KERAJAAN KUTAI Sumber Sejarah Kerajaan Kutai Sumber sejarah kerajaan ini berasal dari temuan tujuh yupa atau tugu batu didaerah hulu dari sungai mahakam. Yupa atau prasasti tersebut berisi tulisan yang ditulis dengan huruf pallawa yaitu huruf yang banyak digunakan di wilayah india bagian selatan serta berbahasa sanskerta. Dari tulisan di yupa tersebut di dapat informasi bahwa raja yang memerintah kerajaan kutai saat itu adalah raja mulawarman. Namanya tertulis di yupa atas kedermawanannya dengan menyedekahkan 20.000 ekor sapi untuk kaum brahmana. Yupa merupakan tugu batu yang mempunyai fungsi untuk tugu peringatan yang dibuat kaum Brahmana atas kedermawanan sang Raja Mulawarman. Yupa-yupa yang ditemukan tidak mempunyai angka tahun pembuatan, namun jika di lihat dari gaya bahasa dan ciri tulisan yang di gunakan dalam yupa tersebut banyak di gunakan di india di sekitar abad ke empat Masehi. Berdirinya Kerajaan Kutai Dari prasasti tersebut diperoleh informasi bahwa nama Kudungga menurut para ahli merupakan nama asli indonesia, di sebutkan pula Kudungga mempunyai putra yang bernama Asmawarman yang perkirakan sebagai pendiri dinasti. Asmawarman mempunyai putra yang bernama Mulawarman. Nama Asmawarman dan Mulawarman menggunakan bahasa sanskerta, dari hal tersebut diduga kedua raja tersebut sudah memeluk agama hindu. Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai diperkirakan ditunjang dari sektor pertanian, baik sawah maupun ladang. Selain itu, melihat letaknya yang strategis, yaitu di sekitar Sungai Mahakam yang menjadi jalur perdagangan Cina dan India, membuat Kerajaan Kutai menarik untuk disinggahi para pedagang. Dengan begitu, bidang perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai. Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai meningkat dengan diangkatnya Raja Mulawarman. Beliau adalah raja yang mulia dan dermawan. Terbukti dengan memberi sedekah kepada rakyatnya berupa 20.000 ekor sapi yang diletakkan di Waprakeswara. Kehidupan Budaya Berdasarkan terjemahan prasasti-prasasti bukti peninggalan Kerajaan Kutai, dapat diketahui bahwa masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Diperkirakan masyarakat Kutai telah terbagi menjadi beberapa kasta. Dari bukti prasasti yupa yang ditemukan, tulisan yang digunakan merupakan huruf Pallawa dengan menggunakan bahasa Sanskerta serta dengan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, yang sebagaimana memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan. Selain golongan brahmana, terdapat pula golongan ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat dekat raja dan raja itu sendiri. Dikatakan dalam satu sumber bahwa keluarga Kudungga (selain dia) pernah melakukan upacara Vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria. Terbukti dari arti nama nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai (kecuali Kudungga ) yaitu adanya kata ‘warman’ di akhir nama raja yang berasal dari bahasa Sanskerta. Penambahan nama ”warman” biasanya melalui upacara atau penobatan raja secara agama Hindu. Kehidupan Agama Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya Masa Kejayaan Kerajaan Kutai Meskipun sumber tentang kerajaan ini sangat terbatas namun dari temuan ke tujuh yupa dapat diperoleh informasi jika Kutai mencapai masa kejayaannya pada saat si pimpin oleh Raja Mulawarman. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, Wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyatnya pun hidup dengan sejahtera dan makmur. Runtuhnya Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai berakhir atau runtuh saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di dalam peperangan saat melawan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ( kerajaan islam ). Perlu anda ketahui bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu beribukota di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sampai saat ini disebut dengan Kesultanan Kutai Kartanegara. Nama Raja-raja Kerajaan Kutai 1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri) 2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga) 3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman) 4. Maharaja Marawijaya Warman 5. Maharaja Gajayana Warman 6. Maharaja Tungga Warman 7. Maharaja Jayanaga Warman 8. Maharaja Nalasinga Warman 9. Maharaja Nala Parana Tungga 10. Maharaja Gadingga Warman Dewa 11. Maharaja Indra Warman Dewa 12. Maharaja Sangga Warman Dewa 13. Maharaja Candrawarman 14. Maharaja Sri Langka Dewa 15. Maharaja Guna Parana Dewa 16. Maharaja Wijaya Warman 17. Maharaja Sri Aji Dewa 18. Maharaja Mulia Putera 19. Maharaja Nala Pandita 20. Maharaja Indra Paruta Dewa 21. Maharaja Dharma Setia Letaknya yang tidak jauh dari pantai kemungkinan kutai merupakan tempah persinggahan kapal-kapal dagang dari india yang akan pergi berlayar ke cina melalui makassar dan filiphina. Sehingga rakyat kutai sudah terlibat dengan perdagangan internasional. Sumber : https://www.kopi-ireng.com/2015/03/sejarah-kerajaan-kutai.html : http://lailameika13.blogspot.com/2014/01/kehidupan-ekonomi-sosial-danagama.html KERAJAAN TARUMANEGARA Sejarah Kerajaan Tarumanegara - Kerajaan Tarumanagara adalah sebuah kerajaan hindu tertua kedua setelah kutai yang pernah berkuasa di wilayah bagian barat dari pulau Jawa sekitar abad ke-4 Masehi hingga abad ke-7 Masehi. Menurut Wikipedia Kata tarumanagara berasal dari kata taruma serta kata nagara. Nagara mempunyai arti kerajaan atau negara sedang taruma berasal dari kata tarum yang sejatinya merupakan nama sebuah sungai yang membelah propinsi Jawa Barat yakni sungai Citarum. Pada muara sungai Citarum ditemukan area percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang oleh para ahli diduga merupakan peninggalan dari peradaban Kerajaan Tarumanegara. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara Bukti-bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui dari 7 buah prasasti batu yang ditemukan. Lima di daerah sekitar Bogor, satu di daerah cilincing Jakarta utara dan satu di daerah Lebak Banten. 1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar tahun 400 Masehi (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, daerah Ciampea Bogor 2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi propinsi jawa barat. Prasasti tugu merupakan prasasti terpenting dan terpanjang dari Raja Purnawarman, tulisan pada prasasti ini dapat di baca secara melingkar, yang berisi antara lain menyebutkan tentang pembangunan saluran air yang panjangnya 6112 tumbak ( Setara dengan 11 km ) yang di beri nama Gomati. Saluran gomati ini dibuat pada masa raja purnawarman telah memerintah selama 22 tahun dan diselesaikan hanya dalam waktu 21 hari. Selain itu prasasti tugu juga menyebutkan tentang penggalian sungai candrabagha yang menurut para ahli sama dengan sungai bekasi sekarang. 3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di daerah aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak Banten, Prasasti ini berisi pujian terhadap Raja Purnawarman. 4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea Bogor. 5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea Bogor. 6. Prasasti Jambu, Nanggung Bogor. 7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup Bogor. Selain dari pasasti sumber lain tentang kerajaan tarumanegara adalah sumber dari luar negeri yang semuanya berasal dari berita Tiongkok ( Cina ). Berita dari Fa Hien, pada tahun 414M dalam tulisan bukunya yang mempunyai judul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") sangat sedikit ditemukan orang yang memeluk agama Buddha, yang banyak di temukan adalah orang-orang yang memluk agama Hindu dan animisme. Berita dari Dinasti Sui, menceritakan bahwa di tahun 528 M dan tahun 535 M telah datang utusan dari To-lo-mo ( Taruma ) yang terletak di sebelah selatan. Berita dari Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 M dan 669 M telah datang utusan dari To-lo-mo. Berdirinya Kerajaan Tarumanegara Sumber sejarah yang dengan lengkap membahas tentang Kerajaan Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta. Akan tetapi Naskah Wangsakerta ini keasliannya masih