Uploaded by layaalin

038114003 Full

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
Yang diajukan oleh:
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
telah disetujui oleh
Pembimbing
dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes
tanggal
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal :
14 Mei 2007
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Pembimbing :
dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.
.........................................
Panitia Penguji :
1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.
.........................................
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt.
.........................................
3. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt.
.........................................
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
There can be miracles when you Believe……….
though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what Miracles you can
Achieve……….
when you believe, somehow you will
you WILL when you BELIEVE……….
(When You Believe ¸ OST The Prince of Egypt)
Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
(Pengkotbah 3 : 1, 11)
Kupersembahkan karya ini untuk :
Bapak dan Ibu,
mas Ari, David, dan Ave,
yang tercinta
mas Nugroho,
Almamaterku.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2007
Penulis
M. Rianasari Dwi Swastika
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “EVALUASI
PENGOBATAN
PADA
KASUS
DIABETES
MELITUS
DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005” ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada uluran tangan dari pihak-pihak yang
dengan kesediaan dan kelegaan hati membantu penulis dari awal sampai akhir proses
penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Unit Rekam Medis.
3. Bapak Siswuryanto selaku Kepala Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta
yang telah membantu peneliti selama pengambilan data.
4. Bapak Darsono dan segenap staf Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta
yang telah membantu peneliti dalam mencari data.
5. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas
bimbingan, kesabaran dan masukan-masukannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas
masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.
7. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas
masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.
8. Bapak Yoseph dan Ibu Marcia, atas doa, cinta, bimbingan, harapan dan kasih
sayang yang selalu tercurah kepada penulis. Tanpa dukungan bapak-ibu kuliahku
tak akan lancar.
9. Mas Ari, David, Ave, terimakasih untuk keceriaan yang telah dihadirkan dalam
hidup penulis. Tawa kalian membuatku selalu semangat.
10. Mas Yusuf Nugroho Sukarno, untuk semuanya. Terimakasih untuk masukan,
semangat, dukungan, dan bantuannya walau kadang hanya lewat doa. Penulis
tidak akan bisa melewati ini semua tanpa bantuan mas.
11. Teman-teman angkatan 10 VL untuk semua ceritanya dan kenangannya.
12. Teman-teman angkatan 2003, khususnya kelas A, kelompok praktikum A,
senang bisa mengenal dan bekerja sama dengan kalian.
13. Anak-anak kost Banana Home, Eta, Prita, Mekar, Deta, Vita, Dian, Mbak Cicil,
Tika, Ratih, Mbak Purba, terima kasih karena kehadiran kalian membuat hidupku
sedikit lebih berkembang.
14. Nugraheni Angger dan Antonia Ari, atas kebersamaannya di Unit Rekam Medis
RS Bethesda Yogyakarta.
15. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula
dengan karya ini. Maka melalui kesempatan ini penulis ingin meminta maaf yang
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedalam-dalamnya apabila ada kesalahan baik dalam tulisan yang terdapat dalam
skripsi ini maupun tingkah laku dan perkataan penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Selain itu besar harapan penulis, semoga karya ini dapat mengisi pembangunan
bangsa ini.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia. Diabetes Melitus dapat
mengakibatkan komplikasi kronis yaitu pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
disertai lesi pada membran basalis. Pasien dengan komplikasi nefropati diabetik
meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit DM.
Terapi pada pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik meliputi kontrol
tekanan darah, pengendalian kadar gula darah, dan pembatasan asupan protein.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
retrospektif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan evaluasi pengobatan
dilakukan berdasarkan Drug Related Problem (DRP).
Hasil penelitian ini adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati paling
banyak berjenis kelamin laki-laki, paling banyak berusia 45-64 tahun (80,0%),
diagnosis terbanyak DM dengan nefropati (76,7%), dan paling banyak kerusakan
ginjal tingkat 4 dan 5 (40,0%) . Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dan kelas terapi
terbanyak vitamin dan mineral (96,7%) diikuti obat sistem kardiovaskuler (93,3%).
Analisis DRP didapatkan 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual
DRP butuh obat, 7 kasus aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan
2 kasus potensial DRP ADR. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati paling banyak pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak
dirawat selama 1-7 hari (56,7%).
Kata kunci : nefropati diabetik, diabetes melitus, Drug Related Problem.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic disorders of fat,
carbohydrate, and protein metabolism that characterized by hyperglycaemia.
Diabetes Mellitus can cause chronic complication at eye, kidney, vein and nerve
accompanied lesion at basalis membrane. Patients DM with diabetic nephropathy
complication mount every year in a row with the height of DM prevalence. Therapy
for patients DM with diabetic nephropathy complication including blood pressure
control, control of blood sugar rate, and protein restriction.
This research is done to evaluate medication DM patient with diabetic
nephropathy complication in Impatience Ward of Bethesda Yogyakarta Hospital
period of year 2005. This research is including non experimental research with
descriptive evaluative device and intake of data done by retrospective. Data analysis
done descriptively and medication evaluation done based on Drug Related Problem
(DRP).
This research results are DM with diabetic nephropathy complication cases
most have men genders (56,7%), most have ages 45-64 year old (80,0%), the most
diagnosed is DM with nephropathy (76,7%) and most have group 4 and 5 for renal
impairment (40,0%). Counted 15 therapy classes given and the most therapy class is
mineral and vitamins (96,7%) followed by cardiovascular system drug (93,3%).
Analysis of DRP got 10 cases experience DRP, 8 cases actual DRP need for
additional drug therapy, 7 cases actual DRP unnecessary drug therapy, 1 case actual
DRP ADR, and 2 cases potential DRP ADR.
Keywords : diabetic nephropathy, diabetes mellitus, Drug Related Problem.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
v
PRAKATA....................................................................................................
vi
INTISARI......................................................................................................
ix
ABSTRACT..................................................................................................
x
DAFTAR ISI.................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xviii
BAB I PENGANTAR ..................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
1. Perumusan Masalah .............................................................................
4
2. Keaslian Penelitian...............................................................................
4
3. Manfaat Penelitian ...............................................................................
6
a. Manfaat Teoritis ..........................................................................
6
b. Manfaat Praktis ...........................................................................
6
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................
7
1. Tujuan Umum ......................................................................................
7
2. Tujuan Khusus .....................................................................................
7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...........................................................
8
A. Diabetes Melitus .....................................................................................
8
1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus ..................................
8
2. Patofisiologi Diabetes Melitus ..........................................................
9
3. Klasifikasi Diabetes Melitus .............................................................
9
a. Diabetes Melitus Tipe 1 ..............................................................
9
b. Diabetes Melitus Tipe 2 ..............................................................
10
c. Diabetes Tipe Lain ......................................................................
11
d. Diabetes Melitus Gestational ......................................................
12
4. Diagnosis Diabetes Melitus...............................................................
12
B. Komplikasi Nefropati Diabetik ...............................................................
13
1. Definisi Nefropati Diabetik...............................................................
13
2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik .....................................
14
3. Diagnosis...........................................................................................
16
4. Tahap Nefropati Diabetik..................................................................
17
C. Terapi Nefropati Diabetik .......................................................................
18
1. Tujuan Terapi ....................................................................................
18
2. Strategi Terapi...................................................................................
19
a. Terapi nonfarmakologi................................................................
19
b. Terapi farmakologi ...............................................................................
20
3. Rekomendasi ADA ...........................................................................
28
D. Farmasi Klinik.........................................................................................
29
E. Drug Related Problem (DRP).................................................................
30
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................
33
A. Jenis Rancangan Penelitian .....................................................................
33
B. Definisi Operasional ...............................................................................
33
C. Subjek Penelitian.....................................................................................
34
D. Bahan Penelitian......................................................................................
35
E. Lokasi Penelitian.....................................................................................
35
F. Tata Cara Penelitian ................................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
39
A. Gambaran Profil Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ....
39
1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................
40
2. Gambaran Berdasarkan Usia.............................................................
40
3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis ....................................................
42
4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal...........................
42
B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik ...............................................................
43
C. Analisis Drug Related Problem (DRP)...................................................
66
D. Hasil Pengobatan Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ...
76
E. Rangkuman Pembahasan ........................................................................
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
83
LAMPIRAN..................................................................................................
86
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................
130
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Kategori Diagnosis Penyakit DM .........................................
13
Tabel II.
Kategori Kadar Albumin dalam Urin....................................
16
Tabel III.
Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr......................................
17
Tabel IV.
Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya .....................................
27
Tabel V.
Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya .....
31
Tabel VI.
Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di
Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005 ...................
39
Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005...........................................
42
Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005...........................................
44
Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...........................
45
Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
47
Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
50
Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada
Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode
Tahun 2005 ...........................................................................
53
Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005..
55
Tabel VII.
Tabel VIII.
Tabel IX.
Tabel X.
Tabel XI.
Tabel XII.
Tabel XIII.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XIV.
Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
56
Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
59
Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
60
Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...........................
61
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
62
Tabel XV.
Tabel XVI.
Tabel XVII.
Tabel XIX.
Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005..
62
Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat
Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 .............
63
Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005..
64
Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...........................
64
Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...........................
65
Tabel XXIV. Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...........................
65
Tabel XXV.
67
Tabel XX.
Tabel XXI.
Tabel XXII.
Analisis DRP Kasus 1 ...........................................................
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2 ...........................................................
68
Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3 ...........................................................
69
Tabel XXVIII.Analisis DRP Kasus 5 ...........................................................
70
Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7 ...........................................................
71
Tabel XXX.
Analisis DRP Kasus 15 .........................................................
72
Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16 .........................................................
73
Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17 .........................................................
74
Tabel XXXIII.Analisis DRP Kasus 20 .........................................................
75
Tabel XXXIV.Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan....................
79
Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy).
79
Tabel XXXVI.Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy)
80
Tabel XXXVII. Potensial DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan .............
