BAB I MANUSIA DAN AGAMA A. Pengertian Manusia Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dilengkapi dengan pancaindera, ini merupakan salah satu dari ciri kesempurnaan manusia itu sendiri, Ada empat kata dalam Al-Qur’an yang dapat diartikan sebagai manusia, Yaitu : Basyar, an-nas, al –insan/ins, dan adam. Ditinjau dari segi bahasa dan dari penjelasan Al-Qur’an, pengertian keempat kata tersebut berbeda dalam pemaknaan dan penjabarannya. a. Basyar Basyar adalah gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, berusaha untuk memenuhu kebutuhan hidupnya. Manusia dalam pengetian ini disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 35 kali diberbagai surat. Diantaranya terdapat dalam surat Sebagai berikut : , Al-Kahfi: 110, Ibrahim : 10, Al-Mukminun : 24 dan 33 , Yasin :15, Al-isra’ : 93 Surat Al-Anbiya’ 3 (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka apakah kamu menerima sihir itu[951], padahal kamu menyaksikannya?" Surat Al-Kahfi : 110 110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia 1 mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Surat Ibrahim : 10 Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. kamu menghendaki untuk menghalanghalangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". Surat Al-Mukmin 24 dan 33 24. Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) Ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. 33. Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang Telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. 2 Surat Yasin : 15 15. Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Surat Al-Isra’ : 93 Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. dan kami sekalikali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah Kitab yang kami baca". Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah Aku Ini Hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" b. An-nass. Dalam Al-Qur’an manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas yang menunjukkan pada jenisdiantaranya terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujarat ayat : 13 yang berbunyi sebagai berikut : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. c. Al-Ihsan Kata al-ins dan al-ihsan dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari binatang liar. Dalam Al-Qur’an, sekalipun mempunyai akar kata yang sama, kedua kata itu mempunyai penertian yang berbeda dan mempunyai keistimewaan yang berbeda pula 3 Kata al-ins senantiasa dipertentangkan dengan kata al-jinn (jin) , yakni sejenis makhluk halus yang tidak bersifat materi yang hidup diluar alam manusia (metafisik) , Bintu Syati seorang pakar tafsir dan dosen di Universitas Qurawiyin di Maroko, Mengatkan bahwa jin tidak harus dipahami sebagai bayangan yang menakutkan di kegelapan malam, walaupun lafal al-Jin pada dasarnya berarti al-khofa (tersembunyi), yaitu makhluk yang hidup di luar alam yang kita lihat, dibalik alam yahg dihuni manusia, tidak tunduk pada hukum alam kehidupan manusia. Sementara itu, kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan pula berarti al-ins. Dalam pemakain Al-Qur’an, kata al-insan mengadung pengertian makhluk mukallaf (ciptaan Tuhan yang dibebani Tanggungjawab) pengembang amanah Allah SWT dan Khalifah Allah di atas bumi. Dalam pengertian al-insan ditemukan 65 tempat dalam al-Qur’an . Didalam penjelasannya ditunjukkan ciri-ciri keistimewaan manusia. d. Adam Didalam Al-Quran kata Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian basyar, al-insan dan annas Hakekat manusia mengandung 3 Unsur pokok yaitu : 1. Manusia sebagai ciptaan Allah 2. Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya yang menurut Al-Quran akan dipertangungjawabkan di hadapan Allah di akhirat. 3. Manusia di ciptakan dengan sifat-sifat Ketuhanan Seorang ulama alumnus universitas al-Azhar mesir Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya Manusia, Kebenaran Agama Toleransi, menyebutkan manusia sebagai makhluk pengemban amanah dan penuh tanggung jawab. Al-Quran dalam banyak ayat menandasakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah, manusia diciptakan dalam konstruksi sebaik-baiknya seperti disebutkan QS : At-tin : 4 4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 4 Manusia merupakan kesatuan unsur-unsur jasmaniah dan rohaniah (QS : As-Sajadah : 7-9), kesatuan unsur-unsur manusia itulah yang mempersiapkan manusia sebagai makhluk berbudaya, mampu mengembang kehidupan dengan perantaraan ilmu pengetahuan (Q.S Al’Alaq : 4-5), untuk memungkinkan mengembangkan kehidupan sehingga manusia diberi kemampuan mengolah alam, manusia diberi kuasa untuk menggali, mengolah dan memanfaatkan kekyaan alam untuk kepentingan kehidupannya. Bahkan manusia diberi kedudukansebagai pengemban amanah untuk melaksanakan kehidupan sesuai dengan kehendak Allah (QS: Al-Ahzab ayat 72) yang nantinya akan diminta pertanggungjawaban atas amanat yang dipikulkan kepadanya (QS : Al-Muddastsir : 38). B. Proses Kejadian manusia Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsipprinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacammacam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, 5 dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa: Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet. Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14. Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses. 6 Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu. Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lainlainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam albaqarah : 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat, baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah‘Abbasiah. Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah. C. Manusia Menurut Agama Islam Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (alHijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali 7 Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( anNisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( alIsra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu. Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah : 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dapat terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru, dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. 8 Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah. Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan sains untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70. 70. Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan. 9 Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). 165. Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ). ”Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya D. Agama ; Arti Dan Ruang Lingkupnya Agama yang pada hakekatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secaraseksama oleh setiap manusia .Dalam uraian ini akan kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at agama, klasifikasi agama,dan agama Islam. a. Pengertian agama 10 Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua bahagian yaitu agama menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti kata“agama’’ dalam berbagai bahasa : 1. Ad din (Bahasa Arab dan Semit) 2. Religion (Inggris) 3.La religion (Perancis) 4. De religie (Belanda) 5. Die religion (Jerman) Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan. Kata din dalam Al Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai makna dan kontek, antara lain berarti : 1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4 “Yang menguasai di hari Pembalasan” 2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang dibuat oleh raja (Q.S Yusuf (12) ayat 76. 76. Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki11 Nya. kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui. 3. Agama yang datang dari Allah SWT, bila dirangkaikan dengan kata Allah (Q.SAli Imran (3) ayat 83. 83. Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. 4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai agama yang benar, yakni Islam, bila kata din dirangkaikan dengan kata al-haq (Q.S AtTaubah (9) ayat 33 33. Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. 5. Agama selain Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat 6 dan Q.S Ash Shaf (61) ayat 9. Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa : 1. Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan,peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. 2. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A. berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur. Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya. Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu : 12 1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya. 3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah agama. 1. Adanya keyakinan pada yang gaib 2. Adanya kitab suci sebagai pedoman 3. Adanya Rasul pembawanya 4. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi 5. Adanya upacara ibadah yang standar Klasifikasi Agama Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan.Agama wahyu menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia Agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural religion atau natural religion) bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu. Perbedaan kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World sebagai berikut : 13 1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian. 2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak. 3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting. 4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar itu. 5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik. 6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan wahyu agama misionari. 7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis. 8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme. Agama wahyu disebut juga agama samawi (agama langit) dan agama bukan wahyu disebut agama budaya (ardhi/ bumi). Sedangkan yang termasuk dalam kategori agama samawi hanyalah Agama Islam. Adapun ciri-ciri Agama Wahyu (langit), ialah : 1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat,melainkan diturunkan kepada masyarakat. 