MAKALAH BIOKIMIA NUTRISI PENCERNAAN PROTEIN,KELEBIHAN&KEKURANGAN KONSUMSI PROTEIN OLEH NIA RAHMAWATI J1A017070 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2020 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia di bidang pangan dan gizi difokuskan pada peningkatan ketahanan pangan masyarakat serta peningkatan pendapatan produsen dan konsumen. Pembangunan pangan dan gizi secara menyeluruh mencakup kegiatan produksi, distribusi, pemasaran dan konsumsi masyarakat. Syarat utama dalam mencapai ketahanan pangan diperlukan kemandirian penyediaan pangan pada skala nasional, domestik, rumah tangga dan individu. Ketahanan pangan yaitu situasi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi masing-masing individu sehingga dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dan dapat hidup sehat Karakteristik Dan Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga dengan gizi seimbang. Hal ini dapat tercapai melalui ketepatan dan ketersediaan kuantitas dan kualitas pangan dengan harga yang terjangkau, efektifitas sistem distribusi bahan pangan ke seluruh wilayah, dan keamanan bahan pangan (Saliem dkk., 2002) Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah pemukiman kumuh daerah perkotaan, wilayah yang sering dilanda musim kering (NTB dan NTT). Dimana kondisi masyarakat tersebut banyak yang kekurangan gizi, banyak balita yang terkena gizi buruk. Gizi buruk / gizi kurang sering terjadi karena makanan yang tidak seimbang, terutama dalam hal protein. Asupan tinggi protein dapat menimbulkan keseimbangan nitrogen positif atau netral, namun kadang-kadang diet tinggi protein dengan nilai biologi rendah menimbulkan keseimbangan nitrogen negatif . Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara asupan energi dan protein yang rendah dengan menurunnya serum kreatinin, albumin, dan berat badan.(Azizah, 2007). Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan metabolisme di dalam tubuh, protein menyumbang paling besar kalori di dalam tubuh dibandingkan dengan asupan makanan penghasil energi lain seperti karbohidrat dan lemak. Berdasarkan asalnya, protein dibedakan menjadi protein nabati dan hewani. Protein nabati berasal dari tumbuhan misalnya kacang-kacangan, tahu, tempe, oncom dan kecap. Protein hewani berasal dari hewan misalnya ikan, daging ayam, daging sapi, keju, cumi-cumi, udang dan telur. Protein hewani memiliki susunan asam amino yang lebih kompleks daripada susunan asam amino pada protein nabati, sehingga kualitas (nilai gizi) protein hewani lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati (Diana, 2009). BAB II PEMBAHASAN Pengertian Protein Protein merupakan nutrien yang amat penting bagi tubuh karena fungsinaya sebagai sumber energi dalam tubuh dan juga sebagai zat pembangun. Protein sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O dan N. Molekul protein mengandung fosfor,belerang,dan jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Sumber protein hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, kerang dan ikan. 2 katagori penentu nilai kualitas protein yaitu kecernaan dan komposisi kimiawinya. Pada umumnya,protein hewani mempunyai profil asam amino yang baik dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan protein nabati. Konsumsi makanan bagi setiap orang terutama anak harus selalu memenuhi kebutuhan. Konsumsi makanan yang kurang akan menyebabkan ketidakseimbangan proses metabolisme di dalam tubuh (Hartati, 2006). Komponen Protein Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino. Sebagaimana unsur organik lainnya, komponen penyusun protein terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Selain itu, ciri khas komponen asam amino yang tidak dimiliki oleh unsur lemak ataupun karbohidrat adalah adanya unsur nitrogen (N) yang memberikan kontribusi 16% terhadap berat protein. Beberapa asam amino juga mengandung Sulfur (S), zat besi (Fe), Cobalt (Co), dan Fosfor (P). Asam amino merupakan kesatuan gugus yang mengandung satu gugus asam (Karboksil –COOH), satu gugus basa (Amino –NH2), satu gugus radikal (–R), serta satu atom hidrogen (–H). Gugus R merupakan unsur pembeda antar asam amino, yaitu membedakan dalam hal ukuran, bentuk, muatan dan aktivitas protein. Dalam membentuk protein, asam-asam amino berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida, yaitu ikatan C–O–N–H dengan melepaskan satu molekul air. Satu molekul protein dapat terdiri dari 12 – 18 asam amino. Terdapat kurang lebih 20 jenis asam amino, 10 di antaranya bersifat