D. Disiplin Karyawan

advertisement
BAB II
PEMBAHASAN
Hak-hak dan Disiplin Karyawan
A. Kebijakan Karyawan
Sebagai perusahaan yang baik, dalam menentukan kebijakan/aturan hendaknya hak-hak
karyawan diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan, misalnya UMR, masalah kesehatan dan
keamanan kerja, jaminan kemerdekaan bagi karyawan untuk berserikat, jaminan perusahaan
bahwa mereka tidak akan melakukan diskriminasi dalam hal ras, agama, suku, jenis kelamin, dll,
jaminan bahwa perusahaan tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun mental
dalam kegiatan bekerja, jam kerja yang sesuai, kompensasi, dan sebagainya.
Bila perusahaan telah dapat melindungi dan memenuhi hak-hak karyawannya, sudah barang
tentu loyalitas karyawan akan meningkat sehingga diharapkan kinerja karyawan pun meningkat.
Namun, kepercayaan karyawan saja belum cukup untuk meningkatkan citra positif perusahaan.
Perusahaan tetap memerlukan kepercayaan dari pihak luar seperti masyarakat, pemerintah, pers,
dll, dan biasanya pihak luar perlu bukti nyata bahwa perusahaan telah menjalankan
kewajibannya.
Untuk itu perusahaan memerlukan sebuah sistem manajemen yang dapat membantu
perusahaan melaksanakan fungsinya sebagai perusahaan yang baik dan memperhatikan hak-hak
karyawan sebagaimana mestinya sekaligus membuktikannya kepada pihak luar. Sistem
manajemen yang dibutuhkan adalah yang mampu :
Membangun, mengelola, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah atau yang terkait
mengenai berbagai masalah yang memiliki pengaruh besar dalam hubungan industrial.
Membuktikan bahwa prosedur, aturan, atau kebijakan yang perusahaan buat telah sesuai dengan
sistem manajemen tersebut. Dengan kata lain sistem ini dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengaudit prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan berkaitan dengan masalah
ketenagakerjaan. Salah satu alternatif sistem manajemen tentang hubungan ketenagakerjaan
tersebut adalah SA 8000, yang mulai banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
3|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
B. Hak dan Tanggung Jawab
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh seseorang atau kelompok yang satu terhadap
yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak bisa menuntut (dan bukan saja
mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu.
Tetapi bila dikatakan demikian, segera harus ditambah sesuatu yang amat penting bahwa hak
adalah klaim yang sah atau klaim yang dapat dibenarkan1.
Selain itu, hak juga dapat diartikan adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak
lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Tanggung jawab adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Contoh kewajiban : Dalam jual
beli, bila kita membeli suatu barang, maka kita wajib membayar barang tersebut. Pengertian
Kewajiban Menurut Prof Notonagoro, wajib adalah beban untuk memberikan sesuatuyang
semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan .Sehingga
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai – nilai etika yang berlangsung di
lingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawannya agar
mencapai tingkat efesiensi dan produktivitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut
tentang hubungan perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya,
etika kerja menyangkut hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan2.
 Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban
Beberapa jenis hak menurut k. Bertens antara lain3:
a) Hak legal dan hak moral
Hak legal adalah yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak – hak
legal berasal dari undang – undang, peraturan hukum atau dokumen legal lainnya.
Misalnya, mengeluarkan peraturan bahwa para veteran perang memperoleh tunjangan
1
K. Bertens, Etika,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 1992), Hal.178-179
2
Erni R. Ernawan, Business Ethics(Bandung: Alfabeta2007) Hal.69