80
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ......................................................................................
40
Gambar 2. Grafik Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun
2005...............................................................................................................
41
Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005...................................................................
43
Gambar 4. Grafik Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ......................................................................................
76
Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 ......................................................................................
77
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 ...........................................
86
Lampiran 2. Daftar Nama Obat ....................................................................
100
Lampiran 3. Data Laboratorium dan Non Laboratorium..............................
106
Lampiran 4. Distribusi 10 Besar Penyakit, Komplikasi Penyakit Diabetes
Melitus, dan Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 sampai
September 2006........................................................................
126
Lampiran 5. Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ...................................
127
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus (DM), yang dikenal masyarakat sebagai penyakit
gula atau kencing manis terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar
gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak
berfungsi baik. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme
yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia, disertai dengan abnormalitas
karbohidrat, lemak, dan protein, serta dapat mengakibatkan komplikasi kronis
termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
Diabetes Melitus dibagi menjadi dua kelompok besar. Diabetes yang timbul akibat
kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Diabetes oleh karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2
atau Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) prevalensi diabetes di seluruh
dunia mencapai sekitar 2,8% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 4,4% pada tahun 2030. Total penderita diabetes meningkat dari 171 juta
jiwa pada 2000 menjadi 366 juta jiwa pada 2030. Kini jumlah penderita DM di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 200 juta orang dan dari angka tersebut
diperkirakan sekitar 150 juta orang merupakan penderita DM tipe 2 (Anonim,
2005a).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Indonesia, dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa, yang menderita DM
sekitar 10 juta jiwa. Hal tersebut membuat Indonesia menempati urutan keempat
negara dengan penderita DM terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Peningkatan jumlah penderita DM tersebut terjadi akibat pertumbuhan populasi,
penuaan, urbanisasi, peningkatan prevalensi obesitas, berkurangnya aktivitas fisik,
dan perubahan gaya hidup akibat dari perbaikan kemakmuran (Anonim, 2005c).
Komplikasi diabetes sangat luas, hingga mencakup hampir semua organ
tubuh. Salah satu komplikasi tersebut adalah nefropati diabetik. Nefropati diabetik
adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah (Anonim,
2003a). Kebocoran selaput penyaring darah tersebut dapat menyebabkan lolosnya
protein albumin ke dalam urin. Adanya albumin dalam urin (albuminuria) merupakan
indikasi terjadinya nefropati diabetik (albuminuria persisten pada kisaran
30-299 mg/24 jam/mikroalbuminuria) (Anonim, 2005a).
Apabila kadar albumin sudah diketahui meningkat sejak dini maka dapat
segera dilakukan terapi. Pengobatan sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
laju penyakit. Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap
paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu dilakukan pengendalian
kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (Anonim, 2003a).
Rumah sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di mana pasien
DM dan juga pasien DM yang telah diketahui memiliki albumin dalam urinnya
(indikasi dari terjadinya nefropati diabetik) bisa mendapatkan pengobatan yang tepat
untuk mencegah perkembangan penyakit tersebut ke arah yang semakin buruk.
Dalam pelayanannya seringkali kurang memperhitungkan bahaya atau resiko yang
melekat pada setiap tindakan medik dan pengobatan (Yusmainita, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Peran farmasis di rumah sakit sangat diperlukan untuk menghindarkan dan
meminimalkan bahaya atau resiko yang mungkin saja dapat muncul pada tindakan
medis dan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan adanya
paradigma Asuhan Kefarmasian, yaitu farmasis bertanggung jawab untuk
memastikan penderita memperoleh terapi obat yang aman, tepat, dan biaya terapi
yang efektif, serta memastikan terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh
penderita. Di samping itu, Asuhan Kefarmasian juga merupakan tanggung jawab
farmasis dalam pemberian terapi obat yang bertujuan untuk mencapai hasil yang
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Kunci utamanya adalah pemantauan
terapi obat yang bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek
obat yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan sasaran utama
mengidentifikasi problem aktual dan potensial yang berkaitan dengan obat (actual
and potential DRP), penyelesaian problem aktual yang berkaitan dengan obat (actual
DRP), pencegahan problem potensial yang berkaitan dengan obat (potential DRP)
pada penatalaksanaan suatu penyakit (Seto, 2004).
Melihat bahaya kelanjutan dan bertambahnya penderita penyakit DM
beserta komplikasinya terutama nefropati diabetik maka perlu diadakan penelitian
ini. Penulis melakukan penelitian ini guna mengevaluasi pengobatan dan
kemungkinan terjadinya DRP pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda (RS Bethesda). Pengobatan yang
sesuai dapat menghambat laju perkembangan penyakit dan menghindarkan dari
komplikasi lain yang mungkin terjadi. Selain itu pengobatan yang sesuai juga
diperlukan untuk memperpanjang usia hidup pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan mengenai evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005 seperti di bawah ini.
a. Seperti apakah gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang
meliputi jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan
tingkat kerusakan ginjal?
b. Seperti apakah pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005
yang meliputi golongan dan jenis obat?
c. Apakah jenis DRP yang timbul dalam pengobatan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun
2005 yang meliputi : butuh obat (need for additional drug therapy), tidak perlu
obat (unnecessary drug therapy), obat tidak tepat (wrong drug), dosis terlalu
rendah (dosage too low), dosis terlalu tinggi (dosage too high), Adverse Drug
Reaction (ADR), serta ketidaktaatan pasien (uncomplience)?
d. Seperti apakah hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005 yang meliputi
lama tinggal pasien, izin kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari
rumah sakit?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan DM
diantaranya : “Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien Rawat Jalan di RS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998)” oleh Nadeak (1995).
Penelitian ini berisi tentang pola penggunaan antidiabetika oral (ADO) yang meliputi
jenis ADO yang diberikan, cara pemberiannya, golongan ADO dan dosis pemakaian
ADO.
Suryawanti (1999) menulis “Pola Peresepan Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan Studi Literatur Interaksi Obat pada Pasien DM di RS Bethesda
Yogyakarta periode Januari-Maret 2002”. Penelitian ini berisi tentang pola peresepan
obat hipoglikemi dan interaksi obat yang potensial terjadi.
De Paullin (2000) meneliti pola peresepan pada penderita gagal ginjal
kronis, yang tertulis dalam penelitian “Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi
Obat”.
Retnari (2002) menulis “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi
Nefropati pada Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
Periode 2005”. Penelitian ini berisi tentang evaluasi terhadap penatalaksanaan terapi
pada pasien DM dengan komplikasi nefropati.
Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu pada
penelitian terdahulu hanya melihat pola pengobatannya saja sedangkan pada
penelitian ini juga dilakukan evaluasi pengobatannya yaitu dengan menggunakan
DRP. Sama seperti penelitian ini yang akan mengevaluasi (salah satunya) tentang
interaksi obat, interaksi obat yang potensial terjadi juga pernah diteliti. Perbedaannya
adalah pada penelitian ini tidak hanya melihat antidiabetika oral saja melainkan
seluruh obat yang digunakan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta. Selain itu pada penelitian terdahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
subyeknya yaitu pasien DM sedangkan penelitian ini kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Retnari (2002) adalah tempat dilakukannya penelitian. Pada penelitian Retnari
(2002) penelitian dilakukan di RS Panti Rapih Yogyakarta sedangkan penelitian ini
dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta. Dengan demikian penelitian mengenai
Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Periode Tahun 2005 belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ini.
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan wacana
dalam evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
dan juga dalam mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda.
b. Manfaat Praktis
1). Bagi RS Bethesda Yogyakarta hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang pola peresepan yang dilakukan dalam pengobatan pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta.
2). Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik.
3). Dengan dilakukannya penelitian ini akan mendukung pelaksanaan konsep
farmasi klinik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian
1. Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengobatan
yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.
2. Khusus
Tujuan khusus dari penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus
DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005 ini adalah :
a. mengetahui gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang meliputi
jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan tingkat
kerusakan ginjal
b. mengetahui pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005
yang meliputi golongan dan jenis obat
c. menggambarkan Drug Related Problem (DRP) yang timbul dalam pengobatan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda periode tahun 2005
d. mengetahui hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus
Secara umum diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono,
2002). Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang ditandai dengan hiperglikemia serta dapat mengakibatkan komplikasi
kronis termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt dkk, 2005). Penyakit DM
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan
serius. Jika tidak ditangani, penyakit tersebut akan membawa ke berbagai komplikasi
penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal
ginjal, dan kerusakan syaraf (Octa, 2003).
Gejala klasik dari penyakit DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering
buang air kecil, terutama pada malam hari, penurunan berat badan. Selain itu terdapat
pula keluhan lain seperti rasa lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, merasa
cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, gairah seks menurun, luka yang
sukar sembuh (Suyono, 2002).
Diabetes melitus sendiri ditandai dengan hiperglikemia, perubahan
metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein serta meningkatnya resiko komplikasi
penyakit vaskular (Anonim, 2000).
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam
sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50%
glukosa yang dimakan diubah menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen,
dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut
terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi utama diperoleh
dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia relatif tidak
berbahaya, kecuali bila kadar gula dalam darah tinggi sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Glukosuria yang timbul lebih berbahaya
dibandingkan dengan hiperglikemia. Hal ini dikarenakan glukosa bersifat diuretik
osmotik, dengan adanya glukosa dalam urin maka diuresis akan sangat meningkat
disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena
adanya dehidrasi maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi.
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Handoko dan Suharto, 1995).