2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya. 3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia. 4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia. 5. Konsep ketuhanannya adalah : monotheisme mutlak ( tauhid) 6. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia , masa dan keadaan. 14 Adapun ciri-ciri agama budaya (ardhi), ialah : 1. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya. 2. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul). 3. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya. 4. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya ( penganutnya). 5. Konsep ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah monotheisme nisbi. 6. Kebenaran ajarannya tidak universal , yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa, dan keadaan. D. Hubungan Agama dengan Manusia. Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin besar. Direnggutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian dikala dunia telah kosong. Jadi harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas dari perasaan putus asa ; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan untuk menerima keimanan kepada Tuhan. William James Pada setiap keadaan dan perbuatan keagamaan, kita selalu dapat melihat berbagai bentuk sifat seperti ketulusan,keikhlasan, dan kerinduan, keramahan, kecintaan dan pengorbanan. Gejala-gejala kejiwaan yang bersifat keagamaan memiliki berbagai kepribadian dan karekteristik yang tidak selaras dengan semua gejala umum kejiawaan manusia. Dari beberapa pendapat itu dapat dipahami bahwa manusia terutama orang dewasa memiliki perasaan dan keinginan untuk melepaskan diri dari wujud terbatas mereka dan mencapai inti wujud. Manusia tidak mungkin dapat melepaskan keterbatasan dan ikatan tersebut kecuali berhubungan dengan sumber wujud. Melepaskan diri untuk mencapai sumber wujud ini 15 adalah ketenangan dan ketentraman, seperti diungkapkan dalam firman Allah surat Ar Ra’du (13) ayat 28. Ar – Ra’du (28). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.’’ Bahkan bentuk kebahagiaan abadi yang merupakan arah yang hendak dicapai manusia dalam kehidupannya adalah perwujudan ketentraman dalam dirinya,seperti difirmankan Allah dalam surat Al Fajr (89) ayat 27-30. 27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. Masuklah ke dalam syurga-Ku. Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan semua kebutuhan. Posisi ini semakin tampak dan tidak mungkin digantikan dengan yang lain. Semula orang mempercayai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kebutuhan akan agama akan mengecil bahkan hilang sama sekali, tetapi kenyataan yang ditampilkan sekarang ini menampakkan dengan jelas bahwa semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia, kebutuhan akan agama semakin mendesak berkenaan dengan kebahagiaan sebagai suatu yang abstrak yang ingin digapai manusia. Ilmu dan teknologi serta kemajuan peradapan manusia melahirkan jiwa yang kering dan haus akan sesuatu yang bersifat rohaniah. Kekecewaan dan kegelisahan bathin senantiasa menyertai perkembangan kesejahteraan manusia . Satu-satunya cara untuk memenuhi perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan itu dalam bentuknya yang sempurna dan memuaskan adalah perasaan dan keyakinan agama. 16 Perasaan ketuhanan pada dasarnya telah dimulai sejak manusia berada dalam peradaban kuno, yang dikenal dengan kepercayaan animisme dan dinamisme,yaitu kepercayaan akan roh-roh halus melalui perantaraan benda-benda yang mempunyai kekuatan magis. Pencarian informasi tentang Tuhan melalui pikiran manusia, ternyata tidak ditemukan jawaban yang dapat melahirkan keyakinan terhadap Tuhan yang dianggap sebagai keyakinan yang benar, sebab pikiran-pikran itu tidak pernah terlepas dari subyektifitas pengalamanpengalaman pribadi manusia yang mempengaruhi pikiran-pikran itu, sehingga dengan demikian Tuhan senantiasa digambarkan sesuai dengan pikiran yang ada dalam diri manusia yang memikirkannya. Akibatnya, timbullah beragam informasi dan gambaran tentang Tuhan yang justru menambah kegelisahan manusia, karena logika akan terus mencari jawaban Tuhan yang sebenarnya ?. Mencari kebenaran tentang Tuhan ternyata tidak dapat diperoleh manusia melalui pikiran semata-mata, kecuali diperoleh dari Tuhan sendiri. Artinya informasi tentang Tuhan dinyatakan oleh Tuhan sendiri, atau dengan kata lain, informasi tentang Tuhan diberitahukan sendiri bukan dipikirkan oleh manusia, sehingga dengan demikian informasi itu akan dapat diyakinkan kebenarannya. Informasi tentang Tuhan yang datang dari Tuhan sendiri adalah suatu kebenaran mutlak, karena datang dari Tuhan sendiri. Akan tetapi cara mengetahuinmya tidak dapat diberikan Tuhan kepada setiap orang, walaupun manusia menghendakinya alngsung dari Allah. Hal ini dilukiskan dalam firman Allah surat al Baqarah (2) ayat 118 . Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" demikian pula orangorang yang sebelum mereka Telah mengatakan seperti Ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kami kepada kaum yang yakin. Difirmankan-Nya dalam surat Asy Syura (42) ayat 51. 17 51. Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, Karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman". Manfaat Agama bagi Manusia 1. Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakkal dan sebagainya. Lebihlebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan. 2. Dapat memberi modal kepada manusia untuk menjadi manusia yang berjiwa besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun. 3. Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. 4. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat-menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak bersifat sombong, dengki, riya dan sebagainya. BAB II AGAMA ISLAM A. Agama Islam dan Ruang Lingkupnya. Islam berasal dari kata aslama, yuslimu yang berarti menyerah, tunduk dan damai. Dari pengertian kata di atas Islam mengandung arti berserah diri, tunduk,patuh, dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Kepatuhan dan ketundukkan kepada Allah itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannya. Islam dalam arti terminologis adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan Allah kepada masyarakat manusia melalui para utusan-Nya (Rasul-rasul) yang berisi hukum yang 18 mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta. Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh para Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. Semua rasul dan nabi mengajarkan keesaan Allah (tauhid) sebagai dasar keyakinan bagi umatnya. Sedangkan aturan-aturan pengalamannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan budaya manusia pada zamannya. Karena itu di antara para rasul itu terdapat perbedaan dalam syari’at. Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Islam yang terakhir diturunkan Allah kepada manusia. Karena itu akan tidak ada lagi rasul yang diutus ke muka bumi. Kesempurnaan ajaran Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sesuai dengan tingkat budaya manusia yang telah mencapai puncaknya, sehingga Islam akan sesuai dengan budaya manusia sampai sejarah manusia berakhir pada Hari Kiamat nanti. Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk dunia. Secara garis besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok yaitu: 1. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini. 2. Aspek norma atau hukum yang disebut syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah yang ,mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.3. Aspek prilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap atau prilaku yang nampak dari palaksanaan aqidah dan syari’ah. Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam firman Allah surat Al Baqarah (2) ayat 208. 19 ”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Syariah Akidah Akhlak Korelasi tiga unsur dalam agama islam yaitu aqidah, Syariah dan Akhlak Antara aqidah, syari’ah dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan syari’ah. Apabila syari’ah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syari’ah dan akhlak adalahperilaku nyata pelaksanaan syari’ah. Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa agama merupakan kebutuhan pokok rohani manusia yang dibawa semenjak manusia ada dalam kandungan . Manusia juga tidak bisa dipisahkan dari agama karena tidak semua persoalan bisa diselesaikan dalam bentuk materi tetapi melalui keyakinan kepadaNYA Misalnya persoalan kematian, rezeki dan lain-lain. Agama juga akan bermanfa’at dalam membentuk kepribadian manusia (pemelukpemeluknnya). Selanjutnya agama Islam adalah satu-satunya agama yang datang dari Allah sebagai agama penyempurna dari agama-agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad saw. Dan ruang lingkup agama Islam terdiri dari aqidah, syari’ah dan akhlak B. Sumber Agama Ajaran Islam 20 1. AlQur’an : Isi dan Sitematikanya Al-Qur’an adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama, Al-Quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah yang diturunkan kepada nabi Muhamamd SAW melalui malaikat jibril dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari dengan lokasi penurunanya baik di Mekah maupun Madinah, dengan tujuan sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup ini mencapai kesejateraan disunia dan akhirat kelak. Al-Quran merupakan sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagai dalam 30 juz (bagian), 114 Surah lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf /suku kata, Menurut perhitungan Muhammadiyah menyebutkan ayat dalam AL-Quran 6666,sedang masjid agung al-Azhar kebayoran (Jakarta) menghitungnya 6236 ayat sesuai jumlah ayat di dalam al-Qur’an di mesir (Gazbala, 1976 : 54) Surat pertama / pembuka al-Fatihah, surah ke 114 (penutup) adalah surat an-Nas (Manusia). AL-Quran pertama kali diturunkan pada malam 17 Romadhan tahun pertama sebelum Hijrah pada saat nabi Muhammad berusia 40-41 tahun, surat yang pertama ditrurnkan yaitu surat al_’Alaq (96) : 1-5 dan surat yang terkhir diturunkan di Padang Arafah ketika Nabi Muhammad berusia 63 tahun tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijah tahun ke-10 Hijrah yaitu pada surat al-Maidah (5) : 3. Dalam masa penurunan Al-Quran selama kurang lebih 23 tahun itu dapat dibedakan ayatayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih di Mekkah (sebelum Hijrah) disebut ayat Makiyah, dengan ayat yang diturunkan setelah Nabi Muhammad Hijrah (pindah) ke Madinah disebut ayat Madaniyah. Dengan Ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ketentuan Makki dan ciri khas temanya. Dari segi Ketentuan sbb: a. Setiap yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surat tersebut adalah bagian dari Makki. b. Setiap surat yang mengandung lafadz kalla, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Al quran, dan disebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surat. 