BAB MENYUSUN VISI DAN MISI IV 4.1 DEFINISI VISI Visi adalah alasan filosofis keberadaan suatu lembaga atau organisasi yang berhubungan dengan gambaran tentang apa yang akan terjadi dan menjadi arah atau pegangan bagi lembaga dalam mewujudkan cita-cita yang selaras dan berkesinambungan (Mintzberg, 1994; Biyson, 1998; Rangkuti, 1999). Berikut ini beberapa versi definisi visi, antara lain: • Visi adalah penjelasan bagaimana rupa seharusnya kalau orang berjalan dengan baik, dapat juga dimisalkan dengan bagaimana seorang arsitek merancang (Hogelson dalam Salusu 96, hal 129). • Visi berguna untuk memilih arah seorang pemimpin harus pertama kali memilih gambaran mental tentang kondisi masa depan yang mungkin atau diharapkan terjadi pada sebuah organisasi. Gambaran ini yang disebut visi, mungkin saja visi sekabur mimpi atau bias jadi setepat tujuan atau pernyataan misi. Titik kritisnya adalah bahwa sebuah visi menetapkan sebuah pandangan organisasi di masa depan yang realistis, dapat dipercaya, serta menarik. Pandangan masa depan yang dimaksud adalah sebuah kondisi yang dalam banyak hal yang penting, dan lebih baik dari pada yang ada sekarang (Bennis dan Namus). • Visi menurut Kurt lewin menyangkut tiga proses perubahan, yaitu pencairan (unfreezing), perubahan (changing), pembekuan kembali (refreezing). Dalam proses pencairan ada upaya mengatasi mekanisme pertahanan diri, melupakan posisi mental yang sudah mapan, mengabaikan "resep industri". Di dalamnya ada perioda kebingungan, yang dikatakan Nadler sebagai urusan yang saking pentingnya sampai harus dibawa tidur kemudian mulai dijabarkan dicari pola dan informasi yang sesuai dengan memburu penjelasan di mana-rnana. Dalam hal ini ada gempuran informasi yang menyiapkan pergeseran proses berpikir, kemudian ada kristalisasi elemen yang merupakan suatu "kemenangan" yang menyentak. Sesudah pikiran terasa mapan, maka ada proses pembekuan (refreezing), dimana situasi tak dibaca lagi secara menyeluruh. • Visi adalah kategori niat menyeluruh, berpikiran tentang masa depan dan merupakan aspirasi masa dating tanpa menyebut cara pencapaiannya (Miller& Dess 1996 : 9-ll). • Visi adalah kata-kata yang mampu memberi inspirasi dalam bentuk permintaan untuk menjadi yang terbaik, terhebat dan terbesar. visi harus memiliki daya tarik emosionional bagi anggota organisasi di luar ketentuan kebijakan insentif disinsentif (Miller &Dess 1996 : 6). Definisi visi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut amat beragam tergantung konsep yang dipilih dan kerangka kerja yang digunakan. Definisi visi setidaknya dapat ditetapkan beberapa aspek penting yang harus ada dalam penetapan visi yaitu : • Lembaga atau organisasi dalam hal ini seluruh stakeholder bidang yang terkait termasuk masyarakat. • Gambaran untuk mewujudkan cita-cita diwaktu mendatang dalam hal ini adalah cita-cita untuk menjadikan masyarakat sebagai subyek dan sekaligus sebagai obyek dalam pembangunan daerah. • Perumusan visi akan dapat mendorong diwujudkan upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan dalam meraih kesejahteraan bersama. • Aspek keselarasan dan keseimbangan dimaksudkan agar hasil pengembangan daerah dapat dinikmati oleh semua stakeholder secara adil untuk waktu kini dan masa mendatang. Cita-cita yang dirumuskan dan ditetapkan dalam visi harus mampu (Lembaga Manajemen FE UI, 1992; Kaufman, 1992; Agussalam, 1957): • Menumbuhkan motivasi seluruh stakeholder baik rnasyarakat, pemerintah daerah, swasta, akademisi dan pemerhati pariwisata untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan dalam visi • Menggalang kemitraan serta kerjasama antar stakeholders dalam mengatasi permasalahan bersama dan mengembangkan potensinya. • Membuat kehidupan masyarakat lebih bermakna dan terarah karena keberhasilan visi pengembangan wilayahnya. • Menumbuhkan struktur kerja yang sietematis yang mampu menghasilkan kinerja yang prima. • Mampu menjembatani proses masa kini dan masa depan. • Memberi arah yang jelas bagi seluruh stakeholder termasuk pemerintah daerah dan swasta dimasa mendatang (dalam kurun waktu tertentu). Dalam konteks kebijakan publik dapat dicontohkan visi versi Soekarno yaitu : "Indonesia adalah negara yang sejajar dengan Negara lain". Atau ada versi Indonesia yang tertera pada UUD45 yaitu "Menuju masyarakat Adil dan makmur". Dalam sebuah kebijakan publik, visi itu harus bersifat menyeluruh, tidak mementingkan diri sendiri (selfish) dan didasari oleh nilai yang luhur (vision and value). Bila dikaitkan dengan teori piramida manusia oleh Maslow, maka