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 lebih dulu dikenal dengan sebutan Diabetes Melitus Tergantung
Insulin (DMTI) atau IDDM. Diabetes ini terjadi ketika sistem imun tubuh
merusak sel beta pankreas, yaitu sel yang menghasilkan hormon insulin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
berguna sebagai pengatur glukosa darah. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita
membutuhkan insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan atau pompa. Terhitung 5% sampai 10% dari keseluruhan kasus diabetes
termasuk dalam diabetes tipe 1. Sampai saat ini belum diketahui cara mencegah
diabetes tipe ini (Anonim, 2003b)
Diabetes Melitus tipe ini merupakan hasil dari kerusakan autoimun sel β
pankreas. Tanda kerusakan imun sel β ditampakkan 90% pada waktu diagnosis,
termasuk antibodi sel islet, antibodi asam glutamat dekarboksilase, dan antibodi
untuk insulin. Diabetes Melitus tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak dan anak
muda, tetapi bisa juga terjadi pada berbagai usia (Triplitt dkk, 2005).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 lebih dulu disebut Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
(DMTTI) atau NIDDM. Sekitar 90% sampai 95% dari seluruh penderita DM
termasuk dalam diabetes tipe ini. Biasanya, tipe ini dimulai dengan resistensi
insulin, suatu gangguan ketika sel tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana
mestinya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan insulin, pankreas akan
kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan insulin secara bertahap.
Diabetes tipe ini berhubungan dengan usia tua, obesitas, riwayat DM dalam
keluarga, riwayat DM Gestasional, kerusakan metabolisme glukosa, dan ras atau
etnik (Anonim, 2003b).
Diabetes Melitus tipe ini dikarakteristikan dengan resistensi insulin dan
sedikitnya sekresi insulin. Kebanyakan individu dengan DM tipe 2 menunjukkan
obesitas abdominal yang juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Hipertensi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dislipidemia (level trigliserida yang tinggi dan level HDL-kolesterol yang
rendah) dan kenaikan level inhibitor plasminogen activator 1 (PA1) sering
muncul atau tampak pada penderita DM tipe ini (Triplitt dkk, 2005).
c. Diabetes tipe lain
1). Kerusakan genetik fungsi sel β pankreas
Kromosom 20q, HNF-4α (dulu Maturity Onset Diabetes of The Youth /
MODY1); kromosom 7p, glukokinase (dulu MODY2); kromosom 12q, HNF1β (dulu MODY3); kromosom 13q, faktor promoter insulin (dulu MODY4);
kromosom 17q, HNF-1β (dulu MODY5); Kromosom 2q (dulu MODY6);
mitokondria DNA.
MODY dikarakteristikan sebagai terganggunya sekresi insulin dengan
resistensi insulin yang kecil atau tidak resisten sama sekali. Ketidakmampuan
secara genetik untuk mengubah proinsulin menjadi insulin mengakibatkan
hiperglikemia ringan pada usia dini dan hal tersebut akan diwariskan pada
pola autosomal yang dominan (Triplitt dkk, 2005).
2). Kerusakan genetik dalam aksi atau kerja insulin
Resistensi insulin tipe 1, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall.
3). Penyakit pada eksokrin pankreas
Pankreatitis, pancreatectomy, neoplasia, cystic fibrosis, hemokromatosis.
4). Endokrinopati
Acromegaly,
sindrom
Cushing,
glukagonoma,
hipertiroidism, somatostatinoma, aldosteronoma.
5). Infeksi
Congenital rubella, cytomegalovirus.
pheochromocytoma,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
6). Sindrom genetik lainnya yang kadang-kadang menyertai diabetes
Sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram,
Friedreich’s ataxia, Huntington’s chorea, sindrom Laurence-Moon-Bieldel,
distropi miotonik (Triplitt dkk, 2005).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa yang
pertama kali diketahui selama kehamilan. Komplikasi DMG terjadi sekitar 7%
dari semua kehamilan. Deteksi klinis penting agar terapi dapat dilakukan
sehingga cacat dan kematian perinatal dapat diturunkan (Triplitt dkk, 2005).
Selama kehamilan, diabetes gestasional memerlukan terapi untuk menormalkan
kadar gula darah ibu untuk mencegah komplikasi pada janin. Setelah melahirkan,
5% sampai 10% wanita dengan DMG mengalami diabetes tipe 2 (Anonim,
2003b).
4. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan 3 kriteria yaitu :
a. kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
b. tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2 jam ingesti glukosa secara oral ≥
200 mg/dl atau
c. kadar glukosa dalam plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes
(Triplitt dkk, 2005).
World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association
(ADA) menetapkan kategori diagnosis penyakit DM seperti yang tercantum pada
tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel I. Kategori Diagnosis Penyakit DM (Triplitt dkk, 2005)
a
b
Gula Darah Sewaktu
Gula Darah Puasa
Gula Darah 2h ppg
Kategori
(mg/dL)
(mg/dL)
(mg/dL)
Normal
<100
<140
Impaired Fasting
Glucose
(IFG)
100-125
140-199
atau Prediabetes
Diabetes Melitus
≥126
≥200
≥200
Keterangan :
a
Puasa didefinisikan tidak ada masukan makanan sedikitnya dalam waktu 8 jam terakhir
b
2h ppg=2 hour postload glucose (pengukuran gula darah setelah 2 jam pemberian glukosa)
dengan Oral Glucose Tolerance Test (OGTT).
B. Komplikasi Nefropati Diabetik
1. Definisi Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring
(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran atau selaput penyaring.
Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula
yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur
dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk
pada ginjal (Anonim, 2003a).
Nefropati diabetik adalah suatu komplikasi penyakit DM yang tidak
terkendali dengan baik (Astuti, 2000). Soman (2006) menuliskan nefropati diabetik
adalah sindrom klinis dengan karakteristik albuminuria (>300 mg/hari) yang
ditetapkan sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu 3 sampai 6
bulan, penurunan tajam Glomerular Filtration Rate (GFR), dan peningkatan tekanan
darah. Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang menyertai DM dengan angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kematian paling tinggi (Genuth, 2003). Sekitar 30% pasien DM tipe 1 dan kira-kira
20% pada pasien DM tipe 2 mengalami nefropati diabetik. Akan tetapi, kebanyakan
pasien DM dengan end-stage renal disease (ESRD) merupakan pasien DM tipe 2
karena prevalensi penyakit DM tipe 2 lebih besar daripada penyakit DM tipe 1 di
dunia (90% dari seluruh pasien DM) (O’Meara, Brady, dan Brenner, 2001).
2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik
Diabetik nefropati timbul utamanya karena kerusakan fungsi glomerulus.
Perubahan histologi glomerulus pada DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dapat dibedakan dan
terjadi pada mayoritas pasien (McPhee, Lingappa, Ganong, dan Lange, 1995).
Secara histologi, menebalnya membran dasar kapiler merupakan perubahan
paling awal. Kemudian terjadi akumulasi materi mesangial yang berdifusi sepanjang
glomerulus. Ekskresi sedikit albumin dalam level abnormal (30-300 mg/hari) dalam
urin merupakan penanda fase awal nefropati. Seiring dengan meningkatnya materi
mesangial yang mengisi glomerulus, albuminuria meningkat dan kadang-kadang
terjadi proteinuria dalam jumlah besar (Genuth, 2003). Proteinuria terjadi selama 5
sampai 10 tahun sebelum gejala lain muncul dan akan mencapai tahap ESRD dalam
kurun waktu 2 sampai 6 tahun setelah terjadi proteinuria (Anonim, 2004a). Setelah
proteinuria (ekskresi protein total lebih dari 0,5 gram/hari) meningkat atau
berkembang, kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) akan menurun hampir mencapai
level ESRD. Insiden puncak nefropati kira-kira 15-17 tahun dan sedikit menurun
setelahnya. Jika hasil pemeriksaan tidak segera menunjukkan proteinuria dalam
kurun waktu 25-30 tahun durasi diabetes, resiko ESRD akan menurun. Bersamaan
dengan atau sesaat setelah perkembangan mikroalbuminuria, hipertensi sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terjadi. Hipertensi ini akan memperburuk nefropati diabetik dan merupakan
komponen penting dalam perkembangan gagal ginjal (Genuth, 2003).
Di saat pembuluh darah halus ginjal mengalami kerusakan akibat keracunan
gula, akan terjadi kebocoran protein dari dalam darah ke dalam urin. Dengan
kehilangan protein cukup banyak (melampaui 3500 mg sehari) maka kadar protein
dalam darah menjadi rendah. Cairan dalam pembuluh darah tidak dapat
dipertahankan dan akan merembes ke jaringan. Penimbunan cairan di dalam jaringan
akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan di wajah, tangan, perut, dan tungkai
bawah (Astuti, 2000).
Gangguan ginjal menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun
tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul resiko kematian (Anonim,
2003a).
Tidak ada gejala awal dalam tahap mula nefropati diabetik. Sejumlah kecil
protein di dalam urin (mikroalbuminuria) merupakan tanda pertama kerusakan ginjal.
Seiring dengan perkembangan kerusakan ginjal, jumlah protein yang masuk ke
dalam urin semakin banyak (makroalbuminuria) dan tekanan darah meningkat.
Kadar kolesterol dan trigliserid akan meningkat juga. Sebagai penurunan fungsi
ginjal, tubuh akan membengkak dan terjadi pertama kali pada kaki dan betis
(Anonim, 2004b). Gejala nefropati diabetik baru terasa saat kerusakan ginjal telah
parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,
sering cegukan, mengalami penurunan berat badan (Anonim, 2003a). Gejala
berkembang pada tahap akhir dan mungkin disebabkan oleh ekskresi protein dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
jumlah besar atau dikarenakan gagal ginjal. Gejala tersebut berupa pembengkakan
(biasanya di sekitar mata pada pagi hari dan kemudian tubuh akan membengkak
juga), urin yang berbuih, berat badan bertambah dengan tidak sengaja (karena
akumulasi cairan), pembengkakan pada kaki, nafsu makan yang berkurang, mual dan
muntah, merasa sakit, capai atau lelah, sakit kepala, sering cegukan (Anonim,
2004a).
