27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI NOTE Note materi teknik industri, industrial engineering: peta kerja, ergonomi, jit, forecasting, psikologi industri, dll.. Note materi teknik sipil, ilmu ukur tanah, cpm, mekanika teknik, analisa struktur, dll. Note tips n trik travelling, dll. Home ▼ Home ▼ Friday, September 20, 2019 Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Deskripsi Materi Definisi Postur Kerja Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa efektivitas dari suatu pekerjaan Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan baik. Akan tetapi, bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan dan terjadinya kelainan pada bentuk tulang operator tersebut. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator terebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Baca juga : ANALISA PASAR | Menciptakan NIlai Pelanggan Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera muscoluskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan anan. Menurut (Nugraha, 2013) yang dikutip dari Tayyari (1997), postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja yang meliputi: 1. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan 2. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. 3. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. 4. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the mediun plane). 5. Rotution adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan 6. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. 7. Supinution adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Grieve dan Pheasant (1982), postur adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Pustur tubuh ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan lahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengeruhi oleh luas dasar penyangga atau lantai dan tinggi dari titik gaya berat. Untuk mempertahankan postur tubuh tertentu, seseorang harus melakukan usaha melawan gaya yang berasal dari luar tubuh yaitu dengan mengkontraksikan otot. Gaya tersebut berupa gaya gravitasi bumi dan gaya dari obyek yang diangkat Untuk mencapai keadaan yang seimbang, dalam hal ini akan terjadi interaksi antara gaya beban dan gaya yang berasal dari otot. Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stres pada bagian tubuh tertentu, yang disebut dengan postural stress. https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 1/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Foam Sanitizer Dispenser Rakinda TF88 Thermal Temperature Strips Multifunctional Facility Stand Temperature Scanner Iklan RAKINDA IOT Co.Ltd Learn More Baca juga: KONSEP SUPPLY CHAIN Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak teriadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon dan tulang sehingga keadaan inenjadi reluks dan tidak menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders serta sistem tubuh yang lain. Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Baird dan Bridger (1995), postur normal pada saat bekerja, yaitu: 1. Pada Tangan dan Pergelangan Tangan Sikap atau postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi ekstensi. 2. Pada Leher Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kin atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical. 3. Pada Bahu Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional. 4. Pada Punggung Sikap aiau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toruks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°. Baca juga : PERKEMBANGAN DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI || Materi Teknik Industri Sedangkan, menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Humantech (1995), sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem muskuloskeletal Berikut ini adalah postur janggal pada saat bekerja yaitu: 1. Pada Tangan atau Pergelangan Tangan https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 2/11 27/9/2020 a. NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Jari menjepit, adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban >0.9 kg. b. Jari menggenggam, adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan beban > 45 kg. c. Deviasi radiul, adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit. d. Jari menekan, adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit. e. Fleksi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar > 45°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit. f. Ekstensi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah punggung tangan, diukur dan sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesar > 45°. Postus janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 deuk, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit. g. Deviasi ulnur, adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking Postur janggal ini diperhatikan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 230 kali per menit. 2. Pada Siku a. Rotasi lengan, adalah gerakan yang terjadi pada persendian lengan dan siku. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada standanya. b. Ekstensi penuh, adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan alas dan sumbu lengan bawah > 135o. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada standarnya. Frekuensi postur janggal tersebut dilakukan secara berulang >= 2 kali per menit. 3. Pada Bahu Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >=2 kali per menit. 4. Pada leher a. Menunduk, yaitu ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertical dengan sumbu ruas tulang leher > 20°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >=2 kali per menit. b. Rotasi, yaitu setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertanankan dalam waktı >= 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit. c. Miring, yaitu setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dan quas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >=10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit. d. Menengadah, yaitu setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh gans vertikal dengan sumbu dari ruas tulang lahat Posiur jareal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan scara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit. 5. Pada Punggung a. Membungkuk, adalah posisi badan ke arah depan sehinga antara sumbu bukti bagian atas akan membentuk sudut >= 20° dengan garis venuhal Postur janggal ini dapat dipertahankan dalam waktu 10 detik dan dilakukan selama >= 2 kali per menit. b. Miring adalah penyimpangan tubuh dan garis vertikal, tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 2 kali per menit. c. Rotasi badan, adalah setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kini, tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >= 2 kali per menit Pengukuran Aktivitas Manual Handling Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting (Henry, et al, 1993). Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punyoung manusia. Salah satu metode NIOSH adalah Recommended Weight Linnil (RWL). Metode RWL ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Ainerika Serikat. Metode RWL adalah mociode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalain jangka waktu yang lama. Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk). Menurut (Waters, et al, 1994) menyatakan bahwa persamaan NIOSH berlaku pada keadaan sebayai berikut, yaitu: 1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan. 2. Beban diangkat dengan kedua tangan. https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 3/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI 3. Penyangkatan atau penurunan benda dilakukan daiam waktu maksimal 8 jam. 4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut. 5. Tempat kerja tidak sempit. Baca juga: MENGELOLA INFORMASI PEMASARAN | Analisa Pasar Menurut (Waters, et al, 1993) bahwa persamaan untuk menentukan beban vang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebayai berikut, yakni: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan: IC :(Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H VM :(Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 - 0,003 V - 753 VM untuk orang Indonesia = 1 - 0,00326 V - 690 DM :(Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D AM :(Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 -0,0032 (º) FM :(Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi. CM :(Coupling Multiplier) faktor pengali kupling (handle). Catatan: H =Jarak horizontal posisi langan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh. V =Jarak vertikal parsisi tangan yang memegang beban terhadap lantai D =Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai A =Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki. tujuan Berikut ini merupakan tabel faktor pengali frekuensi, yaitu: Berikut ini merupakan tabel faktor pengali kopling, yaitu: Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu kondisi awal pengangkatan (origin) dan kondisi akhir pengangkatan (destination). Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL yang paling kecil. Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut, yaitu: https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 4/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI LI= ---------------Adapun kriteria yang digunakan dalam metode RWL, yakni jika LI >l, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Sebaliknya, jika LI< 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Pengukuran Postur Kerja (Nina, 2013) menyatakan bahwa Metode Rupid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode yang memaparkan analisis postur kerja bagian tubuh atas pekerja. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari Universitas di Nottingham (University of Nollinghann's Institute Of Occuptional Ergonomic). Metode ini digunakan untuk mengambil nilai postur kerja dengan cara mangambil sampel postur dari satu siklus kerja yang dianggap mempunyai resiko berbahaya bagi kesehatan pekerja. Lalu, diadakan penilaian/scoring. Setelah didapat hasil dari penilaian tersebut, kita dapat mengetahui postur pekerja tersebut telah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum. Jika belum, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan. Metode ini menggunakan diagrum body postures dan tiga tabel penilaian (tabel A, B, dan C) yang disediakan untuk mengevaluasi postur kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut. Melalui metode ini akan didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai postur pekerja, nilai batasan tersebut berkisar antara nilai 1-7. Adapun tujuan dari metode RULA, yakni: 1. Menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan. 2. Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan posiur tubuh saat kerja. 3. Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomi yang luas. 4. Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tubuh dibagi menjadi dua grup yaitu A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan) dan B (leher, tulang belakang, dan kaki). b. Jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomor. c. Scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh, kanan dan kiri. Sedangkan, Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam analisa postur kerja. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham's Institute of Occuptuional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu, metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja Salah satu hal yang membedakan metode REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode ini yang menjadi fokus analisis adalah seluruh bagian tubuh pekerja Melalui fokus terhadap keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya musculoskeletal disorders pada tubuh perkerja. Dalam metode REBA ini, analisis terhadap keseluruhan postur tubuh pekerja dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama aiau group A terdiri dari bagian neck, trunk, dan legs. Sedangkan, bagian kedua atau group B terdiri dari upper arms, lower arms, dan wrist. Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. 2. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan menganalisis posisi nech, trunk, dan legs dengan memberikan score pada masing-masing komponen. 3. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score A dan ditambah dengan score untuk force atau loud. Selanjutnya, dilakukan scoring pada bagian upper urin, lower arm. dan wrist. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grund score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditaınbahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan inenggambarkan hasil analisis postur kerja. 4. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan. Menurut (Nur, 2009) yang dikutip dari Mc Atamney (2000), penilaian menggunakan REBA tidak inembutuhkan waktu yang lama dalam melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan oleh postur kerja operator. Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktifitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktifitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini, dengan cara memberikan skor resiko antar satu sampai lima belas dimana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berati bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic huzurd REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan segera mungkin. (Thyadia, 2012) menyatakan bahwa ergonomic huzard adalah gangguan kesehatan pada pekerja akibat ketidaksesusaian pekerjaan dengan pekerja. https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 5/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Latihan soal ALAT DAN BAHAN Dalam melakukan praktikum tentang postur kerja, digunakan alat dan bahan sebagai berikut ini, yaiiu: 1. Foto Manusia Yang Melakukan Aktivitas Kerja.. 2. Alat Perekam / Kamera. 3. Perlengkapan Alat Tulis. 4. Lembar Data. 5. Lembar Kerja. PROSEDUR PRAKTIKUM Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan penilaian postur tubuh pada manusia yang melakukan aktivitas kerja, yaitu: 1. Lakukan observasi pada aktivtas kerja yang terkait dengan ilmu analisa perancangan kerja atau ergonomi yang terdapat pada bidang Teknik Industri. 2. Lakukan dua kali pengambilan gambar manusia yang sedang melakukan aktivitas kerja 3. dengan gerakan yang berbeda menggunakan bantuan video atau foto dari penggunaan alal perekam atau kamera. 4. Amati bentuk postur tubuh tersebut dan masukkan skor penilaian pada lembar data pengamatan dengan menggunakan perlengkapan alat tulis. 5. Berikan analisa dari penggunaan postur kerja tersebut apakah sudah memenuhi pnnsip ergonomi atau belum pada lembar kerja. Jika belum ergonomi, maka bagaimana perbaikan yang harus dilakukan berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan. DATA DAN ANALISA Metode RWL a. Posisi Pengangkatan 1 https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 6/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan sedang membungkuk untuk memegang 2 buah barang dengan 2 tangan. Setelah itu praktikan akan mengangkat kedua barang tersebut dan dibawa ke samping kiri dan kanan. Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 1 Berat Benda (kg) L Hand Location (cm) Awal H 5 48 V 42 Akhir H V 74 0 Vertical Distance (cm) D 32 Asymmetric Angle (º) Awal Akhir A A 0 0 Frequency Rate Lifts/min F 3 Duration Object Coupling C <1 span=""> Good Foam Sanitizer Dispenser Rakinda TF88 Thermal Temperature Strips Multifunctional Facility Stand Temperature Scanner Iklan RAKINDA IOT Co.Ltd Learn More RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 0.52 x0.906 x 0.967 x 1 x0.88 x 1 = 9.22 RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 1 x 0.99 x 0.967 x 1 x 0.88 x 1 LI awal LI akhir = 19.376 = 5 / 9.22 = 5 / 19.376 = 0.54 = 0.25 Kesimpulan: Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar masing-masing 5 kg dengan tangan kanan dan kiri. b. Posisi Pengangkatan 2 https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 7/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Postur tubuh bagian kaki (legs) Kaki berada pada posisi normal/seimbang dengan skor = 1 Trunk Neck 1 2 3 4 5 6 Legs Legs Legs Legs Legs Legs 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Skor postur tubuh grup B berdasarkan tabel di atas adalah 3 Skor aktivitas. Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1 Skor beban. Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span=""> Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4 Skor akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Skor Grup B Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7 Kesimpulan: Skor akhir untuk kegaitan praktikan dengan postur berdiri berdasarkan tabel total skor diatas adalah 4. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan praktikan tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam beberapa waktu kedepan. Metode REBA Berdasarkan gambar di atas, bahwa praktikan pada saat mengangkat barang dengan berat 9 kg. a. Posisi dari leher. Skor: 1 (Keterangan: Jika leher membentuk sudut 0° sampai 20°. Saat mengangkat beban posisi leher lurus). b. Posisi kaki. Skor: 1 (Keterangan: Paha dan kaki disangga dengan baik pada saat duduk dan tuduh selalu dalam keadaan seimbang). c. Posisi badan. Skor: 1 (Keterangan : Pekerja dalam keadaan di sangga dengan baik oleh pinggul punggung yang membentuk sudut 90° atau lebih. Tidak ada nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan aktivitas berulang < kali 4 per menit). https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 10/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan mendekatkan tubuhnya dengan barang yang diangkat. Kemudian pengangkatan dilakukan dengan dua tangan. Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 2 Berat Benda (kg) L 5 Hand Location (cm) Awal H 20 V 42 Akhir H V 74 24 Vertical Distance (cm) D 32 Asymmetric Angle (º) Awal Akhir A A 0 0 Frequency Rate Lifts/min F 3 Duration Object Coupling C <1 span=""> Fair RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 1 x 0.906 x 0.967 x 1 x0.88 x 0.95 = 16.85 RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 1 x 0.99 x 0.967 x 1 x 0.88 x 0.95 = 18.4 LI awal = 5 / 16,85 = 0.296 LI akhir = 5 / 18.4 = 0.271 Kesimpulan: Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar 5 kg dan diangkat menggunakan kedua tangan. Metode RULA Berdasarkan gambar di atas, bahwa bagian kanan dan kiri tubuh praktikan pada saat melakukan aktivitas dengan postur berdiri berada pada posisi yang sama, sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh cukup dilakukan satu kali saja. a. Postur tubuh grup A Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 8/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI Lengan atas membentuk sudut 45º- 90º dengan skor = 3 Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm) Lengan bawah membentuk sudut > 100º dengan skor = 2 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Pergelangan tangan membentuk sudut 0 - 15º dengan skor = 2 Putaran pergelangan tangan (wrist twist) Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah dengan skor = 1 Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada tabel berikut: Wrist Upper Arm 1 2 3 4 Lower Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist 1 2 3 4 5 6 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5 1 2 3 3 3 4 4 5 5 2 2 2 3 3 4 4 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5 1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 6 6 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9 Skor postur tubuh grup A berdasarkan tabel di atas adalah 3 Skor aktivitas. Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1 Skor beban. Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span=""> Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4 b. Postur tubuh grup B Postur tubuh bagian leher (neck) Leher membentuk sudut > 200 dengan skor = 3 Postur tubuh bagian batang tubuh (trunk) Batang tubuh membentuk sudut 0 - 200 dengan skor = 2 https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 9/11 27/9/2020 NOTE: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI d. Penilaian beban. Skor: 2 (Keterangan : Barang berupa air mineral dengan berat 10 Kg (intermittent)) . e. Pergelangan tangan. Skor : 1 (Keterangan : Lengan atas membentuk sudut 5°. Hal ini disebabkan Pengangkatan beban yang tidak terlalu besar ukurannya). f. Posisi lengan bawah. Skor: 1 (Keterangan : Lengan bawah membentuk sudut 70°). g. Posisi lengan atas. Skor : 2 (Keterangan Lengan atas membentuk sudut 35°). Skor: -1 (Keterangan: Lengan atas bergeser ke depan sehingga memudahkan pengangkutan barang). Skor total: 1 h. Penilaian genggaman. Skor: 3 (Keterangan: Dus air mineral tidak dapat di genggam). Kesimpulan: Hasil akhir yaitu berada pada kategori level 2, yang berarti pengangkatan barang di atas masuk dalam resiko sedang skor akhir menunjukkan nilai 4 yang berarti bahwa postur tubuh tersebut memerlukan tindakan perbaikan untuk jangka waku yang lama. - September 20, 2019 Share No comments: Post a Comment ‹ Home › View web version About Me Note View my complete profile Powered by Blogger. https://kidangijo06.blogspot.com/2019/09/metode-rwl-reba-dan-rula-praktikum.html?m=1 11/11 METHODOLOGI PENELITIAN RULA DAN REBA Bab 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Yamaha comporation adalah sebuah perusahaan jepang dengan jumlah produk yang banyak, salah satunya sepeda motor (Yamaha Motor Company) Perusahaan ini didirikan oleh torakusu yamaha sebagai nippon gakki Co.Ltd. perusahaan yamaha motor company merupakan produsen otomotif yang mendistribusikan berbagai jenis kendaraan ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. PT.Bandung Raya Motor merupakan dealer industri yamaha yang bergerak di bidang jasa shop center dan service center. dalam setiap pekerjaan memiliki beban kerja dan resiko tersendiri khususnya bagian service center aktivitas tersebut dilakukan secara manual menurut SOP dan membutuhkan waktu sesuai kemampuan pekerjanya. Posisi kerja duduk yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf dan otot pada kaki dan tangan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Apabila posisi statis ini di pertahankan menimbulkan keluhan pada system pada otot seperti sakit pinggang, sakit leher, sakit bahu, pungung, lengan dan pergelangan tangan. Berdasarkan penelitian, keluhan pada sistem otot diakibatkan oleh postur kerja yang tidak baik. Oleh karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk meminimalkan cedera pada otot tulang belakang pekerja dilakukan dengan mengunakan metode REBA. Yang dimana metode ini digunakan untuk menilai dan mengevaluasi posisi kerja yang di lakukan oleh anggota tubuh. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang terjadi pada para pekerja service center PT.Bandung Raya Motor maka akan timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana posisi postur kerja yang aman bagi pekerja dengan metode REBA ? 2. Bagaimana rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan metode REBA ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Menganlisis dan mengevaluasi posisi postur tubuh yang baik saat bekerja. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap dan postur pekerjaan dengan tempat kerja. 1.4. Pemusatan Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi postur pekerjaan dengan metode REBA. 1.5. Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan Berisikan tentang penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pemusatan masalah dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori-teori dari beberapa literature dan referensi yang dapat menunjang penelitian dan digunakan sebagai bahan pendekatan dalam pemecahan masalah yang akan dibahas. Bab 3 Metodologi Penelitian Menguraikan langkah-langkah dalam penelitian ini, dan tinjauan masalah serta teknik pemecahan masalah dengan metode REBA. Bab 2 Landasan Teori Rapid Entire Body Assessment (REBA) Penilaian ergonomi menggunakan sebuah proses yang sistematis untuk mengevaluasi seluruh tubuh postural MSD dan risiko yang terkait dengan tugas-tugas pekerjaan. Lembar kerja satu halaman yang digunakan untuk mengevaluasi postur tubuh yang diperlukan atau dipilih, kuat pengerahan tenaga, jenis gerakan atau tindakan, pengulangan dan kopling. Gambar 2.1. Worksheet REBA. REBA dirancang untuk mudah digunakan tanpa perlu untuk tingkat lanjutan ergonomi atau peralatan mahal. Anda hanya perlu worksheet dan pena. Dipikir-pikir, Anda mungkin harus selesai membaca dan mempelajari panduan ini, dan saya kira clipboard akan membantu juga. Menggunakan REBA worksheet, evaluator akan menetapkan Skor untuk masing-masing daerah tubuh berikut: pergelangan tangan, lengan, siku, bahu, leher, batang, punggung, kaki dan lutut. Setelah data untuk setiap daerah dikumpulkan dan mencetak, tabel pada formulir kemudian digunakan untuk mengkompilasi variabel faktor risiko, menghasilkan Skor tunggal yang mewakili tingkat risiko MSD: Tabel 2.1. Tingkat Risiko MSD. score 1 Level of MSD Risk Negligible risk, no action required 2-3 Low risk, change may be needed 4-7 Medium risk, investige and implement change 8-10 High risk, investigate and implement change 11+ Very high risk, implemenr change Bersiap-siap Peneliti harus bersedia untuk penilaian dengan cara mewawancarai para pekerja yang sedang dievaluasi untuk mendapatkan pemahaman tentang tugas pekerjaan dan tuntutan, dan mengamati pergerakan pekerja dan postur selama beberapa siklus kerja. Pilihan postur untuk dievaluasi harus didasarkan pada: 1) yang paling sulit postur dan tugas pekerjaan (berdasarkan wawancara pekerja dan pengamatan awal), 2) postur dipertahankan untuk periode terpanjang waktu atau sikap 3) yang mana beban kekuatan tertinggi terjadi. REBA dapat dilakukan dengan cepat, sehingga beberapa posisi dan tugas-tugas dalam siklus kerja dapat biasanya dievaluasi tanpa biaya waktu/upaya signifikan. Bila menggunakan REBA, hanya sisi kanan atau kiri dinilai pada suatu waktu. Setelah wawancara dan mengamati pekerja penilai dapat menentukan jika hanya satu lengan harus dievaluasi, atau jika penilaian yang dibutuhkan untuk kedua belah pihak. Menggunakan contoh REBA REBA worksheet terbagi menjadi dua bagian segmen tubuh pada berlabel A dan B. bagian (kiri) mencakup leher, batang, dan kaki. Bagian B (sebelah kanan) mencakup lengan dan pergelangan tangan. Ini segmentasi worksheet memastikan bahwa postur apapun canggung atau dibatasi pada leher, batang atau kaki yang mungkin mempengaruhi postur lengan dan pergelangan tangan termasuk dalam penilaian. Skor grup A postur (batang, leher dan kaki) pertama, kemudian Skor Grup B (lengan atas, bawah lengan dan pergelangan tangan) postur untuk kiri dan kanan. Untuk setiap daerah, ada sikap mencetak skala dan penyesuaian tambahan yang perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam Skor. Langkah 1-3: leher, batang, dan kaki analisis Gambar 2.2. Postur lengan atas, bawah lengan dan pergelangan tangan. Gambar 2.3. Worksheet REBA Skor postur grup A. Catatan: Pada langkah 2, Skor 2 digunakan untuk batang posisi (0-20 derajat) dan + 1 ditambahkan untuk sisi membungkuk penyesuaian (bila dilihat dari belakang, pekerja adalah pada sisi kiri membungkuk sekitar 10 derajat) untuk nilai total 3. Langkah 4-6: menghitung Skor untuk grup A seperti yang diuraikan di bawah ini: Gambar 2.4. Worksheet REBA Menambahkan nilai untuk mendapatkan Skor A. Langkah 4: Menggunakan nilai-nilai dari langkah 1-3, mencari untuk langkah ini dalam tabel A. Langkah 5: Menambah nilai kekuatan kotak ini. Dalam kasus ini, berat bagian komponen yang dimasukkan oleh pekerja adalah lbs yang 11,5. Oleh karena itu, untuk langkah ini adalah + 1. Langkah 6: Menambahkan nilai pada langkah 4 dan 5 untuk mendapatkan Skor A. menemukan baris untuk Skor di Tabel C dan nilai lingkaran. Langkah 7-9: lengan kanan dan pergelangan tangan analisis Gambar 2.5. Postur tubuh lengan kanan dan pergerakan tangan. Gambar 2.6. Worksheet REBA Skor postur grup B. Catatan: Dalam langkah 7 lengan kanan atas adalah mengangkat lebih dari 90 derajat untuk Skor + 4, penyesuaian total + 2 menambahkan karena mengangkat (+ 1) adalah bahu dan lengan atas menculik (1) untuk nilai total 6. Pada langkah 8, Skor 2 digunakan karena posisi lengan di luar jangkauan netral. Pada langkah 9, penyesuaian yang memutar + 1 telah ditambahkan ke nilai posisi 2 untuk Skor pergelangan tangan total 3. Langkah 10-13: menghitung Skor untuk grup B seperti diuraikan di bawah ini: Gambar 2.7. Worksheet REBA menambahkan nilai untuk mendapatkan Skor B. Langkah 10: Menggunakan nilai dari langkah-langkah 7-9, menemukan Skor postur untuk langkah ini dalam table B. Langkah 11: Menambahkan nilai kopling. Dalam kasus ini, kopling dianggap adil (+ 1). Langkah 12: Pertama, tambahkan nilai-nilai di langkah 10 dan 11 untuk mendapatkan Skor B. Selanjutnya, menemukan kolom dalam tabel C dan cocok dengan Skor berturut-turut dari langkah 6 untuk mendapatkan Skor C meja. Langkah 13: Nilai aktivitas adalah +-1 karena pekerjaan yang memerlukan tindakan rentang kecil (lebih dari 4 x per menit). Skor akhir REBA = Skor tabel C + aktivitas Skor Skor akhir REBA = 9 Dalam kasus ini, REBA Skor akhir 9 menunjukkan risiko tinggi dan panggilan untuk penyelidikan dan teknik, dan/atau kerja metode perubahan selanjutnya untuk mengurangi atau menghilangkan risiko MSD (Lihat tabel di Halaman 1). Setelah penyelidikan lebih lanjut, ditentukan oleh pekerja dan pemimpin kelompok Departemen yang metode yang berbeda dapat digunakan untuk melakukan tugas ini. Lihat sebelum dan sesudah gambar dan baru REBA hasil di bawah ini: Gambar 2.8. Perbandingan postur yang benar. . Analisis lanjutan menggunakan REBA worksheet dilakukan. Menggunakan metode kerja baru, REBA Skor akhir diturunkan dari 9 sampai 4. Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 1.1. Flow Chart Pemecahan Masalah Mulai Studi literatur Studi Lapangan Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Pengumpulan Data: Video dan Foto posisi seorang operator Pengolahan Data: Pengisian tools worksheet REBA dengan perhitungan score Analisis Index Score dari Worksheet REBA Evaluasi dan saran Selesai Gambar 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah 1.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah PT. Bandung Raya Motor adalah sebagai berikut: 1. Mulai 2. Melakukan penelitian langsung pada dealer Yamaha. 3. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada service center Yamaha. 4. Mengetahui tujuan penelitian agar dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah dan menentukan metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. 5. Pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung dengan mengunakan kamera untuk dilakukan identifikasi potur pekerja. 6. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode REBA untuk mengetahui apakah perlu ada perbaikan atau tidak pada sistem kerja pada service center Yamaha. 7. Analisis terhadap data dan pengolahan data yang telah dilakukan. 8. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan hasil analisis yang telah diperoleh memecahkan masalah dan memperoleh rekomendasi yang aman pada pekerja. 9. Selesai. Daftar Pustaka Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi ISSN 1693-2102 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri ANALISA POSTUR KERJA DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA OPARATOR MESIN EXTRUDER DI STASIUN KERJA EXTRUDING PADA PT XYZ Irfan Syah Aji Wijaya, Ahmad Muhsin Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta, 55281 Telp. (0274) 485363 Fax.: (0274) 486256 Abstrak PADA PT XYZ merupakan produsen makanan ringan terkemuka yang ada di Indonesia. Divisi snack Garing adalah salah satu divisi produksi yang ada di PADA PT XYZ memiliki masalah pada bagian Extrude , dimana operator mesin yang tidak bisa memasukan adoan secara teratur kedalam mesin yang membuat hasil pilus menjadi jelek, tidak bulat sempurna dan cenderung gampang menggumpal saat digoreng. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah postur operator yang berpengaruh terhadap kenyamanan dan mudah lelahnya operator Metode dalam analisis posteur kerja yang digunakan adalah Rapid Upper Limb Assessment (RULA) untuk mengetahui tingkat bahaya pada postur kerja operator serta membandingkan posisi operator saat mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder baik itu dalam posisi duduk dan dalam posisi berdiri. Metode RULA menganalisis postur, gaya, dan gerakan suatu aktifitas yang dapat menyelidiki tingkat resiko yang dihasilkan oleh aktifitas tersebut. Hasil dari analisis posturkerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) diketahui bahwa posisi duduk operator yaitu posisi 1A, dan 1B serta posisi berdiri operator yaitu posisi 2A dab 2B pada saat mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder, semuanya memiliki nilai final 7 dan action level 4 yang menunjukan menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. Berdasarkan analisis metode RULA dapat disimpulkan bahwa penyebab mudah pegal dan lelahnya operator yang mengoprasikan mesin Extruder adalah karena postur kerja yang kurang ergonomis sehingga menurunkan tingkat keteraturan operator dalam memasukan adonan kemesin yang dapat menurunkan kualitas produksi. Kata kunci: Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Postur Kerja, Ergonomis 1. PENDAHULUAN PADA PT XYZ merupakan produsen makanan ringan terkemuka yang ada di Indonesia. PADA PT XYZ beralamat di Jalan Pati-Kudus KM. 6,3 Kabupaten Pati Jawa Tengah Indonesia. PADA PT XYZ selalu menjaga mutuproduksinya dengan mengatur standar-standar dalam proses produksinya apalagi dengan selogan PADA PT XYZ tahun 2018 yaitu “SIAP MUTU” yang berarti PT XYZ peduli mutu. Standar mutu yang diterapkan di PT XYZ diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku dan di setiap tahap proses produksi, serta dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati oleh seluruh karyawan dan para pekerja. Divisi snack Garing adalah salah satu divisi produksi yang ada di PT XYZ. Divisi snack Garing mengurusi bagian produksi snack pilus dengan dua merek dagang yaitu Garing dan Pilus. Mesin Extrude berperan penting dalam pembentukan adonan menjadi butiran-butiran pilus yang kecil-kecil dan bulat sempurna. Masalah yang biasa terjadi pada pengoprasian mesin Extrude diantaranya adalah adonan yang tidak sesuai standar dan pememasukan adonan kedalam mesin yang tidak teratur. Adonan yang tidak sesuai standar membuatnya suasah untuk dibentuk serta operator yang tidak bisa memasukan adoan secara teratur akan mengakibatkan adanya celah adonan dalam mesin sehingga membuat hasil pilus menjadi jelek, tidak bulat sempurna dan cenderung gampang menggumpal saat digoreng. Posisi pekerja dalam memasukan adonanlah yang biasa menjadi faktor yang membuat pekerja tidak bisa teratur memasukan adonan. Posisi pekerja yang bermacam macam baik dengan duduk atau berdiri tidak diketahui apakah posisi mereka sudah tepat, nyaman, dan sehat atau tidak, yang mana apabila tidak akan membuat pekerja cepat lelah dan pegal sehingga membuat mereka tidak teratur dalam memasukan adonan kedalam mesin. Penelitian ini menganalisis permasalahan diatas menggunakan pengukuran kerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika, dan salah satu metode yang bisa digunakan yaitu metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 49 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi untuk mengetahui tingkat bahaya pada posturkerja operator serta membandingkan posisi operator saat mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder baik itu dalam posisi duduk dan dalam posisi berdiri. Metode RULA menganalisis postur, gaya, dan gerakan suatu aktifitas yang dapat menyelidiki tingkat resiko yang dihasilkan oleh aktifitas tersebut. 2. LANDASAN TEORI Biomekanika Dalam dunia industri performansi kerja para karyawan merupak hal yang sangat penting diperhatikan, hal ini dikarenakan performansi kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi (Shelfian dkk, 2016). Biomekanika merupakan cabang hasil penelitian ergonomi. Biomekanika menggambarkan beban yang dibawa pekerja dan meminimumkannya sehingga dapat mengurani kecelakaan dan kesehatan kerja. Biomekanika mengukur kekuatan fisik yang dimiliki tenaga kerja seperti kekuatan daya fisik dan kemampuan tubuh manisia secara mekanis pada saat melakukan aktivitas dan cara kerja serta fasilitas dan peralatan dirancang agar sesuai dengan kemampuan tubuh manusia ketika melakukan pekerjaan. (Afriansyah, 2015) . Postur Kerja Postur kerja adalah sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berlainan akan menghasilkan kekuatan yang berbeda. Pada saat bekerja postur dilakukan dirancang agar terjadi alamiyah sehingga dapat mengurangi timbulnya cedera muscoluskeletal (Masitoh, 2016). Kenyamanan terwujud apabila pekerja melakukan postur kerja yang sesuai dan nyaman. Dalam tubuh manusia terdapat jenis gaya, yaitu (Masitoh, 2016) : 1. Gaya gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh manusia dengan arah kebawah (F=m.g). 2. Gaya Reaksi, yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri. 3. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya gaya momen otot. 4. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat ISSN 1693-2102 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya gaya momen otot. Tubuh manusia terdiri dari 6 link yaitu (Masitoh, 2016): 1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku. 2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu. 3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul. 4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut. 5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki. 6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan (M. Ade Rafian dan Ahmad Muhsin, 2017). Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi: flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan., extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. abduction adalah gerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Rotation adalah perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran kea rah samping (menuju luar) dari anggota tubuh (Rinawati dan Romadona, 2016). Comulative Trauma Disordersadlah Comulative Trauma Disordersadlah cidera pada system kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh disain yang buruk yaitu disain alat/system kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas atau alat lainnya terlalu sering (Anjasmoro, 2017), penyebabnya adalah: 1. Penggunaan gaya yang sangat berlebihan selama gerakan normal. 2. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak pada posisi normal 3. Perulangan gerkan yang sama secara terus menerus Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 50 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi 4. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Rapid Upper Limb Assissment (RULA) dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonomi dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Osecupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993. RULA adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan ISSN 1693-2102 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri piranti khusus dalam memberikan penilaian dalam postur leher, punggung dan tubuh bagian atas (Meliana, 2009). Sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Teknologi ergonomic tersebut mengevaluasi postur, kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cedera akibat aktivitas berulang.RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin (Mc Atamney dan Corlett, 2004). Penilaian menggunakan metode ini adalah metode yang telah dilakukan oleh McAtamey dan Corlett (1993). Gambar 2.1 Lembar analisis RULA (sumber : McAtamey dan Corlett ,1993) c. Data waktu postur kerja d. Ukuran fasilitas 3. METODOLOGI PENELITIAN 2. Data Sekunder Metode Pengumpulan Data Data yang diguakan dalam Data sekunder adalah data yang penelitian ini terdiri dari: didapat dari referensi ataupun literatur1. Data Primer literatur yang berhubungan dengan Data primer yaitu data yang masalah yang diteliti, dan juga data yang berasal dari pengamatan dan penelitian didapat dari perusahaan, yaitu gambaran yang diperoleh dari objek penelitian di umum dan sejarah perusahaan, jumlah lapangan yaitu kondisi aktual atau nyata pegawai, organisasi dan manajemen dari lantai pabrik, meliputi pengamatan perusahaan. langsung postur kerja operator. Data yang Langkahh-langkah dalam digunakan adalah: melakukan analisis postur kerja a. Data metode kerja menggunakan metode Rapid upper limb b. Data postur kerja, berupa foto assessment (RULA) adalah sebagai operator melakukan aktivitas berikut : dengan postur kerja tertentu Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 51 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi 1. a. b. c. d. OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri Langkah-langkah dalam melakukan analisis postur kerja menggunakan metode RULA Membagi pengamatan postur tubuh menjadi dua grup, grup A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan grup B terdiri dari Leher, punggung dan kaki. Selain itu juga ada pengukuran beban dan skor aktivitas. Menilai setiap postur kerja operstor menggunakan form RULA ke dalam skor A dan B. Menentukan skor akhir RULA dari hasil kombinasi perhitungan skor A dan skor B. Menentukan action level dari postur kerja operator. Gambar 4.8 Garis posisi 2A 4. PENGOLAHAN DATA Pengumpulan Data Pengumpulan Data Sketsa Gambar Posisi Operator Mesin Extruder. Gambar 4.9 Garis posisi 2B Gambar 4.6 Garis posisi 1A Gambar 4.7 Garis posisi 1B Pengolahan Data Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi 1A Tabel 4.1 Sudut posisi 1A Sudut Postur Nilai kerja Leher 22,21˚ 3 Punggung 46,61˚ 4 Lengan atas 55,42˚ 3 Lengan 7,58˚ 3 bawah Pergelangan 4,50˚ 2 Postur tubuh grup A a. Wrist Twist : Pergelangan tangan berada dalam kisaran putaran, maka diberi nilai 1 Tabel 4.2 RULA skor grup A posisi 1A Lenga n atas Lenga n bawah Pergelangan tangan 1 2 3 4 Wri Wri Wri Wri st st st st Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 52 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Twi st 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 9 9 Twi st 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 Twi st 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9 b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 c. Beban : Pembebanan statis 2-10 kg atau berulang, diberi nilai 2 d. Total Skor postur tubuh A adalah : 4 + 1+2=7 Postur tubuh grup B a. Kaki : pekerja dalam keadaan duduk dan kaki tertopang dengan baik, maka diberi nilai 1 Tabel 4.3 RULA skor grup B posisi 1A Leh er 1 2 3 4 5 6 b. c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis 2-10 kg atau berulang, maka diberi nilai 2 d. Total Skor postur tubuh B adalah 5+1+2= 8 Final score Tabel 4.4 RULA final score posisi 1A Nilai B 1 Twi st 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri 1 2 3 4 5 6 7 8+ 1 1 2 3 3 4 4 5 5 2 2 2 3 3 4 4 5 5 Nilai A 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 5 5 6 6 6 6 7 5 4 4 4 5 6 6 7 7 6 5 5 5 6 7 7 7 7 7+ 5 5 6 6 7 7 7 7 Berdasarkan tabel diatas maka Skor akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor 7 masuk kedalam Action Level 4, yang menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi 1B Menggunakan RULA Tabel 4.5 Sudut garis imajiner posisi 1B Sudut Postur kerja Nilai Leher 19,29˚ 2 Punggung 21,07˚ 3 Lengan atas 95,43˚ 4 Lengan 15,64˚ 2 bawah Pergelangan 31,68˚ 3 Postur tubuh grup A a. Wrist Twist : Putaran pergelangan tangan berada didekat akhir jangkauan, maka diberi nilai 1 Tabel 4.6 RULA skor grup A posisi 1B 1 2 3 4 5 6 Kak Kak Kak Kak Kak Kak i i i i i i 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Lengan Lengan atas bawah 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 1 1 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 2 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 3 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 2 1 2 Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 3 kali/menit, maka sesuai dengan 3 1 penilaian otot diberi nilai 1 2 1 Wrist Twist 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 Wrist 2 3 Wrist Wrist Twist Twist 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 4 Wrist Twist 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 53 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6 4 4 4 4 5 5 6 1 7 8 9 1 2 3 4 4 4 4 5 6 6 2 7 8 9 4 4 4 4 5 6 6 1 7 8 9 4 4 4 5 5 6 7 2 7 8 9 4 4 4 5 5 6 7 1 7 8 9 5 5 5 5 6 7 7 2 8 9 9 5 5 5 6 6 7 7 1 8 9 9 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri 5 5 5 6 7 7 8 2 9 9 9 b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis < 2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1 d. Total Skor postur tubuh A adalah 4+1+1= 6 Postur tubuh grup B a. Kaki : Posisi kaki pekerja dalam keadaan duduk dengan kaki tertopang dengan baik, maka diberi nilai 1 Tabel 4.7 RULA skor grup B posisi 1B Pung gun g Le Her 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 Kak Kak Kak Kak Kak Kak i i i i i i 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 5 7 8 3 3 3 5 7 8 2 2 3 5 7 8 3 3 4 6 7 8 3 4 4 6 7 8 4 5 5 7 8 8 5 5 5 7 8 8 5 5 6 7 8 9 6 6 6 7 8 9 6 7 7 7 8 9 7 7 7 8 8 9 7 7 7 8 8 9 a. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 b. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis < 2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1 c. Total Skor postur tubuh B adalah 4+1+1= 6 1 B N i l a i Final score Tabel 4.8 RULA final score posisi 1B 2 Nilai A 3 4 5 6 7+ 1 2 3 4 5 6 7 8+ 1 2 3 3 4 4 5 5 2 2 3 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 5 6 6 3 4 4 4 5 6 6 7 4 4 4 5 6 6 7 7 5 5 5 6 7 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 7 Berdasarkan tabel diatas maka Skor akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor 7 masuk kedalam Action Level 4, yang menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi 2A Menggunakan RULA Tabel 4.9 Sudut garis imajiner posisi 2A Sudut Postur kerja Leher 20,71˚ 3 Punggung 56,16˚ 4 Lengan atas 46,53˚ 3 Lengan 43,83˚ 2 bawah Pergelangan 14,66˚ 2 Postur tubuh grup A a. Wrist Twist : Putaran pergelangan tangan berada didekat akhir jangkauan, maka diberi nilai 1 Tabel 4.10 RULA skor grup A posisi 2A Len Leng Pergelangan tangan gan an 1 2 3 4 atas baw Wris Wrist Wrist Wrist ah t Twist Twist Twist Twis t 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 3 1 3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 6 6 5 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 7 7 7 54 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi 3 1 2 3 6 6 7 8 9 6 7 8 9 6 7 8 9 7 7 8 9 7 7 8 9 7 8 9 9 7 8 9 9 OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri 8 9 9 9 4 5 6 7 8+ 3 4 4 5 5 3 4 4 5 5 3 4 5 6 6 4 5 6 6 7 5 6 6 7 7 6 7 7 7 7 6 7 7 7 7 b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 c. Beban : Statis 2-10 kg atau berulang, maka diberi nilai 2 d. Total Skor postur tubuh A adalah 4+1+2= 7 Berdasarkan tabel diatas maka Skor akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor 7 masuk kedalam Action Level 4, yang menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. Perhitungan Skor Postur Kerja Posisi 1A Menggunakan RULA Postur tubuh grup B a. Kaki : Posisi pekerja dalam keadaan berdiri dengan berat badan terdistribusi dengan rata oleh kedua kaki, terdapat ruang gerak yang cukup untuk merubah posisi, maka diberi nilai 1 Tabel 4.11 RULA skor grup B posisi 2A Tabel 4.13 Sudut garis imajiner posisi 2B Sudut Postur Nilai kerja Leher 24, 95˚ 3 Punggung 45,20˚ 4 Lengan atas 52,94˚ 3 Lengan bawah 42,31˚ 2 Pergelangan 15,76˚ 3 1 2 3 4 5 6 Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Postur tubuh grup A a. Wrist Twist : Putaran pergelangan tangan berada didekat akhir jangkauan, maka diberi nilai 1 Tabel 4.14 RULA skor grup A posisi 2B Lengan Lengan atas bawah 1 b. Berdasarkan langkah 9 - 11, maka didapatkan nilai 5 c. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 d. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis 210 kg atau berulang, maka diberi nilai 2 e. Total Skor postur tubuh B adalah 5+1+2= 8 Nilai B Final score Tabel 4.12 RULA final score posisi 2A 1 2 3 1 1 2 3 2 2 2 3 Nilai A 3 4 3 3 3 4 3 4 5 4 4 4 6 5 5 5 7+ 5 5 6 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Pergelangan tangan 1 2 3 4 Wrist Wrist Wrist Wrist Twist Twist Twist Twist 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 6 6 5 5 5 5 5 6 6 7 5 6 6 6 6 7 7 7 6 6 6 7 7 7 7 8 7 7 7 7 7 8 8 9 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 55 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri b. Otot :Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis < 2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1 d. Total Skor postur tubuh A adalah 4+1+1= 6 Postur tubuh grup B a. Kaki : Posisi pekerja dalam keadaan berdiri dengan berat badan terdistribusi dengan rata oleh kedua kaki, terdapat ruang gerak yang cukup untuk merubah posisi, maka diberi nilai 1 Tabel 4.15 RULA skor grup B posisi 2B 1 Kak i Lehe 1 2 r 1 1 3 2 2 3 3 3 3 4 5 5 5 7 7 6 8 8 2 Kak i 1 2 3 Kak i 1 2 4 Kak i 1 2 5 6 Kak Kak i i 1 2 1 2 2 2 3 5 7 8 3 4 4 6 7 8 5 5 5 7 8 8 6 6 6 7 8 9 3 3 4 6 7 8 4 5 5 7 8 8 5 5 6 7 8 9 6 7 7 7 8 9 7 7 7 8 8 9 7 7 7 8 8 9 Nilai B b. Otot : Pekerja melakukan kegiatan 4 kali/menit, maka sesuai dengan penilaian otot diberi nilai 1 c. Beban/ Tenaga : Pembebanan statis < 2 kg atau berulang, maka diberi nilai 1 d. Total Skor postur tubuh B adalah 5+1+1= 7 Final score Tabel 4.16 RULA final score posisi 2B 1 2 3 4 5 6 7 8+ 1 1 2 3 3 4 4 5 5 2 2 2 3 3 4 4 5 5 Nilai A 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 5 5 6 6 6 6 7 5 4 4 4 5 6 6 7 7 6 5 5 5 6 7 7 7 7 7+ 5 5 6 6 7 7 7 7 Berdasarkan tabel diatas maka Skor akhir dari penilaian RULA sebesar 7. Skor 7 masuk kedalam Action Level 4, yang menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis posturkerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) diketahui bahwa posisi duduk operator yaitu posisi 1A, dan 1B serta posisi berdiri operator yaitu posisi 2A dab 2B pada saat mengambil dan memasukan adonan kedalam mesin Extruder, semuanya memiliki nilai final 7 dan action level 4 yang menunjukan menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. 2. Berdasarkan analisis metode RULA dapat disimpulkan bahwa penyebab mudah pegal dan lelahnya operator yang mengoprasikan mesin Extruder adalah karena postur kerja yang kurang baik, sehingga menurunkan tingkat keteraturan operator dalam memasukan adonan kemesin yang dapat menurunkan kualitas produksi. 3. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode RULA terhadap posisi duduk dan berdiri operator ( 1A, 1B, 2A, 2B) dapat disimpulkan bahwa rata-rata resiko yang ditimbulkan dari posisi duduk dan posisi berdiri operator adalah sama. DAFTAR PUSTAKA Afriansyah, A. 2015. Analisis Postur Tubuh Mitra Kerja PT. Sankyu Indonesia Internasional Pada Area PVC Ware House Menggunakan Metode Rapid Limb Assessment di PT. Asahimas Chemical Cilegon Banten. Laporan Tugas Akhir. Surakarta : Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamtan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 56 Jurnal OPSI Vol 11 No.1 Juni 2018 ISSN 1693-2102 http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri Anjasmoro, T. 2017. Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya Mempertahankan Zero Accident di PADA PT Dua Kelinci. Lapotran Kereja Praktik Universitas Katolik Soegijarpranata. Masitoh, D. (2016). Analisis Postur Tubuh dengan Metode Rula Pada Pekerja Welding di Area Sub Assy PT. Fuji Technica Indonesia Karawang. Tugas Akhir Universitas Sebelas Maret. Meliana, D. P. (2009). Aanlisis Postur Kerja dengan Metode RULA pada Bagian Pelayanan Perpustekaan USU Medan. Tugas Akhir Universitas Sumatra Utara. McAtamney, L. and Corlett, E. N., 2004. RULA: A Survey Based Method for The Investigation of Work Related Upper Limb Disorders. Applied Ergonomics. 24 (2), 91-92. Rafian M.A., dan Ahmad Muhsin, 2017, Analisis Beban Kerja Mekanik pada Departemen Plant dengan Metode Work Sampling, Jurnal OPSI, Vol 10, No.1, Juni 2017, available at http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/o psi/article/view/2165 Rinawati, S., & Romadona. (2016). Analisis Risiko Postur Kerja pada Pekerja di Bagian Pemilahan dan Penimbangan Linen Kotor RS. X. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health , 39-51. Primadi, D. P., Dyah Rachmawati L, Ahmad Muhsin, 2016, Usulan perbaikan tingkat pencahayaan pada ruang produksi guna peningkatan output produk pekerja dengan pendekatan tekcnik tata cara kerja, Jurnal OPSI, Vol. 9, No.1, Juni 2016, available at http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/o psi/article/view/2192 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 57 ANALISIS POSTUR TUBUH PEKERJA MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) Diah Pramestari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Persada Indonesia YAI Jl. Salemba Raya 7-9, Jakarta Pusat Telp.(021)3914075; (021)3914081 Email : [email protected] ABSTRAK Postur kerja seorang pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan hasil kerja. Postur kerja yang kurang baik dan dilaksanakan secara repetitif (berulang-ulang) pada sistem kerja ataupun fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan mengakibatkan lebih cepatnya timbul kelelahan pada pekerja tersebut. Kelelahan yang seringkali timbul pada pekerja pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan hasil kerja. PT.X merupakan perusahaan konveksi dengan berbagai jenis produk yang dihasilkan. Proses produksi dimulai dari inspeksi kain, desain dan pembuatan pola, granding dan marking, sampling dan cutting, pengepresan, penjahitan dengan berbagai variasi proses penjahitan, finishing dan diakhiri dengan proses packaging. Dari penelitian pendahuluan, dihasilkan bahwa terdapat banyak keluhan yang dialami pekerja bagian packaging dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Keluhan yang dialami pekerja tersebut adalah keluhan pada daerah pinggang, punggung dan pergelangan kaki. Pada bagian packaging tersebut keseluruhan aktivitas kerja dilakukan dengan manual material handling dengan beban kerja yang berat. Pada penelitian ini, peneliti mengevaluasi postur kerja pekerja khususnya pekerja bagian packaging yang dianggap dapat mengakibatkan musculoskeletal disorders atau kelainan otot dengan menerapkan metode OWAS. Bagian tubuh pekerja yang dievaluasi adalah sikap punggung, sikap lengan, sikap kaki dan berat beban. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa postur kerja kegiatan pertama dan kedua pada bagian packaging termasuk dalam kategori 2 yang berarti harus dilakukan perbaikan di masa yang akan datang. Sedangkan kegiatan ketiga dan keempat termasuk dalam kategori 3 yang berarti harus segera dilakukan perbaikan. Kata kunci : ergonomi, postur kerja, keluhan kerja ABSTRACT Work posture of a worker in carrying out their work activities is one factor that can determine the outcome of its work. Poor working posture and repetitive on a working system or facility that is not ergonomic will lead to more rapid fatigue of the workers. Fatigue that often suffered on the workers will eventually lead to decreased output work. PT.X is a garment company with various types of products. The production process starts from fabric inspection, design and pattern making, Granding and marking, sampling and cutting, pressing, sewing with different variations of the process of sewing, finishing and ending with the packaging process. From preliminary research, resulting that there are many complaints of the workers part of packaging in implementing their activities. The complaints of the workers was a complaint at the waist, back and ankle. On the packaging of the overall activity of the work done by manual material handling with the heavy workload. In this study, researcher evaluated the work posture of workers, especially packaging workers who are can be lead to musculoskeletal disorders or muscle disorders by applying OWAS. The body of the workers that are evaluated are back posture, arms posture, legs posture workload. The research result showed that the activities of the working posture first and second on the packaging are included in category 2, which means should be improved in the future. While the third and fourth activities included in the third category which means it must immediately be repaired. Keywords : ergonomic, working posture, musculoskeletal disorders 22 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 1. PENDAHULUAN Dalam suatu perusahaan, pekerja merupakan sumber daya yang terpenting untuk menjalankan proses bisnisnya. Pekerja pada perusahaan industri manufaktur juga memegang peranan yang sangat penting yang dapat mendukung kualitas dari suatu produk jadi, terutama apabila perusahaan masih menerapkan manual material handling. Pekerja dengan manual material handling yang bekerja secara repetitif seringkali mengalami gangguan kesehatan, seperti rasa fatique yang cepat datang sampai dengan gangguan kesehatan ototnya. Bagian tubuh pekerja yang sering kali merasakan kelelahan akibat aktivitas kerja manual adalah tangan, bahu, punggung, pinggang dan kaki. Selain pekerjaan manual, Beban kerja fisik yang berlebihan juga dapat menimbulkan resiko terjadinya gangguan kesehatan ataupun bahkan terjadinya kecelakaan kerja. PT. X merupakan perusahaan konveksi yang menghasilkan beberapa produk, antara lain : kebaya, jas, seragam batik, kaos olahraga, dll. Produk yang memiliki tingkat permintaan tertinggi adalah produk Jas. Produk Jas yang dihasilkan PT. X dipercaya oleh konsumen memiliki kualitas yang baik. Setelah dilakukan studi pendahuluan diketahui bahwa karakteristik pekerjaan di PT.X umumnya adalah manual material handling , posisi kerja duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, berinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas pada beberapa unit kerja, terjadi kebisingan, getaran berlebih, dan terdapat kontaminan-kontaminan udara. Dari studi pendahuluan juga diketahui bahwa terjadi keluhan-keluhan pada beberapa bagian tubuh yang dirasakan oleh pekerja, dan pekerja pada unit kerja packaging memiliki persentase keluhan yang paling tinggi. Analisa biomekanika perlu dilakukan pada unit kerja packaging untuk mengetahui apakah postur kerja dari pekerja sudah benar sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja yang pada akhirnya tidak akan menimbulkan kecelakaan kerja. Postur kerja yang salah dapat juga dilakukan oleh pekerja dikarenakan karena pemakaian fasilitas kerja yang tidak ergonomis dari dimensi nya yang tidak disesuaikan dengan antropometri dari pemakainya. Selain itu analisa lingkungan kerja juga perlu dilakukan, karena lingkungan kerja yang tidak ergonomis juga dapat menimbulkan ketidaknyaman dalam melaksanakan aktivitas kerja. Terdapat beberapa metode biomekanika untuk menganalisis postur kerja, salah satunya adalah Ovako Work Posture Analysis System (OWAS). Dari analisis metode ini akan terlihat postur pada kegiatan kerja yang mana yang perlu diperbaiki yang mengidentifikasikan adanya potensi kecelakaan kerja. Perbaikan sikap kerja perlu dilakukan pada beberapa kegiatan untuk mengurangi atau menghilangkan cidera musculoskeletal dan tercapai sistem kerja yang terbaik. 2. METODOLOGI Penelitian pendahuluan dilakukan di PT.X, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut : Penelitian Kepustakaan (Lybrary Research) Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan berupa peninjauan secara langsung ke PT.X pada beberapa unit kerja produksi untuk mendapatkan data primer yang diperlukan terkait dengan masalah yang diteliti. Adapun cara yang digunakan yaitu : a. Observasi Peneliti mengamati bagian atau unit kerja yang pekerjanya memiliki resiko cidera yang lebih dibandingkan pekerja pada unit kerja yang lain b. Interview (wawancara) Pada tahapan ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pekerja pada bagian packaging untuk mengali lebih lanjut apakah terdapat keluhan tubuh yang sering terjadi setelah melakukan aktivitas pekerjaannya. c. Pengumpulan data yang terkait dengan keluhan yang terjadi pada pekerja bagian Packaging dengan menggunakan Kuesioner Nordic Body Map , dari kuesioner ini peneliti mendapatkan data bagian tubuh yang mengalami keluhan ketidaknyamanan akibat dari aktivitas kerja pekerja. Setelah data-data keluhan pekerja tersebut terkumpul, dilakukan pengamatan langsung pada postur kerja pekerja bagian Packaging. Pengamatan dilakukan terhadap sikap bagian tubuh punggung, lengan serta kaki, dan berat beban yang dibawa (back, arms, leg, load) pada saat melaksanakan aktivitas kerjanya. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengkategorikan apakah postur kerja yang dilakukan oleh pekerja tersebut masuk dalam kategori berbahaya yang akan mengakibatkan keluhan permanen dari pekerja dan pada akhirnya akan mengakibatkan terganggunya kesehatan dari pekerja. Metode untuk menganalisis postur kerja tersebut menggunakan metode OWAS. Dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode OWAS akan terlihat kategori dari setiap pekerjaan mulai dari level pekerjaan tidak IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 23 berbahaya sampai dengan level sangat berbahaya yang membutuhkan perbaikan sistem kerja sesegera mungkin. 3. LANDASAN TEORI Sistem kerja adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, mesin/peralatan, bahan dan lingkungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan perlu dilakukan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terbaik dari sistem kerja yang telah ada. Perancangan sistem kerja dilakukan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan, serta tercipta lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat bagi para pekerja. Perancangan sistem kerja yang baik tidak terlepas dari ilmu ergonomi. Ergonomi Terdapat beberapa pengertian ergonomi, diantaranya : ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 2005). Atau menurut Nurmianto (1998) ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Dari beberapa pengertian tersebut kita bisa tarik kesimpulan bahwa fokus ergonomi adalah Human Centered Design. Perbaikan suatu sistem kerja harus memperhatikan keterbatasan, kemampuan dan kelemahan dari setiap individu. Apabila diterapkan pada dunia kerja berarti perbaikan suatu sistem kerja harus memperhatikan pekerja sebagai bagian utama dari sistem kerja tersebut. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasaan kerja 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi 24 Dari tujuan penerapan ergonomi yang pertama, maka suatu perusahaan perlu memperhatikan beban kerja pekerja, memperhatikan fasilitas kerja yang mendukung pekerja dalam menjalankan aktivitas kerja, memperhatikan lingkungan kerja sehingga mencapai sistem kerja yang terbaik. Beban Kerja Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi: 1. Tugas (task) Tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi : tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya. 2. Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi:lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja, dll. 3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi: lingkungan kerja fisik,lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi: 1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,kondisi kesehatan, dan sebagainya). 2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya). Menurut Suma’mur (1989) untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja disarankan agar beban yang diangkat dan selanjutnya diangkut menurut keadaan mereka yang melakukan pekerjaan. Tenaga kerja laki-laki dewasa dapat mengangkat beban kerja 40 kg dengan frekuensi sesekali dan 15-18 kg dengan frekuensi yang terus menerus. Sedangkan tenaga kerja perempuan dapat mengangkat beban kerja 15 kg dengan frekuensi sesekali dan 10 kg dengan frekuensi yang terus menerus. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja, yaitu : Sikap Kerja Duduk Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk menimbulkan masalah muskuloskeletal terutama masalah punggung karena terdapat tekanan pada tulang belakang. Menurut Nurmianto (2004), keuntungan bekerja dengan sikap kerja duduk adalah mengurangi beban statis pada kaki dan berkurangnya pemakaian energi. 2. Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik sikap fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti namun berbagai masalah bekerja dengan sikap kerja berdiri dapat menyebabkan kelelahan, nyeri dan terjadi fraktur pada otot tulang belakang. 3. Sikap Kerja Duduk Berdiri Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi kedua sikap kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap dalam satu posisi kerja. Posisi duduk berdiri merupakan posisi yang lebih baik dibandingkan posisi duduk atau posisi berdiri saja. Penerapan sikap kerja duduk berdiri memberikan keuntungan di sektor industri dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30 % lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri saja secara terusmenerus. 1. Postur kerja seorang pekerja melibatkan beberapa gaya otot, sehingga penerapan postur kerja yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada otot yang pada jangka pendek mengakibatkan kelelahan fisik namun pada jangka panjang akan mengakibatkan kerusakan otot, sendi, ligamen dan tendon. Manual Material Handling Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban kerja dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa dan menggenggam objek. Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan. Pemindahan objek secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri salah satunya adalah timbulnya nyeri punggung (back injury). Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain: 1. Beban yang harus diangkat 2. Perbandingan antara berat beban dan pekerja 3. Jarak horisontal dari beban terhadap pekerja 4. Ukuran beban yang akan yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa menggangu jarak pandangnya. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah biladibandingkan dengan menggunakan mesin Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH dibagi menjadi dua faktor yaitu: 1. Faktor Fisik (Physical Factor) Faktor ini terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia, radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan dan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan lantai. 2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor) Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja,peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja,konsekuensi kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat kerja. Musculoskeletal Disorders Muskuloskeletal disorders (MSDs) atau keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada otot, tendon, dan saraf. Aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kelelahan pada otot, merusak jaringan hingga kesakitan dan ketidaknyamanan (OHSCO, 2007). Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama juga akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010): 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Berikut ini adalah jenis MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur yang janggal atau tidak alami, yaitu: a. Low back pain, yaitu rasa sakit akut dan kronis dari tulang belakang pada daerah lumbosacral (tulang punggung bagian bawah), pantat, dan IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 25 b. c. d. e. f. g. kaki bagian atas. Biasanya terjadi pada pekerja yang suka mengangkat Carpal Tunnel Syndrome, adalah kondisi yang mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi rasa kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Bagian yang paling sering terpengaruh adalah jempol, jari tengah, dan telunjuk. Biasanya terjadi pada typist / juru ketik Buristis, adalah penekanan kecil berulang dan berlebihan yang menyebabkan bursa membengkak dan teriritasi. Bursa adalah suatu kantung berisi cairan di dekat sendi. Ketika bursa ini menjadi iritasi atau meradang, hal itu menyebabkan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh yang bersendi. Bagian tubuh tempat terjadinya bursitis ini adalah bahu, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, atau pergelangan kaki Epicondylitis, yaitu gangguan pada siku yang dapat diderita oleh masyarakat pada usia produktif. Biasanya terjadi pada pekerja yang banyak melakukan gerakan berulang pada lengan bawah dan pergelangan tangan asanya Sprain dan strains, terjadi saat ligamen atau otot terlalu tertekan karena adanya postur yang memberi beban terhadap tubuh Tendinitis, yaitu peradangan pada tendon yang biasanya terjadi pada tangan dan pergelangan tangan karena pekerjaan menggunakan postur yang tidak biasa secara terus menerus Tenosynovitis, yaitu pembengkakan pada pergelangan tangan akibat aktivitas yang berlebihan pada tendon yang disebabkan oleh beban dan pergerakan yang berulang. Metode Ovako Working Anaysis System (OWAS) OWAS merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress pada pekerja yang dapat mengakibatkan musculoskeletal disorders atau kelainan otot. Metode ini dimulai pada tahun 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia. Dikembangkan oleh Karhu dan kelompoknya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, dan lain-lain. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban. Seiring berjalannya waktu, metode ini disempurnakan oleh Stofert pada tahun 1985. Berikut ini adalah sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi: a. Sikap punggung , terdiri dari : 1. Lurus 2. Membungkuk 3. Memutar atau miring kesamping 4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan ke samping b. Sikap lengan, terdiri dari : 1. Kedua lengan berada dibawah bahu 26 2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu 3. Kedua lengan pada atau diatas bahu c. Sikap kaki 1. Duduk 2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus 4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk 5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk 6. Berlutut pada satu atau kedua lutut 7. Berjalan d. Berat Beban 1. 1.Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg) 2. 2.Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg < W = 20 Kg) 3. 3.Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg) Hasil dari analisis postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. Setelah didapat kode berdasarkan penilaian klasifikasi sikap tubuh yang diamati selanjutnya kode tersebut dimasukan ke dalam tabel analisis sikap kerja OWAS agar didapat kategori dari tiap postur kerja Kategori sikap pekerja dibagi menjadi 4 yaitu : 1. KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan. 2. KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 3. KATEGORI 3: Pada sikap ini berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. 4. KATEGORI 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga. Kuesioner Nordic Body Map Kuesioener Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisis peta tubuh yang ditunjukkan pada tiap bagian tubuh. Terdapat 27 titik area tubuh yang dapat dianalisis. Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh yang ditunjukan pada gambar Nordic Body Map. Melalui NBM dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004 ). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 25 26 27 keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada pekerja. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sakit pada pergelangan kaki kanan Sakit pada kaki kiri Sakit pada kaki kanan 33% 33% Dari tabel 1 terlihat bahwa persentase keluhan sakit terbesar terdapat pada bagian tubuh punggung, kemudian bagian tubuh siku, betis dan kaki baik sebelah kanan maupun sebelah kiri. Pekerja PT.X pada bagian packaging mayoritas berusia diatas 40 th, sehingga keluhan akibat aktivitas sering dirasakan oleh pekerja tersebut. Keluhan yang dirasakan oleh pekerja biasanya mencapai puncaknya pada usia 35 tahun dan terus meningkat sejalan dengan pertambahan usia, faktor lain yang mempengaruhinya juga disebabkan karena ketahanan dan kekuatan otot yang semakin menurun. Penelitian dilaksanakan pada bagian packaging untuk produk Jas. Proses produksi pembuatan Jas terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : proses pengecekan kain, proses pembuatan desain dan pola, proses pemotongan, proses penjahitan, proses finishing dan terakhir proses pengepakan (packaging). Pada proses terakhir ini yaitu proses packaging, pekerja masih menggunakan manual material handling, dari awal produk jas tersebut dimasukkan ke dalam plastik pembungkus, pemindahan produk jas ke keranjang penyimpanan sampai dengan pemindahan keranjang penyimpanan ke warehouse. Peneliti mengamati pada tahap observasi awal bahwa pada proses packaging inilah resiko cidera yang akan dialami oleh pekerja lebih tinggi dibandingkan dengan proses produksi lain. Kemudian setelah tahapan observasi ini peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa pekerja pada bagian packaging dan mendapatkan data bahwa pekerja sering mengalami keluhan rasa pegal pada bagian tubuh daerah tengkuk, pergelangan tangan, punggung dan kaki. Untuk mendukung hasil wawancara dan mendapatkan data yang lebih detail mengenai bagian tubuh yang mana saja yang mengalami keluhan, maka peneliti menyebarkan kuesioner Nordic Body Map. Data-data awal persentase keluhan yang dirasakan oleh pekerja tersebut yang menjadi dasar penelitian ini untuk meneliti postur tubuh pekerja yang dapat menimbulkan resiko cidera. Penilaian metode OWAS dilakukan untuk 4 kegiatan yang dilakukan di bagian packaging . 