3
K. Bertens, Etika,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 1992), Hal.179-188
4|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
setiap bulan, maka setiap veteran yang memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukkan,
berhak untuk mendapatkan tunjangan tersebut.
Hak moral berfungsi sebagai dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas
prinsip atau peraturan etis saja. Sebagaimana hukum dan etika perlu dibedakan, demikian
halnya juga dengan hak legal dan hak moral. Hak moral belum tentu merupakan hal legal
juga. Memang benar, banyak hak moral serentak juga adalah hak legal. Tetapi janji yang
diadakan secara pribadi oleh dua teman, tidak menampilkan hak legal dan hanya terbatas
pada hak moral saja.
b) Hak khusus dan hak umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau
karena fungsi khusus yang dimiliki orang satu terhadap orang lain. Jadi, hak ini hanya
dimiliki oleh satu orang atau beberapa orang. Dalam hak khusus ini termasuk juga hak
privilese atau hak istimewa.
Hak umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu,
melainkan semata – mata karena ia manusia. Hak ini dimiliki oleh semua manusia tanpa
kecuali. Dalam bahasa inggris hak umum ini disebut natural right atau juga human right.
Dalam bahasa indonesia kita sudah biasa dengan istilah hak asasi manusia.
c) Hak negatif dan hak positif
Menurut tradisi yang sudah cukup panjang, dibedakan lagi antara hak positif dan
hak negatif. Hak negatif itu sepadan dengan kewajiban orang lain untuk tidak melakukan
sesuatu, yaitu tidak menghindari saya untuk melaksanakan atau memiliki apa yang
menjadi hak saya. Contoh tentang hak negatif ialah hak atas kehidupan, kesehatan, milik
atau keamanan, lagi pula hak mengikuti hati nurani, hak beragama , hak mengemukakan
pendapat, hak berkumpul dengan orang lain, dan seterusnya.
Suatu hak bersifat positif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat sesuatu
dengan saya. Anak kecil yang jatuh dalam kolam air berhak untuk diselamatkan dan
orang lain harus membantu dia, jika kebetulan menyaksikan kejadian itu. Secara umum
bisa dikatakan, semua orang yang terancam bahaya maut mempunyai hak bahwa orang
lain membantu untuk menyelamatkan mereka. Contoh hak positif lainnya adalah hak atas
makanan, pendidikan, pelayanan kesehatan, pekerjaan yang layak dan seterusnya.
5|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
d) Hak individual dan sosial
Hak yang dimiliki individu – individu terhadap negara. Negara tidak boleh
menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak – hak ini, seperti hak
mengikuti hati nurani, hak beragama, hak berserikat, hak mengemukakan pendapat.
Di samping itu ada lagi jenis hak lain yang dimiliki manusia bukan terhadap
negara, melainkan justru sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota – anggota
lain. Hak – hak ini bisa disebut sosial. Contohnya ialah hak atas pekerjaan, hak atas
pendidikan, hak atas pelayanan kesehatan.
Beberapa jenis tanggung jawab :
a). Tanggung jawab manusia terhadap tuhannya4
Sebagai kewajiban dan akhlak manusia kepada allah ialah:
- Beriman : menyakini bahwa ia sungguh – sungguh ada. Dia memiliki segala sifat
kesempurnaan dan sunyi dari segala kelemahan. Juga yakin bahwa ia sendiri
diperintahkan untuk diimani, yakni malaikat –Nya, kitab yang diturunkan –Nya,
Rasul dan Nabi – Nya, Hari kemudian dan Qadla’ yang telah ditetapkan –Nya.
-Taat : melaksanakan perintah – perintah –Nya dan menjauhi larangan – larangan
Nya.
- Ikhlas
- Tadlaru’ dan khusyuk
- Raja’ dan ad du’a yaitu optimisme dan Husnud-dhan
- Tawakal : mempercayakan diri kepada Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan
yang telah direncanakan dengan mantap.
- Tasyakkur dan Qana’ah
- Malu, tobat dan istigfar
b). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya5
Seorang manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, antara lain:

Menjaga kesucian diri,baik jasmani maupun rohani.
4
Burhanuddin salam, etika sosial asas moral dalam kehidupan manusia (jakarta:PT. Rineka Cipta
1997)hal 14-16
5
Ibid hal 13-14
6|Hak-hak dan Disiplin Karyawan

Memelihara kerapian diri. Di samping kebersihan rohani dan jasmani perlu
diperhatikan faktor kerapian sebagai manifestasi adanya disiplin pribadi dan
keharmonisan pribadi.

Berlaku tenang ( tidak terburu – buru)

Menambah pengetahuan.

Membina disiplin pribadi.
Demikianlah antara lain sejumlah tanggung jawab moral yang dibebankan kepada
diri kita sendiri sesuai dengan fitrah. Jika kita tidak penuhi kewajiban tersebut kita
akan memperoleh sanksi berupa penderitaan dan kesulitan.kewajiban moral tersebut,
sejalan dengan ajaran agama, karena pada dasarnya fitrah insan sejalan dengan
ketentuan agama.
c). Tanggung jawab terhadap masyarakat atau sesama
Tanggung jawab tidak terbatas, adalah tanggung jawabnya berlaku juga untuk semua
orang. Namun tanggung jawab terhadap tanggung jawab ini nilainya lebih tinggi,
sebab dijalankan oleh suara hati,seperti berbuat keadilan dan kebajikan.
C. Hak dan Tanggung Jawab Karyawan dan Perusahaan
1) Hak Karyawan terhadap Perusahaan
a. Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Karena, pertama kerja
melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas tubuh dan karena itu tidak
bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah
milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas,
atau diambil darinya, maka kerja pun tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil
dari seseorang.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan
lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan
hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Ketiga, hak atas kerja juga
merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas
7|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan melalui kerjanya
manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai manusia.
b. Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu,
perusahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah
yang adil. Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya ditegaskan dalam tiga
hal. Pertama, bahwa setiap pekerja mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja
berhak mendapatkan upah.
Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah. Ia juga berhak
untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga
yang telah disumbangkannya. Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada
prinsipnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal
pemberian upah kepada semua karyawan.
c. Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Persoalan upah yang adil berkaitan dengan kepentingan dua pihak yang
saling bertentangan: pemilik modal dan pekerja. Sehubungan dengan ini, tidak
dapat pula disangkal bahwa upah yang adil tidak selamanya diberlakukan dalam
suatu perusahaan. Karena itu, dalam banyak kasus upah yang adil memang harus
juga diperjuangkan oleh pekerja itu sendiri.
d. Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Selain hak-hak diatas, dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap
penting bahwa para pekerja dijamin keamanan, keselamatan, dan kesehatannya.
Lingkungan kerja dalam industri modern khususnya yang penuh dengan berbagai
risiko tinggi mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja. Beberapa hal yang perlu dijamin
dalam kaitan dengan hak atas keamanan, keselamatan, dan kesehatan ini. Pertama,
setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan yang
diadakan perusahaan itu.
8|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
Kedua, setiap pekerja berhak mengetahui kemungkina resiko yang akan
dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam
perusahaan tersebut. Karena itu, perusahaan harus memberikan informasi serinci
mungkin tentang kemungkinan-kemungkinan risiko, bentuk, dan lingkupnya serta
kompensasi (bentuk dan jumlahnya) yang akan diterimanya atau keluarganya
harus sudah diketahui sejak awal. Ini perlu untuk mencegah perselisihan untuk
mencegah kemungkinan perusahaan dituntut oleh pekerja dan keluarganya, juga
di maksudkan untuk mencegah pekerja dicurangi dalam pemberian kompensasi
tersebut.
Ketiga, setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjaan
dengan resiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya.Dengan
kata lain, pekerja tidak boleh dipaksa atau terpaksa untuk melakukan suatu
pekerjaan penuh resiko.Karena itu, setelah dia mengetahui resiko dan
kompensasinya, ia harus secara terbuka menerima atau menolaknya tanpa paksaan
apa pun.
e. Hak untuk Diproses Hukum secara Sah
Hak ini terutana berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam
dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan
tertentu. Dalam hal ini, pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya. Ia wajib diberi kesempatan untuk