3. Diagnosis
Pasien DM dinyatakan mengalami tahap awal nefropati diabetik jika pada 2
dari 3 kali pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan ditemukan albumin di dalam urin 24
jam ≥ 30 mg, dengan catatan tidak ditemukan penyebab albuminuria lain.
Tabel II. Kategori Kadar Albumin dalam Urin (Anonim, 2002b).
Kategori
Urin 24 jam
(mg/24 jam)
Normal
Mikroalbuminuria
Makroalbuminuria
< 30
30-299
≥ 300
Urin dalam waktu
tertentu
(mg/menit)
<20
20-199
≥ 200
Urin sewaktu
(mg/mg
kreatinin)
<30
30-299
≥ 300
Mikroalbuminuria berarti ditemukan sejumlah kecil protein albumin di
dalam urin sesuai dengan kategori di atas. Mikroalbuminuria merupakan indikasi
adanya gangguan glomerulus pada stadium dini, dimana gangguan dapat diperbaiki
atau diobati sementara. Bila telah terjadi gagal ginjal maka pengobatan sulit
dilakukan (Anonim, 2002b).
Mikroalbuminuria dapat dilihat dengan 3 metode, yaitu :
a. pengukuran rasio albumin-kreatinin pada pengumpulan urin acak
b. pengumpulan urin 24 jam dengan kreatinin
c. pengumpulan urin selama waktu tertentu, misalnya 4 jam atau urin semalam
(Molitch, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Tahap Nefropati Diabetik
Perkembangan nefropati diabetik dapat digambarkan dengan prediksi 5
tahap berikut :
a. Tahap 1, kerusakan ginjal diindikasikan dengan GFR di atas normal.
b. Tahap 2, GFR tetap meningkat atau telah kembali ke angka normal tetapi
kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi mikroalbuminuria. Pasien pada
tahap 2 mengekskresi lebih dari 30 mg albumin dalam urinnya.
c. Tahap 3 (overt nephropathy), kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi
albuminuria klinik dimana di dalam urin terdapat lebih dari 300 mg albumin.
d. Tahap 4, kerusakan glomerulus berlanjut dengan peningkatan jumlah albumin
dalam urin. Kemampuan menyaring dari ginjal mulai menurun, dan blood urea
nitrogen (BUN) dan creatinin (Cr) mulai meningkat.
e. Tahap 5 (end stage renal disease, ESRD), GFR turun kira-kira 10 mL/menit.
Pada tahap ini diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal
dialisis, transplantasi ginjal (Anonim, 2002a).
Gambaran pasien dengan berbagai tingkat kerusakan ginjal berdasarkan
clearance creatinin (Clcr) dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr (Shargel, Wu-Pong, dan Yu, 2005).
Tingkat
1
2
3
4
5
Gambaran
Fungsi ginjal normal
Kerusakan ginjal ringan
Kerusakan ginjal sedang
Kerusakan ginjal berat
ESRD
Perkiraan Clcr (mL/menit)
>80
50-80
30-50
10-30
<10
Membutuhkan dialisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Terapi Nefropati Diabetik
1. Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah untuk memperlambat laju kerusakan ginjal dan
mengontrol komplikasi terkait (Anonim, 2004a). Di samping itu, untuk mencegah
berkembangnya
mikroalbuminuria
menjadi
makroalbuminuria,
menghambat
turunnya fungsi ginjal pada pasien makroalbuminuria (Gross dkk, 2005). Terapi
untuk DM tipe 1 dan tipe 2 mengarah pada normoglikemia, mengurangi atau
menghambat laju komplikasi (retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati
diabetik). Semakin awal terapi dimulai akan semakin besar manfaatnya (Genuth,
2003).
Tujuan untuk perlindungan ginjal dan jantung pada terapi DM dengan
komplikasi nefropati mencakup :
a. kadar albumin
Tujuan terapi pada pasien dengan mikroalbuminuria adalah menurunkan kadar
albumin menjadi normoalbuminuria sedangkan tujuan terapi pasien yang
mengalami makroalbuminuria adalah menurunkan kadar protein sekecil
mungkin.
b. glomerular filtration rate (GFR)
GFR pasien dengan mikroalbuminuria harus dijaga agar tetap stabil sedangkan
pasien dengan keadaan makroalbuminuria penurunan GFR harus dijaga
<2ml/menit pertahun.
c. tekanan darah
Pada pasien DM secara umum tekanan darah dijaga tetap stabil dengan target
130/80 mmHg atau 125/75 mmHg pada pasien dengan proteinuria <1,0g/24 jam
dan mengalami kenaikan kadar kreatinin serum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. kadar glycated hemoglobin (Hb A1c)
Uji klinis menunjukkan menjaga kadar Hb A1c <7% akan membantu mencegah
perkembangan mikroalbuminuria menjadi makroalbuminuria karena kadar Hb
A1c <7% berhubungan dengan penurunan resiko manifestasi nefropati secara
struktural dan klinis.
e. kadar LDL
Pada pasien DM umum kadar LDL kolesterol dijaga <100 mg/dl dan <70 mg/dl
untuk pasien dengan CVD
(Gross dkk, 2005).
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis akan dilakukan bila Clcr mengalami
penurunan <30mL/menit/1,73m2. kriteria untuk memulai dialisis adalah status klinis
pasien yang berupa anorexia, mual, dan muntah, yang utamanya bila disertai dengan
penurunan berat badan, fatigue, dan penurunan albumin dalam serum, hipertensi
yang tidak terkontrol dan congestive heart failure (Elwell dan Foote, 2005).
2. Strategi Terapi
a. Terapi nonfarmakologi
1). Diet
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua orang yang menderita DM.
Tujuan utamanya adalah mencapai keluaran metabolik yang optimal dan
sebagai pencegahan dan terapi untuk komplikasi (Triplitt dkk, 2005).
Mengganti daging merah dengan daging ayam dalam diet akan menurunkan
ekskresi albumin dalam urin sebesar 46% dan menurunkan kolesterol total,
kolesterol LDL, dan apoliprotein B pada pasien DM tipe 2 dengan
mikroalbuminuria (Gross dkk, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2). Olahraga
Olahraga aerobik dapat memperbaiki resistensi insulin dan mengontrol kadar
gula
darah
pada
kebanyakan
individu,
menurunkan
faktor
resiko
kardiovaskular, berperan dalam menurunkan atau menjaga berat badan, dan
meningkatkan kesehatan (Triplitt dkk, 2005).
b. Terapi farmakologi
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling
penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim
pengonversi angiotensin (ACEI atau Angiotensin Converting Enzym Inhibitor) dan
atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs) (Anonim, 2003a). Penghambat ACE
menurunkan level protein dalam urin dan memperlambat laju nefropati diabetik.
Banyak studi menunjukan Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) memiliki
keuntungan yang sama dengan penghambat ACE. Faktanya, kombinasi keduanya
mungkin yang terbaik (Anonim, 2004b). Selain itu dilakukan pengendalian kadar
gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan
per hari) (Anonim, 2003a).
Pencegahan yang paling baik untuk nefropati diabetik pada DM tipe 1 dan
tipe 2 adalah mempertahankan tekanan darah tetap normal. Pada pasien DM tipe 1
dan tipe 2 normotensif yang memiliki mikroalbuminuria (30-300 mg/hari), uji klinik
menunjukkan bahwa terapi dengan ACE inhibitor menurunkan laju perkembangan
mikroalbuminuria menuju insufisiensi ginjal. Selain itu, mempertahankan glukosa
darah mendekati normal dengan terapi secara intensif juga dapat menurunkan resiko
nefropati diabetik secara signifikan. Jika end-stage renal disease (ESRD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berkembang, transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang lebih ditawarkan
(Genuth, 2003). Tindakan pencegahan yaitu dengan mengontrol kadar gula darah
(HbA1c <7%), mengontrol tekanan darah (tekanan darah <120/70 mmHg),
menghindari zat-zat yang potensial memperparah kerusakan ginjal seperti
antiinflamasi nonsteroid dan aminoglikosida (Soman, 2006).
1). Obat-obat untuk mengontrol tekanan darah dan untuk albuminuria
a). Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin-Converting
Enzyme
Inhibitor
bekerja
dengan
cara
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
dapat diblok. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat dan juga
menstimulasi sekresi aldosteron. Degradasi bradikinin juga diblok oleh ACEI.
Selain itu ACEI menstimulasi sintesis vasodilator lainnya seperti prostaglandin
E2 dan prostasiklin (Saseen dan Carter, 2005).
Angiotensin-Converting
Enzyme
Inhibitor
dapat
menyebabkan
penurunan tekanan darah yang cepat terutama pada pasien dengan gagal ginjal
atau pasien yang mendapat terapi diuretik. ACEI harus diberikan dalam dosis
awal yang rendah dan bila mungkin terapi diuretik dihentikan selama beberapa
hari sebelum terapi dengan ACEI dimulai (Anonim, 2000).
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor ditoleransi dengan baik oleh
sebagian besar pasien tetapi bukan berarti tidak memiliki efek samping. ACEI
menurunkan aldosteron dan dapat menaikkan konsentrasi kalium dalam serum
(Saseen dan Carter, 2005). Efek samping ACEI antara lain hipotensi, pusing,
sakit kepala, letih, mual (terkadang muntah), diare (terkadang konstipasi), kram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
otot, batuk kering yang persisten, gangguan kerongkongan. Captopril, enalapril,
lisinopril, perindropil, dan ramipril termasuk dalam ACEI (Anonim, 2000).
b). Angiotensin Receptor Blokers (ARBs)
Angiotensin Receptor Blokers bekerja dengan memblok secara langsung
reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) yang memperantarai efek angiotensin II pada
manusia seperti vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, pelepasan hormon
antidiuretik, dan konstriksi arteriola eferen glomerulus. ARBs tidak memblok
reseptor angiotensin tipe 2 (AT2). Oleh karena itu, efek menguntungkan dari
stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan
pertumbuhan sel) tidak terganggu ketika ARBs digunakan (Saseen dan Carter,
2005).
