Uploaded by jackessmail

Buku Output 2018 Penelitian-IPLT

advertisement
Pengembangan Teknologi Pengolahan Limbah
Komunal dan IPLT
Amallia Ashuri 1, Elis Hastuti 2, dan Ida Medawati 3
Introduksi-Akses terhadap sanitasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
untuk mendukung kesehatan masyarakat, lingkungan, dan kesejahteraan
ekonomi secara berkelanjutan. Namun akses terhadap sanitasi belum
dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat Indonesia. Akses sanitasi
air limbah skala kota berupa jaringan air limbah tidak dapat melayani
seluruh kota. Hal ini dapat disebabkan oleh padatnya daerah permukiman
atau jarak permukiman yang terlalu jauh dengan jaringan air limbah dan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kota.
Fasilitas pengolahan air limbah setempat dikembangkan untuk mengatasi
masalah keterbatasan akses air limbah skala kota. Pengoperasian fasilitas
pengolahan air limbah setempat, seperti tangki septik individu dan IPAL
komunal, sebagian besar belum memperhatikan pengelolaan lumpur tinja.
Padahal lumpur tinja yang terakumulasi dalam fasilitas pengolahan akan
mengganggu proses dekomposisi air limbah hingga dapat menyebabkan
kualitas efluen air limbah tidak memenuhi baku mutu. Di sisi lain, banyak
masyarakat memanfaatkan lumpur tinja secara ilegal dan melakukan
praktek daur ulang lumpur tinja yang tidak aman. Lumpur tinja seharusnya
disedot secara berkala dan diolah dalam Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) terpusat skala kota.
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Kata-kata kunci:
Air limbah; proses A2O;
biodigester; komunal; lumpur
tinja
Hasil studi IPLT menunjukkan tidak optimalnya fungsi IPLT terpusat yang
ada yang disebabkan kendala jarak ke IPLT sistem terpusat, kapasitasnya
yang tidak sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk, kurangnya
kesadaran masyarakat, lumpur tinja sebagai satu-satunya pasokan lumpur
semakin berkembangnya sistem pengolahan air limbah yang menghasilkan
sedikit lumpur, serta tidak dapat menjangkau permukiman padat. Selain itu,
terdapat pula kelemahan dalam aspek kelembagaan serta faktor
pelayanan dan operasional belum efektif (Wardhana dan Karunia, 2009;
Sukadi, 2009; Mariyam, 2014; Dian dan Herumurti, 2016).
Integrasi pengolahan lumpur tinja dengan air limbah dikembangkan untuk
menjawab tantangan pengoperasian IPLT yang masih belum optimal. Pada
beberapa kasus, pengolahan terpadu antara lumpur tinja dan air limbah
domestik dilakukan dengan menggunakan sistem kolam dan juga sistem
lumpur aktif (Ingallinella, Sanguinetti, Fernández, Strauss, & Montangero,
2000; Heinss & Strauss, 1999).
Pengolahan terpadu air limbah domestik tidak hanya dapat dilakukan
dengan lumpur tinja tetapi juga dapat dilakukan dengan biomasa lain.
Praktik ini biasanya dilakukan pada daerah yang belum memiliki
pengolahan terhadap biomasa yang dihasilkannya. Beberapa biomasa
Output Kegiatan Penelitian
1
yang sering digunakan sebagai substrat tambahan pada pengolahan
terpadu dengan air limbah diantaranya sampah organik, kotoran hewan
(animal manure), dan sampah agrikultur (Cheerawit, Thunwadee,
Duangporn, Tanawat, & Wichuda, 2012; Abhold, Golden, Mckenzie, &
Romankiewicz, 2014; Cheng et al., 2017; Mata-Alvarez et al., 2014).
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Melihat peluang dilakukannya pengolahan terpadu air limbah domestik
baik dengan lumpur tinja maupun biomasa lain,maka Puslitbang
Perumahan dan Permukiman mengembangkan sistem pengolahan air
limbah terpadu. Pada tahun anggaran 2017, pengembangan dilakukan
pada skala model laboratorium lapangan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengolahan air limbah dengan lumpur tinja dan pengolahan air
limbah dengan limbah organik lainnya dapat dilakukan secara terpadu
(Pusperkim, 2017). Oleh karena itu, pada tahun anggaran 2018 sistem
pengolahan tersebut dikembangkan menjadi skala prototipe. Pendekatan
yang digunakan adalah IPLT merupakan bagian dari komponen sistem
sanitasi setempat (on site) atau sistem terdesentralisasi (desentralized
system) yang dikembangkan untuk menggantikan pendekatan sistem
konvensional dan/atau sistem terpusat yang dinilai kurang berhasil
mengatasi pencemaran air di daerah perkotaan (Pamekas, 2006).
