1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis yang berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas pembelajaran. Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. ”Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih aktif” (Sutarto Hadi, 2005:2). Menurut Aunurrahman (2009:35) belajar dapat diartikan sebagai “suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu di dalam commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut (Erman Suherman, 2003 : 55) menyatakan “Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang objek kajiannya bersifat abstrak, materinya disusun secara hierarkis, dan cara penalarannya adalah bersifat deduktif”. Menurut (Karso, 2007 : 6) “Objek matematika bersifat abstrak, sehingga dalam belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi”. Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsepnya harus dipahami dengan benar sejak dini. Hal ini dikarenakan konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Di mana suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep selanjutnya. Dengan demikian pemahaman konsep yang salah akan berakibat pada kesalahan terhadap konsep selanjutnya (Antonius Cahyo Prihandoko, 2006: 7). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipilih untuk menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu, mata pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar menekankan pada pembentukan nalar/logika, sikap dan ketrampilan yang terkandung dalam setiap pembelajaran matematika. Di samping itu, matematika memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis (Suminarsih, 2003:10). commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran matematika yang benar oleh seorang guru sangat diperlukan dalam menanamkan konsep-konsep matematika di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yang tertulis dalam Standar Nasional Pendidikan 2006 yaitu untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak berdasar kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kenyataan yang terjadi di lapangan, aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan tujuan di atas. Materi yang disampaikan hanya berupa informasi yang lebih mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin dalam buku catatan. Sesekali guru bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih nalar/logika siswa untuk berlatih aktif mencari dan menyelesaikan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh tuntutan kurikulum yang lebih menekankan pada pencapaian target. Artinya, semua bahan harus selesai dijabarkan dan bukan pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang diutamakan. Akhirnya terjadilah penghafalan konsep sehingga pemahaman konsep commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id matematika rendah. Menurut Mukhayat (2004: 34) belajar dengan menghafal tidak terlalu banyak menuntut aktifitas berfikir anak dan mengandung akibat buruk pada perkembangan mental anak. Anak kehilangan sense of learning, kebiasaan yang membuat anak bersifat pasif. Berkenaan dengan itu Isriani (2012) mengemukakan bahwa guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Kebanyakan guru masih mengajar secara konvensional, pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), metode mengajar masih monoton dan guru belum dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Keadaan inilah yang membentuk pemahaman siswa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit, membosankan, dan menakutkan. Kemampuan berfikir siswa sangat rendah sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dalam bentuk soal cerita ataupun soal yang memerlukan menghafal rumusrumus. Untuk mengatasi persoalan di atas, perlu diusahakan pembelajaran yang sudah ada dengan mengubah paradigma belajar. Pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi, dan aplikasi. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada. Salah commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran matematika berbasis masalah / problem-based learning. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan diskusi membahas permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran. Pembelajaran ini akan merangsang siswa mengidentifikasi, mendiskusikan, dan meneliti permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil, banyak kerjasama dan interaksi, mendiskusikan hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran untuk melaksakan tugas dan saling melaporkan (Pannen, Dina Mustafa & Mestika Sekarwinahyu, 2001: 85-86). Berdasarkan keadaan bahwa kebanyakan guru masih mengajar secara konvensional, pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), metode mengajar masih monoton dan guru belum dapat mengaktifkan siswa dalam belajar sebagaimana tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi.” B. Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 4 Purwodadi? 2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 4 Purwodadi? 3. Adakah hambatan dan bagaimana cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini ada 4 (empat) yaitu: 1. Untuk mengetahui perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi. 3. Untuk mengetahui evaluasi dan hasil implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi 4. Untuk mengetahui hambatan dan bagaimana cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi. commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan sebagai bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning. 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. b. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran di kelas. c. Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning a. Pengertian Nurhayati Pembelajaran Abbas Problem (2000:12), Based menyatakan Learning (PBL) bahwa “Model adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri”. Nani Ratnaningsih (2003), menyatakan bahwa “Model Pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran”. H. Barrows dalam Ibrahim (2002) menyatakan bahwa proses pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal dan integritas pengetahuan baru. Sementara itu Mulyasa (2008 : 2) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structure, atau open ended commit to user 8 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id melalui stimulus dalam belajar. Sementara itu Moffit (dalam Supinah, 2008: 62) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai pendekatan yang melibatkan siswa dalam penyelidikan dalam pemecahan masalah yang memadukan ketrampilan dan konsep dari berbagai kandungan area. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat dirangkum bahwa Model Pembelajaran PBL merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, sebab guru berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, serta melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip, dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. b. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning Wardhani (2007: 10) mengemukakan PBL meliputi tiga aliran utama yang berkembang pada abad dua puluh yaitu sebagai berikut: 1) Pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya (1916). Menurut Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata. Pendapat Dewey ini memberikan dasar filosofi dari PBL. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Pemikiran Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget, anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu itu memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Ketika tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan lebih abstrak. Pada semua tahap perkembangan, anak perlu memahami lingkungan mereka, memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori yang menjelaskan lingkungan itu. 3) Pemikiran Lev Vygotsky (1896-1934) dengan konstruktivismenya, serta Jerome Brunner dengan pembelajaran penemuannya, Vygotsky berpandangan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Brunner menyatakan pentingnya pembelajaran penemuan yaitu model pembelajaran yang menekankan perlunya membantu siswa memahami struktur atau ide dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan yakin bahwa pembelajaran yang sebenarnya adalah yang terjadi melalui penemuan pribadi/sendiri. Berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah telah menunjukkan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Pengajuan masalah atau pertanyaan Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka dihadapkan pada situasi kehidupan nyata yang autentik , menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (dalam Nurhayati Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu: autentik, jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan bermanfaat. Secara terperinci adalah sebagai berikut: a) Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b) Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan siswa meenyelesaikannya. c) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat commit to user dengan tingkat perkembangan siswa. sesuai perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id d) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e) Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat/pengembang masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa. 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau/memandang masalah itu dari berbagai mata pelajaran. 3) Penyelidikan autentik Pembelajaran berbasis masalah, siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. commit to user Mereka harus menganalisa dan mendefinisikan masalah, 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. 4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer (dalam Nurhadi, 2003:56) Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi secara inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir. c. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama (Nurhadi, 2003:58-59). Kelima tahapan itu dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan commit user penyajian dan analisis hasil kerjatosiswa. 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tahapan Tingkah Laku Guru Tahap 1: Guru menjelaskan tujuan Orientasi siswa pembelajaran, menjelaskepada masalah kan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap 2: Guru membantu siswa Mengorganisasi mendefinisikan dan siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3: Guru mendorong siswa Membimbing untuk mengumpulkan penyelidikan informasi yang sesuai, individual dan melaksanakan ekspekelompok rimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya Tahap 4: Guru membantu siswa Mengembangka merencanakan dan n dan menyiapkan karya yang menyajikan sesuai seperti laporan, hasil karya video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Tahap 5: Guru membantu siswa Menganalisis melakukan refleksi atau dan evaluasi terhadap mengevaluasi penyelidikan mereka dan proses proses-proses yang pemecahan mereka gunakan. masalah Tingkah Laku Siswa Siswa memahami tujuan pembelajaran, menyiapkan logistik yang dibutuhkan, termotivasi untuk terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya. Siswa dengan bantuan guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta berbagi tugas dengan temannya. Siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL Keunggulan Model Pembelajaran Problem Based Learning yaitu: (1) PBL merupakan model pembelajaran commit to user yang cukup bagus untuk lebih 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memahami isi pelajaran, (2) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, (3) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, (4) dapat membantu siswa untuk membentuk pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, (5) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (6) dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya, (7) dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (Matematika, IPA, Sejarah dan lain-lain) pada dasarnya memerlukan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau bukubuku saja, (8) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa, (9) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, (10) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dan (11) pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir (Ade Sanjaya, 2011:220). Kelemahan yang terdapat dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit commit to user perpustakaan.uns.ac.id 16 digilib.uns.ac.id untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, (2) keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, (3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang seharusnya mereka pelajari” (Ade Sanjaya, 2011:221). 2. Hasil Belajar Matematika SD a. Definisi Belajar Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar sebagai berikut. Sntrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Sugihartono (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengemukakan belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006:10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya b. Ciri - Ciri Belajar Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah (2002:15) belajar mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan mencakup seluruh tingkah laku Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkahlakunya. Orang bebas memilihsesuai dengan kebutuhannya., tidak to sesuai user dengan Wasty Sumanto yang terkait pada lingkungan.commit Hal ini 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dikutip dari Max Darsono (2000:18) bahwa tujuan pendidikan selalu membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006 : 37) belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yang dipelajarinya dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006 : 38) yaitu: 1) Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. 2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi erupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya. 5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan, motivasi, yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari. c. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbibin Syah (2003: 144) menyebutkan tiga faktor yang memengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 19 digilib.uns.ac.id 1) Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. a) Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. b) Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif. 2) Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. a) Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang memengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah, dan masyarakat. b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, metode dan model pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani commit tountuk user menunjang keberhasilan belajar. siswa sesuai dengan kondisinya 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat model pembelajaran Joyce (Trianto, 2010:22) menyatakan bahwa model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tepat tidaknya guru menggunakan model pembelajaran, turut menentukan bagaimana hasi belajar yang dicapai siswa. Maka dalam penelitian ini membicarakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu model pembelajaran. d. Hasil Belajar Matematika Setelah mengetahui pengertian belajar dan faktor yang mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana Sudjana (2005:5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tertentu. Syaiful Bahri Djamarah (2002:23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010 : 22 – 31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. 1) Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: a) Mengingat (remembering) b) Memahami (understanding) c) Menerapkan (applying) d) Menganalisis (analyzing) e) Mengevaluasi (evaluating) f) Mencipta (creating) commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut: a) Reciving/attending (penerimaan) b) Responding (jawaban) c) Valuing (penilaian) d) Organisasi e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai 3) Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SLTP dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah, misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3). Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia. (Nasution, 1980 dalam Sri Subarinah, 2006 : 1). Antonius Cahya Prihandoko (2006 : 1) mengemukakan matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsepkonsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya. Em Zul Fajri (2007 : 554) menyatakan pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001 : 18) mengemukakan berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Ruseffendi (Sri Subarinah, 2006: 1) mengatakan matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya sehingga matematika disebut ilmu deduktif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi matematika. Matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain. e. Pembelajaran Matematika di SD Suharjo (2006 : 85) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik, akan tetapi merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa (Heruman, 2008 : 2) . Dalam membelajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan model ataupun metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini masuk akal karena suatu topik matematika kadangkadang dapat diajarkan secara lebih baik hanya dengan menggunakan model tertentu. Selain itu jika guru matematika hanya dengan menggunakan satu jenis model mengajar, maka akan dimungkinkan para commit to user perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id siswa menjadi lebih cepat bosan atau jemu terhadap materi yang disampaikan. Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk menuju tahap pembinaan keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa, yaitu (1) Penanaman konsep dasar, (2) Pemahaman konsep, dan (3) Pembinaan Keterampilan (Heruman, 2008 : 2 – 3). Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu diajarkan bagi siswa SD. Sesuai dengan kurikulum 2006 KTSP, disebutkan tujuan mata pelajaran matematika di SD (Riyanto Dwidasih dkk, 2006: 4) adalah: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Memahami konsep matematika sangatlah penting untuk mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Maka pada Sekolah Dasar, guru harus menyampaikan konsep matematika dengan baik dan benar agar siswa dapat mengaplikasikan pada kehidupan nyata dengan benar. Selain memahami konsep, melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika juga penting untuk memudahkan dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran di Sekolah Dasar merupakan pondasi pembelajaran matematika yang nantinya digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka dari itu, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan harus ditanamkan agar siswa dapat dengan senang hati mempelajari matematika. Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, dapat dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar mampu menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam bidang ilmu lain. Maka, pembelajaran matematika di SD perlu dirancang sebaik mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut. commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan rencana penelitian kami adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma Siska Utari, Trimurti Saleh, dan Indaryanti. 2013. Berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning di kelas X SMA Negeri I Inderalaya yang dilihat dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X.D berjumlah 31 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning secara keseluruhan dikategorikan aktif dengan nilai rata-rata 77,91. Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,49. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning merupakan akumulasi dari aktivitas dan hasil belajar siswa, persentase pelaksanaan Problem Based Learning adalah 79,03%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa commit to user perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning di kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya dikategorikan baik. Berdasarkan penelitian di atas, maka terdapat persamaannya dengan rencana penelitian ini, yaitu pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL memberikan kontribusi positif dengan hasil belajar yang dicapai. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu ini tidak mengungkapkan adanya kendala dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBL. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Leonardus Baskoro Pandu. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Komputer di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X EI SMK Negeri 2 Wonosari Yogyakarta yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan dimulai dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan model Problem Based Learning (PBL) dan refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi/pengamatan. Analisis data dilakukan dengan perbandingan antara hasil tes pada siklus 1 dan siklus 2 dengan teknik deskriptif. Artinya dari data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada dan mendiskripsikan sesuai dengan fenomena. Sedangkan untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem rata-rata kelas pada hasil evaluasi tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta dalam pembelajaran mata diklat Komputer (KK6) mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari: (1) Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktivitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motorik dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. (2) Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. Pada siklus 2 kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebanyak 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa. Penelitian di atas menjelaskan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa dengan menggunakan PBL lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran seperti biasa. Hal ini sama dengan rencana penelitian ini, tetapi yang berbeda adalah pada rencana penelitian ini lebih fokus mengukur tentang besarnya keaktifan siswa, menjelaskan dan mendeskripsikan hasil yang dicapai pada pembelajaran matematika dengan menggunakan PBL. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan, berjudul Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran melalui model Problem Based Learning (PBL). Penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada siswa SMK kelas XI yang melaksanakan proses pembelajaran di BPTP Bandung. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus pembelajaran. Hasil tes kognitif melalui pre test dan post test pada siklus I ditinjau dari persentase siswa yang mencapai nilai > 60 adalah sebanyak 8,33% meningkat menjadi 91,67%, pada siklus II meningkat dari tidak ada menjadi 90,48%, dan pada siklus III dari 38,89% meningkat menjadi 94,44%. Hasil penilaian aspek psikomotor menunjukkan kategori cukup terampil pada siklus I meningkat menjadi kategori terampil pada siklus II dan siklus III. Hasil penilaian aspek afektif pada ketiga siklus menunjukkan kategori netral dengan peningkatan nilai IPK pada setiap siklusnya. Penguasaan siswa dilihat dari hasil tes sumatif memiliki kategori tinggi dengan nilai rata-rata 6,43. Kemudian untuk aktifitas guru dilihat dari lembar observasi aktivitas guru menunjukkan peningkatan dari kategori sedang pada siklus I dan siklus II menjadi kategori baik pada siklus III. Kesan dan tanggapan guru melalui wawancara menyatakan bahwa dengan menerapkan model PBL kondisi kelas menjadi lebih aktif, siswa menjadi berani tampil dalam mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan kesan dan tanggapan siswa menyatakan bahwa kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat terlatih memecahkan contoh permasalahan melalui kegiatan praktikum. Berdasarkan penelitian di atas, terdapat perbedaan pada metode penelitiannya, yaitu penelitian terdahulu dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), sedangkan rencana penelitian ini dengan deskriptif kualitatif. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sedangkan persamaaannya adalah bahwa model PBL menghasilkan siswa aktif dan maju pada hasil belajarnya. 4. Penelitian Oleh Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu Sudiarta, Gede Suweken, 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Pertanyaan Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan metakognitif terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sukawati dengan melibatkan sampel sebanyak 90 siswa. Sampel penelitian ditentukan yang dengan teknik random sampling. Instrumen penelitian digunakan berupa kuesioner motivasi berprestasi dan tes prestasi belajar matematika. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan metakognitif lebih baik dari prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun motivasi berprestasi rendah, prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan metakognitif lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengikuti dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian tersebut dengan rencana penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu merupakan jenis penelitian eksperimen sedangkan rencana penelitian ini merupakan jenis penelitian desriptif kualitatif. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Gd. Gunantara, Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based learnig (PBL). Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebanyak 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika. commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Persamaan penelitian tersebut dengan rencana penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika diberlakukan di kelas V. Sedangkan perbedaannya penggunaan siklus pada penelitian terdahulu untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajarnya sedangkan pada rencana penelitian ini mendeskripsikan perubahan hasil belajar dari nilai raport/hasil tes matematikanya setelah menggunakan model PBL. C. Kerangka Berfikir Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Proses pembelajaran dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengolah masalah sehingga menjadi miliknya. Hasil belajar siswa diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui ketrampilan proses. Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh pemahaman tentang implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran matematika di SD N 4 Purwodadi. Gambaran tersebut dideskripsikan dalam kerangka sebagai berikut: commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Latar Belakang: 1. Pembelajaran konvensional 2. Metode monoton 3. Belum mengaktifkan siswa Perencanaan Pembelajaran dengan PBL Pelaksanaan Pembelajaran dengan PBL Kendala dan cara mengatasi Tabel 2. Kerangka Berfikir commit to user Evaluasi dan Hasil 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Rancangan (desain) yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Tailor dalam Moleong (2007 : 4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar (Sukmadinata, 2007 : 72). Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Ada beberapa alasan dalam penggunaan pendekatan deskriptif (Sukmadinata, 2007:73) antara lain: (1) deskripsi atau penggambaran apa adanya merupakan hal yang alamiah dan sesuai dengan kenyataan kehidupan manusia hidup apa adanya, (2) penelitian deskriptif mempunyai makna yang lebih luas, mencakup deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif, (3) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang paling dasar dari penelitian non eksperimental. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan unit, bagian, kelompok, dan tempat di mana orang-orang terlibat di dalam kegiatan commit to user 36 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id atau peristiwa yang ingin diteliti (Sukmadinata, 2007 : 102). Penulis memilih lokasi penelitian ini karena SD Negeri 4 Purwodadi merupakan salah satu sekolah dasar di kabupaten Grobogan yang memiliki prestasi tinggi baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari model pembelajaran yang dilaksanakan sekolah tesebut cukup efektif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Purwodadi yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Nomor 10 Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini secara keseluruhan diprogramkan bisa terlaksana selama kurun waktu 5 (lima) bulan, terhitung mulai bulan April sampai dengan Agustus 2014. Berikut ini adalah rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini. No Kegiatan 1. Penyusunan Proposal Pengurusan Ijin Penelitian Persiapan Pengumpulan Data Pengumpulan Data 2. 3. 4. 5. Analisis Data 6. Penyusunan Laporan Waktu April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agust 2014 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Tabel 3. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian. commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kehadiran Peneliti Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan harus diutamakan dalam penelitian kualitatif, karena peneliti merupakan instrumen penelitian utama yang harus hadir di lapangan untk mengumpulkan data yang diperlukan dalam situasi yangs sesungguhnya (Moleong, 2007: 121). Peneliti harus menyadari bahwa dirinya merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisa data, penafsir data, dan sekaligus menjadi pelopor dari hasil penelitian (Moleong, 2007: 121). Karena itu peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya. Peneliti harus bersikap hati-hati terutama dengan informan kunci agar tercipta suasana yang mendukung keberhasilan dalam pengumpulan data. D. Data dan Sumber Data 1. Data Data adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dan bahkan yang dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan kegiatan tersebut ke dalam etnografi. Lofland dalam (Moleong, 2007 : 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id 2. Sumber Data Sumber data berupa kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan foto (Harsono, 2008: 160). Menurut Moleong (2006: 107) “Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh”. Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Narasumber. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai informan kunci (key informan) atau orang yang berkompeten. Informan awal dipilih secara purposive (purposive sampling), sedangkan informan selanjutnya ditentukan dengan cara snowball sampling, yaitu dipilih secara bergulir sampai menunjukkan tingkat kejenuhan informasi. Informan kunci adalah guru. Sedangkan informan yang dipilih dengan cara snowball meliputi kepala sekolah, peserta didik, dan staf karyawan di lingkungan SD Negeri 4 Purwodadi. b. Tempat dan peristiwa, di mana peneliti memperoleh data antara lain meliputi proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model PBL baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Peneliti akan melakukan pengamatan tentang peristiwa di SD Negeri 4 Purwodadi yang berhubungan dengan implementasi/penerapan model pembelajaran PBL pada pembelajaran Matematika. Adapun tempat yang akan menjadi sumber data adalah di dalam kelas. c. Dokumen. Dokumen adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan keterangancommit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini adalah berupa dokumen yang relevan dengan penerapan model pembelajaran PBL pada mata pelajaran Matematika meliputi antara lain: RPP atau perangkat pembelajaran, foto pelaksanaan pembelajaran, profil sekolah, daftar inventaris sarana dan prasarana sekolah, dan lain-lain. Data ini dipergunakan untuk melengkapi hasil wawancara dan pengamatan terhadap tempat dan peristiwa. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2008:194). Maksud dan tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti dari orang lain. commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2007:220). Kegiatan observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau non partisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung sedangkan observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan tapi tidak ikut di dalamnya. 