Uploaded by User27999

Pencemaran Air-Profil Pencemaran Perairan Sungai Siak (Kelompok 3)

advertisement
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Pencemaran Air:
Profil Pencemaran Perairan Sungai Siak
OLEH KELOMPOK 3:
1. Putria Syabani
2. Reby Oktarianda
3. Sri Ramadhani
(1910247093)
(1910247115)
(1910247125)
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
1
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Pencemaran Air: Profil Pencemaran Perairan Sungai Siak
Latar Belakang
Air merupakan hajat utama setiap mahluk hidup. Daya akses terhadap air,
dipengaruhi oleh siklus hidrologi. Namun di Indonesia sendiri banyak aliran sungai
yang tercemar berat. Pencemaran sungai yang terjadi di Indonesia dinilai cukup tinggi
dan masih terjadi hingga saat ini. Hasil pemantauan KLHK (2018) yang tersebar di 34
provinsi menunjukkan bahwa 67.94% ekosistem sungai di seluruh Indonesia telah
tercemar berat. Hanya 2.30 % yang memenuhi baku mutu, sisanya tercemar ringan
(6.13%), dan sedang (23.62%). Tak terkecuali di Provinsi Riau yang juga memiliki 4
(empat) sungai besar dalam kondisi tercemar. Satu diantaranya adalah Sungai Siak.
Berdasarkan data yang dihimpun kondisi Sungai Siak tergolong tercemar berat.
Sungai Siak merupakan salah satu sungai besar di Provinsi Riau dengan panjang
mencapai 300 Km. Aliran Sungai Siak secara keseluruhan berada di Wilayah Provinsi
Riau dengan melewati beberapa kabupaten/kota. Bagian Hulu hingga hilir Sungai Siak
melewati Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten
Siak, dan Kabupaten Bengkalis. Sungai Siak mempunyai peranan penting diantaranya
adalah sebagai daerah tampungan dalam daur hidrologi yang berasal dari berbagai
kegiatan industri, pertanian, perkotaan, dan lain sebagainya. Sejalan dengan
perkembangan tuntutan kebutuhan dan keinginan dalam memanfaatkan sumber daya
alam Sungai Siak secara maksimal, maka akan meningkatkan beban lingkungan berupa
limbah yang diterima Sungai Siak. Masuknya limbah ke sungai dari berbagai aktivitas
manusia akan mengakibatkan terjadinya perubahan kualitas perairan. Menurut
Suwondo et al. (2004) penurunan kualitas perairan sampai pada tingkat tertentu akan
menyebabkan air tidak dapat berfungsi seperti peruntukannya.
Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
faktor-faktor penyebab pencemaran Sungai Siak, dampak yang ditimbulkan dari
pencemaran Sungai Siak, dan upaya penanganan dari pencemaran Sungai Siak. Secara
singkat rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
2
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan pencemaran Sungai Siak?
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat penurunan kualitas perairan
Sungai Siak?
3. Bagaimanakah peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi
masalah pencemaran Sungai Siak?
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah memperoleh
pengertian mengenai dampak pencemaran air terhadap kualitas perairan Sungai Siak
serta upaya pengendalian yang perlu diambil baik yang sudah berjalan atau yang
seharusnya dijalankan oleh pemerintah.
Gambaran Umum Sungai Siak
Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan
kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang 300 kilometer, sungai Siak melewati
empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu
kabupaten Rokan Hulu, kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan
Kota Pekanbaru dimana seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi
Riau.
Cakupan DAS Siak meliputi Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar,
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kota Pekanbaru. Dari keseluruhan wilayah
DAS Siak dibagi kedalam dua wilayah, yaitu wilayah bagian hulu dan hilir. Wilayahwilayah yang tercakup dalam masing-masing bagian DAS Siak, yaitu:
▪
Bagian Hulu
Bagian hulu dari DAS Siak adalah dari dua sungai yaitu Sungai Tapung Kanan
yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Hulu
Kabupaten Kampar, dan Sungai Tapung Kiri yang termasuk dalam wilayah Tandun
Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar. Kedua sungai
menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru pada Sungai
Siak Besar.
3
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
▪
Bagian Hilir
Bagian hilir dari DAS Siak adalah pada Sungai Siak Besar yang terletak di Desa
Palas (Kabupaten Kampar)-Kota Pekanbaru–Kota Perawang (Kabupaten Siak)–Kota
Siak Sri Indrapura dan bermuara di Tanjung Belit (Sungai Apit, Kabupaten Siak).
