Aktivitas Humas DPRD Kota Makassar Sebagai Fungsi Mediator

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai alat
kelengkapan yang terdiri atas pimpinan, badan musyawarah, komisi, badan
legislasi daerah, badan anggaran, badan kehormatan, dan alat kelengkapan lain
yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk
sekretariat DPRD yang personelnya terdiri atas pegawai negeri sipil. Sekretariat
DPRD adalah penyelenggara administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan bertugas menyediakan serta
mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah. Sekretariat DPRD dipimpin seorang sekretaris
DPRD yang diangkat oleh kepala daerah atas usul pimpinan DPRD. Sekretaris
DPRD secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada kepala
daerah melalui sekretaris daerah.
Dalam sekretariat DPRD Kota makassar dibentuk salah satu sub bagian
yaitu Hubungan Masyarakat (Humas). Lembaga DPRD Kota Makassar telah lama
berdiri dan Humas DPRD Kota Makassar terbentuk menjadi satu sub bagian pada
tahun 2000 serta ditambahkan ruang aspirasi dalam Humas pada tahun 2007.
Aktivitas Humas DPRD Kota Makassar banyak berhubungan dengan
masyarakat, mediator antara masyarakat dengan lembaga antara lain humas
2
menjembatani aspirasi masyarakat ke komisi terkait. Humas turut serta dengan
anggota DPRD untuk melakukan reses dan mempublikasi kegiatan antara lain
dokumentasi, mengkliping koran yang memuat segala berita yang berhubungan
dengan DPRD Kota Makassar.
Humas dalam lembaganya harusnya menjalankan fungsi dengan baik dan
serasi antara publik intern dan publik ekstern dalam rangka memberikan
pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi. Komunikasi sosial harus
berkembang antara pemerintahan dan rakyat, kelompok masyarakat dan kelompok
masyarakat lainnya.
Eksistensi Humas merupakan keharusan fungsional dalam rangka
memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada masyarakat. Humas suatu alat
memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi kepada khalayak
dengan menggunakan media.
Kehadiran Humas bukan merupakan unit struktural yang kaku karena
diikat oleh prosedur dan birokrasi yang ada, tetapi posisinya yang langsung
berhubungan dengan pimpinan, petugas Humas pun harus mempunyai
kemampuan untuk mengatasi segala permasalahan yang dihadapkan kepadanya.
Jika begitu kaku akan menghambat termasuk pula apabila kurang kemampuan
Humas itu sendiri, baik kualitas, keterampilan dan lain-lain. Tentu saja
keberhasilan tidak dapat dicapai berdasarkan kemampuan yang ada. Karena selain
daripada itu masih diperlukan pengertian, peran serta (partisipasi) publiknya
(ekstern/intern).
3
Hubungan
masyarakat
mempunyai
ruang lingkup
kegiatan
yang
menyangkut banyak manusia (publik, masyarakat, khalayak), baik di dalam
(publik intern) dan diluar (publik ekstern). Humas sebagai komunikator
mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak
dan kedalam menyerap reaksi dari khalayak. Organisasi atau lembaga mempunyai
tujuan dan berkehendak untuk mencapai tujuan itu ( Widjaja 2008: 2).
Adapun isi peraturan walikota tentang tugas jabatan struktural DPRD kota
Makassar Pasal 5 Sub bagian Humas adalah:
(1) Sub bagian Humas mempunyai tugas melakukan penyiapan pembinaan
pengembangan
kehumasan,
penerima
aspirasi
serta
penyiapan
dan
penyebarluasan informasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada pasal 5 ayat (1)
peraturan ini, Sub bagian Humas menyelenggarakan fungsi :
a. melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya.
b.
melaksanakan
penyiapan
pengembangan
kehumasan
dengan
mengumpulkan dan mensortir informasi dan atau keputusan/ketetapan
dewan dengan cara menampung dan mengkoordinasikan;
c. menyebarluaskan informasi kegiatan DPRD atas petunjuk pimpinan DPRD
dan Sekretaris DPRD;
d. melakukan perekaman, penyajian data, melayani permintaan pers
berdasarkan petunjuk pimpinan DPRD untuk memberikan bahan informasi;
e. memfasilitasi masyarakat yang menyampaikan aspirasinya kepada DPRD
dan membuat laporan hasil penerimaan aspirasi dimaksud;
4
f. memfasilitasi hubungan timbal balik antara DPRD dengan pemerintah dan
masyarakat;
g. menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
Namun, tetap saja Humas DPRD Kota Makassar selalu menghadirkan pro
dan kontra apalagi dari segi pelayanan kepada masyarakat. Dalam Tribun Timur
Digital Newspaper tanggal 5 Oktober 2011 menyatakan bahwa, saat ini banyak
protes yang dilayangkan kepada Humas, Humas tidak professional, Humas
terkesan
ada yang disembunyikan sehingga informasi sulit di diperoleh dari
Humas. Foto copy draf Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) serta tanggapan
dewan dalam rangka pertanggungjawaban Walikota Makassar tidak disiapkan
Humas.
Selain itu, informasi Kunjungan Kerja (KunKer) dewan keluar provinsi
Sulawesi Selatan dan kunjungan kerja di Kota Makassar tidak di sampaikan pihak
Humas.
Pemaparan diatas sudah terjadi selisih antara kenyataan dan seharusnya,
bagaimana Humas seharusnya menjalankan fungsinya dan kenyataan yang terjadi.
Sebagaimana latar belakang permasalahan penulis melakukan penelitian dengan
judul:
" Aktivitas Humas DPRD Kota Makassar Sebagai Fungsi Mediator dan
Publisitas “
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini merumuskan beberapa permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana aktivitas Humas DPRD Kota Makassar sebagai fungsi
mediator dan publisitas?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat aktivitas Humas
DPRD Kota Makassar sebagai fungsi mediator dan publisitas ?
C. Tujuan & Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui Aktivitas Humas DPRD Kota Makassar Aktivitas
Humas DPRD Kota Makassar sebagai fungsi mediator dan publisitas.
b. Untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat Aktivitas Humas DPRD Kota Makassar sebagai fungsi
mediator dan publisitas.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
a. Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan Ilmu Komunikasi,
khususnya dalam bidang Hubungan Masyarakat ( Humas ) dan dapat
menjadi bahan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin
meneneliti lebih dalam mengenai salah satu aktivitas Humas DPRD
Kota Makassar.
6
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan dalam menyempurnakan Aktivitas Humas DPRD Kota
Makassar sebagai fungsi mediator dan publisitas.
D. Kerangka Konseptual
Pada dasarnya tujuan utama dari program kerja dan berbagai aktivitas
Humas adalah cara menciptakan hubungan harmonis
antar organisasi atau
lembaga yang diwakilinya dengan khalayak. Kementerian pendayagunaan
aparatur negara dan reformasi birokrasi telah mengeluarkan pedoman umum tata
kelola kehumasan di instansi pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk setiap
bagian kehumasan punya tata cara kelola yang sesuai dengan standar yang
dibutuhkan dalam sebuah instansi pemerintah.
Perencaan program terbilang sangat penting. Antara lain tujuan dari proses
perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas Humas tersebut
dapat diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen Humas yamg
dikelola secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan hasil atau
sasarannya (Ruslan 2010 : 147).
Menurut Lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan
November 1987: Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara
terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat
baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayak. Pada
pertemuan asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978,
ditetapkan definisi humas sebagai berikut : Humas adalah suatu seni sekaligus
7
disiplin ilmu sosial yang menganalisis bebagai kecenderungan, memprediksi
setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatan, memberi masukan dan
saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan
program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi
dan atau kepentingan khalayak (Anggoro 2001:2).
Menurut John D. Millet “Management in Public Service the Quest for
Effective Performance” (Ruslan 2010:341), artinya Humas/Public Relations
dalam dinas instansi/lembaga kepemerintahan terdapat beberapa hal untuk
melaksanakan tugas utamanya, yaitu sebagai berikut.
1.
Mengamati dan Mempelajari tentang hasrat dan keinginan-keinginan dan
aspirasi yang terdapat dalam masyarakat (learning about public desires and
aspiration).
2.
Kegiatan memberikan nasihat atau sumbang saran untuk menaggapi apa
sebaiknya dilakukan oleh instansi/lembaga pemerintah seperti yang
dikehendaki oleh pihak publiknya (advising the public about what is should
desire )
3.
Kemampuan untuk mengusahakan terjadinya hubungan memuaskan yang
diperoleh antara hubungan publik dengan para aparat pemerintahan
(ensuring satisfactory contact between public and government official).
4.
Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan
oleh suatu lembaga/instansi pemerintahan yang bersangkutan (informing
and about what an agency is doing).
8
Keberadaan unit kehumasan di sebuah Lembaga atau instansi milik
pemerintah merupakan keharusan secara fungsional dan oprasional dalam upaya
menyebarluaskan atau mempublikasikan kegiatan atau aktivitas instansi
bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam maupun
kepada masyarakat luar pada umunya. (Ruslan 2010:341).
Penelitian ini mencoba mencari korelasi antara pelaksanaan kinerja
kehumasan di DPRD kota Makassar dan standar pelaksanaan tata kehumasan di
instansi pemerintah. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra positif (good
image), kemauan baik (good will), saling menghargai (mutual appreciation),
saling timbul pengertian (mutual undestanding), toleransi (tolerance), antara
kedua belah pihak.
Begitu pula dalam lingkup pemerintahan. Peran humas sangatlah penting
dalam membangun kualitas sistem pemerintahan. Pemerintah dalam teori kontrak
sosial bertanggung jawab penuh terhadap pemberi legitimasi dalam hal ini rakyat.
Lembaga legislatif di tingkat pusat daerah memiliki tugas tersebut. Oleh karena
itu DPRD kota Makassar sebgai pengayom di tingkat lokal perlu mempunyai
standar layanan terhadap kebutuhan informasi masyarakat.
Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Hubungan Masyarakat ( Humas )
yang terdapat di Instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial)
adalah tidak adanya unsur komersial walapun Humas pemerintah juga melakukan
hal yang sama dalam kegiatan publikasi, promosi dan periklanan. Humas
pemerintah lebih menekankan pada public service atau demi meningkatkan
pelayanan umum.
9
Melalui unit kerja Humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan
informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan atau tindakan-tindakan
tertentu serta aktivitas dalam melaksanakan tugas-tugas atau kewajiban
kepemerintahannya.
Instansi pemerintah seperti DPRD kota Makassar perlu pula menjalankan
fungsi mediasi dan publisitas vitalisasi peranan kehumasan sangat penting dan
menjadi tuntutan yang mendesak saat ini, wajib dilaksanakan di semua instansi
pemerintah terutama pada bagian penyaluran aspirasi yakni DPRD, sebagai
momentum strategis untuk melakukan perubahan tatanan peranan kehumasan
yang dapat bersinergi secara efektif. Humas pemerintah selalu dituntut
kemampuannya dalam menghadapi tantangan dan perubahan lingkungan yang
sangat cepat.
Di era keterbukaan sekarang ini Humas mempunyai peran ynag penting
dan strategis. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam organisasi yang
berlangsung dua arah dan timbal balik. Posisi Humas merupakan penunjang
tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi.
Sasaran Humas adalah publik internal dan eksternal, di mana secara
operasional Humas bertugas membina hubungan harmonis antara organisasi
dengan publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin
terjadi di antara keduanya. Secara definitif, Humas adalah suatu fungsi
manajemen yang bertujuan menjembatani antara organisasi dan stakeholder baik
di luar maupun di dalam. Apa pun yang terjadi di organisasi, Humas harus
mengetahui segala kebijakan dari organisasi. Jadi Humas sebagai juru bicara
10
terkait lokus DPRD kota Makassar harus mengetahui segala kebijakan publik
DPRD yang diambil. Mulai dari perumusan kebijakan hingga implementasi sangat
membutuhkan dukungan publik. Oleh karena itu dukungan publik akan hadir bila
telah terpublikasi. Humas bertugas menyambung mata rantai publik dengan
perumus kebijakan.
Dalam pelaksanaan kinerja Humas seringkali
ditemui masalah yaitu
kebijakan publik yang diambil DPRD kota Makassar ditanggapi salah oleh
masyarakat. Ini diindikasikan terjadi, karena kurangnya informasi yang diterima
masyarakat terkait dengan maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut. Untuk itu
sangat diperlukan penyampai pesan yang baik, dan humas harus mampu
menfasilitasinya dengan menjalankan fungsi mediasi dan publisitas.
Peran mediasi Humas DPRD tergambarkan dengan peran menjembatani
antara kepentingan pemerintah dan masyarakat daerah di satu pihak dengan pihakpihak lain dalam meningkatkan kinerja pembangunan di masyarakat serta kegiatan
pemerintahan. Jadi fungsi mediasi itu ialah salah satu peran Humas dalam
membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan membina martabat
instansi dalam pandangan masyarakat, guna memperoleh pengertian, kepercayaan
dan dukungan dari masyarakat.
Selain itu, seiring pelaksanaan otonomi daerah di wilayah ini yang banyak
menitikberatkan pada pemberdayaan dan peran serta masyarakat, menuntut peran
aparatur Humas dan lembaga kehumasan DPRD kota Makassar sebagai jembatan
antara kepentingan pemerintah daerah dengan masyarakat.
11
Fungsi Humas penting dalam organisasi dan lembaga pemerintahan
terkhusus bagi yang mengartikulasikan aspirasi masyarakatnya. Humas dituntut
berperan dan berfungsi secara strategis dan profesional sehingga seorang Humas
haruslah memiliki kualifikasi yang memadai. Peran aparatur Humas itu ada tiga
yakni pertama memberi informasi pada publik mengenai langkah-langkah yang
diambil pemerintah (publisitas).
Kedua, mengusahakan tumbuhnya hubungan yang harmonis antara
lembaga pemerintah dengan masyarakat dan ketiga, memberi pengertian pada
masyarakat, tentang apa yang dikerjakan oleh pemerintah di mana pemerintah dan
publik sama-sama satu persepsi (mediasi).
Dengan pelaksanaan peran Humas tersebut, maka kegiatan-kegiatan
Humas sekretariat DPRD pada dasarnya diarahkan untuk pertama, memberikan
informasi kepada masyarakat tentang tugas pokok, fungsi, aktivitas dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan DPRD atau kebijaksanaan di masing-masing satuan
kerja (satker) atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Kedua, menangkap
aspirasi masyarakat dan menyampaikan kepada DPRD atau satuan kerja di jajaran
masyarakat. Ketiga, mewujudkan integrasi, keserasian dan keselarasan antara
kepentingan DPRD kota Makassar dan kepentingan masyarakat. Keempat,
mendorong dan menegakkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan
kelima, meningkatkan dan membina secara baik citra dan martabat pemerintah
dan instansi dalam hal ini satker/SKPD di jajaran Pemerintah Kota.
Dengan gambaran tupoksi tersebut, vitalisasi peran Humas pemerintah
daerah mutlak diperlukan, mengingat ke depan peran Humas sangat strategis
12
dalam kegiatan lembaga aspirasi kepada masyarakat. Peran dan fungsi kehumasan
diharapkan mampu memberikan iformasi yang cermat dan akurat.
Dalam konteks DPRD kota Makassar, Sekretariat DPRD dalam hal ini
bagian Humas pada dasarnya memiliki peran sebagai juru bicara DPRD,
mempublikasikan kinerja melalui komunikasi publik sesuai ruang yang ada
tentang meliputi perumusan kebijakan hingga kebijakan yang dikeluarkan oleh
DPRD kota Makassar.
Tak hanya itu saja, Humas juga berperan sebagai mitra pencitraan good
goverment dengan media massa sehingga jalinan kerjasama antara lembaga
legislatif di tingkat daerah yang diwakili oleh Humas dengan media massa
berjalan dengan baik dalam rangka memberikan informasi kepada khalayak ramai
(publisitas).
Dari sekian banyak peran yang diharapkan dijalankan oleh Humas. Humas
pemerintahan seperti yang diperankan oleh Humas sekretariat DPRD ini sangatlah
penting untuk juga menampung informasi yang menjadi keluhan masyarakat, baik
yang menyoroti tentang jalannya Pemerintahan di daerah, kebijakan publik atau
persoalan dalam masyarakat itu sendiri secara horisontal. Sehingga, hal ini
mewujudkan keharmonisan antara pemerintah dan masyarakat.
Humas pemerintah termasuk di DPRD kota Makassar dalam pelaksanaan
tugasnya masih banyak terkendala, dari masalah struktur dan organisasi humas.