diperdebatkan oleh para ahli. Menurut Naskah ini, pada abad ke-4 Masehi, Nusantara kedatangan banyak pengungsi dari india yang mencari perlindungan karena terjadinya perang di negri mereka. Kebanyakan pengungsi berasal Kerajaan Palawa dan Calankayana di India yang merupakan kerajaan kalah dalam peperangan dengan Kerajaan Samudragupta (India). Salah satu dari rombongan pengungsi dari Calankayana yang dipimpin oleh Maharesi yang bernama Jayasingawarman membuka tempat bermukim baru yang diberi nama Tarumadesya ( desa taruma ) yang letaknya berada di dekat sungai Citarum. Sebelumnya Jayasingawarman telah memperoleh izin dan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa pada waktu itu yaitu Dewawarman VIII, raja dari Salakanagara. Setelah 10 tahun berlalu desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa-desa lain, sehingga Tarumadesya akhitnya menjadi semakin besar. Dari hari ke hari, kota ini perkembangan kota ini menunjukan perkembangan yang pesat, didasari hal inilah lalu Jayasingawarman membentuk Kerajaan yang di beri nama Tarumanagara. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka. Mereka berladang secara berpindah-pindah. Selain itu, bidang pelayaran dan perdagangan tidak kalah penting dalam perekonomian Tarumanegara. Dalam prasasti Tugu, dinyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Terusan ini (Gomati dan Candrabhaga) dibangun oleh golongan budak dan kaum sudra. Pada akhirnya terusan ini selain berfungsi sebagai sarana pencegah banjir, juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan daerah lain di luar kerajaan. Berdasarkan catatan Fa-Hien, seorang musafir Cina, masyarakat Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu jati. Kehidupan Budaya Masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong,berdasarkan isi dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya Raja Purnawarman untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa. Pengkastaan di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kerajaan Kutai. Golongan brahmana bertugas mengatur tugas keagamaan. Kaum kesatria merupakan golongan bangsawan (raja dan kerabat). Sedangkan golongan terbesar meliputi para petani, peternak, pemburu, pelaut dan nelayan. Kehidupan Agama Kepercayaan yang dianut warga di dalam Kerajaan Tarumanegara yaitu Hindu, tepatnya Hindu Wisnu. Sebagai bukti, pada prasasti Ciareteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sedangkan agama yang dianut warga di luar kerajaan ada beberapa. Seperti yang dinyatakan oleh Fa-Hien, dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa saat mengunjungi Jawadwipa, dia hanya menjumpai sedikit orang beragama Buddha. Kebanyakan masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan “beragama kotor” (maksudnya animisme). Puncak Kejayaan Kerajaan Tarumanegara Kerajaan ini mencapai masa kejayaan saat di perintah oleh Raja Purnawarman. Di masa pemerintahan Raja Purnawarman, luas wilayah Kerajaan Tarumanagara hampir setara dengan luas Jawa Barat saat ini. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara Pada masa akhir pemerintahan raja tarumanegara yang terakhir yaitu Sri Maharaja Linggawarman ( 666 M - 669 M ) kerajaan tarumanegara terbelah menjadi dua, yaitu kerajaan sunda yang merupakan kelanjutan kerajaan tarumanegara di bawah kekuasaan menantunya yang bernama Tarusbawa, Dan kerajaan galuh dibawah kekuasaan wretikandayun. Baik sunda maupun galuh sebelumnya merupakan kerajaan bawahan dari kerajaan tarumanegara. Raja-raja Kerajaan Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta 1 Jayasingawarman memerintah tahun 358-382 2 Dharmayawarman memerintah tahun 382-395 3 Purnawarman memerintah tahun 395-434 4 Wisnuwarman memerintah tahun 434-455 5 Indrawarman memerintah tahun 455-515 6 Candrawarman memerintah tahun 515-535 7 Suryawarman memerintah tahun 535-561 8 Kertawarman memerintah tahun 561-628 9 Sudhawarman memerintah tahun 628-639 10 Hariwangsawarman memerintah tahun 639-640 11 Nagajayawarman memerintah tahun 640-666 12 Linggawarman memerintah tahun 666-669