21 c. Setiap surat yang mengandung lafal yã ayyuhan nãs dan tidak mengandung lafaly ã ayyuhal lazina ãmanu berarti Makki, kecuali surat Al hajj yang pada akhir surat terdapat lafal ya ayyuhal lazina ãmanurka‟u wasjudu, namun sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makkiah. d. Setiap surat yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah Makki, kecuali surat Al Baqarah. e. Setiap surat yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti Alif Lãm Mim, Alif Lãm Rã, Hã Mim dan lainnya adalah Makki, kecuali surat Al Baqarah dan surat Ali imran dan surat Al ra‟d masih diperselisihkan 2. Ketentuan Madani dan ciri khas temanya. Dari segi ketentuan sbb: a. Setiap surat yang berisi kewajiban atau ad (sanksi) adalah Madani. b. Setiap surat yang di dalamnya disebutkan tentang orang munafiq adalah Madani kecuali surat Al Ankabut adalah Makki. c. Setiap surat yang didalamnya terdapat dialog dengan para ahli kitab adalah Madani. d. Di awali dengan kata ya ayyuhalladzi na amanu. Dalam sistemetikanya Al-Qur’an tidak seperti dalam buku (ilmiah) yaitu mengikuti metode tertentu , akan tetapi sistematika Al-Qur’an ditentukan Allah sendiri melalui malaikat Jibril yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, Allah-lah yang menentukan dimana ayat diturunkan dan dimana ayat disisipkan dengan ayat-ayat yang turun dahulu. Sisitematika Al-Qur’an yang telah ditentukan Allah adalah salah satu keistimewaan AlQuran dalam menjelaskan kebenaran-kebenaran isi Al-Quran secara assabanunuzul dalam proses penurunannya yang bertujuan menjawab persoalan yang tengah dihadapi Nabi dalam dakwahnya umat Islam pada saat itu kemudian dapat dipahami oleh umat dimasa yang akan datang. Isi Ajaran Pokok Al-Qur’an 1. Berisi mengenai petunjuk kebenaran Akidah yang harus diyakini oleh umat manusia yang meninitkberatkan pada ajaran keimanan ke Mahaesaan Allah, keimanan hari pembalasan kelak. 22 2. Petunjuk mengenai Syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungankepada Allah dan dengan sesama manusia demi kebahagiaan dunia dan akhirat 3. Petunjuk mengenai akhlaq yaitu mengenai perbuatan baik dan buruk yang harus diperhatiakan oleh manusia dalam kehidupan, baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat bangsa dan negara. Ketiga unsur ini (Akidah, Syari’ah dan Akhlaq) merupakan komponen agama Islam yang pokok dan penting. 4. Berisi mengenai kisah-kisah umat manusia di masa lampau, yang mana cerita kisah itu di akui keberannya. Menurut Fazlur rahman dalam bukunya Qur’anic Science (1980) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan (1989) menyebutkan dua puluh tujuh (27) bidang ilmu (esksata teumata) yang bibit (embrio) atau prinsipnya tedapat dalam Al-Qur’an. Dalam penertian ini, banyak peneliti-peneliti dalam berbagai bidang seperti biologi, fisika, kima bahkan teknologi antariska yang mengakui kebenaran Al-quran, setelah para peneliti melakukan penelitiannya dalam bidang ilmiah dengan berangkat dari kerangka atau petunjuk dari Al-Quran kemudian menemukan hasil yang diterlitinya sesuai dengan maksud dari AlQur’an, dan tidak anyak peneliti yang awalnya beragama non muslim setelah mengetahui hasil penelitiannya banyak kaitannya dengan Al-Qur’an kemudian menjadi muallaf masuk agama Islam. Kemudian dapat ditegaskan bahwa kebenaran isi Al-Quran adalah kebenaran hakiki dari sang Kholik yaitu Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia sebagai petunjuk (hudallinnas) untuk kesejahteraan dunia akhirat. 2. Al – Hadis Arti dan Fungsinya Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Perkataan hadist menurut pengertian kebahasaan ialah berita atau sesuatu yang baru, dalam 23 ilmu hadist istilah tersebut berarti segala perkataan, perbuatan dan sikap diam nabi tanda setuju (taqrir). Para ahli hadis, umumnya menyamakan istilah hadist dengan istilah sunnah. Namun, sunnah lebih luas lebih luas dan umum dibandingkan dengan hadist, sebab sunnah meliputi perkataan, perbuatan dan sikap diam rasullulah tanda setuju, sedang hadist hanya mengenai perkataan beliau saja. Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, hadist mempunyai peranan penting setelah alQur’an, Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai Utusan Allah Nabi Muhammad mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum. Dalam surat An-Nahl(16) ayat 44 kalimat kedua 44. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan, [829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran. Tugas menjelaskan wahyu Allah telah dilaksanakan oleh Rasullulah. Penjelasan-penjelasan itulah yang kita kenal dengan nama hadist atau sunnah Rasullulah. Ada tiga peranan al-Hadist disamping Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam, pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, misalkan, mengenai sholat . Didalam Al-Qur’an ada ketentuan mengenai sholat namun tidak dijelaskan secara terinci tentang tata cara bagaimana pelaksanaan sholat, kedua sebagai penjelas, yaitu Al-Qur’an yang memberikan ketentuan seperti sholat, puasa, zakat, yang belumdijelaskan secara terperinci untuk itu Rasullullah memberikan keterangan dan penjelasan bagaimana melaksanakan sholat, begitu juga mengenai puasa, haji, zakat. Ketiga Menambah atau mengembangkan sesuatu yang masih samar-samar ketentuannya di dalam Al-qur’an, contohnya mengenai larangan nabi mempermadu (mengawini sekaligus atau mengawini pada waktu bersamaan) seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat an-Nisa’ (4) : 23 24 23. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anakanak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [281] maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi o Hadits Mutawatir 25 o Hadits Ahad Hadits Shahih Hadits Hasan Hadits Dha'if Menurut Macam Periwayatannya o Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul) o Hadits yang terputus sanadnya Hadits Mu'allaq Hadits Mursal Hadits Mudallas Hadits Munqathi Hadits Mu'dhol Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi o Hadits Maudhu' o Hadits Matruk o Hadits Mungkar o Hadits Mu'allal o Hadits Mudhthorib o Hadits Maqlub o Hadits Munqalib o Hadits Mudraj o Hadits Syadz I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi I.A. Hadits Mutawatir Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir: 1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. 2. Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy. 3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama. I.B. Hadits Ahad Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi 26 hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu: I.B.1. Hadits Shahih Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an. Harus bersambung sanadnya Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya) Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) Tidak cacat walaupun tersembunyi. I.B.2. Hadits Hasan Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz. I.B.3. Hadits Dha'if Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. II. Menurut Macam Periwayatannya II.A. Hadits yang bersambung sanadnya Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul. 27 II.B. Hadits yang terputus sanadnya II.B.1. Hadits Mu'allaq Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if. II.B.2. Hadits Mursal Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu. II.B.3. Hadits Mudallas Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya. II.B.4. Hadits Munqathi Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. II.B.5. Hadits Mu'dhol Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if. III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi III.A. Hadits Maudhu' 28 Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits. III.B. Hadits Matruk Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta. III.C. Hadits Mungkar Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur. III.D. Hadits Mu'allal Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat). III.E. Hadits Mudhthorib Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan. III.F. Hadits Maqlub Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi) III.G. Hadits Munqali Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah. 29 III.H. Hadits Mudraj Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya. III.I. Hadits Syadz Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz. IV. Beberapa pengertian (istilah) dalam ilmu hadits IV.A. Muttafaq 'Alaih Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari - Muslim. IV.B. As Sab'ah As Sab'ah berarti tujuh perawi, yaitu: 1. Imam Ahmad 2. Imam Bukhari 3. Imam Muslim 4. Imam Abu Daud 5. Imam Tirmidzi 6. Imam Nasa'i 7. Imam Ibnu Majah IV.C. As Sittah Yaitu enam perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad bin Hanbal. 