esensial. Proses Pencernaan Protein Penguraian protein dalam sistem pencernaan manusia melibatkan seluruh organ pencernaan dan kerja dari enzim-enzim protease melalui serangkaian proses. Rangkaian dari proses pencernaan protein dalam tubuh manusia tersebut dimulai dari rongga mulut. Adapun Rangkaiannya sebagai berikut : Pada Rongga Mulut dan Kerongkongan, proses pencernaan protein melibatkan kerja gigi dan ludah. Gigi dalam hal ini berfungsi untuk memperkecil ukuran makanan sedangkan ludah berguna dalam mempermudah lewatnya makanan yang dikunyah untuk melewati kerongkongan. Baik di rongga mulut, maupun dalam kerongkongan, protein secara khusus belum mengalami proses pencernaan yang sebenarnya Pada lambung protein yang tertampung akan bereaksi dengan enzim pepsin yang berasal dari getah lambung. Enzim pepsin sendiri hanya akan terbentuk jika asam lambung (HCl) menemukan protein dan melakukan penguraian rangkaiannya. Penguraian rangkaian protein dalam lambung secara biokimia akan menstimulasi pepsin pasif menjadi pepsin aktif. Enzim pepsin memecah ikatan protein menjadi gugus yang lebih sederhana, yaitu pepton dan proteosa. Kedua gugus ini merupakan polipeptida pendek yang masih belum dapat diabsorpsi oleh jonjot usus. Usus Halus, polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi enzim pepsin dan protein kemudian akan bercampur dengan enzim protease (erepsin) di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas yang disalurkan ke usus halus melalui dinding membran. Protease mengandung beberapa prekursor yang antara lain prokarboksipeptidase, kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase, dan collagenase. Masing-masing prekursor protease ini akan menghidrolisis polipeptida menjadi jenis asam amino yang berbeda-beda. Prokarboksipeptidase menguraikan asam amino dari ujung karboksil polipeptida. Kimotripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino methionine, tryptophan, tyrosine, asparagine, phenylalanine, dan histidine. Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine dan lysine. Proelastase dan collagenase menguraikan polipeptida menjadi tripeptida dan polipeptida yang lebih kecil. Setelah protein berhasil diurai menjadi asam amino, selanjutnya jonjot usus yang terdapat pada dinding usus penyerapan (ileum) akan menyerap asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein untuk dikirimkan melalui aliran darah ke seluruh sel-sel di tubuh kita. Usus Besar dan Anus dihasilkan dari proses pencernaan protein memiliki jumlah yang berlebih, asam amino tersebut kemudian akan dirombak menjadi senyawasenyawa seperti amoniak (NH3) dan amonium (NH4OH). Pada tahap selanjutnya, semua senyawa ini kemudian dibuang melalui saluran kencing atau bersama dengan feses. Efek Kelebihan Protein untuk Tubuh Beberapa efek samping saat kita mengkonsumsi protein secara berlebuh untuk tubuh yaitu : Efek dari kelebihan mengkonsumsi protein akan menaikkan berat badan. Kita semua tahu bahwa pada diet, protein sangat dibutuhkan karena memberikan efek kenyang lebih lama sehingga mencegah kita untuk makan banyak. Bila seseorang mengkonsumsi banyak protein dalam makanannya dari yang dapat digunakan jaringannya, sebagian besar dari jumlah yang berlebihan ini disimpan sebagai lemak. Penyakit Ginjal dan Kanker Asupan berlebihan akan protein mampu memicu konversi protein menjadi lemak dan gula. Otomatis kondisi seperti ini membuat kadar gula darah meningkat sehingga berisiko mengidap diabetes. Penting untuk diwaspadai juga bahwa saat konsumsi protein terlalu tinggi, produk limbah nitrogen yang akan dibuang tubuh dari dari menjadi lebih banyak sehingga akan memberi beban pada fungsi ginjal. Kerusakan Otak dan Hati Tak hanya pada organ ginjal, sistem saraf otak juga bisa terancam. Organ hati akan memroses dan menghasilkan racun ketika kita mengonsumsi protein dan sewaktu protein menjadi berlebihan di dalam tubuh, ini justru menjadi pemicu adanya penimbunan racun pada organ liver. Efek lainnya yang dapat terjadi adalah aliran darah yang ikut rusak sehingga fungsi otak dan hati kemudian menjadi tak seimbang. Potensi Osteoporosis biasanya lebih dikaitkan dengan kekurangan kalsium atau kalium, tapi rupanya efek kelebihan asupan protein juga memengaruhi kepadatan mineral tulang. Konsumsi protein dalam jumlah banyak, khususnya protein hewani, risiko tulang keropos menjadi meningkat. Peningkatan Kadar Kolesterol adalah naiknya kadar kolesterol yang lebih dipicu oleh konsumsi protein hewani. Kolesterol tinggi bisa menjadi pemicu