Losartan, valsartan, kandesartan, dan irbesartan termasuk ARBs yang
spesifik, sifatnya mirip dengan ACEI. Berbeda dengan ACEI, obat-obat golongan
ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga
tampaknya
tidak
menimbulkan
batuk
kering
persisten
yang
biasanya
mengganggu terapi dengan ACEI. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan
alternatif yang berguna untuk pasien yang harus menghentikan ACEI akibat
batuk yang persisten. Efek samping ARBs biasanya ringan. Hipotensi simtomatik
dapat terjadi, terutama pada pasien dengan deplesi cairan (misal yang mendapat
diuretik dosis tinggi). Hiperkalemia kadang-kadang terjadi; angiodema juga dapat
terjadi (Anonim, 2000).
2). Obat-obat untuk mengontrol kadar gula darah
Beberapa antidiabetik yang biasa digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah dalam terapi DM dapat dituliskan sebagai berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a). Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan terapi farmakologi garis pertama untuk pasien
DM tipe 2 yang kadar gula darahnya gagal dikendalikan dengan diet dan
olahraga, sampai metformin dan antidiabetik lainnya tersedia di Amerika Serikat
(Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005). Beberapa derivat sulfonilurea telah
dipakai dalam terapi, semua pada dasarnya mempunyai mekanisme kerja yang
sama. Obat ini hanya berbeda dalam hal potensi serta farmakokinetik yang
mendasari perbedaan masa kerja (Handoko dan Suharto, 1995).
Sulfonilurea menstimulasi pelepasan insulin dan sel-sel β pankreas.
Sulfonilurea dipercaya menghambat gerbang ion kalium dan menurunkan
potensial membran yang menyebabkan depolarisasi. Kemudian gerbang kalsium
akan terbuka, meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraselular. Kenaikan konsentrasi
Ca2+ intraselular akhirnya akan menstimulasi sekresi insulin (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005). Obat ini membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari
sel beta pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap
rangsang glukosa fisiologik. Ini berarti bahwa obat ini hanya berkhasiat jika
produksi insulin tubuh sendiri paling kurang sebagian masih bertahan, atau
dengan kata lain obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin
(Mutschler, 1991).
Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau
menyusui, dan pasien yang alergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping
utama obat ini adalah kenaikan berat badan dan retensi air (Ana, 2006). Efek
samping lain umumnya ringan dan frekuensinya rendah (Anonim, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penggunaan
sulfonilurea
menunjukkan
penurunan
komplikasi
mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 dalam UK Prospective Diabetes Study
Group (UKPDS) (Triplitt dkk, 2005).
b). Metformin (Biguanida)
Turunan biguanida telah digunakan sebagai antidiabetika oral. Dari
senyawa ini hanya metformin yang masih tersedia. Senyawa-senyawa lain dari
golongan ini harus ditarik dari perdagangan karena cukup sering menimbulkan
laktasidosis dengan sebagian menyebabkan kematian setelah pemberian sediaansediaan ini, khususnya pada penderita insufisiensi ginjal. Metformin pun masih
boleh ditulis hanya dengan tindakan yang sangat hati-hati (Mutschler, 1991).
Metformin bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan
glukosa di jaringan. Jadi, obat ini hanya efektif bila terdapat insulin endogen.
Karena kerjanya yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat
dipertukarkan. Biguanida dapat digunakan sendiri atau bersama dengan golongan
sulfonilurea (Anonim, 2000). Metformin menurunkan gula darah plasma puasa
dan kadar insulin, memperbaiki profil lipid, dan tidak menaikan berat badan
(Powers, 2001).
Secara umum metformin dapat ditoleransi oleh pasien DM. Namun,
pada beberapa individu mengalami efek samping di gastrointestinal seperti diare,
anoreksia, dan mual. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan menaikkan
dosis perlahan-lahan (Powers, 2001).
Sediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita dengan penyakit
hati berat, penyakit ginjal dengan uremia, dan penyakit jantung kongestif. Pada
keadaan gawat sebaiknya juga tidak diberikan biguanida (Handoko dan Suharto,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c). Penghambat α-Glukosidase
Penghambat α-Glukosidase menurunkan hiperglikemia setelah makan
dengan menunda absorpsi glukosa. Golongan ini tidak tergantung penggunaan
glukosa atau sekresi insulin (Powers, 2001). Penghambat α-Glukosidase bekerja
dengan menghambat glukosidase di mukosa usus halus. Enzim glukosidase
bertanggungjawab dalam pemecahan polisakarida dan disakarida menjadi
glukosa yang dapat diabsorbsi dan monosakarida lainnya. Hasil yang didapat dari
penghambatan enzim glukosidase adalah penundaan absorbsi glukosa sehingga
konsentrasi gula darah setelah makan dapat diturunkan (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005).
Efek samping penggunaan penghambat α-glukosidase yang paling sering
dilaporkan adalah produksi gas dalam perut, diare, dan nyeri abdominal. Efek
samping ini terjadi karena fermentasi dari karbohidrat yang tidak diabsorbsi
dalam usus halus (Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005).
d). Tiazolidindion
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan
resistensi insulin. Senyawa-senyawa tiazolidindion juga menurunkan kecepatan
glikoneogenesis (Anonim, 2005b).
Pioglitazone mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein transporter glukosa sehingga meningkatkan
pengambilan glukosa di sel-sel jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme di hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Rosiglitazone bekerja dengan cara yang sama dengan pioglitazone. Obat ini
diekskresi melalui urin dan feses (Anonim, 2005b).
Tiazolidindion dikontraindikasikan untuk penderita DM tipe 1 karena
insulin dibutuhkan untuk kerja obat ini. Obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien gagal jantung karena dapat memperberat edema (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005).
e). Meglitinida dan turunan fenilalanin
Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan
sulfonilurea.
Kedua
golongan
senyawa
hipoglikemik
oral
ini
bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya
senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya
(Anonim, 2005b).
Repaglinida merupakan turunan asam benzoat dan mempunyai efek
hipoglikemik ringan sampai sedang. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian per oral dan diekskresi secara cepat melalui ginjal. Efek samping yang
mungkin terjadi adalah keluhan saluran cerna (Anonim, 2005b).
Nateglinida merupakan turunan fenilalanin dan memiliki cara kerja yang
mirip dengan repaglinida. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian per oral
dan diekskresi terutama melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi pada
penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran nafas atas (Anonim, 2005b).
f). Insulin
Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari
pankreas babi maupun sapi, tetapi kini dapat disintesis dengan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
rekombinan DNA menggunakan E. coli (Anonim, 2000). Insulin merupakan
hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini mempengaruhi baik
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Insulin
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan,
menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan
glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa (Mutschler, 1991).
Ada beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam penelitian
yang ditunjukan pada tabel IV berikut.
Tabel IV. Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya (Powers, 2001).
Waktu Aksi
Onset
Puncak
Durasi
No.
Sediaan Insulin
(jam)
(jam)
Efektif
(jam)
1. Short-acting
Lispro
<0,25
0,5-1,5
3-4
Regular
0,5-1,0
2-3
3-6
2. Intermediate-acting
NPH
2-4
6-10
10-16
Lente
3-4
6-12
12-18
3. Long-acting
Ultralente
6-10
10-16
18-20
Glargine
4
*
24
4. Kombinasi
75% NPH, 25% regular
0,5-1
Rangkap
10-16
70% NPH, 30% regular
0,5-1
Rangkap
10-16
50% NPH, 50% regular
0,5-1
Rangkap
10-16
Keterangan : * Glargine memiliki aktifitas puncak minimal.
Durasi
Maksimum
(jam)
4-6
6-8
14-18
16-20
20-24
>24
14-18
14-18
14-18
Kebutuhan insulin pada penderita diabetes pada umumnya berkisar
antara 5-150 unit sehari tergantung dari keadaan penderita (Handoko dan
Suharto, 1995). Pada setiap pengobatan insulin terdapat bahaya hipoglikemik
akibat kelebihan dosis. Seorang penderita diabetes yang berpengalaman, yang
mengenali secara dini gejala pertama penurunan kadar gula darah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berlebihan, dapat mengimbangi kelebihan dosis insulin dengan mengkonsumsi
makanan yang kaya akan karbohidrat. Pada kasus yang parah dilakukan
pengobatan dengan pemberian glukosa secara parenteral (Mutschler, 1991).
Efek samping dari insulin adalah reaksi alergi. Reaksi ini dapat terjadi
secara sistemik atau lokal. Reaksi lokal terjadi 10 kali lebih sering daripada
reaksi sistemik terutama pada penggunaan yang kurang murni. Reaksi lokal
berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberapa menit
atau jam dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi
beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau
infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik
yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan
hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,
angioudem, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), dan gangguan
pernafasan (sesak nafas, asma) (Handoko dan Suharto, 1995).
3. Rekomendasi ADA
Rekomendasi perawatan nefropati diabetes menurut ADA :
a. Level A
1) Dalam terapi albuminuria atau nefropati ACEI dan ARBs dapat digunakan :
pada pasien DM tipe 1 dengan mikroalbuminuria, ACEI merupakan pilihan
pertama. Pada pasien DM tipe 2 dengan mikroalbuminuria, ARBs merupakan
pilihan pertama.