membuktikan apakah ia melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak.
Konkretnya, kalau ia tidak bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela
diri. Jadi, dia harus didengar pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin
dihadapkannya, atau kalau dia bersalah dia harus diberi kesempatan untuk
mengaku secara jujur dan meminta maaf.
f. Hak untuk Diperlakukan secara sama
Dengan hak ini ditegaskan bahwa semua pekerja, pada prinsipnya, harus
diperlakukan secara sama. Artinya, tidak boleh ada diskriminasidalam perusahaan
entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya, baik
dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun perluang untuk jabatan, pelatihan atau
pendidikan lebih lanjut. Tentu saja tetap saja ada perbedaan di sana sini, tetapi
9|Hak-hak dan Disiplin Karyawan
perbedaan dalam gaji dan peluang misalnya, harus didasarkan pada kriteria dan
pertimbangan yang rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka, misalnya, atas dasar kemampuan, pengalaman, prestasi. Diskriminasi
yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah
perlakuan yang tidak adil.
g. Hak atas Rahasia Pribadi
Kendati perusahaan punya hak tertentu untuk mengetahui riwayat hidup
dan data pribadi tertentu dari setiap karyawan, karyawan punya hak untuk
dirahasiakan data pribadinya itu. Bahkan perusahaan harus menerima bahwa ada
hal-hal tertentu yang tidak boleh diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap
dirahasiakan oleh karyawan.
h. Hak atas Kebebasan Suara Hati
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran moralnya.
Ia harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal
yang baik. Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan
tertentu yang dianggapnya tidak baik: melakukan korupsi, menggelapkan uang
perusahaan, menurunkan standard an ramuan produk tertentu demi memperbesar
keuntungan, menutup-nutupi kecurangan yang dilakukan perusahaan atau atasan.
Dia tidak boleh dipaksa untuk melakukan hal ini kalau berdasarkan pertimbangan
suara hatinya hal-hal itu tidak baik dan tidak boleh dilakukannya.
2) Tanggung jawab terhadap Perusahaan6
a) Tanggung jawab ketaatan
Karyawan harus taat kepada atasannya, karena ada ikatan kerja antara keduanya.
Namun tentunya taat disini bukan berarti harus selalu mematuhi semua perintah
atasan, jika perintah tersebut dianggap tidak bermoral dan tidak wajar, maka
pekerja tidak wajib mematuhinya.
b) Tanggung jawab Konfidensialitas
6
Erni R. Ernawan, Business Ethics,(Bandung:Alfabeta),2007 Hal.69
10 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
Tanggung jawab untuk menyimpan informasi yang sifatnya sangat rahasia. Setiap
karyawan di dalam perusahaan, terutama yang memiliki akses ke rahasia
perusahaan seperti akuntan, bagian operasi, manajer, dan lain lain memiliki
konsekuensi untuk tidak membuka rahasia perusahaan kepada khalayak umum.
Kewajiban ini tidak hanya dipegang oleh karyawan tersebut selama ia masih
bekerja disana, tetapi juga setelah karyawan tersebut tidak bekerja di tempat itu
lagi. Sangatlah tidak etis apabila seorang karyawan pindah ke perusahaan baru
dengan membawa rahasia perusahaannya yang lama agar ia mendapat gaji yang
lebih besar.
c) Tanggung jawab Loyalitas
Konsekuensi lain yang dimiliki seorang karyawan apabila dia bekerja di dalam
sebuah perusahaan adalah dia harus memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Dia
harus mendukung tujuan-tujuan dan visi-misi dari perusahaan tersebut. Karyawan
yang sering berpindah-pindah pekerjaan dengan harapan memperoleh gaji yang
lebih tinggi dipandang kurang etis karena dia hanya berorientasi pada materi
belaka. Ia tidak memiliki dedikasi yang sungguh-sungguh kepada perusahaan di
tempat dia bekerja. Maka sebagian perusahaan menganggap tindakan ini sebagai
tindakan yang kurang etis bahkan lebih ekstrim lagi mereka menganggap tindakan
ini sebagai tindakan yang tidak bermoral.
3) Hak dan Kewajiban Perusahaan terhadap Karyawan
Selain membebani karyawan dengan berbagai kewajiban terhadap perusahan,
suatu perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan hak-hak yang sepadan dengan
karyawan. Perusahaan hendaknya tidak melakukan praktik-praktik diskriminasi dan
eksploitasi terhadap para karyawannya. Perusahaan juga harus memperhatikan kesehatan
para karyawannya, serta perusahaan hendaknya tidak berlaku semena-mena terhadap
para karyawannya.
Ada beberapa alasan mengapa diskriminasi dianggap tidak pantas di dalam
perusahaan. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah :
 Diskriminasi bisa merugikan perusahaan itu tersendiri, karena perusahaan tidak
berfokus pada kapasitas dan kapabilitas calon pelamar, melainkan pada faktor11 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
