merupakan tujuan perencanaan perawatan pasien. Perencanaan pulang pada pasien dapat memberikan motivasi untuk mencapai kesembuhan pasien, dapat memberikan dampak terhadap pemendekan lama perawatan pasien di rumah sakit, menurunkan anggaran kebutuhan rumah sakit, menurunkan angka kekambuhan, dan memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan tepat waktu (Swanburg, 2013). Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap (Herlambang dan Murwani, 2012). Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan professional personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan (Siboro, 2014). Discharge planning dilaksanakan selama dalam perawatan dan evaluasi pada saat pasien dipersiapkan untuk pulang, dengan mengkaji kemungkinan rujukan atau perawatan lanjut di rumah sesuai kebutuhan (Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2011). Pengetahuan perawat tentang discharge planning diperlukan untuk mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial (Nursalam, 2010). Dampak discharge planning bila tidak dilakukan perawat, kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan discharge planning akan beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik (Nursalam, 2011). Idealnya perencanaan pulang di mulai saat penerimaan pasien masuk hingga tindakan pada hari pemulangan, perawat mengkaji semua perubahan kondisi pasien, dan harus terdapat bukti tentang keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses perencanaan pulang. Pasien perlu mempunyai informasi yang diperlukan dan sumber yang diperlukan untuk kembali ke rumah. Setelah itu perawat memberikan resume atau format perencanaan pulang secara rinci dan diberikan kepada pasien, keluarga atau perawat komunitas. Hal ini mampu meningkatkan kontinuitas perawatan yang terbaik untuk pasien dan dapat meningkatkan kemandirian dan kesiapan pasien serta keluarga saat dirumah ( Potter, dkk 2011). Hal ini sesuai dengan peraturan Permenkes nomor 269/Menkes/PER/III/2008 bahwa tenaga keperawatan berkewajiban mendomentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di sarana pelayanan yang menyelenggarakan upaya kesehatan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD dr. M. Haulussy Ambon melalui wawancara dan observasi bahwa discharge planning sudah terlaksana tetapi terkadang belum maksimal dilakukan dalam artian ada hal-hal yang belum semua dilakukan dan bahwa ada yang hanya memberikan obat ke pasien tanpa memberi penkes terkait dengan penyakit yang di derita. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti ingin untuk melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui “Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon”. Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk; a) meningkatkan mutu pelayanan cepat dan dapat membantu dalam mendokumentasi pelaksanaan discharge planning dengan baik.; b) mendapatkan mutu pelayananan yang aman, cepat dan tepat sesuai kebutuhan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2014 di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Penilitian ini menggunakan pendekatan studi analitik kuantitatif dengan desain cross-sectional yang melibatkan 21 responden dan teknik penetapan sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah chi-square test dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi karakteristik responden dan pengetahuan perawat serta pelaksanaan discharge planning dalam frekuensi dan presentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis univariat 1. Jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat penelitian dapat dilihat pada table 1.1 Tabel 1.1. Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 Jenis Kelamin n % Laki-laki 2 9.5 Perempuan 19 90.5 Total 21 100.0 Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu 19 orang (90.5 %), dan jenis kelamin yang sedikit jumlahnya yaitu jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 2 orang (9.5%). 2. Kelompok Umur Karakteristik responden berdasarkan umur di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2. Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Umur RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 % Umur n 24-36 15 71.4 37-49 6 28.6 Total 21 100 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 1.2 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 24-36 tahun yaitu sebanyak 15 orang (71.4%), dan kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 37-49 tahun yaitu sebanyak 6 orang (28.6%). 3. Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 1.3 Tabel 1.3. Distribusi Karaterstik Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 Pendidikan n DIII Kep 20 SPK 1 Total 21 Sumber: Data Primer, 2014 % 95.2 4.8 100.0 Berdasarkan tabel 1.3. menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan terbanyak pada jenjang DIII sebanyak 20 orang (95.2%), dan pendidikan yang paling sedikit adalah jenjang SPK yaitu sebanyak 1 orang (4.8%). 