Uploaded by User76585

3. BAB I - V PLUS CL 1,2,3

advertisement
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik,
diwujudkan
dengan
adanya
interaksi
belajar
mengajar
atau
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis yang berpedoman
pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan yang berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas
pembelajaran. Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. ”Jadi, kegiatan
belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya
agar suasana kelas lebih aktif” (Sutarto Hadi, 2005:2).
Menurut Aunurrahman (2009:35) belajar dapat diartikan sebagai “suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu di dalam
commit to user
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut (Erman Suherman, 2003 : 55)
menyatakan “Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang
objek kajiannya bersifat abstrak, materinya disusun secara hierarkis, dan cara
penalarannya adalah bersifat deduktif”. Menurut (Karso, 2007 : 6) “Objek
matematika bersifat abstrak, sehingga dalam belajar matematika memerlukan
daya nalar yang tinggi”.
Matematika merupakan ilmu dasar
yang menjadi alat untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap
matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsepnya harus dipahami dengan
benar sejak dini. Hal ini dikarenakan konsep-konsep dalam matematika
merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Di mana suatu konsep disusun
berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep
selanjutnya. Dengan demikian pemahaman konsep yang salah akan berakibat
pada kesalahan terhadap konsep selanjutnya (Antonius Cahyo Prihandoko,
2006: 7).
Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipilih untuk
menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta
berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan
itu, mata pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar menekankan
pada pembentukan nalar/logika, sikap dan ketrampilan yang terkandung dalam
setiap pembelajaran matematika. Di samping itu, matematika memberikan
kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui
sikap kritis dan berfikir logis (Suminarsih, 2003:10).
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran matematika yang
benar oleh seorang guru sangat diperlukan dalam menanamkan konsep-konsep
matematika di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika
di jenjang pendidikan dasar yang tertulis dalam Standar Nasional Pendidikan
2006 yaitu untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui
latihan bertindak berdasar kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, aktifitas pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan tujuan di atas. Materi yang
disampaikan hanya berupa informasi yang lebih mengaktifkan guru, sedangkan
siswa pasif mendengarkan dan menyalin dalam buku catatan. Sesekali guru
bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan
dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih
nalar/logika
siswa
untuk
berlatih
aktif
mencari
dan
menyelesaikan
pembelajaran.
Hal ini disebabkan oleh tuntutan kurikulum yang lebih menekankan
pada pencapaian target. Artinya, semua bahan harus selesai dijabarkan dan
bukan pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang diutamakan.
Akhirnya terjadilah penghafalan konsep sehingga pemahaman konsep
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
matematika rendah. Menurut Mukhayat (2004: 34) belajar dengan menghafal
tidak terlalu banyak menuntut aktifitas berfikir anak dan mengandung akibat
buruk pada perkembangan mental anak. Anak kehilangan sense of learning,
kebiasaan yang membuat anak bersifat pasif. Berkenaan dengan itu Isriani
(2012) mengemukakan bahwa guru bukan hanya menyampaikan materi
pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Kebanyakan guru masih mengajar secara konvensional, pembelajaran
berpusat pada guru (teacher center), metode mengajar masih monoton dan
guru belum dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Keadaan inilah yang
membentuk pemahaman siswa bahwa matematika merupakan mata pelajaran
yang sangat sulit, membosankan, dan menakutkan. Kemampuan berfikir siswa
sangat rendah sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal dalam bentuk soal cerita ataupun soal yang memerlukan menghafal rumusrumus. Untuk mengatasi persoalan di atas, perlu diusahakan pembelajaran yang
sudah ada dengan mengubah paradigma belajar.
Pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang
mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep, melakukan
refleksi, abstraksi, formalisasi, dan aplikasi. Siswa diberi kesempatan untuk
memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman
sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif,
dan dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan pemikirran matematika
tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada. Salah
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran
matematika berbasis masalah / problem-based learning.
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan diskusi membahas
permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah masalah sebagai stimulus
dalam
pembelajaran.
Pembelajaran
ini
akan
merangsang
siswa
mengidentifikasi, mendiskusikan, dan meneliti permasalahan yang disajikan
dalam pembelajaran. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil,
banyak kerjasama dan interaksi, mendiskusikan hal yang tidak atau kurang
dipahami serta berbagi peran untuk melaksakan tugas dan saling melaporkan
(Pannen, Dina Mustafa & Mestika Sekarwinahyu, 2001: 85-86).
Berdasarkan keadaan bahwa kebanyakan guru masih mengajar secara
konvensional, pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), metode
mengajar masih monoton dan guru belum dapat mengaktifkan siswa dalam
belajar sebagaimana tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based
Learning pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi.”
B. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Bagaimana perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 4 Purwodadi?
2.
Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 4 Purwodadi?
3.
Adakah hambatan dan bagaimana cara mengatasi dalam Implementasi
model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini ada 4 (empat) yaitu:
1. Untuk mengetahui perencanaan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4
Purwodadi.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4
Purwodadi.
3. Untuk mengetahui evaluasi dan hasil implementasi model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa
kelas V SD N 4 Purwodadi
4. Untuk mengetahui hambatan dan bagaimana cara mengatasi dalam
Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi.
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dapat
menambah
wawasan
tentang
pelaksanaan
Model
Pembelajaran Problem Based Learning dan sebagai bahan referensi peneliti
yang lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning.
b. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning
a. Pengertian
Nurhayati
Pembelajaran
Abbas
Problem
(2000:12),
Based
menyatakan
Learning
(PBL)
bahwa
“Model
adalah
model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri”.
Nani
Ratnaningsih
(2003),
menyatakan
bahwa
“Model
Pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas
mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui
situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran”.
H. Barrows dalam Ibrahim
(2002) menyatakan bahwa proses
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal dan
integritas pengetahuan baru. Sementara itu Mulyasa (2008 : 2)
mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structure, atau open ended
commit to user
8
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melalui stimulus dalam belajar. Sementara itu Moffit (dalam Supinah,
2008: 62) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai
pendekatan yang melibatkan siswa dalam penyelidikan dalam pemecahan
masalah yang memadukan ketrampilan dan konsep dari berbagai
kandungan area.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat dirangkum
bahwa Model Pembelajaran PBL merupakan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis, sebab guru berperan sebagai penyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog, serta melibatkan siswa untuk memecahkan
suatu masalah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan
dengan
masalah
tersebut
dan
sekaligus
memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis
masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk
memahami
konsep,
prinsip,
dan
mengembangkan
keterampilan
memecahkan masalah.
b. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning
Wardhani (2007: 10) mengemukakan PBL meliputi tiga aliran
utama yang berkembang pada abad dua puluh yaitu sebagai berikut:
1) Pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya (1916). Menurut
Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih
besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah
kehidupan yang nyata. Pendapat Dewey ini memberikan dasar filosofi
dari PBL.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pemikiran Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget, anak memiliki
rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami
dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara
aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan
yang mereka hayati. Ketika tumbuh semakin dewasa dan memperoleh
lebih banyak kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental
mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan lebih abstrak. Pada
semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan
mereka, memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori
yang menjelaskan lingkungan itu.
3) Pemikiran Lev Vygotsky (1896-1934) dengan konstruktivismenya,
serta Jerome Brunner dengan pembelajaran penemuannya, Vygotsky
berpandangan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa. Brunner menyatakan pentingnya pembelajaran penemuan yaitu
model pembelajaran yang menekankan perlunya membantu siswa
memahami struktur atau ide dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa
aktif terlibat
dalam
proses pembelajaran
dan
yakin
bahwa
pembelajaran yang sebenarnya adalah yang terjadi melalui penemuan
pribadi/sendiri.
Berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah telah
menunjukkan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pengajuan masalah atau pertanyaan
Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan
prinsip-prinsip atau ketrampilan
akademik tertentu. Pembelajaran
berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka dihadapkan pada situasi
kehidupan nyata yang autentik , menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi
untuk situasi itu.
Menurut Arends (dalam Nurhayati Abbas, 2000:13), pertanyaan dan
masalah yang diajukan haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu:
autentik, jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, dan bermanfaat. Secara terperinci adalah sebagai
berikut:
a) Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia
nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu
tertentu.
b) Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya
menyulitkan siswa meenyelesaikannya.
c) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah
dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat
commit to user
dengan tingkat perkembangan
siswa.
sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
d) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang
disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah
tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan
sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itu,
masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
e) Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan
haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun
guru sebagai pembuat/pengembang masalah. Masalah yang
bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi
belajar siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada
mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah
yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata
agar dalam
pemecahannya siswa meninjau/memandang masalah itu dari berbagai
mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik
Pembelajaran berbasis masalah, siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
commit to user
Mereka harus menganalisa dan mendefinisikan masalah,
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan
dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuat
inferensi
dan
merumuskan
kesimpulan.
Metode
penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang
dipelajari.
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan,
model fisik, video atau program komputer (dalam Nurhadi, 2003:56)
Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama
satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk
berbagi secara inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.
c. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama
(Nurhadi, 2003:58-59). Kelima tahapan itu dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
commit
user
penyajian dan analisis hasil
kerjatosiswa.
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahapan
Tingkah Laku Guru
Tahap 1:
Guru menjelaskan tujuan
Orientasi siswa pembelajaran, menjelaskepada masalah kan
logistik
yang
dibutuhkan, memotivasi
siswa agar terlibat pada
pemecahan masalah yang
dipilihnya.
Tahap 2:
Guru membantu siswa
Mengorganisasi mendefinisikan
dan
siswa untuk
mengorganisasikan tugas
belajar
belajar
yang
berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap 3:
Guru mendorong siswa
Membimbing
untuk
mengumpulkan
penyelidikan
informasi yang sesuai,
individual dan melaksanakan
ekspekelompok
rimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalahnya
Tahap 4:
Guru membantu siswa
Mengembangka merencanakan
dan
n dan
menyiapkan karya yang
menyajikan
sesuai seperti laporan,
hasil karya
video dan model serta
membantu mereka berbagi
tugas
dengan
temannya.
Tahap 5:
Guru membantu siswa
Menganalisis
melakukan refleksi atau
dan
evaluasi
terhadap
mengevaluasi
penyelidikan mereka dan
proses
proses-proses
yang
pemecahan
mereka gunakan.
masalah
Tingkah Laku Siswa
Siswa memahami tujuan
pembelajaran, menyiapkan
logistik
yang
dibutuhkan, termotivasi
untuk
terlibat
pada
pemecahan masalah yang
dipilihnya.
Siswa dengan bantuan
guru mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar
yang
berhubungan dengan masalah
tersebut.
Siswa
mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalahnya
Siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
video dan model serta
berbagi tugas dengan
temannya.
Siswa melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan
proses-proses
yang
mereka gunakan.
Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL
Keunggulan Model Pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
(1) PBL merupakan model
pembelajaran
commit
to user yang cukup bagus untuk lebih
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memahami isi pelajaran, (2) pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa, (3) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa, (4) dapat membantu siswa untuk membentuk
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata,
(5) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (6)
dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya, (7) dapat memperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran (Matematika, IPA, Sejarah dan lain-lain)
pada dasarnya memerlukan cara berpikir dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau bukubuku saja, (8) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa, (9)
dapat
mengembangkan
kemampuan
siswa
berpikir
kritis
dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru, (10) dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata, dan (11) pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir (Ade Sanjaya, 2011:220).
Kelemahan yang terdapat dalam Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) yaitu: (1) manakala siswa tidak memiliki minat
atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, (2)
keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan, (3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan
belajar apa yang seharusnya mereka pelajari” (Ade Sanjaya, 2011:221).
2. Hasil Belajar Matematika SD
a. Definisi Belajar
Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar
pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama
yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu
perubahan dalam dirinya. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan
memberikan definisi belajar sebagai berikut. Sntrock dan Yussen
(Sugihartono, 2007: 74) mengemukakan bahwa belajar merupakan
perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Sugihartono (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2003: 2)
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84)
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengemukakan belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi
lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006:10) mengemukakan belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya
b. Ciri - Ciri Belajar
Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut
Djamarah (2002:15) belajar mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar
Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan mencakup seluruh tingkah laku
Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri
tingkahlakunya. Orang bebas memilihsesuai dengan kebutuhannya., tidak
to sesuai
user dengan Wasty Sumanto yang
terkait pada lingkungan.commit
Hal ini
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikutip dari Max Darsono (2000:18) bahwa tujuan pendidikan selalu
membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Menurut pandangan
dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006 : 37) belajar merupakan
proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu
entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar
merupakan
proses
mengasimilasi
dan
menghubungkan
dengan
pengalaman atau bagian yang dipelajarinya dari pengertian yang dimiliki
sehingga pengertiannya menjadi berkembang.
Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam
belajar menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006 : 38)
yaitu:
1) Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami.
2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi erupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman subjek belajar
dengan dunia fisik dengan lingkungannya.
5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si
subjek belajar, tujuan, motivasi, yang mempengaruhi proses interaksi
dengan bahan yang telah dipelajari.
c. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa.
Muhabbibin
Syah (2003:
144)
menyebutkan tiga faktor
yang
memengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
1) Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan
psikologis.
a) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan
kondisi panca indra.
b) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.
2) Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
memengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
a) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama
manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak
langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang memengaruhi
belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah, dan masyarakat.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar,
cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya
belajar yang meliputi strategi, metode dan model pembelajaran yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran.
Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu
dalam memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani
commit tountuk
user menunjang keberhasilan belajar.
siswa sesuai dengan kondisinya
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu yang
mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yang di dalamnya terdapat model pembelajaran
Joyce
(Trianto, 2010:22) menyatakan bahwa model pembelajaran mengarahkan
kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tepat tidaknya
guru menggunakan model pembelajaran, turut menentukan bagaimana
hasi belajar yang dicapai siswa. Maka dalam penelitian ini membicarakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu model
pembelajaran.
d. Hasil Belajar Matematika
Setelah
mengetahui
pengertian
belajar
dan
faktor
yang
mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana
Sudjana (2005:5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya
memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertentu. Syaiful Bahri Djamarah (2002:23) mengungkapkan hasil belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar
terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan
menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran,
penilaian, dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan
penilaian
(assessment),
sedangkan
penilaian
didahului
dengan
pengukuran. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010 : 22 – 31)
mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a) Mengingat (remembering)
b) Memahami (understanding)
c) Menerapkan (applying)
d) Menganalisis (analyzing)
e) Mengevaluasi (evaluating)
f) Mencipta (creating)
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima
aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai
tingkat yang kompleks sebagai berikut:
a) Reciving/attending (penerimaan)
b) Responding (jawaban)
c) Valuing (penilaian)
d) Organisasi
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
3) Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan
kemampuan
bertindak
individu.