visi adalah perwujudan fase aktualisasi diri yang berada di puncak piramida. Dalam piramida tersebut dasarnya dimulai dari pemenuhan kebutuhan paling bawah sampai ke atasnya yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan berprestasi, kemudian baru kebutuhan aktualisasi diri. Arthur Clark mengatakan "adalah menakjubkan bagi kita melihat hasil-hasil temuan yang dihasilkan, tetapi sesungguhnya ilmuan konservatif dan para insinyur dapat saja kehilangan peluang bila saat memenuhi panggilan jiwanya, mereka mempunyai anggapan awal bahwa apa yang mereka teliti adalah sesuatu yang tidak mungkin di lakukan". Atapun proust rnenyatakan: "Perjalanan yang betul dari penemuan tidak terletak pada langkah pencarian lahan baru tetapi justru pada langkah mencari tahu bagairnanakah cara kita agar dapat melihatnya dengan mata baru". Berikut ini apa yang dikiatkan oleh Andersen Consulting agar kita dapat melihat lebih jauh atau dapat memperoleh visi yang tepat yaitu dengan cara mampu melihat pentingnya informasi yang tepat, tak sekedar melihat data. Dengan cara mendefinisikan ukuran-ukuran yang dipakai, kemudian dapatlah kita merasa yakin bahwa sistem informasi telah menyajikan ukuran-ukuran tersebut dengan tepat. Sebagai akibatnya sistem tersebut dapat mengirimkan tanda bagi perusahaan atau institusi tentang apa saja informasi yang betul-betul penting. Menurut Andersen Consulting, maka kemampuan kita dalam pemahaman kuantitatif untuk melihat ukuran-ukuran menjadi amat penting karena kemampuan menghitung memungkinkan orang mengerjakan berbagai hal dengan lebih baik. Ini mendayagunakan orang-orang untuk melakukan hal-hal secara lebih tepat dan niembuatnya lebih mudah naik tingkat. Kemampuan menghitung akan rnembuat seseorang merasa lebih mudah dalam menentukan arah kemana mereka harus pergi kemudian timbulah rasa suka rela untuk dapat mengerjakannya secara lebih baik dan banyak. Dalam rangka mendefinisikan dan menjalankan visi, menurut Andersen Consulting diperlukan ingatan bahwa "Meskipun anda berada pada lajur yang benar, anda akan di lindas bila anda hanya duduk saja disitu. Berdasarkan pengalaman dari perusahaan swasta maka secara umum, orang yang paling sukses dalam hidup adalah mereka yang memiliki informasi yang terbaik. Kemudian yang menarik di era globalisasi dan informasi ini adalah kenyataan tentang adanya sumber-sumber baru dari kekuatan yang bukan berada di tangan beberapa orang, tetapi justru berupa informasi yang ada di tangan banyak orang" Disini ditetapkan lagi hubungan visi dengan keberanian. Dalam era informasi ini terjadi banyak waktu menarik tetapi ada juga yang tak mengenakkan yaitu bahwa proses pengambilan keputusan harus pula dibuat secara lebih cepat dan perencanaannya harus dibuat secara lebih komprehensif. Dalam manajemen strategis, sesungguhnya para pimpinan dan eksekutif tak menghabiskan banyak waktu mereka untuk membuat keputusan, tetapi lebih terpokus pada cara mengimplementasikannya. Oleh karena itu kinerja informasi yang tepat waktu dan akurat adalah amat penting dalam membuat arah. Menurut HBR Prahalad, jarang di temukan administrator yang hati-hati diantara manajer puncak dari perusahaan yang sukses yang berasal dari kalangan mereka yang siap untuk menantang mereka sudah mapan menuju kepemimpinan global. Tetapi sewaktu mempelajari organisasi yang lumpuh, justru sering di jumpai para manajer senior yang dengan alasan apapun ternyata kurang punya keberanian untuk melibatkan organisasinya ke arah tujuan-tujuan heroik, tujuan yang berada di luar perencanaan dan sumber daya yang ada. Inilah yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan tersebut Stacey, ada beberapa konsekuensi buruk dari visi yaitu: Sesudah visi dibuat, maka kemudian perlu dijabarkan dalam bentuk pernyataan misi. Visi pada dasarnya merupakan pernyataan dengan kalimat yang singkat dan padat dengan mengandung pengertian yang mencoba menjawab pertanyaan : What the institution want to be. Pernyataan visi dapat dirumuskan melalui proses: • menentukan rentang waktu serta lingkup analisis yang tepat • melakukan identifikasi trend perkernbangan sosial, ekonomi, politik dan teknologi yang berkait dengan perkernbangan pariwisata serta kebijakan kepariwisataan lokal, nasional, regional dan global • identifikasi persaingan di antar lembaga atau organisasi publik yang ada di suatu daerah dengan daerah lain dalarn lingkup propinsi, maupun herarki kewilayahan diatasnya. • melakukan evaluasi terhadap perkernbangan sektor tertentu yang diembannya dalam kaitannya dengan perekonomian