2) Pada pasien DM tipe 2, hipertensi, makroalbuminuria, dan insufisiensi renal,
kreatinin serum >1,5mg/dl, ARBs menunjukkan penundaan laju nefropati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Level B
1) Pembatasan protein menjadi ≤0,8 g kg-1 perhari (~10% kalori harian) pada
pasien nefropati. Pembatasan lebih lanjut mungkin berguna dalam
memperlambat laju penurunan GFR pada pasien tertentu.
2) Kombinasi ACEI dan ARBs akan lebih banyak menurunkan albuminuria
daripada hanya menggunakan satu golongan obat saja.
c. Konsensus Ahli
1) Jika ACEI dan ARBs digunakan kadar kalium dalam serum dimonitor untuk
mencegah terjadinya hiperkalemia
(Molitch, 2004).
D. Farmasi Klinik
Farmasi klinik didefinisikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh
seorang farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman,
tepat, dan cost effective. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi obat yang
bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak
diinginkan (Seto, Nita, dan Triana, 2004).
Praktek farmasi klinik yang didasarkan pada paradigma Asuhan
Kefarmasian tersebut tidak hanya dapat dipraktekkan di rumah sakit tetapi dapat juga
diterapkan pada area praktek kefarmasian lainnya, seperti di apotek, klinik, dan lain
sebagainya. Pada umumnya, praktek farmasi klinik lebih diterapkan di rumah sakit di
mana terdapat hubungan dan interaksi yang dekat antara farmasis, dokter, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa sebagian obat
digunakan di luar rumah sakit, baik itu berupa obat yang dibeli di apotek dengan
menggunakan resep dokter ataupun sebagai obat bebas (Seto dkk, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Praktek farmasi klinik yang dilakukan oleh farmasis rumah sakit dapat
berbeda dengan yang dilakukan oleh farmasis komunitas tetapi perlu diingat bahwa
tujuannya selalu sama. Tujuan praktek farmasi klinik yaitu menyelesaikan problem
yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problem atau DRP), serta menjamin
penggunaan obat yang aman dan tepat bagi tiap penderita (Seto dkk, 2004).
Fungsi utama dari seorang farmasis klinik adalah pengumpulan data
penderita, identifikasi problem, menyusun outcome yang diinginkan, mengevaluasi
pilihan terapi, individualisasi terapi obat, dan pemantauan outcome (Seto dkk, 2004).
E. Drug Related Problem (DRP)
Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian obat.
Drug Related Problem (DRP) atau sering diistilahkan dengan Drug Therapy
Problem (DTP) adalah kejadian atau efek tidak diharapkan yang dialami pasien
dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial bersamaan dengan
outcome yang diharapkan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998). Menurut Seto dkk
(2004) DRP adalah sebuah kejadian atau problem yang melibatkan terapi obat
penderita yang mempengaruhi pencapaian outcome. Drug Related Problem terdiri
dari aktual DRP dan potensial DRP. Aktual DRP adalah problem yang sedang terjadi
berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada penderita. Sedangkan
potensial DRP adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan
terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Seto dkk, 2004).
Penelitian terhadap masalah-masalah dalam terapi merupakan kajian yang
menarik sekaligus menantang. Masalah-masalah dalam kajian DRP dirumuskan
dalam Pharmaceutical Care Practice oleh Cipolle dkk (h 82;1998). Masalahmasalah dalam kajian DRP dapat ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRP
disajikan dalam tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel V. Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya (Cipolle dkk, 1998).
Kemungkinan Penyebab DRP
Drug Related Problem
1. Butuh obat (Need for a. Pasien dengan kondisi baru yang membutuhkan obat
additional
drug b. Pasien kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat
therapy)
c. Pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi
obat
d. Pasien dengan kondisi yang beresiko dan membutuhkan
obat untuk mencegahnya
2. Tidak
perlu
obat a. Tidak ada indikasi pada saat itu
(Unnecersary
drug b. Pasien mendapat obat dalam dosis toksik
Therapy)
c. Kondisi pasien akibat drug abuse
d. Pasien lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi
e. Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup hanya
dengan single drug terapi saja
f. Pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat
lain yang seharusnya dapat dihindarkan
3. Obat tidak tepat (Wrong a. Kondisi pasien yang menyebabkan obat bekerja tidak
drug)
efektif (kurang sesuai dengan indikasinya)
b. Pasien mempunyai alergi terhadap obat-obat tertentu
c. Obat yang diberikan memiliki faktor resiko
kontraindikasi dengan obat lain yang juga dibutuhkan
d. Efektif namun bukan yang paling murah
e. Efektif namun bukan yang paling aman
f. Penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap
infeksi pasien
g. Adanya kombinasi obat yang tidak perlu
4. Dosis kurang (Dosage a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan
too low)
respon
b. Konsentrasi obat di bawah therapeutic range
c. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak cukup
d. Dosis dan interval obat tidak cukup
e. Pemberian obat terlalu awal
5. Dosis berlebih (Dosage a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi untuk
too high)
memberikan respon
b. Konsentrasi obat di atas therapeutic range
c. Dosis obat terlalu cepat dinaikkan
d. Akumulasi obat karena penyakit kronis
e. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak sesuai
6. Efek obat yang tidak a. Obat yang diberikan kepada pasien terlalu cepat
diinginkan
(Adverse b. Adanya reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu
Drug reaction / ADR)
c. Ada faktor resiko yang membahayakan bagi pasien
d. Interaksi dengan obat-obatan atau makanan
e. Hasil laboratorium pasien berubah akibat obat
7. Ketidaktaatan
pasien a. Pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena
(Uncomplience)
medication error
b. Pasien tidak taat instruksi
c. Pasien tidak mengambil obat karena harga obat mahal
d. Pasien tidak mengambil obat karena tidak memahami
e. Pasien tidak mengambil obat karena keyakinan kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Ketika sebuah DRP terdeteksi, maka sangat penting untuk merencanakan
bagaimana cara mengatasinya. Kita harus memberikan skala prioritas untuk DRP
tersebut, yang manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas problem
tersebut didasarkan pada resiko yang mungkin timbul pada penderita (Seto dkk,
2004).
Sebagai farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRP kemudian
membuat solusi terhadap DRP tersebut sehingga tercapai terapi obat yang diharapkan
yaitu : tepat indikasi, efektif, aman, dan nyaman (Cipolle dkk, 1998).
KETERANGAN EMPIRIS
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran evaluasi pengobatan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus diabetes melitus (DM)
dengan komplikasi nefropati diabetik merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
retrospektif.
B. Definisi Operasional
1. Kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah seluruh kasus dengan
diagnosis masuk DM dan komplikasi gangguan pada ginjal yang terdapat di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005. Bila seorang
pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap sebanyak dua kali maka dihitung sebanyak
2 kasus.
2. Pasien rawat inap adalah pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang
menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005.
3. Nefropati diabetik adalah salah satu komplikasi dari penyakit DM yang tercatat
dalam diagnosis masuk setiap kasus dengan kode rekam medis E 14.2.
4. Pengobatan adalah salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk
menangani suatu penyakit dengan menggunakan obat.
5. Golongan obat adalah kelompok obat yang dikelompokkan berdasarkan efek
terapi dari setiap kelas terapi yang diberikan kepada pasien DM dengan
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
komplikasi nefropati diabetik, misalnya golongan insulin, golongan Antidiabetik
Oral (ADO), golongan antihipertensi.
6. Jenis obat adalah nama obat yang diresepkan kepada pasien DM dengan
komplikasi nefropati dalam bentuk generik, misalnya glibenklamid, metformin,
kaptopril.
7. Drug Related Problem (DRP) adalah permasalahan yang muncul dalam farmasi
klinis yang meliputi: indikasi tidak mendapat obat, pilihan obat tidak tepat, dosis
terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, obat tanpa indikasi, efek obat yang tidak
diinginkan.
8. Evaluasi DRP adalah melihat kembali serta mengumpulkan tindakan pengobatan
dengan obat (drug therapy) kemudian menyesuaikan dengan prosedur yang ada.
9. Rekam medis adalah catatan yang berisi data klinis pasien di RS yang meliputi
nomor rekam medis, nomor pendaftaran, nama pasien, umur pasien, jenis
kelamin pasien, diagnosis, pengobatan yang diterima,dan sebagainya.
10. Hasil pengobatan adalah hasil dari pengobatan yang telah diberikan dilihat dari
keadaan pasien saat keluar dari RS, terbagi menjadi lama tinggal pasien, alasan
kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Berdasarkan data
dari unit rekam medis RS Bethesda Yogyakarta diperoleh 48 kasus DM yang
didiagnosis mengalami komplikasi nefropati diabetik. Dari 48 kasus tersebut jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kasus yang diteliti hanya sebanyak 30 kasus karena dokumen 18 kasus lainnya telah
disimpan dalam tempat penyimpanan. Hal ini dikarenakan pasien sudah meninggal
sehingga dokumennya tidak dikeluarkan lagi.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian berupa data dari rekam medis pasien DM dengan
komplikasi nefropati diabetik rawat inap di RS Bethesda Yogyakarta pada periode
tahun 2005.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik dilakukan di unit rekam medis RS Bethesda
Yogyakarta Jalan Jendral Sudirman no.70 Yogyakarta.
F. Tata Cara Penelitian
Tata cara atau jalannya penelitian dilakukan secara bertahap dengan alur
sebagai berikut ini.
1. Perencanaan
Pada tahap ini melakukan analisis situasi, penentuan masalah serta
pencarian informasi standar penatalaksanaan, terutama mengenai pengobatan
untuk menangani penyakit nefropati diabetik di RS Bethesda Yogyakarta.
