KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MADRASAH ALIYAH HM

advertisement
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MADRASAH ALIYAH HM. TRIBAKTI
LIRBOYO KEDIRI
(Study Research)
Oleh: Muhamad Ikhsanudin
Program Studi Pendidikan Agama Islam STKIP Nurul Huda
Abstrak: Dalam dunia pendidikan, guru merupakan ujung tombak penentu keberhasilan
pendidikan. Dalam rangka membantu siswa untuk mencapai tujuan, guru harus memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk menjadi guru profesional, termasuk kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Berdasarkan itu,
peneliti melakukan penelitian untuk menentukan kompetensi pedagogik guru Madrasah Aliyah
HM Tribakti Kediri, dan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung kompetensi
pedagogik guru Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri. Kompetensi pedagogik guru di
Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri relatife baik, diantaranya dibuktikan dengan penguasaan
karakter peserta didik sudah baik, penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran relatife
baik, merancang pembelajaran dan mengembangkan kurikulum cukup baik, kegiatan
pembelajaran yang mendidik dan melaksanakan evaluasi pembelajaran sudah cukup baik.
Faktor yang menjadi penghambat kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri ada dua aspek, yaitu faktor eksternal diantaranya controlling(pengawasan)
kepala sekolah yang kurang optimal, sarana prasarana kurang memadai, waktu mengajar guru
dari pagi hingga sore. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah usia guru yang sudah tua,
keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, pengalaman mengajar
yang masih minim. Faktor yang mendukung kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah
HM Tribakti Kediri adalah mengadakan supervise pada saat guru melaksanakan pembelajaran,
mengadakan workshop dan lokakarya, mengadakan seminar, musyawaroh guru mata pelajaran
(MGMP), fasilitas sarana prasarana pembelajaran yang mendukung.
Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, Guru
PENDAHULUAN
Proses interaksi belajar mengajar adalah inti dari pendidikan, segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa adalah
unsur yang sangat berperan dalam proses tersebut. Proses belajar mengajar akan berhasil
apabila hasilnya mampu membawa perubahan dalam pengetahun, pemahaman, keterampilan
dan nilai sikap dalam diri anak didik. Pada umumnya guru merupakan faktor yang sangat
dominan dan penting dalam pendidikan formal (Fachruddin Saudagar, 2009: 99).
Selanjutnya salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.
Gurulah yang berada digarda terdepan dalam menciptakan sumber daya manusia. Guru
berhadapan langsung dengan peserta didik didalam kelas melalui proses belajar mengajar. Hal
ini menunjukkan bahwa guru di tuntut menjadi seorang yang kompeten dalam profesinya.
Guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan
program pengajaran di sekolah. Guru merupakan pembimbing siswa sehingga keduanya dapat
30
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
menjalin hubungan emosional yang bermakna selama proses penyerapan nilai-nilai dari
lingkungan sekitar. Salah satu factor utama yang menentukan mutu pendidikan. Gurulah yang
berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumberdaya manusia. Guru berhadapan
langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Ditangan gurulah
akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian),
kematangan emosional, moral serta spiritual. Denagan demikian akan akan dihasilkan generasi
masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamanya. Oleh karna itu, diperlukan sosok guru
yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesionalnya (Kunandar, 2009: 40).
Guru dapat dikatakan professional apabila memiliki kemampuan tinggi dan motivasi
kerja tinggi. Guru yang memiliki motivasi yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian
kepada siswa, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran sangat sedikit. Sebaliknya, guru yang memiliki motivasi tinggi biasanya tinggi
sekali perhatiannya kepada siswa, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan
mutu pendidikan sangat banyak.
Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik yang profesional
selalu berkeinginan untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap
tidak puas terhadap pendidikan yang telah diterimanya dan sebagai pernyataan dan kesadaran
terhadap perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman profesional yang berharga mungkin
diperoleh oleh guru yang berani dan selalu bersedia mewujudkan ide atau gagasan dan
mengembangkan proses belajar mengajar di kelas dan di lingkungan sekitar.
Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD)
merupakan suatu ketetapan politik bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak
mendapatkan hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat
mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebu.
Dalam undang-undang Guru dan Dosen ditentukan bahwa seorang pendidik wajib
memiliki kualifikasi akademik dan kopetensi pendidik sebagai agen pembelajaran, kualifikasi
akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program diploma
empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru dan S-2 untuk dosen.
Sementara itu, standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru dimana peraturan
tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi guru profesional
31
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, kompetensi professional, serta
kompetensi social (UU No. 14 tahun 2005 : 4). Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar
adalah kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di
dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan
bisa dicapai dengan baik.
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Dari empat
kompetensi yang di cantumkan oleh undang-undang tersebut, peneliti hanya membahas tentang
kompetensi pedagogik guru, tanpa mengabaikan esensi dari ketiga kompetensi yang lain.
Maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan alasan, hasil dari penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru dan siswa bahwa didalam proses belajar
mengajar sangat perlu memaksimalisasi kompetensi Pedagogik guru untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan yakni salah satunya meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping
itu juga peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang kompetensi pedagogik guru dalam
mengajar terhadap siswa.
Kompetensi Pedagogik Guru Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri.
Mengacu pada pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru (PK Guru) ada 7 aspek
Kompetensi Pedagogik yang diujikan dalam peniliaan kinerja guru, maka peneliti akan
meneliti ke semua aspek yang menjadi standar dalam penilaian guru, diantaranya adalah:
a.
Menguasai karakteristik peserta didik
Dari hasil data interview kepada guru-guru di Madrasah Aliyah
HM
Tribakti
Kediri terkait kompetensi guru menguasai karakteristik peserta didik adalah:
Bapak Kholiq Rojidah selaku kesiswaan di Madrasah Aliyah HM Tribakti mengatakan:
Terkait dengan penguasaan guru terhadap karakteristik peserta didik, guru
mendidik dan membimbing peserta didik tidak hanya dengan bahan yang
disampaikan, tetapi harus bisa menguasai karakteristik individu peserta didik.