banyak penyakit serius, seperti hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, asam urat, hingga stroke. Arteri dapat mengeras dan inilah yang menjadi penyebab seseorang terkena serangan jantung juga. Dehidrasi Protein yang tinggi di dalam tubuh pun ada hubungannya dengan dehidrasi atau kurangnya cairan. Kinerja tubuh dalam menjalankan fungsinya sebagai pembangun jaringan menjadi lebih berat karena adanya protein yang lebih. Jika sudah kekurangan protein masih juga kekurangan air, tubuh berpotensi mengalami dehidrasi. Penurunan Ketosis memiliki efek tak baik bagi kesehatan tubuh jika konsumsi dalam jangka waktu lama karena jumlah ketosis yang tubuh hasilkan akan semakin menurun. Penurunan jumlah ketosis jelas akan berimbas pada kesehata, seperti mulai melemahnya tubuh, perkembangan otot yang tidak disertai dengan fungsi yang normal, serta masalah daya tahan tubuh. Efek Kekurangan Protein Untuk Tubuh Asupan protein yang kurang dari kebutuhan protein harian bisa menimbulkan sejumlah efek pada kesehatan kit antara lain : Edema yaitu kondisi adanya penimbunan cairan penyebab bengkak di bagian pergelangan kaki, tangan, serta kelopak mata. Edema pada umumnya dipicu oleh datang bulan, kehamilan, perubahan hormonal dan juga efek samping dari konsumsi makanan asin, obat-obatan tertentu, serta kurangnya protein dalam tubuh. Kekeringan Kulit Protein mendukung kesehatan kulit dan bila sampai asupannya berkurang atau terlalu rendah, maka ruam dan kekeringan akan muncul pada kulit. Pada anemia protein diperlukan tubuh bersama dengan zat besi yang fungsinya sebagai pembentuk sel darah merah. Maka ketika asupan protein tidaklah cukup atau tidak sesuai kebutuhan harian yang direkomendasikan, anemia atau kurang darah pun menjadi risikonya. Kerontokan Rambut didukung oleh zat protein. Jadi bila asupan protein kurang di dalam tubuh, rambut pun menjadi lebih mudah rontok. Tak hanya rambut, bagian lain yang penting dan bisa kehilangan kekuatan karena protein yang rendah adalah kuku. Dalam melakukan penurunan berat banyak dilakukan diet rendah protein. Namun penting untuk diingat bahwa rendahnya protein sama dengan adanya kekurangan dan ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Tubuh memerlukan protein bukan tanpa alasan, melainkan untuk membentuk dan menguatkan jaringan otot supaya tubuh dapat diajak beraktivitas dengan baik. Kesulitan tidur di malam hari bisa dipicu oleh serotonin yang kurang di dalam tubuh; serotonin ini adalah hormon yang bertugas untuk mengontrol suasana hati. Serotonin dapat menjadi rendah diakibatkan oleh asupan asam amino tertentu yang juga kurang. Produksi asam amino ini adalah saat terjadinya pemecahan protein yang artinya kesulitan tidur dapat menjadi efek dari kekurangan protein. Insomnia adalah sebutan lain untuk gangguan tidur seperti ini dan untuk mengatasinya, segelas susu dapat dikonsumsi setiap akan berangkat tidur. Saat gampang kelelahan maka diperukan protein supaya karbohidrat dapat dilepaskan menjadi energi atau tenaga bagi tubuh. Jadi jika tubuh menjadi gampang lelah dan lemas, ini ada kaitannya dengan asupan protein yang kurang serta tak dapat dikonversi secara sempurna ke dalam bentuk tenaga. Tubuh saat kekurangan karbohidrat juga akan memanfaatkan protein untuk menyimpan cadangan tenaga sehingga tubuh akan tetap mampu melakukan segala kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Rahmadina .2019. Biokimia Dalam Kehidupan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara . Medan Azizah,N .2007. Hubungan Asupan Protein terhadap Kadar Urea Nitrogen, Kreatinin, dan Albumin Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Diana, F.M. 2009. Fungsi dan Metabolisme Protein dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.4, No.1. Hartati Y. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Ikan dan Status Gizi Baduta 1 – 2 Tahun Di Kecamatan Gandus Kota Palembang Tahun 2005. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. I Gunnarsdottir, I Thorsdottir. Relationship Between Growt and Feeding in Infancy and Body Mass Index at The Age of 6 year. Dikutip 24 Oktober 2020. Diunduh dari http://www.nature.com/ijo/journal/v27/n12/full/0802438.html. Murray, K. 2004. Harper Biochemestry, twenty sixth edition. Mc Graw Hill Companie; New York. Saliem, H.P., Ariani, Y. Marisa, T.B.Purwantini. 2002. Analisis Kerawanan Pangan Wilayah dalam Perspektif Desentralisasi Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Samuelson. 1996. Macro Economy. Alih bahasa Fredi Saragi