Analisis situasi dilakukan dengan mencari informasi mengenai distribusi penyakit
DM beserta komplikasinya di RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005
melalui unit rekam medisnya. Pada tahap ini diketahui data rekam medis kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
DM di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebesar 400 kasus dan dari 400 kasus
tersebut sebanyak 48 kasus merupakan DM dengan komplikasi nefropati
diabetik. Laporan tersebut digunakan sebagai acuan penentuan masalah.
2. Pengambilan data
Tahap pengambilan data meliputi proses-proses berikut ini.
a. Proses penelusuran data
Proses penelusuran data dilakukan dengan melihat data dari unit rekam medis
RS Bethesda. Dari data tersebut diketahui jumlah kasus dan nomor rekam
medis kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Selanjutnya nomor
rekam medis digunakan untuk menelusuri lembar catatan rekam medis secara
keseluruhan. Dari 48 kasus DM dengan komplikasi nefropati yang terdapat di
RS Bethesda, sebanyak 18 kasus tidak terdapat dokumen rekam medisnya
karena pasien sudah meninggal dan dokumen tersebut tidak dikeluarkan lagi.
Dengan demikian total kasus pada penelitian ini menjadi 30 kasus.
b. Proses pengambilan data
Proses pengambilan data ini dilakukan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik melalui dokumen rekam medisnya. Kemudian dokumen
rekam medis tiap kasus ditelusuri dengan menggunakan nomor rekam medis
yang sudah didapat pada proses penelusuran data dan data-data tiap kasus
tersebut dicatat.
c. Proses pencatatan data
Proses ini dilakukan dengan mencatat data yang ada di dokumen rekam medis
tiap kasus. Data yang dicatat meliputi : nomor rekam medis, usia, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, diagnosis masuk dan
diagnosis keluar, keluhan, tindakan yang telah dilakukan, riwayat penyakit,
jenis obat, jumlah obat, dosis, cara pemberian, waktu pemberian, bentuk
sediaan, serta data laboratorium.
3. Pengolahan data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan atau grafik dengan beberapa
keterangan. Data identifikasi kasus DRP juga disajikan dalam bentuk tabel.
4. Analisis hasil
Analisis hasil dilakukan dengan menganalisis data yang telah
dikumpulkan dan dicatat yaitu dengan memberikan gambaran profil kasus dan
gambaran umum pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik serta identifikasi DRP. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel beserta
uraian penjelasan. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam penjelasan di bawah
ini.
a. Gambaran profil kasus
Gambaran profil kasus meliputi jenis kelamin dan usia dalam kasus
DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Presentase jenis kelamin dihitung
berdasarkan banyaknya kasus dengan jenis kelamin tertentu dibagi jumlah
total kasus dikali 100%.
Berdasarkan usia, kasus dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu
kelompok usia 25 tahun sampai usia 44 tahun, kelompok usia 45 tahun
sampai usia 64 tahun, dan kelompok usia 65 tahun dan 65 tahun ke atas.
Presentase kelompok usia dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
termasuk ke dalam kelompok umur tertentu dibagi dengan jumlah total kasus
dikalikan 100%.
b. Gambaran pola pengobatan
Gambaran pola pengobatan dilakukan dengan menghitung kelas
terapi obat, golongan obat, dan jenis obat yang diberikan dalam kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik. Kemudian dihitung presentasenya.
Presentase kelas terapi obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
menerima kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan
100%. Presentase golongan obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
menerima golongan obat dari kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total
kasus dikali dengan 100%. Sedangkan presentase jenis obat dihitung
berdasarkan banyaknya kasus yang menerima jenis obat dari golongan obat
tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan 100%.
c. Evaluasi per kasus DRP
Evaluasi
dilakukan
dengan
melihat
pengobatan
dan
hasil
laboratorium setiap kasus kemudian dibandingkan dengan standar dan diberi
rekomendasi yang tepat. Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000, rekomendasi dari
ADA, dan MIMS Indonesia 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Profil Kasus Diabetes Melitus (DM) dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang bisa diderita oleh siapa
saja tanpa memandang usia, jenis kelamin bahkan status sosial. Hasil yang diperoleh
dari data rekam medis jumlah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dan
menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebanyak 48 kasus.
Berikut daftar distribusi macam-macam komplikasi penyakit DM di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun 2005.
Tabel VI. Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat
Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No.
Diagnosa
Jumlah
1. DM unspecified
203
2. DM dengan Ulcer
89
3. DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
48
4. DM dengan Koma
36
5. DM dengan Ketoasidosis
7
6. DM dengan Arthropathy
6
7. DM dengan Komplikasi Mata
2
Dari tabel VI dapat dilihat bahwa kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun
2005 dengan jumlah 48 kasus. Namun, sebanyak 18 kasus dari 48 kasus tersebut
tidak ditemukan lembar rekam medisnya karena pasien sudah meninggal sehingga
jumlah kasus yang diteliti menjadi 30 kasus. Dari jumlah tersebut kemudian
diperoleh gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik berupa
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jenis kelamin, usia, dan diagnosis. Pengelompokan tersebut akan lebih dijelaskan
pada uraian di bawah ini.
1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin
Pengelompokan
kasus
DM
dengan
komplikasi
nefropati
diabetik
berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Perempuan
43.3%
Laki-laki,
56.7%
Gambar 1.
Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun
2005
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta periode tahun
2005 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 56,7% dari jumlah
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang ditemukan dalam penelitian
ini. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa prevalensi DM lebih banyak
terjadi pada laki-laki. Diabetes Melitus dapat diderita oleh siapa saja baik laki-laki
maupun perempuan.
2. Gambaran Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
dikelompokkan dalam 3 kelompok usia. Pada penelitian ini pengelompokan dimulai
dari usia 25 tahun sampai 44 tahun, usia 44 tahun sampai 64 tahun, dan usia 65 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan lebih dari 65 tahun (usia lanjut). Gambaran distribusi usia pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada gambar 2.
3.3%
16.7%
25-44 tahun
45-64 tahun
≥ 65 tahun
80.0%
Gambar 2.
Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik paling banyak masuk ke dalam kelompok usia 45-64 tahun yaitu
sebesar 80,0% dari jumlah kasus yang ada. Kelompok usia ≥ 65 hanya berjumlah 1
kasus atau sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda lebih banyak berusia 45-64 tahun. Diabetes Melitus bisa mulai diderita
pada saat usia pasien di bawah 40 tahun atau bisa saja pada saat pasien masih dalam
dalam usia remaja. Hanya saja gejalanya baru dirasakan setelah beberapa tahun
kemudian atau bahkan saat pasien sudah mengalami gangguan pada organnya. Hal
inilah yang mendorong pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga DM baru
terdeteksi. Usia di atas 40 tahun merupakan usia di mana seseorang mulai rentan
dengan berbagai penyakit karena kemampuan organ-organ tubuh mulai menurun dan
dapat diperparah dengan pola hidup yang tidak baik. Apabila orang tersebut
menderita DM dan tidak segera diketahui maka terlambatnya pengontrolan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
gula di dalam darah segera mengembangkan penyakit DM ke arah komplikasi.
Kesadaran seseorang dalam memeriksakan kesehatannya diperlukan untuk
mengetahui adanya penyakit DM sehingga perkembangannya ke arah komplikasi
dapat segera dicegah dan dihambat.
3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis
Diagnosis yang ditulis dalam rekam medis pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak hanya
nefropati saja melainkan ada beberapa penyakit lain yang juga menyertai saat pasien
datang ke RS Bethesda. Gambaran diagnosis pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah Kasus
Presentase
No.
Diagnosis
(n=30)
(%)
1. DM + Nefropati (tanpa penyakit lain)
23
76,7
2. DM + Nefropati + Ulkus
2
6,7
3. DM + Nefropati + CRF
2
6,7
4. DM + Nefropati + Udem
1
3,3
5. DM + Nefropati + Retinopati + Hipertermi
1
3,3
6. DM + Nefropati + Jantung Iskemi
1
3,3
4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal
Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa presentase kerusakan ginjal terbesar
adalah pada tingkat 4 dan 5. Hal ini dapat terjadi karena pada tingkat awal penyakit
DM dengan komplikasi nefropati diabetik kerusakan ginjal belum dapat dirasakan
oleh penderita. Kemudian ketika penderita mulai merasakan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit ini, kerusakan ginjal sudah memasuki tingkat selanjutnya
dan bila tidak segera diobati akan dapat memperburuk keadaan. Pada tingkat 4
penderita belum mendapatkan terapi penggantian ginjal. Namun, bila nefropati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
diabetik ini terus berkembang maka penderita akan sampai pada tingkat akhir yaitu
ESRD. Pada tingkat 5 diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis.
50.0%
40.0%
40.0%
Presentase Kasus
40.0%
30.0%
16.7%
20.0%
10.0%
3.3%
0.0%
0.0%
Tingkat 1
Tingkat 2
0.0%
Tingkat 3
Tingkat 4
Tingkat 5
#
Tingkat Kerusakan Ginjal
Keterangan # : tidak dilakukan pemeriksaan kreatinin
Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik
Pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dilakukan
terutama pada pengontrolan kadar gula darah pasien. Pengontrolan tekanan darah
juga penting dilakukan untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak
hanya didiagnosis penyakit DM saja, tetapi juga penyakit lain seperti ulkus,
hipertensi, gangguan pernafasan, dan lain sebagainya yang terjadi sebelum atau
mungkin saja terjadi selama menjalani masa perawatan sehingga diperlukan
pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dengan demikian, pengobatan yang
diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Inap RS Bethesda tidak hanya 1 atau 2 kelas terapi saja tetapi terdiri dari beberapa
kelas terapi. Distribusi kelas terapi yang diberikan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik
No.