Selain itu pola kerja yang kurang tertata juga mencerminkan kurang tanggapnya
Humas dalam mengelola informasi yang ada. Banyaknya demonstrasi yang
langsung mengarah kepada anggota DPRD kota Makassar tanpa melewati bagian
13
Humas mencerminkan kondisi tersebut. Selain itu penulis juga ingin mencari tahu
apakah pola kinerja tersebut sudah sesuai dengan standar pelaksanaan kehumasan
di Instansi pemerintah. Serta mencari tahu faktor pendukung dan penghambat
maksimalisasi kinerja Humas di DPRD kota Makassar.
Mengenai publisitas, penulis mencoba menjabarkan tentang penempatan
berupa artikel, tulisan, foto, atau tayangan visual yang sarat nilai berita baik
karena
luar
biasa,
penting,
atau
mengandung
unsur-unsur
emosional,
kemanusiaan, dan humor) secara gratis dan bertujuan untuk memusatkan
perhatian terhadap suatu tempat, orang, orang, atau suatu institusi yang biasanya
dilakukan melalui penerbitan umum ini.
Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State
University) juga menyatakan publisitas sebagai informasi yang tidak perlu
membayar ruang-ruang pemberitaannya/penyiarannya, namun disaat yang sama
tidak dapat dikontrol oleh individu/perusahaan yang memberikan informasi,
sebagai akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan
memengaruhi orang banyak dan dapat berakibat aksi - dimana aksi ini dapat
menguntungkan atau merugikan saat informasi dipublikasikan.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk publikasi:
•
Berita rutin: pengumuman, pertemuan, konferensi, pameran seni,
pelatihan singkat, pernyataan instansi mengenai akusisi, perubahan,
atau pembagian personel.
•
Artikel panjang / liputan mendalam (features): aktivitas sosial
perusahaan, upaya perusahaan yang menunjukkan kepedulian terhadap
14
permasalahan sosial. Artike l/ liputan ini biasanya berkaitan dengan
wacana yang akan digulirkan oleh organisasi untuk memperoleh
tanggapan publik dan mendorong pemerintah mengeuarkan kebijakan
tertentu ( http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas ).
Publisitas sebagai penyebaran informasi ( Cutlip dan Center ) yang
membuat hal-hal menjadi umum dilihat dari pandangan pihak yang ingin
memberitahukan sesuatu kepada orang lain, penyebaran informasi secara
sistematis tentang lembaga/instansi atau perorangan.
Publisitas dilakukan demi kepentingan pihak yang menyebarkan informasi
dalam hal ini publicity-man. Jadi jika publicity-man mendapatkan suatu hal yang
menguntungkan dalam organisasinya, maka ia dapat meminta kepada media
massa untuk menyebarluaskannya, ini dilakukan dengan jalan press release
(Effendy 2009 : 183).
Dokumentasi dan kliping merupakan salah satu
kegiatan Public
Relations/Humas yang berkaitan dengan menelaah, menganilisis, dan kemudian
mngevaluasi perkembangan dari kemajuan lembaga, aktivitas-aktivitas dan
program acara tertentu—baik bersifat komersial maupun nonkomersial—yang
telah dimuat atau dipublikasikan di berbagai media massa dan nonmassa.
Pengamatan, analisis dan evaluasi tersebut kemudian disimpan sekaligus
dijadikan rujukan penting atau informasi yang diperlukan untuk membuat rencana
program kerja Humas/PR berikutnya.
Kegiatan dokumentasi dan kliping berita dalam Humas/PR tersebut
merupakan dua kegiatan saling berkaitan erat atau asling menunjang satu sama
15
lainnya. Keduanya dibuat untuk keperluan sumber informasi yang cukup penting
mengenai sutu peristiwa dan kegiatan lain yang kemudian dianalisis, dievaluasi
dan hingga disimpan sebagai bahan pendokumentasian.
Maka pengertian kegiatan dokumentasi (documentation), dalam arti luas
adalah berkaitan dengan kegiatan
menghimpun, mengolah, menyeleksi, dan
menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen
tentang suatu kegiatan.
Sedangkan bentuk kliping berita (news clipping), merupaka kegiatan
Humas/PR dalam art sempit: yaitu suatu kegiatan memilih, menggunting,
menyimpan dan kemudian memperbanyak mengenai suatu berita, serta foto berita
(photo pers) pada peristiwa yang telah terjadi dan dimuat di berbagai media cetak
(Ruslan, 2010 : 227).
Aktivitas komunikasi pada hakikatnya adalah aktivitas berkomunikasi
dengan berbagai macam simbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Aktivitas
komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal,
artikel, progress report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press
release), membuat rekomendasi, dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara
lain jumpa pers, guest guide / open house, announcer, presenter, desk
informations, dan sebagainya.
Hubungan masyarakat menjalankan fungsi dan tugas penerangan didalam
jajaran masing-masing. Perannya sebagai wahana komunikasi ke dalam maupun
ke luar. Kedalam berusaha menyelenggarakan komunikasi kedalam tubuh
organisasi, keluar memberikan informasi kepada masyarakat dan lingkungan.
16
Penyelenggara komunikasi ke dalam dan ke luar berfungsi menyaring (filterisasi),
mengelola, dan menyajikan informasi yang diperlukan sehingga sesuai dengan
kebutuhan komunikasi dari kelompok sasaran yang dituju.
Secara awam terlihat bahwa penanganan hubungan dengan pers juga
merupakan kegiatan paling kontiniu dan sering dilakukan oleh petugas humas.
Aktivitasnya antara lain, jumpa pers, membuat dan mengirim pers release,
kunjungan pers, pers tour, pers kliping, dan counter press (Kusumastuti, 2004 :
27).
Teruntuk pada peran mediasi humas. Mediator dalam hal ini adalah
communication facilitator, peran ini sebagai pendengar yang peka dan perantara
komunikasi. Fasilitator komunikasi
bertindak sebagai perantara antara
lembaga/institusi dengan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan
memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan
menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi
informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk
membuat keputuasan demi kepentingan bersama.
Fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen
kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi,
menyusun agenda mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang
menganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator
komunikasi menempati peran di tengah-tengah dna berfungsi sebagai penghubung
antara organisasi dengan publiknya (manajemenkomunikasi.blogspot.com).
17
Aktivitas komunikasi dapat pula berarti kegiatan dalam proses komunikasi
itu sendiri. Meliputi mencari informasi (fact finding melalui observasi, riset,
keperpustakaan, media seeking, dan sebagainya). Kemudian mengelolah
informasi, meliputi mengedit, merangkum, identifikasi, analisis data, dan
sebagainya. Kemudian mendistribusikan informasi baik secara verbal tulis
maupun verbal lisan, dan non verbal. Semua itu adalah aktivitas berkomunikasi.
Komunikasi berfungsi sebagai jembatan yang dijembatani cita-cita dan
aspirasi masyarakat secara timbal balik, adanya semacam give and take. Aspirasi
dan cita-cita masyarakat tertampung sehingga mereka merasa ikut serta (peran
serta) dan dengan sendirinya ada dukungan dan dorongan dari masyrakat. Dalam
melaksanakan perannya (komunikasi) mengunakan perangkat dan piranti keras
yang ada dalam tubuh organisis maupun yang terdapat di dalam masyarakat sadar
bahwa kegiatan komunikasi adalah kegiatan yang dinamis dan banyakaspek
teknis, psikologis maupun polotis dan sosiologis, maka Humas harus bersikap
kreatif, ulet, pantang menyerah dan selalu terbuka untuk meneruskan
menyehatkan mutu profesi, pengetahuan serta dedikasi (Widjaja 2008 : 52).
18
Dari pemaparan kerangka teori maka digambarkan kerangka konseptual
dari penelitian ini.
Bagan Kerangka Konseptual
AKTIVITAS HUMAS
DPRD KOTA MAKASSAR
Mediator
Publisitas
- Komunikasi
- Faktor Penunjang
- Faktor Penghambat
-
Dokumentasi
-
Pers
19
E. Definisi operasional
• Aktivitas adalah program kerja atau tahap - tahap yang dilakukan dalam
HUMAS DPRD Kota Makassar.
• HUMAS DPRD Kota Makassar adalah bagian yang ada dalam sekretariat
DPRD Kota Makassar yang dikepalai oleh Kepala Bagian (KaBag) Humas
dan dibawahi langsung oleh Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Makassar.
• Mediator adalah Humas pihak netral yang membantu para pihak dalam
proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
•
Publisitas
adalah
kegiatan
humas
mendokumentasikan
dan
menyebarluaskan kegiatan yang akan berkangsung tanpa atau melalui
media.
F. Metode Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Makassar, Jalan A. P. Pettarani No. 1.
Adapun waktu penelitian dilakukan desember 2011 hingga April 2012.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah dekskriptif kualitatif yaitu
memberikan gambaran secara cermat dan faktual yaitu penulis
20
menggambarkan / melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta
yang ada mengenai aktivitas HUMAS DPRD kota Makassar.
Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data
bukan banyaknya (kuantitas) data. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel
dan berubah sesuai kondisi lapangan sehingga peran peneliti sangat
dominan terhadap kebehasilan penelitian..
Metode pendekatan deskriptif lebih spesifik digunakan pada penelitian
ini. Penelitian ini memberikan gambaran atau penjabaran suatu objek
penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki, disini peneliti terjun
langsung ke lapangan.
3. Teknik Penentuan Informan
Para informan terlibat langsung dan berhubungan dengan aktivitas humas
di DPRD kota Makassar agar dapat memberikan informasi yang akurat.
No.
Nama
Jabatan
1
Hj. Nuraeni Ma’Mur SH, MH
Sekretaris Dewan
2
Drs. Khaeruddin H
Kepala Bagian Humas
3
Taufik Fajar
Staf Humas
4
Hj. Nurhayati
Staf Humas
5
Sumarni Busrah
Staf Humas
6
H. M. Busrah Abdullah
Wakil Ketua DPRD
7
Rahman Pina, SIP
Ketua Komisi A
(Bidang Pemerintahan)
8
Irwan ST
Ketua Komisi B
(Bidang Keuangan)
9
H. Nasran Mone, S. Ag. MM
Ketua Komisi C
(Bidang Pembangunan)
21
4. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
•
Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait.
Peneliti menggunakan wawancara mendalam (depth interview) agar
dapat mengumpulkan data secara langsung. Proses wawancara ini
juga menggunakan pedoman wawancara (interview guide) sebagai
alat penelitian, agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian.
•
Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti,
berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala yang
terjadi. (Rakhmat, 2009:84)
•
Penelitian Pustaka (library research). Data yang diperoleh dari
berbagai literature, koran, media on-line, dan yang lainnya yang
relevan dengan masalah yang akan diteliti. Selain itu juga diperoleh
dari lokasi tempat mengadakan penelitian
5. Teknik Analisa Data
Analisis data yang akan dilakukan dengan metode deskriptif
kualitatif, hal ini dimaksudkan agar tetap berada dalam fokus penelitian.
Penulis akan menggambarkan masalah yang terjadi menggunakan
argumen yang jelas dan memfokuskan perhatian pada pengumpulan data
serta informasi melalui observasi dan wawancara mendalam. Selanjutnya
data dan informasi tersebut akan dianalisa secara kualitatif. Proses analisa
22
data dimulai dengan menelaah terlebih dahulu seluruh data yang tersedia,
kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan secara induktif.
Karena analisa penelitian ini bersifat deskriptif, maka penyajian
data disajikan dalam bentuk narasi yaitu berusaha mendeskripsikan atau
menggambarkan bentuk-bentuk aktivitas humas yang pada DPRD kota
Makassar sebagai fungsi mediator dan publisitas.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Humas Pemerintahan
Membahas tentang Komunikasi dan Hubungan masyarakat, sekretariat
DPRD kota Makassar juga melaksanakan tugasnya juga berpusat pada
komunikasi. Berarti bahwa tidak ada aktifitas tanpa ada komunikasi secara
langsung maupun tidak langsung, verbal maupun non verbal dengan bentuk
apapun, karena dengan komunikasi kita bisa menciptakan persamaan pengertian
mengenai informasi, ide, pemikiran, dan sikap kita terhadap rang lain, sehingga
menumbuhkan terciptanya persamaan mengenai pesan tertentu sehingga
mendapatkan suatu pengertian.
Bahwa saat ini perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi
kita untuk menutup-nutupi suatu fakta. Maka dengan komunikasi itu menjadi
muncul adanya saling pengertian dan kepercayaan apalagi bila institusi tersebut
memang dibentuk untuk memberi keterbukaan seperti DPRD kota Makassar.
Humas menempati arti penting dalam kegiatan operasional sebuah
institusi, baik institusi pemerintahan maupun swasta, karena fungsi dan tugasnya
sebagai image builder (pembangun citra) dari sebuah institusi. Institusi yang baik
dan tertanam dalam benak masyarakat adalah institusi yang mempunyai citra
positif, sehingga membuat publik menaruh keyakinannya pada institusi tersebut.
Humas juga mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai jembata antara institusi
dengan publik.
24
Kaitannya dengan fungsi-fungsi pemerintahan, Humas adalah hal yang
sangat esensial dan komponen yang terintegrasi dengan pelayanan publik atau
kebijakan publik. Aktivitas Humas profesional akan memastikan manfaat diterima
oleh warga negara yang merupakan tujuan dari kebijakan publik atau pelayanan.
Dewasa ini Humas dituntut untuk menghadapi dan mempunyai fungsi
yang beragam, tentunya dengan bersikap profesional. Bersikap profesional, yaitu
berfikir secara meluas, orientasi bertanggung jawab kepada masyarakat,
pemahaman dan realisasi. Sehingga Humas secara continue meminimalisasi
munculnya keluhan, konflik, isu-isu dan sebagainya. Fungsi Humas yang
dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk
memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi atau perusahaan,
suasana kerja yang kondusif, peka terhadap karyawan yang perlu pendekatan
khusus, perlu dimotivasi dalam meningkatkan kerjanya. Itu semua menunjukan
bahwa Humas berakar pola pikir pragmatis dan harmonis, terutama dalam
meminimalkan konflik, dengan menggunakan pendekatan, komunikasi timbal
balik akan sangat membantu menemukan strategi bagaimana mengatasi konflik
yang terjadi.
Humas dalam lembaga pemerintahan merupakan suatu keharusan
fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi dan kebijakan, program dan
kegiatan-kegiatan lembaga pemerintahan dan kepada masyarakat. Terutama di
Indonesia lembaga kehumasan sangatlah diperlukan. Humas ini merupakan
kelanjutan dari proses penetapan kebijakan pemerintah, pemberi layanan
informasi kepada masyarakat, sehingga humas itu berada memperoleh
25
kepercayaan dari publiknya, yaitu masyarakat dalam arti luas. Maka dari itu sikap
dan pelayanan yang baik sangat penting demi terciptanya citra yang baik.
Pemerintah sendiri, baik pada tingkat provinsi atau kabupaten/kota
maupun pusat pada dasarnya mempunyai tugas pokok yang dapat diringkas
menjadi tiga fungsi hakiki, yakni pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan.
Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan
mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan
kemakmuran dalam masyarakat.
Khusus pemerintahan di Indonesia, Pembukaan UUD 1945 menyatakan
bahwa pemerintah dibentuk untuk melindungi segenap tumpah darah dan rakyat
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Dengan demikian pemerintah mempunyai tugas pokok dan fungsi yang
sangat luas dan kompleks. Terlebih proses demokratisasi telah mengubah
paradigma pemerintahan saat ini, yakni dari government menjadi governance,
dimana transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik menjadi tuntutan
sekaligus ukuran keberhasilan sebuah pemerintahan yang demokratis.
Kondisi demikian bermuara pada dua hal. Pertama, semakin menguatnya
tuntutan masyarakat akan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dalam
implementasi fungsi-fungsi pemerintahan. Kedua, bagaimana pelayanan dan
kebijakan publik yang dilakukan memenuhi tuntutan aspek transparansi,
akuntabilitas dan partisipasi publik tadi. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut
26
pemerintah membutuhkan sumber daya, dukungan lingkungan dan kelembagaan
yang kuat.
Pada dasarnya keberadaan Humas sebagai salah satu unit di lembaga
pemerintahan sudah tidak bisa ditawar lagi mengingat fungsinya yang dapat
menunjang kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Humas bisa
dijadikan garda depan dalam mempersiapkan masyarakat untuk menerima
kebijakan lembaga serta sebaliknya menyiapkan mental lembaga dalam
memahami kepentingan publik.
Guna menjalankan fungsi Humas tersebut, pendelegasian wewenang serta
pembentukan unit dan struktur organisasi bagi kedudukan Humas sangatlah
penting. Dengan pendelegasian yang jelas tersebut pejabat Humas dapat
menyusun sistem secara terstruktur dalam menjalankan fungsifungsi organisasi,
seperti menghadapi media publik; mengurus hubungan antara unit-unit yang ada
dalam lembaga induk maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan instansi
lain serta masyarakat luas.