3. Dokumen Dokumen sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mencari sumber data karena dokumen dapat dipergunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumendokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronika (Sukmadinata, 2007:221). Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas maka bisa disusun sebuah matrik penelitian untuk mempermudah penelitian di lapangan yaitu sebagai berikut: commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kisi – Kisi Panduan Penelitian No Fokus Masalah 1 Perencanaan Metode Pengumpulan Data Indikator Wawan Obser Doku Sumber Data cara vasi mentasi 1. Guru memper√ √ Kepala pembelajaran siapkan prota Matematika dan promes dengan Model 2. Guru memperPembelajaran Problem Based Learning sekolah, Guru √ - √ siapkan silabus. 3. Guru memper- Matematika/ Guru Kelas, √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ Siswa siapkan RPP. 4. Guru mempersiapkan tempat pembelajaran. 5. Guru mempersiapkan media. 6. Guru mempersiapkan instrument evaluasi. 7. adanya desain pembelajaran 2 Pelaksanaan 1. Guru memulai Kepala pembelajaran pembelajaran sekolah, Matematika dengan Guru dengan Model appersepsi. Matematika/ Pembelajaran Guru Kelas, Problem Siswa Based Learning commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id No Fokus Masalah Indikator 2. Mengembangkan Metode Pengumpulan Data Sumber Data Wawan Obser Doku cara vasi mentasi √ √ √ Kepala pemikiran bahwa akan sekolah, anak Guru belajar Matematika/ lebih bermakna Guru Kelas, dengan Siswa cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 3. Melaksanakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 4. Mengembangkan sifat ingin tahu dengan bertanya. 5. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id No Fokus Masalah Indikator 6. Menghadirkan model Metode Pengumpulan Data Sumber Data Wawan Obser Doku cara vasi mentasi √ √ - sebagai contoh pembelajaran. 7. Melakukan √ √ - √ √ - √ √ - √ √ √ refleksi di akhir pertemuan. 8. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 9. Guru mengajak siswa menyimpulkan materi pelajaran 3 Faktor Pendukung dan 1. Kemampuan guru 2. Kelengkapan Penghambat dokumen pembelajarn 3. Daya serap Matematikad Pembelajarn Problem Based Learning sekolah, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - dana 6. Daya dukung Guru Kelas, Siswa sekolah 5. Ketersediaan Guru Matematik/ peserta didik engan Model 4. Fasilitas Kepala pihak luar commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id No 4 Fokus Masalah Evaluasi Indikator 1. Memberikan Metode Pengumpulan Data Wawan Obser Doku Sumber Data cara vasi mentasi √ √ √ Kepala pembelajarn evaluasi dalam sekolah, Matematikad berbagai Guru engan Model bentuk. Matematik/ Pembelajarn 2. Memberikan Problem evaluasi secara Based individu Learning kelompok. √ √ √ Guru Kelas, Siswa dan 3. Aspek evaluasi √ √ - (aspek kognitif, afektif dan psikomotorik). F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (2007:16) dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama melakukan commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penelitian di lapangan maka jumlah data yang akan diperoleh semakin banyak, komplek, dan rumit. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007:16). Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, semua catatan lapangan dibaca, dipahami dan dibuat ringkasan kontak yang berisi uraian hasil penelitian terhadap catatan lapangan, pemfokusan, dan penjawaban terhadap masalah yang diteliti. 2. Penyajian Data Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta memberikan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun selektif. Data yang diperoleh dari penelitian ini dalam wujud kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf. Karena itu data tersebut akan disajikan dalam bentuk teks atau berupa uraian naratif. Oleh karena itu, Miles dan Huberman (2007: 17) membatasi penyajian data sebagai commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Penarikan Kesimpulan Analisa data yang dikumpulkan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat menggambarkan suatu pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Analisis data yang terus-menerus dilakukan mempunyai implikasi terhadap pengurangan dan/atau penambahan data yang dibutuhkan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk kembali ke lapangan. Dari pengumpulan data, seorang penganalisa kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasikonfigusari yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Menurut Miles dan Huberman (2007: 19) dalam penarikan kesimpulan, kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. G. Keabsahan Data Sugiyono (2008: 366) mengatakan dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Ada empat pokok permasalahan yang harus diperhatikan para peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif untuk menguji sekaligus menjadi kriteria mengenai keabsahan temuan penelitian, yaitu credibility (validitas internal), transferability (validitas (reabilitas), dan confermability (objektivitas). commit to user eksternal), dependability perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id 1. Pengujian Kredibility Uji kredibility atau validitas internal merupakan uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono,2008:368). Sugiyono (2008:369) mengatakan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan. Wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan demikian hubungan peneliti dengan nara sumber semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Hal ini sangat perlu untuk memperoleh data yang akurat. Meningkatkan ketekunan artinya melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Triangulasi yang dalam penelitian ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Hal ini dimaksudkan pengecekan data bisa didatangkan dari guru, teman sejawat, siswa, maupun orang tua siswa atau masyarakat untuk memperoleh data yang akurat, melalui wawancara dengan mereka, atau observasi lapangan yang kemudian dapat ditarik sebagai simpulan data (Danim, 2002: 37). Analisis kasus negatif yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian pada saat tertentu. Dalam hal ini peneliti mencari commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Apabila sudah tidak ada lagi yang berbeda atau bertentangan berarti data sudah dapat dipercaya. Menggunakan bahan referensi artinya penelitian perlu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data pendukung ini bisa dalam bentuk rekaman hasil wawancara, gambar atau foto-foto situasi yang ada di lokasi penelitian. Mengadakan member check artinya proses pengecekan data yang diperoleh peneliti, kepada pemberi data, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data, sehingga data tersebut valid dan dapat dipercaya (Sugiyono, 2008:374-375). 2. Pengujian Transferability Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2008:376).Transferability mempersoalkan apakah suatu temuan penelitian memungkinkan dapat digunakan atau diterapkan pada situasi dan kondisi lain, berkenaan dengan permasalahan yang sama dalam hal ini dapat atau tidaknya temuan penelitian itu diterapkan pada situasi dan kondisi lain bukanlah menjadi ukuran peneliti, tetapi tergantung pada pihak-pihak lain yang menerapkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id 3. Pengujian Dependability Dalam penelitian kualitatif, dependability dilakukan dengan cara mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian, yaitu seorang auditor atau pembimbing yang pandai, mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Apabila peneliti tidak mempunyai atau menunjukkan data “jejak aktivitas di lapangan”, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan (Sugiyono, 2008: 377). 4. Pengujian Konfirmability Dalam penelitian kualitatif, konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasilnya merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability (Sugiyono, 2008: 377). Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2007: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi menurut Patton (dalam Moleong, 2007:178–179) dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : a. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu. b. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1) pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c. Triangulasi Peneliti, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan. Pengambilan data dilakukan oleh beberapa orang. d. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan antara lain: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dilihat sepanjang waktu (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik pengujian konfirmability dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teori. commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 4 Purwodadi yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 10 Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Nama Instansi sekolah ini adalah UPTD Pendidikan Kecamatan Purwodadi. Status sekolah ini negeri dengan nomor statistik sekolah 101031513004. Tahun didirikan dan tahun beroperasi sekolah ini yaitu pada tahun 1949 dengan status tanah hak pakai dan status bangunan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan. Sekolah ini memiliki visi khusus dalam pelaksanaan pembelajarannya, yaitu “Beriman dan Bertaqwa, Cerdas, Terampil, Kompetitif, Berbudaya, serta Berbudi Pekerti Luhur.” Adapun jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2014/2015 ini adalah kelas I sebanyak 105 yang terdiri dari laki-laki 44 dan perempuan 61, kelas II sebanyak 101 yang terdiri dari laki-laki 52 dan perempuan 49, kelas III sebanyak 104 yang terdiri dari laki-laki 51 dan perempuan 53, kelas IV sebanyak 98 yang terdiri dari laki-laki 47 dan perempuan 51, kelas V sebanyak 106 yang terdiri dari laki-laki 48 dan perempuan 58, kelas VI sebanyak 101 yang terdiri dari laki-laki 52 dan perempuan 49, sehingga jumlah semua murid di SD Negeri 4 Purwodadi adalah 615 yang terdiri dari laki-laki 204 dan perempuan 321. commit to user 52 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ditinjau dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada tahun ini data pendidik dan tenaga pendidik di SD Negeri 4 Purwodadi adalah sebanyak 23 orang yang terdiri dari 16 orang PNS dan 7 orang merupakan tenaga wiyata bakti. Adapun rincian atau susunan tenaga pendidik di SD Negeri 4 Purwodadi adalah sebagai berikut: SD Negeri 4 Purwodadi dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berstatus PNS dan pendidikan terakhirnya S2. Jumlah guru kelas di SD Negeri 4 Purwodadi yaitu 12 orang yang bersatus PNS dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Guru (pengajar) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ada 1 orang yang berstatus PNS dan 1 orang yang berstatus wiyata bakti yang keduanya berpendidikan terakhir S1 (Strata 1). Guru (pengajar) mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah 1 orang yang berstatus wiyata bakti dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Guru (pengajar) mata pelajaran Pendidikan Agama Khatolik adalah 1 orang dengan status PNS dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Guru (pengajar) mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah 1 orang dengan status PNS dan 1 orang berstatus wiyata bakti keduanya berpendidikan terakhir S1. Guru (pengajar) mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 1 orang berstatus wiyata bakti dengan pendidikan terakhir adalah S1. Tenaga administrasinya terdiri dari 1 orang berstatus wiyata bakti dengan pendidikan terakhir adalah S1. Sedangkan untuk Penjaga Sekolah di SD Negeri 4 Purwodadi ini ada 1 orang dengan status wiyata bakti dan pendidikan terakhirnya adalah SMA. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id Ditinjau dari sarana dan prasarana yang dimiliki, SD Negeri 4 Purwodadi memiliki 12 ruang kelas dengan keadaan 6 baik dan 6 rusak ringan, 1 ruang Kepala Sekolah dengan keadaan baik, 1 ruang guru dengan keadaan baik, 1 Mushola dengan keadaan rusak sedang, ruang perpustakaan dengan keadaan baik, ruang koperasi dengan keadaan baik, ruang UKS dengan keadaan rusak sedang, ruang kesenian dengan keadaan rusak sedang, 1 kamar mandi/toilet Kepala Sekolah/tamu dengan keadaan baik, 1 kamar mandi/toilet guru dengan keadaan baik, 6 kamar mandi/toilet siswa dengan keadaan baik, 1 ruang komputer dengan keadaan baik dan 1 rumah penjaga dengan keadaan rusak berat. B. Temuan Penelitian 1. Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi SD Negeri 4 Purwodadi merupakan salah satu sekolah dasar di Purwodadi yang dalam pembelajaran matematika di kelas V menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi, dan aplikasi. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari suatu masalah melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 55 digilib.uns.ac.id persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada. Berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi,dan aplikasi. Dengan model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada.” (CL 1 hal 101) Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan diskusi membahas permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini akan merangsang siswa mengidentifikasi, mendiskusikan, dan meneliti permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil, banyak kerjasama dan interaksi, mendiskusikan hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran untuk melaksakan tugas dan kemudian melaporkan hasilnya kepada guru yang bersangkutan.” (CL 2 hal 108) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah commit to user autentik, sehingga siswa mampu untuk mengasah pengetahuannya perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Selain itu model pembelajaran ini juga menuntut untuk mengasah keberanian siswa dalam bertindak untuk menyelesaikan masalah.” (CL 3 hal 117) Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu cara pembelajaran yang mampu menghilangkan rasa jenuh dan bosan pada anak dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar, sebab dalam usia Sekolah Dasar ini rasa ingin tahu anak sangat besar untuk itu model pembelajaran ini mampu menghilangkan rasa bosan yang muncul didiri anak yang disebabkan system pembelajaran yang monoton. Selain itu siswa lebih bisa memahami konsep dari pelajaran yang diberikan guru.” (CL 2 hal 108) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran di mana model pembelajaran ini memfokuskan dan mengaktifkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan persoalan dengan pemikiran tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada dalam hal ini kaitannya dengan pelajaran matematika. Keberhasilan penggunaan suatu model pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting dan signifikan dalam menentukan commit to user Penerapan model pembelajaran keberhasilan suatu model yang digunakan. 