Permasalahan Sungai Siak
Sungai Siak adalah salah satu sungai besar yang mengalir di Provinsi Riau (Kasry
et al. 2005). Dibandingkan dengan sungai-sungai lain di Indonesia, Sungai Siak juga
merupakan sungai yang paling dalam di Indonesia. Secara administratif Sungai Siak
melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota
yaitu kabupaten Rokan Hulu, kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten
Kampar dan Kota Pekanbaru. Melihat jangkauan aliran Sungai Siak yang sangat
Panjang, yakni ±300 km menjadikan Sungai Siak merupakan sungai yang penting
keberadaannya di Provinsi Riau. Hal ini mengingat Sungai Siak biasa dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan masyarakat yang hidup di sepanjang sungai. Air Sungai Siak
antara lain digunakan sebagai sumber air minum, mandi, mencuci perkakas dapur
dalam rumah tangga, habitat ikan, sumber bahan baku industri, dan transportasi.
Gambar 1.
Sungai Siak
(Sumber: siakkab.go.id)
Dengan serbagunanya Sungai Siak digunakan maka pemanfaatkan sumber
daya alam Sungai Siak secara maksimal tidak dapat dihindari dan hal ini berakibat
terjadinya tekanan terhadap ekosistem Sungai Siak, yakni persoalan pencemaran air.
4
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan adalah pencemaran air melalui
sungai yang dikarenakan aktifitas masyarakat, industri, dan kegiatan transportasi
sebagai kegiatan yang semakin meningkat (Darmono, 2001).
Dikutip dari pemberitaan di media bahwa Gubernur Riau H. Syamsuar ingin
mengatasi duduk persoalan Sungai Siak, “Sungai Siak ini sudah tercemar. Saya akan
dudukkan masalah ini dengan Pemko dan Pemkab.” (GagasanRIau.com). Pernyataan
Gubernur Riau jelas mengatakan bahwa terdapat permasalahan pencemaran air di
Sungai Siak. Kondisi Sungai Siak saat ini tergolong tercemat berat (Direktorat
Pengendalian Pencemaran Air, 2018; Putri et al. 2014; Amri, 2007).
Berdasarkan hasil analisis kualitas air Sungai Siak yang dilakukan Direktorat
Pengendalian Pencemaran Air (2018) menunjukkan bahwa parameter BOD, COD, dan
Total Coliform tidak memenuhi baku mutu kualitas air sungai kelas II PP 82 Tahun 2001
tentang Pengendalian dan Pencemaran Air. Lebih lanjut Direktorat Pengendalian
Pencemaran Air (2018) melakukan perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA).
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan menggunakan 7 (tujuh) parameter, yaitu
TSS, DO, BOD, COD, total fosfat, fecal colifom, dan total coliform. Nilai indeks
pencemaran air Sungai Siak di Kota Pekanbaru disajikan pada Gambar 2.
40.00
35.44
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
21.60
22.63
y = 7.564x - 4.186
R² = 0.9394
5.01 10
5
1
7.85 10
2013
2014
5
1
10
10
10
5
1
5
1
5
1
2015
2016
Sei. Siak
Memenuhi Baku Mutu (<1)
Tercemar Ringan (1-5)
Tercemar Sedang (5-10)
Tercemar Berat ( >10)
Linear (Sei. Siak)
2017
Gambar 2. Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Siak Tahun 2013-2017
(Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018)
5
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Amri (2007) melaui temuannya menjelaskan bahwa menurunnya kualitas
perairan Sungai Siak berhubungan dengan banyaknya aktivitas yang terdapat pada
DAS Siak. Adapun aktivitas di sepanjang DAS Siak yang sangat menonjol sejak tahun
2000-2005 antara lain Industri Perkayuan (Sawmill), Pengolahan Karet (Crumb
Rubber), Pulp dan Kertas, Pelayaran Internasional (IMO), Dermaga Untuk Kebutuhan
Sendiri (DUKS), Pemukiman, sumber air minum masyarakat Pekanbaru (PDAM Tirta
Siak), Mandi Cuci Kakus (MCK), Penangkapan ikan secara tradisional, Hutan Tanaman
Industri (HTI), Perkebunan Sawit dan Pabrik Pengolahan Sawit, Penambangan Pasir
dan Kerikil, Cuci Kapal, Dermaga pelayanan masyarakat baik antar pulau maupun antar
negara, serta Kawasan Ekowisata Budaya (Istana Sultan Siak).