Ada
enam
tingkatan
keterampilan, yakni:
a) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain
d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan
e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks
f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah
tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula
sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan
ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan,
pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat
dilatih di SLTP dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai
urutan yang ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir
yang paling rendah, misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama
tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe hasil
belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi
contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat
usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Diantara ketiga
ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam
pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil
ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan
aplikasi (C3).
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau
manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau intelegensia. (Nasution, 1980 dalam Sri
Subarinah, 2006 : 1). Antonius Cahya Prihandoko (2006 : 1)
mengemukakan matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap
matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus
dipahami dengan betul dan benar sejak dini.
Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu
rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsepkonsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep
selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep,
akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep
selanjutnya. Em Zul Fajri (2007 : 554) menyatakan pengertian
matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah bilangan. Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001 : 18)
mengemukakan berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Ruseffendi (Sri
Subarinah, 2006: 1) mengatakan matematika itu terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma
dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya sehingga matematika
disebut ilmu deduktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
mengenai definisi matematika. Matematika adalah kumpulan ide-ide
yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai
peran yang penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain.
e. Pembelajaran Matematika di SD
Suharjo (2006 : 85) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya
tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik, akan tetapi merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru
untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu,
serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien. Merujuk pada berbagai pendapat
para ahli matematika dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi
siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang
efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa
(Heruman, 2008 : 2) .
Dalam membelajarkan matematika, guru harus memahami bahwa
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa
menyenangi mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang
baik menuntut penggunaan model ataupun metode pembelajaran yang
bervariasi. Hal ini masuk akal karena suatu topik matematika kadangkadang dapat diajarkan secara lebih baik hanya dengan menggunakan
model tertentu. Selain itu jika guru matematika hanya dengan
menggunakan satu jenis model mengajar, maka akan dimungkinkan para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
siswa menjadi lebih cepat bosan atau jemu terhadap materi yang
disampaikan.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk menuju tahap
pembinaan keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar
yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa, yaitu (1)
Penanaman konsep dasar, (2) Pemahaman konsep, dan (3) Pembinaan
Keterampilan (Heruman, 2008 : 2 – 3). Matematika sangat diperlukan
dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu diajarkan bagi siswa
SD. Sesuai dengan kurikulum 2006 KTSP, disebutkan tujuan mata
pelajaran matematika di SD (Riyanto Dwidasih dkk, 2006: 4) adalah:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Memahami
konsep
matematika
sangatlah
penting
untuk
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Maka pada Sekolah
Dasar, guru harus menyampaikan konsep matematika dengan baik dan
benar agar siswa dapat mengaplikasikan pada kehidupan nyata dengan
benar. Selain memahami konsep, melatih cara berfikir dan bernalar
dalam pembelajaran matematika juga penting untuk memudahkan dalam
memecahkan suatu masalah. Pembelajaran di Sekolah Dasar merupakan
pondasi pembelajaran matematika yang nantinya digunakan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka dari itu,
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan harus
ditanamkan agar siswa dapat dengan senang hati mempelajari
matematika.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, dapat
dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar
menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar mampu menghadapi berbagai
masalah dalam kehidupan ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu
sendiri maupun masalah dalam bidang ilmu lain. Maka, pembelajaran
matematika di SD perlu dirancang sebaik mungkin agar siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan rencana penelitian kami adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma Siska Utari, Trimurti Saleh, dan
Indaryanti. 2013. Berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan
Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas X SMA Negeri 1
Inderalaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan
untuk
mengetahui
gambaran
pelaksanaan
pembelajaran
matematika dengan model Problem Based Learning di kelas X SMA Negeri
I Inderalaya yang dilihat dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas X.D berjumlah 31 orang. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Observasi digunakan
untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model
Problem Based Learning. Tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa.
Aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
model Problem Based Learning secara keseluruhan dikategorikan aktif
dengan nilai rata-rata 77,91. Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya
pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning
dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,49. Pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan model Problem Based Learning merupakan akumulasi
dari aktivitas dan hasil belajar siswa, persentase pelaksanaan Problem Based
Learning adalah 79,03%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based
Learning di kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya dikategorikan baik.
Berdasarkan penelitian di atas, maka terdapat persamaannya dengan
rencana penelitian ini, yaitu pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model PBL memberikan kontribusi positif dengan hasil
belajar yang dicapai. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian
terdahulu ini tidak mengungkapkan adanya kendala dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBL.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Leonardus Baskoro Pandu. 2013.
Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Komputer di SMK N 2 Wonosari
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keaktifan siswa dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X EI
SMK Negeri 2 Wonosari Yogyakarta yang dilaksanakan dalam 2 siklus.
Setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan dimulai dengan tahapan
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan model Problem Based
Learning (PBL) dan refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi/pengamatan. Analisis data dilakukan dengan perbandingan
antara hasil tes pada siklus 1 dan siklus 2 dengan teknik deskriptif. Artinya
dari data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya kemudian
dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta
yang ada dan mendiskripsikan sesuai dengan fenomena. Sedangkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem rata-rata kelas pada
hasil evaluasi tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi dan
aktivitas belajar siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta dalam
pembelajaran mata diklat Komputer (KK6) mengalami peningkatan, hal ini
ditunjukkan dari: (1) Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh
informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktivitas listening dari 86%
menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi
84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motorik
dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. (2) Peningkatan
nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 4,16%
yaitu dari 91 menjadi 95. Pada siklus 2 kategori nilai sangat tinggi siswa
meningkat sebanyak 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa.
Penelitian di atas menjelaskan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa
dengan menggunakan PBL lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
seperti biasa. Hal ini sama dengan rencana penelitian ini, tetapi yang
berbeda adalah pada rencana penelitian ini lebih fokus mengukur tentang
besarnya keaktifan siswa, menjelaskan dan mendeskripsikan hasil yang
dicapai pada pembelajaran matematika dengan menggunakan PBL.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan,
berjudul Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses
Pembelajaran Di BPTP Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
keberhasilan proses pembelajaran melalui model Problem Based Learning
(PBL). Penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada siswa SMK kelas XI yang melaksanakan proses pembelajaran di BPTP
Bandung. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus pembelajaran. Hasil tes
kognitif melalui pre test dan post test pada siklus I ditinjau dari persentase
siswa yang mencapai nilai > 60 adalah sebanyak 8,33% meningkat menjadi
91,67%, pada siklus II meningkat dari tidak ada menjadi 90,48%, dan pada
siklus III dari 38,89% meningkat menjadi 94,44%. Hasil penilaian aspek
psikomotor menunjukkan kategori cukup terampil pada siklus I meningkat
menjadi kategori terampil pada siklus II dan siklus III. Hasil penilaian aspek
afektif pada ketiga siklus menunjukkan kategori netral dengan peningkatan
nilai IPK pada setiap siklusnya. Penguasaan siswa dilihat dari hasil tes
sumatif memiliki kategori tinggi dengan nilai rata-rata 6,43. Kemudian
untuk aktifitas guru dilihat dari lembar observasi aktivitas guru
menunjukkan peningkatan dari kategori sedang pada siklus I dan siklus II
menjadi kategori baik pada siklus III. Kesan dan tanggapan guru melalui
wawancara menyatakan bahwa dengan menerapkan model PBL kondisi
kelas
menjadi
lebih
aktif,
siswa
menjadi
berani
tampil
dalam
mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan kesan dan tanggapan siswa
menyatakan bahwa kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat
terlatih memecahkan contoh permasalahan melalui kegiatan praktikum.
Berdasarkan penelitian di atas, terdapat perbedaan pada metode
penelitiannya, yaitu penelitian terdahulu dengan PTK (Penelitian Tindakan
Kelas), sedangkan rencana penelitian ini dengan deskriptif kualitatif.
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan persamaaannya adalah bahwa model PBL menghasilkan siswa
aktif dan maju pada hasil belajarnya.
4. Penelitian Oleh Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu Sudiarta, Gede Suweken,
2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Pertanyaan Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
pertanyaan metakognitif terhadap prestasi belajar matematika ditinjau
dari
motivasi
berprestasi
siswa.
Penelitian
ini
merupakan
jenis
penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sukawati
dengan melibatkan sampel sebanyak 90 siswa. Sampel penelitian
ditentukan
yang
dengan
teknik
random
sampling.
Instrumen
penelitian
digunakan berupa kuesioner motivasi berprestasi dan tes prestasi
belajar matematika. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan
metakognitif
lebih baik dari
prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Pada
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun motivasi
berprestasi
rendah,
prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
pertanyaan metakognitif lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengikuti dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3) Tidak terdapat
interaksi antara
model
pembelajaran
dengan
motivasi
berprestasi
terhadap prestasi belajar siswa.
Persamaan penelitian tersebut dengan rencana penelitian ini adalah
model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar
matematika. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian
terdahulu merupakan jenis penelitian eksperimen sedangkan rencana
penelitian ini merupakan jenis penelitian desriptif kualitatif.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Gd. Gunantara, Md Suarjana, Pt. Nanci
Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan
pemecahan masalah
pada
mata
pelajaran
Matematika
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based learnig (PBL).
Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penerapan
model
pembelajaran
Problem
Based
learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
yakni dari siklus I ke siklus II sebanyak 16,42% dari kriteria sedang
menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning
(PBL) dapat
meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persamaan penelitian tersebut dengan rencana penelitian ini adalah
kemampuan
pemecahan
masalah
pada
pembelajaran
matematika
diberlakukan di kelas V. Sedangkan perbedaannya penggunaan siklus pada
penelitian terdahulu untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil
belajarnya sedangkan pada rencana penelitian ini mendeskripsikan
perubahan hasil belajar dari nilai raport/hasil tes matematikanya setelah
menggunakan model PBL.
C. Kerangka Berfikir
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan
untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam
struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Proses pembelajaran dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar,
bagaimana siswa mengolah masalah sehingga menjadi miliknya. Hasil belajar
siswa diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah
menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui
ketrampilan proses.
Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh pemahaman tentang implementasi
model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran matematika
di SD N 4 Purwodadi. Gambaran tersebut dideskripsikan dalam kerangka
sebagai berikut:
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Latar Belakang:
1. Pembelajaran konvensional
2. Metode monoton
3. Belum mengaktifkan siswa
Perencanaan
Pembelajaran
dengan PBL
Pelaksanaan
Pembelajaran
dengan PBL
Kendala dan cara
mengatasi
Tabel 2. Kerangka Berfikir
commit to user
Evaluasi
dan Hasil
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Rancangan (desain) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Bogdan dan Tailor dalam Moleong (2007 : 4)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang paling dasar (Sukmadinata, 2007 : 72).
Penelitian
deskriptif
ditujukan
untuk
mendeskripsikan
atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia. Ada beberapa alasan dalam penggunaan
pendekatan deskriptif (Sukmadinata, 2007:73) antara lain: (1) deskripsi atau
penggambaran apa adanya merupakan hal yang alamiah dan sesuai dengan
kenyataan kehidupan manusia hidup apa adanya, (2) penelitian deskriptif
mempunyai makna yang lebih luas, mencakup deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif, (3) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang paling dasar dari penelitian non eksperimental.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan unit,
bagian, kelompok, dan tempat di mana orang-orang terlibat di dalam kegiatan
commit to user
36
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau peristiwa yang ingin diteliti (Sukmadinata, 2007 : 102).
Penulis memilih lokasi penelitian ini karena SD Negeri 4 Purwodadi
merupakan salah satu sekolah dasar di kabupaten Grobogan yang memiliki
prestasi tinggi baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal tersebut
tentunya tidak terlepas dari model pembelajaran yang dilaksanakan sekolah
tesebut cukup efektif.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Purwodadi yang beralamat
di Jalan Jendral Sudirman Nomor 10 Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini secara keseluruhan diprogramkan
bisa terlaksana selama kurun waktu 5 (lima) bulan, terhitung mulai bulan April
sampai dengan Agustus 2014. Berikut ini adalah rincian kegiatan dan waktu
pelaksanaan penelitian ini.
No
Kegiatan
1.
Penyusunan
Proposal
Pengurusan Ijin
Penelitian
Persiapan
Pengumpulan
Data
Pengumpulan
Data
2.
3.
4.
5.
Analisis Data
6.
Penyusunan
Laporan
Waktu
April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agust 2014
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Tabel 3. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian.
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan harus diutamakan dalam
penelitian kualitatif, karena peneliti merupakan instrumen penelitian utama
yang harus hadir di lapangan untk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
situasi yangs sesungguhnya (Moleong, 2007: 121).
Peneliti harus menyadari bahwa dirinya merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, penganalisa data, penafsir data, dan sekaligus menjadi
pelopor dari hasil penelitian (Moleong, 2007: 121). Karena itu peneliti harus
berusaha semaksimal mungkin untuk menjaring data sesuai dengan kenyataan
di lapangan, sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin
keabsahannya. Peneliti harus bersikap hati-hati terutama dengan informan
kunci agar tercipta suasana yang mendukung keberhasilan dalam pengumpulan
data.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala
sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dan bahkan yang dipikirkan oleh
peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan kegiatan
tersebut ke dalam etnografi. Lofland dalam (Moleong, 2007 : 157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
2. Sumber Data
Sumber data berupa kata dan tindakan orang yang diamati atau
diwawancarai, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan foto
(Harsono, 2008: 160). Menurut Moleong (2006: 107) “Sumber data adalah
subjek dari mana data diperoleh”. Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Narasumber. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan
sebagai informan kunci (key informan) atau orang yang berkompeten.
Informan awal dipilih secara purposive (purposive sampling), sedangkan
informan selanjutnya ditentukan dengan cara snowball sampling, yaitu
dipilih secara bergulir sampai menunjukkan tingkat kejenuhan informasi.