Penelitian ini akan diterapkan di kawasan permukiman dengan akses
sanitasi rendah, memiliki keterbatasan akses ke IPLT terpusat, dan
memiliki potensi daur ulang baik sebagai urban farming, lansekap, maupun
perbaikan badan air di kawasan permukiman.
Maksud dan Tujuan- Pengembangan prototipe pengolahan air limbah
terintegrasi antara pengolahan air limbah dengan lumpur tinja dan air
limbah dengan limbah organik lainnya secara komunal di kawasan
permukiman dengan akses sanitasi terbatas.
Penerima Manfaat- Dua institusi utama yang mendapatkan manfaat
langsung dari hasil kegiatan litbang adalah Direktorat Jedneral Cipta
Karya, dinas terkait, dan masyarakat.
a. Direktorat Cipta Karya dan dinas terkait mendapatkan alternatif
teknologi pengolahan air limbah terintegrasi antara air limbah dengan
lumpur tinja atau limbah organik lainnya yang dapat diterapkan di
lokasi dengan akses sanitasi terbatas sehingga dapat membantu
pencapaian target universal access sanitasi 100%. Selain itu,
teknologi ini juga dapat menghasilkan efluen yang sesuai dengan
baku mutu yang diatur dalam PermenLHK No. 68 Tahun 2016.
b. Masyarakat dapat memanfaatkan hasil pengolahan, seperti efluen
dan lumpur stabil sebagai pupuk untuk wilayah pertanian.
Desain/Metode/Pendekatan- Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada
kemungkinan integrasi pengelolaan air limbah dengan lumpur tinja dan
limbah organik lainnya di kawasan permukiman. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kualitataif digunakan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan
secara komunal. Sementara pendekatan kuantitatif digunakan dalam
evaluasi kinerja teknologi IPAL dan IPLT.
Evaluasi kinerja dilakukan dengan cara pengukuran kualitas air limbah baik
di lapangan maupun di laboratorium. Titik pengujian dapat dilihat pada
Tabel 1.
2
Output Kegiatan Penelitian
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel
Tahap pengujian
Tahap seeding dan
aklimatisasi
Titik sampling
Periode
Influen,
setiap Setiap
unit, outlet
minggu
Tahap stabil
Influen,
setiap Setiap dua
unit, outlet
minggu
Parameter
pH,
kekeruhan,
temperatur, COD,
total coliform, dan
telur cacing
pH,
kekeruhan,
temperatur,
TSS,
kadar lumpur, COD,
BOD, NO3, NH4,
NO2, minyak dan
lemak, total fosfat,
total
coliform,
bakteri pathogen,
telur cacing
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Aspek teknis atau kinerja unit proses dianalisis dengan menggunakan
metode komparatif dan statistik deskriptif. Metode komparatif digunakan
untuk membandingkan data kualitas efluen dengan baku mutu yang
ditetapkan dalam Kemen LHK 68/2016 serta membandingkan data kualitas
lumpur tinja dengan standar USEPA. Statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan data yang didapat secara umum.
Temuana. Perencanaan
Kriteria desain yang digunakan dalam perencanaan pengolahan
terintegrasi antara air limbah dan lumpur tinja berupa biofilter dengan
system anaerob, anoksik, dan aerob (A2O) dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Kriteria desain pengolahan air limbah dan lumpur tinja
No.
A.
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.
2.
3.