Tingginya aktivitas yang terdapat di sekitar daerah sungai akan menyebabkan
besarnya volume limbah yang dihasilkan. Bahan pencemar ini berasal dari aktifitas
perkotaan (domestik), industri, pertanian, dan sebagainya yang terbawa bersama
aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak langsung akan menyebabkan
terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik, kimia, dan biologi pada perairan
sungai yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran. Pencemaran pada badan air
yang terjadi secara berlanjut akan mengakibatkan turunnya kualitas air sampai
ketingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Gambar 3. Ilustrasi pembuangan limbah cair ke badan perairan
(sumber: infosawit.com)
6
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Dampak Pencemaran
Akibat memburuknya kualitas perairan Sungai Siak mengakibatkan berbagai
dampak merugikan pada beberapa aspek, diantaranya; (a) kesehatan; (b) aspek
ekologi, dan; (c) aspek ekonomi dan sosial.
a. Aspek Kesehatan
Dampak pencemaran perairan Sungai Siak mengakibatkan kualitas air menjadi
menurun sehingga pemanfaatan Sungai Siak sebagai sumber air bersih, mandi, dan
lain-lain tidak dapat digunakan. Sebagian masyarakat yang bermukim di pinggiran DAS
Siak memanfaatkan Sungai Siak sebagai sebagai sumber air. Air sungai yang mereka
gunakan untuk mandi dan cuci telah mengalami pencemaran dan sumber air yang
tercemar dapat menyebabkan berbagai macam gangguan penyakit, salah satu
diantaranya adalah gangguan kulit dan diare. Penelitian yang dilakukan oleh
Wangsaatmaja dalam Cahyaning et al. (2009) di bantaran Sungai Citarum Jawa Barat
telah dibuktikan ada hubungan yang bermakna antara lokasi disepanjang sungai
Citarum Hulu (hulu-hilir) dengan kejadian penyakit bawaan air.
Ismi et al. (2012) melaporkan bahwa masyarakat yang tinggal di pinggiran
Sungai Siak mengalami gangguan kulit karena dermatitis kontak dengan air Sungai
Siak. Harahap (2000) menyebutkan penyakit kulit erat kaitannya dengan kualitas air di
suatu daerah. Lebih lanjut Cahyaning et al. (2009) melaporkan melaporkan bahwa
masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Siak mengalami gangguan diare (43%)
akibat pemanfaatan air Sungai Siak sebagai sumber air minum. Gangguan diare
diakibatkan oleh total jumlah bakteri (coliform) yang berlebihan pada badan perairan
(Prayitno dalam Arisanty et al. 2017). Adrianto (2018) menyebutkan coliform
merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator dimana
bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Adapun kualitas perairan Sungai Siak
berdasarkan parameter fecal coliform dan total coliform melebihi baku mutu PP No 82
7
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Tahun 2001 tentang Pengendalian dan Pencemaran Air. Adapun nilai fecal Coliform
dan Total Coliform disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas perairan Sungai Siak berdasarkan parameter fecal Coliform dan Total
Coliform
Parameter
Fecal Coliform
(Jml/100 ml)
Total Coliform
(Jml/100 ml)
Baku mutu
PP 82 2001
(Kelas II)
Tahun
2013
2014
2015
2016
2017
1.000
-
-
na
2.559
7.938
5.000
4.978
7.307
6451
14.349
38.946
(Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018)
Meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi pada suatu kawasan menjadi
faktor yang mengakibatkan tingginya kadar fecal coliform dan Total coliform pada
suatu badan perairan. Hal ini sejalan dengan pandangan Kalaivani et al. (2014) bahwa
urbanisasi dan industrialisasi sangat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri
coliform pada perairan.
b. Aspek Ekologi
Perubahan kualitas perairan Sungai Siak yang tergolong tercemar berat tentu
akan berdampak terhadap kehidupan biota peraiaran di dalamnya. Hal ini
mengakibatkan populasi ikan yang menyebabkan menurunnya populasi ikan yang
hidup di perairan sungai Siak. Iskandar dan Dahiyat (2012) mencatat terdapat 36 jenis
ikan di Sungai Siak dengan populasi ikan yang masih cukup dominan di antaranya ikan
juaro, pantau, rasau, udang galah, dan udang kecil. Keanekaragaman jenis ikan di
Sungai Siak bila dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya, seperti sungai di Siberida,
termasuk kategori rendah.