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Problem Based Learning yang dilaksanankan oleh guru SD N 4 Purwodadi untuk pelajaran matematika ini perlu beberapa komponen, sehingga guru menyiapkan komponen tersebut sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang disiapkan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Hal-hal atau aspek yang direncanakan dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi meliputi perencanaan RPP, penyesuaian kurikulum yang diterapkan, media/perlengkapan yang akan digunakan, evaluasi dan strategi yang cocok dalam memberikan permasalahan yang akan diberikan kepada tiap-tiap kelompok siswa karena setiap siswa tentunya memiliki karakter pemikiran yang berbeda-beda pula.” (CL 1 hal101) Penjelasan dari Kepala Sekolah di atas memberikan informasi bahwa banyak hal yang perlu direncanakan sebelum melakukan kegiatan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika. Informasi ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Banyak hal yang perlu disiapkan seperti kebutuhan sarana dan prasarana yang akan digunakan dan juga kurikulum. Penyusunan RPP disesuaikan dengan silabus yang ada. Untuk penyusunan RPP para guru menyusun dengan lengkap yang memuat komponen identitas sekolah, identitas mata pelajaran, tujuan, langkah pembelajaran dan lain sebagainya. Kurikulum yang disusun memperhatikan aspek peserta didik, lingkungan sekolah, dan juga media yang akan digunakan.” (CL 2 hal 108) commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika ini guru perencana pembelajaran memiliki tugas untuk menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran selain itu guru sebagai pengelola kelas diharuskan untuk menciptakan suasana/kondisi kelas yang menyenangkan dan nyaman sehingga siswa siap melaksanakan pembelajaran.” CL 2 hal 109) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadimenambahkan sebagai berikut: “Dalam model pembelajaran ini peran guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah secara matematika dengan menjelaskan topik atau tema yang diberikan pada saat itu, kemudian menjelaskan tujuan pokok-pokok kegiatan tersebut, selanjutnya memberikan masalah untuk diselesaikan oleh siswa, guru mengawasi, mengevaluasi dan menarik kesimpulan.” (CL 3 hal 117) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat diinformasikan bahwa terdapat tiga peran guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Ketiga peran guru tersebut antara lain: a) Guru sebagai perencana pembelajaran : menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran; b) Guru sebagai pengelola kelas diharapkan mampu menciptakan suasana/kondisi kelas yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa siap melaksanakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru tersebut; dan c) Guru sebagai fasilitator khususnya dalam hal ini adalah untuk menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa ketika proses pembelajaran dengan model Problem commit tomatematika user Based Learning pada mata pelajaran ini berlangsung. perpustakaan.uns.ac.id 59 digilib.uns.ac.id Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, guru matematika di SD Negeri 4 Purwodadi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning untuk siswa kelas V adalah menyiapkan Silabus, RPP, Lembar kerja yang harus dikerjakan siswa, dan membagi siswa menjadi perkelompok-perkelompok kecil.” (CL 1 hal 102) Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Persiapan yang kami lakukan sebagai guru meliputi persiapan Silabus, RPP, LK dan media pembelajaran lainnya. Media atau sarana prasarana yang kami persiapkan ini tentunya tergantung pada jenis materi yang akan kami berikan pada siswa.” (CL 2 hal 109) Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan berbagai informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dipersiapkan guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi meliputi Silabus, RPP, LKS, dan media pembelajaran lainnya.” Penyusunan RPP untuk model pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik yang berbeda dengan RPP menggunakan model pembelajaran lainnya. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem commit to user 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Based Learning ini yang harus dipersiapkan guru dalam kaitannya dengan mata pelajaran matematika untuk siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Pada RPP model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan siswa mampu untuk mengasah cara berpikirnya untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal yang diberikan guru. Model pembelajaran ini menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Masalah ini digunakan guru untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud yaitu pelajaran matematika.” (CL 1 hal 102) Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika ini terlihat di kegiatan pembelajarannya yaitu adanya rumusan masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan bersama-sama dengan berbagai rumus-rumus yang tepat untuk digunakan dan mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian diserahkan atau dilaporkan pada guru yang bersangkutan.” (CL 2 hal 108) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “RPP model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai karakteristik yang memuat tentang penilaian autentik, jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta bermanfaat.” (CL 3 hal 117) Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dapat disimpulkan bahwa karakteristik RPP model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi to user adalah bahwa dalam RPP commit diharapkan siswa mampu menyelesaikan dan 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berpikir sendiri bersama kelompoknya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem Based Learning terlihat pada kegiatan pembelajarannya yaitu adanya rumusan masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan bersama-sama dengan berbagai rumus-rumus yang tepat untuk digunakan dan mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian diserahkan atau dilaporkan pada guru yang bersangkutan. Terdapat berbagai sumber belajar yang dipersiapakan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Beberapa sumber tersebut disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini berupa buku paket, internet, LKS dan alat penunjang lainnya. Buku dilengkapi dengan soal yang harus diselesaikan secara berkelompok.” (CL 2 hal 110) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadimenambahkan sebagai berikut: “Sumber belajar yang digunakan adalah sumber belajar yang mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber belajar bisa berasal dari buku-buku di perpustakaan, internet, LKS, buku paket serta buku referensi lainnya.” (CL 3 hal 118) Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Sumber belajar yang dipilih siswa merupakan rumus dan sumbersumber penyelesaian yang tepat yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang dihadapinya.” (CL 2 hal 110) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik sumber belajar model pembelajaran Problem Based Learning adalah sumber belajar yang mampu mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang akan membantu siswa menyelesaikan soal matematika yang dihadapinya. Sumber belajar tersebut terdiri dari buku-buku di perpustakaan, internet, LKS, buku paket serta buku referensi lainnya. Pembelajaran model Problem Based Learning lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus mermfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Hal ini menuntut guru untuk menyiapkan tempat pembelajaran dan menciptakan kelas yang nyaman dan terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Adapun lokasi atau kelas pembelajaran dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Lokasi kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas namun suasana kelas tentunya harus nyaman dan kondusif sehingga siswa merasa nyaman ketika mereka mulai untuk melakukan diskusi menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Kegiatan di dalam kelas ini saya menggunakan model tempat duduk berkelompok-kelompok secara melingkar sesuai dengan kelompoknya masing-masing.” (CL 1 hal 103) Pendapat guru di atas didukung oleh pendapat Sawijo, S.Pd., salah to user sebagai berikut: seorang guru Kelas VA SD commit N 4 Purwodadi perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id “Karena model pembelajaran Problem Based Learning ini menekankan pada kegiatan diskusi berkelompok, maka saya mengatur posisi tempat duduk secara berhadap-hadapan dengan anggota kelompok 5 sampai 6 siswa.” (CL 2 hal 110) Penjelasan guru di atas mengenai pembelajaran di dalam kelas dengan pembelajaran model Problem Based Learning pada pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi sesuai dengan hasil wawancara dan dokumentasi yang peneliti peroleh. Untuk RPP dengan KD yaitu menyelesaikan soal-soal matematika dengan rumus-rumus yang sudah dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui bahwa guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan ruang kelas dan menciptakan ruang kelas yang nyaman digunakan siswa untuk kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika. Guru menyiapkan tempat duduk dan juga letak meja dan kursi sesuai model pembelajaran Problem Based Learning yang terfokus pada kegiatan diskusi kelompok. Tujuan pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika yang akan diberikan oleh guru pada siswa juga perlu disiapkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar guru mampu menjelaskan pada siswa apa arti atau tujuan dari model pembelajaran tersebut, selain itu guru mampu menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Penyiapan materi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 64 digilib.uns.ac.id dan tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning dijelaskan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dipersiapkan dengan mengaitkan cerita atau fenomena yang ada untuk memunculkan masalah.” (CL 1 hal 103) Pendapat guru di atas mengenai karakteristik tujuan pembelajaran dikaitkan dengan cerita atau fenomena yang ada untuk memunculkan masalah didukung oleh pendapat Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Karena model Problem Based Learning menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.” (CL 2 hal 110) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru menyiapkan tujuan pembelajaran dengan mengaitkan dengan cerita atau fenomena yang ada untuk memunculkan masalah sehingga mampu memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas maka dapat memberikan arti bahwa pada model Problem Based Learning, siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep pembelajaran dengan pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Siswa terlatih untuk mengemban suatu tanggung jawab, mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lebih tinggi melalui identifikasi masalah, analisis masalah, dan menciptakan solusi tentunya yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Pada pembelajaran Problem Based Learning dalam pelajarn IPA ini siswa dituntut untuk mencari soal tentang pelajaran matematika kemudian menyelesaikan soal tersebut dengan pemikirannya sendiri kemudian mengevaluasi hasil dari soal yang telah ia kerjakan tersebut. Jika dibandingkan dengan model pembelajaran lain, maka model Problem Based Learning tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan penilaian untuk pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan kurikulum yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekadar keterampilan. Pembelajaran yang mengaitkan anak dengan pengalamannya sehari-hari, akan tampak jelas manfaatnya dalam kehidupan anak, sehingga dalam anak belajar ada keterkaitan dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, model Problem Based Learning dikatakan sebagai pembelajaran commit to user 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya model Problem Based Learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah informal maupun formal biologi. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. model Problem Based Learning juga menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya, belajar melalui pengalaman langsung, pada model Problem Based Learning diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. 2. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa Kelas V SD N 4 commit to user perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id Purwodadi dibagi ke dalam lima tahapan yang meliputi tahap 1 yaitu orientasi peserta didik pada masalah, tahap 2 yaitu mengorganisasi peserta didik, tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil, dan tahap 5 adalah menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Ada lima tahap dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning. Tahap tersebut meliputi tahap orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” (CL 1 hal 103) Penjelasan Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi mengenai tahapan pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning didukung oleh penjelasan Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Tahapan pelaksanaan pembelajarannya? Tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning ini dimulai dengan orientasi peserta didik pada permasalahan yang ada sehingga mereka tidak merasa bingung ketika menghadapi soal yang diberikan guru. Kemudian diikuti dengan tahap mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” (CL 2 hal 111) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning ini ada 5 tahapan, yang mana tahapan ini sangat menentukan commit to user berhasil tidaknya pelaksanaan model ini. kelima tahapan tersebut perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id meliputi: a) orientasi peserta didik pada masalah, b) mengorganisasi peserta didik, c) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” (CL 3 hal 118) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi terdiri dari 5 tahapan yang meliputi tahap: a) orientasi peserta didik pada masalah, b) mengorganisasi peserta didik, c) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Tahap orientasi dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi merupakan tahap paling awal yang menentukan keberhasilan dalam tahap-tahap pelaksanaan selanjutnya. Tahap ini diisi dengan tujuan atau penjelasan yang mampu menumbuhkan rasa tertarik siswa dan menyiapkan siswa dalam menerima materi pembelajaran serta merasa mampu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi nantinya. Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Dalam tahap orientasi ini, saya biasanya memberikan apersepsi dan motivasi. Apersepsi bertujuan untuk mengajak siswa mengikuti pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan materi sebelumnya. Jenis materi pembelajaran yang nantinya saya berikan juga saya sampaikan dalam tahap orientasi ini, hal tersebut dimaksudkan untuk mengkondisikan siswa sehingga mampu commit to user menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.” CL 2 hal 111) perpustakaan.uns.ac.id 69 digilib.uns.ac.id Widarti, S. Pd., M. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Tahapan orientasi peserta didik? Dalam tahapan ini tentunya guru memberikan apersepsi dan motivasi pada murid untuk mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan soal-soal yang nantinya akan diberikan guru pada saat pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan.” (CL 1 hal 103) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Mungkin sedikit banyak guru merasa kesulitan dalam menyampaikan orientasi ini pada siswa sebab memerlukan waktu persiapan yang cukup lama. Siswa juga merasa senang sebab mereka lebih termotivasi untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dan berkelompok, selain itu terjadi perubahan tingkah laku positif yang semula pasif menjadi lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Siswa diberi apersepsi dengan maksud bahwa dengan apersepsi memberikan gambaran pada siswa tentang materi yang akan diajarakan.” (CL 3 hal 118) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan orientasi peserta didik dalam model pembelajaraan Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi berisi kegiatan apersepsi dan motivasi yang bertujuan untuk mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan permasalahan dari soal yang akan dipelajari. Jenis materi pembelajaran yang diberikan guru pada siswa juga disampaikan dalam tahap orientasi dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa sehingga mampu menyiapkan diri dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar nantinya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, selain memberikan apersepsi commit juga to user guru Kelas V SD N 4 Purwodadi menyampaikan inti atau tujuan dari perpustakaan.uns.ac.id 70 digilib.uns.ac.id pelaksanaan pembelajaran model ini. Kenyataannya siswa terlihat antusias. Hal tersebut terlihat dengan keseriusan siswa dalam menyimak apa yang disampaikan guru. Hal ini disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Tujuan model pembelajaran ini saya sampaikan secara lisan dan tertulis di depan kelas, dengan maksud supaya siswa mudah dalam memahami apa yang menjadi inti dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya dalam indicator tentang „penyelesaian pembagian angka ribuan‟, saya menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini adalah supaya siswa mampu menyelesaikan pembagian ribuan secara mudah dan cepat seperti materi yang telah dikuasai siswa. saat saya menjelaskan tujuan model pembelajaran ini kepada siswa terlihat sebagian besar dari mereka yang masih kebingungan tentang materi yang akan kami bahas. Untuk itu saya sebagai guru kelas yang bertanggungjawab sebagai fasilitator, saya memberikan penekanan sedikit tentang materi sebagai gambaran bagi mereka mengasah pemikiran dan logikanya.” (CL 2 hal 111) Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut: “Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan penjelasan singkat. Misalkan untuk materi perkalian angka ratusan: kemudian saya memberikan contoh terlebih dahulu kemudian saya mencobakan kepada siswa untuk mengerjakan soal yang saya berikan di papan tulis secara bergantian sehingga mereka lebih mampu memahami tentang rumus-rumus matematika yang akan digunakan nantinya.” (CL 1 hal 104) Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Tujuan model pembelajaran yang disampaikan guru ini tentunya cukup jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tujuan pembelajaran ini disampaikan agar siswa memahami kearah mana dia akan menyelesaikan atau memecahkan soal yang dihadapi bersama kelompoknya nanti.” (CL 2 hal 112) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 71 digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil observasi peneliti dan hasil wawancara dengan berbagai informan dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, guru matematika Kelas V SD N 4 Purwodadi menyampaikan tujuan pembelajaran ini dengan lisan dan tertulis di depan kelas. Hal tersebut dimaksudkan bahwa tujuan pembelajaran ini disampaikan dengan rumus yang singkat, cukup jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada namun mudah dipahami oleh siswa. Tahapan oriemtasi ini terdapat beberapa hal yang ingin dicapai guru yaitu mengembangkan kemampuan siswa, mengasah otak serta mengasah keberanian mereka dalam berfikir sendiri tidak tergantung dengan orang lain. Adapun kegiatan untuk mengembangkan kemampuan siswa mengasah otak serta mengasah keberanian mereka dalam berfikir sendiri tidak tergantung dengan orang lain disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Kegiatan yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat dilakukan dengan cara memberikan siswa suatu soal yang menantang pemikiran logika mereka sesuai dengan rumus-rumus yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Mungkin ada sebagian yang akan menggunakan cara penyelesaian yang sama namun juga ada yang tentunya menggunakan cara penyelesaian yang berbeda. Hal tersebut tentunya mampu membuat siswa untuk berpikir lebih kritis.” (CL 2 hal 112) Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Memang kegiatan yang mampu mengembangkan daya berpikir siswa to user kritis siswa serta meningkatkan serta membangkitkancommit daya berpikir 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan soal matematika yang diberikan tersebut.” (CL 3 hal 119) Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Untuk mengembangkan kemampuan siswa supaya dapat berpikir kritis, saya memberikan soal-soal yang bersifat open-ended, dimana soal-soal tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari jawaban sendiri.” (CL 1 hal 104) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tahap orientasi dilakukan dengan tujuan untuk menmgembangkan kemampuan siswa dalam mengasah daya pikir dan logika mereka terhadap soal-soal dan matematika dan mencari jawaban sendiri terhadap soal tersebut. Kegiatan yang dilakukan guru ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dan daya berpikir kritis siswa dengan menyelesaikan soal matematika yang sesuai dengan kurikulum yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah tahap orientasi peserta didik yang merupakan tahap awal pembelajaran, kemudian dilanjutkan ke tahap inti pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika. Dari kelima tahap model pembelajaran, terdapat tiga tahap yang merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran. Ketiga tahap pembelajaran tersebut meliputi bimbingan guru dalam penyelidikan individu maupun kelompok, pengembangan dan penyajian hasil yang diperoleh siswa dan penganalisisan dan evaluasi proses dan hasil dari pemecahan masalah yang commit to user 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ada. Berkaitan dengan bimbingan guru dalam penyelidikan individu maupun kelompok, Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi menjelaskan sebagai berikut: “Dalam membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok ini tentunya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah.” (CL 1 hal 104) Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Langkah dalam membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa secara individu maupun kelompok pada pembelajaran model Problem Based Learning ini saya lakukan dengan cara saya mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah dengan begitu siswa akan lebih dapat mampu berpikir kreatif dan mandiri.” (CL 2 hal 113) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah bimbingan guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini dilakukan dengan guru turun langsung untuk memberikan dorongan pada siswa supaya lebih kreatif dan kritis sehingga ketika saat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan mampu mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah secara tepat, jelas dan terinci dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil observasi peneliti, setelah tahap bimbingan penyelidikan individu commit to kelompok, user maupun kemudian pada tahap 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id selanjutnya adalah dalam hal pengembangan dan penyajian hasil. Hal ini disampaikan oleh Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi sebagai berikut: “Setelah tahapan membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok, kemudian saya lanjutkan dengan membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan membantu siswa berbagi tugas dengan sesama temannya.” (CL 2 hal 113) Penjelasan guru di atas didukung oleh penjelasan Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut: “Memang benar adanya pada tahap ini yaitu tahap mengembangkan dan menyajikan hasil guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesame temannya. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dalam kelompok tersebut mampu menjalin kerjasama dalam menyelesaikan soal yang ada.” (CL 2 hal 104) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di atas yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa tahap penting kedua setelah tahap bimbingan guru terhadap peserta didik dalam penyelidikan individu maupun kelompok yaitu berlanjut ke tahap tentang pengembangan dan penyajian hasil. Tahap ini merupakan tahap dimana guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya dalam satu kelompok. Setelah tahap pengembangan dan penyajian hasil, maka tahap selanjutnya dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi adalah tahap commit to user perpustakaan.uns.ac.id 75 digilib.uns.ac.id menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Hal ini disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut: “Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah ini dilakukan guru dengan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan supaya siswa juga terjun langsung dalam penilaian hasil dari apa yang siswa kerjakan sendiri, dengan begitu siswa akan lebih yakin dan merasa puas dengan melihat dan mengoreksi sendiri apa yang mereka kerjakan.” (CL 1 hal 105) Sawijo, S.Pd., salah seorang guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Dalam tahap terakhir ini, saya sebagai guru kelas V tentunya membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Maksud saya membantu mereka melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan ini adalah supaya siswa merasa yakin, puas dengan hasil atau pemecahan masalah seperti apa yang telah mereka dapatkan „benar atau salah.” (CL 2 hal 113) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh ibu Kepala Sekolah bahwa dalam tahap akhir pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini guru dalam tahap ini membantu para peserta didik perkelompok maupun individu untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Dengan guru hanya bertugas membantu saja maka siswa dapat terjun langsung untuk melihat dan memahami cara-cara seperti apa yang mampu menyelesaikan soal-soal untuk pemecahan masalahnya.” (CL 3 hal 119) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas user menganalisis dan mengevaluasi dapat disimpulkan bahwacommit dalam totahap 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id proses dan hasil pemecahan masalah yang dilakukan para siswa pada model pembelajaran Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi diketahui bahwa dalam tahapan ini guru terjun dalam kegiatan siswa untuk membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang telah dilakukan peserta didik baik tentunya secara kelompok. Dengan perkataan lain bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi dari seseorang yang sedang belajar. Ini berarti, siswa diberi keleluasaan untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah menurut dirinya sendiri, mengkomunikasikannya, dan dapat belajar dari ide temantemannya. Siswa dilibatkan secara penuh dalam proses menemukan dan merumuskan kembali konsep yang sedang ingin dituju, dengan guru sebagai pembimbingnya. Model Problem Based Learning menampilkan konteks nyata sebagai awal dari proses pembelajaran. Dengan adanya konteks nyata ini kelihatan bahwa belajar matematika ada manfaatnya dalam kehidupan siswa. Karena matematika dipandang ada manfaatnya, maka siswa cenderung berminat mempelajari matematika dan didorong oleh motivasi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Pembelajaran yang mementingkan motivasi intrinsik akan menimbulkan dorongan dari dalam diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan dan cara mencapainya dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Siswa diberi kebebasan menyampaikan ide-idenya sendiri dalam belajar maupun dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu pembelajaran lebih menekankan commit to user 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada dunia nyata. Dengan penekanan pada dunia nyata, siswa belajar tampak jelas manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaanpertanyaan lebih cenderung bersifat terbuka, artinya memiliki banyak penyelesaian sesuai dengan konteks yang ada. 3. Hambatan dan Cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi tentunya memiliki hambatan atau kendala dalam pelaksanaannya. Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut: “Faktor penghambat dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini ternyata dialami oleh guru kelas VI yang bersangkutan. Factor penghambat tersebut misalnya saja ada beberapa siswa yang tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa sungkan untuk mencobanya. Yang kedua bahwa ada beberapa siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha sendiri untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari padahal memang maksud dan tujuan guru dengan model pembelajaran PBL ini diharapkan siswa mampu untuk belajar mandiri, tapi kenyataannya memang masih ada beberapa siswa yang tidak mau ambil pusing untuk menerima model pembelajaran ini dan mereka belajar sesuka hati mereka.” (CL 1 hal 105) commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Anik Purwanti, S.Pd., salah seorang guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini masih ada beberapa yang saya rasakan. Factor penghambat itu antara lain 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL ini.” (CL 3 hal 119) Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Faktor penghambat model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini yang saya lihat adalah 1) bahwa ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, 2) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang aktif saja.” (CL 2 hal 114) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Faktor penghambatnya? Biasanya saya melihat dari siswa yang kurang aktif dan tidak berani jika disuruh untuk menyampaikan hasil dari penyelesaian kelompoknya di depan kelas yang dikarenakan kurangnya pemahaman anak tersebut ketika menghitung rumus-rumus matematika yang digunakan.” (CL 3 hal 120) commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil observasi serta hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa hambatan atau kendala model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain: 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang aktif saja. Hambatan atau kendala model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi yang dialami guru kelas yang bersangkutan tentunya pihak sekolah maupun guru yang bersangkutan memiliki cara mengatasi dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 80 digilib.uns.ac.id Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi tersebut. Hal ini disampaikan oleh Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi sebagai berikut: “Cara yang kami lakukan dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara guru harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji masalah yang disajikan guru. Selain itu diharapkan guru juga mampu untuk mencari masalah yang mampu menarik minat siswa dalam mengerjakan tugas untuk mencari penyelesaian masalahnya tersebut.” (CL 1 hal 106) Anik Purwanti, S.Pd., salah seorang guru Kelas VB SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Untuk mengatasi kendala atau hambatan yang saya hadapi selaku guru kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara saya harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan lebih sabar lagi dalam memberikan motivasi pada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji masalah yang disajikan, saya juga harus bisa untuk mencari soal-soal atau materi-materi yang menarik minat siswa untuk mengerjakan atau melaksanakan pembelajaran ini, sehingga memudahkan siswa dalam berpikir lebih kritis lagi. Selain itu saya harus lebih baik lagi untuk menjalankan peranan saya sebagai fasilitator dalam model pembelajaran PBL ini.” (CL 3 hal 120) Sawijo, S.Pd., selaku guru Kelas VA SD N 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Cara mengatasi hambatan dari pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini yaitu dengan cara 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa to user memecahkan masalahcommit dan menganalisis masalah serta mengevaluasi perpustakaan.uns.ac.id 81 digilib.uns.ac.id masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, dan 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini.” (CL 2 hal 114) Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru Kelas VB SD Negeri 4 Purwodadi menambahkan sebagai berikut: “Cara mengatasi hambatan PBL? Kalau menurut saya cara mengatasi hambatan yang ada ini antara lain: 1) harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 2) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 3) diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 4) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 5) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 6) diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini.” (CL 3 hal 121) Berdasarkan hasil wawancara yang didapat oleh peneliti di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cara mengatasi hambatan dari model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus commit to user perpustakaan.uns.ac.id 82 digilib.uns.ac.id memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5) harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7) diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 8) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 9) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi commit to user 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id permasalahan yang dihadapi, dan 10) diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini. C. Pembahasan 1. Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi Dalam penelitian ini diketahui bahwa konsep pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi adalah konsep yang menekankan pada pengembangan kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, dan mendidik siswa untuk lebih berpikir kritis. Konsep pembelajaran ini adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri sendiri dan lebih aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma Siska Utari, Trimurti Saleh, dan Indaryanti (2013). Berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning di kelas X SMA Negeri I Inderalaya yang dilihat dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning commit to user perpustakaan.uns.ac.id 84 digilib.uns.ac.id dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,49. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning merupakan akumulasi dari aktivitas dan hasil belajar siswa, persentase pelaksanaan Problem Based Learning adalah 79,03%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning di kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya dikategorikan baik. Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini yaitu antara lain: 1) guru sebagai perencana pembelajaran: menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran; 2) guru sebagai pengelola kelas untuk menciptakan suasana/kondisi kelas yang nyaman sehingga siswa siap melaksanakan pembelajaran; dan 3) guru sebagai fasilitator. Guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapkan guru dalam pelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi meliputi Silabus, RPP, LKS/LK dan media pembelajaran lainnya. RPP model pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan RPP yang menggunakan model pembelajaran lain. Karakteristik RPP model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Purwodadi adalah dalam RPP terdapat kegiatan siswa dalam menyelesaikan masalah sendiri dengan rumus-rumus matematika yang telah dipelajari. Karakteristik sumber belajar dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sumber belajar yang mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang akan membantu siswa mendapatkan pengalaman dan keuntungan dari proses belajar model ini. guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan lokasi yang akan digunakan dalam kegiatan belajar matematika dengan model Problem Based Learning. Guru menggunakan tempat di dalam kelas. Guru menyiapkan tempat duduk dan juga tata letak meja dan kursi sesuai model pembelajaran Problem Based Learning yang terfokus pada kegiatan diskusi kelompok. Guru menyiapkan materi dengan mengaitkan rumus-rumus dalam pelajaran matematika. Materi pembelajaran juga diekmbangkan lebih luas sesuai dengan SK dan KD dengan maksud agar siswa dapat memecahkan permasalahan yang ada sendiri dengan kelompok. Dalam perencanaan pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini perlu benar-benar disiapkan dengan matang hal tersebut dimaksudkan supaya dalam pelaksanaan pembelajarannya nanti akan terlaksana dengan baik selain itu mampu meningkatkan prestasi siswa dan memberikan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 86 digilib.uns.ac.id 2. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ternyata menuntut guru harus membimbing siswa secara maksimal. Karena pada tahap ini guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang diharapkan mampu memberikan motivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar matematikanya dengan metode pembelajaran Problem Based Learning ini. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap yang meliputi tahap 1) orientasi peserta didik pada masalah, 2) mengorganisasi peserta didik, 3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Tahap orientasi peserta didik pada masalah dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi merupakan tahap paling awal yang menentukan keberhasilan dalam tahap-tahap yang selanjutnya. Tahap orientasi peserta didik pada masalah dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi berisi kegiatan yang mengasah kemandirian dan pemikiran yang kritis siswa serta memberikan motivasi siswa yang bertujuan untuk mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id materi yang akan dipelajari. Jenis materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa juga disampaikan dalam tahap orientasi dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa menyiapkan diri mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, guru Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan tertulis di depan kelas. Tujuan pembelajaran ini disampaikan dengan kalimat singkat, jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tahap orientasi peserta didik pada masalah dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan suatu masalah dan mencari jawaban sendiri terhadap masalah tersebut. Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa ini antara lain dengan cara memberikan siswa suatu masalah mengenai materi pelajaran matematika dalam bentuk soal yang mampu membangkitkan daya berpikir kritis siswa dan meminta siswa untuk menjawabnya atau menyelesaikan masalah tersebut sendiri. Tahap berikutnya adalah tahap pengorganisasi peserta didik dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap ini dimaksudkan supaya siswa mampu mengkondisikan diri dengan commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kelompoknya sehingga mampu utnuk bekerjasama dengan kelompok nantinya. Tahap membimbing penyelidikan individu maupun kelompok dalam pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dilakukan dengan guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Dalam tahap ini guru bertugas sebagai motivator agar siswa mampu dan percaya diri dengan kemampuannya. Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil pada model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi yaitu guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya. Pada tahap akhir dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini adalah menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Dalam tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan supaya siswa tahu dengan pasti bagaimana hasil dari pemecahan yang mereka dapat. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gd. Gunantara, Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini (2014). Penerapan Model Pembelajaran commit to user 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebanyak 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika. 3. Hambatan dan cara mengatasi dalam Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. Hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 90 digilib.uns.ac.id belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang aktif saja. Kemudian cara mengatasi hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 91 digilib.uns.ac.id sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5) harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7) diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 8) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 9) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 10) diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini. Hal itu sesuai dengan penelitian oleh Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu Sudiarta, Gede Suweken (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Pertanyaan Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan metakognitif terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini commit to user 92 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merupakan jenis penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sukawati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis lebih baik dari masalah berbantuan pertanyaan metakognitif prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun motivasi berprestasi rendah, prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan pertanyaan metakognitif lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa banyak hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi, namun hambatan tersebut harus mampu di atasi oleh guru yang bersangkutan. Karena model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mampu menaikkan nilai KKM siswa pada mata pelajaran matematika. commit to user 93 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi Perencanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika menekankan pada pengembangan kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, dan mendidik siswa untuk lebih berpikir kritis. Konsep pembelajaran ini adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri sendiri dan lebih aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada. Guru Kelas V SD N 4 Purwodadi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi Silabus, RPP, LKS dan media pembelajaran lainnya. Hal lain yang direncanakan guru adalah lokasi yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi. Dalam pembelajaran ini guru menggunakan tempat di dalam kelas namun guru menyiapkan tempat duduk dan juga tata letak meja dan kursi sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang terfokus pada pemecahan masalah secara kelompok. Selain itu guru menyiapkan materi dengan mengaitkannya pada rumus-rumus matematika yang sudah dipelajari siswa tentunya dengan RPP dan kurikulum yang sudah dibuat sebelumnya. commit to user 93 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi dimulai dengan tahap orientasi peserta didik pada masalah, hal ini merupakan tahap awal dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam kativitas pemecahan masalah. Kegiatan inti pembelajaran berisi tiga kegiatan yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. 3. Hambatan dan cara mengatasi dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi Hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk commit to user 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL ini, 4) ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, dan 5) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang aktif saja. Kemudian cara mengatasi hambatan dari model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi antara lain adalah 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning commit to user 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini, 5) harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 6) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 7) diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 8) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 9) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 10) diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini. B. Implikasi 1. Jika perencanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi memperhatikan berbagai komponen seperti perangkat pembelajaran, tempat pembelajaran, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 97 digilib.uns.ac.id media pembelajaran hingga instrument penilaian, maka akan memperlancar proses pembelajaran model Problem Based Learning yang dikemas dengan rumus-rumus matematika yang sudah dipelajari siswa. 2. Jika pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi mengikuti 5 tahapan pembelajaran model Problem Based Learning yaitu tahap orietasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah, maka pembelajaran akan bermakna dimana siswa tidak hanya menerima materi dari guru saja namun menemukan pengalaman belajarnya sendiri serta mampu untuk lebih berpikir kritis. 3. Jika hambatan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi mampu diatasi dengan cara yang semaksimal mungkin oleh guru yang bersangkutan, maka akan diperoleh hasil yang bagus dan sangat memuaskan dari pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi. C. Saran - Saran 1. Bagi Guru - Guru SD N 4 Purwodadi a. Guru diharapkan dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator pembelajaran yang baik, dengan cara mendorong dan memotivasi commit to user 98 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id siswa agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok. b. Guru diharapkan mampu membangun suasana kelas yang demokratis melalui memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, bertanya, menjawab maupun menyanggah. 2. Siswa – Siswa SD N 4 Purwodadi a. Siswa diharapkan mempunyai keberanian yang lebih dalam mengemukakan pendapat dan bisa berpikir lebih kritis lagi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. b. Siswa sebaiknya memiliki kesadaran bekerja sama dengan siswa lain. c. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini. 3. Bagi Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi Sekolah hendaknya lebih fokus dalam meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning, salah satunya memberikan dukungan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang lebih memadai agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih kondusif. Hal tersebut di anggap penting karena untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan baik. commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Ade Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan. 2012. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Di BPTP Bandung. Bandung: tidak diterbitkan. Ade Sanjaya. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta : Depdiknas. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Barrows, H. 2002. Problem Based Learning: An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Company Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Em Zul Fajri. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publiser Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajarn Matematika Kontemporer. Bandung : JICA Evi Dwi Krisna, I Gusti Putu Sudiarta, Gede Suweken, 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Pertanyaan Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Gunantara, Gd., Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Harsono. 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya Ibrahim. 2002. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Pelatihan Terintegrasi commit to Biologi. user Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Jakarta: Ditjen Depdiknas 99 100 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Isriani dan Dwi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Konsep dan Implementasinya. Yogyakarta: Familia Terpadu (Teori, Karso. 2007. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka Leonardus Baskoro Pandu. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Komputer di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Skripsi FT UNY. Yogyakarta Max Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Miles, Matthew B. dan Huberman, Michael. 2007. Jakarta: Universitas Indonesia Analisis Data Kualitatif. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhabbibin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada Mukhayat. 2004. Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak. Yogyakarta: FMIPA UGM Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Syaodikh Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Nani Ratnaningsih. 2003. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Umum Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: PPs UPI Bandung Nurhayati Abbas. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction). Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana: UNESA Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Pannen, P., Dina Mustafa & Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas commit to user 101 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Rahma Siska Utari, Trimurti Saleh, dan Indaryanti. 