Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Pencemaran Air: Profil Pencemaran Perairan Sungai Siak OLEH KELOMPOK 3: 1. Putria Syabani 2. Reby Oktarianda 3. Sri Ramadhani (1910247093) (1910247115) (1910247125) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020 1 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Pencemaran Air: Profil Pencemaran Perairan Sungai Siak Latar Belakang Air merupakan hajat utama setiap mahluk hidup. Daya akses terhadap air, dipengaruhi oleh siklus hidrologi. Namun di Indonesia sendiri banyak aliran sungai yang tercemar berat. Pencemaran sungai yang terjadi di Indonesia dinilai cukup tinggi dan masih terjadi hingga saat ini. Hasil pemantauan KLHK (2018) yang tersebar di 34 provinsi menunjukkan bahwa 67.94% ekosistem sungai di seluruh Indonesia telah tercemar berat. Hanya 2.30 % yang memenuhi baku mutu, sisanya tercemar ringan (6.13%), dan sedang (23.62%). Tak terkecuali di Provinsi Riau yang juga memiliki 4 (empat) sungai besar dalam kondisi tercemar. Satu diantaranya adalah Sungai Siak. Berdasarkan data yang dihimpun kondisi Sungai Siak tergolong tercemar berat. Sungai Siak merupakan salah satu sungai besar di Provinsi Riau dengan panjang mencapai 300 Km. Aliran Sungai Siak secara keseluruhan berada di Wilayah Provinsi Riau dengan melewati beberapa kabupaten/kota. Bagian Hulu hingga hilir Sungai Siak melewati Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Bengkalis. Sungai Siak mempunyai peranan penting diantaranya adalah sebagai daerah tampungan dalam daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, perkotaan, dan lain sebagainya. Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan dan keinginan dalam memanfaatkan sumber daya alam Sungai Siak secara maksimal, maka akan meningkatkan beban lingkungan berupa limbah yang diterima Sungai Siak. Masuknya limbah ke sungai dari berbagai aktivitas manusia akan mengakibatkan terjadinya perubahan kualitas perairan. Menurut Suwondo et al. (2004) penurunan kualitas perairan sampai pada tingkat tertentu akan menyebabkan air tidak dapat berfungsi seperti peruntukannya. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai faktor-faktor penyebab pencemaran Sungai Siak, dampak yang ditimbulkan dari pencemaran Sungai Siak, dan upaya penanganan dari pencemaran Sungai Siak. Secara singkat rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 2 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan pencemaran Sungai Siak? 2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat penurunan kualitas perairan Sungai Siak? 3. Bagaimanakah peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi masalah pencemaran Sungai Siak? Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah memperoleh pengertian mengenai dampak pencemaran air terhadap kualitas perairan Sungai Siak serta upaya pengendalian yang perlu diambil baik yang sudah berjalan atau yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah. Gambaran Umum Sungai Siak Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang 300 kilometer, sungai Siak melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu kabupaten Rokan Hulu, kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru dimana seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau. Cakupan DAS Siak meliputi Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kota Pekanbaru. Dari keseluruhan wilayah DAS Siak dibagi kedalam dua wilayah, yaitu wilayah bagian hulu dan hilir. Wilayahwilayah yang tercakup dalam masing-masing bagian DAS Siak, yaitu: ▪ Bagian Hulu Bagian hulu dari DAS Siak adalah dari dua sungai yaitu Sungai Tapung Kanan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dan Sungai Tapung Kiri yang termasuk dalam wilayah Tandun Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar. Kedua sungai menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru pada Sungai Siak Besar. 