Humas merupakan fungsi strategis dalam manajemen yang melakukan
komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Dalam
kegiatannya, Humas melakukan komunikasi dua arah antara organisasi dan publik
untuk menciptakan pengertian dan dukungan bagi tercapainya maksud, kegiatan,
jasa layanan, dan kebijakan lembaga.
Anggoro (2001), mengungkapkan ada lima kriteria Humas, yaitu mampu
menghadapi semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik; dan
27
mampu berkomunikasi dengan baik, yakni menjelaskan segala sesuatu dengan
jelas, lugas baik lisan maupun tertulis atau bahkan secara visual.
Selain itu ia harus pandai mengorganisasi segala sesuatu termasuk
memiliki perencanaan prima; mempunyai integritas personal, baik dalam profesi
maupun pribadi; mempunyai imajinasi; dan serba tahu mengenai akses informasi
yang seluas-luasnya. Selain itu yang lebih penting lagi adalah lembaga harus
mendukukung secara penuh dengan kebijakan dan komitmen sebagai pimpinan
puncaknya.
Melalui unit kerja Humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan
informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan atau tindakan-tindakan
tertentu serta aktivitas dalam melaksanakan tugas-tugas atau kewajiban
kepemerintahannya.
Keberadaan unit kehumasan di sebuah Lembaga atau instansi milik
pemerintah merupakan keharusan secara fungsional dan oprasional dalam upaya
menyebarluaskan atau mempublikasikan kegiatan atau aktivitas instansi
bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam maupun
kepada masyarakat luar pada umunya. (Ruslan 2010:341).
B. Standar Tata Kelola Kehumasan Pemerintah
Untuk menemukan sinkronisasi dalam pola kelola Humas di DPRD kota
Makassar maka penulis kemudian membedah standar kelola kehumasan
pemerintah yang merupakan produk dari tiga kementerian terkai. Dalam
pembacaan penulis produk ini kemudian muncul mengingat bahwa organisasi
publik dewasa ini menghadapi dua tantangan besar. Pertama, meningkatnya
28
proses transmisi dan pertukaran informasi antarunit di dalam organisasi (internal
pull). Kedua, meningkatnya tekanan dari lingkungan eksternal yang menuntut
tingkat partisipasi dan transparansi lebih besar dalam pengelolaan pelayanan
publik (external push).
Reformasi pada tahun 1998 silam telah membawa perubahan yang
signifikan dalam sistem pemerintahan negara. Berbagai krisis yang melanda
Indonesia melahirkan kesadaran dan kebutuhan terhadap adanya tata kelola
pemerintahan yang baik (good public governance) yang menjamin transparansi,
akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan.
Kementerian pemberdayaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi
melihat konteks kehumasan. Profesionalisme Humas sebagai ujung tombak
pengelolaan informasi dibangun melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi
sumber daya manusia, penguatan struktur dan infrastruktur, sistem dan prosedur,
komunikasi organisasi, audit komunikasi, serta manajemen komunikasi krisis,
dalam upaya menciptakan tata kelola kehumasan yang baik, sebagai bagian dari
tata kelola pemerintahan yang baik.
Akhirnya
ditemukanlah
kesepakatan
bersama
tiga
menteri
yang
menghasilkan produk revitalisasi fungsi Humas pada instansi pemerintah. Pada
produk tersebut dijelaskan bahwa revitalisasi fungsi humas adalah melaksanakan
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan fungsi
humas
pemerintah.
mengamanatkan
Undang-Undang
bahwa
setiap
Nomor
badan
14
publik
Tahun
wajib
2008
Pasal
membangun
7
dan
mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi
29
publik secara baik dan efisien sehingga layanan informasi dapat memberikan
akses dengan mudah. Bahkan, setiap badan publik perlu melakukan pengelolaan
informasi dan dokumentasi yang dapat menjamin penyediaan informasi yang
mudah, cermat, cepat, dan akurat.
Pengelolaan informasi dan dokumentasi dimaksud mengacu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/12/M.PAN/08/TAHUN 2007 tentang Pedoman Hubungan Masyarakat di
Lingkungan Instansi Pemerintah disebutkan bahwa Visi Praktisi Humas
Pemerintah adalah terciptanya SDM humas pemerintah yang profesional,
terbentuknya sistem manajemen humas pemerintah, serta iklim yang kondusif dan
dinamis untuk kelancaran pelaksanaan tugas kehumasan.
Dari konsep tata kelola tersebut maka misi praktisi humas pemerintah
adalah membangun citra dan reputasi positif praktisi humas pemerintah sebagai
salah satu aparatur negara, membentuk opini publik, menampung dan mengolah
pesan serta aspirasi masyarakat, mengklarifikasi data dan informasi yang
berkembang di masyarakat, serta menyosialisasikan kebijakan dan program
pemerintah. Tata kelola ini disusun oleh pemerintah dengan memperhatikan aspek
prioritas kebutuhan, kepraktisan, dan praktik-praktik terbaik (best practices).
Tata kelola kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah yang
dikeluarkan kemudian oleh pemerintah diharapkan menjadi panduan dan acuan
pelaksanaan pengelolaan kehumasan di lingkungan instansi pemerintah.
30
Singkatnya menjadi sumber rujukan dalam pembuatan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis aktivitas pengelolaan kehumasan di instansi masing-masing.
Kementerian terkait menganggap penyusunan pedoman ini sangat penting
sebagai acuan dalam membangun dan mengembangkan tata kelola kehumasan
secara optimal, efektif, dan efisien yang transparan dan akuntabel, serta menjadi
acuan dalam pembuatan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tata kelola
kehumasan di lingkungan instansi pemerintah.
Bertujuan menciptakan pengelolaan kehumasan di lingkungan instansi
pemerintah pusat dan daerah secara efektif dan efisien, sesuai dengan prinsipprinsip tata kelola pemerintahan yang baik, sasaran pedoman ini adalah
terciptanya sistem komunikasi terbuka, yaitu sistem organisasi yang mampu
menerima umpan balik dan masukan dari publik melalui komunikasi dua arah.
Tentunya setiap konsep memiliki ruang lingkup. Pedoman ini di
lingkungan instansi pemerintah melingkupi proses tata kelola kehumasan yang
meliputi kegiatan analisis situasi (pengumpulan data dan fakta), strategi
(perencanaan dan program), implementasi (tindakan dan komunikasi), evaluasi
(pengukuran hasil).
Banyak manfaat dari tata kelola kehumasan ini diantaranya meliputi:
1. peningkatan kualifikasi, kapasitas, dan kompetensi sumber daya manusia
(SDM) di Bidang Kehumasan;
2. sistem informasi terpadu, tertata, dan merata;
3. pemantapan kelembagaan humas yang kuat dan memiliki kompetensi dalam
memberikan pelayanan informasi yang optimal dan bertanggung jawab;
31
4. peningkatan akuntabilitas, pengawasan, dan budaya kerja positif yang
berorientasi pada visi dan misi organisasi;
5. koordinasi dan sinkronisasi pengelolaan kehumasan; dan
6. terwujudnya hubungan baik antarindividu, terjalinnya kebersamaan antar
instansi pemerintah, serta adanya keseimbangan arus informasi dari dan
kepada masyarakat.
Seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya menurut kementerian
terkait visi humas pemerintah adalah terciptanya pengelolaan kehumasan
(kelembagaan, ketatalaksanaan, dan SDM) yang proporsional, profesional, efektif,
dan efisien dalam mendukung penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang
baik.
Strategi humas pemerintah adalah humas pemerintah sebagai
1. pembangun hubungan internal dan eksternal;
2. penyelenggara pertemuan dan koordinasi antarinstansi;
3. penyedia informasi pemerintah;
4. pengatur pertemuan instansi pemerintah dengan media massa;
5. pendorong upaya pemberdayaan masyarakat;
6. pengelola sarana dan prasarana kehumasan;
7. pembentuk citra dan reputasi positif instansi pemerintah;
8. pengelola informasi pemerintahan dan pembangunan.
Humas pemerintah dituntut bekerja dengan asas keterbukaan, yaitu asas
yang menuntut praktisi humas terbuka terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif; objektif, yaitu
32
asas yang menuntut praktisi humas tidak memihak dalam melaksanakan tugas;
jujur, yaitu asas yang menuntut setiap praktisi humas memiliki ketulusan hati,
keikhlasan, dan mengutamakan hati nurani dalam bersikap, berperilaku, berucap,
tidak berbohong, tidak berbuat curang, serta tidak memanipulasi pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab; tepat janji, yaitu asas yang menuntut praktisi humas
menepati janji dan konsisten dalam melaksanakan tugas; etis, yaitu asas yang
menuntut praktisi humas menjalankan nilainilai etika dalam melaksanakan tugas
kehumasan; profesional, yaitu asas yang menuntut praktisi humas mengutamakan
keahlian, keterampilan, pengalaman, dan konsisten dalam melaksanakan tugas;
akuntabel, yaitu asas yang menuntut praktisi humas mempertanggungjawabkan
setiap kegiatan dan hasilnya; integritas, yaitu asas yang menuntut praktisi humas
bersikap independen dengan komitmen yang tinggi.
Prinsip dasar humas pemerintah meliputi
1. tata kelola kehumasan yang berorientasi pada proses pencitraan dan
penciptaan nilai;
2. tata kelola kehumasan yang mendorong pencapaian visi, misi, dan tujuan
instansi, serta berorientasi pada kepentingan publik;
3. tata kelola kehumasan berpegang pada komitmen, peraturan perundangundangan, etika kehumasan, serta praktik-praktik umum (common practices)
yang sehat;
4. tata
kelola
kehumasan
membutuhkan
perencanaan,
pengembangan,
kepemimpinan dan tanggung jawab, pemantauan dan evaluasi, serta perbaikan
yang berkelanjutan.
33
Perlu diketahui bahwa peran humas pemerintah meliputi unsur-unsur
berikut:
1. Komunikator Humas pemerintah berperan membuka akses dan saluran
komunikasi dua arah, antara instansi pemerintah dan publiknya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui sarana kehumasan.
2. Fasilitator Humas pemerintah berperan menyerap perkembangan situasi dan
aspirasi publik untuk dijadikan masukan bagi pimpinan instansi pemerintah
dalam pengambilan putusan.
3. Diseminator Humas pemerintah berperan dalam pelayanan informasi terhadap
internal organisasi dan publiknya, baik langsung maupun tidak langsung,
mengenai kebijakan dan kegiatan masing-masing instansi pemerintah.
4. Katalisator
Humas
pemerintah
berperan
dalam
melakukan
berbagai
pendekatan dan strategi guna mempengaruhi sikap dan pendapat publik untuk
menyelaraskan kepentingan pemerintah dengan publik.
5. Konselor, Advisor, dan Interprator Humas merupakan konsultan, penasihat,
dan penerjemah kebijakan pemerintah.
6. Prescriber Humas berperan sebagai salah satu instrumen strategis pemimpin
puncak penentu kebijakan.
Humas Pemerintah memiliki kode etik yang harus ditegakkan yang
mengacu
Keputusan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Nomor
371/Kep/M.Kominfo/8/2007 tentang Kode Etik Humas Pemerintahan, dengan
ketentuan umum sebagai berikut: 1. Secara kelembagaan, tunduk kepada kode etik
humas pemerintah yang berlaku. 2. Secara individu, praktisi humas dapat menjadi
34
anggota organisasi profesi humas yang ada, baik nasional, regional maupun
internasional, dan taat pada kode etik masing-masing organisasi profesi. 3.
Sebagai tenaga profesional, praktisi humas pemerintah menegakkan asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan dan asas umum penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas,
profesionalitas, dan akuntabilitas), serta efisiensi, efektivitas, tanggung jawab,
bebas, jujur, adil, dan otonom.
Kode etik humas pemerintah diantaranya ialah: anggota humas
pemerintahan
menjunjung
tinggi
kehormatan
sebagai
pegawai
instansi
pemerintah, anggota humas pemerintahan mengutamakan kompetensi. Selain itu
juga humas pemerintah wajib untuk menjunjung objektivitas, kejujuran, serta
menjunjung tinggi integritas dan norma-norma keahlian serta menyadari
konsekuensi tindakannya, anggota humas pemerintahan memegang teguh rahasia
negara, sumpah jabatan, serta wajib mempertimbangkan dan mengindahkan etika
yang berlaku agar sikap dan perilakunya dapat memberikan citra yang positif bagi
pemerintahan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Anggota humas pemerintahan menyampaikan informasi publik yang benar
dan akurat serta membentuk citra humas pemerintahan yang positif di masyarakat,
anggota humas pemerintahan menghargai, menghormati, dan membina solidaritas
serta nama baik rekan seprofesi. Anggota humas pemerintahan akan berusaha
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan efisiensi dan
efektivitas kerja serta memajukan profesi humas pemerintahan di Indonesia.
35
Anggota humas pemerintahan loyal terhadap kepentingan organisasi/instansinya,
bukan kepada kepentingan perseorangan/golongan. Anggota humas pemerintahan
wajib menjalin komunikasi kepada semua pegawai di organisasi/instansinya agar
tercapai iklim organisasi yang mendukung peningkatan kompetensi organisasi;
mengingatkan rekan seprofesinya yang melakukan tindakan di luar batas
kompetensi dan kewenangannya dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode
etik Humas pemerintahan.
Selain itu pula anggota humas pemerintahan tunduk, mematuhi, dan
menghormati kode etik Humas pemerintahan sesuai dengan perundangan yang
berlaku. Anggota humas pemerintahan wajib menyediakan dan memberikan
informasi publik yang benar dan akurat kepada masyarakat, media massa, dan
insan pers sesuai dengan tugas dan fungsí organisasi/institusinya sesuai dengan
perundangan yang berlaku. Anggota humas pemerintahan tidak diperkenankan
melakukan penekanan terhadap media massa dan insan pers serta mencegah
pemberian barang dan jasa kepada media massa dan insan pers dengan dalih
kepentingan publikasi (publisitas) pribadi/golongan/organisasi/instansinya.
Pada keputusan menteri tersebut anggota humas pemerintahan dituntut
untuk menghargai, menghormati, dan membina hubungan baik dengan profesi
lainnya. Anggota humas pemerintahan wajib bertukar informasi dan membantu
memperlancar arus informasi dengan sesama anggota. Anggota humas
pemerintahan bersedia mendukung pelaksanaan tugas sesama anggota. Anggota
humas pemerintahan tidak dibenarkan mendiskreditkan sesama anggota.
36
Selain itu pula peran stakeholder dalam membantu kenerja Humas juga
sangat penting. Diantara mereka yang berkepentingan antara lain: Publik
pemangku kepentingan berfungsi sebagai mitra praktisi humas pemerintah dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi kehumasan. Publik pemangku kepentingan
humas pemerintah adalah publik yang terdiri dari publik internal primer, publik
internal sekunder, publik internal marginal, publik eksternal primer, publik
eksternal sekunder, publik eksternal marginal, publik pendukung (proponent),
publik penentang (opponent), publik mengambang (uncommitted), publik
minoritas vokal (vocal minority), dan publik mayoritas pasif (silent majority)
(Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Tata Kelola
Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah : 18 ).
Terkait mengenai manajemen kehumasan tata kelola ini membagi
manajemen kehumasan dalam dalam sistem komunikasi terbuka dan sistem
komunikasi tertutup. Manajemen kehumasan dalam sistem komunikasi terbuka
adalah komunikasi dua arah yang mampu mendengarkan umpan balik dari publik.
Sedangkan manajemen kehumasan dalam sistem komunikasi tertutup hanya
melakukan fungsi komunikasi satu arah dengan publik yang berkepentingan.
Oleh
karena itu
maka humas
pemerintah
mengidentifikasi
dan
mengklasifikasikan publik sebagai berikut:
1. publik internal primer, yang meliputi pimpinan dan karyawan instansi yang
bersangkutan;
37
2. publik internal sekunder, yang meliputi keluarga pimpinan dan keluarga
karyawan instansi yang bersangkutan;
3. publik internal marginal, yang meliputi pensiunan, pegawai tidak tetap, alih
daya (outsourcing);
4. publik eksternal primer, yang merupakan lembaga pemerintah, yaitu sesama
instansi pemerintah pusat dan daerah;
5. publik eksternal sekunder, yaitu mitra instansi pemerintah pusat dan daerah;
media massa (media cetak, elektronik, dan on-line); lembaga lainnya.