Rendahnya jumlah ikan di badan perairan dipengaruhi oleh kandungan zat
yang terkadung di dalam perairan. Zat tersebut berperan penting untuk
melangsungkan kehidupan biota perairan. Adapun zat penting di dalam perairan
adalah kandungan pH, TSS, DO, BOD, dan COD. Adapun nilai kandungan kualitas air
Sungai Siak berdasarkan parameter pH, TSS, DO, BOD, dan COD disajikan pada Tabel
2.
8
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Tabel 2. Nilai kandungan kualitas air Sungai Siak
Parameter
pH
TDS (mg/L)
TSS (mg/L)
DO (mg/L)
BOD (mg/L)
COD (mg/L)
Minyak dan Lemak
(Mg/L)
Baku mutu
PP 82 2001
(Kelas II)
Tahun
2013
2014
2015
2016
2017
6-9
1.000
50
4
3
25
6,09
41,57
11,47
5,78
13,45
59,32
5,98
71,17
13,80
5,65
17,31
77,91
6,30
69,26
17,27
5,26
42,90
139,39
5,95
3,26
10,00
5,38
0,02
2,90
6,23
59,62
48,46
3,73
14,44
43,39
1,0
1,94
3,09
7,377
1,450
2,69
(Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018)
Dengan melihat kadar bahan organik yang dinyatakan oleh parameter BOD dan
COD yang relatif tinggi, maka kandungan zat anorganik NH3 dan H2S akan tinggi pula.
NH3 dan H2S, merupakan hasil penguraian bahan organik menjadi anorganik, masingmasing secara aerob dan anaerob. Keduanya merupakan bahan beracun bagi ikan,
apabila kandungannya tinggi, kandungan NH3 mencapai 1 ppm akan mematikan ikan.
Selain itu kadar COD tinggi juga mengakibatkan kandungan DO yang rendah.
Hal ini dikarenakan nilai COD ditentukan oleh faktor buangan yang dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia dan menggunakan oksigen yang terdapat di perairan tersebut.
Artinya bila kandungan COD tinggi maka nilai DO akan semakin rendah karena pada
daerah ini nilai kecukupan oksigennya tidak memadai. Pada Tabel 2 menunjukkan
meskipun nilai DO masih memenuhi nilai baku mutu (4) namun nilainya masih sangat
sedikit (3,73 sd 5,78) untuk mendukung kehidupan biota perairan.
c. Aspek Ekonomi dan Sosial
Akibat terjadinya pencemaran air sungai, telah menyebabkan jenis-jenis ikan
dan udang berkurang di sungai Siak. Jumlah populasi ikan dan udang yang berkurang
ini memiliki konsekuensi terhadap hasil tangkapan dan pendapatan keluarga
penduduk desa yang bermukim di desa-desa pinggiran Sungai Siak. Iskandar dan
Hidayat (2012) melaporkan bahwa terdapat perbedaan jumlah tangkapan ikan dan
udang sekarang dengan jumlah tangkapan 10 tahun yang lalu sangat berbeda sejak
adanya pencemaran di Sungai Siak. Dulunya tangkapan ikan dan udang yang diperoleh
dapat menopang kehidupan ekonomi dari nelayan sekarang hal itu tidak
9
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
memungkinkan lagi karena penurunan jumlah tangkapan. Jumlah tangkapan yang
menurun menyebabkan pendapatan nelayan berkurang bahkan ada beberapa dari
nelayan yang beralih profesi.
Upaya Penanganan Pencemaran
Menurunnya tangkapan jumlah ikan oleh masyarakat membuat masyarakat
setuju adanya perbaikan terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak (Iskandar dan
Hidayat, 2012). Masyarakat menginginkan perbaikan pada kondisi air sungai karena air
sungai sudah tercemar parah oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di
sekitar Sungai Siak. Masyarakat juga menginginkan peran serta dari pemerintah dalam
penanganan pencemaran pada sungai tersebut.
Sejak tahun 2006 pemerintah telah memilki upaya sadar di dalam
mengendalikan pencemaran Sungai Siak. Hal ini ditandai dengan adanya 12 Program
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak. Diantaranya sebagai berikut:
1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal
2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan
3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat
4. Pengembangan tempat pengolahan sampah terpadu
5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri
6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri
7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan
8. Pengembangan sistem informasi lingkungan
9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program
10. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk industri
kecil/ menengah
11. Evaluasi dan penyempurnaan implementasi pemantauan kualitas air yang telah
berjalan
12. Pemantauan rutin kualitas limbah cair dan Pengembangan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas air dan limbah cair, serta laboratorium terakreditasi
10
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Meskipun Pemerintah Riau telah memilki 12 jenis program pengendalian
pencemaran air Sungai Siak namun di dalam pelaksanaannya terdapat banyak kendala.