3 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si ▪ Bagian Hilir Bagian hilir dari DAS Siak adalah pada Sungai Siak Besar yang terletak di Desa Palas (Kabupaten Kampar)-Kota Pekanbaru–Kota Perawang (Kabupaten Siak)–Kota Siak Sri Indrapura dan bermuara di Tanjung Belit (Sungai Apit, Kabupaten Siak). Permasalahan Sungai Siak Sungai Siak adalah salah satu sungai besar yang mengalir di Provinsi Riau (Kasry et al. 2005). Dibandingkan dengan sungai-sungai lain di Indonesia, Sungai Siak juga merupakan sungai yang paling dalam di Indonesia. Secara administratif Sungai Siak melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu kabupaten Rokan Hulu, kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Melihat jangkauan aliran Sungai Siak yang sangat Panjang, yakni ±300 km menjadikan Sungai Siak merupakan sungai yang penting keberadaannya di Provinsi Riau. Hal ini mengingat Sungai Siak biasa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat yang hidup di sepanjang sungai. Air Sungai Siak antara lain digunakan sebagai sumber air minum, mandi, mencuci perkakas dapur dalam rumah tangga, habitat ikan, sumber bahan baku industri, dan transportasi. Gambar 1. Sungai Siak (Sumber: siakkab.go.id) Dengan serbagunanya Sungai Siak digunakan maka pemanfaatkan sumber daya alam Sungai Siak secara maksimal tidak dapat dihindari dan hal ini berakibat terjadinya tekanan terhadap ekosistem Sungai Siak, yakni persoalan pencemaran air. 4 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan adalah pencemaran air melalui sungai yang dikarenakan aktifitas masyarakat, industri, dan kegiatan transportasi sebagai kegiatan yang semakin meningkat (Darmono, 2001). Dikutip dari pemberitaan di media bahwa Gubernur Riau H. Syamsuar ingin mengatasi duduk persoalan Sungai Siak, “Sungai Siak ini sudah tercemar. Saya akan dudukkan masalah ini dengan Pemko dan Pemkab.” (GagasanRIau.com). Pernyataan Gubernur Riau jelas mengatakan bahwa terdapat permasalahan pencemaran air di Sungai Siak. Kondisi Sungai Siak saat ini tergolong tercemat berat (Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018; Putri et al. 2014; Amri, 2007). Berdasarkan hasil analisis kualitas air Sungai Siak yang dilakukan Direktorat Pengendalian Pencemaran Air (2018) menunjukkan bahwa parameter BOD, COD, dan Total Coliform tidak memenuhi baku mutu kualitas air sungai kelas II PP 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian dan Pencemaran Air. Lebih lanjut Direktorat Pengendalian Pencemaran Air (2018) melakukan perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA). Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan menggunakan 7 (tujuh) parameter, yaitu TSS, DO, BOD, COD, total fosfat, fecal colifom, dan total coliform. Nilai indeks pencemaran air Sungai Siak di Kota Pekanbaru disajikan pada Gambar 2. 40.00 35.44 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 21.60 22.63 y = 7.564x - 4.186 R² = 0.9394 5.01 10 5 1 7.85 10 2013 2014 5 1 10 10 10 5 1 5 1 5 1 2015 2016 Sei. Siak Memenuhi Baku Mutu (<1) Tercemar Ringan (1-5) Tercemar Sedang (5-10) Tercemar Berat ( >10) Linear (Sei. Siak) 2017 Gambar 2. Nilai Indeks Pencemaran Air Sungai Siak Tahun 2013-2017 (Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018) 5 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Amri (2007) melaui temuannya menjelaskan bahwa menurunnya kualitas perairan Sungai Siak berhubungan dengan banyaknya aktivitas yang terdapat pada DAS Siak. Adapun aktivitas di sepanjang DAS Siak yang sangat menonjol sejak tahun 2000-2005 antara lain Industri Perkayuan (Sawmill), Pengolahan Karet (Crumb Rubber), Pulp dan Kertas, Pelayaran Internasional (IMO), Dermaga Untuk Kebutuhan Sendiri (DUKS), Pemukiman, sumber air minum masyarakat Pekanbaru (PDAM Tirta Siak), Mandi Cuci Kakus (MCK), Penangkapan ikan secara tradisional, Hutan Tanaman Industri (HTI), Perkebunan Sawit dan Pabrik Pengolahan Sawit, Penambangan Pasir dan Kerikil, Cuci Kapal, Dermaga pelayanan masyarakat baik antar pulau maupun antar negara, serta Kawasan Ekowisata Budaya (Istana Sultan Siak). Tingginya aktivitas yang terdapat di sekitar daerah sungai akan menyebabkan besarnya volume limbah yang dihasilkan. Bahan