6. publik eksternal marginal, yaitu komunitas yang berada di luar instansi, tetapi
mempunyai pengaruh menekan yang perlu diperhatikan seperti: komunitas,
yaitu masyarakat yang terkena dampak kebijakan pemerintah; lembaga
swadaya masyarakat, lembaga kemasyarakatan, lembaga sosial budaya, serta
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
7. publik pendukung (proponent), yang meliputi publik yang menerima atau
sejalan dengan kebijakan pemerintah;
8. publik penentang (opponent), yang meliputi publik yang menolak atau tidak
sejalan dengan kebijakan pemerintah;
9. publik mengambang (uncommited), meliputi publik yang tidak memiliki sikap
yang jelas (mudah berubah dan terpengaruh) terhadap kebijakan pemerintah;
10. publik minoritas vokal (vocal minority), yang meliputi publik yang jumlahnya
kecil, tetapi lantang dalam menyuarakan pendapatnya;
11. publik mayoritas pasif (silent majority), yang meliputi publik yang jumlahnya
besar, tetapi tidak menyatakan pendapatnya secara terbuka.
38
Tata kelola kehumasan merupakan proses yang berkelanjutan. Tahap awal
dimulai dengan pengumpulan data dan fakta, yang dilanjutkan dengan
perencanaan dan pengambilan putusan untuk menghasilkan program kehumasan
selama periode tertentu. Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan kehumasan yang telah
direncanakan dan dikomunikasikan secara terpadu. Selama pelaksanaan kegiatan,
dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala serta modifikasi untuk
perbaikan berkelanjutan.
Terkait mengenai indikator keberhasilan maka tiap proses memiliki
indikator kenberhasilan masing-masing. Ini dimaksudkan oleh pemerintah agar
pola kelola bisa diukur dan dievaluasi untuk menemukan pola kinerja yang lebih
baik ( Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Tata Kelola
Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah : 20 )
C. Fungsi Mediator
Aktivitas komunikasi dapat pula berarti kegiatan dalam proses komunikasi
itu sendiri. Meliputi mencari informasi (fact finding melalui observasi, riset,
keperpustakaan, media seeking, dan sebagainya). Kemudian mengelolah
informasi, meliputi mengedit, merangkum, identifikasi, analisis data, dan
sebagainya. Kemudian mendistribusikan informasi baik secara verbal tulis
maupun verbal lisan, dan non verbal. Semua itu adalah aktivitas berkomunikasi.
Mediator adalah communication facilitator, peran ini sebagai pendengar
yang peka dan perantara komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai
perantara antara lembaga/institusi dengan publiknya. Mereka menjaga komunikasi
39
dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam
hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah
memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik
untuk membuat keputuasan demi kepentingan bersama.
Fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen
kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi,
menyusun agenda mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang
menganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator
komunikasi menempati peran di tengah-tengah dna berfungsi sebagai penghubung
antara organisasi dengan publiknya (manajemenkomunikasi.blogspot.com).
Komunikasi berfungsi sebagai jembatan yang dijembatani cita-cita dan
aspirasi masyarakat secara timbal balik, adanya semacam give and take. Aspirasi
dan cita-cita masyarakat tertampung sehingga mereka merasa ikut serta (peran
serta) dan dengan sendirinya ada dukungan dan dorongan dari masyrakat. Dalam
melaksanakan perannya (komunikasi) mengunakan perangkat dan piranti keras
yang ada dalam tubuh organisasi maupun yang terdapat di dalam masyarakat
sadar bahwa kegiatan komunikasi adalah kegiatan yang dinamis dan banyakaspek
teknis, psikologis maupun polotis dan sosiologis, maka Humas harus bersikap
kreatif, ulet, pantang menyerah dan selalu terbuka untuk meneruskan
menyehatkan mutu profesi, pengetahuan serta dedikasi (Widjaja 2008 : 52).
D. Fungsi Publisitas
Prinsip komunikasi dua arah merupakan proses penyampaian suatu pesan
seseorang atau kelompok untuk memberi tahu atau mengubah sikap opini dan
40
perilaku kepada seseorang atau kelompok lain, baik berhadapan langsung maupun
lewat media massa sehingga penyampaian pesan untuk mencapai target maupun
tujuan akan tercapai.
Dalam hal ini, reputasi positif lembaga induk akan diterima masyarakat
luas, dan melaksanakan fungsi itu tidaklah mudah. Mereka harus mampu
berkomunikasi dengan baik, efektif, efisien, baik tanpa media maupun dengan
media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, maupun pidato langsung.
Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Hubungan Masyarakat ( Humas )
yang terdapat di Instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial)
adalah tidak adanya unsur komersial walapun Humas pemerintah juga melakukan
hal yang sama dalam kegiatan publikasi, promosi dan periklanan. Humas
pemerintah lebih menekankan pada public service atau demi meningkatkan
pelayanan umum.
Aktivitas komunikasi pada hakikatnya adalah aktivitas berkomunikasi
dengan berbagai macam simbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Aktivitas
komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal,
artikel, progress report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press
release), membuat rekomendasi, dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara
lain jumpa pers, guest guide / open house, announcer, presenter, desk
informations, dan sebagainya.
Hubungan masyarakat menjalankan fungsi dan tugas penerangan didalam
jajaran masing-masing. Perannya sebagai wahana komunikasi ke dalam maupun
ke luar. Kedalam berusaha menyelenggarakan komunikasi kedalam tubuh
41
organisasi, keluar memberikan informasi kepada masyarakat dan lingkungan.
Penyelenggara komunikasi ke dalam dan ke luar berfungsi menyaring (filterisasi),
mengelola, dan menyajikan informasi yang diperlukan sehingga sesuai dengan
kebutuhan komunikasi dari kelompok sasaran yang dituju.
Secara awam terlihat bahwa penanganan hubungan dengan pers juga
merupakan kegiatan paling kontiniu dan sering dilakukan oleh petugas humas.
Aktivitasnya antara lain, jumpa pers, membuat dan mengirim pers release,
kunjungan pers, pers tour, pers kliping, dan counter press (Kusumastuti, 2004 :
27).
Publisitas adalah penempatan berupa artikel, tulisan, foto, atau tayangan
visual yang sarat nilai berita baik karena luar biasa, penting, atau mengandung
unsur-unsur emosional, kemanusiaan, dan humor) secara gratis dan bertujuan
untuk memusatkan perhatian terhadap suatu tempat, orang, orang, atau suatu
institusi yang biasanya dilakukan melalui penerbitan umum.
Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State
University) juga menyatakan publisitas sebagai informasi yang tidak perlu
membayar ruang-ruang pemberitaannya/penyiarannya, namun disaat yang sama
tidak dapat dikontrol oleh individu/perusahaan yang memberikan informasi,
sebagai akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan
memengaruhi orang banyak dan dapat berakibat aksi - dimana aksi ini dapat
menguntungkan atau merugikan saat informasi dipublikasikan.
42
Diantara bentuk-bentuk publikasi antara lain:
•
Berita rutin: pengumuman, pertemuan, konferensi, pameran seni, pelatihan
singkat, pernyataan instansi mengenai akusisi, perubahan, atau pembagian
personel.
•
Artikel panjang / liputan mendalam (features): aktivitas sosial perusahaan,
upaya perusahaan yang menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan
sosial. Artikel / liputan ini biasanya berkaitan dengan wacana yang akan
digulirkan oleh organisasi untuk memperoleh tanggapan publik dan
mendorong
pemerintah
mengeluarkan
kebijakan
tertentu
(http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas ).
Publisitas sebagai penyebaran informasi (Cutlip dan Center) yang
membuat hal-hal menjadi umum dilihat dari pandangan pihak yang ingin
memberitahukan sesuatu kepada orang lain, penyebaran informasi secara
sistematis tentang lembaga/instansi atau perorangan.
Publisitas dilakukan demi kepentingan pihak yang menyebarkan informasi
dlam hal ini publicity-man. Jadi jika publicity-man mendapatkan suatu hal yang
menguntungkan dalam organisasinya, maka ia dapat meminta kepada media
massa untuk menyebarluaskannya, ini dilakukan dengan jalan press release
(Effendy 2009 : 183).
Dokumentasi dan kliping merupakan salah satu
kegiatan Public
Relations/Humas yang berkaitan dengan menelaah, menganilisis, dan kemudian
mngevaluasi perkembangan dari kemajuan lembaga, aktivitas-aktivitas dan
program acara tertentu—baik bersifat komersial maupun nonkomersial—yang
43
telah dimuat atau dipublikasikan di berbagai media massa dan nonmassa.
Pengamatan, analisis dan evaluasi tersebut kemudian disimpan sekaligus
dijadikan rujukan penting atau informasi yang diperlukan untuk membuat rencana
program kerja Humas berikutnya.
Kegiatan dokumentasi dan kliping berita dalam Humas/PR tersebut
merupakan dua kegiatan saling berkaitan erat atau asling menunjang satu sama
lainnya. Keduanya dibuat untuk keperluan sumber informasi yang cukup penting
mengenai sutu peristiwa dan kegiatan lain yang kemudian dianalisis, dievaluasi
dan hingga disimpan sebagai bahan pendokumentasian.
Maka pengertian kegiatan dokumentasi (documentation), dalam arti luas
adalah berkaitan dengan kegiatan
menghimpun, mengolah, menyeleksi, dan
menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen
tentang suatu kegiatan.
Sedangkan bentuk kliping berita (news clipping), merupakan kegiatan
Humas/PR dalam art sempit: yaitu suatu kegiatan memilih, menggunting,
menyimpan dan kemudian memperbanyak mengenai suatu berita, serta foto berita
(photo pers) pada peristiwa yang telah terjadi dan dimuat di berbagai media cetak
(Ruslan, 2010 : 227).
Komunikasi adalah penyampaian pesan kepada publik tentang program
kehumasan yang sedang dan akan dilaksanakan sehingga publik dapat memahami,
mendukung, dan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Humas pemerintah
dapat memakai metode komunikasi, antara lain tatap muka, diskusi, seminar,
lokakarya, pameran, promosi keliling (roadshow), debat publik, temu wicara,
44
rapat kerja, siaran berita, temu media, dan kunjungan media serta metode lain
yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, antara lain studio radio daerah
(sturada), radio komunitas, dan pemanfaatan perangkat seni budaya.
Kegiatan tindakan dan komunikasi yang baik dimulai dengan menghimpun
data yang akan menghasilkan harmonisasi hubungan humas pemerintah dengan
publik, terciptanya citra dan reputasi positif humas pemerintah, partisipasi aktif
publik, kepercayaan publik terhadap humas pemerintah dan instansi, serta
pelaksanaan kegiatan kehumasan sesuai dengan program secara efektif dan
efisien.
Indikator keberhasilan proses komunikasi dan tindakan, antara lain
terlaksananya program kehumasan sesuai dengan rencana dan terciptanya
komunikasi dua arah timbal-balik antara instansi pemerintah dan publik.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Profil Kota Makassar
a. Keadaan Geografis
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan
jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari
wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah
utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar
berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan
ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar
merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah
barat, diapit dua muara sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara
kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota
Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk
11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².
Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki
143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan
dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo,
Tamalanrea dan Biringkanaya.
Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara
dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah
selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar.
46
Wilayah daratan Kota Makassar dirinci menurut kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut : TABEL 3.1.
Luas Wilayah Dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di
Kota Makassar
Kode
Wilayah
(1)
010
020
030
031
040
050
060
070
080
090
100
110
101
111
7371
Kecamatan
(2)
MARISO
MAMAJANG
TAMALATE
RAPPOCINI
MAKASSAR
UJUNG
PANDANG
WAJO
BONTOALA
UJUNG TANAH
TALLO
PANAKKUKANG
MANGGALA
BIRINGKANAYA
TAMALANREA
MAKASSAR
Luas
area(km2)
(3)
1,82
2,25
20,21
9,23
2,52
2,63
1,99
2,10
5,94
5,83
17,05
24,14
48,22
31,84
Persentase terhadap luas
Kota Makassar(%)
(4)
1,04
1,28
11,50
5,25
1,43
1,50
1,13
1,19
3,38
3,32
9,70
13,73
27,43
18,11
175,77
100,00
Sumber : Makassar dalam angka tahun 2010.
b. Kondisi kependudukan Kota Makassar
Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa
yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah
penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa Komposisi
penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin
Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang
47
berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki Penyebaran
penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa
penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak
154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul kecamatan
Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen). Kecamatan Panakkukang
sebanyak 136.555 jiwa (10,73 persen), dan yang terendah adalah kecamatan
Ujung Pandang sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen).
Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat
yaitu 33.390 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (30.457 jiwa per km
persegi), kecamatan Bontoala (29.872 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan
Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu
sekitar 2.709 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa
per km persegi), Manggala (4.163 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah
(8.266 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang 8.009 jiwa per km persegi.
Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih
memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga)
kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala.
c. Kondisi Sosial Kota Makassar
Pembangunan
bidang
pendidikan
bertujuan
untuk
mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara
akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia
pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.
48
Pada tahun 2009/2010 di Kota Makassar, jumlah Sekolah Dasar sebanyak
459 unit dengan jumlah guru sebanyak 6.542 orang dan jumlah murid sebanyak
145.749 orang. Jumlah SLTP sebanyak 171 unit dengan jumlah guru sebanyak
4.630 orang dan jumlah murid sebanyak 59.101 orang. Jumlah SLTA 112 unit
dengan jumlah guru sebanyak
4.817 orang dan jumlah murid sebanyak 65.277 orang.
Di kota Makassar pada tahun 2009 jumlah anak asuh yang tercatat yang
ditampung di 83 Panti Asuhan ada sebanyak 4.034 anak yang diasuh. Sedangkan
jumlah gelandangan/ pengemis dan anak jalanan di Kota Makassar tahun 2009
sebanyak 144 orang dan 870 orang.
Tahun 2009 di Kota Makassar jumlah keluarga pra keluarga sejahtera
63.964 keluarga dan keluarga sejahtera I sebanyak 52.700 keluarga dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 254.868. Jumlah narapidana menurut jenis hukuman
dilembaga pemasyarakatan ada 464 orang (laki-laki 464 orang dan tidak ada
perempuan).
d. Visi, Misi Serta Nilai-Nilai Budaya
Visi merupakan atau bentuk masa depa yang diharapkan. Rumusan visi
mencerminkan kebutuhan yang fundamental dan sekaligus merefleksikan
dinamika pembangunan dari berbagai aspek. Dalam konteks itu Pemerintah Kota
Makassar tahun 2010, sesuai rencana pembangunan jangka menengah daerah
Kota Makassar (RPJMD) tahun 2005 - 2010 (PERDA No. 9 Tahun 2006) dengan
rumusan: ”Terwujudnya Makassar Sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan
Yang Bermartabat Dan Manusiawi”.
49
Berdasarkan visi Pemerintah Kota Makassar tersebut pada hakekatnya
diarahkan untuk mendukung terwujudnya visi Kota Makassar kedepan, maka
dirumuskan misi Kota Makassar tahun 2010 sebagai berikut :
1.
Mengembangkan kultur maritim dengan dukungan infrastruktur bagi
kepentingan lokal, regional, nasional dan internasional;
2.
Mendorong tumbuhnya pusat-pusat perniagaan melalui optimalisasi
potensi lokal;
3.
Mendorong peningkatan kualitas manusia melalui pemerataan pelayaan
pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
4.
Mengembangkan apresiasi budaya dan pengamalan nilai-nilai agama
berbasis kemajemukan masyarakat;
5.
Mengembangkan sistem Pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa,
melalui peningkatan profesionalisme aparatur;
6.
Mendorong terciptanya stabilitas, kenyamanan dan tertib lingkungan
7.
Peningkatan infrastruktur Kota dan pelayanan publik.
Orang-orang
Makassar
mengutamakan
sifat-sifat
harga
diri
dan
kesetiakawanan (loyalitas), yang di nilai sebagai unsur Sirik dan Pacce atau passe.
Walaupun semua suku di sulawesi selatan (mandar, toraja, bugis dan makassar
sendiri) menggunakan tatanan budaya tersebut. Sirik adalah kebanggaan atau
keagungan harga diri . Bagi orang-orang suku Bugis-Makassar diwariskan
amanah oleh leluhurnya untuk menjunjung tinggi adat-istiadatnya yang
didalamnya terpatri pula sendi-sendi sirik tersebut. Bagi pihak-pihak yang terkena
Sirik tetapi hanya diam (tanpa aksi-aksi perlawanan) dijuluki sebagai: tau tena
50
Sirikna (tak punya rasa malu atau tak punya hargadiri). Atau dalam bahasa Bugis
diungkapkan sebagai tau kurang Sirik (orang yang tak ada harga diri).
Pacce dan pesse adalah suatu perasaan yang menyayat hati, pilu bagaikan
tersayat sembilu apabila sesama warga masyarakat ditimba kemalangan
(musibah). Perasaan yang demikian ini merupakan suatu pendorong kearah
solidaritas dalam berbagai bentuk terhadap mereka yang dulunya ditimpa
kemalangan itu seperti diperkosa dan sebagainya, maka dapat disimpulkan bahwa
sirik atau pacce atau pesse tersebut adalah sama tetapi yang terakhir ini lebih
rendah tingkatannya.