2013. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Problemt Based Learning (PBL) di Kelas X SMA Negeri 1 Inderalaya Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung : Alfabeta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rieneka Karya Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Stegeager, N., Thomassen, A.O., Laursen, E. 2013. “Problem Based-Learning in Continuing Education Challenges and Opportunities” Journal of Problembased Learning in Higher Education: Vol. 1: Iss. 1. http://dx.doi. org/ 105278/ojs.jpblh.v1i1.280. 27 Agustus 2013 Sugiyono. 2008. Model Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan sekolah Dasar, Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas Suharsimi Arikunto. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin : Penerbit Tulip Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suminarsih. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika. Semarang: LPMP Jawa Tengah. Supinah. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Suratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara commit to user 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Suryabrata, Sumadi, Persada. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Szulevics, T., Jensen, M. 2013. “PBL in Educational Psychology- Potentials and Challenges” Journal of Problem-based Learning in Higher Education: Vol. 1: Iss. 1. http://dx.doi. org/ 105278/ojs.jpblh.v1i1.271. 27 Agustus 2013 Tohirin. 2006. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajagrafindo Perkasa Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Victor, M.A.G., Ruiz, M.D, Perz, J.R. 2011. “A Case Study of The Adaptation of Problem-Based Learning for Programming Subjects” Interntional Journal of Teaching and Case Studies: Vol. 3: Iss. 1. http://dx.doi. org/ 10.1504/IJTCS.2011.038679. 14 Februari 2011 Wardhani, IGAK dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka. Williamson, S.C. 2009. “The Practice of Problem Based learning: A Guide to Implementing PBL in the College Classroom” Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning: Vol. 3: Iss. 2. http://docs.lib.purdue.edu. 22 Februari 2010. Wiseman, J.G Lajoie, S.P., Hmelo-Silver, C.E., Chan, L., Lu, J., Khurana, C., Cruz Panesso. 2014. “Using Online Digital Tools and Video to Support International Problem Based-Learning” Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning: Vol. 8: Iss. 2. http://dx.doi. org/ 10771/ 1541.5015.1412. 18 Juni 2014 Zhang, M., Lundeberg, M., McConnel, T., Koehler, Matthew J., and Eberhardth, Jan. 2010. “Using Questioning to Facilitate Discussion of Science Teaching Problem in Teacher Professional Development” Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning: Vol. 4: Iss. 1. http://docs.lib.purdue.edu. 22 Februari 2010 commit to user 103 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id CATATAN LAPANGAN NO. 1 Nomor Catatan :1 Jenis : Wawancara Hari, tanggal : Senin, 2 Juni 2014 Waktu : Pukul 09.00 – 10.00 WIB Tempat : Ruang Kepala SD Negeri 4 Purwodadi Pengamat : Muhammad Khamim (P) Subjek : Widarti, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala Sekolah (W) Topik : Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Kegiatan penelitian diawali dengan izin peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian. Pihak SD Negeri 4 Purwodadi memberikan izin untuk melakukan penelitian dan peneliti dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 4 Purwodadi. Peneliti hanya bertanya seputar pembelajaran-pembelajaran pada mata pelajaran matematika di SD N 4 Purwodadi yang mendukung terselenggaranya. Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi. Hal yang detail berkaitan dengan pembelajaran lain tidak peneliti lakukan karena peneliti akan bertanya secara detail dengan guru matematika Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi. Berikut ini hasil wawancara yang berhasil peneliti lakukan dengan Kepala SD Negeri 4 Purwodadi. commit to user 103 104 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id P : “Apa yang Ibu ketahui tentang Model pembelajaran Problem Based Learning?” W : “Model pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan kembali (reinvent) konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi,dan aplikasi. Dengan model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dari masalah itu melalui diskusi dengan teman sekelasnya. Dengan demikian akan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan persoalan matematika dengan pemikirran matematika tingkat tinggi dengan logika yang benar sesuai dengan realitas yang ada.” P : “Hal-hal atau aspek-aspek apa yang harus direncanakan dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi ini?” W : “Hal-hal atau aspek yang direncanakan dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi meliputi perencanaan RPP, penyesuaian kurikulum yang diterapkan, media/perlengkapan yang akan digunakan, evaluasi dan strategi yang cocok dalam memberikan permasalahan yang akan diberikan kepada tiap-tiap kelompok siswa karena setiap siswa tentunya memiliki karakter pemikiran yang berbeda-beda pula.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id 105 digilib.uns.ac.id P : “Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan guru dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi ini?” W : “Hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning untuk siswa kelas V adalah menyiapkan Silabus, RPP, Lembar kerja yang harus dikerjakan siswa, dan membagi siswa menjadi perkelompok-perkelompok kecil.” P : “Bagaimana model RPP dalam model pembelajaran Problem Based Learning ini?” W : “Pada RPP model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan siswa mampu untuk mengasah cara berpikirnya untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal yang diberikan guru. Model pembelajaran ini menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Masalah ini digunakan guru untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud yaitu pelajaran matematika” P : “Dimana dilakukannya pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini?” W : “Lokasi kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas namun suasana kelas tentunya harus nyaman dan kondusif sehingga siswa merasa nyaman ketika mereka mulai untuk melakukan diskusi menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Kegiatan di dalam kelas ini saya menggunakan model tempat commit to user 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id duduk berkelompok-kelompok secara melingkar sesuai dengan kelompoknya masing-masing.” P : “Apa tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini?” W : “Tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi dipersiapkan dengan mengaitkan cerita atau fenomena yang ada untuk memunculkan masalah.” P : “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning?” W : “Ada lima tahap dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning. Tahap tersebut meliputi tahap orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” P : “Apa yang dilakukan guru dalam tahapan orientasi peserta didik pada model pembelajaran Problem Based Learning?” W : “Tahapan orientasi peserta didik? Dalam tahapan ini tentunya guru memberikan apersepsi dan motivasi pada murid untuk mengaitkan materi yang sudah dikuasai siswa dengan soal-soal yang nantinya akan diberikan guru pada saat pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id 107 digilib.uns.ac.id P : “Bagaimana guru mengutarakan tujuan dari pembelajaran Problem Based Learning ini pada para siswa?” W : “Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan penjelasan singkat. Misalkan untuk materi perkalian angka ratusan: kemudian saya memberikan contoh terlebih dahulu kemudian saya mencobakan kepada siswa untuk mengerjakan soal yang saya berikan di papan tulis secara bergantian sehingga mereka lebih mampu memahami tentang rumus-rumus matematika yang akan digunakan nantinya.” P : “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?” W : “Untuk mengembangkan kemampuan siswa supaya dapat berpikir kritis, saya memberikan soal-soal yang bersifat open-ended, dimana soal-soal tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari jawaban sendiri.” P : “Apa yang dilakukan guru pengajar kelas V dalam tahap membimbing pada model pembelajaran Problem Based Learning ini pada para siswa?” W : “Dalam membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok ini tentunya guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah.” P : “Apa dalam tahap selanjutnya guru mempunyai peran dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning ini?” W : “Memang benar adanya pada tahap ini yaitu tahap mengembangkan dan menyajikan hasil guru membantu siswa dalam merencanakan dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 108 digilib.uns.ac.id menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dalam kelompok tersebut mampu menjalin kerjasama dalam menyelesaikan soal yang ada.” P : “Apa yang dilakukan guru dalam tahap menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah?” W : “Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah ini dilakukan guru dengan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan supaya siswa juga terjun langsung dalam penilaian hasil dari apa yang siswa kerjakan sendiri, dengan begitu siswa akan lebih yakin dan merasa puas dengan melihat dan mengoreksi sendiri apa yang mereka kerjakan.” P : “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas V SD N 4 Purwodadi?” W : “Faktor penghambat dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini ternyata dialami oleh guru kelas V yang bersangkutan. Faktor penghambat tersebut misalnya saja ada beberapa siswa yang tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa sungkan untuk mencobanya. Yang kedua bahwa ada beberapa siswa yang beranggapan commit to user 109 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha sendiri untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari padahal memang maksud dan tujuan guru dengan model pembelajaran PBL ini diharapkan siswa mampu untuk belajar mandiri, tapi kenyataannya memang masih ada beberapa siswa yang tidak mau ambil pusing untuk menerima model pembelajaran ini dan mereka belajar sesuka hati mereka.” P : “Cara apa yang dilakukan guru kelas V dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?” W : “Cara yang kami lakukan dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara guru harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji masalah yang disajikan guru. Selain itu diharapkan guru juga mampu untuk mencari masalah yang mampu menarik minat siswa dalam mengerjakan tugas untuk mencari penyelesaian masalahnya tersebut.” commit to user 110 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id CATATAN LAPANGAN NO. 2 Nomor Catatan : 2 Jenis : Wawancara Hari, tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Waktu : Pukul 12.30 – 13.15 Tempat : Ruang Guru SD Negeri 4 Purwodadi Pengamat : Muhammad Khamim (P) Subjek : Sawijo, S.Pd., Guru Kelas VA (SW) Topik : Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Peneliti melakukan kegiatan penelitian dengan guru mata pelajaran Matematika Kelas VA SD Negeri 4 Purwodadi. Guru yang berkenan memberikan waktunya untuk melakukan wawancara adalah Bapak Sawijo, S. Pd. Kegiatan wawancara dilakukan di ruang guru SD Negeri 4 Purwodadi. Pada saat Bapak Sawijo tidak mengajar, beliau bersedia untuk melakukan wawancara sehingga tidak mengganggu aktivitas mengajarnya. Beliau bersikap kooperatif sehingga penulis mendapatkan banyak informasi dari hasil jawaban yang diberikan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Sawijo. commit to user 110 111 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id P : “Apa yang Bapak ketahui tentang model pembelajaran Problem Based Learning?” SW : “Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada kegiatan identifikasi, analisa, dan diskusi membahas permasalahan dalam kelompok kecil dengan sebuah masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini akan merangsang siswa mengidentifikasi, mendiskusikan, dan meneliti permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil, banyak kerjasama dan interaksi, mendiskusikan hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran untuk melaksakan tugas dan kemudian melaporkan hasilnya kepada guru yang bersangkutan. Dan menurut saya model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu cara pembelajaran yang mampu menghilangkan rasa jenuh dan bosan pada anak dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar, sebab dalam usia Sekolah Dasar ini rasa ingin tahu anak sangat besar untuk itu model pembelajaran ini mampu menghilangkan rasa bosan yang muncul didiri anak yang disebabkan system pembelajaran yang monoton. Selain itu siswa lebih bisa memahami konsep dari pelajaran yang diberikan guru.” P : “Hal-hal atau aspek-aspek apa yang harus direncanakan dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi ini?” commit to user 112 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id SW : “Banyak hal yang perlu disiapkan seperti kebutuhan sarana dan prasarana yang akan digunakan dan juga kurikulum. Penyusunan RPP disesuaikan dengan silabus yang ada. Untuk penyusunan RPP para guru menyusun dengan lengkap yang memuat komponen identitas sekolah, identitas mata pelajaran, tujuan, langkah pembelajaran dan lain sebagainya. Kurikulum yang disusun memperhatikan aspek peserta didik, lingkungan sekolah, dan juga media yang akan digunakan” P : “Perencanaan apa saja yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika ini?” SW : “Dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika ini guru perencana pembelajaran memiliki tugas untuk menyusun silabus, RPP, LK dan menyiapkan alat/media pembelajaran selain itu guru sebagai pengelola kelas diharuskan untuk menciptakan suasana/kondisi kelas yang menyenangkan dan nyaman sehingga siswa siap melaksanakan pembelajaran.” P : “Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan guru dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 4 Purwodadi ini?” SW : “Persiapan yang kami lakukan sebagai guru meliputi persiapan Silabus, RPP, LK dan media pembelajaran lainnya. Media atau sarana prasarana yang kami persiapkan ini tentunya tergantung pada jenis materi yang akan kami berikan pada siswa.” commit to user 113 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id P : “Bagaimana karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika ini?” SW : “Karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika ini terlihat di kegiatan pembelajarannya yaitu adanya rumusan masalah, mendiskusikan pada kelompok untuk diselesaikan bersama-sama dengan berbagai rumus-rumus yang tepat untuk digunakan dan mengevaluasi bersama kelompoknya baru kemudian diserahkan atau dilaporkan pada guru yang bersangkutan.” P : “Berasal darimana saja sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini?” SW : “Sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini berupa buku paket, internet, LKS dan alat penunjang lainnya. Buku dilengkapi dengan soal yang harus diselesaikan secara berkelompok. Sumber belajar yang dipilih siswa merupakan rumus dan sumber-sumber penyelesaian yang tepat yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang dihadapinya.” P : “Bagaimana model pembelajaran Problem Based Learning ini dilaksanakan?” SW : “Karena model pembelajaran Problem Based Learning ini menekankan pada kegiatan diskusi berkelompok, maka saya mengatur posisi tempat duduk secara berhadap-hadapan dengan anggota kelompok 5 sampai 6 siswa.” commit to user 114 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id P : “Apa tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini?” SW : “Karena model Problem Based Learning menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.” P : “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning?” SW : “Tahapan pelaksanaan pembelajarannya? Tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning ini dimulai dengan orientasi peserta didik pada permasalahan