pencemar ini berasal dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian, dan sebagainya yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik, kimia, dan biologi pada perairan sungai yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran. Pencemaran pada badan air yang terjadi secara berlanjut akan mengakibatkan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Gambar 3. Ilustrasi pembuangan limbah cair ke badan perairan (sumber: infosawit.com) 6 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Dampak Pencemaran Akibat memburuknya kualitas perairan Sungai Siak mengakibatkan berbagai dampak merugikan pada beberapa aspek, diantaranya; (a) kesehatan; (b) aspek ekologi, dan; (c) aspek ekonomi dan sosial. a. Aspek Kesehatan Dampak pencemaran perairan Sungai Siak mengakibatkan kualitas air menjadi menurun sehingga pemanfaatan Sungai Siak sebagai sumber air bersih, mandi, dan lain-lain tidak dapat digunakan. Sebagian masyarakat yang bermukim di pinggiran DAS Siak memanfaatkan Sungai Siak sebagai sebagai sumber air. Air sungai yang mereka gunakan untuk mandi dan cuci telah mengalami pencemaran dan sumber air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai macam gangguan penyakit, salah satu diantaranya adalah gangguan kulit dan diare. Penelitian yang dilakukan oleh Wangsaatmaja dalam Cahyaning et al. (2009) di bantaran Sungai Citarum Jawa Barat telah dibuktikan ada hubungan yang bermakna antara lokasi disepanjang sungai Citarum Hulu (hulu-hilir) dengan kejadian penyakit bawaan air. Ismi et al. (2012) melaporkan bahwa masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Siak mengalami gangguan kulit karena dermatitis kontak dengan air Sungai Siak. Harahap (2000) menyebutkan penyakit kulit erat kaitannya dengan kualitas air di suatu daerah. Lebih lanjut Cahyaning et al. (2009) melaporkan melaporkan bahwa masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Siak mengalami gangguan diare (43%) akibat pemanfaatan air Sungai Siak sebagai sumber air minum. Gangguan diare diakibatkan oleh total jumlah bakteri (coliform) yang berlebihan pada badan perairan (Prayitno dalam Arisanty et al. 2017). Adrianto (2018) menyebutkan coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Adapun kualitas perairan Sungai Siak berdasarkan parameter fecal coliform dan total coliform melebihi baku mutu PP No 82 7 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Tahun 2001 tentang Pengendalian dan Pencemaran Air. Adapun nilai fecal Coliform dan Total Coliform disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas perairan Sungai Siak berdasarkan parameter fecal Coliform dan Total Coliform Parameter Fecal Coliform (Jml/100 ml) Total Coliform (Jml/100 ml) Baku mutu PP 82 2001 (Kelas II) Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 1.000 - - na 2.559 7.938 5.000 4.978 7.307 6451 14.349 38.946 (Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018) Meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi pada suatu kawasan menjadi faktor yang mengakibatkan tingginya kadar fecal coliform dan Total coliform pada suatu badan perairan. Hal ini sejalan dengan pandangan Kalaivani et al. (2014) bahwa urbanisasi dan industrialisasi sangat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri coliform pada perairan. b. Aspek Ekologi Perubahan kualitas perairan Sungai Siak yang tergolong tercemar berat tentu akan berdampak terhadap kehidupan biota peraiaran di dalamnya. Hal ini mengakibatkan populasi ikan yang menyebabkan menurunnya populasi ikan yang hidup di perairan sungai Siak. Iskandar dan Dahiyat (2012) mencatat terdapat 36 jenis ikan di Sungai Siak dengan populasi ikan yang masih cukup dominan di antaranya ikan juaro, pantau, rasau, udang galah, dan udang kecil. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Siak bila dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya, seperti sungai di Siberida, termasuk kategori rendah. Rendahnya jumlah ikan di badan perairan dipengaruhi oleh kandungan zat yang terkadung di dalam perairan. Zat tersebut berperan penting untuk melangsungkan kehidupan biota perairan. Adapun zat penting di dalam perairan adalah kandungan pH, TSS, DO, BOD, dan COD. Adapun nilai kandungan kualitas air Sungai Siak berdasarkan parameter pH, TSS, DO, BOD, dan COD disajikan pada Tabel 2. 