Sesungguhnya budaya Makassar mengandung esensi nilai luhur yang
universal, namun kurang teraktualisasi secara sadar dan dihayati dalam kehidupan
sehari-hari. Kalau kita menelusuri secara mendalam, dapat ditemukan bahwa
hakikat inti kebudayaan Makassar itu sebenarnya adalah bertitik sentral pada
konsepsi mengenai “tau”(manusia), yang manusia dalam konteks ini, dalam
pergaulan sosial, amat dijunjung tinggi keberadaannya.
Dari konsep “tau” inilah sebagai esensi pokok yang mendasari pandangan
hidup orang Makassar, yang melahirkan penghargaan atas sesama manusia.
Bentuk penghargaan itu dimanifestasikan melalui sikap budaya “sipakatau”.
Artinya, saling memahami dan menghargai secara manusiawi.
Dengan pendekatan sipakatau, maka kehidupan orang Makassar dapat
mencapaui keharmonisan, dan memungkinkan segala kegiatan kemasyarakatan
berjalan dengan sewajarnya sesuai hakikat martabat manusia. Seluruh perbedaan
derajat sosial tercairkan, turunan bangsawan dan rakyat biasa, dan sebagainya.
51
Yang dinilai atas diri seseorang adalah kepribadiannya yang dilandasi sifat budaya
manusiawinya.
B. VISI DAN MISI DPRD KOTA MAKASSAR
1. VISI SEKRETARIAT DPRD KOTA MAKASSAR
”Sebagai fasilitator dan pusat pelayanan prima yang berkualitas,bagi keberhasilan
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD Kota Makassar”
2. MISI SEKRETARIAT DPRD KOTA MAKASSAR
Misi sekretariat DPRD Kota Makassar sebagai berikut :
1. Memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi dengan prima guna
mendukung keberhasilan tugas ddan fungsi DPRD Kota Makassar.
2. Membina dan meningkatkan potensi staf dan kualitas SDM yang
profesional dan handal.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas,sarana dan prasarana dalam rangka
memfasilitasi kepentingan anggota DPRD Kota Makassar.
4. Memfasilitasi
DPRD
Kota
Makassar
mengakomodir
aspirasi
masyarakat,sehingga tercipta warga kota yang demokratis berlandaskan
hukum.
C. TUGAS POKOK DPRD KOTA MAKASSAR
*Tugas dan wewenang Pokok DPRD :
1. Membentuk peraturan daerah yang di bahas dengan Kepala Daerah untuk
mendapat persetujuan bersama.
2. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama dengan
Kepala Daerah.
52
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
peraturan perundang-undangan lainnya,keputusan kepala daerah,anggaran
pendapatan dan belanja daerah,kebijakan pemerintah daerah dalam
melaksanakan program pembangunan daerah,dan kerjasama internasional di
Daerah.
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala
daerah kepada Presiden melalui Menteri dalam negeri untuk DPRD
Provinsi,dan kepada Menteri dalam negeri melalui Gubernur untuk DPRD
Kabupaten/Kota.
5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap
rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah.
6. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam
pelaksanaan tugas desentralisasi.
7. Tugas-tugas dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
*Tugas Sekretariat DPRD Kota Makassar :
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan
2. Administrasi keuangan.
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
4. Menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah (pasal 11 ayat 2 PP
Nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi pemerintah daerah).
53
*Fungsi DPRD Kota Makassar :
1. Fungsi legislasi yaitu diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah
bersama kepala daerah.
2. Fungsi anggaran diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD
bersama pemerintah daerah.
3. Pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang peraturan daerah,keputusan kepala daerah,dan kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
*Fungsi sekretariat DPRD Kota Makassar :
1. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD.
2. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD.
3. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD.
4. Penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperrlukan oleh DPRD
(pasal 4 ayat 3 PP Nomor 41 tahun 2007).
D.
TUGAS
POKOK
STRUKTUR
ORGANISASI
DPRD
KOTA
MAKASSAR
Tugas Pokok Dan Fungsi Jabatan
I. Pimpinan DPRD
Tugas Dan Fungsi
1. Memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk
mengambil keputusan
2. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketuan
dan wakil ketua.
54
3. Menjadi juru bicara DPRD.
4. Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD.
5. Mengadakan konsultasi dengan kepala daerah dan instansi pemerintah
lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.
6. Mewakili DPRD dan atau alat kelengkapan DPRD dipengadilan.
7. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau
rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentaun peraturan perundangundangan.
8. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam rapat paripurna
DPRD.
II. Panitia Musyawarah
Tugas Dan Fungsi
1. Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD,di
minta atau tidak di minta.
2. Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD.
3. Memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan
pendapat.
4. Memberi saran pendapat untuk memperlancar kegiatan.
5. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus.
III. Komisi
Fungsi Dan Tugas
1. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan
negara kesatuan republik indonesiadan daerah.
55
2. Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah,dan
rancangan keputusan DPRD.
3. Melakukan pengawasa terhadap pembangunan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan,sesuai dengan bidang komisi masing-masing.
4. Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah
yang disampaiakan oleh kepala daerah dan masyarakat kepada DPRD.
5. Menerima,menampung,dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
6. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
7. Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
pimpinan DPRD.
8. Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat.
9. Mengajukan usul pada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing komisi.
10. Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
Ada 4 ( empat ) komisi yang bertugas di kantor DPRD Kota Makassar, yaitu :
1. Komisi A
Bidang Pemerintahan Meliputi :
•
Pemerintahan
•
Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat
•
Informatika/Komunikasi dan Pengelolaan Data Elektronik
•
Media Massa
56
•
Hukum/Perundang-undangan dan HAM
•
Kepegawaian /Aparatur
•
PerizinanOrganisasi Sosial Politik
•
Organisasi Sosial Masyarakat dan Pertanahan
•
Kependudukan
•
Umum
Pendayagunaan Fungsi Komisi A dalam Pengawasan Pemerintahan :
Meliputi kegiatan rapat internal, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan rapat
dengar pendapat umum dengan lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan
maupun perseorangan, kunjungan dalam daerah dan kunjungan kerja luar daerah
yang terkait dengan bidang pemerintahan, hukum, ketentraman dan ketertiban
masyarakat, informatika/komunikasi dan pengelolaan data elektronik, media
massa, hukum perundang – undangan dan HAM, kepegawaian/aparatur,
perizinan, organisasi sosial politik, organisasi sosial masyarakat dan pertanahan,
kependudukan.
2. Komisi B
Bidang Perekonomian dan Keuangan Meliputi :
•
Perdagangan
•
Perindustrian
•
Pertanian
•
Perikanan dan Kelautan
•
Peternakan
•
Perkebunan
57
•
Kehutanan
•
Pengadaan pangan / logistik
•
Koperasi dan UKM
•
Pariwisata
•
Keuangan Daerah
•
Perpajakan
•
Retribusi
•
Perbankan
•
Perusahaan Daerah
•
Perusahaan Patungan
•
Dunia usaha dan Penanaman Modal
Pendayagunaan Fungsi Komisi B dalam Pengawasan Bidang Perekonomi dan
Keuangan :
Meliputi kegiatan rapat internal, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan rapat
dengar pendapat umum dengan lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan
maupun perseorangan, kunjungan dalam daerah dan kunjungan kerja luar daerah
yang terkait dengan bidang perdagangan, perindustrian, pertanian, perikanan dan
kelautan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pengadaan pangan/logistik,
koperasi dan UKM, pariwisata, keuangan daerah, perpajakan, retribusi,
perbankan, perusahaan daerah, perusahaan patungan, dunia usaha dan penanaman
modal.
58
3. Komisi C
Bidang Pembangunan Meliputi :
•
Pekerjaan Umum
•
Prasarana Wilayah dan Permukiman
•
Tata Ruang Kota
•
Kebersihan dan Keindahan
•
Perhubungan
•
Pertambangan dan Energi
•
Jasa Telekomunikasi
•
Lingkungan Hidup
Pendayagunaan Fungsi Komisi C dalam Pengawasan Bidang Pembangunan :
Meliputi kegiatan rapat internal, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan rapat
dengar pendapat umum dengan lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan
maupun perseorangan, kunjungan dalam daerah dan kunjungan kerja luar daerah
yang terkait dengan bidang pekerjaan umum, prasarana wilayah dan permukiman,
tata ruang kota, kebersihan dan keindahan, perhubungan, pertambangan dan
energi, jasa telekomunikasi dan lingkungan hidup.
4. Komisi D
Bidang Kesejahteraan Rakyat:
•
Ketenagakerjaan
•
Pendidikan
59
•
Ilmu Pengetahuan & Teknologi
•
Kepemudaan & Olah Raga
•
Agama
•
Kebudayaan
•
Sosial
•
Kesehatan & Keluarga Berencana
•
Peranan Wanita
Pendayagunaan Fungsi Komisi D dalam Pengawasan Bidang Kesejahteraan
Rakyat :
Meliputi kegiatan rapat internal, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan rapat
dengar pendapat umum dengan lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan
maupun perseorangan, kunjungan dalam daerah dan kunjungan kerja luar daerah
yang terkait dengan bidang ketenagakerjaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi , kepemudaan dan olah raga, agama, kebudayaan, sosial, kesehatan dan
keluarga berencana, peranan wanita.
IV. Badan Kehormatan
Fungsi Dan Tugas :
1. Mengamati,mengevaluasi disiplin,etika,dan moral para anggota DPRD
dalam rangka menjaga martabat,kehormatan,citra,dan kredibilitas DPRD.
2. Meneliti dugaan pelanggaraan yang dilakukan anggotan DPRD terhadap
peraturan perundang-undangan,kode etik,dan peraturan tata tertib DPRD.
60
3. Melakukan penyelidikan,verifikasi,dan pengambilan keputusan atas
pengaduan pimpinan DPRD,masyarakat atau pemilih.
4. Menyampaikan
hasil
pemeriksaan
kepada
pimpinan
DPRD
dan
merekomendasikan untuk pemberhentian anggotan DPRD antar waktu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan DPRD berupa rehabilitasi
nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan
DPRD atas pengaduan pimpinan DPRD,masyarakat atau pemilih.
V. Panitia Anggaran
Fungsi Dan Tugas :
1. Memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD
kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan pendapatan
anggran dan belanja daerah selambat-lambatnya lima bulan sebelum
ditetapkan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Memberikan
saran
mempersiapkan
dan
pendapat
kepada
penetapan,perubahan,dan
kepala
daerah
perhitungan
dalam
anggaran
pendapatan daerah dan belanja daerah sebelum ditetapkan dalam rapat
paripurna.
3. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai pra rancangan
anggaran pendapatan dan belanja daerah,rancangan anggaran pendapatan
dan belanja daerah,perubahan,dan penghitungan anggaran dan belanja
daerah yang telah disampaikan oleh kepala daerah.
61
4. Memberikan saran dan pendapat terhadap rancangan perhitungan anggaran
yang disampaikan oleh kepala daerah kepad DPRD.
5. Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap
penyusunan anggaran belanja sekretariat DPRD.
E. SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DPRD
Susunan organisasi sekretariat DPRD terdiri dari :
a. Sekretaris Dewan
Tugas dan Fungsi Sekretaris Dewan DPRD Kota Makassar :
1. Menyelenggarakan penetapan pedoman tata tertib DPRD Kota
Makassar.
2. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan tata tertib DPRD Kota
Makassar.
3. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi tata tertib DPRD Kota
Makassar.
4. Menyelenggarakan Peresmian pengangkatan dan pemberhentian
anggota DPRD Kota Makassar.
5. Menyelenggarakan pelaksanaan pedoman kedudukan protokoler
dan keuangan DPRD Kota Makassar.
6. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan kedudukan protokoler
dan keuangan DPRD Kota Makassar.
7. Menyelenggarakan koordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD sesuai kebutuhan dan kemampuan.
62
8. Menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi baik intern maupun
antar satuan kerja/unit organisasi lainnya sesuai tugas dan
mekanisme yang ditetapkan.
b. Sekretariat terdiri atas :
1. Kepala Bagian umum.
Tugas dan Fungsi Kepala Bagian Umum :
1. Menyelenggarakan
pengkajian
bahan
/
data
untuk
penyempurnaan dan penyusunan kebijaksanaan, ketentuan dan
standart penyelenggaran Urusan Tata Usaha, Rumah Tangga
DPRD, perlengkapan, distribusi dan perawatan inventaris.
2. Menyelenggarakan urusan kepegawaian.
3. Menyelenggarakan system pengendalian intern.
4. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban kepada
Sekretaris Dewan sesuai standar yang ditetapkan.
5. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai bidang tugas dan
fungsinya
6. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan
Kerja/unit
organisasi
terkait
dalam
rangka
pembinaan
ketatausahaan Sekretariat DPRD-SU.
7. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Dewan.
Untuk melaksanakan Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas sebagaimana
dimaksud di atas, Kepala Bagian Umum dibantu oleh :
63
a. Kepala Sub Tata Usaha
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Tata Usaha :
1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data
untuk penyempurnaan dan penyusunan kebijaksanaan, ketentuan
dan Standar penyelenggaraan urusan Tata Usaha dan Rumah
Tangga DPRD.
2. Melaksanakan Urusan Tata Usaha dan RT DPRD sesuai
kebijaksanaan, ketentuan dan Standar yang ditetapkan.
3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian
Umum sesuai bidang tugasnya
4. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban Pelaksanaan
Tugasnya kepada Kepala Bagian Umum, sasuai standart yang
ditetapkan.
5. Melaksanakan Tugas Kepala bagian Umum apabila dihunjuk
menjadi pelaksana.
b. Kepala Sub Bagian HUMAS
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian HUMAS :
1.Melaksanakan kegiatan keprotokolan.
2.Penyiapan bahan dan penyebarluasan pemberitaan kegiatan DPRD.
3.Melaksanakan Pembuatan Majalah.
4.Melaksanakan Pembuatan Agenda.
5.Melaksanakan dan mengikuti kegiatan Pimpinan Dewan, Komisi I s.d
IV (Rapat dan Kunker).
64
6.Melaksanakan Pembuatan Klipping Koran.
7.Melaksanakan bantuan kegiatan Rapat Paripurna.
8.Melaksanakan Pembuatan daftar nama-nama Wartawan
9.Meksanakan Pembuatan Nota Dinas / Surat mengenai Bagian Informasi.
10. Melaksanakan Membuat Konsep Surat yang akan dikirim dan tugas
lain yang diberikan Kabag.
11. Menampung dan menyalurkan usul/pendapat masyarakat.
12. Melaksanakan Tugas yang diberikan Atasan.
c. Kepala Sub Bagian Protokol
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Protokol :
1. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan Pimpinan Dewan dan Anggota
Dewan.
2. Melaksanakan koordinasi hubungan antar lembaga dan pelayanan tamu
DPRD.
3. Melaksanakan Persiapan tata tempat, tata upacara dan tata letak
lambang-lambang negara .
4. Melaksanakan dan mempersiapkan dan melayani Jamuan Makan Tamu
Dewan dan Sekretaris Dewan.
5. Melaksanakan dan Membuat Rekapitulasi kegiatan audiensi dan
penerimaan tamu untuk disajikan kepada Dewan.
6. Melaksanakan pembuatan nota dinas/surat mengenai Bagian Protokol
dan Hubungan Antar Lembaga.
65
7. Melaksanakan
penyajian
bahan/data
untuk
penyempurnaan
dan
penyusunan kebijakan, ketentuan dan standard protokoler DPRD,
koordinasi hubungan antar lembaga.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Atasan.
2. Kepala Bagian Rapat-Rapat
Tugas dan Fungsi Kepala Bagian Rapat-Rapat :
1. Menyelenggarakan pengkajian bahan/data untuk penyempurnaan dan
penyusunan kebijaksanaan, ketentuan dan standar persiapan persidangan
DPRD dan pembuatan risalah;
2. Menyelenggarakan program kegiatan persidangan dan peninjauan DPRD;
3. Menyelenggarakan persiapan persidangan DPRD;
4. Menyelenggarakan pembuatan risalah;
5. Menyelenggarakan dan memfasilitasi rapat Pimpinan Dewan;
6. Menyelenggarakan dan memfasilitasi rapat Pimpinan Dewan dengan
Pimpinan Fraksi DPRD;
7. Menyelenggarakan dan memfasilitasi Rapat Pimpinan Dewan dengan
Komisi DPRD;
8. Menyelenggarakan dan memfasilitasi rapat Pimpinan Dewan dengan alat
kelengkapan Dewan lainnya;
9. Menyelenggarakan dan memfasilitasi Rapat Paripurna DPRD;
10. Menyelenggarakan penyusunan surat laporan, penjelasan acara dan catatan
singkat / risalah rapat-rapat dan peninjauan DPRD yang diberikan oleh
Sekretaris Dewan;
66
11. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Untuk melaksanakan Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas sebagaimana dimaksud
di atas, Kepala Bagian Rapat –Rapat dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Rapat
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Rapat :
1. Melaksanakan penyiapan surat menyurat dan undangan rapat serta
peninjauan komisi, gabungan komisi, rapat koordinasi antar komisi dan
fraksi DPRD.