Informan kunci adalah guru. Sedangkan informan yang dipilih dengan
cara snowball meliputi kepala sekolah, peserta didik, dan staf karyawan
di lingkungan SD Negeri 4 Purwodadi.
b. Tempat dan peristiwa, di mana peneliti memperoleh data antara lain
meliputi proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model PBL
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Peneliti akan melakukan
pengamatan tentang peristiwa di SD Negeri 4 Purwodadi yang
berhubungan dengan implementasi/penerapan model pembelajaran PBL
pada pembelajaran Matematika. Adapun tempat yang akan menjadi
sumber data adalah di dalam kelas.
c. Dokumen. Dokumen adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang
isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan
ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan keterangancommit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini adalah
berupa dokumen yang relevan dengan penerapan model pembelajaran
PBL pada mata pelajaran Matematika meliputi antara lain: RPP atau
perangkat pembelajaran, foto pelaksanaan pembelajaran, profil sekolah,
daftar inventaris sarana dan prasarana sekolah, dan lain-lain. Data ini
dipergunakan untuk melengkapi hasil wawancara dan pengamatan
terhadap tempat dan peristiwa.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil (Sugiyono, 2008:194). Maksud dan tujuan dilakukan
wawancara adalah untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti dari orang lain.
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2007:220). Kegiatan
observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau non partisipatif. Dalam
observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung sedangkan observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta
dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan tapi tidak ikut di
dalamnya.
3. Dokumen
Dokumen sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mencari sumber
data karena dokumen dapat dipergunakan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan. Studi dokumenter merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen,
baik
dokumen
tertulis,
gambar,
maupun
elektronika
(Sukmadinata, 2007:221).
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen
yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas maka bisa disusun
sebuah matrik penelitian untuk mempermudah penelitian di lapangan yaitu
sebagai berikut:
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kisi – Kisi Panduan Penelitian
No
Fokus
Masalah
1
Perencanaan
Metode Pengumpulan
Data
Indikator
Wawan Obser Doku Sumber Data
cara
vasi mentasi
1. Guru memper√
√
Kepala
pembelajaran
siapkan
prota
Matematika
dan promes
dengan Model 2. Guru memperPembelajaran
Problem
Based
Learning
sekolah,
Guru
√
-
√
siapkan silabus.
3. Guru memper-
Matematika/
Guru Kelas,
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
Siswa
siapkan RPP.
4. Guru mempersiapkan tempat
pembelajaran.
5. Guru mempersiapkan media.
6. Guru mempersiapkan instrument evaluasi.
7. adanya
desain
pembelajaran
2
Pelaksanaan
1. Guru
memulai
Kepala
pembelajaran
pembelajaran
sekolah,
Matematika
dengan
Guru
dengan Model
appersepsi.
Matematika/
Pembelajaran
Guru Kelas,
Problem
Siswa
Based
Learning
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Fokus
Masalah
Indikator
2. Mengembangkan
Metode Pengumpulan
Data
Sumber Data
Wawan Obser Doku
cara
vasi mentasi
√
√
√
Kepala
pemikiran
bahwa
akan
sekolah,
anak
Guru
belajar
Matematika/
lebih bermakna
Guru Kelas,
dengan
Siswa
cara
bekerja sendiri,
menemukan
sendiri,
dan
mengkonstruksi
sendiri pengetahuan
dan
keterampilan
barunya.
3. Melaksanakan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
sejauh mungkin
kegiatan inkuiri
untuk
semua
topik.
4. Mengembangkan sifat ingin
tahu
dengan
bertanya.
5. Menciptakan
masyarakat
belajar (belajar
dalam
kelompok commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No Fokus Masalah
Indikator
6. Menghadirkan
model
Metode Pengumpulan
Data
Sumber Data
Wawan Obser Doku
cara
vasi mentasi
√
√
-
sebagai
contoh
pembelajaran.
7. Melakukan
√
√
-
√
√
-
√
√
-
√
√
√
refleksi di akhir
pertemuan.
8. Melakukan
penilaian yang
sebenarnya
dengan berbagai
cara.
9. Guru mengajak
siswa menyimpulkan
materi
pelajaran
3
Faktor
Pendukung
dan
1. Kemampuan
guru
2. Kelengkapan
Penghambat
dokumen
pembelajarn
3. Daya serap
Matematikad
Pembelajarn
Problem
Based
Learning
sekolah,
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
-
dana
6. Daya dukung
Guru Kelas,
Siswa
sekolah
5. Ketersediaan
Guru
Matematik/
peserta didik
engan Model 4. Fasilitas
Kepala
pihak luar commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
4
Fokus
Masalah
Evaluasi
Indikator
1. Memberikan
Metode Pengumpulan
Data
Wawan Obser Doku Sumber Data
cara
vasi mentasi
√
√
√
Kepala
pembelajarn
evaluasi dalam
sekolah,
Matematikad
berbagai
Guru
engan Model
bentuk.
Matematik/
Pembelajarn
2. Memberikan
Problem
evaluasi secara
Based
individu
Learning
kelompok.
√
√
√
Guru Kelas,
Siswa
dan
3. Aspek evaluasi
√
√
-
(aspek kognitif,
afektif
dan
psikomotorik).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman
(2007:16) dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian
data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan
proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus. Ketiga
kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka
dari itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama melakukan
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian di lapangan maka jumlah data yang akan diperoleh semakin
banyak, komplek, dan rumit. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan (Miles dan Huberman, 2007:16).
Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian
berlangsung. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, semua catatan
lapangan dibaca, dipahami dan dibuat ringkasan kontak yang berisi uraian
hasil penelitian terhadap catatan lapangan, pemfokusan, dan penjawaban
terhadap masalah yang diteliti.
2. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
serta memberikan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini juga
dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah
diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang
kompleks menjadi sederhana namun selektif.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dalam wujud kata-kata,
kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf. Karena itu data tersebut akan
disajikan dalam bentuk teks atau berupa uraian naratif. Oleh karena itu,
Miles dan Huberman (2007: 17) membatasi penyajian data sebagai
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Analisa data yang dikumpulkan selama pengumpulan data dan
sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik suatu kesimpulan,
sehingga dapat menggambarkan suatu
pola tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Analisis data yang terus-menerus dilakukan mempunyai
implikasi
terhadap
pengurangan
dan/atau
penambahan
data
yang
dibutuhkan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk kembali ke lapangan.
Dari pengumpulan data, seorang penganalisa kualitatif mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasikonfigusari yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Menurut Miles
dan Huberman (2007: 19) dalam penarikan kesimpulan, kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
G. Keabsahan Data
Sugiyono (2008: 366) mengatakan dalam pengujian keabsahan data,
metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Ada empat pokok permasalahan yang harus diperhatikan
para peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif untuk menguji sekaligus
menjadi kriteria mengenai keabsahan temuan penelitian, yaitu credibility
(validitas
internal),
transferability
(validitas
(reabilitas), dan confermability (objektivitas).
commit to user
eksternal),
dependability
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
1. Pengujian Kredibility
Uji kredibility atau validitas internal merupakan uji kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check
(Sugiyono,2008:368).
Sugiyono (2008:369) mengatakan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan. Wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
demikian hubungan peneliti dengan nara sumber semakin akrab, semakin
terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang
disembunyikan. Hal ini sangat perlu untuk memperoleh data yang akurat.
Meningkatkan ketekunan artinya melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data
dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Triangulasi yang dalam penelitian ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Hal ini
dimaksudkan pengecekan data bisa didatangkan dari guru, teman sejawat,
siswa, maupun orang tua siswa atau masyarakat untuk memperoleh data
yang akurat, melalui wawancara dengan mereka, atau observasi lapangan
yang kemudian dapat ditarik sebagai simpulan data (Danim, 2002: 37).
Analisis kasus negatif yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda
dengan hasil penelitian pada saat tertentu. Dalam hal ini peneliti mencari
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Apabila sudah tidak ada lagi yang berbeda atau bertentangan
berarti data sudah dapat dipercaya.
Menggunakan bahan referensi artinya penelitian perlu adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Data pendukung ini bisa dalam bentuk rekaman hasil wawancara, gambar
atau foto-foto situasi yang ada di lokasi penelitian.
Mengadakan member check artinya proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti, kepada pemberi data, yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data, sehingga data tersebut valid dan dapat dipercaya (Sugiyono,
2008:374-375).
2. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono,
2008:376).Transferability mempersoalkan apakah suatu temuan penelitian
memungkinkan dapat digunakan atau diterapkan pada situasi dan kondisi
lain, berkenaan dengan permasalahan yang sama dalam hal ini dapat atau
tidaknya temuan penelitian itu diterapkan pada situasi dan kondisi lain
bukanlah menjadi ukuran peneliti, tetapi tergantung pada pihak-pihak lain
yang menerapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif, dependability dilakukan dengan cara
mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian, yaitu seorang auditor
atau pembimbing yang pandai, mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian. Apabila peneliti tidak mempunyai atau
menunjukkan data “jejak aktivitas di lapangan”, maka dependabilitas
penelitiannya patut diragukan (Sugiyono, 2008: 377).
4. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, konfirmability berarti menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasilnya merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability (Sugiyono, 2008: 377).
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Menurut Moleong (2007: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi
menurut Patton (dalam Moleong, 2007:178–179) dibagi menjadi 4 (empat),
yaitu :
a. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara
yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu.
b. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1)
pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Triangulasi Peneliti, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan.
Pengambilan data dilakukan oleh beberapa orang.
d. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama
dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori
yang berbeda.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan antara lain: (1)
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi; (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dilihat sepanjang waktu (4)
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang; (5) Membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti
menggunakan teknik pengujian konfirmability dengan menggunakan teknik
triangulasi sumber dan triangulasi teori.
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 4 Purwodadi yang
beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 10 Purwodadi, Grobogan, Jawa
Tengah. Nama Instansi sekolah ini adalah UPTD Pendidikan Kecamatan
Purwodadi. Status sekolah ini negeri dengan nomor statistik sekolah
101031513004. Tahun didirikan dan tahun beroperasi sekolah ini yaitu pada
tahun 1949 dengan status tanah hak pakai dan status bangunan milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan. Sekolah ini memiliki visi khusus
dalam pelaksanaan pembelajarannya, yaitu “Beriman dan Bertaqwa, Cerdas,
Terampil, Kompetitif, Berbudaya, serta Berbudi Pekerti Luhur.”
Adapun jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2014/2015 ini
adalah kelas I sebanyak 105 yang terdiri dari laki-laki 44 dan perempuan 61,
kelas II sebanyak 101 yang terdiri dari laki-laki 52 dan perempuan 49, kelas
III sebanyak 104 yang terdiri dari laki-laki 51 dan perempuan 53, kelas IV
sebanyak 98 yang terdiri dari laki-laki 47 dan perempuan 51, kelas V
sebanyak 106 yang terdiri dari laki-laki 48 dan perempuan 58, kelas VI
sebanyak 101 yang terdiri dari laki-laki 52 dan perempuan 49, sehingga
jumlah semua murid di SD Negeri 4 Purwodadi adalah 615 yang terdiri dari
laki-laki 204 dan perempuan 321.
commit to user
52
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditinjau dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada tahun ini
data pendidik dan tenaga pendidik di SD Negeri 4 Purwodadi adalah
sebanyak 23 orang yang terdiri dari 16 orang PNS dan 7 orang merupakan
tenaga wiyata bakti. Adapun rincian atau susunan tenaga pendidik di SD
Negeri 4 Purwodadi adalah sebagai berikut: SD Negeri 4 Purwodadi dipimpin
oleh seorang kepala sekolah yang berstatus PNS dan pendidikan terakhirnya
S2. Jumlah guru kelas di SD Negeri 4 Purwodadi yaitu 12 orang yang
bersatus PNS dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Guru (pengajar) untuk
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ada 1 orang yang berstatus PNS dan
1 orang yang berstatus wiyata bakti yang keduanya berpendidikan terakhir S1
(Strata 1). Guru (pengajar) mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah
1 orang yang berstatus wiyata bakti dan pendidikan terakhirnya adalah S1.
Guru (pengajar) mata pelajaran Pendidikan Agama Khatolik adalah 1 orang
dengan status PNS dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Guru (pengajar)
mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah 1
orang dengan status PNS dan 1 orang berstatus wiyata bakti keduanya
berpendidikan terakhir S1. Guru (pengajar) mata pelajaran Bahasa Inggris
adalah 1 orang berstatus wiyata bakti dengan pendidikan terakhir adalah S1.
Tenaga administrasinya terdiri dari 1 orang berstatus wiyata bakti dengan
pendidikan terakhir adalah S1. Sedangkan untuk Penjaga Sekolah di SD
Negeri 4 Purwodadi ini ada 1 orang dengan status wiyata bakti dan
pendidikan terakhirnya adalah SMA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
Ditinjau dari sarana dan prasarana yang dimiliki, SD Negeri 4
Purwodadi memiliki 12 ruang kelas dengan keadaan 6 baik dan 6 rusak
ringan, 1 ruang Kepala Sekolah dengan keadaan baik, 1 ruang guru dengan
keadaan baik, 1 Mushola dengan keadaan rusak sedang, ruang perpustakaan
dengan keadaan baik, ruang koperasi dengan keadaan baik, ruang UKS
dengan keadaan rusak sedang, ruang kesenian dengan keadaan rusak sedang,
1 kamar mandi/toilet Kepala Sekolah/tamu dengan keadaan baik, 1 kamar
mandi/toilet guru dengan keadaan baik, 6 kamar mandi/toilet siswa dengan
keadaan baik, 1 ruang komputer dengan keadaan baik dan 1 rumah penjaga
dengan keadaan rusak berat.
B. Temuan Penelitian
1. Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
SD Negeri 4 Purwodadi merupakan salah satu sekolah dasar di
Purwodadi yang dalam pembelajaran matematika di kelas V menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran ini
merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih memfokuskan pada
proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali
(reinvent) konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi, dan aplikasi.
Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari suatu
masalah melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan
melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi
dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada. Berkaitan
dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, Widarti, S.Pd., M.Pd,
selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai
berikut:
“Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model
pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang
mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep,
melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi,dan aplikasi. Dengan model
pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan
penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya.
Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan
dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan pemikirran
matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan
realitas yang ada.” (CL 1 hal 101)
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan
diskusi membahas permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah
masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini
akan merangsang siswa mengidentifikasi, mendiskusikan, dan meneliti
permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan
dengan membentuk kelompok kecil, banyak kerjasama dan interaksi,
mendiskusikan hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran
untuk melaksakan tugas dan kemudian melaporkan hasilnya kepada
guru yang bersangkutan.” (CL 2 hal 108)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
commit
to user
autentik, sehingga siswa
mampu
untuk mengasah pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan
inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri. Selain itu model pembelajaran ini juga menuntut untuk
mengasah keberanian siswa dalam bertindak untuk menyelesaikan
masalah.” (CL 3 hal 117)
Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu
cara pembelajaran yang mampu menghilangkan rasa jenuh dan bosan
pada anak dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar, sebab dalam usia
Sekolah Dasar ini rasa ingin tahu anak sangat besar untuk itu model
pembelajaran ini mampu menghilangkan rasa bosan yang muncul didiri
anak yang disebabkan system pembelajaran yang monoton. Selain itu
siswa lebih bisa memahami konsep dari pelajaran yang diberikan guru.”
(CL 2 hal 108)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
adalah salah satu model pembelajaran di mana model pembelajaran ini
memfokuskan dan mengaktifkan siswa untuk menyelesaikan suatu
masalah. Dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk memikirkan
penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya.
Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan
dapat menyelesaikan persoalan dengan pemikiran tingkat tinggi dengan
logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada dalam hal ini kaitannya
dengan pelajaran matematika.
Keberhasilan penggunaan suatu model pembelajaran,
guru
memiliki peran yang sangat penting dan signifikan dalam menentukan
commit
to user Penerapan model pembelajaran
keberhasilan suatu model yang
digunakan.
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Problem Based Learning yang dilaksanankan oleh guru SD N 4 Purwodadi
untuk pelajaran matematika ini perlu beberapa komponen, sehingga guru
menyiapkan
komponen
tersebut
sebelum
melakukan
kegiatan
pembelajaran. Hal-hal yang disiapkan oleh guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning
dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Hal-hal atau aspek yang direncanakan dalam model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri
4 Purwodadi meliputi perencanaan RPP, penyesuaian kurikulum yang
diterapkan, media/perlengkapan yang akan digunakan, evaluasi dan
strategi yang cocok dalam memberikan permasalahan yang akan
diberikan kepada tiap-tiap kelompok siswa karena setiap siswa tentunya
memiliki karakter pemikiran yang berbeda-beda pula.” (CL 1 hal101)
Penjelasan dari Kepala Sekolah di atas memberikan informasi
bahwa banyak hal yang perlu direncanakan sebelum melakukan kegiatan
model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
matematika. Informasi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Sawijo,
S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai
berikut:
“Banyak hal yang perlu disiapkan seperti kebutuhan sarana dan
prasarana yang akan digunakan dan juga kurikulum. Penyusunan RPP
disesuaikan dengan silabus yang ada. Untuk penyusunan RPP para guru
menyusun dengan lengkap yang memuat komponen identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, tujuan, langkah pembelajaran dan lain
sebagainya. Kurikulum yang disusun memperhatikan aspek peserta
didik, lingkungan sekolah, dan juga media yang akan digunakan.”
(CL 2 hal 108)
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika ini guru perencana pembelajaran memiliki tugas
untuk menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media
pembelajaran selain itu guru sebagai pengelola kelas diharuskan untuk
menciptakan suasana/kondisi kelas yang menyenangkan dan nyaman
sehingga siswa siap melaksanakan pembelajaran.” CL 2 hal 109)
Anik
Purwanti,
S.Pd.,
selaku
guru
Kelas
VB
SD
N
4
Purwodadimenambahkan sebagai berikut:
“Dalam model pembelajaran ini peran guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan
mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah secara matematika
dengan menjelaskan topik atau tema yang diberikan pada saat itu,
kemudian menjelaskan tujuan pokok-pokok kegiatan tersebut,
selanjutnya memberikan masalah untuk diselesaikan oleh siswa, guru
mengawasi, mengevaluasi dan menarik kesimpulan.” (CL 3 hal 117)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat
diinformasikan bahwa terdapat tiga peran guru dalam menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Ketiga peran guru tersebut antara lain: a)
Guru sebagai perencana pembelajaran : menyusun silabus, RPP, LK dan
menyiapkan alat/media pembelajaran; b) Guru sebagai pengelola kelas
diharapkan mampu menciptakan suasana/kondisi kelas yang nyaman dan
menyenangkan sehingga siswa siap melaksanakan model pembelajaran yang
diberikan oleh guru tersebut; dan c) Guru sebagai fasilitator khususnya
dalam hal ini adalah untuk menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan siswa ketika proses pembelajaran dengan model Problem
commit tomatematika
user
Based Learning pada mata pelajaran
ini berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id
59
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, guru matematika di
SD Negeri 4 Purwodadi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
diperlukan dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Perangkat
pembelajaran yang dipersiapkan guru dalam model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah
SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning
untuk siswa kelas V adalah menyiapkan Silabus, RPP, Lembar kerja
yang harus dikerjakan siswa, dan membagi siswa menjadi
perkelompok-perkelompok kecil.” (CL 1 hal 102)
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Persiapan yang kami lakukan sebagai guru meliputi persiapan Silabus,
RPP, LK dan media pembelajaran lainnya. Media atau sarana prasarana
yang kami persiapkan ini tentunya tergantung pada jenis materi yang
akan kami berikan pada siswa.” (CL 2 hal 109)
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan berbagai
informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
yang dipersiapkan guru dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
meliputi Silabus, RPP, LKS, dan media pembelajaran lainnya.”
Penyusunan RPP untuk model pembelajaran Problem Based Learning
memiliki karakteristik yang berbeda dengan RPP menggunakan model
pembelajaran lainnya. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Based Learning ini yang harus dipersiapkan guru dalam kaitannya dengan
mata pelajaran matematika untuk siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Pada RPP model pembelajaran Problem Based Learning ini
diharapkan siswa mampu untuk mengasah cara berpikirnya untuk
menyelesaikan suatu masalah atau soal yang diberikan guru. Model
pembelajaran ini menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar,
bekerja berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.
Masalah ini digunakan guru untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu
pada pembelajaran yang dimaksud yaitu pelajaran matematika.” (CL 1
hal 102)
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran
matematika ini terlihat di kegiatan pembelajarannya yaitu adanya
rumusan masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan
bersama-sama dengan berbagai rumus-rumus yang tepat untuk
digunakan dan mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian
diserahkan atau dilaporkan pada guru yang bersangkutan.” (CL 2 hal
108)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“RPP model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai
karakteristik yang memuat tentang penilaian autentik, jelas, mudah
dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta
bermanfaat.” (CL 3 hal 117)
Berdasarkan
hasil
wawancara
yang diperoleh
peneliti
dapat
disimpulkan bahwa karakteristik RPP model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
to user
adalah bahwa dalam RPP commit
diharapkan
siswa mampu menyelesaikan dan
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpikir sendiri bersama kelompoknya dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan guru. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem Based
Learning terlihat pada kegiatan pembelajarannya yaitu adanya rumusan
masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan bersama-sama
dengan
berbagai
rumus-rumus
yang
tepat
untuk
digunakan
dan
mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian diserahkan atau
dilaporkan pada guru yang bersangkutan.
Terdapat berbagai sumber belajar yang dipersiapakan guru sebelum
pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran
matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Beberapa sumber tersebut
disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
sebagai berikut:
“Sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini berupa buku
paket, internet, LKS dan alat penunjang lainnya. Buku dilengkapi
dengan soal yang harus diselesaikan secara berkelompok.” (CL 2 hal
110)
Anik
Purwanti,
S.Pd.,
selaku
guru
Kelas
VB
SD
N
4
Purwodadimenambahkan sebagai berikut:
“Sumber belajar yang digunakan adalah sumber belajar yang
mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sumber belajar bisa berasal dari buku-buku di perpustakaan, internet,
LKS, buku paket serta buku referensi lainnya.” (CL 3 hal 118)
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Sumber belajar yang dipilih siswa merupakan rumus dan sumbersumber penyelesaian yang tepat yang akan membantu siswa dalam
menyelesaikan soal matematika yang dihadapinya.” (CL 2 hal 110)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik sumber belajar model pembelajaran Problem Based Learning
adalah sumber belajar yang mampu mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien yang akan membantu siswa
menyelesaikan soal matematika yang dihadapinya. Sumber belajar tersebut
terdiri dari buku-buku di perpustakaan, internet, LKS, buku paket serta buku
referensi lainnya.
Pembelajaran model Problem Based Learning lebih mengutamakan
proses belajar, dimana tugas guru harus mermfokuskan diri untuk
membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam
model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog,
membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain
itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
inkuiri dan intelektual siswa. Hal ini menuntut guru untuk menyiapkan
tempat pembelajaran dan menciptakan kelas yang nyaman dan terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan. Adapun lokasi atau kelas pembelajaran
dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Lokasi kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas namun
suasana kelas tentunya harus nyaman dan kondusif sehingga siswa
merasa nyaman ketika mereka mulai untuk melakukan diskusi
menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Kegiatan di dalam kelas ini
saya menggunakan model tempat duduk berkelompok-kelompok secara
melingkar sesuai dengan kelompoknya masing-masing.” (CL 1 hal 103)
Pendapat guru di atas didukung oleh pendapat Sawijo, S.Pd., salah
to user sebagai berikut:
seorang guru Kelas VA SD commit
N 4 Purwodadi
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
“Karena model pembelajaran Problem Based Learning ini menekankan
pada kegiatan diskusi berkelompok, maka saya mengatur posisi tempat
duduk secara berhadap-hadapan dengan anggota kelompok 5 sampai 6
siswa.” (CL 2 hal 110)
Penjelasan guru di atas mengenai pembelajaran di dalam kelas dengan
pembelajaran model Problem Based Learning pada pelajaran matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi sesuai dengan hasil wawancara dan
dokumentasi yang peneliti peroleh. Untuk RPP dengan KD yaitu
menyelesaikan soal-soal matematika dengan rumus-rumus yang sudah
dipelajari.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan ruang kelas dan
menciptakan ruang kelas yang nyaman digunakan siswa untuk kegiatan
pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran
matematika. Guru menyiapkan tempat duduk dan juga letak meja dan kursi
sesuai model pembelajaran Problem Based Learning yang terfokus pada
kegiatan diskusi kelompok.
Tujuan pembelajaran model Problem Based Learning pada mata
pelajaran matematika yang akan diberikan oleh guru pada siswa juga perlu
disiapkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar guru mampu menjelaskan
pada siswa apa arti atau tujuan dari model pembelajaran tersebut, selain itu
guru mampu menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena
atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Penyiapan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64
digilib.uns.ac.id
dan tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD
Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi dipersiapkan dengan mengaitkan cerita atau fenomena yang
ada untuk memunculkan masalah.” (CL 1 hal 103)
Pendapat guru di atas mengenai karakteristik tujuan pembelajaran
dikaitkan dengan cerita atau fenomena yang ada untuk memunculkan
masalah didukung oleh pendapat Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas
VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Karena model Problem Based Learning menghadapkan siswa pada
masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa.” (CL 2 hal 110)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru
menyiapkan tujuan pembelajaran dengan mengaitkan dengan cerita atau
fenomena yang ada untuk memunculkan masalah sehingga mampu
memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat memberikan arti bahwa pada
model Problem Based Learning, siswa dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep pembelajaran dengan pemasalahan nyata
dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan kesempatan untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Siswa terlatih untuk mengemban
suatu tanggung jawab, mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih tinggi melalui identifikasi masalah, analisis masalah, dan menciptakan
solusi tentunya yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Pada
pembelajaran Problem Based Learning dalam pelajarn IPA ini siswa
dituntut untuk mencari soal tentang pelajaran matematika kemudian
menyelesaikan soal tersebut dengan pemikirannya sendiri kemudian
mengevaluasi hasil dari soal yang telah ia kerjakan tersebut.
Jika dibandingkan dengan model pembelajaran lain, maka model
Problem Based Learning tampak lebih menekankan keterlibatan siswa
dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran
dan penilaian untuk pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan
kurikulum yang menyatakan
bahwa
pengalaman
belajar
siswa
menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan
dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan
diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah.
Oleh sebab itu
pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa
dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan
kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekadar
keterampilan. Pembelajaran yang mengaitkan anak dengan pengalamannya
sehari-hari, akan tampak jelas manfaatnya dalam kehidupan anak, sehingga
dalam anak belajar ada keterkaitan dengan pengalaman anak sehari-hari.
Selain itu, model Problem Based Learning dikatakan sebagai pembelajaran
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya model Problem Based
Learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok dalam
memecahkan masalah informal maupun formal biologi. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
model
Problem
Based
Learning
juga
menekankan
pembentukan
pemahaman dan kebermaknaan, mengkaji suatu fenomena dari berbagai
macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar siswa, sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil
yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan
belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada
kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada
pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya, belajar
melalui pengalaman langsung, pada model Problem Based Learning
diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan
prinsip yang dipelajari dan memungkinkan
siswa
belajar
dengan
melakukan kegiatan secara langsung.
2. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi.
Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siswa Kelas V SD N 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
Purwodadi dibagi ke dalam lima tahapan yang meliputi tahap 1 yaitu
orientasi peserta didik pada masalah, tahap 2 yaitu mengorganisasi peserta
didik, tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok, tahap 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil, dan tahap
5 adalah menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan
masalah. Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Ada lima tahap dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem
Based Learning. Tahap tersebut meliputi tahap orientasi peserta didik
pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil
pemecahan masalah.” (CL 1 hal 103)
Penjelasan Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri
4 Purwodadi mengenai tahapan pelaksanaan pembelajaran model Problem
Based Learning didukung oleh penjelasan Sawijo, S.Pd., salah seorang
guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Tahapan pelaksanaan pembelajarannya? Tahapan pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning ini dimulai dengan orientasi
peserta didik pada permasalahan yang ada sehingga mereka tidak
merasa bingung ketika menghadapi soal yang diberikan guru.
Kemudian diikuti dengan tahap mengorganisasi peserta didik,
membimbing
penyelidikan
individu
maupun
kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis dan
mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” (CL 2 hal 111)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning ini ada 5 tahapan, yang mana tahapan ini sangat menentukan
commit to user
berhasil tidaknya pelaksanaan
model ini. kelima tahapan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
meliputi: a) orientasi peserta didik pada masalah, b) mengorganisasi
peserta didik, c) membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan e)
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.”
(CL 3 hal 118)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning pada mata
pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi terdiri dari 5
tahapan yang meliputi tahap: a) orientasi peserta didik pada masalah,
b) mengorganisasi peserta didik, c) membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan e)
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Tahap orientasi dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi merupakan tahap paling awal yang menentukan keberhasilan
dalam tahap-tahap pelaksanaan selanjutnya. Tahap ini diisi dengan tujuan
atau penjelasan yang mampu menumbuhkan rasa tertarik siswa dan
menyiapkan siswa dalam menerima materi pembelajaran serta merasa
mampu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi nantinya. Sawijo,
S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menjelaskan
sebagai berikut:
“Dalam tahap orientasi ini, saya biasanya memberikan apersepsi dan
motivasi. Apersepsi bertujuan untuk mengajak siswa mengikuti
pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan materi
sebelumnya. Jenis materi pembelajaran yang nantinya saya berikan
juga saya sampaikan dalam tahap orientasi ini, hal tersebut
dimaksudkan untuk mengkondisikan siswa sehingga mampu
commit
to user
menyiapkan diri mengikuti
pembelajaran.”
CL 2 hal 111)
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
Widarti, S. Pd., M. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Tahapan orientasi peserta didik? Dalam tahapan ini tentunya guru
memberikan apersepsi dan motivasi pada murid untuk mengaitkan
materi yang sudah dikuasai siswa dengan soal-soal yang nantinya
akan diberikan guru pada saat pembelajaran model Problem Based
Learning dilaksanakan.” (CL 1 hal 103)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Mungkin sedikit banyak guru merasa kesulitan dalam menyampaikan
orientasi ini pada siswa sebab memerlukan waktu persiapan yang
cukup lama. Siswa juga merasa senang sebab mereka lebih termotivasi
untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dan berkelompok,
selain itu terjadi perubahan tingkah laku positif yang semula pasif
menjadi lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar
selanjutnya. Siswa diberi apersepsi dengan maksud bahwa dengan
apersepsi memberikan gambaran pada siswa tentang materi yang akan
diajarakan.” (CL 3 hal 118)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
tahapan orientasi peserta didik dalam model pembelajaraan Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi berisi kegiatan apersepsi dan motivasi yang bertujuan untuk
mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan permasalahan dari
soal yang akan dipelajari. Jenis materi pembelajaran yang diberikan guru
pada siswa juga disampaikan dalam tahap orientasi dengan tujuan untuk
mengkondisikan siswa sehingga mampu menyiapkan diri dalam mengikuti
proses kegiatan belajar mengajar nantinya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, selain memberikan apersepsi
commit juga
to user
guru Kelas V SD N 4 Purwodadi
menyampaikan inti atau tujuan dari
perpustakaan.uns.ac.id
70
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan pembelajaran model ini. Kenyataannya siswa terlihat antusias.
Hal tersebut terlihat dengan keseriusan siswa dalam menyimak apa yang
disampaikan guru. Hal ini disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., salah seorang
guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Tujuan model pembelajaran ini saya sampaikan secara lisan dan
tertulis di depan kelas, dengan maksud supaya siswa mudah dalam
memahami apa yang menjadi inti dan tujuan dari pembelajaran yang
akan dilakukan. Misalnya dalam indicator tentang „penyelesaian
pembagian angka ribuan‟, saya menyampaikan tujuan pembelajaran
pada hari ini adalah supaya siswa mampu menyelesaikan pembagian
ribuan secara mudah dan cepat seperti materi yang telah dikuasai
siswa. saat saya menjelaskan tujuan model pembelajaran ini kepada
siswa terlihat sebagian besar dari mereka yang masih kebingungan
tentang materi yang akan kami bahas. Untuk itu saya sebagai guru
kelas yang bertanggungjawab sebagai fasilitator, saya memberikan
penekanan sedikit tentang materi sebagai gambaran bagi mereka
mengasah pemikiran dan logikanya.” (CL 2 hal 111)
Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Widarti, S.Pd.,
M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan penjelasan singkat.
Misalkan untuk materi perkalian angka ratusan: kemudian saya
memberikan contoh terlebih dahulu kemudian saya mencobakan
kepada siswa untuk mengerjakan soal yang saya berikan di papan tulis
secara bergantian sehingga mereka lebih mampu memahami tentang
rumus-rumus matematika yang akan digunakan nantinya.” (CL 1 hal
104)
Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Tujuan model pembelajaran yang disampaikan guru ini tentunya
cukup jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tujuan
pembelajaran ini disampaikan agar siswa memahami kearah mana dia
akan menyelesaikan atau memecahkan soal yang dihadapi bersama
kelompoknya nanti.” (CL 2 hal 112)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil observasi peneliti dan hasil wawancara dengan
berbagai informan dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi, guru matematika Kelas V SD N 4 Purwodadi
menyampaikan tujuan pembelajaran ini dengan lisan dan tertulis di depan
kelas. Hal tersebut dimaksudkan bahwa tujuan pembelajaran ini
disampaikan dengan rumus yang singkat, cukup jelas dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang ada namun mudah dipahami oleh siswa.
Tahapan oriemtasi ini terdapat beberapa hal yang ingin dicapai
guru yaitu mengembangkan kemampuan siswa, mengasah otak serta
mengasah keberanian mereka dalam berfikir sendiri tidak tergantung
dengan orang lain. Adapun kegiatan untuk mengembangkan kemampuan
siswa mengasah otak serta mengasah keberanian mereka dalam berfikir
sendiri tidak tergantung dengan orang lain disampaikan oleh Sawijo, S.Pd.,
salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Kegiatan yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika dapat dilakukan dengan cara
memberikan siswa suatu soal yang menantang pemikiran logika
mereka sesuai dengan rumus-rumus yang sudah mereka pelajari
sebelumnya. Mungkin ada sebagian yang akan menggunakan cara
penyelesaian yang sama namun juga ada yang tentunya menggunakan
cara penyelesaian yang berbeda. Hal tersebut tentunya mampu
membuat siswa untuk berpikir lebih kritis.” (CL 2 hal 112)
Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Anik Purwanti,
S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Memang kegiatan yang mampu mengembangkan daya berpikir siswa
to user kritis siswa serta meningkatkan
serta membangkitkancommit
daya berpikir
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan soal matematika yang
diberikan tersebut.” (CL 3 hal 119)
Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Untuk mengembangkan kemampuan siswa supaya dapat berpikir
kritis, saya memberikan soal-soal yang bersifat open-ended, dimana
soal-soal tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari
jawaban sendiri.” (CL 1 hal 104)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
tahap orientasi dilakukan dengan tujuan untuk menmgembangkan
kemampuan siswa dalam mengasah daya pikir dan logika mereka terhadap
soal-soal dan matematika dan mencari jawaban sendiri terhadap soal
tersebut. Kegiatan yang dilakukan guru ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dan daya berpikir kritis siswa dengan
menyelesaikan soal matematika yang sesuai dengan kurikulum yang telah
direncanakan sebelumnya.
Setelah tahap orientasi peserta didik yang merupakan tahap awal
pembelajaran, kemudian dilanjutkan ke tahap inti pembelajaran model
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika. Dari kelima
tahap model pembelajaran, terdapat tiga tahap yang merupakan kegiatan
inti dalam pembelajaran. Ketiga tahap pembelajaran tersebut meliputi
bimbingan guru dalam penyelidikan individu maupun kelompok,
pengembangan
dan
penyajian
hasil
yang
diperoleh
siswa
dan
penganalisisan dan evaluasi proses dan hasil dari pemecahan masalah yang
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada. Berkaitan dengan bimbingan guru dalam penyelidikan individu
maupun kelompok, Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri
4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut:
“Dalam membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun
kelompok ini tentunya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan
penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian
masalah.” (CL 1 hal 104)
Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Sawijo, S.Pd., salah
seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Langkah dalam membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa
secara individu maupun kelompok pada pembelajaran model Problem
Based Learning ini saya lakukan dengan cara saya mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
penyelesaian masalah dengan begitu siswa akan lebih dapat mampu
berpikir kreatif dan mandiri.” (CL 2 hal 113)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa langkah bimbingan guru dalam model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini dilakukan dengan guru turun
langsung untuk memberikan dorongan pada siswa supaya lebih kreatif dan
kritis sehingga ketika saat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan mampu mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah secara tepat, jelas dan terinci dengan
baik dan benar.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, setelah tahap bimbingan
penyelidikan
individu
commit to kelompok,
user
maupun
kemudian
pada
tahap
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selanjutnya adalah dalam hal pengembangan dan penyajian hasil. Hal ini
disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4
Purwodadi sebagai berikut:
“Setelah tahapan membimbing penyelidikan siswa secara individu
maupun kelompok, kemudian saya lanjutkan dengan membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi atau
model dan membantu siswa berbagi tugas dengan sesama temannya.”
(CL 2 hal 113)
Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Widarti, S.Pd.,
M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Memang benar adanya pada tahap ini yaitu tahap mengembangkan
dan menyajikan hasil guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka
berbagi tugas dengan sesame temannya. Hal ini dimaksudkan supaya
siswa dalam kelompok tersebut mampu menjalin kerjasama dalam
menyelesaikan soal yang ada.” (CL 2 hal 104)
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di atas yang dilakukan
oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa tahap penting kedua
setelah tahap bimbingan guru terhadap peserta didik dalam penyelidikan
individu
maupun
kelompok
yaitu
berlanjut
ke
tahap
tentang
pengembangan dan penyajian hasil. Tahap ini merupakan tahap dimana
guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan
sesama temannya dalam satu kelompok.
Setelah tahap pengembangan dan penyajian hasil, maka tahap
selanjutnya dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi adalah tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75
digilib.uns.ac.id
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Hal
ini disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD
Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan
masalah ini dilakukan guru dengan membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang
mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan supaya siswa juga terjun
langsung dalam penilaian hasil dari apa yang siswa kerjakan sendiri,
dengan begitu siswa akan lebih yakin dan merasa puas dengan melihat
dan mengoreksi sendiri apa yang mereka kerjakan.” (CL 1 hal 105)
Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Dalam tahap terakhir ini, saya sebagai guru kelas V tentunya
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Maksud saya
membantu mereka melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses
dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan ini adalah supaya siswa
merasa yakin, puas dengan hasil atau pemecahan masalah seperti apa
yang telah mereka dapatkan „benar atau salah.” (CL 2 hal 113)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh ibu Kepala
Sekolah bahwa dalam tahap akhir pembelajaran model Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini guru dalam tahap ini membantu para peserta didik
perkelompok maupun individu untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Dengan
guru hanya bertugas membantu saja maka siswa dapat terjun langsung
untuk melihat dan memahami cara-cara seperti apa yang mampu
menyelesaikan soal-soal untuk pemecahan masalahnya.” (CL 3 hal
119)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas
user menganalisis dan mengevaluasi
dapat disimpulkan bahwacommit
dalam totahap
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses dan hasil pemecahan masalah yang dilakukan para siswa pada
model pembelajaran Problem Based Learning mata pelajaran matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi diketahui bahwa dalam tahapan ini guru
terjun dalam kegiatan siswa untuk membantu siswa melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang telah dilakukan
peserta didik baik tentunya secara kelompok.
Dengan perkataan lain bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi
dari seseorang yang sedang belajar. Ini berarti, siswa diberi keleluasaan
untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah menurut
dirinya sendiri, mengkomunikasikannya, dan dapat belajar dari ide temantemannya. Siswa dilibatkan secara penuh dalam proses menemukan dan
merumuskan kembali konsep yang sedang ingin dituju, dengan guru
sebagai pembimbingnya. Model Problem Based Learning menampilkan
konteks nyata sebagai awal dari proses pembelajaran. Dengan adanya
konteks nyata ini kelihatan bahwa belajar matematika ada manfaatnya
dalam kehidupan siswa. Karena matematika dipandang ada manfaatnya,
maka siswa cenderung berminat mempelajari matematika dan didorong
oleh motivasi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Pembelajaran
yang mementingkan motivasi intrinsik akan menimbulkan dorongan dari
dalam diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan dan cara
mencapainya dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Siswa diberi kebebasan
menyampaikan
ide-idenya
sendiri
dalam
belajar
maupun
dalam
menyelesaikan masalah. Di samping itu pembelajaran lebih menekankan
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada dunia nyata. Dengan penekanan pada dunia nyata, siswa belajar
tampak jelas manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaanpertanyaan lebih cenderung bersifat terbuka, artinya memiliki banyak
penyelesaian sesuai dengan konteks yang ada.
3. Hambatan dan Cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi.
Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi
tentunya
memiliki
hambatan
atau
kendala
dalam
pelaksanaannya. Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala
sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut:
“Faktor penghambat dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
Kelas V SD N 4 Purwodadi ini ternyata dialami oleh guru kelas VI
yang bersangkutan. Factor penghambat tersebut misalnya saja ada
beberapa siswa yang tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa sungkan untuk mencobanya.
Yang kedua bahwa ada beberapa siswa yang beranggapan bahwa
tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha sendiri untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari padahal memang
maksud dan tujuan guru dengan model pembelajaran PBL ini
diharapkan siswa mampu untuk belajar mandiri, tapi kenyataannya
memang masih ada beberapa siswa yang tidak mau ambil pusing
untuk menerima model pembelajaran ini dan mereka belajar sesuka
hati mereka.” (CL 1 hal 105)
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anik Purwanti, S.Pd., salah seorang guru Kelas VB SD N 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini masih ada beberapa yang saya rasakan. Factor
penghambat itu antara lain 1) ada beberapa siswa yang kurang atau
malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri
bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka
pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada
sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai
materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa
mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung
dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang
kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar
pembelajaran model PBL ini.” (CL 3 hal 119)
Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD Negeri 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Faktor penghambat model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika ini yang saya lihat adalah 1) bahwa
ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus
matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, 2) masih
terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal
untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga
mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang
aktif saja.” (CL 2 hal 114)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Faktor penghambatnya? Biasanya saya melihat dari siswa yang
kurang aktif dan tidak berani jika disuruh untuk menyampaikan hasil
dari penyelesaian kelompoknya di depan kelas yang dikarenakan
kurangnya pemahaman anak tersebut ketika menghitung rumus-rumus
matematika yang digunakan.” (CL 3 hal 120)
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan
hasil
observasi
serta
hasil
wawancara
dapat
disimpulkan bahwa hambatan atau kendala model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi antara lain: 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah
tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa
masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan,
maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang
beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan
belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang
teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan
saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar
pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan
mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus
mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi
dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam
kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti
siswa-siswa yang aktif saja.