Putri (2011) melaporkan beberapa kendala yang dihadapi Pemerintah Provinsi Riau di
dalam proses pelaksanaan, diantaranya:
1. Koordinasi tidak berjalan lancar antara pemerintah Provinsi dengan Kabupaten/
Kota.
2. Rapat koordinasi tidak berjalan lancar antar pemerintah kabupaten/kota dengan
pihak provinsi.
3. Kurangnya sumber daya manusia.
4. Keterbatasan Dana.
5. Sumber daya alam yang belum tersedia.
Melihat kenyataan di atas maka diperlukan kemauan politik (political will) di
dalam melaksanakan program yang sudah dicetuskan agar kualitas peraian Sungai Siak
dapat berangsur kembali baik (tidak tergolong tercemar berat). Untuk menyelesaikan
permasalahan kebijakan pengendalian pencemaran air sungai siak ini diharapkan
untuk diibuatnya suatu badan yang khusus menangani pencemaran yang terjadi di
DAS Siak, yang mempunyai legalitas dan sebaiknya program awal pengendalian
pencemaran air Sungai Siak ini di tujukan terlebih dahulu pada perubahan pola hidup
masyarakat sekitar sungai.
Setiap pemerintah yang mempunyai kepentingannya masing-masing sebaiknya
lebih memperhatikan dampak dari kepentingan tersebut terhadap lingkungan
khusunya
untuk
kelestarian
sungai.
Antara
Pemerintah
provinsi
dengan
kabupaten/kota juga harus menjaga hubungan yang harmonis, agar koordinasi
berjalan lancar. Untuk pembiayaan program sebaiknya jangan hanya bergantung pada
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
tetapi juga mengajak pihak swasta atau dunia usaha dan masyarakat untuk terlibat di
dalamnya.
11
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Daftar Pustaka
Amri, A.T.H. 2007. Pengendalian Pencemaran dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran
Sungai (DAS) Siak. Jurnal Sains MIPA. Vol. 13 (2): 153-162.
Andrianto, P. 2018. Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform Di Perairan Sungai Provinsi
Lampung. Majalah Teknologi Agro Industri. Volume 10 (1): 1-6.
Arisanty et al. 2017. Analisis Kandungan Bakteri Fecal Coliform pada Sungai Kuin Kota
Banjarmasin. Majalah Geografi Indonesia Vol. 31 (2): (51 - 60)
Cahyaning et al. 2009. Pengaruh Pemanfaatan Air Sungai Siak terhadapPenyakit Diare
dan Penyakit Kulit
pada Masyarakat
Pinggiran Sungai Siak
(Kasus di
Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru). Journal Enivironmental Sciene. Vol 3
(1): 46-57.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press, Jakarta.
Direktorat Pengendalian Pencamaran Air. 2018. Laporan Kinerja (LKj) Direktorat
Pengendalian Pencemaran Tahun 2018. KLHK, Jakarta.
Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Ismi et al. 2012. Analisis Kualitas Air dan Keluhan Gangguan Kulit Pada Masyarakat
Pengguna Air Sungai Siak di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung Rhu
Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak dipublikasikan.
Iskandar dan Dahiyat. 2012. Keanekaragaman Ikan di Sungai Siak Riau. BionaturaJurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 14 (1): 51-58.
Kasry et. al. (2005). Prosiding Seminar Penyelamatan dan Pelestarian Daerah Aliran
Sungai Siak. Unri Press, Pekanbaru.
Kalaivani et al. Microbial Status in River Coom Pollution, Chennai, India. Journal of
Science. Vol 4 (2): 113-116.
Putri et al. 2014. Profil Pencemaran Air Sungai Siak Kota Pekanbaru dari Tinjauan Fisis
dan Kimia. Jurnal Fisika Unand. Vol. 3 (3): 191-197.
Putri, D.A.N. 2011. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran Air Sungai
Siak. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan. Vol. 1 (1): 68-79.
12
Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup
Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si
Suwondo et al. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago, dan Sail Kota
Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos, Jurnal Biogenesis.
Vol 1 (1): 15-20.
13
Download