faktor lain diluar itu. Perusahaan telah kehilangan kemampuan bersaingnya karena
perusahaan tersebut tidak diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.
 Diskriminasi juga melecehkan harkat dan martabat dari orang yang didiskriminasi.
 Diskriminasi juga tidak sesuai dengan teori keadilan. Terutama keadilan distributif.
Lawan kata dari diskriminasi adalah favoritisme. Favoritisme berarti
mengistimewakan seseorang dalam menyeleksi karyawan, menyediakan bonus, dan
sebagainya. Meskipun berbeda jauh dengan diskriminasi, favoritisme tetap dipandang
tidak adil karena memperlakukan orang lain secara tidak merata. Namun di dalam halhal tertentu, favoritisme masih dapat ditolerir seperti dalam pengelolaan took kecil dan
tempat-tempat peribadatan. Favoritisme tidak dapat ditolerir lagi di dalam
pemerintahan dan perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan ketrampilan dan
kemampuan yang lebih terhadap para pegawainya. Prinsip ini juga bertentangan dengan
prinsip birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber.
Perusahaan hendaknya juga mendistribusikan gaji secara adil terhadap seluruh
karyawannya. Hendaknya perusahaan tidak hanya menggunakan evaluasi kinerja saja
untuk menentukan gaji para karyawannya, tapi akan lebih etis lagi apabila perusahaan
juga ikut memperhitungkan berapa kepala yang bergantung pada sang karyawan
tersebut.
4) Hubungan antara Hak dan Kewajiban Karyawan dan Perusahaan
Hak merupakan topik yang masih agak baru dalam literature etika umum.
Sebaliknya pembahasan tentang kewajiban mempunyai tradisi yang sudah lama sekali.
Dalam buku etika sejak dulu banyak dibicarakan tentang kewajiban terhadap Tuhan,
agama, raja/penguasa, negara atau kelompok khusus dimana orang menjadi anggota
(keluarga, kalangan profesi, dan sebagainya).
Ada seorang filosof yang berpendapat bahwa selalu ada hubungan timbal balik
antara hak dan kewajiban. Pandangan yang disebut “teori korelasi” itu terutama dianut
oleh pengikut utilitarisme. Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan
dengan hak orang lain dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban
orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Mereka berpendapat bahwa dapat berbicara
12 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi. Hak yang tidak ada kewajiban
sesuai tidak pantas disebut ” hak “7.
Karena hubungan antara tenaga kerja dan perusahaan merupakan hubungan
timbal-balik maka ketika salah satu pihak mengerjakan kewajiban mereka maka hak
pihak lainnya akan terpenuhi, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu pada tulisan kali
ini hanya akan memberikan penjabarkan kewajiban kedua belah pihak, yang mana jika
kewajiban-kewajiban itu dilaksanakan maka hak masing-masingpun akan terpenuhi.
Konsekuensi lain yang dimiliki seorang karyawan apabila dia bekerja di dalam
sebuah perusahaan adalah dia harus memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Dia harus
mendukung tujuan-tujuan dan visi-misi dari perusahaan tersebut. Karyawan yang sering
berpindah-pindah pekerjaan dengan harapan memperoleh gaji yang lebih tinggi
dipandang kurang etis karena dia hanya berorientasi pada materi belaka. Ia tidak
memiliki dedikasi yang sungguh-sungguh kepada perusahaan di tempat dia bekerja.
Maka sebagian perusahaan menganggap tindakan ini sebagai tindakan yang kurang etis
bahkan lebih ekstrim lagi mereka menganggap tindakan ini sebagai tindakan yang tidak
bermoral.
Terakhir, perusahaan hendaknya juga tidak bertindak semena-mena dalam
mengeluarkan karyawan :
· Perusahaan hanya boleh memberhentikan karyawan karena alasan yang tepat.
· Perusahaan harus berpegang teguh pada prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
· Perusahaan harus membatasi akibat negative bagi karyawan sampai seminimal
mungkin.
D. Disiplin Karyawan
Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajer Sumber Daya Manusia.
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik semakin
disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan
yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.
7
K. Bertens, Etika,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 1992), Hal 192-193
13 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
Keith Davis (1985-366) mengemukakan bahwa “ Dicipline is management action to
enforce organization standards “. Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja dapat
diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer
selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang manajer
dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik. Untuk
memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak
faktor yang mempengaruhinya.
Apakah yang dimaksud dengan kedisiplinan yang baik? Rumusan yang tepat untuk
menjawab pertanyaan di atas merupakan hal yang sangat sulit, tetapi penulis mencoba
memberikan definisi sebagai berikut :