Hambatan atau kendala model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4
Purwodadi yang dialami guru kelas yang bersangkutan tentunya pihak
sekolah maupun guru yang bersangkutan memiliki cara mengatasi dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80
digilib.uns.ac.id
Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi tersebut. Hal ini
disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri
4 Purwodadi sebagai berikut:
“Cara yang kami lakukan dalam mengatasi hambatan dalam
pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran
matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan
cara guru harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan
memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji
masalah yang disajikan guru. Selain itu diharapkan guru juga mampu
untuk mencari masalah yang mampu menarik minat siswa dalam
mengerjakan tugas untuk mencari penyelesaian masalahnya tersebut.”
(CL 1 hal 106)
Anik Purwanti, S.Pd., salah seorang guru Kelas VB SD N 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Untuk mengatasi kendala atau hambatan yang saya hadapi selaku
guru kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara saya
harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan lebih sabar lagi
dalam memberikan motivasi pada siswa untuk lebih kritis dalam
mengkaji masalah yang disajikan, saya juga harus bisa untuk mencari
soal-soal atau materi-materi yang menarik minat siswa untuk
mengerjakan atau melaksanakan pembelajaran ini, sehingga
memudahkan siswa dalam berpikir lebih kritis lagi. Selain itu saya
harus lebih baik lagi untuk menjalankan peranan saya sebagai
fasilitator dalam model pembelajaran PBL ini.” (CL 3 hal 120)
Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi
menambahkan sebagai berikut:
“Cara mengatasi hambatan dari pelaksanaan model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas
V SD N 4 Purwodadi ini yaitu dengan cara 1) guru diharapkan bisa
jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa
mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus
memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau
keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa
to user
memecahkan masalahcommit
dan menganalisis
masalah serta mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
81
digilib.uns.ac.id
masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus
sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan
masalah, dan 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan
dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem
Based Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa.
Dukungan tersebut misalnya dengan sarana dan prasarana serta media
yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem
Based Learning ini.” (CL 2 hal 114)
Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4
Purwodadi menambahkan sebagai berikut:
“Cara mengatasi hambatan PBL? Kalau menurut saya cara mengatasi
hambatan yang ada ini antara lain: 1) harusnya guru tetap berusaha
memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based
Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada
siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model
pembelajaran tersebut, 2) diharapkan guru dapat membangun suasana
kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 3) diharapkan
guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar
siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan
tugasnya tersebut, 4) diharapkan guru memberikan reward kepada
siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran, 5) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi, dan 6) diharapkan siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika ini.” (CL 3 hal 121)
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat oleh peneliti di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa cara mengatasi hambatan dari
model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru
diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus
bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82
digilib.uns.ac.id
memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau
keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa
memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi
masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus
sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah,
4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning
sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya
dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung
terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5)
harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang
jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami
langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat
membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7)
diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri
siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam
menyelesaikan tugasnya tersebut, 8) diharapkan guru memberikan reward
kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran, 9) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan
yang
dihadapi,
dan
10)
diharapkan
siswa
dapat
berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika ini.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
Dalam penelitian ini diketahui bahwa konsep pembelajaran model
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi adalah konsep yang menekankan pada pengembangan
kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, dan mendidik siswa untuk lebih
berpikir kritis. Konsep pembelajaran ini adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri sendiri dan
lebih aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma
Siska Utari, Trimurti Saleh, dan Indaryanti (2013). Berjudul Pelaksanaan
Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning (PBL)
di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif
kualitatif
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
gambaran
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based
Learning di kelas X SMA Negeri I Inderalaya yang dilihat dari aktivitas
dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya
pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84
digilib.uns.ac.id
dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,49. Pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan model Problem Based Learning merupakan akumulasi
dari aktivitas dan hasil belajar siswa, persentase pelaksanaan Problem
Based Learning adalah 79,03%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem
Based Learning di kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya dikategorikan baik.
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran model Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini yaitu antara lain: 1) guru sebagai perencana pembelajaran:
menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran; 2)
guru sebagai pengelola kelas untuk menciptakan suasana/kondisi kelas
yang nyaman sehingga siswa siap melaksanakan pembelajaran; dan 3) guru
sebagai fasilitator.
Guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning. Perangkat pembelajaran
yang perlu dipersiapkan guru dalam pelajaran matematika dengan model
pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
meliputi Silabus, RPP, LKS/LK dan media pembelajaran lainnya.
RPP model pembelajaran Problem Based Learning memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan RPP yang menggunakan
model pembelajaran lain. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Purwodadi adalah dalam RPP terdapat kegiatan siswa dalam menyelesaikan
masalah sendiri dengan rumus-rumus matematika yang telah dipelajari.
Karakteristik sumber belajar dalam pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sumber
belajar yang mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien yang akan membantu siswa mendapatkan pengalaman dan
keuntungan dari proses belajar model ini. guru Kelas V SD N 4 Purwodadi
mempersiapkan lokasi yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
matematika dengan model Problem Based Learning. Guru menggunakan
tempat di dalam kelas. Guru menyiapkan tempat duduk dan juga tata letak
meja dan kursi sesuai model pembelajaran Problem Based Learning yang
terfokus pada kegiatan diskusi kelompok.
Guru menyiapkan materi dengan mengaitkan rumus-rumus dalam
pelajaran matematika. Materi pembelajaran juga diekmbangkan lebih luas
sesuai dengan SK dan KD dengan maksud agar siswa dapat memecahkan
permasalahan yang ada sendiri dengan kelompok.
Dalam perencanaan pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini perlu
benar-benar disiapkan dengan matang hal tersebut dimaksudkan supaya
dalam pelaksanaan pembelajarannya nanti akan terlaksana dengan baik
selain itu mampu meningkatkan prestasi siswa dan memberikan motivasi
siswa dalam pembelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86
digilib.uns.ac.id
2. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ternyata
menuntut guru harus membimbing siswa secara maksimal. Karena pada
tahap ini guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang diharapkan
mampu memberikan motivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar
matematikanya dengan metode pembelajaran Problem Based Learning ini.
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap yang meliputi tahap 1)
orientasi peserta didik pada masalah, 2) mengorganisasi peserta didik, 3)
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan masalah.
Tahap orientasi peserta didik pada masalah dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi merupakan tahap paling awal yang
menentukan keberhasilan dalam tahap-tahap yang selanjutnya. Tahap
orientasi peserta didik pada masalah dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
Kelas V SD N 4 Purwodadi berisi kegiatan yang mengasah kemandirian
dan pemikiran yang kritis siswa serta memberikan motivasi siswa yang
bertujuan untuk mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi yang akan dipelajari. Jenis materi pembelajaran yang akan diberikan
kepada siswa juga disampaikan dalam tahap orientasi dengan tujuan untuk
mengkondisikan siswa menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning pada mata
pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, guru Kelas V SD
Negeri 4 Purwodadi menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan
tertulis di depan kelas. Tujuan pembelajaran ini disampaikan dengan
kalimat singkat, jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Tahap orientasi peserta didik pada masalah dilakukan dengan tujuan
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan
suatu masalah dan mencari jawaban sendiri terhadap masalah tersebut.
Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa
ini antara lain dengan cara memberikan siswa suatu masalah mengenai
materi
pelajaran
matematika
dalam
bentuk
soal
yang
mampu
membangkitkan daya berpikir kritis siswa dan meminta siswa untuk
menjawabnya atau menyelesaikan masalah tersebut sendiri.
Tahap berikutnya adalah tahap pengorganisasi peserta didik dalam
model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dilakukan dengan membagi
siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap
ini dimaksudkan supaya siswa mampu mengkondisikan diri dengan
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompoknya sehingga mampu utnuk bekerjasama dengan kelompok
nantinya.
Tahap membimbing penyelidikan individu maupun kelompok dalam
pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran
matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dilakukan dengan guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah. Dalam tahap ini guru bertugas sebagai motivator
agar siswa mampu dan percaya diri dengan kemampuannya.
Tahap
mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
pada
model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi yaitu guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan
membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
Pada tahap akhir dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini adalah menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil
pemecahan masalah. Dalam tahap ini guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan
yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan supaya siswa tahu dengan pasti
bagaimana hasil dari pemecahan yang mereka dapat.
Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gd. Gunantara,
Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini (2014). Penerapan Model Pembelajaran
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VI. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata
pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learnig (PBL). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan
model
pembelajaran
Problem
Based
learning
(PBL)
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke
siklus II sebanyak 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
mata pelajaran Matematika.
3. Hambatan dan cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi.
Hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi antara lain adalah 1) ada beberapa siswa yang kurang atau
malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri
bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka
pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian
siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90
digilib.uns.ac.id
belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang
teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan
saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar
pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan
mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus
mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi
dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam
kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti
siswa-siswa yang aktif saja.
Kemudian cara mengatasi hambatan dalam implementasi model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru diharapkan
bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa
mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus
memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau
keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa
memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi
masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering
diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, 4)
pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning sehingga
bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya
model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5) harusnya guru tetap
berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based
Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada
siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model
pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas
demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7) diharapkan guru tetap
berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih
berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut,
8) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 9) siswa
sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih
berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 10)
diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini.
Hal itu sesuai dengan penelitian oleh Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu
Sudiarta, Gede Suweken (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Berbantuan Pertanyaan Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah berbantuan pertanyaan metakognitif terhadap prestasi belajar
matematika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini
commit to user
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan jenis penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP
Negeri 2 Sukawati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Prestasi
belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran
berbasis
lebih baik dari
masalah
berbantuan pertanyaan
metakognitif
prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Pada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun motivasi berprestasi
rendah, prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
pertanyaan
metakognitif lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti
dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3) Tidak terdapat interaksi
antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
banyak hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika
siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, namun hambatan tersebut harus mampu
di atasi oleh guru yang bersangkutan. Karena model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran yang mampu menaikkan nilai KKM siswa
pada mata pelajaran matematika.
commit to user
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
Perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran matematika menekankan pada pengembangan kolaboratif,
komunikatif dan kooperatif, dan mendidik siswa untuk lebih berpikir
kritis. Konsep pembelajaran ini adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri sendiri dan lebih aktif
dalam menyelesaikan masalah yang ada. Guru Kelas V SD N 4 Purwodadi
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi Silabus, RPP, LKS
dan media pembelajaran lainnya. Hal lain yang direncanakan guru adalah
lokasi yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD
Negeri 4 Purwodadi. Dalam pembelajaran ini guru menggunakan tempat di
dalam kelas namun guru menyiapkan tempat duduk dan juga tata letak
meja dan kursi sesuai dengan model pembelajaran Problem Based
Learning yang terfokus pada pemecahan masalah secara kelompok. Selain
itu guru menyiapkan materi dengan mengaitkannya pada rumus-rumus
matematika yang sudah dipelajari siswa tentunya dengan RPP dan
kurikulum yang sudah dibuat sebelumnya.
commit to user
93
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dimulai
dengan tahap orientasi peserta didik pada masalah, hal ini merupakan
tahap awal dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistic yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kativitas pemecahan masalah. Kegiatan inti pembelajaran berisi tiga
kegiatan yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok,
mengembangkan
dan
menyajikan
hasil,
serta
menganalisis
dan
mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
3.
Hambatan dan cara mengatasi dalam implementasi model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi
Hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi antara lain adalah 1) ada beberapa siswa yang kurang atau
malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri
bahwa masalah yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan,
maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang
beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
commit to user
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan
belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang
teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan
saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar
pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan
mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus
mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi
dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam
kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti
siswa-siswa yang aktif saja.
Kemudian cara mengatasi hambatan dari model pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V
SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru diharapkan bisa jadi
motivator
dan
fasilitator
bagi
siswa
dimana
guru
harus
bisa
mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus
memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau
keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa
memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi
masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus
sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah,
4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya
dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung
terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5)
harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang
jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami
langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat
membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7)
diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri
siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam
menyelesaikan tugasnya tersebut, 8) diharapkan guru memberikan reward
kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran, 9) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi
permasalahan
yang
dihadapi,
dan
10)
diharapkan
siswa
dapat
berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika ini.
B. Implikasi
1. Jika perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi memperhatikan
berbagai komponen seperti perangkat pembelajaran, tempat pembelajaran,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97
digilib.uns.ac.id
media pembelajaran hingga instrument penilaian, maka akan memperlancar
proses pembelajaran model Problem Based Learning yang dikemas dengan
rumus-rumus matematika yang sudah dipelajari siswa.
2. Jika pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi mengikuti 5
tahapan pembelajaran model Problem Based Learning yaitu tahap orietasi
peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan
masalah, maka pembelajaran akan bermakna dimana siswa tidak hanya
menerima materi dari guru saja namun menemukan pengalaman belajarnya
sendiri serta mampu untuk lebih berpikir kritis.
3. Jika hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi mampu diatasi dengan cara yang semaksimal mungkin oleh guru
yang bersangkutan, maka akan diperoleh hasil yang bagus dan sangat
memuaskan dari pembelajaran model Problem Based Learning pada mata
pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi.
C. Saran - Saran
1.
Bagi Guru - Guru SD N 4 Purwodadi
a. Guru diharapkan dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator
pembelajaran yang baik, dengan cara mendorong dan memotivasi
commit to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam
kelompok.
b. Guru diharapkan mampu membangun suasana kelas yang demokratis
melalui memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat,
bertanya, menjawab maupun menyanggah.
2.
Siswa – Siswa SD N 4 Purwodadi
a. Siswa
diharapkan
mempunyai
keberanian
yang
lebih
dalam
mengemukakan pendapat dan bisa berpikir lebih kritis lagi dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan.
b. Siswa sebaiknya memiliki kesadaran bekerja sama dengan siswa lain.
c. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini.
3.
Bagi Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi
Sekolah hendaknya lebih fokus dalam meningkatkan dukungan
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning,
salah satunya memberikan dukungan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang lebih memadai agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lebih kondusif. Hal tersebut di anggap penting karena untuk
mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan baik.
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan. 2012. Implementasi Problem Based
Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Bandung. Bandung:
tidak diterbitkan.
Ade Sanjaya. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep
Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta : Depdiknas.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Barrows, H. 2002. Problem Based Learning: An Approach to Medical Education.