Parameter
Unit Pengendap Awal
Beban permukaan hidrolis (m3/m2/hari)
Waktu detensi (jam)
Kecepatan scouring (m/detik)
Unit Anaerob
Waktu detensi (jam)
Beban permukaan hidrolis (m3/m2/hari)
Beban BOD/volume media
Beban BOD/luas permukaan media
Unit Anoksik
Waktu detensi (jam)
Kecepatan pengadukan (m/detik)
Konsentrasi oksigen terlarut (mg/L)
Unit Aerob
Waktu detensi (jam)
Beban permukaan hidrolis (m3/m2/hari)
Beban BOD/volume media
Beban BOD/luas permukaan media
Konsentrasi oksigen trelarut (mg/L)
Taman Sanita
Batasan konsentrasi influen (mg/L)
Beban hidrolis (m3/m2/hari)
Waktu detensi (hari)
Output Kegiatan Penelitian
Kriteria desain
< 30
1,5 – 2,5
0,063
6–8
<2
0,4 – 4,7
5 – 30
1
0,1
0,5
6–8
<2
0,5 – 4
5 – 30
2
200 – 400
0,014< Lw < 0,046
<1
3
Kriteria desain yang digunakan dalam perencanaan pengolahan
terintegrasi antara air limbah dan lumpur tinja berupa unit hibrid
biodigester untuk blackwater dan taman snaita untuk greywater dapat
dilihat pada Tabel 3.
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Tabel 3. Kriteria desain pengolahan air limbah dan sampah organik
No.
A.
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
D.
1.
2.
3.
Parameter
Unit Hibrid Biodigester
Waktu detensi (hari)
Laju volumetric organic loading
(kg-COD/m3/hari)
Kecepatan aliran upflow (m/jam)
Unit Anaerob
Waktu detensi (jam)
Beban permukaan hidrolis (m3/m2/hari)
Beban BOD/volume media
Beban BOD/luas permukaan media
Unit Pengendap Awal
Beban permukaan hidrolis (m3/m2/hari)
Waktu detensi (jam)
Kecepatan scouring (m/detik)
Taman Sanita
Batasan konsentrasi influen (mg/L)
Beban hidrolis (m3/m2/hari)
Waktu detensi (hari)
Kriteria desain
0,2 – 2
0,5 – 25
0,6 – 0,9
6–8
<2
0,4 – 4,7
5 – 30
< 30
1,5 – 2,5
0,063
200 – 400
0,014< Lw < 0,046
<1
b. Hasil Uji Kinerja
Hasil uji kinerja menunjukan bahwa terjadi penurunan konsentrasi
kandungan organik dari influen menuju efluen. Peningkatan
konsentrasi BOD pada unit biofilter anaerob disebabkan oleh
penambahan lumpur tinja ke dalam air limbah. Taman sanita sebagai
unit pengolahan tersier dibutuhkan untuk menyisihkan organik dan
nutrien lebih jauh. Efisiensi keseluruhan penyisihan BOD campuran
air limbah dan lumpur tinja adalah sebesar 95,7% (Gambar 1).
Gambar 1. Konsentrasi BOD di setiap unit
Hasil uji kinerja menunjukan bahwa terjadi penurunan konsentrasi
kandungan organik dari influen menuju efluen pada unit pengolahan
terpadu air limbah dan sampah organik. Efisiensi keseluruhan
penyisihan BOD campuran air limbah dan lumpur tinja adalah
sebesar 94,62% (Gambar 2).
4
Output Kegiatan Penelitian
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Gambar 2. Konsentrasi BOD di setiap unit
c.
Biaya Operasional
Biaya operasional untuk pengolahan terpadu air limbah dengan
lumpur tinja adalah Rp 950.000/bulan atau Rp 29.000/bulan/rumah.
Kemampuan membayar masyarakat hanya Rp 3.000/bln. Kekurangan
biaya operasional sebesar Rp 26.000/bln diambil dari unit air siap
minum sebagai unit ekonomi.
Biaya operasional unit pengolahan terpadu air limbah dengan limbah
organik adalah Rp 400.000/bulan. Pengguna MCK mencapai 100
orang, sehingga biaya retribusi penggunaan MCK adalah Rp
4.000/bulan/orang.
Limitasi- Kemampuan dan kemauan masyarakat dalam mengelola
teknologi dalam jangka panjang.
Implikasi- Penerapan teknologi terpadu pengolahan air limbah dan lumpur
tinja skala kawasan dapat mengurangi kegagalan proses pengolahan air
limbah dalam jangka panjang yang disebabkan oleh penumpukan lumpur
di dasar instalasi. Selain itu, pengolahan lumpur tinja secara setempat atau
onsite system juga dapat mengurangi praktek pembuangan dan
pemanfaatan lumpur tinja ilegal.