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma social yang berlaku.

Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan
dan
sadar
akan
tugas
dan
tanggung
jawabnya.
Jadi,
dia
akan
mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.

Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai
dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.
Jadi, seseorang akan bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugastugasnya, baik secara sukarela maupun karena terpaksa. Kedisiplinan diartikan jika karyawan
selalu datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku. Mengapa dalam
kedisiplinan karyawan diperlukan peraturan dan hukuman?
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi
karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik,
semangat kerja, moral kerja, efisiensi, dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini
akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya perusahaan
sulit mencapai tujuannya, jika karyawan tidak mematuhi peraturan-peraturan perusahaaan
14 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
tersebut. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati
peraturan-peraturan yang ada.
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya
menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus adil dan tegas terhadap semua
karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan
tanpa dibarengi pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik
bagi karyawan.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa dukungan
disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan
adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Indikator-indikator apa
saja yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu perusahaan?
 Indikator-indikator Kedisiplinan
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu
organisasi, di antaranya:
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang
akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan
karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus
sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan
disiplin dalam mengerjakannya.
Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya
maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya: pekerjaan untuk karyawan
berpendidikan SMU ditugaskan kepada seorang sarjana atau pekerjaan untuk sarjana
ditugaskan bagi karyawan berpendidikan SMU. Jelas karyawan bersangkutan kurang
berdisiplin dalam melaksanakan pekerjaan itu. Disinilah letak peningnya asas the right man in
the right place and the right man in the right job.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus member
contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Denga
15 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
teladan pimpinan yang baik, kedisplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan
kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang
disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani
bawahnnya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar
para bawahn pun mempunyai disiplin yang baik pula.
Pepatah lama mengatakan kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari atau pepatah
Batak singkam batang na singkam tunas na atau harimau tidak mungkin beranak domba.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/
pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisplinan mereka
akan semakin baik pula.
Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus memberikn balas
jasa yang relative besar. Kedisplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang
mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidaupnya beserta keluarga.
Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisplinan karyawan. Artinya
semakin besar balas jasa semakin baik kedisplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa
kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama
kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlaukan sama dengan manusia
lainnya.
Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau
hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap
dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan kedilan
yang baik akan menciptakan kedisiplinan yan gbaik baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan
dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
16 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudnkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif
dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Hal ini berarti atasan harus selalu ada/ hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa
mendapat perhatian, bimbungan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasnnya.
Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap
individu bawahannya, sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif. Waskat bukan hanya
mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga harus berusaha mencari
system kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan
masyarkat. Dengan system yang baik akan tercipta internal kotrol yang dapat mengurangi
kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja karyawan.
Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam
mencapai tujuan perusahan, karyawan, dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara
atasan dengan bawahan, terwujudlah kerjasama yang baik dan harmonis dalam perusahaan
yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.
Kesimpulan
Waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/ mengetahui kesalahan,
membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan
pernan atasan dan bawahan, menggali system-sistem kerja yang paling efektif, serta
menciptakan system internal control yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturanperaturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
Berat/ ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik/ buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis,
17 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman
seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik
karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara
kedisiplinan dalam perusahaan.
Menurut Indrakusuma (1981: 48-49), menyinggung tentang hukuman disiplin, maka
dalam Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980 disebutkan tiga tingkatan hukuman disiplin,
yaitu:
a) Hukuman Disiplin Ringan, terdiri atas:
1. Teguran lisan
2. Teguran tulisan
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis
b) Hukuman Disiplin Sedang, terdiri atas:

Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun.

Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
tahun.

Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun.
c) Hukuman Disiplin Berat, terdiri atas:

Penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 tahun

Pembebasan dari jabatan

Pemberhentian dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil tidak atas
permohonan sendiri

Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan
karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk mnghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan
yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan
disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahn. Dengan demikian, pimpinan kan dapat
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya aabila seorang pimpinan kurang
tegas untuk memelihara kedisiplinan bawahnnya, bahkan sikap indisipliner karyawan semakin
18 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku
lagi. Pimpinan yang tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar
peraturan, sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut.
Kesimpulan
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan
mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesame karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical
maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan
cross relationship hendaknya harmonis.
Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta
mengikat, vertical maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya humon
relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasan kerja yang yang nyaman.
Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan
akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
Kesimpulan
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolok ukur untuk mengukur/
mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa fungsi-fungsi
MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya jika kedisiplinan
karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM pada perusahaan kurang baik.
Jadi, dapat dikatakan “kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,
dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan
semua tugasnya dengan baik.
 Macam-Macam Disiplin Kerja
Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu:
a. Disiplin Preventif
Adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai mengikuti dan mematuhi
pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya
19 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai
dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.
Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam membangun iklim
organisasi dengan disiplin preventif. Begitu pula pegawai harus dan wajib mengetahui,
memahami semua pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.
Disiplin preventif merupakan suatu system yang berhubungan dengan kebutuhan
kerja untuk semua bagian system yang ada dalam organisasi. Jika system organisasi
baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
b. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan
suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai pedoman
yang berlaku terhadap perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk
memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan
pelajaran kepada pelanggar.
Disiplin korektif, memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang
seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (1985;367) yang
mengemukakan bahwa:
Corrective discipline requires attention to due process, which means that
procedures show concern for the rights of the employee involved. Major requirements
for due process include the following: 1) A presumption of innocence until reasonable
proof of an employee’s role in an offense is presented; 2) the right to be heard an in
some cases to be represented by another person; 3) discipline that is reasonable in
relation to the offense involved.
Keith Davis berpendapat bahwa disiplin korektif memerlukan perhatian proses
yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur harus menunjukan pegawai yang
bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan
adalah pertama,
suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai
berperan dalam pelanggaran. Kedua,
20 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
hak untuk di dengar dalam beberapa kasus
terwakilkan ole pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan keterlibatan pelanggaran.
 Pendekatan Disiplin Kerja
Ada 3 pendekatan disiplin kerja yaitu:
a). Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
1. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik.
2. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hokum yang berlaku.
3. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka harus
diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan faktafaktanya.
4. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus
disiplin.
b). Pendekatan Disiplin Dengan Tradisi
Pedekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pedekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
1. Disiplin delakukan oleh atsan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan
kembali bila telah diputuskan
2. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan tingkat pelanggarannya.
3. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun pegawai
lainnya.
4. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hubungan yang lebih keras.
5. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberi
hukuman yang lebih berat.
c). Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
1. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.
2. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan prilaku.
21 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
3. Disipli ditujukan untuk perubahan prilaku yang lebih baik.
4.Disiplin
pegawai
bertujuan
agar
pegawai
bertanggung
jawab
terhadap
perubahannya.
 Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin dengan memberikan peringatan, harus
segera, konsisten, dan impersonal.
a. Pemberian Peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai
yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Di samping
itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
memberikan penilaian kondite pegawai.
b. Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang
sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang
bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan.
Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Disamping itu,
member peluang pelanggar untuk mengabaikan disiplin perusahan.
c. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal
ini bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang
berlaku
pada
perusahaan.
Ketidakkonsisten
pemberian
sanksi
dapat
mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringannya
sanksi, dan pengabaian disiplin.
d. Pemberian Sanksi Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan
pegawai, tua muda, pria-wanita ttetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku
untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku di perusahaan.
22 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai perusahaan yang baik, dalam menentukan kebijakan/aturan hendaknya hak-hak
karyawan diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan. Tanggung jawab adalah suatu beban atau
tanggungan yang bersifat kontraktual. hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak
lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Etika kerja
merupakan rumusan penerapan nilai – nilai etika yang berlangsung di lingkungannya, dengan
tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat efesiensi
dan produktivitas yang maksimal.
Memiliki hak-hak karyawan terhadap perusahaan : hak atas pekerjaan, hak atas upah
yang adil, hak untuk berserikat dan berkumpul, hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan,
hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan secara sama, hak atas rahasia
pribadi, dan hak atas kebebasan suara hati. Dan juga memiliki tanggung jawab terhadap
karyawan : tanggung jawab ketaatan, tanggung jawab konfidensialitas, dan tanggung jawab
loyalitas. Hubungan antara tenaga kerja dan perusahaan merupakan hubungan timbal-balik maka
ketika salah satu pihak mengerjakan kewajiban mereka maka hak pihak lainnya akan terpenuhi,
begitu juga sebaliknya.
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik
semakin disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang
baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
23 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
Daftar Pustaka
Hasibuan, Malayu S. P., Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:PT Bumi Aksara.2007
Bertens, K., Etika.Jakarta: PT Gramedia Pustaka.1992
Ernawan, Erni R., Business Ethic.Bandung: Alfabeta.2007
Salam, Burhanuddin., Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia.Jakarta:PT Rineka Cipta.1997
24 | H a k - h a k d a n D i s i p l i n K a r y a w a n
Download