New York: Springer Publishing Company
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Em Zul Fajri. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publiser
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajarn Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA
Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu Sudiarta, Gede Suweken, 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Pertanyaan Metakognitif
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Motivasi
Berprestasi.
Gunantara, Gd., Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha.
Harsono. 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Ibrahim. 2002. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Pelatihan Terintegrasi
commit to Biologi.
user
Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Jakarta: Ditjen Depdiknas
99
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Isriani dan Dwi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran
Konsep dan Implementasinya. Yogyakarta: Familia
Terpadu (Teori,
Karso. 2007. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka
Leonardus Baskoro Pandu. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran
Komputer di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Skripsi FT UNY. Yogyakarta
Max Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Miles, Matthew B. dan Huberman, Michael. 2007.
Jakarta: Universitas Indonesia
Analisis Data Kualitatif.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muhabbibin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada
Mukhayat. 2004. Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak.
Yogyakarta: FMIPA UGM
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Nana Syaodikh Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Nani Ratnaningsih. 2003. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik
Siswa Sekolah Umum Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung:
PPs UPI Bandung
Nurhayati Abbas. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Instruction). Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana: UNESA
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang
Pannen, P., Dina Mustafa & Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme
dalam Pembelajaran. Jakarta
: Depdiknas
commit
to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rahma Siska Utari, Trimurti Saleh, dan Indaryanti. 2013. Pelaksanaan
Pembelajaran Matematika dengan Model Problemt Based Learning (PBL)
di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya
Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung : Alfabeta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rieneka
Karya
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas
Stegeager, N., Thomassen, A.O., Laursen, E. 2013. “Problem Based-Learning in
Continuing Education Challenges and Opportunities” Journal of Problembased Learning in Higher Education: Vol. 1: Iss. 1. http://dx.doi. org/
105278/ojs.jpblh.v1i1.280. 27 Agustus 2013
Sugiyono. 2008. Model Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan sekolah Dasar, Teori dan Praktek. Jakarta:
Depdiknas
Suharsimi Arikunto. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya.
Banjarmasin : Penerbit Tulip
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Model Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suminarsih. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika. Semarang: LPMP Jawa
Tengah.
Supinah. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah matematika di SD. Yogyakarta:
PPPPTK Matematika
Suratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara
commit to user
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suryabrata, Sumadi,
Persada.
2006.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Szulevics, T., Jensen, M. 2013. “PBL in Educational Psychology- Potentials and
Challenges” Journal of Problem-based Learning in Higher Education: Vol.
1: Iss. 1. http://dx.doi. org/ 105278/ojs.jpblh.v1i1.271. 27 Agustus 2013
Tohirin. 2006. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
Rajagrafindo Perkasa
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Victor, M.A.G., Ruiz, M.D, Perz, J.R. 2011. “A Case Study of The Adaptation of
Problem-Based Learning for Programming Subjects” Interntional Journal
of Teaching and Case Studies: Vol. 3: Iss. 1. http://dx.doi. org/
10.1504/IJTCS.2011.038679. 14 Februari 2011
Wardhani, IGAK dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Terbuka.
Williamson, S.C. 2009. “The Practice of Problem Based learning: A Guide to
Implementing PBL in the College Classroom” Interdisciplinary Journal of
Problem-based Learning: Vol. 3: Iss. 2. http://docs.lib.purdue.edu. 22
Februari 2010.
Wiseman, J.G Lajoie, S.P., Hmelo-Silver, C.E., Chan, L., Lu, J., Khurana, C.,
Cruz Panesso. 2014. “Using Online Digital Tools and Video to Support
International Problem Based-Learning” Interdisciplinary Journal of
Problem-based Learning: Vol. 8: Iss. 2. http://dx.doi. org/ 10771/
1541.5015.1412. 18 Juni 2014
Zhang, M., Lundeberg, M., McConnel, T., Koehler, Matthew J., and Eberhardth,
Jan. 2010. “Using Questioning to Facilitate Discussion of Science Teaching
Problem in Teacher Professional Development” Interdisciplinary Journal
of Problem-Based Learning: Vol. 4: Iss. 1. http://docs.lib.purdue.edu. 22
Februari 2010
commit to user
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN
NO. 1
Nomor Catatan
:1
Jenis
: Wawancara
Hari, tanggal
: Senin, 2 Juni 2014
Waktu
: Pukul 09.00 – 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Kepala SD Negeri 4 Purwodadi
Pengamat
: Muhammad Khamim (P)
Subjek
: Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah (W)
Topik
: Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4
Purwodadi
Kegiatan penelitian diawali dengan izin peneliti untuk melakukan
kegiatan penelitian. Pihak SD Negeri 4 Purwodadi memberikan izin untuk
melakukan penelitian dan peneliti dipersilahkan untuk melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi. Peneliti hanya bertanya seputar
pembelajaran-pembelajaran pada mata pelajaran matematika di SD N 4
Purwodadi yang mendukung terselenggaranya. Model Pembelajaran Problem
Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4
Purwodadi. Hal yang detail berkaitan dengan pembelajaran lain tidak peneliti
lakukan karena peneliti akan bertanya secara detail dengan guru matematika Kelas
V SD Negeri 4 Purwodadi. Berikut ini hasil wawancara yang berhasil peneliti
lakukan dengan Kepala SD Negeri 4 Purwodadi.
commit to user
103
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P : “Apa yang Ibu ketahui tentang Model pembelajaran Problem Based
Learning?”
W : “Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model
pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang
mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep,
melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi,dan aplikasi. Dengan model
pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian
dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian
akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan
persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi dengan
logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada.”
P : “Hal-hal atau aspek-aspek apa yang harus direncanakan dalam model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di
SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
W : “Hal-hal atau aspek yang direncanakan dalam model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi
meliputi perencanaan RPP, penyesuaian kurikulum yang diterapkan,
media/perlengkapan yang akan digunakan, evaluasi dan strategi yang cocok
dalam memberikan permasalahan yang akan
diberikan kepada tiap-tiap
kelompok siswa karena setiap siswa tentunya memiliki karakter pemikiran
yang berbeda-beda pula.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105
digilib.uns.ac.id
P : “Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan guru dalam pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di
SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
W : “Hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
siswa kelas V adalah menyiapkan Silabus, RPP, Lembar kerja yang harus
dikerjakan siswa, dan membagi siswa menjadi perkelompok-perkelompok
kecil.”
P : “Bagaimana model RPP dalam model pembelajaran Problem Based
Learning ini?”
W : “Pada RPP model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan
siswa mampu untuk mengasah cara berpikirnya untuk menyelesaikan suatu
masalah atau soal yang diberikan guru. Model pembelajaran ini menantang
siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan yang ada. Masalah ini digunakan guru untuk
mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud yaitu
pelajaran matematika”
P : “Dimana dilakukannya pembelajaran dengan model pembelajaran Problem
Based Learning ini?”
W : “Lokasi kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas namun suasana
kelas tentunya harus nyaman dan kondusif sehingga siswa merasa nyaman
ketika mereka mulai untuk melakukan diskusi menyelesaikan masalah atau
soal yang ada. Kegiatan di dalam kelas ini saya menggunakan model tempat
commit to user
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
duduk
berkelompok-kelompok
secara
melingkar
sesuai
dengan
kelompoknya masing-masing.”
P : “Apa tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi
ini?”
W : “Tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi
dipersiapkan dengan mengaitkan cerita atau fenomena yang ada untuk
memunculkan masalah.”
P : “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning?”
W : “Ada lima tahap dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning. Tahap tersebut meliputi tahap orientasi peserta didik pada
masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu
maupun
kelompok,
mengembangkan
dan
menyajikan
hasil,
dan
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.”
P : “Apa yang dilakukan guru dalam tahapan orientasi peserta didik pada model
pembelajaran Problem Based Learning?”
W : “Tahapan orientasi peserta didik? Dalam tahapan ini tentunya guru
memberikan apersepsi dan motivasi pada murid untuk mengaitkan materi
yang sudah dikuasai siswa dengan soal-soal yang nantinya akan diberikan
guru pada saat pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107
digilib.uns.ac.id
P : “Bagaimana guru mengutarakan tujuan dari pembelajaran Problem Based
Learning ini pada para siswa?”
W : “Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan penjelasan singkat.
Misalkan untuk materi perkalian angka ratusan: kemudian saya memberikan
contoh terlebih dahulu kemudian saya mencobakan kepada siswa untuk
mengerjakan soal yang saya berikan di papan tulis secara bergantian
sehingga mereka lebih mampu memahami tentang rumus-rumus matematika
yang akan digunakan nantinya.”
P : “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?”
W : “Untuk mengembangkan kemampuan siswa supaya dapat berpikir kritis,
saya memberikan soal-soal yang bersifat open-ended, dimana soal-soal
tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari jawaban
sendiri.”
P : “Apa yang dilakukan guru pengajar kelas V dalam tahap membimbing pada
model pembelajaran Problem Based Learning ini pada para siswa?”
W : “Dalam membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok
ini tentunya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan penyelesaian masalah.”
P : “Apa dalam tahap selanjutnya guru mempunyai peran dalam pelaksanaan
model pembelajaran Problem Based Learning ini?”
W : “Memang benar adanya pada tahap ini yaitu tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil guru membantu siswa dalam merencanakan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108
digilib.uns.ac.id
menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka
berbagi tugas dengan sesama temannya. Hal ini dimaksudkan supaya siswa
dalam kelompok tersebut mampu menjalin kerjasama dalam menyelesaikan
soal yang ada.”
P : “Apa yang dilakukan guru dalam tahap menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan masalah?”
W : “Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
ini dilakukan guru dengan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Hal
ini dimaksudkan supaya siswa juga terjun langsung dalam penilaian hasil
dari apa yang siswa kerjakan sendiri, dengan begitu siswa akan lebih yakin
dan merasa puas dengan melihat dan mengoreksi sendiri apa yang mereka
kerjakan.”
P : “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
kelas V SD N 4 Purwodadi?”
W : “Faktor penghambat dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas V SD N 4
Purwodadi ini ternyata dialami oleh guru kelas V yang bersangkutan. Faktor
penghambat tersebut misalnya saja ada beberapa siswa yang tidak memiliki
minat atau tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa sungkan untuk
mencobanya. Yang kedua bahwa ada beberapa siswa yang beranggapan
commit to user
109
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha sendiri untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari padahal memang maksud dan
tujuan guru dengan model pembelajaran PBL ini diharapkan siswa mampu
untuk belajar mandiri, tapi kenyataannya memang masih ada beberapa siswa
yang tidak mau ambil pusing untuk menerima model pembelajaran ini dan
mereka belajar sesuka hati mereka.”
P : “Cara apa yang dilakukan guru kelas V dalam mengatasi hambatan dalam
pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika
siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
W : “Cara yang kami lakukan dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran
model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa kelas V
SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara guru harus lebih baik lagi
dalam pengkondisian kelas dan memberikan motivasi kepada siswa untuk
lebih kritis dalam mengkaji masalah yang disajikan guru. Selain itu
diharapkan guru juga mampu untuk mencari masalah yang mampu menarik
minat siswa dalam mengerjakan tugas untuk mencari penyelesaian
masalahnya tersebut.”
commit to user
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN
NO. 2
Nomor Catatan : 2
Jenis
: Wawancara
Hari, tanggal
: Selasa, 3 Juni 2014
Waktu
: Pukul 12.30 – 13.15
Tempat
: Ruang Guru SD Negeri 4 Purwodadi
Pengamat
: Muhammad Khamim (P)
Subjek
: Sawijo, S.Pd., Guru Kelas VA (SW)
Topik
: Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4
Purwodadi
Peneliti melakukan kegiatan penelitian dengan guru mata pelajaran
Matematika Kelas VA SD Negeri 4 Purwodadi. Guru yang berkenan memberikan
waktunya untuk melakukan wawancara adalah Bapak Sawijo, S. Pd. Kegiatan
wawancara dilakukan di ruang guru SD Negeri 4 Purwodadi. Pada saat Bapak
Sawijo tidak mengajar, beliau bersedia untuk melakukan wawancara sehingga
tidak mengganggu aktivitas mengajarnya. Beliau bersikap kooperatif sehingga
penulis mendapatkan banyak informasi dari hasil jawaban yang diberikan. Berikut
ini hasil wawancara dengan Bapak Sawijo.
commit to user
110
111
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
: “Apa yang Bapak ketahui tentang model pembelajaran Problem Based
Learning?”
SW : “Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan
diskusi membahas permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah
masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini akan
merangsang
siswa
mengidentifikasi,
mendiskusikan,
dan
meneliti
permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan
dengan membentuk kelompok kecil, banyak kerjasama dan interaksi,
mendiskusikan hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran
untuk melaksakan tugas dan kemudian melaporkan hasilnya kepada guru
yang bersangkutan. Dan menurut saya model pembelajaran Problem Based
Learning merupakan salah satu cara pembelajaran
yang mampu
menghilangkan rasa jenuh dan bosan pada anak dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar, sebab dalam usia Sekolah Dasar ini rasa ingin tahu anak
sangat besar untuk itu model pembelajaran ini mampu menghilangkan rasa
bosan yang muncul didiri anak yang disebabkan system pembelajaran yang
monoton. Selain itu siswa lebih bisa memahami konsep dari pelajaran yang
diberikan guru.”
P
: “Hal-hal atau aspek-aspek apa yang harus direncanakan dalam model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di
SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SW : “Banyak hal yang perlu disiapkan seperti kebutuhan sarana dan prasarana
yang akan digunakan dan juga kurikulum. Penyusunan RPP disesuaikan
dengan silabus yang ada. Untuk penyusunan RPP para guru menyusun
dengan lengkap yang memuat komponen identitas sekolah, identitas mata
pelajaran, tujuan, langkah pembelajaran dan lain sebagainya. Kurikulum
yang disusun memperhatikan aspek peserta didik, lingkungan sekolah, dan
juga media yang akan digunakan”
P
: “Perencanaan apa saja yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran
Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika ini?”
SW : “Dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran
Matematika ini guru perencana pembelajaran memiliki tugas untuk
menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran
selain itu guru sebagai pengelola kelas diharuskan untuk menciptakan
suasana/kondisi kelas yang menyenangkan dan nyaman sehingga siswa siap
melaksanakan pembelajaran.”
P
: “Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan guru dalam pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di
SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
SW : “Persiapan yang kami lakukan sebagai guru meliputi persiapan Silabus,
RPP, LK dan media pembelajaran lainnya. Media atau sarana prasarana
yang kami persiapkan ini tentunya tergantung pada jenis materi yang akan
kami berikan pada siswa.”
commit to user
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
: “Bagaimana karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata
pelajaran matematika ini?”