2. Melaksanakan penyiapan bahan untuk Rapat Komisi, Gabungan Komisi,
Rapat koordinasi antar Komisi dan Fraksi DPRD.
3. Melaksanakan penyusunan rancangan rekomendasi laporan Rapat Komisi
DPRD.
4. Melaksanakan penyusunan penjelasan acara rapat komisi Rapat Komisi,
gabungan Komisi, rapat koordinasi antar Komisi dan Fraksi DPRD.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
b. Kepala Sub Bagian Hukum
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Hukum :
1. Menyelenggarakan hukum dan perundang-undangan;
2. Menyelenggarakan analisa dan pengembangan hukum;
3. Menyelenggarakan layanan kajian bahan bahasan rancangan produk
hukum;
67
4. Menyelenggarakan layanan bantuan hukum dan kedudukan hukum
Anggota DPRD;
5. Menyelenggarakan fasilitasi dan koordinasi tenaga ahli;
6. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi Bagian Hukum dan
Perundang-undangan;
7. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
8. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
9. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
c. Kepala Sub Bagian Dokumen
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian dokumen :
1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data untuk
penyempurnaan dan penetapan kebijaksanaan, ketentuan dan standar
pembuatan risalah Persidangan DPRD.
2. Melaksanakan penyusunan risalah Rapat Paripurna, rapat Pimpinan
dengan Pimpinan Fraksi dan Rapat Pimpinan dengan Pimpinan Komisi.
3. Melaksanakan penyiapan surat menyurat dan undangan rapat serta
peninjauan Panitia DPRD.
4. Melaksanakan penyusunan rancangan laporan hasil rapat dan peninjauan
Panitia DPRD.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
68
3. Kepala Bagian Keuangan
Tugas dan Fungsi Kepala Bagian Keuangan :
1. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan DPRD dan Sekretariat DPRD.
2. Menyelenggarakan penyusunan rencana anggaran DPRD dan Sekretariat
DPRD.
3. Menyelenggarakan penyiapan bahan/data untuk penyempurnaan dan
penyusunan
kebijaksanaan
dan
standar
pengelolaan
anggaran
pemeriksaan/penelitian realisasi anggaran dan pembukuan.
4. Menyelenggarakan evaluasi / analisa pelaksanaan anggaran berdasarkan
realisasi penerimaan maupun pengeluaran.
5. Menyelenggarakan penyusunan laporan keuangan DPRD dan Sekretariat
DPRD.
6. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Untuk melaksanakan Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas sebagaimana dimaksud
di atas, Kepala Bagian Keuangan dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Anggaran
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Anggaran :
1.
Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data untuk
penyempurnaan dan penetapan kebijaksanaan, ketentuan dan standar
pemeriksaan/penelitian realisasi anggaran rutin dan pembangunan.
2. Melaksanakan penyusunan rencana anggaran DPRD dan Sekretariat
DPRD.
3. Melaksanakan pelaksanaan anggaran.
69
4. Melaksanakan penelitian anggaran.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
b. Kepala Sub Bagian Perbendaharaan
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Perbendaharaan :
1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data untuk
penyempurnaan dan penetapan kebijaksanaan, ketentuan dan standar tata
usaha pembukuan dan penyusunan perhitungan anggaran DPRD dan
Sekretariat DPRD.
2. Melaksanakan penyelesaian administrasi keuangan.
3. Melaksanakan pembayaran gaji, dan tunjangan-tunjangan lainnya.
4. Melaksanakan tata pembukuan keuangan.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
c. Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi
Tugas dan Fungsi Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi :
1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data untuk
penyempurnaan dan penetapan kebijaksanaan, ketentuan dan standar
penyusunan dan pengelolaan anggaran rutin maupun pembangunan;
2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengujian terhadap dokumen
pengeluaran dan penerimaan;
3. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan anggaran berdasarkan realisasi
penerimaan maupun pengeluaran;
70
4. Melaksanakan penyusunan laporan keuangan;
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
4. Kepala Bagian Perlengkapan
Tugas dan Fungsi Kepala Bagian Perlengkapan :
1. Menyelenggarakan pengkajian bahan / data untuk penyempurnaan dan
penyusunan kebijaksanaan, ketentuan dan standart penyelenggaran Urusan
Tata Usaha, Rumah Tangga DPRD, perlengkapan, distribusi dan
perawatan inventaris.
2. Menyelenggarakan urusan kepegawaian
3. Menyelenggarakan system pengendalian intern
4. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban kepada Sekretaris
Dewan sesuai standar yang ditetapkan
5. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya
6. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan Kerja/unit
organisasi terkait dalam rangka pembinaan ketatausahaan Sekretariat
DPRD-SU.
7. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Dewan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, maka Kepala Bagian Perlengkapan
membawahi :
a. Kepala Sub Bagian perencanaan dan analisa kebutuhan
Tugas dan Fungsi :
71
1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan/data untuk
penyempurnaan dan penyusunan kebijaksanaan, ketentuan dan standar
pengolahan perlengkapan dan pendistribusiannya.
2. Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan pendistribusiannya sesuai
kebijaksanaan, ketentuan dan standar yang ditetapkan.
3. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya
kepada Kepala Bagian perlengkapan sesuai standar yang ditetapkan.
4. Melaksanakan penyiapan dan pelaporan kegiatan pengelolaan barang/jasa
5. Menyiapkan pelaporan dan pertanggungjawaban pendistribusian ATK
untuk kebutuhan unit kerja di lingkungan Sekretariat Dewan
6. Menyiapkan pelaporan pelaksanaan pengadaan barang/jasa kepada
pemimpin kegiatan
7. Melaksanakan pengawasan keamanan di lingkungan kantor, mengadakan
koordinasi dengan aparat keamanan (polisi).
b. Kepala Sub Bagian Pengadaan dan penyimpanan
Tugas dan Fungsi :
1. Mengkaji bahan penyusunan rencana strategis sekretariat Daerah sesuai
dengan bidang tugasnya.
2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja tahunan dan rencana
anggaran bagian perlengkapan.
3. Mengkaji
bahan
perumusan
kebijakan
bidang
administrasi
pemberdayaan aset daerah serta pengadaan barang/jasa pemerintah.
dan
72
4. Mengkoordinasikan,mengarahkan dan melaksanakan kegiatan tertib
administrasi aset serta tugas lain dibidang administrasi aset.
5. Mengkoordinasikan,mengarahkan
dan
melaksanakan
pengadaan
barang/jasa dilingkungan sekretariat daerah, penyusunan standarisasi
harga/jasa.
6. Membantu atasan dalam mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan
pertanggungjawaban bidang pengelolaan aset.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Kepala Sub Bagian Inventarisasi dan Pemeliharaan
Tugas dan Fungsi :
1. Melaksanakan Pengolahan, penyajian bahan/data untuk penyempurnaan
dan penyusunan kebijakan, ketentuan dan standar perencanaan dan
pelaksanaan perawatan Barang/Inventaris.
2. Melaksanakan
perawatan
barang/inventaris
sesuai
kebijaksanaan,
ketentuan dan standar yang ditetapkan
3. Melaksanakan fasilitasi ruangan rapat.
4. Melaksanakan perawatan/pemeliharaan listrik,sound system, AC pada
rapat-rapat paripurna
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian perlengkapan
sesuai dengan bidang tugasnya.
73
F. BAGAN STRUKTUR SEKRETARIAT DPRD KOTA MAKASSAR
PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR No. 3 TAHUN 2009
74
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Aktivitas Humas Sekretariat DPRD Kota Makassar sebagai Mediator dan
Publisitas
Hubungan masyarakat atau yang disebut juga Public Relations merupakan
salah satu bagian terpenting dan tidak dapat terpisah dari sistem manajemen dalam
suatu organisasi. Hal ini dikarenakan, Humas dalam upaya menyelenggarakan
komunikasi timbal balik antara organisasi dengan publiknya tersebut dapat
menentukan sukses tidaknya usaha organisasi dalam upaya meraih citra positif.
Dengan kata lain, Humas berperan sebagai fasilitator dalam penyampaian
informasi-informasi mengenai keadaan suatu organisasi yang dianggap penting
dan patut diketahui para pihak stakeholder atau publik.
Setiap instansi pemerintah , baik yang berskala besar, menengah ataupun
kecil tidak terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan hubungan timbal balik
antara satu bidang dengan bidang lainnya dalam menghadapi setiap permasalahan
pemerintahan. Oleh karena itu, setiap organisasi instansi pasti membutuhkan
bagian yang dapat menjalankan aktivitas yang menghubungkan lembaga / instansi
dengan para publiknya.
Pada dasarnya aktivitas humas DPRD kota sudah diupayakan untuk berjalan
dengan semestinya. Penulis mulai menelusuri kinerja Humas di kantor ini dengan
melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait.
75
Pada bagian ini penulis memaparkan mengenai aktivitas humas secara
umum. Pola kelola humas di sekretariat DPRD kota Makassar sebenarnya telah
mencoba membangun iklim professional, diantaranya adalah dengan adanya
pembagian tugas dalam struktur Humas itu sendiri.
“Kami juga di Humas itu membagi tugas masingmasing. Ada yang menerima aspirasi, ada yang
mengkliping, ada yang mengagendakan kegiatan, ada
yang bertugas untuk izin-izin kerja dan magang, ada juga
yang mendampingi dewan” (Wawancara Drs Khaeruddin
H ).
Pernyataan diatas disampaikan KABAG Humas sekretariat DPRD Kota
Makassar. Pembagian tugas tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan kinerja
kehumasan pada tiap bagian. Pembagian kerja tersebut bahkan terlihat sangat
spesifik untuk beberapa pekerjaan yang terbilang tidak terlalu rumit juga
ditempati oleh satu staf. Tidak banyak staf yang mengurusi dua pekerjaan
sekaligus.
“Itu dihumas, ada beberapa tupoksi masing-masing.
Tiap staf diberi uraian kerja. Contohnya saya diberi tugas
administrasi mengontrol kwitansi koran.” (wawancara Hj.
Nurhayati)
Diungkapkan pula oleh Sumarni Busrah salah satu staf Humas tentang aktivitas
yang dijalan : “Pekerjaan saya mengumpulkan berita dalam bentuk kliping,
kemudian dibagikan ke DPRD”
Pembagian kinerja yang sangat spesifik ini memungkinkan kinerja Humas
dikantor ini menjadi maksimal dikarenakan pekerjaan yang tidak terlalu banyak.
Pola pembagian kinerja seperti ini penulis dapatkan sudah dilakukan dalam selang
76
waktu yang sudah sangat lama. Artinya pola ini telah mejadi budaya kehumasan
di sekretariat DPRD kota Makassar. Kelebihan budaya pembagian kinerja ini
bagi staf Humas diantaranya tidak diperlukannya waktu yang sangat lama untuk
penyesuaian kinerja bagi staf yang baru. Selain itu kinerja akan lebih gampang
terpantau.
Namun terlepas dari itu budaya turun temurun di sekretariat DPRD kota
Makassar ini juga memiliki kekurangan. Terkadang urusan-urusan tersebut
membuat para staf menjadi tidak inovatif dan menumpulkan kreativitas untuk
menciptakan hal-hal yang baru. Konteks dan kebutuhan organisasi maupun
masyarakat yang berubah-ubah pastinya menuntut kreativitas sebuah instansi
kehumasan pemerintah.
“Saya menyebut ini sebagai penyakit akut birokrasi.
Enggan untuk belajar. Lingkungan ini berubah, tapi
kapasitas tidak meningkat. Kehumasan ini kehumasan
konvensional”
“Di tengah era saat ini, sebuah organisasi yang
bisa bertahan adalah organisasi yang senantiasa belajar.
Harus ada inovasi, kreativitas, dan membandingkan
pembelajaran dengan orang lain”. (wawancara Irwan
ST).
Pernyataan salah satu anggota legislatif diatas merupakan bentuk ungkapan
tentang kebiasaan organisasi yang kemudian menjadikan hilangnya inovasi
termasuk terkait masalah kehumasan.
Pembagian tugas yang sangat spesifik dan cenderung kaku tersebut
membuat penulis mencoba mengetahui apakah tugas tersebut telah diketahui oleh
staf dan akhirnya pertanyaan diarahkan menuju tupoksi humas itu sendiri di
77
lembaga pemerintahan. Pada dasarnya humas di sekretariat DPRD kota Makassar
ini selalu diberi panduan pelaksaan tugas. Setiap saat panduan pelaksaan tugas
diberikan untuk memberi kejelasan dan batasan wilayah kerja masing-masing staf.
Dikemukakan oleh Hj. Nurhayati “Humas itu setiap saat diberi uraian tugas. Ada
yang menangani koran, kliping, iklan”
Inilah yang menjadi penyebab kreatifitas staf Humas dalam menjalankan
fungsinya menjadi terkekang. Uraian tugas yang sudah sangat lama tidak
diperbaharui mendukung hal itu. Selain itu budaya organisasi pemerintahan yang
menjadikan pimpinan sebagai “raja” dalam sebuah institusi semakin mendukung
macetnya sebuah inovasi baru untuk bermunculan.
Mengenai fungsi dan tugas Humas itu sendiri, penulis mencoba untuk
menggali apa tupoksi yang ada senantiasa berjalan di bagian ini.
“Membantu tugas-tugas pimpinan, membantu tugastugas dewan. Menjembatani masyarakat, arti kata kami
yang pertama menerima mereka sebelum sampai kepada
dewan. Merangkum semua pemberitaan di media dalam
bentuk kliping oleh yang punya bagian”. (wawancara Drs
Khaeruddin H .)
Ujaran tersebut menggambarkan tupoksi mum Humas di kantor ini. Uraian
tersebut sebenarnya semua telah tercantum.
Penulis akan memasuki bagian penjabaran tentang aktivitas Humas
sekretariat DPRD kota Makassar sebagai fungsi mediator sebagaimana diursiksn
pada bab II fungsi ini dalam sebuah instansi pemerintah terbagi dua. Ada yang
bersifat ke dalam dan ada yang bersifat keluar. Beberapa anggota DPRD kota
Makassar berujar mengenai fungsi ini dan diantara peran itu nampak ketika
anggota DPRD menjalankan reses atau ada pembawa aspirasi oleh masyarakat itu
78
sendiri dalam bentuk demonstrasi yang datang langsung ke kantor DPRD kota
Makassar.
Demonstrasi untuk ukuran kota Makassar sudah terbilang sangat sering
terjadi. Para anggota DPRD dan staf Humas tentunya sudah sangat tidak asing
lagi menghadapi kondisi ini. Beberapa staf kemudian berujar mengenai
bagaimana Humas melaksanakan fungsinya ketika para demonstran berdatangan.
“Contoh kasus demo. Kami adalah jembatan ke
dewan, kami memediasi mereka ketemu dewan. Setelah
mereka diterima kami buat rilisnya”.(wawancara Drs
Khaeruddin H)
Memang dari sekian banyak urusan mediasi yang bisa dilakukan, humas
sekretariat DPRD kota Makassar hanya membatasi urusan memenuhi tuntutan
aspirasi pengunjuk rasa atau kru media massa yang datang ke kantor. Tidak ada
pengklasifikasian publik yang penulis dapatkan seperti yang terjabarkan format
tata kelola kehumasan pemerintah. Ini dibuktikan dengan seluruh staf yang
penulis temui menganggap mediasi secara sempit, sekedar berurusan dengan
demonstran.
“Sebagai fungsi mediator dan publisitas, yang
sudah saya kerjakan misalnya memediasi wartawan,
menerima demonstran. Terkadang para pengunjuk rasa
tidak mengetahui aturan. Biasanya kita ajak dia ke ruang
media
center
kemudian
menjelaskan
(maksud
kedatangan)”. (wawancara Mubarak)
Menghadapi urusan demonstrasi menurut Humas mereka telah melakukan
prosedur penanganan berikut adalah tahap penanganan demonstrasi yang berhasil
penulis simpulkan:
79
1. Tahap penerimaan, tahap ini menurut staf humas ialah tahap menerima para
pengunjuk rasa yang biasa dilakukan di halaman kantor dewan. Bila yang
melakukan aspirasi sudah merupakan kedatangan yang kedua kalinya dan telah
membuat perjanjian dengan humas maka biasanya para pengunjuk rasa sudah
tidak melewati tahap ini. Pada tahap ini pula humas akan mempertanyakan
mengenai maksud dan tujuan kedatangan. Terkadang pula Humas meminta
selebaran yang biasanya sudah disiapkan oleh para pengunjuk rasa.