Konklusi-Pengolahan terpadu antara air limbah baik dengan lumpur tinja
maupun dengan limbah organik lainnya dapat dilakukan. Proses
pengolahan air limbah dengan lumpur tinja tidak dapat dilakukan hanya
dengan biofilter anaerob saja namun memerlukan proses penambahan
oksigen untuk menyisihkan kandungan nutrien dalam air limbah.
Sementara, pengolahan terpadu antara air limbah dengan limbah organik
dilakukan dengan menggunakan unit hibrid biodigester yang dapat
mengolah air limbah dengan beban organik tinggi. Selain itu, terdapat
produk sampingan berupa energi dalam bentuk gas metan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti LPG ataupun dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik melalui perantara generator gas.
Biaya operasional untuk pengolahan terpadu air limbah dengan lumpur
tinja adalah Rp 950.000/bulan atau Rp 29.000/bulan/rumah. Kemampuan
membayar masyarakat hanya Rp 3.000/bln. Kekurangan biaya operasional
Output Kegiatan Penelitian
5
sebesar Rp 26.000/bln diambil dari unit air siap minum sebagai unit
ekonomi.
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
Biaya operasional unit pengolahan terpadu air limbah dengan limbah
organik adalah Rp 400.000/bulan. Pengguna MCK mencapai 100 orang,
sehingga biaya retribusi penggunaan MCK adalah Rp 4.000/bulan/orang.
Referensi
Abhold, K., Golden, R., Mckenzie, L., & Romankiewicz, J. (2014).
Understanding & Overcoming Barriers to Co-Digestion at
Wastewater Treatment Facilities, (May).
Cheerawit, R., Thunwadee, T. S., Duangporn, K., Tanawat, R., & Wichuda,
K. (2012). Biogas Production from Co-digestion of Domestic
Wastewater and Food Waste. Health and the Environment Journal,
3(2), 1–9.
Cheng, Q., Deng, F., Li, H., Qin, Z., Wang, M., & Li, J. (2017). Nutrients
removal from the secondary effluents of municipal domestic
wastewater by Oscillatoria tenuis and subsequent co-digestion with
pig manure. Environmental Technology, 1–8.
Dian, G., & Herumurti, W. (2016). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 5(1), 1–
6.
Heinss, U., & Strauss, M. (1999). Co-treatment of Faecal Sludge and
Wastewater in Tropical Climates, (January).
Ingallinella, A. M., Sanguinetti, G., Fernández, R. G., Strauss, M., &
Montangero, A. (2000). Cotreatment of sewage and septage in
waste stabilization ponds, 9–16.
Mata-Alvarez, J., Dosta, J., Romero-Güiza, M. S., Fonoll, X., Peces, M., &
Astals, S. (2014). A critical review on anaerobic co-digestion
achievements between 2010 and 2013. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 36, 412–427.
Pamekas. (2006). Model Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan
Berbasis Ekosanita-IPLT. Institut Pertanian Bogor.
Pusperkim. (2004). Kajian Fungsionalisasi IPLT dan TPA Sampah.
Bandung.
Pusperkim. (2013). Pengembangan Teknologi Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT). Bandung.
Pusperkim. (2017). Pengembangan Model Terpadu Pengolahan Lumpur
Tinja dan Air Limbah Komunal. Bandung.
Sukadi. (2009). Bantuan Teknis Rehabilitasi IPLT di Kota/Kabupaten.
Jurnal Sipil Kokoh, 7(1), 1–10.
Wardhana, I. W., & Karunia, W. (2009). Evaluasi dan Optimalisasi Instalasi
Pengolahan Limbah Tinja Kota Pekalongan. Jurnal Presipitasi,
7(2), 7–16.
Tentang Penulis
6
1
Amallia Ashuri, Peneliti Pertama di Puslitbang Perumahan dan
Permukiman. Kontak: [email protected];
2
Elis Hastuti, Peneliti Madya di Puslitbang Perumahan dan Permukiman
yang banyak berkecimpung dalam bidang pengolahan air limbah.
Kontak: [email protected];
Output Kegiatan Penelitian
3
Ida Medawati, Peneliti Muda di Puslitbang Perumahan dan
Permukiman yang banyak berkecimpung dalam bidang pengolahan air
limbah. Kontak: [email protected].
Output Kegiatan Penelitian
Pengembangan Teknologi
Pengolahan Limbah Komunal
dan IPLT
7
Download