4. Pengalaman kerja Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 1.4 Tabel 1.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman kerja di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 % Lama kerja n < 5 tahun 6 28.6 > 5 tahun 15 71.4 Total 21 100.0 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 1.4. menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan lama kerja terbanyak yaitu >5 Tahun sebanyak 15 orang (71.4%), dan pekerjaan yang paling sedikit yaitu < 5 Tahun sebanyak 6 orang ( 28.6%). 5. Pengetahuan perawat. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan perawat tentang pelaksanaan discharge planning di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 1.5 Tabel 1.5. Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Tentang Pelaksanaan Discharge planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 Pengetahuan Perawat Baik Kurang Baik n % 14 7 66.7 33.3 Total 21 100.0 Sumber : Data Primer, 2017 Berdasarkan table 1.5 diketahui bahwa responden yang mayoritas memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 14 orang (66.7%) dan minoritas responden yang memilki pengetahuan kurang baik ada sebanyak 7 orang (33.3%). 6. Pelaksanaan discharge planning. Karakteristik responden berdasarkan pelaksanaan discharge planning di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 1.6. Tabel 1.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pelaksanaan Discharge Planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014 Pelaksanaan Discharge n % planning Baik 14 66.7 Kurang baik 7 33.3 Total 21 100.0 Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan table 1.6 diketahui bahwa responden pelaksanaan discharge planning yang baik sebanyak 14 orang (66.7%) dan responden pelaksanaan discharge planning yang kurang baik sebanyak 7 orang (33.3%). Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning. Tabel 1.7. Hasil Analisis Uji Fisher’s excat test Hubungan Pengetahuan Perawat dengan pelaksanaan discharge Planning Tahun 2014 Pengetahuan Perawat Baik Kurang Baik Total Pelaksanaan Discharge Planning Kurang Baik Baik n % n % 13 92.9 1 7.1 2 28.6 5 71.4 n 14 7 % 100 100 15 21 100 71.4 6 28.6 Total p Value 0,006 Berdasarkan tabel 1.7 menunjukan bahwa responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 13 orang (92.9%) dan responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 1 orang (7.1%). Sedangkan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 2 orang (28.6%) dan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 5 orang (71.4%). Berdasarkan hasil analisis uji Fisher’s excat test diketahui bahwa nilai p = 0,006 sehingga < α = 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan perawat tentang discharge planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Berdasarkan table 1.5 diketahui bahwa responden yang mayoritas memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 14 orang (66.7%). Hal ini dapat di analisis bahwa perawat yang memiliki usia bertambah cenderung memiliki pengetahuan atau mengetahui dan memahami lebih dalam tentang apa itu discharge planning dan begitu juga pengalaman kerja perawat yang lebih dari 3 tahun maka pengetahuan tentang apa itu discharge planning lebih baik dalam melakukan tindakan tersebut. Sedangkan mayoritas responden yang memilki pengetahuan kurang baik ada sebanyak 7 orang (33.3%). Hal ini dapat di analisis bahwa sebagian perawat memiliki pengetahuan yang kurang atau rendah tentang apa itu Discharge Planning, Dilihat dari beberapa factor yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, lamanya berkerja dan usia perawat atau individu dalam melihat pengetahuan sehingga dari data yang penulis dapatkan yaitu data karakteristik pendidikan yang lebih banyak yaitu DIII sebanyak (21 orang) dan yang sedkit memiliki tingkat pendidikan SPK sebanyak (1 orang). Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoadmojo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur, pendidikan, pengalaman. Pengetahuan perawat tentang discharge planning diperlukan untuk mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Discharge planning didapatkan dari suatu proses interaksi dimana perawat profesional dapat memberikan perawatan dengan baik. Discharge Planning merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, klien, dan orang yang penting bagi klien (Nursalam, 2010). Discharge Planning yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat, terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (Potter, 2011). Pasien yang perlu diberikan perawatan di rumah adalah mereka yang memerlukan bantuan selama masa penyembuhan dari penyakit akut atau untuk mencegah atau mengelola penurunan kondisi akibat penyakit kronis (Potter, 2011). 