Diungkapkan oleh Taufik selaku salah satu staf Humas“Biasanya kita terima
dulu terus kita ambil pernyataan sikapnya”.
2. Tahap pemanggilan perwakilan massa, negosiasi berlangsung dan biasanya
humas meminta beberapa orang dari massa untuk masuk ke ruang aspirasi.
Para pengunjuk rasa terkadang sudah menyiapkan negosiator yang akan masuk
berhadapan langsung dengan anggota dewan yang dituju.
“Tidak pernah terjadi sperti itu. Selama demo
dsini tidak pernah terjadi seperti itu. Itu bukan demo
mereka diundang (kedua kalinya). Kalau ada demo
pasti lewat humas, karena prosedurnya seperti itu”.
(wawancara Drs Khaeruddin H)
Menanggapi adanya beberapa pengunjuk rasa yang kadang langsung masuk ke
ruang dewan menemui anggota dewan yang dituju. Kabag Humas Drs
Khaeruddin H menegaskan bahwa para pengunjuk rasa sudah datang untuk
yang kedua kalinya. Kadang pula mereka diundang untuk bertemu anggota
dewan yang sempat berhalangan hadir ketika pengunjuk rasa datang.
3. Tahap penyampaian kepada anggota legislatif terkait, hasil dari negosiasi yang
dilakukan dengan para pembawa aspirasi kemudian disampaikan kepada
80
anggota dewan yang sedang berada di tempat, tentunya dengan melihat pula
keterkaitan masalah yang dibawa oleh pembawa aspirasi.
4. Tahap publikasi, kru media yang juga datang ke lokasi biasanya berada di
ruangan media center yang telah disediakan khusus untuk kru wartawan. Disini
pihak humas telah menyediakan rilis dari aksi unjuk rasa yang kemudian
disampaikan kepada kru media massa.
Dikemukakan oleh Busrah Abdullah
“Untuk media bahkan ada ruangan disiapkan untuk wartawan”.
Menurut salah satu anggota legislatif, kantor DPRD kota Makassar telah
menyediakan banyak fasilitas untuk mendukung peran-peran Humas sebagai
mediator
hingga
publisitas,
diantaranya
dengan
penyediaan
ruangan
penerimaan aspirasi yang tepat berada di bagian depan gedung serta ruangan
media center untuk para wartawan yang juga biasa digunakan untuk press
conference.
Seluruh staf humas dan beberapa anggota dewan yang membenarkan bahwa
fungsi mediator Humas sudah dijalankan dengan baik. Namun ada pula anggota
dewan yang memang belum mengakui hal tersebut. Hasil observasi penulis
memang mendapatkan bahwa tahapan dan peran Humas sebagai mediator belum
dilaksanakan dengan maksimal. Tahapan dan hal yang terjadi di lapangan
sangatlah berbeda.
Namun sebelum masuk pada pembahasan lebih dalam mengenai apakah
aktivitas Humas berjalan dengan baik atau tidak penulis akan lebih dulu
membahas tentang bagaiman publisitas berjalan di kantor ini.
81
Penyediaan ruang media center di kantor DPRD kota Makassar
dimaksudkan untuk mendekatkan diri dengan media massa. Beberapa kegiatan
publisitas yang melibatkan media massa hanya berupa pemberian rilis. Busrah
Abdullah mengungkapkan bahwa bagaimana hubungan itu terbangun dengan
baik. Busrah Abdullah berpendapat bahwa :“Media itu mendukung, setelah ada
putusan itu diambil oleh media. Supaya masyarakat semua itu”.
Hasil penelueuran penulis menemukan bahwa tidak begitu sama dengan apa
yang didapatkan oleh masyarakat umum. Media massa cenderung lebih
mendapatkan perhatian lebih. Kegiatan publisitas memang hanya sebatas
memberikan pemberitaan kepada media massa itulah salah satu penyebab
mengapa media massa dan krunya begitu mendapat perhatian.
Beberapa kegiatan dewan yang dipublikasikan antara lain berupa hasil-hasil
pertemuan dan beberapa kunjungan kerja ataupun reses yang dilakukan oleh
anggota DPRD kota Makassar. Selain itu hasil dari setiap kedatangan para
pembawa aspirasi sering dipublikasikan melalui media massa. Drs. Khaeruddin H
menyatakan : “Dibuatkan hasil pertemuan tersebut kemudian kami lempar ke
masyarakat”.
Sedikitnya paparan mengenai aktivitas Humas sekretariat DPRD kota
Makassar
membuktikan
kurangnya
kreatifitas
Humas.
Pemaparan
ini
membuktikan bahwa maksimalisasi kerja Humas terbilang jauh dari harapan.
Selain
publisitas dan
menjalankan
fungsi
mediator,
Humas
juga
menjalankan beberapa tugas yang memudahkan kinerja-kinerja anggota DPRD
82
diantaranya menemani langsung anggota DPRD yang melakukan reses atau
menyiapkan beberapa kelengkapan informasi rapat.
“Tetap berhubungan dengan masyarakat. Kalau
anggota dewan butuh seperti catatan-catatan, kita
memberikan informasi yg anggota dewan butuhkan”.
(wawancara Sumarni Busrah).
Drs. Khaeruddin H menyatakan : “Kami hanya sebatas ikut doang”.
Terkadang dari kegiatan Humas mendampingi anggota DPRD cenderung hanya
sekedar ikut. Mereka tidak sekaligus menjalankan fungsi Humasnya. Ini
dibenarkan oleh beberapa anggota dewan yang berujar mengenai lebih seringnya
mereka menggunakan kemampuan personal ketimbang menunggu Humas
menjalankan perannya.
B. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat aktivitas Humas DPRD
Kota Makassar sebagai fungsi mediator dan publisitas
Di era keterbukaan sekarang ini Humas mempunyai peran yang penting dan
strategis. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam organisasi yang berlangsung
dua arah dan timbal balik. Posisi Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan
yang ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi.
Pentingnya peran Humas di DPRD kota Makassar dirasakan sangat penting
dalam membangun citra positif institusi. Selain itu urusan yang padat
membutuhkan kinerja yang sangat maksimal. Untuk mendukung kinerja-kinerja
DPRD kota Makassar maka humas sangat diharapkan mampu memenuhi hal
tersebut. Apalagi dewasa ini pemerintah tengah menghadapi berbagai persoalan
83
dan tudingan mengenai kinerja yang tidak terlalu baik ketika berhubungan secara
vertikal dengan masyarakat.
Upaya maksimalisasi aktivitas kehumasan sangat penting dan menjadi
tuntutan yang mendesak saat ini, wajib dilaksanakanpula oleh DPRD kota
Makassar, sebagai momentum strategis untuk melakukan perubahan tatanan
peranan kehumasan yang dapat bersinergi secara efektif. Humas DPRD kota
Makassar selalu dituntut kemampuannya dalam menghadapi tantangan dan
perubahan lingkungan yang sangat cepat.
Beberapa waktu yang lalu media Tribun Timur telah mengeluarkan ulasan
mengenai peran Humas DPRD kota Makassar yang belum terlalu maksimal atau
bahkan oleh beberapa kalangan dianggap tidak berjalan. Pada sub bab sebelumnya
penulis telah menguraikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Humas menurut
bagian Humas itu sendiri dan dibenarkan oleh beberapa anggota DPRD kota
Makassar.
Namun sebelum masuk pada pembahasan mengenai faktor pendukung dan
penghambat kinerja Humas, penulis akan mengurai tanggapan Humas tentang
pelaksanaan fungsinya.
“Kasubag humas dan staf sudah menjalankan
tugasnya selaku mediator dan fasilitator, kalau anggota
dewan itu sudah turun ke lapangan kasubag humas itu
berserta stafnya langsung turun ke lapangan. Demikian
pula berkoordinasi dengan media cetak maupun media
elektronik”. (wawancara ketua sekretariat dewan).
Pandangan ini dapat dikatakan sangat subjektif dan terlalu menggeneralisir
hasil dari kinerja Humas. Memang beberapa anggota legislatif mengakui bahwa
84
kinerja Humas telah berhasil namun yang diutarakan lebih bersifat ke dalam dan
itu hanya pandangan dari apa yang dilihat dari komisnya sendiri.
“Humas memformulasi. Hampir tidak ada kendala.
Karena smua staf sudah berfungsi dengan baik”.Bisa
lewat telefon bisa lewat sms, bisa lewat partai masingmasing. Semua sangat mendukung. Saya didukung punya
sekretaris komisi yang lihai”. (wawancara Rahman Pina).
Pernyataan diatas terbaca sangat sempit dalam menila kinerja Humas. Bisa
diindikasikan bahwa kinerja Humas secara ke dalam (internal) memang telah
berjalan walaupun hanya pada beberapa komisi tertentu.
“Saya liat humas itu sudah melaksanakan tugasnya
dengan baik. Ada rapat komisi, itu langsung mendapatkan
informasi dari humas. Humas itu sudah mengerjakan
tugasnya dengan baik ketika ada aspirasi. Demo atau
apa”. (wawancara Busrah Abdullah).
Padahal yang harus diketahui bahwa sasaran Humas adalah publik internal
dan eksternal. Secara operasional Humas bertugas membina hubungan harmonis
antara organisasi dengan publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis
yang mungkin terjadi di antara keduanya. Secara definitif,
Humas adalah suatu fungsi manajemen yang bertujuan menjembatani
antara organisasi dan stakeholder baik di luar maupun di dalam. Jadi Humas
sebagai juru bicara pemerintah harus mengetahui segala kebijakan publik yang
diambil itu dapat diimplementasikan dengan baik, sangat membutuhkan dukungan
publik.
Inilah yang kemudian janggal dari peran Humas DPRD kota Makassar
secara ke dalam memang sudah terlihat berjalan, namun secara ke luar hal itu
belum bisa dibuktikan. Humas DPRD kota Makassar seharusnya juga berperan
85
menjembatani antara kepentingan pemerintah dan masyarakat kota Makassar
dalam meningkatkan kinerja pembangunan di masyarakat serta kegiatan
pemerintahan. Jadi salah satu aktivitas Humas sekretariat DPRD kota Makassar
yang belum terlihat adalah belum terbinanya hubungan yang harmonis dengan
masyarakat dalam membina martabat instansi dalam pandangan masyarakat, guna
memperoleh pengertian, kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Seringnya ditemui masalah mengenai kebijakan yang diambil oleh anggota
DPRD kota Makassar
ditanggapi salah oleh masyarakat. Ini terjadi, karena
kurangnya informasi yang diterima masyarakat terkait dengan maksud dan tujuan
dari kebijakan tersebut. Untuk itu sangat diperlukan penyampai pesan yang baik,
dan humas seharusnya mampu memfasilitasinya.
Beberapa anggota legislatif juga menilai kinerja buruk Humas. Para anggota
legislatif ini sudah paham betul mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
Humas itu sendiri.
“Rata-rata humas di pemerintahan baik legisatif,
eksekutif, yudikatif itu tidak terlalu maksimal soal
kehumasannya. Pengertian dari humas itu hubungan
masyarakat, berkaitan dengan humas tentu banyak sector.
Banyak aktivitas lain mau diurusi”.
“Tapi kelihatannya humas hanya mengurusi mediamedia saja. Mulai dari pemberitaan dan segala macam.
Sangat jarang mau bersentuhan dengan kepentingan
masyarakat baik eksekutif maupun legislatif, sehingga
dengan kondisi demikian mereka belum memahami
dengan kehumasannya”. (wawancara Nasran Mone).
Penulis melihat bahwa Humas sekretariat DPRD ini lebih banyak condong
memaksimalkan peran publisitas ketimbang memainkan fungsinya sebagai
86
mediator. Sekalipun fungsi mediator berjalan, itu hanya bersifat ke dalam saja.
Padahal selain mempublikasikan tentang pembangunan pemerintahan, Humas
juga perlu menampung informasi yang menjadi keluhan masyarakat, baik yang
menyoroti tentang Pemerintah kota Makassar. Sehingga, hal ini mewujudkan
keharmonisan antara pemerintah dan masyarakat.
“Kendalanya kalau ada yang menyalurkan aspirasi
disini, humas itu kurang efektif bekerja. Kurangnya itu
komunikasi taruhlah misalnya ada yang menyalurkan
aspirasi. Tentunya humas dulu yang berhadapan apa
maksud dan tujuan, lalu menyampaikan kepada kami.
Tentunya kan duduk persoalan harus kita ketahui lebih
dulu. Disinilah fungsinya. Jadi bisa jawaban ke
masyakarat itu tidak tambal sulam dan tidak terkesan tiba
masa tiba akal”. (wawancara Nasran Mone).
Pembuktian tersebut membuktikan adanya ketidaksesuaian hasil kinerja
yang dilakukan oleh Humas. Beberapa anggota legislatif melihat kinerja humas
sebagai mediator baik secara internal maupun eksternal terlihat sangat buruk.
Irwan yang merupakan ketua komisi B di DPRD kota Makassar kemudian berujar
mengenai bagaimana peran tersebut tidak berjalan. Beliau bahkan mengeluarkan
solusi untuk menangani hal tersebut.
“Ada satu problem kita. Problem itu perspektif
publik terhadap DPRD. Publik anggap kita eksekutif.
Peran kita peran penganggaran. Kita itu mendesain dan
menampung aspirasi. Ini yang tidak dipahami oleh publik.
Kita itu yang merencanakan anggaran, eksekutif yang
menggunakan anggaran. Itu direncanakan dalam dua kali
setahun”.
“Kedua itu mengawasi, jadi bila aspirasi masuk,
selebihnya itu kita menjadi informasi. Disini lagi kinerja
kehumasan itu gagal. Mulai dari sosialisasi hingga
87
publisitas juga gagal. Akhirnya peran ini diambil alih
anggota dewan secara personal”. (wawancara irwan ST).
Fungsi Humas ternyata sangat penting dalam organisasi dan lembaga
pemerintahan. Humas menurut para anggota legislatif dituntut berperan dan
berfungsi secara strategis dan profesional sehingga seorang Humas haruslah
memiliki kualifikasi yang memadai. Peran aparatur Humas itu ada tiga yakni
pertama memberi informasi pada publik mengenai langkah-langkah yang diambil
pemerintah. Kedua, mengusahakan tumbuhnya hubungan yang harmonis antara
pemerintah dengan masyrakat dan ketiga, memberi pengertian pada masyarakat,
tentang apa yang dikerjakan oleh pemerintah di mana pemerintah dan publik
sama-sama satu persepsi.
Pernyataan diatas dikuatkan oleh salah satu anggota legislatif yang kembali
berujar mengenai fungsi humas yang mengakibatkan anggota DPRD kota
Makassar lebih mengupayakan kemampuan mediasi secara personal.
“Kalau disini menurut saya humasnya itu tidak
jalan melaksanakan fungsi-fungsi humas. Ini jawaban
jujur. Secara lembaga bagaimana humas ini bekerja
membangun citra positif terhadap institusi?. Di kantor ini
humasnya gagal. Hampir tidak ada efek-efek kehumasan
yang seharusnya dilakukan. Setiap anggota (DPRD)
hampir menggunakan kemampuan personalnya, untuk
melakukan personal branding dalam kerja kehumasan.
Sehingga anggota dewan sendri yang bekerja secara
personal”.
“Menurut saya jadi bila menilai DPRD yang
muncul cuma personal bukan sebuah institusi. Ini kan
indikator tim humas kita tidak berjalan”.(wawancara
Irwan ST).
88
Ini merupakan tanggapan dari hasil buruk kinerja Humas. Setidaknya
komisi yang dibidangi oleh anggota dewan tersebut merasakan bagaimana kinerja
humas itu berjalan tidak efektif dan cenderung tanpa pembaharuan. Setelah
menanyai beliau dan melihat kondisi kehumasan di komisi B ini maka bisa
dikatakan kinerja Humas terbilang sangat buruk.
Ada sejumlah faktor pendukung dan penghambat maksimalnya kinerja
Humas. Salah satunya adalah para pembawa aspirasi yang kadang kurang
mengetahui aturan di kantor DPRD kota Makassar.
“Pembawa aspirasi itu tidak mengetahui. Nanti dari
humas itu ada yang bertugas membawa mereka ketemu
dengan anggota dewan”.
“Kadang ada dari pembawa asprasi yang cukup
mengerti mereka, itu yang mendukung”. (wawancara Hj.
Nurhayati).
Persoalan penyalahan pembawa aspirasi ini tidak cukup beralasan,
setidaknya humas perlu memberikan pemahaman yang berulang-ulang ketimbang
menyalahkan para pembawa aspirasi. Setidaknya dari situ perannya lebih bisa
dikedepankan.
Beberapa anggota legislatif juga mengeluhkan masyarakat cenderung lebih
menyampaikan aspirasinya di luar. Ini membuktikan bahwa aktivitas humas yang
belum bisa memancing masyarakat untuk langsung menayampaikan aspiranya di
kantor DPRD.
