Laporan Wawancara Penderita Penyakit Tidak Menular MATA KULIAH : Komunikasi DOSEN PENGAMPU : Rosmida Magdalena Marbun, Dra, M.Kes DISUSUN OLEH : Annisa Dwianggiani (P21341119013) JURUSAN D3 GIZI (3A) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II Celiac Disease Penyakit celiac adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten. Pada penyakit celiac, sistem kekebalan tubuh akan memberikan reaksi setelah mengonsumsi gluten, yang dapat merusak lapisan usus halus dan menghambat penyerapan nutrisi (malabsorpsi nutrisi). Akibatnya, penderita penyakit celiac akan mengalami diare, lemas, atau anemia. Identitas Narasumber Penderita Penyakit Tidak Menular Nama : LR Usia : 49 Tahun Penyakit Tidak Menular : Celiac Disease Pada hari sabtu, tanggal 14 November 2020 saya mewawancarai seorang ibu rumah tangga yang menderita celiac disease. Merupakan seorang ibu rumah tangga berinisial LR dan berumur 49 tahun. Beliau memiliki 2 orang anak yang sudah remaja. Suami nya pun bekerja di sebuah perusahaan swasta di jakarta. Ketika saya bertanya terkait Celiac Disease, Ia pun menjelaskan tentang penyakitnya. Secara ringkas penyakit ini adalah penyakit yang terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten. Gejala paling umum yang dirasakan penderita celiac adalah diare. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan sistem pencernaan menyerap nutrisi dari makanan secara sempurna. Namun saat ditanya, beliau menjelaskan bahwa gejala yang dialami dirinya cukup berbeda, seperti anemia, nyeri sendi, dan kesemutan atau mati rasa pada ujung jari tangan dan kaki. Kemudian saya bertanya, celiac disease yang dialami beliau berasal dari faktor apa dan bagaimana cara mengkomunikasikan nya tentang penyakit ibu pertama kali ke anggota keluarga ibu seperti suami dan anak anak ibu? Kemudian beliau menjawab bahwa penyakit yang dialami dirinya merupakan faktor keturunan dari orangtua beliau sehingga ia beresiko memiliki penyakit tersebut. Namun untungnya anak-anak nya tidak ada yang mengidap penyakit tersebut. Kemudian cara beliau mengkomunikasikan tentang penyakit ini adalah dengan menerangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Suami dan anak anaknya pun paham, bahkan jika dirinya lupa, mereka yang selalu mengingatkan bahwa dirinya tidak boleh makan makanan tersebut yang mengandung gluten. Selanjutnya saya bertanya mengenai pertama kali saat Ia di diagnosa menderita celiac disease, beliaupun menjawab pertama kali Ia tahu dan paham bahwa Ia di diagnosa celiac disease adalah tentunya perasaan sedih karena disitu Ia masih diumur anak-anak dan tidak bebas dalam mengkonsumsi makanan yang ia suka. Ia pun pernah diejek oleh teman sebaya nya saat masih kecil karena tidak dapat mengkonsumsi makanan roti atau instan lain nya. Namun lambat laun akhirnya Ia paham dan menuruti perintah dokter untuk tidak makan makanan yang mengandung gluten seperti pasta, roti, sereal dan beberapa jenis makanan instan lain nya. Dan terakhir saya bertanya mengenai pengobatan atau cara khusus apa dalam menangani celiac disease ini. Kemudian Ia menjawab bahwa tidak ada cara khusus, hanya saja untuk menangani penyakit ini, biasanya dokter akan menyarankan penderita menghindari seluruh makanan atau bahan apa pun yang mengandung gluten dengan menjalankan program diet bebas gluten. Hal ini dilakukan untuk mencegah rusaknya dinding usus, serta gejala diare dan nyeri perut. Dokter pun juga akan menyarankan diet dengan gizi yang seimbang di mana seluruh nutrisi yang dibutuhkan tubuh dapat terpenuhi. Kemudian beliau menambahkan bahwa selain diet bebas gluten, beberapa terapi tambahan juga diperlukan untuk membantu mengatasi gejala dan mencegah komplikasi seperti terapi vaksinasi, dapsone, dan lain-lain. Kesimpulan Sehingga kesimpulan dari wawancara ini adalah seorang ibu rumah tangga dengan inisial LR menderita Celiac Disease dimana ini adalah penyakit auto imun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten. Pada penyakit celiac, sistem kekebalan tubuh akan memberikan reaksi setelah mengonsumsi gluten. Saat pertama kali beliau memkomunikasikan penyakit tersebut kepada keluarganya, Ia menjelaskan nya dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh anak anak nya sehingga keluarganya pun cukup paham terhadap makanan apa yang sebagai pantangan untuk dirinya. Kemudian perasaan diri nya saat pertama kali mengetahui penyakit tersebut juga sedih dikarenakan umur nya yang masih kecil dan sempat diejek oleh teman teman sebaya nya namun saat beranjak dewasa akhirnya Ia paham terhadap penyakit tersebut. Hingga sekarang pun beliau menghindari seluruh makanan atau bahan apapun yang mengandung gluten dengan menjalankan program diet bebas gluten Lampiran Dokumentasi