30 IV.D. Al Khamsah Yaitu lima perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Bukhari dan Imam Muslim. IV.E. Al Arba'ah Yaitu empat perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim. IV.F. Ats tsalatsah Yaitu tiga perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah. IV.G. Perawi Yaitu orang yang meriwayatkan hadits. IV.H. Sanad Sanad berarti sandaran yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun atau membukukan) hadits. Sanad biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga. IV.I. Matan Matan ialah isi hadits baik berupa sabda Nabi Muhammad SAW, maupun berupa perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan oleh sahabat atau berupa taqrirnya. V. Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer 1. Shahih Bukhari 2. Shahih Muslim 31 3. Riyadhus Shalihin HADITS QUDSI Definisi Qusi menurut bahasa dinisbatkan pada “Qudus” yang artinya suci.Yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemuliaan, atau penyandaran kepada Dzat Allah Yang Maha Suci. Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah ta’ala. Bentuk-Bentuk Periwayatan Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi : Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”. Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman : “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”. Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”. Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya” Perbedaan Antara Hadits Qudsi dengan Al-Qur’an 32 Al-Qur’an itu lafadh dan maknanya dari Allah, sedangkan hadits qudsi maknanya dari Allah dan lafadhnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah dan mendapatkan pahala, sedangkan membaca hadits qudsi bukanlah termasuk ibadah dan tidak mendapat pahala. Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Al-Qur’an, sedangkan dalam hadits qudsi tidak disyaratkan mutawatir. Perbedaan Antara Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi Hadits Nabawi disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan diceritakan oleh beliau, sedangkan hadits qudsi disandarkan kepada Allah kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan dan meriwayatkannya dari Allah. Oleh karena itu diikat dengan sebutan Hadits Qudsi. Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Hadits Qudsi karena penisbatannya kepada Allah Yang Maha Suci. Sementara Hadits Nabawi disebut demikian karena dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Hadits Qudsi jumlahnya sedikit. Buku yang terkenal mengenai hal ini adalah (Al-Ittihafaat As-Sunniyyah bil-Hadiits Al-Qudsiyyah karya Abdur-Ra'uf Al-Munawi (103 H) yang berisi 272 hadits.) C. RAKYU ATAU AKAL PIKIRAN YANG DILAKSANAKAN DENGAN IJTIHAD Menurut ajaran Islam manusia dianugerahi Allah dengan berbagai kelengkapannya yang sangat berharga antara lain yaitu akal pikiran, kehendak, dan kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah,yang baik dengan yang buruk, antara khayalan dan keyataan. Dengan mempergunakan akalnya manusia akan selalu sadar. Dengan kehendak kebebasan yang diberikan oleh Allah, manusia bebas menentukan pilihannya, semua pilihannya kelak akan dipertangungjawabkan kehadapan Allah SWT, dalam berbicara, manusia kemampuan untuk berbicara yang merupakan manifestasi ”keunggulan ” manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya,dengan bicara manusia dapat 33 berkomunikasi dengan baik denan manusia lain sesuai apa yang dia kehendaki, kebebasan dalam berbicara oleh manusia dapat dinilai kualitas atau tidak ditentukan seberapa jauh akal atau pikirannya digunakan. Perkataan al-’aqal dalam bahasa arab berarti pikiran atau intelek, dalam bahasa Indonesia pengertian itu dijadikan katamajemuk akal pikiran. Perkataan akal dalam bahasa asalnya dipergunakan juga untuk menerangkan sesuatu yang mengikat manusia dengan Tuhan. Akar kata ’aqal mengandung makna ikatan. Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikiran manusia yang memnuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran Islam, dalam istilah kepustakaan sumber ajaran Islam yang ketiga disebut dengan istilah ar-ra’yu atau seing juga disebut Ijtihad. Makna ijtihad adalah usaha yang sunguh-sunguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang dialakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan, menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya di dalam alquran dan al –hadist. Ini merupakan suatu proses, karena itu ijtihad dapat dilakukan bersamasama oleh beberapa orang ( yang hasilnya menjadi ijma’ atau konsensus dan dapat pula dilakukan oleh orang tertentu yang hasilnya menjadi qiyas atau analogi). Perkataan ijma’ dan qiyas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dalam proses pembentukan norma kkeislaman yang merupkan metode dalam melakukan penetapan hukum. BAB III KERANGKA DASAR AGAMA DAN AJARAN ISLAM Dengan mengikuti sistematika iman, Islam, dan Ihsan dapat dikemukakan bahwa kerangka dasar islam terdiri dari : 34 1) Akidah, 2) Syari’ah, dan 3) Akhlaq A. PENGERTIAN AKIDAH Akidah yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguraguan. Abu Bakar Jabir al-Jazary mengtakan akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Berdasarakan kedua pengertian tersebut, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Setiap Manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu),dan taufiqiyyah (sintesis antara kehendak Allah dengan kehendak manusia). Oleh karena itu, manusia yang ingin mengenal Tuhan secara baik harus mampu menfungsikan hidayah-hidayan tersebut. 2. Keyakinan sebagai sumber utama akidah itu tidak boleh bercampur dengan keraguan. 3. Akidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa. Akidah bisa dijumbuhkan dengan istilah iman, yaitu ”sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan denan anggota badan. B. Ruang Lingkup Akidah Hasan al _Banna menunjukkan empat bidang yang bekaitan dengan lingkup pembahasan mengenai akidah. 1. Illahiyah, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Illah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, asma Allah, sifat-sifat yang wajib ada apada Allah, dll 2. Nubuwwah, Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan rasul-rasul Allah, termasuk kitab suci mukjizat, dll 35 3. Sami’iyyah, pembahasan segala sesuatu tentang sgala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui sami’ (dalil naqli : Al-Qur’an dan As-Shunnah), seperti surganeraka,alam barzah, akhirat, kiamat, dan lain-lain. Lingkup Pembahasan mengenai akidah arkanul iman (rukun iman) yaitu : 1. Iman Kepada Allah, 2. Iman kepada para malaikat 3. Iman kepada Kitab Allah 4. Iman kepada Nabi dan Rasul 5. Iman Kepada hari Akhir 6. Iman kepada qadha dan Qadhar. C. SYARI’AH Dari segi bahasa, Syari’ah (etimologi) dapat diartikan jalan (ke sumber atau mata air) yang harus ditempuh / lalui. Adapun Menurut Terminologi (istilah), syari’ah berarti ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan / alam semesta, hubungan manusia dengan flora dan fauna. Syari’ah dapat dibagi menjadi bebrapa bidang, yaitu : Ibadah ; aturan tentang hubungan manusia dengan Allah dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Ibadah mahdhah,yaitu aturan-aturan tentang tata cara hubungan manusia dengan Allah ; seperti yang tercantum atau terumuskan dalam rukun Islam yang kelima. b. Ibadah ghairu mahdhah, yaitu segala perkataan dan perbuatan yang baik menurut agama, yang dilakukan dilakukan untuk mencari keridhaan Allah; seperti melakukan ta’ziyah, menjenguk orang sakit, dll Muammalah, yaitu atauran tentang hubungan manusia dengan manusia dalam rangka memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidupnya, baik yang primer maupun yang sekunder, contohnya,berdagang, perkawinan; termasuk masalah hukum pidana dan hukum tata negara. 36 C. AKHLAK Dari segi bahasa, aklaq berarti perbuatan spontan. Adapun menurut istilah , ahklak berarti aturan tentang perilaku lahir dan batin yang dapat membedakan antara perilaku yang terpuji dan tercela, antara yang salah dan benar, antara yang patut dan yang tidak patut,dan antara baik dan tidak baik. Sifat ajaran akhlak Islam adalah universal, eternal, dan absolut, akhlak merupakan tujuan pokok yang didakwahkan dalam Islam. Akhlak menurut Islam adalah akhlak yang dilandasi dengan iman yang benar. Dalam Islam, keiga ajaran pokok yaitu iman, islam dan ihsan (akhlak),merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yang tujuan intinya adalah menjadikan manusia muslim sebagai sumber kebajikan dalam masyarakat. Secara garis besar , akhlak Islam mencakup; Akhlak manusia kepada Allah Akhlak manusia kepada diri sendiri Akhlak manusia kepada sesama, dan Akhlak manusia terhadap alam, flora, fauna dan benda-benda D. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM Agama islam mempunyai karakteristik yang mungkin tidak dipunyai oleh agama lain dan sekaligus merupakan kekuatnnya. Karakteristik Ajaran Islam ialah : a. Mengesakan Allah, mentauhidkan Allah, dan menyerahkan diri kepada-Nya. Allahalah yang mengatur hidup dan kehidupan umat manusia dan seluruh Alam. Dialah yang berhak ditaati, paling dicintai pertolongan-Nya. Inilah akidah yang shahih yaitu akidah mengubah kepada penghambaan materi dan hawa nafsu menjadi penghambaan kepada Allah yang maha Esa da Kuasa 37 b. Tidak memberatkan, semua perintah yang harus dilakukan oleh umatnya tentu dapat dilaksanakan karena sudah diukur dengan kemampuannya. Semua ajaran Islam akan c. Menyedikitkan beban. Artinya, perintah-perintah Agama dapat dilakukanmenurut kemampuan masing-masing. Misalkan, perintah mengenai sholat wajib, jika seseorng dalam keadaan sakit tidak bisaberdiri maka dengan duduk, jika tidak bisa dengan duduk maka dengan berbaring, dan jika tidak bisa berbaring maka dengan isyarat. Maka dengan keringanan itu diharapkan memperhatikan betapa mudahnya dalam beragama Islam. d. Lebih mengutamakan kepentingan dan kemslahatan umat dari pada kepentingan pribadi, sesuatu yang sifatnya untuk kepentingan umum atau ummat tidak ada larangan dalam Al-Qur’an maupun hadist Nabi, maka diperbolehkan e. Sangat mementingkan tegaknya keadailan, dimana didalam Islam mempunyai kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban, dalam sholat misalnya ketika imam sujud maka makmumpun juga sujud dan semua menghadap kiblat, tidak ada yang istimewa ketika sudah masuk dimasjid, segala macam alas kaki dilepas dan tidak ada pembedaan tempat antara kaya miskin, pejabat dan rakyat biasa. f. Keseimbangan, artinya ajarannya menyeimbangkan antara pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani, kebuutuhan duniawi maupun akhirat, antara dunia dan akhirat harus mempunyai korelasi yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Akhirat adalah tujuan akhir manusia setelah menjalani kehidupandi dunia. Di dunia merupakan tempat mencari bekal untuk menuju kehidupan yang kekal di akhirat, keseimbangan inilah bahwa manusia dikatakan bahagia jika didunianya dia mendapatkan kebaikan atau kesejahteraan dan di akhiratnya dia mendapatkan kebahagiaan. g. Selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (humunity), nilai toleransi, nilai kesamaan (egaliter) 38 h. Selalu mengajarkan optimisme ke masa depan, dan ajaran yang melarang putus asa, karena Islam menekankan pada kerjasa keras dan usaha (ikhtiar) dalam mencari rejeki Allah SWT di dunia. BAB IV PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK PRIBADI TAKWA A. Pengertian pendidikan Karakter Menurut UU No 20/2003 tentang sisdiknas Pendidikan Karakter adalah proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik meliputi 39 kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif. Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI, PIKIR, RAGA, serta RASA dan KARSA. Gambar.2.1. : Gambar Desain Induk Pendidikan karakter KETERANGAN : A. JUJUR Menyatakan apa adanya; terbuka; konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan; berani karena benar; dapat dipercaya; dan tidak curang. B. TANGGUNG JAWAB 40 Melakukan tugas sepenuh hati; bekerja dengan etos kerja yang tinggi; berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik; mampu mengontrol diri dan mengatasi stres; berdisiplin diri; akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. C. CERDAS Berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan; rasa ingin tahu yang tinggi; berkomunikasi efektif dan empatik; bergaul secara santun; menjunjung kebenaran dan kebajikan; mencintai Tuhan dan lingkungan. D. SEHAT DAN BERSIH Menghargai ketertiban; keteraturan; kedisiplinan; terampil; menjaga diri dan lingkungan; menerapkan pola hidup seimbang. E. PEDULI Meperlakukan orang lain dengan sopan; bertindak santun; toleran terhadap perbedaan; tidak suka menyakiti orang lain; mau mendengar orang lain; mau berbagi; tidak merendahkan orang lain; tidak mengambil keuntungan dari orang lain; mampu bekerjasama; mau terlibat dalam kegiatan masyarakat; menyayangi manusia dan makhluklain; setia; cinta damai dalam menghadapi persoalan. F. KREATIF Mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis; berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; menampilkan sesuatu secara luar biasa (unik); memiliki ide baru; ingin terus berubah; dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru. Pendidikan Karakter keislaman. Pendidikan Islam dengan system pendidikan Nasional mempunyai korelasi dan integrasi yang saling mengikat, dimana system pendidikan Nasional yang ada, dalam aturan dan kebijakannya selalu berorientasinya pada basis agama Islam, seperti yang telah dijelaskan di muka yaitu mengenai nilai kejujuran, tanggungjawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli dan kreatif, Desain induk pendidikan karakter tersebut sama dengan nilai-nilai ajaran yang ada dalam agama islam. Islam selalu mengajarkan pendidikan moral dan etika kepada umatnya, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sikap dan sifat seseorang (karakter) selalu dipengaruhi nilai-nilai yang dianut dalam diri seseorang. Semakin seseorang memahami dan mengerti mengenai ajaran agama Islam maka seseorang tersebut sadar makna Akhlak, dalam kontek ini, Islam 41 mengajarkan nilai kejujuran yang selalu dan harus diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata, karena kejujuran merupakan perbuatan yang disukai Allah dalam bahasa agama yaitu Akhlakkul Karimah (perbuatan yang baik) sifat inilah yang selalu melekat pada pribadi Rasullullah SAW. Dan hendaknya setiap orang Islam selalu mengedepankan kejujuran dalam situasi dan keadaan apapun. Karena jujur merupakan modal utama membangun pribadi yang cerdas secara iman Olah Pikir Cerdas / Fathonah SEHAT ISLAM & AL-Quran Bersih Al - Hadist Olah Hati Jujur / Tanggung jawab Olah Rasa / Karsa Peduli, Kreatif Basis Induk Pendidikan karakter Keislaman Secara subtansi bahwa pendidikan karakter keislaman yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan etika dalam wilayah sosial dan kemanusiaan dalam melakukan tindakannya selalu mengacu /berlandaskan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan hadist Nabi, Pendidikan Agama Islam diperguruan Tinggi hendaknya tidak hanya mengajarkan mengenai konsep dan materi yang sifatya teoritis namun juga melakukan pembentukan karakter keislaman dalam pengaplikasiannya terhadap peserta didik (out Put-nya) B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH 1. Landasan Hukum hubungan timbal balik manusia dengan Allah Swt. Firman Allah Swt. 42 Dalam (QS. Ali Imron ; 112) Allah memberikan penegasan terhadap posisi manusia dalam hubungan dengan Allah 112. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu[219] Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu[220] disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas [218] Maksudnya: perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka. [219] Yakni: ditimpa kehinaan, kerendahan, dan kemurkaan dari Allah. [220] Yakni: kekafiran dan pembunuhan atas para nabi-nabi. Dalam QS : Fathehah : ayat 5 disini Allah menegaskan sebagai berkut : 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]. [6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. [7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. 43 Manusia yang selalu mengingat Allah QS ; 41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Beberapa ayat diatas semuanya bertemakan hubungan manusia dengan Allah Swt. Pada ayat yang dikutip pertama hubungan tersebut mengambil bentuk berpegang teguh kepada agama dari Allah Swt. Yakni melaksanakan segala ketentuan agama yang telah ditetapkanNya. Kemudian ayat berikutnya ditegaskan bahwa hubungan kepada Allah itu dapat mengambil bentuk beribadah kepadanya yang diiringi dengan memohon pertolongan selanjutnya pada kutipan ayat yang ketiga manusia dianjurkan berdo’a kepada Allah Swt. Ini juga termasuk salah satu bentuk berhubungan dengan Allah. Sedangkan ayat yang dikutip terakhir berhubungan dengan Allah dapat mengambil bentuk berzikir dan bertasbih mengingat nama Allah dan mensucikanNya. Dengan demikian berhubungan dengan Allah merupakan perintah Allah Swt. Hubungan tersebut dapat mengambil bentuk berpegang teguh kepada ajaran-ajaranNya, beribadah, berdo’a, zikir dan bertasbi H . 2. Bentuk-Bentuk Hubungan dengan Allah Swt. 44 Berhubungan dengan Allah dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam, dan berdasarkan landasan hukum ayat-ayat diatas bentuk hubungan tersebut dapat berbentuk berpegang teguh kepada agamanya beribadah, berdo’a, zikir dan bertasbih. 3. Berpegang kepada agama Allah Berpegang teguh kepada agama Allah merupakan suatu perintah yang amat Fundamental. Hal ini dapat dijelaskan karena manusia dalam kehidupannya memerlukan norma dan kode etik yaitu sistem yang mengatur bagaimana berhubungan dengan Allah, dengan manusia dan lingkungan hidupnya manusia tidak dapat hidup sendiri ia memerlukan orang lain. Agama mengatur hubungan manusia juga melalui tali perkawinan yang didalamnya diatur dan ditetapkan soal Akad Nikah sebagai pangkal pembangunan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera. Dari sini timbul masyarakat yang beradab, hanya mungkin terjadi kalau dilanjutkan dengan menegakkan keadilan, keadilan itu bersumber kepada hukum yang ditetapkan Allah. Bertindak berdasarkan hukum, menegakkan hukum, memelihara hukum, dan seterusnya adalah termasuk perintah Allah. Dengan mematuhi semua ini semua orang akan merasa hidup dalam suasana keadilan. Yang mampu memberikan kode etik yang bernilai absolut untuk mengangkat martabat manusia dan membedakannya dari seluruh jenis binatang dan makhluk lainnya, hanyalah agama oleh sebab itu agama merupakan kebutuhan yang mendasar yang dihajatkan manusia. Itulah sebabnya Allah menyuruh manusia berpegang teguh kepada agama sesuai dengan firmanNya 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168], 45 [1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Andai kata dalam kehidupan suatu masyarakat tidak di patuhi lagi nilai –nilai halal dan haram sudah tidak di kenal antara yang muhrim dan bukan muhrim. Lembaga perkawinan sudah diabaikan dan penguasa negeri yang adil tidak lagi diperhatikan seruannya, maka ketika itulah martabat kemanusiaan meluncur jatuh kemartabat binatang seperti yang disebutkan firman Allah Swt. dalam qur’an surat 7 ayat 179. 179. Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. Dengan mengikuti uraian tersebut diatas terlihat jelas bahwa berhubungan dengan Allah dalam bentuk mematuhi ajaran-ajarannya pada hakikatnya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, yaitu untuk terciptanya suasana kehidupan yang beradab dan martabat tidak jatuh kepada tingkat kehidupan binatang. 4. Beribadah Kepada Allah Beribadah secara umum ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt. Karena didorong dan di bangkitkan oleh Akidah Tauhid, ibadah juga berarti memusatkan pengabdiannya hanya kepada Allah semata, tidak ada yang disembah dan dipuja kecuali hanya Allah. Pengabdian berarti menyerahkan sepenuhnya secara lahir bathin kepada kehendak Allah 46 semua itu dilakukan dengan kesadaran baik sebagai orang seorang dalam masyarakat maupun bersama-sama. Ibadah ini dilakukan, karena tujuan penciptaan manusia pada intinya agar ia beribadah Firman Allah Swt. Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka mengabdi (ibadah) kepada-Ku tidak menghendaki mereka memberi makan kepadaKu, sesungguhnya Allah Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”(QS. 56-58) Pada ayat tersbut terlihat bahwa kata – kata ibadah dan dihubungkan dengan kata-kata rezeki yakni bahwa Allah tidak menghendaki rezki atau pemberian apapun dari ibadah dalam arti seluas-luasnya yang diperoleh manusia berupa kemakmuran hidup adalah untuk manusia sendiri bukan untuk Allah. Allah tidak menghendaki pemberian apapun dari manusia karena dia Maha Kaya dan Maha cukup, dan sebaginya. Ibadah yang dikerjakan manusia dapat mengambil bentuk ibadah yang telah di tetapkan aturannya caranya dan ukurannya seperti salat, puasa, zakat dan haji dan ada pula yang tidak ditetapkan aturan ukuran, dan tata caranya seperti menolong. Ibadah model kedua ini waktu cara, dan kadarnya diserahkan kepada kesanggupan manusia harus didasarkan semata-mata karena Allah, bukan kareba tujuan-tujuan yang bersifat pribadi seperti ingin di puji orang lain. Suatu kegiatan dalam kehidupan yang didasarkan kepada tujuan ibadah, akan memberikan ketenangan hidup dan kerja. Dari kerja yang diliputi ketenangan akan mendatangkan hasil yang lebih baik dari pada kerja yang dilakukan tanpa ketenangan. Seorang akan tenang jiwanya antara lain dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah tersebut. Sebaliknya manakala suatu kegiatan dalam kehidupan tidak bertujuan ibadah, maka mudah dijangkiti penyakit putus asa. Demikian pula jika seseorang tanpa tujuan hidup atas dasar ibadah, maka dalam pekerjaannya mudah terlibat dalam kecurangan dan kejahatan, akan membawa akibat buruk dan kerusakan bersama dalam masyarakat.jadi suatu masyarakat atau negara akan hancur 47 karena perbuatan jahat manusia, bahkan Tuhan akan menambahnya dengan menurunkan Azab siksaannya sebagai hukuman atas pelanggaran yang dilakukan manusia. Dengan memperhatikan keterangan diatas, jelaslah bahwa hubungan dengan Allah melalui ibadah akan mendatangkan keuntungan kepada manusia sendiri, bukan untuk Allah, sebaliknya meninggalkan ibadah dapat mengundang bencana atau azab Allah oleh kareba itu hubungan dengan Tuhan perlu di pelihara agar tetap harmonis. 5. Berdo’a Hubungan dengan Allah selanjutnya dapat mengambil bentuk berdo’a kepada Nya, yakni memohon sesuatu yang kita inginkan kepada Nya dengan tujuan agar menambah peningkatan pengabdian kepada Nya berdo’a memperlihatkan bahwa manusia, disamping memiliki kelebihan atau kekacauan berupa kekuatan fisik, akal, perasaan dan kemampuan rohaniyah lainnya, namun masih banyak sesuatu yang terjadi diluar batas kesanggupan dan kecakapannya. Misal manusia tak mampu menolak datang nya ajal (maut), menghentikan datangnya hujan, dan sebagainya. Dalam do’a yang di panjatkan itu terdapat tata cara yang harus diperhatikan, dalam do’a itu manusia sedang berhadapan dengan Allah Swt. Hali ini perlu disertai dengan etika berdo’a dan adab-adabnya. Dengan berdo’a tersebut, seseorang seolah-olah menyerahkan dirinya kepada Allah Swt, semata-mata. Namun do’a tersebut hendaknya dibarengi dengan usaha atau kerja keras yang tak mengenal lelah. Sebab terkabulnya do’a itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan memerlukan sarana lain untuk tersalurnya permohonan tersebut. Do’a tanpa usaha sama artinya orang yang memohon datangnya emas dari langit, mustahil hal ini akan terjadi. 6. Berzikir Zikir telah mendapatkan tempat sendiri dalam ajaran islam, karena baik dalam Al-qur’an maupun hadits menyuruh memperbanyak berzikir kepada Allah yang pada intinya adalah mengingat Allah dan melakukan hubungan dengan Allah. Manfaat zikir tersebut juga kebahagiaan manusia sendiri, bukan untuk Allah. Firman Allah Swt. : 48 45. Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung. [620] maksudnya ialah: memperbanyak zikir dan doa. 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Yang jelas bahwa dalam zikir orang biasanya menyebutkan nama-nama Allah seperti pada kata-kata : Subhanallah (Maha Suci Allah) Allahu Akbar (Maha Besar Allah). Zikir pada intinya mengingat Tuhan dapat diartikan mengingat dan menghayati ajaran Tuhan dan berupaya melaksanakan ajaran tersebut sesuai dengan kesanggupan yang dimiliki. Zikir dapat pula menjadi pengendali nafsu dan perilaku diri agar tidak menyimpang dari garis-garis atau ketentuan Tuhan. 7. Bertasbih Bartasbih, seperti halnya berzikir merupakan salah satu bentuk hubungan dengan Tuhan. Dalam bertasbih biasanya seseorang mengingat Allah dengan memakai kata-kata “Subhanallah” yang artinya “Maha Suci Allah” bertasbih dapat membawa keuntungan bagi manusia yang melakukannya, cara melakukannya yang benar sama dengan melakukan zikir. Karena bertasbih adalah merupakan bahagian dari berzikir. Tasbih dipahami seperti akan menimbulkan semangat dalam kehidupan manusia untuk berusaha menghiasi diri dengan perilaku yang baik, dan berusaha sekeras mungkin mengatasi kekurangan yang ada pada dirinya. 49 Dalam melakukan hal –hal tersebut dibarengi dengn kerja keras, pemikiran, penghayatan, perasaan, dan perbuatan yang secara keseluruhan mencerminkan kesesuaiannya dengan apa yang dikehendaki Allah. 8. Taqwa Kepada Allah Swt. Taqwa kepada Allah berarti melaksanakn semua perintah Allah Swt. Dan meninggalkan semua laranganNya, sebagaimana firman Nya : 19. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ayat tersebut memerintahkan kepada setiap orang yang beriman supaya bertaqwa kepada Allah Swt. Dan selalu instropeksi terhadap apa yang telah di kerjakan untuk memperbaiki dan meningkatkan iman/taqwa dimasa mendatang. 9. Mengerjakan Sholat 5 waktu Shalat adalah tali penghubung antara makhluk dengan khaliqnya. Dengan melaksanakan sholat 5 waktu secara teratur berarti ia tidak pernah lupa pada Allah Swt. Dan senantiasa mendapat bimbingan dari padaNya. Sholah mempunyai kedudukan yang pokok dalam agama islam, perintah sholat diterima langsung dari Allah pada saat Nabi melaksanakan Isra’ Mi’raj. Shalat dikatakan sebagai tiang agama sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Yang artinya sebagi berikut : “Shalat itu tiang agama barang siapa mendirikan sholat berarti ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkan sholat berarti ia telah menghancurkan agama” (HR. Baihaqi) 50 Lebih dari itu sholat adalah amalan yang pertama kali akan di hisab atau di perhitungkan di hari kiamat, sabda Rasulullah Saw, dalam buku Drs. H. M. Ali Hasan yang Artinya : “Yang mula pertama akan dihisab (ditanyakan) kepada agama islam, Seorang hamba pada hari kiamat ialah masalah sholat apabila sholatnya baik niscaya dinilai baiklah segala amalan lainnya. Jika sholatnya rusak, maka dipandang buruklah semua amalnya” (HR. Thabrani dari Abdullah bin Qurthin) 10. Berpuasa di Bulan Ramadhan Puasa adalah latihan pengendalian diri untuk sampai kepada taqwallah dengan puasa, jiwa dan kepribadian akan lebih terlatih dan terbina, sehingga akan terciptalah pribadi yang berakhlak muliam sabar dan tabah dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. Oleh karena itulah puasa yang di syari’atkan melalui ayat Al-qur’an surat AlBaqarah ayat 183 tidak hanya melarang makan dan minum di siang hari saja, tapi lebih dari itu puasa juga harus mampu menjaga ucapan-ucapan yang keji dalam sebuah hadits nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Artinya : “Ada lima perkara yang dapat membatalkan (merusak) orang yang puasa, yaitu : dusta, mempergunjingkan orang lain, menghasud/ mengadu domba, sumpah atau kesaksian palsu, dan pandangan dengan syahwat” Menunaikan Zakat Salah satu ajaran islam yang menyinggung masalah kepedulian sosial adalah zakat. Umat islam yang satu dengan yang lainnya adalah saudara nabi Muhammad mengibaratkan umat islam seperti satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan. Setiap manusia diberi kelebihan sendiri-sendiri, termasuk kelebihan dalam hal rizki. Bagi umat islam yang mempunyai kelebihan harta yang sudah memenuhi kadar untuk dikeluarkan zakatnya, harus diingat, bahwa pada hartanya itu mensucikan jiwa. Artinya zakat dapat membersihkan harta yang dimilikinya sehingga halal dimakan, dan mensucikan diri dari sifat bakhil dan tamak. 51 Perintah shalat dan zakat selalu beriringan satu sama lainnya. Perhatikan firman Allah surat An Nur 56: Dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. Jadi, kalau shalat titik tekannya adalah hubungan manusia kepada Allah sedangkan zakat adalah hubungan manusia dengan manusia lainnya . antara perintah shalat dan zakat adalah dua kali yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain saling terkait. Bagi mereka yang tidak banyak harta, ia juga masih ada kesempatan untuk bershadakah atau berinfaq di jalan Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing. 11. Taat Kepada Pemimpin Dalam kehidupan bernegara diperlukan seorang pemimpin sebab tertibnya suatu masyarakat harus ada yang siap memimpin. Seorang pemimpin yang bijaksana akan bertanggung jawab terhadap apa yang ia pimpin, dan tidak semua orang mampu memimpin. Oleh karena itu kewajiban yang dipimpin adalah harus taat kepada yang memimpin. Firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 59 : ”Hai orang- orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 52 Yang dimaksud “Ulil Amri” pada ayat diatas adalah pemimpin yang mengurus masalah keduniaan. Selagi tidak bertentangan dengan agama, kita harus memtaatinya. Jadi inti dari hadits Nabi tersebut adalah, bahwa taqwa sebagai realitas dari iman harus dibuktikan dengan melaksanakan amanat dengan baik maka ia akan masuk syurga. C. Hubungan Manusia Dengan Hati Nurani / Diri Sendiri Hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sebagai dimensi takwa yang kedua dapat diperlihara dengan jalan menghayati dengan sungguh-sungguh kaidah Akhlak yang telah disebutkan Allah dalam Al-Quran dalam beberapa ayat. Hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sudah disebutkan cara-caranya dalam ayat-ayat takwa dan dicontohkan Nabi Muhammmad SAW senantiasa berlaku : 1) Sabar, 2) Bersykur, 3) Tawakal, 4) Ikhlas, 5) Mawas diri, 6) Berani, 7) Memegang Amanah, 8) berbudi pekerti luhur. D. Hubungan Manusia Dengan Manusia Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri, dimensi takwa yang ketiga adalah membina hubungan baik dengan sesama manusia (hablummiinannas), hubungan antara manusia dengan manusia dapat bermasyarakat dapat diperlihara, antara lain dengan: (1) Tolong menolong; bantu membantu, (2) pemaaf/memaafkan kesalahan orang lain, (3) menepati janji, (4) lapang dada/berjiwa besar,(5) berlaku adil kepada siapapun. Hablumminnas (Hubungan Manusia dengan Manusia) merupakan salah satu kewajiban bagi muslim. Banyak hal yang diperintahkan Allah SWT dalam upaya kita menjalin hubungan antara manusia. Di dalam Al-quran tertera sebagai berikut: mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9), berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134), menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) ± mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an. berinfak atau 53 memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb) tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak lagi. Inti dari semua itu ialah menuntut kita untuk saling mengasihi antara satu dan yang lainnya. Kemudian timbul pertanyaan kasih sayang yang bagaimanakah yang di ridhoi Allah SWT. ? Sebelum kita lanjut ke penjelasan yang lebih detail tentang kasih sayang, saya punya pertanyaan, menurut kalian siapakah yang membuat para nabi dan syuhada iri akan keimanannya? Diriwayatkan oleh abu huhairah Ra, Rasulullah SAW dalam masalah ini: sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, yang di atasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian cahaya. Wajah mereka bercahaya, dan mereka itu bukan nabi dan bukan juga para syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga mereka berkata: hai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu? Beliau menjawab: mereka adalah yang saling menjalin cinta kasih karena Allah, dan saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.(HR Nasai dalam Sunan Al-Kubra) Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa kasih sayang yang dilandasi karena Allah lah sebenar-benarnya kasih sayang. Bersaudara dan bercintalah karena Allah SWT. Jika kita lihat zaman sekarang, sangat jarang persaudaraan dan percintaan dilandasi hanya karena Allah SWT. Ketika kita bertanya mengapa kamu mau berteman dengan dia, maka beragam jawaban akan muncul. Namun, hanya sedikit yang menjawab karena Allah SWT. E. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup Hubungan manusia dengan lingkungan hidup dapat dikembangkan , antara lain dengan memlihara dan menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara dan semua makhluk ciptaan Allah yang ada di dunia ini yang sengaja diciptakan untuk kepentingan hidup manusia dan makhluk lainnya. Banyak sekali ayat-ayat yang yang berkenaan dengan tata hubungan manusia lingkungan hidupnya dengan memelihara Alam, mencegah kerusakan alam, memelihara keseimbangan dan pelestarian alam, dan ancaman bagi manusia yang membuat kerusakan dimuka bumi seperti dalam firma Allah dalam suarat ar-rum ayat: 41 54 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Maka dari itu hendaknya manusia jika ingin menciptakan kehidupan yang tentram dan aman supaya dapat hidup sinergis dengan alam mau memlihara dan jangan membuat kerusakan dimuka bumi, karena manusia yang selalu tidak bersahabat dengan alam atau membuat kerusakan dimuka bumi maka manusia tersebut pasti akan menerima akibatnya, seperti ilegal loging penggundulan hutan, eksplorasi alam dengan serampangan, dll. Konsekuensi logis dari empat hal dalam pembentukan karakter keislaman dalam rangka ketakwaan, bahwa manusia dalam mengembangkan dirinya harus selalu dalam nilai-nilai fitrahnya sebagai manusia dan fitrahnya sebagai hamba Allah, senantiasa menjaga keseimbangan dalam kehidupannya, baik keseimbangan daalam ranah sosial maupun keseimbangan dalam wilayah spririual, jika keseimbangan tersebut dapat di kalaborasikan maka kehidupan alam yang sejahtera baldatun thoyibantun warabbun ghofur akan tercipta. 55 BAB VI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN A. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam Hubungan agama Islam dan Ilmu pengetahuan sebagaimana dapat didefinisikan, hubungan ini dapatlah dirumuskan bahwa agama Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah selama (jika dibulatkan) dua puluh tiga tahun, sebagai agama wahyu, agama Islam mempunyai tiga komponen utama adalah Akidah, syari’ah dan akhlak yang bersumber Al-Qur’an dan Hadist, Selain tiga komponen tersebut, didalam Al-Qur’an perkataan ilmu (pengetahuan tentang sesuatu) dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali. Dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangatlah penting dan sentral dalam agama Islam. Perkataan ’ilm dilihat dari sudut kebahasaan bermakna penjelasan. Jika dipandang dari akar katanya artinya kejelasan. Semua ilmu yang disandarkan pada manusia mengandung arti kejelasan. Menurut al-Qura’an Ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain. Ini tercermin, seperti yang terdapat dalam kisah nabi Adam waktu ditanya oleh Allah tentang nama-nama. Adam dapat menjawab semua nama benda yang ditanyakan kepadanya. Dalam surat al-Baqarah (2) : 33 56 Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Adam pun mmberitahukan (dengan menyebut nama-nama benda) kepada malaikat dan iblis di depan Tuhan. Berdasarkan keterangan al-Quran , sejak diciptakan, manusia telah mempunyai potensi berilmu dan mengembangkan ilmunya dengan izin Allah (Qurais Shihab, 1996 : 445). B. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas. Salah satu keterbatasan manusia terletak pada kemampuan akalnya. Setiap manusia yang masih bersih fitrahnya akan mengakui hal ini. Akal manusia tidak akan mampu mengetahui hakikat sesuatu sesuatu secara sempurna, terlebih bila hakikat itu meliputi berbagai permasalahan. Fungsi akal manusia yang paling besar adalah untuk mengetahui hakikat kebenaran. Apa kebenaran sejati itu? Sekali lagi, bagi orang yang fitrahnya masih suci akan mengakui bahwa kalau hanya akalnya, seorang manusia tidak akan mencapai kebenaran sejati. Ia akan mengakui bahwa mengetahui kebenaran harus melalui bimbingan Penciptanya yaitu Allah. Namun, tidak demikian dengan orang-orang yang terlalu “percaya diri” dengan kemampuan akalnya. Orang-orang yang merupakan penerus dari paham Mu’tazilah atau bahkan paham iblis ini merasa tidak butuh bimbingan Allah untuk mengetahui kebenaran . Tidak cukup sampai situ, bahkan dengan lancangnya mereka “mengobrak-abrik” syariat Allah yang menurut akal mereka bukan merupakan kebenaran. Di Indonesia gerakan ini sudah berlangsung cukup lama, antara lain dipelopori oleh Nurcholis madjid, Munawir Syadzali, Ahmad Wahib, Harun nasution, dan lain-lain. Sekarang generasi baru pengusung madzab ini bergabung dalam sebuah “sindikat” bernama 57 Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dikomandani oleh Ulil Abshar Abdala. Dalam wadah inilah ide-ide gila mereka dikeluarkan secara lebih intens. Ciri gagasan gila mereka adalah berisi gugatan (protes) terhadap syariat Allah yang menurut mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan akal mereka. Hampir semua sendi agama ini telah digugat mereka seperti syariat tentang jilbab, hukum had, qishahsh, jenggot, memakai gamis, jihad, larangan perkawinan antar agama, hukum waris, makna syahadat, kebenaran Al-Qur’an dan yang paling tinggi adalah gugatan terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Intinya, mereka tidak setuju dengan aturan-aturan Allah dan memunculkan gagasangagasan yang berlawanan dengannya. Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berarti akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat islam dalam permasalahan apapun. Akal adalah nikmat yang besar yang Allah titipkan dalam jasmani manusia. Nikmat yang bisa disebut hadiah ini menunjukan kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan. Oleh karena itu dalam banyak ayat, Allah memberi semangat untuk berakal (yakni menggunakan akalnya), diantaranya : 12. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintangbintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS. An-Nahl: 12. 58 4. Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanamtanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ra’du: 4) Sebaliknya, Allah mencela orang yang tidak berakal seperti dalam ayat-Nya : Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS : Al-Mulk : 10) Ibnu Taimiyyah mengatakan : “(maknanya yaitu) tidak menggunakan akal dan tidak punya tamyiz (daya pemilah). Bagaimanapun hal itu tidak terpuji dari sisi tersebut, maka dalam kitab Allah serta Sunnah Rasulullah tidak terdapat pujian dan sanjungan bagi yang tidak berakal serta tidak punya tamyiz dan ilmu. Bahkan Allah telah memuji amal, akal dan pemahaman bukan hanya dalam satu tempat serta mencela keadaan yang sebaliknya di beberapa tempat. Kitapun dapat melihat agama Islam dalam ajarannya memberikan bentuk kemuliaan terhadap akal, seperti: · Allah menjadikan akal sebagai tempat bergantungnya hukum sehingga yang tidak berakal tidak dibebani hukum. Nabi bersabda: 59 “Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh” ( HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruqutni dari sahabat Ali dan Ibnu Umar, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan Shahih dalam Shahihu al-Jami). Islam menjadikan akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi yaitu: agama, akal, harta, jiwa dan kehormatan. Allah mengharamkan khamr untuk menjaga akal. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 90 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. AlMaidah: 90) [434] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, Jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi. Nabi bersabda : “Setiap yang memabukkan itu haram” (dari Abu Musa Al-Asy’ari). Asy-Syinqithi mengatakan, “Dalam rangka menjaga akal maka wajib ditegakkan had bagi peminum khamr.” Demikian pula tegaknya dakwah kepada keimanan adalah berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal. Artinya, keimanan tidak berarti mematikan akal bahkan Islam menyuruh 60 akal untuk beramal pada bidangnya sehingga mendukung kekuatan iman dan Islam memuliakannya, tidak menyepelekan dan tidak pula ber-i’tikad memuliakan akal maka pada hakikatnya mereka menghinakan akal itu sendiri. Walaupun akal dimuliakan tapi kita menyadari bahwa akala adalah sesuatu yang berada dalam jasmani makhluk. Maka ia sebagaimana makhluk yang lain, memiliki kelemahan dan keterbatasan. As-Safarini berkata,”Allah menciptakan akal dan memberinya kekuatan adalah untuk berfikir. Allah menjadikannya dengan segala keterbatasan, ia harus berhenti padanya dari sisi berfikirnya bukan dari sisi ia menerima karunia Ilahi. Jika akal menggunakan daya fikirnya pada lingkup dan batasnya serta memaksimalkan pengkajiannya maka ia akan tepat (menentukan) dengan ijin Allah tapi jika ia menggunakannya di luar lingkup dan batas yang telah Allah tetapkan maka ia akan membabi buta… Untuk itu kita perlu mengetahui dimana sesungguhnya bidang garap akal. Pada intinya, akal tidak mampu menjangkau perkara-perkara ghaib dibalik alam nyata yang kita saksikan ini, seperti pengetahuan tetntang Allah dan sifat-sifat-Nya, arwah,surga dan neraka yang semua itu dapat diketahui melalui Wahyu. Nabi bersabda : “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat Allah.” (HR.Ath-Thabarani, Al-lalikai dan Al-Baihaqi dari Ibnu Umar). Allah berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 85 : 85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit 61 Oleh karena itu, akal diperintahkan untuk pasrah dan mengamalkan perintah syariat walaupun ia tidak tahu hikmah dan sebab perintah itu karena tidak semua hikmah di balik hukum bisa dia ketahui. Kenyataannya, justru terlalu banyak hal yang tidak diketahui akal sehingga ia wajib tunduk pada syariat. Diumpamakan oleh para ulama bahwa kedudukan antara akal dengan syariat bagaikan kedudukan seorang awam dengan seorang mujtahid. Ketika ada seseorang yang ingin meminta fatwa dan tidak tahu (siapa) mujtahid yang berfatwa (tidak tahu harus kemana minta fatwa), maka orang awam itu pun menunjukannya kepada mujtahid. Setelah mendapat fatwa dan terjadi perbedaan pendapat antara mujtahid yang berfatwa dengan orang awam yang tadi menunjuki orang tersebut, tentu bagi yang meminta fatwa harus mengambil pendapat sang mujtahid yang berfatwa dan tidak mengambil pendapat orang awam tersebut. Karena, orang awam itu telah mengakui keilmuan sang mujtahid dan bahwa dia (mujtahid) lebih berilmu. Berarti, orang yang menggunakan akal bukan pada tempatnya ia telah menyalahgunakan dan melakukan kezaliman terhadap akalnya. Sesungguhnya madzhab filsafat dan ahli kalam yang ingin memuliakan dan mengangkatnya demikian perkataan mereka belum dan sama sekali tidak akan mencapai sepersepuluh dari sepersepuluh apa yang telah dicapai Islam dalam memuliakan akal. Kalau kita tidak mau mengatakan mereka telah berbuat jahat dengan sejahat-jahatnya terhadap akal. Dimana mereka memaksa akal masuk ketempat yang tidak mungkin mendapatkan jalan kesana. A. Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu dalam Islam Dalam mengklasifikasi ilmu dalam Islam , sebagai titik tolak dapat menggunakan buku Cassification of knowlegde in Islam karya Osman Bakar yang sudah terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kudul Hierarki Ilmu , membangun Rangka-pikir Islamisasi Ilmu menurut al-Farabi, al-Ghazali dan Quthb al-din al-Syirazi, 300 halaman (1997). 1. Menurut al-Farabi, klasiifikasi dan perincian ilmu adalah sebagai berikut : a.) Ilmu Bahasa, b) Logika, c) Matematis,d) Metafisika, e)Ilmu Politik, Ilmu Fikih dan Ilmu Kalam. 2. al-Ghazali dalam beberapa karyanya menyebutkan empat klasifikasi yaitu : 1) ilmuilmu teoritis dan praktis, 2) ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai, 3) ilmu-ilmu 62 keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual, 4)ilmu fardu ’ain (kewajiban setiap orang) dan ilmu fardu kifayah (kewajiban masyarakat) 3. Qurtubuddin al-Syirazi menyajikan klasifikasi ilmu sebagai berikut. 1)Ilmu-ilmu filosofis (kefilsafatan) yang dibagi menjadi ilmu teoritis dan praktis, 2) Ilmu-ilmu non filosofis. Ilmu-ilmu ini diistilahkan sebagai ilmu-ilmu religius. Demikian klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam menurut ilmuwan dan cendekiawan . B. Kewajiban Menuntut Ilmu Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar (‘Allamahu alBayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar. Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam. Dalam surat Al-‘Alaq, Allah SWT memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan kata qalam yang dapat kita artikan 63 sebagai alat untuk mencatat dan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya. Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah SWT adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah SWT adalah mereka yang berilmu. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negaranegara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negaranegara Islam. Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah. Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita 64 sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan ibadahibadah yang lainnya dengan benar. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senang dan sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”. Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang bermanfaat. Dalam ajaran Islam bahawa orang dikatakan bertakwa apabila mempunyai tiga hal yang senantiasa sinergis berjalan dalam kehidupan yaitu Iman, ilmu Amal, yaitu jika seseorang mengatakan dirinya beriman maka keimanan tersebut harus di landasi dengan ilmu, karena jika hanya orang cukup beriman kepada Allah saja tidak disertai dengan ilmu yang cukup maka ibarat orang berjalan tanpa arah maka dikhawatirkan orang tersebut akan tersesat. Namun daripada itu jika seseorang sudah beriman dan berilmu namun tidak pernah diamalkan ilmu yang dia dapat maka orang tersebut digolongkan kedalam orang-orang yang merugi. Jadi tiga hal yang telah disebutkan diatas harus selalu berjalan seiring sejalan dan sinergis dalam menjalani kehidupan di dunia sehingga kelak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. IMAN AMAL ILMU 65 Hubungan Integratif Iman, Ilmu dan Amal F. Studi Kasus, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pada uraian ini kita akan membahasa studi kasus, Islam sebagai disiplin ilmu yaitu dimaksudkan untuk membicarakan kasus tertentu di bidang ilmu yang dipelajari, hubungannya dengan agama Islam, kajian ajaran Islam dalam konteks ilmu tempat mata kuliah agama Islam diselenggarakan, karena itu disebut Agama Islam kontekstual, agama Islam Kontekstual sama atau hampir sama isinya dengan islam untuk disiplin Ilmu, misalkan dalam mengkaji ilmu kesehatan ditinjau dari perspektif islam, kajian ilmu Sains & Teknologi dari perspektif islam, dimana displin ilmu yang dipelajari dikaitkan dengan paradigma ajaran Islam, sehingga akan didapat interkoneksitas disiplin ilmu yaitu ilmu kesehatan, ilmu Sains & Teknologi, ilmu teknologi informasi, ilmu sosiologi dalam ilmu Al-Qur’an dan hadist dalam bingkai ajaran islam Dalam hubungan disiplin ilmu dengan sumber ajaran islam diharapkan, ilmu yang dipelajari atau dikembangkan selalu berorientasi pada aturan yang ada dalam ajaran Islam, sehingga semangat untuk membumikan islam dalam segala bidang dapat tercapai, dan inilah paradigma Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin Dalam hal lain, contohnya yaitu tentang akal, dimana penggunaan akal/nalar sangat dianjurkan dalam agama Islam, namun dalam penggunaannya tentunya ada Instrumeninstrumen lain yang menjadi kerangkanya yaitu antara fikir dan dzikir, kedua pola ini harus saling melengkapi, misal Islam sebagai disiplin Ilmu tentang akal yaitu termasuk kajian dalam ilmu filsafat, jika filsafat yang selalu diback-up dengan agama, maka penggunaan logika atau akal bisa di batasi dalam konteks yang di ijinkan oleh agama, disiplin itu bisa disebut Filsafat Islam. Yaitu jika dalam wilayah tertentu Islam dapat dilogikakan, namun pada wilayah keyakinan/ keimanan tentang yang ghaib mungkin tidak bisa dilogikakan, sebagai contoh ada surga dan neraka, siksa kubur, dll. Ada Beberapa contoh Islam sebagai Disiplin Ilmu sebgai berikut : 66 1. Islam untuk Disiplin Ilmu fislsafat 2. Islam untuk disiplin Ilmu Hukum, sosial, Politik 3. Islam untuk disiplin Ilmu sains & Teknologi 4. Islam untuk disiplin ilmu kedokteran 5. Islam untuk disiplin ilmu Gizi 6. Islam untuk disiplin ilmu Teknologi dan informasi 7. Islam untuk disiplin ilmu Pengentahuanb Alam dan Teknologi 8. Islam untuk disiplin ilmu Bahasa 9. Islam untuk disiplin ilmu ekonomi 10. Islam untuk disiplin ilmu pertanian 11. Islam u Islam untuk disiplin ilmu Sejarah 12. Islam untuk disiplin ilmu Sosiologi 13. Islam untuk disiplin ilmu Budaya Konsep dalam Islam Disiplin Ilmu (IDI) di perguruan tinggi kerangka pikirnya adalah AlQur’an dan Hadist yang memuat prinsip-prinsip atau embrio/benih ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist adalah agama Islam yang wajib dipelajari oleh setiap pemeluk agama Islam yang mempunyai sifat tidak berubah-ubah sepanjang masa di setiap zaman. Karena itu disebutkan dalam konferensi Pendidikan Islam se- Dunia di Mekkah pada tahun 1977 yaitu Perennial knowledge dalam kepustakaan ilmu dapat diartikan sebuah ilmu yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya, ladduni, ilmu wahyu, ilmu naql, karena sifatnya abadi, kekal, tidak berubah-ubah ini dijadikan asas atau dasar, fundamen ilmu-ilmu yang berasal dari akal, pikiran manusia. Ilmu yang berasal dari pikiran manusia disebut acquired knowledge yang mempunyai sifat berubah-ubah dan berkembang terus-menerus selaras dengan perkembangan pemikiran manusia dan masyarakat, di dalam kajian kepustakaan disebut dengan ilmu hasil penalaran manusia yaitu ilmu insani, kisbi, ilmu rakyu, ilmu akal dan lain-lainnya. 67 Disiplin Ilmu Agama Akhlak Bahasa ....Dsb Sosial Syari’ah Ilmu ilahi = agama Islam Hukum Pendidikan Pertanian Teknik Kedoteran Ilmu Insani = ilmuilmu hasil penalaran manusia Akidah 68 3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. 69