daerah 4.2 HUBUNGAN DENGAN MISI Visi diterjemahkan lebih lanjut menjadi misi. Visi yang lebih abstrak harus lebih di jabarkan ke dalam misi agar dapat agar dapat segera di kerjakan. Dalam konteks hubungan vartikal ini, maka secara kasar dapat dikatakan bahwa visi dibuat oleh manager puncak (top manager). Visi yang telah di tetapkan oleh top manager kemudian di jabarkan dalam misi yang harus di laksanakan oleh manajer tingkat menengah adalah menjadi visi bagi manajer tingkat bawah (low manager) yang perlu dijabarkan kembali dalam misi yang harus di bebankan pada manajer tingkat bawah. Demikianlah terjadi ekstafet garis komando secara berturut-turut yang seterusnya di terjemahkan ke bawah sehingga bermuara pada rencana tindak yang sifatnya operasional. Dari satu visi dan satu misi dapat saja dilahirkan banyak sasaran. Komleksistas sasaran tergantung pada besar kecilnya misi dan lebar sempitnya cakupan yang harus direncanakan. Sasaran adalah batasan masalah yang akan di rinci lebih lanjut. Dalam sasaran tercermin kondisi stakeholder yang paling diinginkan. Dalam hal ini, apa yang ingin di capai perlu di lakukan dengan mempertimbangkan proses atau bentuk kegiatannya (dinamis). Beda sasaran dengan tujuan adalah kalau tujuan tak mempertimbangkan proses; jadi lebih berupa potret peristiwa. Drucker wawasan mengatakan apabila bahwa tujuan diperlukan dalarn dan hasilnya secara langsung kinerja setiap dan vital mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahtraan bisnis. Berikut ini modifikasi Drucker yang dapat di pakai untuk sektor publik: • Kedudukan pemerintah. pasar (untuk BUMN) atau kedudukan organisasi • Penemuan baru (atau misi baru yang di bebankan pemerintah) • Produktivitas • Sumber daya fisik dan keuangan • Kemampuan memperoleh laba (untuk BUMN) atau kemampuan mencapai tujuan (untuk organisasi pemerintah). • Kinerja dan sikap pekerja • Tanggung jawab social / umum Penetapan misi pengembangan wilayah digunakan untuk menjawab pertanyaan: "What the institution is trying to do". Misi merupakan turunan, penerjemahan atau perincian secara lebih terfokus dari visi yang ada. Dengan demikian dari misi yang ada berhubungan dan tidak bisa keluar dari lingkup atau pernyataan visi. Dalam proses perumusan misi ini, beberapa langkah yang dilakukan untuk merealisasikan visi antara lain adalah: • Spesifikasi wilayah yang potensial dan strategis untuk pengembangan. • Spesifikasi stakeholders yang terkait dengan pengembangan wilayahSpesifikasi potensi sumberdaya dan sumber budaya, potensi ekonomi, aksesibilitas, dll sebagai bagian dari potensi sumberdaya yang akan dikembangkan. • Spesifikasi kelembagaan, SDM dan jaringan (networking) atau para pihak yang terlibat dalam pengembangan wilayah. • Spesifikasi kondisi perekonomian suatu wilayah kaitannya dengan konstelasi wilayah lainnya. • Spesifikasi komponen pasar dan jaringan perdagangan yang gayut dan terkait dengan jaringan pasar yang lebih luas di tingkat regional, nasional dan internasional. Tujuan dari mi si adalah merupakan sasaran atau hasil yang ingin dicapai dari visi yang telah ditetapkan, dengan tujuan agar yang telah ditetapkan tidak boleh lepas dari visi. Adanya tujuan dimaksudkan agar upaya pencapaian misi lebih terarah dan terfokus. Untuk melaksanakan perumusan misi pengembangan wilayah bisa dilaksanakan dengan menjaring aspirasi warga atau stakeholders dalam berbagai pertemuan seperti: seminar, lokakarya maupun FGD (Focus Group Discussion), yaitu diskusi kelompok terarah yang mengikutsertakan seluruh stakeholders dan bidang lain yang terkait. Visi dan misi sesuai Rencana Strategis pengembangan wilayah diharapkan akan tercapai dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana berikut: • Balanced Growth of Local Socio-Economic-Cultural Condition (Prinsip Sosial-Ekonomi-Budaya), yaitu upaya pencapaian keseimbangan pertumbuhan kondisi lokal dan regional baik bidang sosial, ekonomi, dan budaya. • Balanced Growth of Conservation and Development (Prinsip Spasial), yaitu tercapainya keseimbangan antara pelestarian atau konservasi dan pengembangan dalam kegiatan pembangunan secara keruangan. • Good Access of Public Amenities for Everyone (Prinsip Infrastruktur), yaitu dapat dimanfaatkannya secara optimal berbagai fasilitas sarana dan prasarana umum bagi semua pihak termasuk bagi penghuni, pekerja dan pengunjung pada segala sektor. • Democratic Local-Based Governance System (Prinsip Kelembagaan), yaitu terciptanya sistem pengelolaan sumberdaya yang lebih accountable dan demokratis berbasiskan sumber daya lokal.