8 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Tabel 2. Nilai kandungan kualitas air Sungai Siak Parameter pH TDS (mg/L) TSS (mg/L) DO (mg/L) BOD (mg/L) COD (mg/L) Minyak dan Lemak (Mg/L) Baku mutu PP 82 2001 (Kelas II) Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 6-9 1.000 50 4 3 25 6,09 41,57 11,47 5,78 13,45 59,32 5,98 71,17 13,80 5,65 17,31 77,91 6,30 69,26 17,27 5,26 42,90 139,39 5,95 3,26 10,00 5,38 0,02 2,90 6,23 59,62 48,46 3,73 14,44 43,39 1,0 1,94 3,09 7,377 1,450 2,69 (Sumber: Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, 2018) Dengan melihat kadar bahan organik yang dinyatakan oleh parameter BOD dan COD yang relatif tinggi, maka kandungan zat anorganik NH3 dan H2S akan tinggi pula. NH3 dan H2S, merupakan hasil penguraian bahan organik menjadi anorganik, masingmasing secara aerob dan anaerob. Keduanya merupakan bahan beracun bagi ikan, apabila kandungannya tinggi, kandungan NH3 mencapai 1 ppm akan mematikan ikan. Selain itu kadar COD tinggi juga mengakibatkan kandungan DO yang rendah. Hal ini dikarenakan nilai COD ditentukan oleh faktor buangan yang dapat teroksidasi melalui reaksi kimia dan menggunakan oksigen yang terdapat di perairan tersebut. Artinya bila kandungan COD tinggi maka nilai DO akan semakin rendah karena pada daerah ini nilai kecukupan oksigennya tidak memadai. Pada Tabel 2 menunjukkan meskipun nilai DO masih memenuhi nilai baku mutu (4) namun nilainya masih sangat sedikit (3,73 sd 5,78) untuk mendukung kehidupan biota perairan. c. Aspek Ekonomi dan Sosial Akibat terjadinya pencemaran air sungai, telah menyebabkan jenis-jenis ikan dan udang berkurang di sungai Siak. Jumlah populasi ikan dan udang yang berkurang ini memiliki konsekuensi terhadap hasil tangkapan dan pendapatan keluarga penduduk desa yang bermukim di desa-desa pinggiran Sungai Siak. Iskandar dan Hidayat (2012) melaporkan bahwa terdapat perbedaan jumlah tangkapan ikan dan udang sekarang dengan jumlah tangkapan 10 tahun yang lalu sangat berbeda sejak adanya pencemaran di Sungai Siak. Dulunya tangkapan ikan dan udang yang diperoleh dapat menopang kehidupan ekonomi dari nelayan sekarang hal itu tidak 9 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si memungkinkan lagi karena penurunan jumlah tangkapan. Jumlah tangkapan yang menurun menyebabkan pendapatan nelayan berkurang bahkan ada beberapa dari nelayan yang beralih profesi. Upaya Penanganan Pencemaran Menurunnya tangkapan jumlah ikan oleh masyarakat membuat masyarakat setuju adanya perbaikan terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak (Iskandar dan Hidayat, 2012). Masyarakat menginginkan perbaikan pada kondisi air sungai karena air sungai sudah tercemar parah oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar Sungai Siak. Masyarakat juga menginginkan peran serta dari pemerintah dalam penanganan pencemaran pada sungai tersebut. Sejak tahun 2006 pemerintah telah memilki upaya sadar di dalam mengendalikan pencemaran Sungai Siak. Hal ini ditandai dengan adanya 12 Program Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak. Diantaranya sebagai berikut: 1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal 2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan 3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat 4. Pengembangan tempat pengolahan sampah terpadu 5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri 6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri 7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan 8. Pengembangan sistem informasi lingkungan 9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program 10. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk industri kecil/ menengah 11. Evaluasi dan penyempurnaan implementasi pemantauan kualitas air yang telah berjalan 12. Pemantauan rutin kualitas limbah cair dan Pengembangan sarana dan prasarana pemantauan kualitas air dan limbah cair, serta laboratorium terakreditasi 10 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Meskipun Pemerintah Riau telah memilki 12 jenis program pengendalian pencemaran air Sungai Siak namun di dalam pelaksanaannya terdapat banyak kendala. Putri (2011) melaporkan beberapa kendala yang dihadapi Pemerintah Provinsi Riau di dalam proses pelaksanaan, diantaranya: 1. Koordinasi tidak berjalan lancar antara pemerintah Provinsi dengan Kabupaten/ Kota. 2. Rapat koordinasi tidak berjalan lancar antar pemerintah kabupaten/kota dengan pihak provinsi. 3. Kurangnya sumber daya manusia. 4. Keterbatasan Dana. 5. Sumber daya alam yang belum tersedia. Melihat kenyataan di atas maka diperlukan kemauan politik (political will) di dalam melaksanakan program yang sudah dicetuskan agar kualitas peraian Sungai Siak dapat berangsur kembali baik (tidak tergolong tercemar berat). Untuk menyelesaikan permasalahan kebijakan pengendalian pencemaran air sungai siak ini diharapkan untuk diibuatnya suatu badan yang khusus menangani pencemaran yang terjadi di DAS Siak, yang mempunyai legalitas dan sebaiknya program awal pengendalian pencemaran air Sungai Siak ini di tujukan terlebih dahulu pada perubahan pola hidup masyarakat sekitar sungai. Setiap pemerintah yang mempunyai kepentingannya masing-masing sebaiknya lebih memperhatikan dampak dari kepentingan tersebut terhadap lingkungan khusunya untuk kelestarian sungai. Antara Pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota juga harus menjaga hubungan yang harmonis, agar koordinasi berjalan lancar. Untuk pembiayaan program sebaiknya jangan hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tetapi juga mengajak pihak swasta atau dunia usaha dan masyarakat untuk terlibat di dalamnya. 11 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Daftar Pustaka Amri, A.T.H. 2007. Pengendalian Pencemaran dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak. Jurnal Sains MIPA. Vol. 13 (2): 153-162. Andrianto, P. 2018. Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform Di Perairan Sungai Provinsi Lampung. Majalah Teknologi Agro Industri. Volume 10 (1): 1-6. Arisanty et al. 2017. Analisis Kandungan Bakteri Fecal Coliform pada Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Majalah Geografi Indonesia Vol. 31 (2): (51 - 60) Cahyaning et al. 2009. Pengaruh Pemanfaatan Air Sungai Siak terhadapPenyakit Diare dan Penyakit Kulit pada Masyarakat Pinggiran Sungai Siak (Kasus di Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru). Journal Enivironmental Sciene. Vol 3 (1): 46-57. Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press, Jakarta. Direktorat Pengendalian Pencamaran Air. 2018. Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Pengendalian Pencemaran Tahun 2018. KLHK, Jakarta. Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates, Jakarta. Ismi et al. 2012. Analisis Kualitas Air dan Keluhan Gangguan Kulit Pada Masyarakat Pengguna Air Sungai Siak di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak dipublikasikan. Iskandar dan Dahiyat. 2012. Keanekaragaman Ikan di Sungai Siak Riau. BionaturaJurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 14 (1): 51-58. Kasry et. al. (2005). Prosiding Seminar Penyelamatan dan Pelestarian Daerah Aliran Sungai Siak. Unri Press, Pekanbaru. Kalaivani et al. Microbial Status in River Coom Pollution, Chennai, India. Journal of Science. Vol 4 (2): 113-116. Putri et al. 2014. Profil Pencemaran Air Sungai Siak Kota Pekanbaru dari Tinjauan Fisis dan Kimia. Jurnal Fisika Unand. Vol. 3 (3): 191-197. Putri, D.A.N. 2011. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan. Vol. 1 (1): 68-79. 12 Instrumen Pengelolaan LIngkungan Hidup Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si Suwondo et al. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago, dan Sail Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos, Jurnal Biogenesis. Vol 1 (1): 15-20. 13