“Kadang juga masyarakat hanya berbicara di luar.
Tidak ada hambatan ketika sudah masuk di DPR
selanjutnya itu disampaikan ke walikota”. (wawancara
Busrah Abdullah).
89
Staf humas maupun sekretariat DPRD tidak menyebutkan mengenai faktor
pendukung bahkan fasilitas juga cenderung untuk dianggap sebagai faktor
penghambat kinerja Humas.
“Kalaupun misalnya ada yang kurang sempurna.
Penelitiannya adik belum maksimal itu karena sarana
prasarana masih kurang, jadi itu harus didukung sarana
prasarana yang bagus, baik ruangan maupun yang lain.
Ruangannya masih sempit. Itu semua mendukung
pelaksanaan tugas humas. Namun dengan begitu Kasubag
humas dengan ruangan yang sempit tetap berusaha
melakukan tugasnya”. (wawancara Ketua Sekretariat
DPRD).
Terkait faktor pendukung dan penghambat kinerja kehumasan di kantor ini
maka penulis menyimpulkan faktor pendukung tersebut antara lain.
1. Fasilitas Memadai. Observasi penulis menghasilkan ketidakbenaran ujaran
yang mengatakan bahwa fasilitas belum memadai. Anggaran yang ada dan
ketersediaan ruangan sebenarnya bisa dikatakan sangat mendukung kinerja
kehumasan.
2. Pembagian kinerja yang sangat spesifik membuat kinerja kehumasan
seharusnya lebih mudah. Satu staf tidak perlu melakukan banyak pekerjaan.
Dalam artian satu urusan akan bisa diselesaikan dengan masimal dan cepat.
3. Teknologi Komunikasi. Jaringan komunikasi dan ketersediaan teknologi
sebenarnya adalah cara untuk senantiasa mengupdate informasi setiap waktu.
Seorang staf Humas tidak memiliki lagi alasan untuk kekurangan informasi.
Program pengembangan humas dengan faktor pendukung diatas setidaknya
sudah harus proaktif dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang
90
terjadi dengan cepat, baik di bidang teknologi, informasi, ekonomi, hukum
maupun politik internasional dan nasional.
Menangkat kembali tujuan sentral humas yang hendak dicapai secara
strategis, tidak hanya berfungsi sebagai “peta” yang menunjukkan arah, melainkan
juga menunjukkan “bagaimana” operasional konsep dan strategi komunikasinya.
Strategi dalam komunikasi humas merupakan perpaduan antara communication
planning
(perencanaan
komunikasi)
dan
management
communication
(komunikasi manajemen). Tujuan sentral Humas DPRD kota Makassar adalah
mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk
menciptakan suatu citra dan reputasi positif lembaga.
Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif harus
didukung
kebijakan
dan
komitmen
pimpinan
puncak.
Kemampuan
berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan adalah salah satu penyampaian
pesan, ide, dan gagasan program kerja, dan sekaligus membentuk opini atau
menguasai pendapat umum sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Terkhusus buat faktor penghambat kinerja Humas beberapa diantara staf
ada yang mengeluhkan mengenai jadwal kegiatan anggota DPRD yang cenderung
bertabrakan dengan kegiatan yang lain, seperti yang diungkapkan staf Humas
Taufik Fajar : “Kadang anggota dewan tabrakan jadwal”.
Memang ada kecenderungan minimnya budaya mencari informasi yang
penulis dapatkan. Bahkan ada yang menganggap biasa saja mengenai pemberitaan
yang menganggap Humas DPRD tidak berhasil dalam melaksanakan tugasnya.
Berikut adalah faktor penghambat yang berhasil penulis simpulkan.
91
1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) pegawai. Penelusuran
penulis menemukan anggota legislatif yang mengeluhkan kinerja Humas
namun ada pula yang menganggap kinerja Humas berhasil. Tidak
berimbangnya kualitas staf humas menjadi salah satu faktor penghambat yang
disimpulkan oleh penulis.
Seorang pejabat humas seharusnya dapat berkomunikasi dengan efektif dan
tepat dalam penyampaian pesan kepada sasaran melalui empat syarat: 1) pesan
dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian; 2) pesan dirumuskan dan
mencakup pengertian dan diimbangi dengan lambang-lambang yang dapat
dipahami oleh publiknya; 3) pesan menimbulkan kebutuhan pribadi
komunikannya (penerima pesan); dan 4) pesan merupakan kebutuhan yang
dapat dipenuhi sesuai dengan situasi komunikan. Mengingat pula bahwa
komunikasi adalah semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi
orang lain, juga fenomena komunikasi adalah serba ada dan serba luas dan
serba makna, selain mampu berkomunikasi secara efektif, seorang pejabat
humas seperti di DPRD kota Makassar pun harus mampu menggunakan media
secara efektif, baik itu media massa maupun media non-massa.
2. Manajemen Kelembagaan Humas. Manajemen kelembagaan yang sudah
usang. Ada baiknya untuk diperbaharui sesuai dengan konteks zaman. Para
penyampai aspirasi saat ini sudah memiliki cara yang beragam. Oleh karena itu
Humas juga perlu melakukan adaptasi.
“Sekarang soal tata cara menyampaikan aspirasi
tidak bisa diintervensi, karena karakter masyarakat
berbeda dalam menyampaikan aspirasi, tapi kita juga
punya harapan karena disini institusi pemerintahan.
92
Seperti itu tadi, berhubungan dulu dengan humas,
protokoler dan bagian umum”. (wawancara Nasran
Mone).
Perlunya perbaikan baik dari segi struktur (SDM) maupun sistem
(Manajemen organisasi) membuat kiranya diperlukan adanya perubahan dalam
iklim birokrasi. Dengan gambaran tupoksi yang ada sesuai dengan peraturan
menteri pemberdayaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi, revitalisasi peran
Humas di DPRD kota Makassar mutlak diperlukan, mengingat ke depan bahkan
kini peran humas sangat strategis dalam kegiatan pemerintah kepada masyarakat.
Peran dan fungsi kehumasan perlu direvitalisasi agar dalam memberikan
berita bisa cermat dan akurat. Fungsi humas bukan sekadar memberi informasi
akan tetapi image yang dikeluarkan memang benar-benar untuk masyarakat luas.
“Sebenarnya bila ingin diperbaiki harus ada
kebijakan pemerintah kota dalam reformai birokrasi.
Masyarakat biasa langsung masuk, karena tidak ada
sistem. Dan memang kembali kepada SDMnya. Latar
belakang pendidikan bukan berarti yang mempengaruhi
semuanya. Kultur birokrasi kita yang lemah. Perlu jg ada
remunerasi. Perlu ada reward dan punishment”. (Irwan
ST).
Berdasarkan alasan tersebut, Humas sebagai sebuah bagian khusus yang
sedang berkembang perlu membentuk divisi atau bagian khusus yang
menjalankan aktivitas kehumasan agar pelaksanaan aktivitas humas dapat berjalan
dengan lancar dan tidak menghambat aktivitas kerja publik intern. Sebenarnya
dari hasil pengamatan penulis hal ini sudah dilakukan. Kembali lagi pada
persoalan SDM yang menghambat kondisi tersebut untuk berjalan. Selain itu,
sebenarnya humas mempunyai peranan penting dalam manajemen instansi. Setiap
93
instansi, baik berskala besar atau pun kecil pasti tidak terlepas dari aktivitas yang
berkaitan dengan kehumasan. Sehingga, humas tidak dapat dianggap sebagai
unsur yang dapat dipisahkan dalam manajemen suatu organisasi.
Humas juga mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran aktivitas
kerja dalam instansi. Dengan diperhatikannya kebutuhan atau keinginan staf,
diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja para staf dan aktivitas kerja staf
dapat lebih lancar pelaksanaannya tanpa adanya hambatan yang muncul akibat
tidak efektifnya aktivitas humas bagi publik intern.
Tak hanya itu saja, Humas juga berperan sebagai mitra pencitraan good
goverment dengan media massa sehingga jalinan kerjasama antara pemerintah
yang diwakili oleh Humas dengan media massa berjalan dengan baik dalam
rangka memberikan informasi kepada khalayak ramai.
Penulis, sebagian besar humas pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya masih banyak terkendala, dari masalah struktur dan organisasi humas,
kultur/budaya kerja praktisi atau pejabat humas yang masih kurang strategis.
Setidaknya ada empat masalah utama yang harus segera dibenahi dan
direvitalisasi oleh aparat humas memasuki era keterbukaan informasi publik, yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM), kelembagaan humas, infrastruktur pendukung
kinerja dan sinergitas antarpemerintah serta satuan kerja. Pada akhirnya, perlu
pengkajian dan perhatian yang mendalam atas kualifikasi aparat humas, sistem
jenjang karir dan humas sebagai juru bicara pemerintah dapat direalisaikan
dengan nyata.
94
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1) Aktivitas humas sekretariat DPRD kota Makassar belum berjalan dengan
efektif. Hal ini terlihat dari adanya aktivitas humas yang tidak berlandaskan
pada subtansi kebutuhannya sebagai mediator dan publisitas bagi instansi
pemerintahan.
2) Sebagai fungsi Mediator para staf humas masih memaknai hanya sebatas dari
mediasi antara demonstran dengan lembaga, perkembangan yang ada fungsi
mediator harusnya lebih melayani masyarakat sehingga humas maksimal dalam
melakukan fungsinya.
3) Sebagai Fungsi Publisitas seharusnya staf humas banyak menyentuh
masyarakat ketimbang mengandalkan media sebagai publisitas.
Faktor pendukung aktivitas Humas DPRD Kota Makassar :
a. Fasilitas yang tersedia ruang yang luas untuk mengadakan rapat sangat
membantu aktivitas humas.
b.
Teknologi telah melengkapi aktivitas humas berupa internet yang
memungkinkan para staf humas untuk update setiap perkembangan
kehumasan.
95
Faktor penghambat aktivitas Humas DPRD Kota Makassar :
Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang konvensional terhadap pola
kerja kehumasan membuat tidak maksimal aktivitas yang dijalankan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan
memberikan beberapa saran untuk perbaikan yang mungkin dapat bermanfaat bagi
Humas sekretariat DPRD kota Makassar. Adapun saran-saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan aktivitas-aktivitas humas bagi publik sebaiknya lebih diperhatikan
lagi pelaksanaannya. Diperlukan kontrol yang ketat hingga hal yang sangat
spesifik mengingat urusan-urusan yang dilakukan terbilang tidak sedikit.
Humas di kantor ini perlu juga memahami bahwa peran mereka sangatlah
penting karena sedang bekerja di rumah aspirasi rakyat.
2) Terkait usulan reformasi birokrasi dalam tubuh intansi pemerintahan. Tak pelak
lagi Humas di kantor ini juga perlu melakukan hal tersebut demi maksimalisasi
kinerja. Kiranya pemerintah kota Makassar lebih memperhatikan hal ini.
Walaupun restrukturisasi telah dilakukan selama proses penelitian ini namun
setidaknya kontrol tetap dibutuhkan dalam mengawal struktur yang baru
berjalan.
3) Segala faktor pendukung berupa fasilitas hendaknya digunakan dengan
maksimal demi menunjang kinerja kearah yang lebih baik. Ketersediaan
ruangan dan fasilitas lainnya setidaknya tidak lagi mendapati keluhan dari
Humas itu sendiri.
96
4) Tidak lagi menganggap masyarakat sebagai ornamen di luar Humas itu sendiri
melainkan sebagai suatu kesatuan yang juga bisa membantu kinerja Humas.
Kebiasaan lebih menghargai media massa ketimbang para penyampai aspirasi
yang datang langsung ke kantor atau masyarakat yang membutuhkan informasi
harus segera dihilangkan.
5) Perlunya pembaharuan dalam pola-pola kinerja. Setidaknya rujukan sudah ada
yang tertera dalam peraturan menteri mengenai tata kelola kehumasan
pemerintah. Tinggal bagaimana staf dan seluruh jajaran di dalamnya
mengupayakan hal itu.
97
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Linggar. 2001. Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, Anwar. 1982. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas: Lembaga
Kajian Inovasi Indonesia.
Bungin, Barhan & Rachmat Kriyanto. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana
Cutlip, M. Scoot, Allen H. Center, Gleen M. Broom. 2009. Effective public
Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Effendy, Onong Uchyana. 1999. Hubungan Masyarakat. Suatu Studi
Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchyana. 2009. Human Relation & Public Relation. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchyana. 2009. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Felber, Terry. 2002. Kiat Praktik Komunikasi. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer
Greener, Tony. 2002. Kiat Sukses Public Relation. Jakarta: Bumi Aksara
http://dprd-makassarkota.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com
http://jdih.ristek.go.id/?q=perundangan/konten/1622
http://www.itjen.depkes.go.id/.../PERMENPAN2011_028_...
Makassar dalam angka 2010 “repository.unhas.ac.id/bitstream”
Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Jefkins, Frank & Daniel Yadin. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga
98
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar – Dasar HUMAS.
Indonesia
Bogor Selatan: Ghalia
Moore, Frazier. 2004. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Mursalim. 2007. Dasar-Dasar Penelitian Komunikasi. STIKOM FAJAR.
Makassar: Modul
Peraturan daerah DPRD kota Makassar . Nomor : 2/P.DPRD/V/2010. Tentang
tata tertib DPRD kota Makassar
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Tata Kelola
Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam & Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta
Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan. Konsepsi & Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen. Public Relations & Media Komunikasi.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3S
Soemirat, Soleh. & Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar-Dasar Public Relations.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sylvia Moss, dan Stewart L Tubbs. 2008. Human Communication. Bandung:
Rosda
Thomas, Colin Coulson. 2005. Pedoman Praktis untuk PR. Jakarta: Bumi Aksara
Widjaja, 2008. Komunikasi. Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Bumi Karsa
99
Lampiran I
Pedoman Wawancara
Wawancara Informan Staf Humas
1. Bagaimana aktivitas yang anda lakukan dalam menjalankan pekerjaan anda sebagai
staf humas?
2. Tahukah anda dengan tupoksi Humas ?
3. Apa yang anda ketahui tentang mediator dan publisitas?
4. Bagaimana Humas berperan sebagai mediator?
5. Bagaimana Humas menjalankan publisitas?
6. Dari semua yang telah direncanakan apakah semuanya berjalan sesuai rencana?
7. Pernahkah anda membaca peraturan menteri pemberdayaan aparatur Negara dan
reformasi birokrasi tentang standar kehumasan pemerintah?
8. Bagaimana cara Humas menentukan tingkat keberhasilan kerja?
9. Apa menurut anda yang menjadi tantangan pelaksanaan rencana kerja sebagai
mediator?
10. Apa menurut anda yang menjadi tantangan pelaksanaan rencana kerja publisitas?
11. Apa menurut anda yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan rencana kerja
publisitas?
12. Apa menurut anda yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan rencana kerja
mediator?
13. Bagaimana proses kerja mediasi untuk contoh kasus demonstrasi/reses?
14. Bagimana proses kerja publisitas untuk contoh kasus demonstrasi/rapat dewan/reses?
15. Fasilitas apa saja di kantor ini yang mendukung kinerja anda?
16. Fasilitas apa saja yang perlu diadakan untuk mendukung kinerja anda?
100
17. Apa tanggapan anda tentang pemberitaan mengenai staf humas, pada media on line
digital tribun timur?
Wawancara informan anggota DPRD kota Makassar dan sekretaris Dewan DPRD
18. Apa saja urusan anda yang berhubungan dengan Humas?
19. Bagaimana menurut anda tentang standar tata kelola Humas di kantor ini?
20. Bagaimana Humas seharusnya berperan sebagai mediator?
21. Bagaimana seharusnya Humas menjalankan publisitas?
22. Dari semua yang telah dikerjakan oleh Humas apakah semuanya berjalan sesuai
harapan anda?
23. Apa menurut anda yang menjadi tantangan pelaksanaan rencana kerja humas sebagai
mediator?
24. Apa menurut anda yang menjadi tantangan pelaksanaan rencana kerja
humaspublisitas?
25. Apa menurut anda yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan rencana kerja humas
publisitas?
26. Apa menurut anda yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan rencana kerja humas
mediator?
27. Bagaimana seharusnya proses kerja mediasi humas untuk contoh kasus
demonstrasi/reses?
28. Bagimana seharusnya proses kerja publisitas humas untuk contoh kasus
demonstrasi/rapat dewan/reses?
29. Fasilitas apa saja di kantor ini yang mendukung kinerja humas?
30. Fasilitas apa saja yang perlu diadakan untuk mendukung humas?
101
Lampiran II
DOKUMENTASI
•
Foto saat para demonstran menyampaikan orasi di depan gedung aspirasi
•
Saat diterima diruang aspirasi
•
Mendokumentasikan rapat paripurna
Download