Cara penguasan guru terhadap karakteristik peserta didik yaitu memerlukan
pemahaman tentang dirinya sendiri (Self Understanding), dan juga pemahaman
tentang orang lain (Under Standing the Other). Tanpa pemahaman yang meluas
dan mendalam tentang diri sendiri dan orang lain maka guru tidak akan memahami
karakteristik peserta didik, jadi harus dilakukannya penguasaan secara menyeluruh.
Apabila guru tidak memahami karakteristik peserta didik maka peserta didik tidak
32
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
akan mengalami perkembangan, potensi belajarnya melemah, dan mobilitas
perkembangan anak monoton atau tidak bervariasi.1
Untuk lebih lanjut terkait kemampuan guru dalam memahami karakteristik peserta
didik, ibu Ummu Aiman salah satu guru yang mengampu bidang mata pelajaran fiqih
mengatakan:
Guru harus bisa memahami karakter peserta didiknya, untuk keberhsilan sebuah
pendidikan yang mengena terhadap siswa. diantaranya beberapa contoh karakteristik
peserta didik adalah:
1.
Senang bermain
2.
Selalu ingin tahu
3.
Selalu ingin mencoba
4.
Ingin diperhatikan
5.
Punya sipat polos
6.
Suka menentang
7.
Egois
8.
Senang dipuji
9.
Ingin bebas
10. Suka Mengganggu
11. Mendambakan kasih sayang dan rasa aman
12. Mudah Terpengaruh
13. Suka Meniru
14. Manja
15. Berani
16. Kreatif
17. Keras Kepala
18. Suka berkhayal
19. Emosi
Dari beberapa karakter peserta didik di atas ini kita sebagai guru bisa mengambil sebuah
keputusan yang tepat tentang bagaimana cara mengajar peserta didik yang mempunyai
1
Hasil wawancara dengan bapak kholiq rojidah, selaku kesiswaan pada Tanggal 25 September 2014
09.30 WIB
33
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
karakter suka dipuji, tentunya sangat berbeda dengan cara mengajar siswa yang
karakternya keras kepala, dan yang lain-lain.2
Selaras dari apa yang diungkapkan ibu Umu Aiman, kemampuan guru dalam memahami
karakter siswa tercermin dalam sikap guru dalam menangani siswa yang sering bertingkah
ramai di dalam kelas yaitu sesuai hasil wawancara dengan bapak khoirul malik beliau
berkata:
“Harus di beri tugas yang lebih berat kualitasnya daripada siswa yang lain, terkadang
siswa yang membuat ramai di kelas itu karena ia ingin diperhatikan oleh guru. Oleh
karna itu saya selalu memperhatikan yang lebih terhadap siswa yang sering rebut,
dan selalu di berikan tugas contohnya mendikte, menulis di papan tulis, memimpin
diskusi, minimal harus di beri pertanyaan yang berbeda dari yang lain untuk di
jawab, metode ini saya lakukan supaya bisa menyalurkan bakat fokalnya”.3
Erat kaitanya dengan kompetensi guru dalam memahami karakteristik siswa adalah
bagaimana cara guru menyikapi anak didik yang tidur saat proses belajar sedang
berlangsung, hal ini di ungkap oleh bapak muhamad Ngisom hidayat bahwa:
“Siswa yang tidur didalam kelas itu karena ada bebarapa faktor diantaranya adalah
penuhnya jadwal kegiatan, kecapean kerja bakti dilingkungan pondok, belum bisa
mengatur waktu. peserta didik disini adalah mayoritas santri yang setiap malam
wajib untuk mengikuti madrasah diniah mulai pukul 19.00 – 21.30 WIB, dan
bangun malam untuk istighosah mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 04.30 WIB
sehingga tenaga sudah banyak terkuras pada waktu malam hari. Faktor yang lain
adalah kerja bakti yang dilaksanakan di pondok, karena pondok ini dalam masa
pembangunan, maka banyak membutuhkan tenaga-tenaga pekerja yang di
amblilkan dari santri. Tindakan yang saya terapkan adalah dengan cara disuruh
maju di depan kelas untuk sekedar membaca materi atau menghapus papan tulis,
itu sudah mampu untuk membuat siswa merasa di perhatikan oleh guru. Lebihlebih memberikan sebuah soal untuk materi yang baru di ajarkan untuk
membuktikan kalau siswa tersebut itu benar-benar mumpuni dalam memahami
2
Hasil wawancara dengan ibu Ummu Aiman, selaku guru bidang pelajaran fiqih pada Tanggal 25
September 2014 10.00 WIB
3
Wawancara dengan Bapak Khoirul Malik, selaku guru bidang studi IPS, pada hari Kamis 25 September
2014 jam 10.35 WIB
34
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
materi tersebut, itu lebih mujarab dari pada hanya sekedar member hukuman fisik
kepada siswa yang tidur didalam kelas” 4.
Bapak Imam Washoli sebagai guru BP juga memberikan solusi tersendiri untuk anak
didik yang sering tidur didalam kelas, beliau mengatakan:
“Ketika anak didik mengantuk di dalam kelas, tidak semangat,dan keletihan
menerima pelajaran dari pagi sampai siang, guru yang cerdas akan mapu membaca
sitwasi ini. Yang biasa saya terapkan adalah menyagarkan dulu pikiran anak didik
dengan cerita dan motivasi hidup orang-orang sukses, setelah itu baru melanjutkan
pelajaran dengan tenang dan energik”.5
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat di fahami bahwa Guru Madrasah Aliyah
HM Tribakti Kediri sedikit banyak mampu memahami karakteristik peserta didiknya. Hal
ini terbukti dari cara para guru dalam menyikapi perbedaan-perbedaan karakter peserta
didik dengan berbagai metode yang di terapkan, dan sekaligus mempunyai solusi tersendiri
dalam menangani berbagai macam permasalahan peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, siswa yang tertidur dalam kelas
itu karena ada beberapa faktor yang berasal dari siswa sendiri dikarenakan penuhnya
jadwal kegiatan di malam hari, mulai dari madrasah diniah, istighosah sampai sholat subuh
berjamaah, dan belum bisa mengatur waktu kegiatan, belum mampu beradaptasi dengan
jadwal kegiatan di pondok pesantren. Hal ini yang menimbulkan problem sendiri bagi
setiap santri, antara lain mengantuk didalam kelas.
Identifikasi bekal awal peserta didik dilakukan oleh guru di Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri dilakukan dengan cara menanyakan kembali kepada siswa materi yang
telah di pelajari pada pertemuan sebelmnya, juga menanyakan kepada siswa tentang materi
yang akan dipelajari dengan memberikan gambaran materi yang akan dipelajari terlebih
dahulu.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan guru dalam menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip belajar, maka guru harus mamp mampu menetapkan berbagai pendekatan,
Wawancara dengan Bapak Muhamad Ngisom Hidayat, selaku guru bidang fisika. Pada hari jum’at 26
september 2014 jam 09.30 WIB
5
Hasil wawancara dengan bapak Imam Washoli, selaku guru BP, pada Tanggal 25 September 2014 jam
11.30 WIB
4
35
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan
standar kompetensi guru. Disini guru di tuntut harus mampu menyesuaikan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu memotivasi
mereka untuk belajar. Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Abdul Qodir selaku
guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan (PKN), beliau mengatakan:
Seorang guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran, yang namanya kemapuan peserta didik dalam memahai pelajaran mesti
berbeda-beda, ada sebagian siswa yang gemar terhadap matematik, tentunya ia akan cepat
mudah faham bila di beri pelajaran matematika, tapi belum tentu ia akan cepat faham bila
di beri pelajaran PKN, begitulah seterusnya. Jadi seorang guru tidak boleh mengeklaim
kepada peserta didik dengan sebutan murit bodoh. Disamping itu seorang guru harus
mampu menerapkan teori belajar yang baik, mampu menentukan strategi pembelajaran
yang baik pula, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika sedang di ajar di dalam kelas.6
Masih terkait dengan penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran,
seorang guru yang profesional hendaknya mampu menciptakan suasana pembelajaran
menjadi lebih hidup, lebih menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan
ketika belajar didalam kelas. Hal ini senada dengan apa yang di ungkapkan oleh bapak
Bustanul Arifin selaku kepala Madrasah Aliyah HM Tribakti kediri, beliua berkata:
“Untuk menciptakan iklim didalam kelas yang kondusif, menyenagkan, maka
seorang guru dituntut harus menguasai materi pelajaran secara mendalam,
mempunya wawasan luas, komunikatif dengan siswa, dialogis, menggabungkan
antara teori dan praktik, penyampaian materi secara bertahap dan humoris, hal ini
dilakuan agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika belajar didalam kelas,
sekalilagi beliau menegaskan humaris itu penting untuk mencairkan suasana tegang
dalam proses belajar, sekaligus berfungsi untuk merefres otak peserta didik yang
jenuh”. 7
Peneliti juga menambahkan referensi dari pendapat para ahli pendidikan untuk
memperkuat hasil dari peneltian terkait menciptakan suasana yang kondusip dan
menyenangkan, diantaranya pendapat Oemar Hamalik, (2008) berpendapat:
6
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Qodir, Guru bidang pelajaran PKN Tanggal 27 September 2014
Wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin, selaku kepala madrasah pada tanggal 25 september pukul
20.30WIB
7
36
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan, seorang guru dapat melakukan caracara sebagai berikut:
1. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakanya latihan.
2. Berilah siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing
siswa.
3. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.8
Menindak lanjuti tentang kebosanan peserta didik didalam kelas, sebenarnya berasal
dari banyak faktor, ada faktor yang bersal dari peserta didik itu sendiri, dan juga faktor
dari guru pengajarnya. Dan yang menjadi pembahasan peneliti adalah faktor yang bersal
dari guru atau pendidik. Dalam hal ini bapak Imam Washoli selaku guru BP berpendapat
bahwa:
“Kebosanan siswa di dalam kelas itu muncul disebabkan antara lain: (1) kurangnya
guru menguasai materi pelajaran secara mendalam,(2) metode pengajaran guru
yang monoton,(3) guru kurang memahami strategi pembelajaran,(4) guru belum
bisa menguasai kelas,(5) biasanya guru kurang percaya diri, sikap bimbang dan
rasa was-was terhadap pertanyaan murid”.9
Penulis juga memperkuat penemuan penelitian dengtan mengambil pendapat dalam
buku yang senada dengan yang di ungkapkan oleh bapak imam washoli sebagai berikut:
Jamal Ma’ur Asmani (2007) dalam buku menerangkan bahwa, agar pembelajaran berhasil
dan tidak membosankan terhadap siswa maka hendaknya guru harus:10
1.
Kurangi metode ceramah.
2.
Berikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik.
3.
Kelompokan peserta didik berdasarkan kemampuanya.
4.
Perkaya bahan dari berbagai sumber actual dan menarik.
5.
Gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian.
6.
Libatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.
8
Oemar Hamalik, perencanaan penegajaran berdasarkan pendakatan system,(Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Hal. 154
9
Wawancara dengan Bapak Imam Washoli, selaku guru BP, pada hari Saptu 27 September 2014 puku
10.15 WIB
10
Jamal Ma’mur Asmani, tips menjadi guru inspiratif, kreatif, dan inovatif, (Jogjakarta: DIVA Pres,
2009), hal. 43
37
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Peserta didik lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pembelajaran kondusip
dan menyenangkan. Dengan demikian, seorang guru hendaklah melakukan cara-cara
diantara lain:11
1. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui, karena akan
menyebabkan kejenuhan.
2. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan.
3. Hindari terjadi frustasi dikarenakan sitwasi kelas yang tak menentu.
4. Memberikan tugas di luar jangkauan siswa.
5. Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak
personal.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, tentang kemampuan guru Madrasah Aliyah
HM Tribakti Kediri dalam menguasai beberapa metode pembelajaran, sebagaimana
diunkapkan oleh bapak Shon Haji selaku guru mata pelajaran bahasa arab, beliau
mengatakan:
“Mengunakan metode yang berfariasi itu harus” kata bapak shon haji, mulai dari
berkelompok untuk saling diskusi, saling lempar pertanyaan antara kelompok,
belajar menyampaikan materi seperti guru di kelas (persentasi), demonstrasi
(memperagakan barang), bahkan juga belajar di luar ruangan kelas. Adakalanya
siswa di bawa ke perpustakan dan di beri tugas dengan di pantau lansung. Anak
didik lebih semangat belajar bila seorang guru itu mampu mengolah beberapa
metode pembelajaran yang bervarisi. Itu yang biasa saya lakukan”.12
Untuk memperkuat hasil penelitian, penulis mewawancarai beberapa guru Madrasah
Aliyah HM Tribakti Kediri tentang penguasaan kelas ketika proses pembelajaran
diantaranya menanyakan, apakah ketika mengajar guru hanya diam saja di depan, atau
berkeliling di antara siswanya? Sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Ummu Aiman,
beliau mengatakan:
“Selalu bergerak mengitari semua peserta didik, maju mundur kebelakang barisan
peserta didik dan menghampiri peserta didik yang sedang menjawab sebuah
Jamal Ma’mur Asmani, tips menjadi guru inspiratif, kreatif, dan inovatif, (Jogjakarta: DIVA Pres,
2009), hal. 52
12
Wawancara dengan Bapak Shon Haji, selaku guru mata pelajaran bahasa arab, pada hari Saptu 27
September 2014 puku 10.15 WIB
11
38
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
pertanyaan, serta menunjuk siswa dari jarak dekat semmisal dengan cara
memegang pundaknya “kamu coba ulangi jawabanya”, itu yang biasa saya
lakukan dalam belajar di dalam kelas”.13
Dari beberapa petikan wawancara di atas, dapat difahami bahwa dalam proses
pembelajaran sehari-hari terkait penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
guru MA HM Tribakti sudah baik. terbukti dari cara pengajaran guru mempunyai beberapa
metode yang digunakan. Semua itu tercermin dalam proses pembelajaran yang
berlangsung ketika berhadapan dengan peserta didik guru selalu berupaya untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusip, menghindari kebosana peserta didik,
memakai metode pembelajaran yang fariatif tidak monoton.
c.
Merancang pembelajaran dan mengembangkan kurikulum
Merancang pembelajaran merupakan salah satu dari kompetensi pedagogik guru yang
mungkin harus dilakukan oleh seorang guru agar peroses pembelajarannya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan untuk mencapai tujuan belajar secara maksimal. Dalam
merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran sedikitnya ada tiga indikator yang harus dipenuhi guru yaitu menerapkan
teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran, kompetensi yang
ingin dicapai dan materi ajar dan menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
Dari hasil wawancara terkait proses merancang dan mengembangkan kurikulum, bapak
Ahmad Fatah Sa’di selaku kurikulum mengatakan:
“Semua dewan guru di madrasah MA HM Tribakti ini, setiap awal tahun ajaran
baru wajib menyetorkan sejumlah perangkat pembelajaran, baik itu RPP, silabus,
prota dan promes lengkap yang harus mendapat tandatangan dari kepala sekolah
sebagai bukti telah di setujui, dan siap untuk mengajar. Disini yang harus guru
perhatikan adalah tentang memilih, menyusun dan menata materi pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik”.14
Wawancara dengan ibu Ummu Aiman, selaku guru mata pelajaran fiqih, pada hari jum’at 26
September 2014 pukul 10.00 WIB
14
Wawancara dengan bapak Fatah Sa’di, selaku WAKA-Kurikulum, pada hari jum’at 26 September
2014 pukul 10.30 WIB
13
39
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Masih terkait dengan Merancang pembelajaran dan mengembangkan kurikulum
Bagaimana cara guru memenfaatkan media dan alat pembelajaran yang ada di Madrasah
Aliyah HM Tribakti Kediri, melalui bapak Faishol Hakim selaku guru bidang Teknologi
Informasi Komunikasi beliau mengatakan bahwa: “memanfaatkan sarana prasarana yang
ada di sekolahan mengajak anak praktik di lab, baik itu lab computer atau lab bahasa,
mengunjungi perpustakaan, membawa globe dalam kelas, peta dan alat peraga pendidikan
lainya sesuai dengan mata pelajaran lainya”.15
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dalam merancang pembelajaran secara
keseluruhan guru sudah melakukannya dengan cukup baik hal ini dapat dilihat dari
hasil rancangan yang telah dibuat guru yang
menerapkan
teori
belajar
dan
bersangkutan, dimana guru telah
pembelajarannya didalam merancang rancangan
pembelajaran seperti pada RPP, silabus, Prosem dan prota serta penerapan
pembelajarannya yang sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh
guru hal ini juga dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dari
pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ke-empat
Dalam menentukan starategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti, strategi yang ditentukan cukup baik namun cenderung tidak bervariasi, ini
dapat dilihat dari hasil observasi dari beberapa pertemuan dimana guru banyak
menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan wawancara dengan guru MA HM Tribakti pada pernyataan ke dua,
metode ceramah banyak di gunakan oleh sebagian guru mata pelajaran Sejarah, SKI,
Fiqih, Aqidah Akhlak karena media pembelajaran yang kurang memadai sehingga guru
hanya menggunakan media seadanya saja.
Guru juga menentukan komptensinya yang ingin dicapai dan materi ajar dengan baik
karena kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar ditentukan guru berdasarkan
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh departemen
pendidikan nasional, kemudian dikembangkan kedalam program tahunan dan program
semester yang dikembangkan dalam bentuk silabus dan RPP. hal ini dapat dilihat
dari hasil dokumentasi program semester Silabus dan RPP yang telah dibuat guru
serta dapat dilihat dari hasil wawancara dengan WAKA-Kurikulum pada pernyataan
15
Wawancara dengan Bapak Faishol Hakim, selaku guru bidang pelajaran TIK, pada hari Saptu 27
September 2014 pukul 11.15 WIB
40
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
pertama. Ini artinya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran secara
keseluruhan cukup baik.
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dengan bapak Abdul Qodir, selaku guru
mata pelajaran PKN, terkait tentang proses pembelajaran yang mendidik beliau
mengatakan:
Diawali dari disiplin waktu, datang tepat waktu, semua guru Madrasah Aliyah MA
HM Tribakti Kediri dalam proses pembelajaran sudah memenuhi prosedur
pembelajaran diantaranya mengajar sesuai dengan RPP, diawali dengan kegiatan
pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Semua guru sudah menjalankan
prosedur ini, namun perbedaan kompetensi guru yang membedakan kaualitas
pembelajaran yang berlangsung. Memang masih ada salah satu guru yang system
pembelajaranya masih terkesan monoton.16
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut terkait bagaimanakah tanggung jawab guru
Madrasah Aliyah HM Tribakti dalam mengemban tugas mengajar di kelas, bapak Kholiq
Rojidah selaku WAKA- Kesiswaan mengatakan:
“Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya,
mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain, mengevaluasi
pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, menggunakan alat bantu
mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi
belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran, member latihan dan
tugas setiap akhir pertemuan”.17
Berdasarkan hasil temuan peneliti kedua pernyataan guru diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pembelajaran yang mendidik guru Madrasah Aliyah HM Tribakti
sudah melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan prosedur umum
pembelajaran seperti:
1. Kegiatan pendahuluan pembelajaran.
16
Wawancara dengan Bapak Abdul Qodir, selaku guru bidang pelajaran PKN, pada hari Saptu 27
September 2014 pukul 11.00 WIB
17
Wawancara dengan Bapak Kholiq Rojidah, selaku WAKA Kesiswaan, pada hari Jum’at 26
September 2014 pukul 09.00 WIB
41
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Menciptakan kondisi awal pembelajaran, menciptakan semangat dan kesiapan belajar,
menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui
cara, dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa agar berkreatif, dalam
belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimiliki siswa, Malaksanakan apersepsi
dan penilaian kemampuan awal siswa.
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi: memberikan tujuan/topik
pelajaran yang akan dibahas, menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus
ditempuh oleh siswa, membahasa/menyajikan materi pelajaran.
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran adalah: Melaksanakan penilaian akhir, mengkaji hasil penilaian akhir,
melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan diantaranya: memberikan tugas
akhir atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
oleh siswa, memberikan motivasi/bimbingan belajar, mengemukankan topik bahasan
yang akan datang, menutup pelajaran.
Dalam hal waktu guru Madrasah Aliyah HM Tribakti sudah disiplin, contohnya
mematuhi
jadwal mengajar, datang tepat waktu, dan keluar dari kelas juga setelah bunyi
bel tanda berakhirnya jam pelajaran.
e.
Melaksanakan evaluasi pembelajaran
Data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada guru-guru Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri terkait evaluasi pembelajaran sebagaimana hasil wawancara dengan bapak
Slamet selaku guru mata pelajaran fiqih, terkait bagaimana guru merespon peserta didik
yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan? Beliau mengatakan
sebagai berikut:
“Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik ,yang dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kelemahan
masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan. Juga
dengan memakai penilaian kelas, tes kemampuan dasar. Penilaian kelas dilakukan
42
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian setiap
elesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu”.18
Masih terkait dengan keberhasilan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
bagaimana cara yang diterapkan untuk mengevaluasi pengajaran guru Madrasah Aliyah
HM Tribakti, hasil wawancara dengan bapak Fatah Sa’di selaku WAKA Kurikulum
mengatakan:
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan
disempurnakan. Di sisnilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini
guru bisa memakai banyak cara, diantaranya: dengan merenungkan sendiri proses
pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara
yang lebih objektif, yaitu meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah,
guru yang lain, dan murid-muridnya.19
Dari hasil wawancara dengan diatas dapat diketahui bahwa kompetensi guru Madrasah
Aliyah HM Tribakti Kediri sudah cukup baik, terbukti dari adanya upaya guru untuk
melakkukan ujian remedial bagi siswa yang kurang memenuhi Kreteria Ketuntasan
Minimal (KKM), dan untuk mengevaluasi guru diterapkan dengan penilian langsung oleh
kepala madrasah, atau dengan yang lebih objektif yaitu dengan meminta pendapat dari
guru lain, atau meminta pendapat dengan menyebar kan kritik dan saran kepada peserta
didiknya.
1. Faktor-faktor yang menghambat kompetensi pedagogik guru Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri
a. Faktor Eksternal
1) Kurangnya Controlling dari kepala sekolah.
Controlling Yaitu mengukur dan memperbaiki pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan agar tidak melenceng dari tujuan semula. Di sini kita harus bisa
menentukan hal – hal negatif atau penyimpangan apa saja yang bisa menghambat
tujuan, kemudian kita harus memperbaiki kesalahan tersebut dan membantu
memastikan kalau rencana sudah diselesaikan. Namun perencanaan tersebut tidak
bisa dihasilkan dengan sendirinya. Perencanaan merupakan pedoman bagi
18
Wawancara dengan Bapak Selamet, selaku guru bidang Fiqih, pada hari Saptu 27 September 2014
pukul 10.00 WIB
19
Wawancara dengan Bapak Fatah Sa’di, selaku WAKA Kurikulum, pada hari Kamis 25 September
2014 pukul 09.00 WIB
43
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
manajer dalam mencapai tujuan. Kemudian pelaksanaan rencana itu harus dikaji
apakah sesuai dengan rencana semula atau tidak.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah Aliyah HM Tribakti data yang
telah diperoleh oleh peneliti tentang pentingnya kontroling kepala sekolah
terhadap kompetensi pedagogik guru adalah sebagai mana hasil wawancara
terhadap ibu Ummu Aiman beliau mengatakan :
Pengawasan yang terpenting adalah kedisiplinan guru. kalau para guru sudah
disiplin insyaallah peserta didik juga bisa untuk disiplin juga, tetapi kalau diri
sendiri belum bisa disiplin Bagaimana mau mendisiplinkan peserta didik. Oleh
karna itu kepala sekolah disini sering masuk sekolahan pagi hari sambil menyapa
setiap guru yang datang, memantau setiap kelas disaat KBM berlangsung, dengan
berjalan di depan kelas-kelas, memberi arahan terhadap guru, sekaligus menegur
guru bila tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran.20
Dapat disimpulkan bahwa Untuk meningkatkan disiplin kerja guru, maka kepala
sekolah Madrasah Aliyah HM. Tribakti Kediri perlu mengadakan pengawasan
terhadap tugas-tugas guru. Hal ini bertujuan selain untuk meningkatkan disiplin
kerja guru juga sebagai kontrol kepala sekolah atas kinerja guru untuk bisa
bekerja lebih profesional sebagai seorang pendidik.
2) Sarana prasarana yang kurang memadai
Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam
pendidikan misalnnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga,
ruang dan sebagainya. Sedangkan sarana pendidikan adalah semua perangkat
peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium dan
sebagainya.
Dari hasil wawancara dengan bapak Bustanul Arifin, mengatakan bahwa: Sarana
dan prasarana di Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri memang belum bisa
dikategorikan lengkap, terbukti masih kurangnya buku-buku perpustakaan, ruang
20
Wawancara dengan ibu Ummu Aiman, selaku guru mata pelajaran FIQIH, pada hari Kamis 25
September 2014 pukul 08.00 WIB
44
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
lab yang di alih fungsikan menjadi ruang kelas, belum memiliki lapangan olah
raga sendiri.21
Dapat disimpulkan bahwa Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri dari segi sarana
dan prasarana masih kurang, namun usaha terus di lakukan guna untuk memenuhi
perlengkapan sarana dan prasarana pembelajaran.
3) Mengajar dari pagi hingga sore hari
Dari hasil penelitian penulis, rata-rata segenap guru Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri memilliki jam mengajar dari pagi hingga sore hari, dikarenakan
membludaknya peserta didik, sehingga local sekolahan tidak lagi mampu
menampung, maka dibuatlah kebijakan madrasah untuk membuat proses
pembelajaran menjadi dua sip, yaitu sip pagi dan sip siang, sehingga dengan
kondisi yang sedemikian ini membuat aktifitas pengajaran dari guru kurang
kondusif ketika mengajar di sore hari, dengan kondisi yang kelelahan dan
menggunakan sisa-sisa tenaga untuk mengajar, hal ini yang menyebabkan proses
pembelajaran yang kurang kondusif.
b. Faktor Internal
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri
data yang telah diperoleh oleh peneliti tentang faktor-faktor internal yang
menyebabkan terhambatnya kompetensi pedagogik guru Madrasah Aliyah HM
Tribakti berdasarkan dari hasil wawancara dengan bapak Bustanul Arifin adalah:
1) Usia guru yang sudah tua.
Peneliti menemukan data bahwa ada sebagian pengajar di Madrasah Aliyah HM
Tribakti yang usianya sudah tergolong tua, hal ini dikarenakan untuk
menghormati atas jasa yang telah lama ikut membesarkan madrasah ini, seperti
yang diungkapkan oleh bapak Ahmad Yazid beliau mengatakan:
“Memang ada sebagian guru yang sudah lanjut usianya tetapi masih di beri tugas
untuk mengajar di Madrasah Aliyah HM Tribakti ini, dikarenakan untuk
menghargai atas jasa-jasanya semasa jaman awal perintisan madrasah ini, sehingga
21
Wawancara dengan bapak Bustanul Arifin, selaku kepala sekolah, pada hari Kamis 02 Oktober 2014
pukul 12.00 WIB
45
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
beliau tetap di beri tugas untuk mengajar, sebagain lagi ada mengajar adalah
bentuk dari hidmah beliau kepada yayasan, meskipun usianya sudah lanjut”.22
2) Keterbatasan ekonomi untuk meningkatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hasil wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin selaku Kepala Sekolah di
Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri beliau mengatakan:
“Mayoritas segenap dewan guru Madrasah Aliyah HM Tribakti adalah berasal dari
masyarakat biasa, dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan, dan
dengan kompensasi gaji guru yang pas-pasan, hal ini yang menuntut para guru
untuk mencari penghasilan di luar jam mengajarnya untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-harinya, sehingga waktu untuk mengembangkan kompetensi
pedagogiknya sangat minim sekali, apalagi harus melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi, hal ini yang harus disikapi dengan bijaksana oleh
kepala sekolah, diantaranya dengan mengikutkan pelatihan-peatihan guru,
mengadakan workshop, seminar, dll ”.23
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin dapat diketahui
bahwa kurangnya minat guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi disebabkan oleh keterbatasan ekonomi yang
diperoleh guru kurang memadai, sedangkan jam mengajar sangat padat. Oleh
karena itu, upaya untuk menambah pengetahuan menjadi terhambat karena
ekonomi. Dan minimnya kesejahteraan yang diberikan kepada guru tersebut
mengakibatkan ia harus mencari alternatif lain sebagai sumber penghasilan.
Penghasilan yang diperoleh guru hanya mampu memenuhi kebutuhan harian
keluarga. Oleh karena itu, upaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi menjadi terhambat.
3) Pengalaman mengajar yang minim
Dari hasil penelitian menemukan data bahwa di setiap tahun ajaran baru,
Madrasah Aliyah HM Tribakti selalu banyak di jupai guru-guru baru, dikarenakan
jumlah siswa yang terus meningkat. Berkaitan dengan guru baru tentunya erat
22
Wawancara dengan bapak Ahmad Yazid, selaku TU, pada hari Kamis 25 September 2014 pukul 08.15
WIB
23
Wawancara dengan bapak Bustanul Arifin, selaku kepala sekolah, pada hari Kamis 02 Oktober 2014
pukul 16.00 WIB
46
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
hubunganya dengan pengalaman mengajar guru. Karena antara teori yang
diperoleh di bangku perguruan tinggi dengan kenyataan menghadapi siswa sangat
berbeda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak imam wasoli beliau mengatakan:
“Jumlah guru baru dalam setiap tahun di madrasah aliyah ini relative banyak,
dikarenakan jumlah siswa yang terus mengalami penigkatan dalam tahunya.
Terkait masalah guru baru ini tentunya harus di sikapi dengan khusus untuk bisa
beradaptasi dengan siswa, lingkungan sekolahan, dan sarana prasarana yang ada.
Karena untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, perlu diadakan workshop dan
pelatihan-pelatihan guru.Terbukti dari sebagian guru baru juga masih kelihatan
canggung dalam mengajar siswa, faktor karena belum terbiasa mengajar, atau
masih butuh penyesuaian dengan siswa”.24
Dari hasil petikan wawancara tersebut tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman guru dalam mengajar itu sangat penting. Guru yang masa kerjanya
cukup lama memiliki pengalaman yang relatif banyak, dibandingkan dengan
guru yang baru mengajar. Selama menjadi guru, ia dapat menilai kemampuan
sekaligus memperbaiki sehingga kemampuan yang dimiliki juga semakin
mantap. Hal tersebut
tentu saja berkaitan untuk selalu meningkatkan
kemampuannya.
2. Faktor-faktor yang mendukung kompetensi pedagogik guru Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri
a. Mengadakan supervise (pengawasan) pada saat guru melakukan kegiatan belajar
mengajar.
Secara etimologis supervisi berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilai dari
atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap perwujudan dari hasil kerja
bawahanya.25 Dengan demikian supervise adalah bantuan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah pada umumnya dan para guru khususnya dengan memberikan
bimbingan yang mengacu kepada peningkatan kompetensi pedagogik untuk
mencapai tujuan dari proses pembelajaran secara maksimal. Yang biasa di lakukan
24
Wawancara dengan bapak Imam Washoli, selaku guru BP, pada hari Kamis 25 September 2014 pukul
09.15 WIB
25
M. Ngalim Purwanto dkk, Administrasi Pendidikan (Jakarta: mutiiara, 1984), hal. 103
47
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
oleh kepala sekolah berupa kunjungan kelas, melihat langsung cara mengajar guru
didalam kelas.
Tujuan dari supervisi adalah untuk menilai kemampuan yang dimiliki oleh guru
sebagai pendidik danpengajar dalam bidangnya masing-masing, guna membantu
mereka dalam melakukan perbaikan-perbaikan bila mana diperlukan dengan
menunjukkan kekurangan-kekuranganya agar dapat diatasi sendiri.26
Untuk memperkuat beberapa pernyataan tersebut peneliti juga mewawancarai bapak
Rojidah Kholiq terkait dengan supervise (pengawasan) yang di lakukan oleh kepala
madrasah, beliau mengatakan:
Dengan supervisi kepala sekolah Madrasah Aliyah MA HM Tribakti kediri akan
bisa membantu guru dalam memecahkan persoalan yang dihadapi, sehingga akan
mendorong guru Madrasah Aliyah MA HM Tribakti kediri untuk lebih
bersemangat dalam menunaikan tugasnya sehari-hari.27
Dapat diketahui bahwa untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung
kompetensi pedagogik guru Madrasah Aliyah MA HM Tribakti kediri salah satu di
antaranya adalah supervise yang dilakukan oleh kepala sekolah langsung terhadap
para guru ketika proses mengajar berlangsung.
b. Mengadakan workshop atau lokakarya
Workshop yang dilakukan dalam dunia pendidikan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan kesanggupan berfikir dan bekerja bersama-sama
secara kelompok ataupun bersifat perorangan untuk membahas dan memecahkan
segala permasalahan yang ada baik mengenai masalah-masalah yan bersifat praktis,
denan tujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik sehingga dapat
menjalankanya sesuai dengan tugasnya masing-masing.28
Tujuan dari workshop atau lokakarya ini adalah agar guru dapat menyusun contoh
model rencana pembelajaran untuk tiap bidang setudi, seperti yang di ungkap oleh
bapak Bustanul Arifin di kantornya:
26
Ibid, hal. 105
Wawancara dengan Bapak Rojidah Kholiq, selaku WAKA Kesiswaan, pada hari Kamis 25 September
2014 pukul 08.30 WIB
28
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, prinsip dan teknik supervisi pendidikan,(Surabaya: Usaha
Nasional, 2001), hal. 108
27
48
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
“ Tujuan diadakanya workshop antara lain adalah agar guru trampil dalam
memilih materi pelajaran yang releven, trampil dalam mengatur langkah-langkah
kegiatan belajar mengajar, trampil menggali sumber-sumber bahan pelajaran
yang di butuhkan, trampil dalam membuat media pembelajaran atau alat-alat
peraga sendiri sesuai dengan perkembangan teknologi”.29
c. Mengadakan seminar
Seminar adalah suatu pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah
di bawah ketua sidang. Pertemuan atau persidangan dalam seminar biasanya
menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja
masing-masing. Seminar yang dilakukan bertujuan untuk mengadakan intensifikasi,
integrasi serta aplikasi pengetahuan, pengertian serta ketrampilan para anggota
keompok dalam suatu latihan yang intensif pula. Seminar ini bermaksud untuk
memanfaatkan sebaik
mungkin produktivitas berfikir secara kelompok berupa
saling bertukar pengalaman dan saling mengkoreksi anara anggota kelompok lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Maria Ulfa selaku guru bidang studi Seni
dan Kebudayaan (SBK) mengatakan bahwa:
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik sebagai guru Pendidikan ia harus
rajin mengikuti seminar, penataran, dan workshop. Karena dengan adanya usaha
dari pribadi guru untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensinya
sekaligus meningkatkan kualitas yang harus mereka miliki menunjukkan bahwa
dedikasi dalam mengembangkan tanggung jawab mendidik masih tinggi.30
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, peningkatan
pedagogik guru dapat dilakukan dengan mengadakan seminar, penataran, workshop,
diskusi.
d. Membuka komunikasi antar guru pelajaran
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, pihak sekolah mewajibkan para
guru mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik di tingkat
kecamatan maupun kabupaten. Selain itu sikap pro-aktif dari guru dalam
29
Wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin, selaku kepala madrasah , pada hari Kamis 25 September
2014 pukul 08.55 WIB
30
Wawancara dengan Ibu Maria Ulfa, selaku guru mata pelajaran SBK, pada hari Kamis 25 September
2014 pukul 09.30 WIB
49
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
mengembangkan wawasan kependidikan sesuai dengan bidangnya, ini dapat
dilakukan dengan keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan yang telah
ditetapkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manusia itu selalu ingin
tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan dan jabatannya. Dalam hal ini, guru dapat
meningkatkan kompetensi pedagogiknya dengan mengikuti kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan profesinya sebagai guru melalui
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, anatara lain mengikuti penataran, lokakarya,
seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, maupun upaya informal melalai media massa
televisi, radio, koran, majalah, jurnal pendidikan, maupun publikasi lainnya.
e. Pengadaan fasilitas sarana prasarana pembelajaran
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya pendidikan yang perlu dan
penting untuk di kelola dengan baik. Serta merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, serta sarana yang di
gunakan langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Fungsi yang jelas dari
sarana prasarana adalah untuk mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan dengan menggunakan sarana prasarana yang tepat dalam program
kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
Masih terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana, peneliti mewawancarai
langsung dengan bapak Bapak Fatah Sa’di selaku WAKA Kurikulum, beliau
mengataka:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Fatah Sa’di selaku WAKA
Kurikulum, usaha-usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru salah satu diantara yang lainya adalah penyediaan
sarana dan prasarana, kedisiplinan dan pengawasan, rapat dan penataran. Dalam
hal sarana dan prasarana yang ada di Madrasah Aliyah MA HM Tribakti kediri
ini sudah tergolong baik, terbukti dengan adanya laboratorium IPA, laboratorium
Bahasa, laboratorium computer, alat-alat peraga pendidikan, proyektor, dan juga
50
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
perpustakaan. Meskipun belum dikatakan lengkap, tetapi pihak madrasah terus
berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan sarana ini.31
Dari hasil wawancara diatas, dapat di simpulkan bahwa fasilitas sarana-prasarana
yang ada di Madrasah Aliyah MA HM Tribakti kediri sudah termasuk layak dan
baik. Meskipun belum lengkap tetapi sudah cukup untuk memfasilitasi proses
kegiatan belajar mengajar.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis tentang kompetensi pedagogik
guru di Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah HM Tribakti Kediri sudah relatife
baik, terbukti dengan penguasaan guru terhadap karakter peserta didik sudah baik, penguasaan
teori belajar dan prinsip pembelajaran relatife baik, kemampuan guru dalam merancang
pembelajaran dan mengembangkan kurikulum cukup baik, kegiatan pembelajaran yang
mendidik dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Faktor yang menjadi penghambat kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah HM
Tribakti Kediri ada dua aspek, yaitu faktor eksternal diantaranya controlling (pengawasan)
kepala sekolah yang kurang optimal, sarana prasarana kurang memadai, waktu mengajar guru
dari pagi hingga sore. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah usia guru yang sudah tua,
keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, pengalaman mengajar
yang masih minim.
Sedangkan faktor yang mendukung kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah
HM Tribakti Kediri adalah mengadakan supervise pada saat guru melaksanakan pembelajaran,
mengadakan workshop dan lokakarya, mengadakan seminar, musyawaroh guru mata pelajaran
(MGMP), serta di dukung dengan fasilitas sarana prasarana pembelajaran yang cukup.
Wawancara dengan Bapak Fatah Sa’di, selaku WAKA Kurikulum madrasah , pada hari Kamis 25
September 2014 pukul 11.10 WIB
31
51
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 1999 pasal 2 ayat (3) tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974. (online), (http://www.jdih.bpk.go.id), diakses 6
September 2014
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
http://suciptoardi.wordpress.com/2010/02/17/pengertian-gtt-guru-tidak-tetap-sekolah-negeri.
Hari Kamis, 4 September 2014 jam 17.00 WIB.
Kunandar, guru profesional. Jakarta: Rajawali Pres, 2009.
S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris.
Bandung: Hasta, 1982
Salim, Yeny salim, Kamus Indonesia Kontemporer. Moderninglish, Jakarta: Pres, 1991.
Roestiyah.N. K, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Rajawali Rusda
Karya, 1991.
M. Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta: Universetas Terbuka, 2003.
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: Pers, 2002.
Sadirman A. M, Interaksi dan Motifasi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres,1991.
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: 1993.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al Maarif, 1980.
Amien Daiem Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional, 1993.
M. Athiyah Al Abrasy, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
UU No. 14 thn 2005 tentang guru dan dosen, Bandung: Fermana 2006
52
Download