SW : “Karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran
matematika ini terlihat di kegiatan pembelajarannya yaitu adanya rumusan
masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan bersama-sama
dengan
berbagai
rumus-rumus
yang
tepat
untuk
digunakan
dan
mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian diserahkan atau
dilaporkan pada guru yang bersangkutan.”
P
: “Berasal darimana saja sumber belajar dalam pembelajaran matematika
ini?”
SW : “Sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini berupa buku paket,
internet, LKS dan alat penunjang lainnya. Buku dilengkapi dengan soal
yang harus diselesaikan secara berkelompok. Sumber belajar yang dipilih
siswa merupakan rumus dan sumber-sumber penyelesaian yang tepat yang
akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang
dihadapinya.”
P
:
“Bagaimana
model
pembelajaran
Problem
Based
Learning
ini
dilaksanakan?”
SW : “Karena model pembelajaran Problem Based Learning ini menekankan pada
kegiatan diskusi berkelompok, maka saya mengatur posisi tempat duduk
secara berhadap-hadapan dengan anggota kelompok 5 sampai 6 siswa.”
commit to user
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
: “Apa tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi
ini?”
SW : “Karena model Problem Based Learning menghadapkan siswa pada
masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu
model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada siswa.”
P
: “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning?”
SW : “Tahapan pelaksanaan pembelajarannya? Tahapan pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning ini dimulai dengan orientasi peserta
didik pada permasalahan yang ada sehingga mereka tidak merasa bingung
ketika menghadapi soal yang diberikan guru. Kemudian diikuti dengan
tahap mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu
maupun
kelompok,
mengembangkan
dan
menyajikan
hasil,
dan
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.”
P
: “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru Kelas V dalam tahap awal model
pembelajaran Problem Based Learning ini?”
SW : “Dalam tahap orientasi ini, saya biasanya memberikan apersepsi dan
motivasi.
Apersepsi
bertujuan
untuk
mengajak
siswa
mengikuti
pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan materi sebelumnya.
Jenis materi pembelajaran yang nantinya saya berikan juga saya sampaikan
commit to user
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam tahap orientasi ini, hal tersebut dimaksudkan untuk mengkondisikan
siswa sehingga mampu menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.”
P
: “Bagaimana Anda mengutarakan tujuan dari pembelajaran Problem Based
Learning ini pada para siswa?”
SW : “Tujuan model pembelajaran ini saya sampaikan secara lisan dan tertulis di
depan kelas, dengan maksud supaya siswa mudah dalam memahami apa
yang menjadi inti dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan.
Misalnya dalam indicator tentang „penyelesaian pembagian angka ribuan‟,
saya menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini adalah supaya siswa
mampu menyelesaikan pembagian ribuan secara mudah dan cepat seperti
materi yang telah dikuasai siswa. saat saya menjelaskan tujuan model
pembelajaran ini kepada siswa terlihat sebagian besar dari mereka yang
masih kebingungan tentang materi yang akan kami bahas. Untuk itu saya
sebagai guru kelas yang bertanggungjawab sebagai fasilitator, saya
memberikan penekanan sedikit tentang materi sebagai gambaran bagi
mereka mengasah pemikiran dan logikanya.”
P
: “Apa maksud Anda menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa?”
SW : “Tujuan model pembelajaran yang disampaikan guru ini tentunya cukup
jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tujuan pembelajaran ini
disampaikan agar siswa memahami kearah mana dia akan menyelesaikan
atau memecahkan soal yang dihadapi bersama kelompoknya nanti.”
P
: “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116
digilib.uns.ac.id
SW : “Kegiatan yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika dapat dilakukan dengan cara memberikan siswa suatu soal
yang menantang pemikiran logika mereka sesuai dengan rumus-rumus yang
sudah mereka pelajari sebelumnya. Mungkin ada sebagian yang akan
menggunakan cara penyelesaian yang sama namun juga ada yang tentunya
menggunakan cara penyelesaian yang berbeda. Hal tersebut tentunya
mampu membuat siswa untuk berpikir lebih kritis.”
P
: “Langkah apa yang Saudara lakukan sebagai guru pengajar Kelas V dalam
tahap membimbing pada model pembelajaran Problem Based Learning ini
pada para siswa?”
SW : “Langkah dalam membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa secara
individu maupun kelompok pada pembelajaran model Problem Based
Learning ini saya lakukan dengan cara saya mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan
penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah
dengan begitu siswa akan lebih dapat mampu berpikir kreatif dan mandiri.”
P
: “Tahap apa yang Saudara lakukan setelah tahapan membimbing
penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok pada pembelajaran
model Problem Based Learning ini?”
SW : “Setelah tahapan membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun
kelompok, kemudian saya lanjutkan dengan membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan
membantu siswa berbagi tugas dengan sesama temannya.”
commit to user
117
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
: “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru dalam tahap akhir pelaksanaan
pembelajaran model Problem Based Learning ini?”
SW : “Dalam tahap terakhir ini, saya sebagai guru Kelas V tentunya membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil
penyelidikan yang mereka lakukan. Maksud saya membantu mereka
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan
yang mereka lakukan ini adalah supaya siswa merasa yakin, puas dengan
hasil atau pemecahan masalah seperti apa yang telah mereka dapatkan
„benar atau salah.”
P
: “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
Kelas V SD N 4 Purwodadi?”
SW: “Faktor penghambat model pembelajaran Problem Based Learning pada
mata pelajaran matematika ini yang saya lihat adalah 1) bahwa ada beberapa
siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu
banyak yang harus mereka pelajari, 2) masih terdapat siswa yang tidak ikut
berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di
dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya
mengikuti siswa-siswa yang aktif saja.”
P
: “Cara apa yang Saudara lakukan guru Kelas V dalam mengatasi hambatan
dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran
matematika siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
commit to user
118
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SW : “Cara mengatasi hambatan dari pelaksanaan model pembelajaran Problem
Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4
Purwodadi ini yaitu dengan cara 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan
fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum
pembelajaran dimulai, 2) guru harus memiliki siasat yang jitu untuk
meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL
yang dapat membangun siswa memecahkan masalah dan menganalisis
masalah serta mengevaluasi masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran
matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam
pemecahan masalah, dan 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan
dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based
Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut
misalnya dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung
terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini.”
commit to user
119
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN
NO. 3
Nomor Catatan
:3
Jenis
: Wawancara
Hari, tanggal
: Rabu, 4 Juni 2014
Waktu
: Pukul 12.30 – 13.15 WIB
Tempat
: Ruang Guru SD Negeri 4 Purwodadi
Pengamat
: Muhammad Khamim (P)
Subjek
: Anik Purwanti, S.Pd., selaku Guru Kelas V B (AP)
Topik
: Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4
Purwodadi
Bukan hanya dengan Bapak Sawijo saja peneliti melakukan kegiatan
wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Anik Purwanti, S.Pd.,
selaku guru kelas V B SD Negeri 4 Purwodadi. Sama halnya ketika peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Sawijo, Ibu Anik Purwanti menjawab setiap
pertanyaan yang peneliti ajukan. Di ruang guru kami melakukan kegiatan
wawancara dan tidak terganggu dengan ramainya sekolah sebab dilakukan pada
saat jam belajar ketika Ibu Anik Purwanti tidak melakukan tugas mengajar.
Berikut ini hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Anik Purwanti.
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
P
120
digilib.uns.ac.id
: “Apa yang Ibu ketahui tentang model pembelajaran Problem Based
Learning?”
AP : “Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
autentik, sehingga siswa mampu untuk mengasah pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Selain itu
model pembelajaran ini juga menuntut untuk mengasah keberanian siswa
dalam bertindak untuk menyelesaikan masalah.”
P
: “Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan Model pembelajaran Problem
Based Learning ini?”
AP : “Dalam model pembelajaran ini peran guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan mengajak siswa
untuk berfikir memecahkan masalah secara matematika dengan menjelaskan
topic atau tema yang diberikan pada saat itu, kemudian menjelaskan tujuan
pokok-pokok kegiatan tersebut, selanjutnya memberikan masalah untuk
diselesaikan oleh siswa, guru mengawasi, mengevaluasi dan menarik
kesimpulan.”
P
: “Bagaimana karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata
pelajaran matematika ini?”
AP : “RPP model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai
karakteristik yang memuat tentang penilaian autentik, jelas, mudah
dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta bermanfaat.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
P
121
digilib.uns.ac.id
: “Berasal darimana saja sumber belajar dalam pembelajaran matematika
ini?”
AP : “Sumber belajar yang digunakan adalah sumber belajar yang mendukung
terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber belajar
bisa berasal dari buku-buku di perpustakaan, internet, LKS, buku paket serta
buku referensi lainnya.”
P
: “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning?”
AP : “Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning ini ada 5 tahapan, yang mana tahapan ini sangat menentukan
berhasil tidaknya pelaksanaan model ini. kelima tahapan tersebut meliputi:
a) orientasi peserta didik pada masalah, b) mengorganisasi peserta didik, c)
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, d) mengembangkan
dan menyajikan hasil, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses dan
hasil pemecahan masalah.”
P
: “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru kelas V dalam tahap awal model
pembelajaran Problem Based Learning ini?”
AP : “Mungkin sedikit banyak guru merasa kesulitan dalam menyampaikan
orientasi ini pada siswa sebab memerlukan waktu persiapan yang cukup
lama. Siswa juga merasa senang sebab mereka lebih termotivasi untuk dapat
memecahkan permasalahan sendiri dan berkelompok, selain itu terjadi
perubahan tingkah laku positif yang semula pasif menjadi lebih aktif dalam
proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Siswa diberi apersepsi dengan
commit to user
122
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maksud bahwa dengan apersepsi memberikan gambaran pada siswa tentang
materi yang akan diajarkan.”
P
: “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?”
AP : “Memang kegiatan yang mampu mengembangkan daya berpikir siswa serta
membangkitkan
daya
berpikir
kritis
siswa
serta
meningkatkan
keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan soal matematika yang
diberikan tersebut.”
P
: “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru dalam tahap akhir pelaksanaan
pembelajaran model Problem Based Learning ini?”
AP : “Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh ibu Kepala Sekolah
bahwa dalam tahap akhir pembelajaran model Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini guru
dalam tahap ini membantu para peserta didik perkelompok maupun individu
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil
penyelidikan yang mereka lakukan. Dengan guru hanya bertugas membantu
saja maka siswa dapat terjun langsung untuk melihat dan memahami caracara seperti apa yang mampu menyelesaikan soal-soal untuk pemecahan
masalahnya.”
P
: “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa
kelas V SD N 4 Purwodadi?”
AP : “Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123
digilib.uns.ac.id
ada beberapa yang saya rasakan. Faktor penghambat itu antara lain 1) ada
beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan
tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang mereka
pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk
mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa
pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan
menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan
menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL
ini.”
P
: “Apa faktor penghambat lain yang Saudara temui dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning siswa kelas V SD N 4 Purwodadi?”
AP : “Faktor penghambatnya? Biasanya saya melihat dari siswa yang kurang
aktif dan tidak berani jika disuruh untuk menyampaikan hasil dari
penyelesaian kelompoknya di depan kelas yang dikarenakan kurang
pemahaman anak tersebut ketika menghitung rumus-rumus matematika
yang digunakan.”
P
: “Cara apa yang dilakukan guru kelas V dalam mengatasi hambatan dalam
pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika
siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
124
digilib.uns.ac.id
AP : “Untuk mengatasi kendala atau hambatan yang saya hadapi selaku guru
kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara saya harus lebih
baik lagi dalam pengkondisian kelas dan lebih sabar lagi dalam memberikan
motivasi pada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji masalah yang
disajikan, saya juga harus bisa untuk mencari soal-soal atau materi-materi
yang menarik minat siswa untuk mengerjakan atau melaksanakan
pembelajaran ini, sehingga memudahkan siswa dalam berpikir lebih kritis
lagi. Selain itu saya harus lebih baik lagi untuk menjalankan peranan saya
sebagai fasilitator dalam model pembelajaran PBL ini.”
P
: “Apakah ada cara lain dalam mengatasi hambatan pembelajaran PBL ini?”
AP : “Cara mengatasi hambatan PBL? Menurut saya cara mengatasi hambatan
yang ada ini antara lain: 1) harusnya guru tetap berusaha memahami
langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan
memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga
siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut,
2) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan
menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dan interaktif, 3) diharapkan guru tetap berusaha untuk
menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan
tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 4) diharapkan
guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan
motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 5) siswa sebaiknya juga
dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis
commit to user
125
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 6) diharapkan siswa
dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran matematika ini.”
commit to user
126
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FOTO-FOTO KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
Lokasi SD Negeri 4 Purwodadi
Profil SD Negeri 4 Purwodadi
commit to user
126
127
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan
SD Negeri 4 Purwodadi
Pembelajaran Klasikal di Kelas V
commit4toPurwodadi
user
SD Negeri
128
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru Memberikan Bimbingan pada Tiap Kelompok
Di Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi
Para Siswa Menyelesaikan Tugas Secara Berkelompok
commit to user
129
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti dan Narasumber ( Kepala Sekolah dan Guru Kelas V )
SD Negeri 4 Purwodadi
Wawancara Peneliti dengan Kepala SD Negeri 4 Purwodadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130
digilib.uns.ac.id
Wawancara Peneliti dengan Guru Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi
Wawancara Peneliti dengan Guru Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi
commit to user
131
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada
Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi
Oleh :
Muhammad Khamim
S811308025
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diajukan ujian tesis
pada tanggal : .........................
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I/ Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
Penguji I
NIP. 194404041976031001
Pembimbing II/ Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
Penguji II
NIP. 196611081990032001
Penguji III
Dr. Suharno, M. Pd
NIP. 195211291980031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Dr. Nunuk Suryani, M. Pd
NIP. 196611081990032001
commit to user
Tanggal
132
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD NEGERI 4 PURWODADI
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Muhammad Khamim
S811308025
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
commit
to user
133
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada
Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi
Oleh :
Muhammad Khamim
S811308025
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diajukan ujian tesis
pada tanggal : .........................
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
NIP. 194404041976031001
Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
NIP. 196611081990032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Dr. Nunuk Suryani, M. Pd
NIP. 196611081990032001
commit to user
Tanggal
Download