2. Pelaksanaan discharge planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Berdasarkan table 1.6 diketahui bahwa responden pelaksanaan discharge planning yang baik sebanyak 14 orang (66.7%). Hal ini dapat di analisis bahwa tindakan atau cara melakuakan prosedur discharge planning yang dilakukan perawat bagi pasien dan keluarga sangat baik dilihat dari perawat yang memiliki pengetahuan yang baik, usia perawat dan lamanya berkerja perawat tesebut. Sedangkan responden pelaksanaan discharge planning yang kurang baik sebanyak 7 orang (33.3%). Hal ini dapat di analisis bahwa perawat yang memiliki tindakan discharge planning yang kurang baik disebabkan karena memiliki pengetahuan yang rendah, usia perawat dan lamanya berkerja kurang dari 5 tahun sehingga perawat tidak memahami prosedur atau langkah – langkah dalam melakukan tindakan persiapan kepulangan pasien dan keluargannya. Tindakan merupakan kecenderungan sikap untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas/sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010). Dalam pelaksanaan discharge planning, perawat mempunyai tanggung jawab utama untuk memberi instruksi kepada pasien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang harus dihindari, penggunaan obat-obatan di rumah, jenis komplikasi, dan sumber bantuan yang tersedia (Potter, 2010). Berdasarkan hal ini, perawat mempunyai peran penting dalam perencanaan pulang pasien, dimana pelaksanaannya memerlukan komunikasi yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan dirumah (Nursalam, 2010). Saat ini Rumah Sakit sudah membuat format discharge planning supaya terwujudnya pelaksanaan discharge planning yang baik diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan. Pelaksanaan discharge planning pada perawat di RSUD dr. M. Haulussy Ambon sudah dilaksanakan meskipun belum sempurna dan perawat dapat melaksanakan discharge planning dengan menggunakan format yang telah tersedia, akan tetapi dalam pelaksanaannya perawat masih belum maksimal melakukannya karena waktu yang tergesa-gesa dan banyak kegiatan yang harus dilakukan sehingga Rumah Sakit harus ikut serta dalam menyikapi hal ini karena kualitaspun harus dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil yang baik. 3. Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Berdasarkan tabel 1.7 menunjukan bahwa responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 13 orang (92.9%) dan responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 1 orang (7.1%). Sedangkan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 2 orang (28.6%) dan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 5 orang (71.4%). Berdasarkan hasil analisis uji Fisher’s excat test diketahui bahwa nilai p = 0,006 sehingga < α = 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan discharge planning. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang P (2015) Peran educator perawat dengan pelaksanaan Discharge Planning pada pasien diruang Tulip 1C RSUD ULIN Banjarmasin dengan nilai p value 0,002 atau p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran educator perawat dengan pelaksanaan discharge planning di RSUD Ulin Banjarmasin. Hal ini berarti pelaksanaan discharge planning akan semakin baik jika peran perawat sebagai educator atau pendidik tersebut juga baik.Discharge planning merupakan suatu cara yang dinamis bagi tim kesehatan dalam mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien sehingga mampu melakukan perawatan mandiri di rumah. Selain itu kondisi di atas dapat disebabkan oleh lama bekerja perawat yang mayoritas baru 1-3 tahun, sehingga belum mendapatkan pengalaman dalam memberikan discharge planning secara terinci dan baik. Mengingat hal tersebut maka perawat harus memberikan discharge planning secara lengkap dan benar, agar pasien dapat mandiri melakukan perawatan di rumah. (Nursalam, 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 13 orang (92.9%). Menurut penulis bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang apa itu Discharge planning dan prosedur atau langkah – langkah tindakan yang di dapat melalui proses belajar di bangku pendidikan, media massa sehinga pengetahuan perawat dalam melakukan tindakan tersebut sangatlah baik bagitu juga usia perawat yang semakin meningkat maka pengetahuan dan tindakan yang di aplikasikan kepada pasien dan kelurga semakin baik, kemudian dilihat dari hasil kuisioner dan observasi yang dilakukan peniliti ternyata banyak yang memiliki nilai yang baik di tambah juga dengan memahami tentang apa itu pengkajian sampai pada tahap evaluasi maka perawat bisa melakukannya atau mengaplikasikannya sesuai dengan pengetahuan yang di dapatkan dan lamanya usia berkerja pada pasien dengan baik. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengetahuan yang baik dan tindakan yang baik sesuai dengan langkah – langkah atau prosedur maka pelayanan perawat tersebut menjadi yang terbaik. Sebaliknya responden yang memilki pengetahuan baik dengan pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 1 orang (7.1%). Menurut analisis penulis hal ini mengidentifikasikan bahwa pengetahuan yang baik belum sepenuhnya dapat mempengaruhi responden dalam melakukan praktik dalam pelaksanaan Discharge planning yang baik pula karena di dalam tindakan persiapan kepulangan pasien ada beberapa factor yang mempengaruhi tindakan discharge planning yaitu : seperti lamanya usia berkerja, perawat yang memiliki usia berkerja di atas 5 tahun memiliki pengalaman berkerja atau tindakan dalam proses kepulangan pasien dan kelurganya lebih baik dibandingkan dengan perawat yang memiliki usia atau lamanya berkerja di bawah 5 tahun tidak memiliki ketrampilan atau praktik yang baik dalam melakukan prosedur kepulangan pasien. Dilihat lagi bahwa responden mungkin masih menyikapi hal tersebut hal biasa. Dilihat dari observasi peneliti ada sebagian yang masih menyikapi dengan berbagai alasan karena malas dan terburu-buru dalam melaksanakan tugas hingga tidak dilakukan Discharge planning. Sedangkan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan Discharge Planning baik sebanyak 2 orang (28.6%) menurut analisis penulis hal ini sangat berkaitan dengan faktor karakteristik lama kerja yang didapatakn perawat yang bekerja lebih banyak diatas 5 Tahun. Dengan adanya faktor ini pengalaman perawat sangat penting dan sangat berguna. Sehingga walaupun pengetahuan kurang baik tetapi dalam pelaksanaan Dircharge planningnya baik. Dan responden yang memilki pengetahuan kurang baik tetapi pelaksanaan discharge planning kurang baik sebanyak 5 orang (71.4%). Menurut penulis hal ini mengidentifikasikan bahwa pengetahuan berperan aktif dalam perilaku dan sikap seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau praktik. Usia yang mempengaruhi kematangan dalam berfikir dan bertindak. Namun pengetahuan yang cukup tidak bisa menjamin perawat di Rumah Sakit Sumber Hidup dapat memberikan discharge planning dengan baik, karena perawat mempunyai peran penting dalam discharge planning pasien, dimana pelaksanaannya memerlukan pengetahuan yang baik sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan dirumah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Discharge Planning di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014. Saran Penelitian ini merekomendasikan Perawat perlu meningkatkan perannya sebagai educator dalam discharge planning untuk meningkatkan pengetahuan pasien sehingga kepatuhan untuk kontrol dapat dilaksanakan yang bermanfaat untuk mencegah atau nmengurangi kekambuhan pasien. Perawat juga dapat meberikan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh pasien ketika sudah meninggalkan RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2014. DAFTAR PUSTAKA Darma Kelana Kusuma, 2011. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media. Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta. Hariyati, R.T.S., Rofi’I, Muhammad., & Pujasari, Hening. 2013. Perjanjian dan konsensus dalam pelaksanaan perencanaan pulang pada perawat rumah sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia. Volume 15, No.3, November 2012. Herlambang S Dan Murwani A. 2012. Manajemen Kesehatan Dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Morris, Jenny, Winfield, Louise, & Young, Kim. 2012. Registered nurse’s perception of the discharge planning process for adult patients in an acute hospital. Journal of nursing and practice, February 2012, vol.2, No.1. Notoadmojo 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Salemba Medika. Nursalam 2010. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Potter, P.A., & Perry, A.G 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,& Praktik (Volume 1, Edisi 4). (Alih Bahasa: Yasmin Asih, Et Al.; Editor Edisi Bahasa Indonesia: Devi Yulianti, Monica Ester). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc. Rofi’I, Muhammad, Hariyati, R.T.S., & Pujasari, Hening. 2013. Faktor Personil dalam pelaksanaan discharge planning perawat rumah sakit di semarang. Jurnal managemen keperawatan. Volume 1, No.2, November 2013. Rosdahl, C.B., Mary, T.K, 2011. Textbook of Basic Nursing 9th. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Sastroasmoro, 2011. Dasar-Dasar Metedologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto Siboro, Tomsal. 2014. Hubungan Pelayanan Perawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Bandung. Bandung : Universitas Advent Indonesia Bandung. Swanburg. 2013. Motivasi. Bintang pustaka Jakarta: