Work conditioning adalah program yang di rancang untuk mengembalikan fungsi neuromuscular dan musculoskeletal termasuk daya ledak, mobilitas sendi, ROM. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kapasitas fisik dan fungsi untuk memungkinkan pekerja yang cedera untuk kembali ke pekerjaanya seperti sebelumnya. A. Safety Nody Mechanic Training Bagus, pekerja sudah memenuhi standar keselamatan kerja. B. Side Posture Fisioterapi menganalisis apakah ada kesalahan posture dalam akitivitas kerja Penilaian Terhadap Postur Kerja Dengan Pendekatan Metode REBA Hasil: 1. Penilaian terhadap postur leher Postur leher pada pekerjaan yang dilakukan oleh penjahit di atas membentuk sudut 250. Postur leher yang terjadi adalah, pekerja menundukkan kepala melihat posisi kain yang sedang dijahit. Pada saat menjahit pakaian, posisi leher senantiasa tetap dan tidak membutuhkan pergerakan seperti berputar atau menggeleng. REBA nilai +2. 2. Penilaian terhadap postur punggung Postur punggung atau tulang belakang pada pekerjaan menjahit yang dilakukan oleh pekerja di atas membentuk sudut 280 terhadap garis normal tubuh. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat dengan optimal pada saat melakukan pekerjaannya dan juga agar posisi tangan tepat untuk memegang dan menggerakkan pakaian yang dijahit. Pada saat menjahit pakaian, postur punggung senantiasa diam dan tetap dan tidak perlu melakukan pergerakan memutar atau menyampingkan badan. REBA nilai +3. 3. Penilaian terhadap postur kaki Postur kaki pada saat melakukan proses menjahit dalam keadaan duduk. Dimana kaki bagian kanan menopang atau menginjak gas mesin untuk dijalankan sedangkan kaki bagian kiri menopang dibantalan bawah mesin yang dibuat khusus untuk meletakkan kaki agar tidak menggantung. Sehingga sesuai dengan lembar penilaian REBA, postur kaki ini mendapatkan nilai +1. Untuk sudut yang dibentuk antara kaki bagian paha dan betis membentuk sudut 115 0 dan sudut 730, dimana keduanya lebih dari 600 namun karena aktifitas yang dilakukan dalam keadaan duduk maka tidak mendapatkan penilaian tambahan. 4. Penilaian terhadap postur lengan bagian atas Postur lengan bagian atas pekerja pada saat melakukan aktifitas menjahit di atas membentuk sudut 670 maka sesuai dengan lembar penilaian REBA, apabila sudut yang terbentuk antara 450 – 900 maka nilai yang didapatkan adalah +3. Pada saat menjahit, kedua lengan pekerja diletakkan di atas meja atau mendapatkan penyanggah sehigga sesuai dengan lembar penilaian REBA, nilai mendapatkan tambahan sebesar -1. Kedua postur lengan bagian atas baik kiri maupun kanan memiliki besaran sudut yang hampir sama sehingga nilai untuk kedua lengan 5. Penilaian postur lengan bagian bawah Postur lengan bagian bawah yang dialami oleh pekerja di atas membentuk sudut sebesar 1050 dan ini berada pada posisi >1000 sehingga berdasarkan lembar penilaian REBA, nilai yang diberikan pada saat posisi seperti di atas adalah +2. 6. Penilaian postur pergelangan tangan Postur pergelangan tangan pada saat pekerja melakukan aktivitas kerjanya membentuk sudut 200 sehingga berdasarkan lembar penilaian REBA, postur pergelangan tangan di atas mendapatkan penilaian +2. Dan dalam melakukan aktifitasnya, penjahit di atas tidak melakukan perputaran yang menjauhi garis tengah sehingga tidak perlu mendapatkan tambahan nilai. 7. Penilaian beban saat bekerja Pekerjaan menjahit seperti gambar di atas tidak memiliki beban yang berat melebihi 11 lbs sehingga tidak perlu penambahan nilai. 8. Penilaian terhadap posisi tangan saat bekerja Posisi tangan (coupling) saat menjahit memiliki pegangan yang cukup baik untuk menopang tangannya saat bekerja sehingga tidak perlu mendapatknan penambahan nilai berdasarkan lembar penilaian REBA. 9. Penilaian terhadap durasi dan aktifitas pekerjaan Pekerjaan menjahit berupakan serangkaian aktifitas pekerjaan yang dilakukan dalam posisi tubuh tetap untuk selang waktu yang cukup lama. Beberapa bagian tubuh yang tetap atau statis antara lain bagian leher, punggung dan tungkai/kaki kiri. Kondisi diam ini juga lebih dari satu menit, sehingga berdasarkan lembar penilaian REBA, aktivitas ini mendapatkan penilaian sebesar +1. Aktifitas menjahit ini juga memberikan pengulangan gerakan pada bagian tangan dan kaki kanan. Pengulangan pada bagian tangan terjadi pada saat penjahit menggerakkan kain ketika menjahit sedangkan bagian kaki kanan mengalami pengulangan gerakan pada saat menginjak pedal listrik (dinamo listrik) untuk menggerakkan mesin jahitnya. Aktifitas ini berulang kali lebih dari 4 kali dakan waktu satu menit sehingga mendapatkan tambahan nilai sebesar +1. 10. Penilaian akhir REBA Nilai dari masing-masing postur tubuh di atas kemudian dimasukkan ke dalam mekanisme perhitungan REBA (REBA Scoring) sehingga menghasilkan nilai akhir sebesar 6. 11. Analisis Risiko Ergonomi Di dalam penilaian dengan metode REBA, diketahui bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan postur tubuh statis serta adanya pengulangan gerakan pada beberapa bagian tubuh yang terjadi lebih dari 4 kali dakan satu menit memberikan sumbangan nilai risiko yang cukup besar. Dengan mendapatkan nilai akhir REBA sebesar +6 yang memiliki arti bahwa level atau tingkatan risiko dari aktifitas menjahit yang dilakukan oleh pekerja memiliki tingkat risiko yang menengah. Tingkat risiko menengah ini membutuhkan tindakan lebih lanjut dan juga penilaian lebih lanjut. Tingkat risiko sedang atau menengah ini juga membutuhkan perhatian dari pekerja untuk berusaha merubah postur tubuh mereka di saat bekerja atau melakukan pencegahan dan intervensi lain seperti peregangan dan istirahat minimal setiap satu atau dua jam kerja yang berguna untuk mengurangi risiko gangguan musculoskeletal disorders (MSDs). C. Work Related Aktivitas Posisi kerja yang salah yaitu duduk dengan posisi membungkuk dalam waktu yang lumayan lama, maka posisi tersebut dapat menyebebkan rasa nyeri pada area leher belakang dan punggung bawah pekerja karena adanya ketegangan otot. Sesuai dengan data yang diperoleh dari pemeriksaan dan pengisian kuisioner Nordic Body Map (NBM). D. Straitening dan Endurance 1. Straitening Desk Streching 2. Endurance Senam aerobic sekali seminggu E. Ergonomic Training Tim Fisioterapi K3 memberikan training bagaimana cara pemilihan kursi yang baik untuk pekerja, sedangkan meja jahit sudah satu set dengan mesin jahitnya dan sudah SNI. h a c d e Keterangan: Jarak antara popliteal-pantat (a), Tinggi popliteal (d), Lebar pinggul (e), Tinggi pinggang (f), tinggi pinggang, lebar bahu (h), dan Tinggi lutut (c) 1. Tempat duduk a. Ketinggian alas tempat duduk Untuk ketinggian kursi didekati oleh tinggi popliteal. pengukuran dilakukan pada saat penjahit tanpa alas kaki, sehingga ketinggian tersebut ditambah 2 cm karena pememakaian sandal saat bekerja. Kemudian tinggi tersebut ditambah lagi dengan ketinggian pedal penggerak dynamo 11 cm, dan dikurangi sekitar 30 mm sebagai kelonggaran guna menghindari tertekannya bagian bawah paha oleh ujung alas duduk.. b. Lebar alas duduk Lebar alas duduk tipe I didekati oleh lebar pinggul, dilakukan penambahan kelonggaran untuk mengakomodasi pakaian, dan dompet sebesar 30 mm pada setiap sisi. Disamping itu ditambahkan kelonggaran untuk mengakomodasi keleluasan gerak sebesar 2,5 cm dimasing-masing sisi kiri-kanan. c. Kedalaman alas duduk factor yang perlu diperhatikan dalam menentuklan kedalaman alas duduk adalah berat tubuh harus dapat didistribusikan pada seluruh luas permukaanya sehingga dapat mengurangi tekanan pada daerah pantat. Untuk lebih mendekati dimensi pengguna dan memberi kenyamanan pengguna maka persentil 5 ukuran jarak popliteal ke pantat digunakan sebagai ukuran kedalaman kursi. Untuk menghindari tekanan pada daerah poipliteal harus disediakan jarak ruang antara popliteal dan ujung alas duduk. Dalam hal ini kelonggaran yang diberikan untuk kedalaman kursi sebesar 10 cm. d. Bantalan alas duduk Dari studi literature diketahui bahwa jika seseorang duduk pada suatu alas duduk yang keras, tekanan pada daerah pantat berkisar 2,75 kg/cm pada pusatnya dan 0,14 kg/cm pada daerah luarnya. Alas duduk yang terlalu lembut akan menyebabkan pantat masuk kedalam sehingga hanya kaki yang berperan menjaga keseimbangan. 2. Bentuk Alas Duduk Bentuk alas duduk yang baik adalah yang mendekati kontur permukaan duduk seseorang. Alas duduk horizontal kemudian tepi depan dari kursi dibuat membelok sedikit untuk menghindarkan kelebihan tekanan pada paha dan mengurangi tertekanya aliran darah. 3. Sandaran Pinggang a. Panjang sandaran punggung Diusulkan dimensi dari panjang sandaran punggung mempunyai ukuran dimensi yang sama dengan alas duduk kursi, sehingga rancangan mempunyai bentuk yang baik dari sudut arsiterktur. Panjang sandaran punggung didekati oleh nilai lebar bahu b. Sudut antara sandaran dengan alas duduk Untuk memperoleh postur tubuh yang diinginkan, yaitu postur lordosis lumbar, serta untuk memberikan ruang bagi keleluasaan gerak, disarankan agar sudut antara sandaran dengan alas duduk tersebut dibuat miring hingga membentuk sudut 97-1000 terhadap alas duduk. Kemiringan ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan gerak pada anggota bagian atas tubuh, dan sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menyandarkan tulang belakang saat istirahat