yang ada sehingga mereka tidak merasa bingung ketika menghadapi soal yang diberikan guru. Kemudian diikuti dengan tahap mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” P : “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru Kelas V dalam tahap awal model pembelajaran Problem Based Learning ini?” SW : “Dalam tahap orientasi ini, saya biasanya memberikan apersepsi dan motivasi. Apersepsi bertujuan untuk mengajak siswa mengikuti pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran dengan materi sebelumnya. Jenis materi pembelajaran yang nantinya saya berikan juga saya sampaikan commit to user 115 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam tahap orientasi ini, hal tersebut dimaksudkan untuk mengkondisikan siswa sehingga mampu menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.” P : “Bagaimana Anda mengutarakan tujuan dari pembelajaran Problem Based Learning ini pada para siswa?” SW : “Tujuan model pembelajaran ini saya sampaikan secara lisan dan tertulis di depan kelas, dengan maksud supaya siswa mudah dalam memahami apa yang menjadi inti dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya dalam indicator tentang „penyelesaian pembagian angka ribuan‟, saya menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini adalah supaya siswa mampu menyelesaikan pembagian ribuan secara mudah dan cepat seperti materi yang telah dikuasai siswa. saat saya menjelaskan tujuan model pembelajaran ini kepada siswa terlihat sebagian besar dari mereka yang masih kebingungan tentang materi yang akan kami bahas. Untuk itu saya sebagai guru kelas yang bertanggungjawab sebagai fasilitator, saya memberikan penekanan sedikit tentang materi sebagai gambaran bagi mereka mengasah pemikiran dan logikanya.” P : “Apa maksud Anda menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa?” SW : “Tujuan model pembelajaran yang disampaikan guru ini tentunya cukup jelas dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tujuan pembelajaran ini disampaikan agar siswa memahami kearah mana dia akan menyelesaikan atau memecahkan soal yang dihadapi bersama kelompoknya nanti.” P : “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?” commit to user perpustakaan.uns.ac.id 116 digilib.uns.ac.id SW : “Kegiatan yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat dilakukan dengan cara memberikan siswa suatu soal yang menantang pemikiran logika mereka sesuai dengan rumus-rumus yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Mungkin ada sebagian yang akan menggunakan cara penyelesaian yang sama namun juga ada yang tentunya menggunakan cara penyelesaian yang berbeda. Hal tersebut tentunya mampu membuat siswa untuk berpikir lebih kritis.” P : “Langkah apa yang Saudara lakukan sebagai guru pengajar Kelas V dalam tahap membimbing pada model pembelajaran Problem Based Learning ini pada para siswa?” SW : “Langkah dalam membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa secara individu maupun kelompok pada pembelajaran model Problem Based Learning ini saya lakukan dengan cara saya mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah dengan begitu siswa akan lebih dapat mampu berpikir kreatif dan mandiri.” P : “Tahap apa yang Saudara lakukan setelah tahapan membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok pada pembelajaran model Problem Based Learning ini?” SW : “Setelah tahapan membimbing penyelidikan siswa secara individu maupun kelompok, kemudian saya lanjutkan dengan membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi atau model dan membantu siswa berbagi tugas dengan sesama temannya.” commit to user 117 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id P : “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru dalam tahap akhir pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning ini?” SW : “Dalam tahap terakhir ini, saya sebagai guru Kelas V tentunya membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Maksud saya membantu mereka melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan ini adalah supaya siswa merasa yakin, puas dengan hasil atau pemecahan masalah seperti apa yang telah mereka dapatkan „benar atau salah.” P : “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi?” SW: “Faktor penghambat model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini yang saya lihat adalah 1) bahwa ada beberapa siswa yang kesulitan mempelajari rumus-rumus matematika yang begitu banyak yang harus mereka pelajari, 2) masih terdapat siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengerjakan soal untuk menyelesaikan masalah di dalam kelompoknya sehingga mereka terlihat kurang aktif dan hanya mengikuti siswa-siswa yang aktif saja.” P : “Cara apa yang Saudara lakukan guru Kelas V dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?” commit to user 118 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id SW : “Cara mengatasi hambatan dari pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa Kelas V SD N 4 Purwodadi ini yaitu dengan cara 1) guru diharapkan bisa jadi motivator dan fasilitator bagi siswa dimana guru harus bisa mempersiapkan RPP sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru harus memiliki siasat yang jitu untuk meningkatkan motivasi siswa atau keinginan siswa dalam penerapan PBL yang dapat membangun siswa memecahkan masalah dan menganalisis masalah serta mengevaluasi masalahnya tersebut, 3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam mata pelajaran matematika ini harus sering diterapkan agar siswa lebih terlatih lagi dalam pemecahan masalah, dan 4) pihak sekolah diharapkan lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model Problem Based Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa. Dukungan tersebut misalnya dengan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya model pembelajaran Problem Based Learning ini.” commit to user 119 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id CATATAN LAPANGAN NO. 3 Nomor Catatan :3 Jenis : Wawancara Hari, tanggal : Rabu, 4 Juni 2014 Waktu : Pukul 12.30 – 13.15 WIB Tempat : Ruang Guru SD Negeri 4 Purwodadi Pengamat : Muhammad Khamim (P) Subjek : Anik Purwanti, S.Pd., selaku Guru Kelas V B (AP) Topik : Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Bukan hanya dengan Bapak Sawijo saja peneliti melakukan kegiatan wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Anik Purwanti, S.Pd., selaku guru kelas V B SD Negeri 4 Purwodadi. Sama halnya ketika peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Sawijo, Ibu Anik Purwanti menjawab setiap pertanyaan yang peneliti ajukan. Di ruang guru kami melakukan kegiatan wawancara dan tidak terganggu dengan ramainya sekolah sebab dilakukan pada saat jam belajar ketika Ibu Anik Purwanti tidak melakukan tugas mengajar. Berikut ini hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Anik Purwanti. commit to user 119 perpustakaan.uns.ac.id P 120 digilib.uns.ac.id : “Apa yang Ibu ketahui tentang model pembelajaran Problem Based Learning?” AP : “Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa mampu untuk mengasah pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Selain itu model pembelajaran ini juga menuntut untuk mengasah keberanian siswa dalam bertindak untuk menyelesaikan masalah.” P : “Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan Model pembelajaran Problem Based Learning ini?” AP : “Dalam model pembelajaran ini peran guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah secara matematika dengan menjelaskan topic atau tema yang diberikan pada saat itu, kemudian menjelaskan tujuan pokok-pokok kegiatan tersebut, selanjutnya memberikan masalah untuk diselesaikan oleh siswa, guru mengawasi, mengevaluasi dan menarik kesimpulan.” P : “Bagaimana karakteristik RPP model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika ini?” AP : “RPP model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai karakteristik yang memuat tentang penilaian autentik, jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta bermanfaat.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id P 121 digilib.uns.ac.id : “Berasal darimana saja sumber belajar dalam pembelajaran matematika ini?” AP : “Sumber belajar yang digunakan adalah sumber belajar yang mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber belajar bisa berasal dari buku-buku di perpustakaan, internet, LKS, buku paket serta buku referensi lainnya.” P : “Bagaimana tahapan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning?” AP : “Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning ini ada 5 tahapan, yang mana tahapan ini sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan model ini. kelima tahapan tersebut meliputi: a) orientasi peserta didik pada masalah, b) mengorganisasi peserta didik, c) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.” P : “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru kelas V dalam tahap awal model pembelajaran Problem Based Learning ini?” AP : “Mungkin sedikit banyak guru merasa kesulitan dalam menyampaikan orientasi ini pada siswa sebab memerlukan waktu persiapan yang cukup lama. Siswa juga merasa senang sebab mereka lebih termotivasi untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dan berkelompok, selain itu terjadi perubahan tingkah laku positif yang semula pasif menjadi lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Siswa diberi apersepsi dengan commit to user 122 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id maksud bahwa dengan apersepsi memberikan gambaran pada siswa tentang materi yang akan diajarkan.” P : “Hal apa yang ingin dicapai guru dalam tahapan orientasi ini?” AP : “Memang kegiatan yang mampu mengembangkan daya berpikir siswa serta membangkitkan daya berpikir kritis siswa serta meningkatkan keingintahuan siswa yaitu dengan memberikan soal matematika yang diberikan tersebut.” P : “Apa yang Saudara lakukan sebagai guru dalam tahap akhir pelaksanaan pembelajaran model Problem Based Learning ini?” AP : “Seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh ibu Kepala Sekolah bahwa dalam tahap akhir pembelajaran model Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini guru dalam tahap ini membantu para peserta didik perkelompok maupun individu untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Dengan guru hanya bertugas membantu saja maka siswa dapat terjun langsung untuk melihat dan memahami caracara seperti apa yang mampu menyelesaikan soal-soal untuk pemecahan masalahnya.” P : “Faktor penghambat apa yang ditemui dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas V SD N 4 Purwodadi?” AP : “Faktor penghambat dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N 4 Purwodadi ini masih commit to user perpustakaan.uns.ac.id 123 digilib.uns.ac.id ada beberapa yang saya rasakan. Faktor penghambat itu antara lain 1) ada beberapa siswa yang kurang atau malah tidak berminat sama sekali dan tidak memiliki kepercayaan diri bahwa masalah atau soal yang mereka pelajari dan hadapi sulit mereka pecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya, 2) ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari, 3) ada beberapa siswa yang kurang teliti dalam menghitung dan menulis angka hasil pemecahan masalah, dan saya terkadang kewalahan menghadapi siswa yang kurang berminat belajar pembelajaran model PBL ini.” P : “Apa faktor penghambat lain yang Saudara temui dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas V SD N 4 Purwodadi?” AP : “Faktor penghambatnya? Biasanya saya melihat dari siswa yang kurang aktif dan tidak berani jika disuruh untuk menyampaikan hasil dari penyelesaian kelompoknya di depan kelas yang dikarenakan kurang pemahaman anak tersebut ketika menghitung rumus-rumus matematika yang digunakan.” P : “Cara apa yang dilakukan guru kelas V dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran model Problem Based Learning mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini?” commit to user perpustakaan.uns.ac.id 124 digilib.uns.ac.id AP : “Untuk mengatasi kendala atau hambatan yang saya hadapi selaku guru kelas V SD Negeri 4 Purwodadi ini adalah dengan cara saya harus lebih baik lagi dalam pengkondisian kelas dan lebih sabar lagi dalam memberikan motivasi pada siswa untuk lebih kritis dalam mengkaji masalah yang disajikan, saya juga harus bisa untuk mencari soal-soal atau materi-materi yang menarik minat siswa untuk mengerjakan atau melaksanakan pembelajaran ini, sehingga memudahkan siswa dalam berpikir lebih kritis lagi. Selain itu saya harus lebih baik lagi untuk menjalankan peranan saya sebagai fasilitator dalam model pembelajaran PBL ini.” P : “Apakah ada cara lain dalam mengatasi hambatan pembelajaran PBL ini?” AP : “Cara mengatasi hambatan PBL? Menurut saya cara mengatasi hambatan yang ada ini antara lain: 1) harusnya guru tetap berusaha memahami langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan memberikan pengarahan yang jelas dan sitematis kepada siswa sehingga siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut, 2) diharapkan guru dapat membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif, 3) diharapkan guru tetap berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa lebih berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyelesaikan tugasnya tersebut, 4) diharapkan guru memberikan reward kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, 5) siswa sebaiknya juga dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untul lebih berpikir kritis commit to user 125 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, dan 6) diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika ini.” commit to user 126 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id FOTO-FOTO KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA Lokasi SD Negeri 4 Purwodadi Profil SD Negeri 4 Purwodadi commit to user 126 127 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan SD Negeri 4 Purwodadi Pembelajaran Klasikal di Kelas V commit4toPurwodadi user SD Negeri 128 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Guru Memberikan Bimbingan pada Tiap Kelompok Di Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Para Siswa Menyelesaikan Tugas Secara Berkelompok commit to user 129 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Peneliti dan Narasumber ( Kepala Sekolah dan Guru Kelas V ) SD Negeri 4 Purwodadi Wawancara Peneliti dengan Kepala SD Negeri 4 Purwodadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 130 digilib.uns.ac.id Wawancara Peneliti dengan Guru Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Wawancara Peneliti dengan Guru Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi commit to user 131 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Oleh : Muhammad Khamim S811308025 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diajukan ujian tesis pada tanggal : ......................... Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Pembimbing I/ Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd Penguji I NIP. 194404041976031001 Pembimbing II/ Dr. Nunuk Suryani, M.Pd Penguji II NIP. 196611081990032001 Penguji III Dr. Suharno, M. Pd NIP. 195211291980031001 Mengetahui, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Dr. Nunuk Suryani, M. Pd NIP. 196611081990032001 commit to user Tanggal 132 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 PURWODADI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : Muhammad Khamim S811308025 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user 133 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Purwodadi Oleh : Muhammad Khamim S811308025 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diajukan ujian tesis pada tanggal : ......................... Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Pembimbing I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP. 194404041976031001 Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 196611081990032001 Mengetahui, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Dr. Nunuk Suryani, M. Pd NIP. 196611081990032001 commit to user Tanggal