1. Kegiatan Pertama : membungkus produk jadi ke dalam kemasan Kategori sikap kerja yang dihasilkan dari pengamatan untuk kegiatan pertama adalah seperti pada tabel 2 Tabel 2 Hasil Pengamatan Kegiatan Pertama Tabel 1 Persentase Keluhan Pekerja No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jenis Keluhan pada bagian tubuh Sakit kaku di leher bagian atas Sakit kaku dileher bagian bawah Sakit di bahu kiri Sakit di bahu kanan Sakit di lengan atas kiri Sakit di punggung Sakit lengan atas kanan Sakit pada pinggang Sakit pada bawah pinggang Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah kiri Sakit pada lengan bawah kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada tangan kiri Sakit pada tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri Sakit pada betis kanan Sakit pergelangan kaki kiri Sikap Kode Berputar dan bergerak / membungkuk ke samping dan ke depan 4 Lengan Kedua tangan berada di bawah level ketinggian bahu 1 Kaki Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 2 Berat beban Kurang dari 10 kg 1 Persentase keluhan Tidak Agak Sangat Sakit Punggung sakit sakit sakit 16% 33% 67% 84% 33% 67% 67% 33% 16% 100% 100% 100% 16% 16% 16% 16% 16% 16% 100% 100% 100% 100% 50% 50% 16% 16% 33% 33% 16% 16% 67% 67% 84% 84% 84% 50% 50% 67% 67% 16% 16% 16% 50% 50% 16% 16% 100 % 100 % Dari 16%tabel 2 terlihat bahwa kode untuk kegiatan pertama adalah 4121. Kode tersebut kemudian dimasukan ke tabel analisis sikap kerja OWAS. 67% 67% Tabel 3 Tabel Analisis OWAS pada kegiatan pertama 67% 67% IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 27 Tabel 5 Tabel Analisis OWAS pada kegiatan kedua Dari gambar tabel 3 terlihat bahwa kategori sikap untuk kegiatan pertama termasuk ke dalam kategori 2. Kategori 2 merupakan sikap berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu perbaikan di masa yang akan datang. 2. Kegiatan Kedua : meletakkan kemasan produk jadi ke keranjang penyimpanan Kategori sikap kerja yang dihasilkan dari pengamatan untuk kegiatan kedua adalah seperti pada tabel 4 Tabel 4 Hasil Pengamatan Kegiatan Kedua Sikap 3. Kegiatan Ketiga : mengangkat keranjang penyimpanan menuju gudang penyimpanan Untuk kegiatan ketiga dilakukan pengamatan yang sama dengan kegiatan pertama dan kedua. Dari analisis sikap kerja OWAS untuk kegiatan ketiga termasuk ke dalam kategori 3. Kategori 3 merupakan sikap berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan) dan perlu perbaikan segera mungkin. Kode Punggung Membungkuk 2 Lengan Kedua tangan berada di bawah level ketinggian bahu 1 Kaki Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 2 Berat beban Kurang dari 10 kg 1 Dari tabel 4 terlihat bahwa kode untuk kegiatan kedua adalah 2121. Kode tersebut kemudian dimasukan ke tabel analisis sikap kerja OWAS. 28 Dari gambar tabel 5 terlihat bahwa kategori sikap untuk kegiatan kedua termasuk ke dalam kategori 2. Kategori 2 merupakan sikap berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu perbaikan di masa yang akan datang 4. Kegiatan Keempat : mengangkat keranjang penyimpanan ke rak penyimpanan di dalam gudang Untuk kegiatan keempat dilakukan pengamatan yang sama dengan kegiatan yang lainnya. Dari analisis sikap kerja OWAS untuk kegiatan keempat termasuk ke dalam kategori 3. Kategori 3 merupakan sikap berbahaya pada sistem muskoloskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan) dan perlu perbaikan segera mungkin Pada kegiatan kerja ketiga dan keempat ini, pekerja diharuskan mengangkat keranjang berisi produk jadi dengan berat 15 kg secara manual tanpa alat bantu pengangkatan menggunakan kekuatan otot pekerja saja. Kegiatan transportasi pemindahan keranjang penyimpanan menuju ke gudang penyimpanan dilakukan pekerja sebanyak 3-4 kali per hari nya. Kegiatan pertama sampai kegiatan keempat dilakukan oleh pekerja dengan postur tubuh berdiri. Menurut Suma’mur (1989) batasan beban kerja yang dapat diangkat dengan frekuensi pengangkatan yang terus menerus untuk pekerja dewasa laki-laki berkisar IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 antara 15-18 kg, yang artinya beban kerja yang diangkat oleh pekerja packaging tersebut masih dalam batasan yang mampu diangkat oleh pekerja. Namun usia pekerja, frekuensi pengangkatan, posisi/ postur kerja sewaktu melakukan aktivitas pengangkatan juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan dan keluhan ketidaknyaman pada bagian tubuh pekerja setelah melakukan aktivitas kerjanya. Pada unit kerja packaging ini juga terdapat fasilitas kerja yang tidak ergonomis, baik dari ukuran atau dimensi fasilitas kerja maupun dari tata letak fasilitas kerja tersebut. Fasilitas yang tidak ergonomis tersebut adalah meja dan kursi kerja yang dimensinya tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu tidak terdapatnya beberapa fasilitas kerja yang diperlukan untuk mendukung aktivitas kerja, yaitu tempat untuk meletakkan plastik kemasan dan tempat untuk meletakkan sisa kain, sisa benang, ataupun produk sisa lainnya selama proses pengemasan berlangsung dan tempat untuk meletakkan alat-alat pengemasan. Kemudian dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa lingkungan kerja yang terdapat pada unit kerja packaging tidak ergonomis. Lingkungan kerja yang dimaksud adalah tingkat pencahayaan yang kurang, suhu ruangan yang tinggi serta sirkulasi udara yang tidak baik. Lingkungan kerja yang tidak ergonomis ini juga dapat menyebabkan tingkat kelelahan menjadi tinggi dan mengurangi kenyamanan pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. 5. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian di PT.X ini adalah anggota tubuh pekerja bagian packaging yang paling banyak mengalami keluhan atau merasakan sakit adalah bagian punggung, siku kiri, siku kanan, betis kiri, betis kanan, kaki kiri dan kaki kanan. Hasil evaluasi postur kerja menyatakan bahwa dari postur kerja pekerja bagian packaging, pekerja akan beresiko mengalami musculoskeletal disorders. Hal tersebut terlihat dari hasil kategori OWAS untuk kegiatan membungkus produk jadi ke dalam kemasan dan kegiatan meletakkan kemasan produk jadi ke keranjang penyimpanan masuk ke dalam kategori 2 yang berarti bahwa harus dilakukan perbaikan di masa yang akan datang, kegiatan mengangkat keranjang penyimpanan menuju ke gudang penyimpanan dan kegiatan mengangkat keranjang penyimpanan ke rak penyimpanan di dalam gudang penyimpanan masuk ke dalam kategori 3 yang berarti harus dilakukan perbaikan segera mungkin. Perbaikan sistem kerja perlu dilakukan pada bagian packaging yaitu perbaikan lingkungan kerja, penambahan fasilitas kerja, penyesuaian tata letak fasilitas kerja dan penyesuaian dimensi atau ukuran fasilitas kerja sehingga tercapai sistem kerja yang ergonomis. DAFTAR PUSTAKA Abdelhamid, T.S., Everett, J.E. 2002. Physiological Demands during Construction Work. EBSCO. 427-437 Ayoub,M.M. and Dampsey, P.G. 1999. The Psychophysical Approach to Material Handling Task Design. Journal of Ergonomic Vol. 42, No.1. 7–31 Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Inc. Chang, F.L., Sun, Y.M., Chuang, K.H., & Hsu, D.J. 2009. Work Fatigue and Physiological Symptoms in Different Occupations of High Elevation Construction Workers. Elsevier. 591- 596 Iridiastadi, Hardianto.Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Rosda Jaya Putra, 2014. Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. KroemerElbert. 2001. Ergonomics How To Design For Ease And Efficiency. New Jersey: Prentice Hall Nurmianto. E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya. Pulat, Babur Mustafa Dan David C. Alexander. 1992. Fundamental Of Industrial Ergonomics. USA: Hall International, Englewood Clift Santoso, Gempur. 2004.Ergonomi. Jakarta : Prestasi Pustaka Sukapto, P. 2006. Peran Participatory Ergonomics Dalam Transfer Teknologi dan Implikasinya Terhadap Kecelakaan Kerja. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan. Suma’mur. P. K.1989. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja. J.H. 1999. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Tarwaka., B., S. HA., Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press. Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 29 Biomekanika POSTUR KERJA ▣Amalia METODE ANALISIS POSTUR KERJA ▣ ▣ ▣ ▣ ▣ ▣ ▣ OWAS NIOSH REBA RULA PEI QEC PLIBEL Metode OWAS Start (Owako Work Posture Analysis) ▣ Analisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri Ktg 1 Rekam postur punggung, lengan, kaki, dan hitung beban Analisis rekaman dengan mengkodekan tiap postur input Action Bisa diterima jika tidak berulang dan periode lama 2 Perlu pemeriksaan lanjutan dan perubahan-perubahan 3 Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan segera 4 Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan sangat segera Hitung kode tiap postur input Pengelompokkan kategori OWAS Selesai Metode NIOSH ▣ Identifikasi problem back injuries ▣ Mengetahui gaya di punggung (L5S1) ▣ Metode: MPL dan RWL STANDAR MPL Fc<AL Aman AL<Fc<MPL Perlu hati-hati Fc>MPL berbahaya Standar: Besar gaya tekan < 6500N Batasan gaya angkat 3500 Metode NIOSH ▣ Metode RWL (Recommended Weighted Limit) STANDAR RWL LI < 1 Aktivitas tidak mengandung resiko LI > 1 Aktivitas mengandung resiko cidera tulang belakang Metode REBA Start (Rapid Entire Body Assessment) ▣ Analisis postur kerja tubuh dengan cepat Rekam postur dengan handicam Tentukan sudut pada pstur pekerja Tentukan berat beban, coupling, & aktivitas Pengelompokkan action level metode REBA Selesai Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) Lv REBA score Risk Level Action 0 1 Negligible Non necessary 1 2-3 Low Maybe necessary 2 4-7 Medium necessary 3 8-10 High Necessary soon 4 11-15 Very High Necessary now Metode RULA Start (Rapid Upper Limb Assessment) Rekam postur tubuh pekerja ▣ Metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas ▣ Grup A (lengan atas dan bawah, dan pergelangan tangan ▣ Grup B (leher, tulang belakang, dan kaki) ▣ Tujuan metode RULA: □ Menyediakan perlindungan yg cepat dalam pekerjaan □ Identifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja □ Memberikan hasil untuk penilaian ergonomi □ Dokumentasi postur tubuh saat kerja Penilaian postur berdasarkan RULA Scoring sheet Tentukan nilai otot, kekuatan beban Hitung skor berdasarkan tabel RULA Kelompooka ke action level metode RULA Selesai Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) Score Tingkat Resiko 1-2 Resiko diabaikan, tidak perlu penanganan 3-4 Resiko rendah, perubahan dibutuhkan 5-6 Resiko sedang, penanganan lebih lanjut, butuh perubahan segera 6+ Sangat beresiko, lakukan perubahan sekarang