Kelas Terapi
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Vitamin dan Mineral
29
96,7
2. Obat Sistem Kardiovaskuler
28
93,3
3. Obat Antidiabetik
22
73,3
4. Obat Sistem Saraf Pusat
22
73,3
5. Antianemia
22
73,3
6. Obat Saluran Cerna (Gastrointestinal)
19
63,3
7. Antiinfeksi
16
53,3
8. Nutrisi
11
36,7
9. Obat Sistem Genital - Urinaria
10
33,3
10. Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi
8
26,7
11. Analgesik
7
23,3
12. Obat Sistem Saluran Pernafasan
5
16,7
13. Obat lain-lain
3
10,0
14. Obat Mata
2
6,7
15. Obat Hormon
1
3,3
Dari tabel VIII dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak diberikan
dalam kasus DM dengan komplikasi nefropati adalah kelas terapi vitamin dan
mineral dengan presentase 96,7% dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler
dan dengan presentase sebesar 93,3%.
1. Obat Antidiabetik
Penyakit DM merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi. Pengontrolan kadar gula di dalam darah sangat penting dilakukan karena
kadar gula darah yang tinggi tersebut bila tidak segera dikontrol akan dapat
mempengaruhi sistem organ. Bila seseorang memiliki kadar gula darah yang tinggi
dalam waktu yang lama dan tidak segera diketahui dan dikontrol maka komplikasi
akan terjadi. Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengatur pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
makan, mengatur aktifitas fisik, dan pemberian obat antidiabetik. Obat antidiabetik
dapat diberikan apabila terapi non farmakologis seperti pengaturan pola makan dan
aktifitas fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah, khususnya pada DM tipe 2.
Selain itu pemberian obat antidiabetik yaitu golongan insulin diperlukan bagi pasien
yang benar-benar membutuhkan insulin karena ada gangguan dalam sekresi
insulinnya. Terdapat 2 golongan obat dari kelas terapi obat hipoglikemik yang
diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi nefropati yaitu golongan obat
insulin dan obat antidiabetik oral (ADO). Gambaran golongan obat antidiabetik dapat
dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik
No.
Golongan Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1.
Insulin
12
40,0
2.
Obat Antidiabetika Oral
26
86,7
Pada penelitian ini terdapat 8 kasus yang tidak diberikan obat antidiabetik.
Pasien dari kedelapan kasus tersebut menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat
diartikan pasien-pasien dari kedelapan kasus tersebut sudah mengalami penurunan
fungsi ginjal yang cukup parah atau bahkan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien
tidak diberikan obat antidiabetik untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang
semakin parah. Pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal perlu mendapat
perhatian dalam menggunakan ADO karena ADO diekskresi di ginjal, sedangkan
golongan insulin dieliminasi oleh ginjal dan hati. Gangguan fungsi ginjal yang berat
lebih berpengaruh terhadap eliminasi insulin daripada gangguan fungsi hati karena
hati telah berfungsi maksimal sehingga tidak dapat meningkatkan eliminasi. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
insulin yang terdapat di dalam tubuh tidak dieliminasi maka kemungkinan akan
terjadi hipoglikemia.
Seharusnya obat antidiabetik tetap diberikan untuk mengontrol kadar gula
darah pasien, apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah suatu kasus melebihi batas
normal. Namun, pemberian obat antidiabetik tersebut perlu ditinjau kembali yaitu
dengan melihat kemungkinan apakah terjadinya resiko kerusakan ginjal lebih besar
daripada manfaat yang diberikan dari obat antidiabetik tersebut ataukah sebaliknya.
Apabila resiko kerusakan ginjal lebih besar daripada manfaat yang diberikan obat
antidiabetik maka pada kasus tersebut tidak diberikan obat antidiabetik terlebih
dahulu.
Dari tabel IX terlihat bahwa pemberian ADO lebih besar daripada
pemberian insulin. Presentase penggunaan obat antidiabetik melebihi 100% karena
pada beberapa kasus menggunakan kombinasi antara insulin dengan 1 jenis ADO
sebanyak 2 kasus, kombinasi antara insulin dengan 2 jenis ADO sebanyak 3 kasus,
kombinasi antara insulin dengan 3 jenis ADO sebanyak 1 kasus, kombinasi insulin
dengan insulin sebanyak 2 kasus, dan kombinasi ADO dengan ADO sebanyak 2
kasus. Kombinasi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan pengontrolan kadar
gula darah pasien. Obat Antidiabetik Oral diindikasikan untuk DM tipe 2 ringan
sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan
karbohidrat serta olahraga.
Insulin diindikasikan untuk DM tipe 1 dan juga untuk DM tipe 2 yang kadar
gula darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan ADO. Pada penelitian ini
DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dibedakan dalam diagnosisnya. Penggunaan insulin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
membantu pasien DM dalam proses penyerapan gula dalam tubuh. Pada pasien DM
tipe 1, pemberian insulin sangat diperlukan karena sel beta pankreasnya sudah tidak
dapat menghasilkan insulin. Pada DM tipe 2, penggunaan insulin diperlukan
berkaitan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan reseptor insulin
menjadi kurang peka terhadap insulin endogen sehingga diperlukan insulin eksogen.
Di samping DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan
diet dan ADO, indikasi penggunaan insulin yaitu DM dengan berat badan yang
menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM pasca bedah pankreas, pasien DM
yang memiliki kontraindikasi dengan ADO, ketoasidosis, dan DM dengan
kehamilan.
Pasien yang mendapat pengobatan baik dengan ADO, insulin ataupun
kombinasinya perlu diwaspadai resiko terjadinya hipoglikemia. Oleh karena itu,
penggunaannya perlu diperhatikan baik dosis maupun waktu obat tersebut harus
digunakan (sebelum, bersama, atau sesudah makan). Jumlah golongan dan jenis obat
antidiabetik dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Insulin kerja singkat
Insulin
6
20,0
2. Insulin kerja sedang mula Insulin
2
6,7
kerja singkat
Insulin
1
3,3
3. Insulin sediaan campuran
Insulin
1
3,3
Insulin
2
6,7
4. Sulfonilurea
Glikazid
3
10,0
Glibenklamid
1
3,3
Glikuidon
7
23,3
Glimepiride
6
20,0
5. Biguanida
Metformin
2
6,7
6. Penghambat α glukosidase
Akarbosa
7
23,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Terdapat 3 golongan ADO yang diberikan yaitu sulfonilurea, biguanida, dan
penghambat α glukosidase. Golongan sulfonilurea merupakan golongan yang paling
banyak diberikan. Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang pankreas
untuk memproduksi insulin lebih banyak. Oleh karena itu, obat ini efektif apabila sel
beta pankreas masih dapat berproduksi. Jenis obat dari golongan sulfonilurea yang
diberikan adalah Glikazid, Glibenklamid, Glikuidon, dan Glimepirid. Glikuidon
merupakan jenis obat dari golongan sulfonilurea yang paling banyak diberikan
kepada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Glikuidon memiliki onset
(mula kerja) kurang dari 1 jam dan memiliki durasi yang relatif singkat (8 sampai 10
jam) dibandingkan dengan sulfonilurea yang lain. Pasien DM dengan komplikasi
nefropati yang dirawat di RS Bethesda tidak hanya menderita penyakit DM saja
tetapi juga penyakit lainnya yang juga membutuhkan pengobatan. Obat antidiabetik
yang diberikan diharapkan memiliki mula kerja yang singkat agar penyerapan
glukosa dapat segera terjadi pada saat pasien makan dan setelah makan. Selain itu
juga diperlukan durasi yang singkat agar pasien dapat diberikan obat untuk
mengatasi penyakit atau gejala lain yang dialami oleh pasien DM sehingga interaksi
obat yang mungkin dapat terjadi antara ADO dengan obat lain dapat dihindari. Oleh
karena itu, Glikuidon paling banyak diberikan dari golongan sulfonilurea.
Dari tabel X dapat dilihat juga bahwa jenis obat yang memiliki angka
pemberian sama banyaknya dengan Glikuidon adalah Akarbosa. Obat tersebut
termasuk ke dalam golongan penghambat α glukosidase. Cara kerjanya yaitu dengan
menghambat enzim α glukosidase. Penghambatan tersebut akan menurunkan
absorpsi sari pati, dekstrin dan disakarida setelah makan sehingga kenaikan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
gula darah setelah makan dapat diturunkan. Golongan ini tidak tergantung
penggunaan glukosa maupun sekresi insulin. Jadi, obat ini dapat dipakai untuk semua
pasien DM. Sama halnya dengan kelompok glikuidon dari golongan sulfonilurea,
Akarbosa juga memiliki onzet yang cepat yaitu 30 menit dan durasi yang singkat
yaitu 4 jam.
Metformin bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini efektif jika terdapat insulin
endogen. Metformin termasuk ke dalam golongan biguanida.
Dari golongan insulin, insulin dengan kerja singkat paling banyak diberikan,
diikuti dengan insulin kerja sedang mula kerja singkat dan insulin sediaan campuran.
Sama seperti ADO, penggunaan insulin juga diharapkan memiliki kerja atau durasi
yang singkat agar pasien yang harus diberikan obat dari kelas terapi lain yang
mungkin dapat menimbulkan interaksi dapat dihindarkan.
2. Vitamin dan Mineral
Kelas terapi vitamin dan mineral terdiri dari golongan elektrolit dan mineral,
kalsium / dengan vitamin, vitamin B / dengan vitamin C, dan vitamin K. Kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di RS Bethesda menerima kelas terapi vitamin
dan mineral yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi pasien karena kehilangan
cairan atau dehidrasi dan kehilangan elektrolit yang dapat terjadi melalui saluran
kemih atau saluran cerna. Kehilangan melalui saluran cerna dapat terjadi akibat
muntah dan diare. Selera makan yang menurun dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan vitamin dan mineral dari luar. Pada kondisi ini pasien juga dapat diberikan
vitamin dan mineral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Elektrolit dan mineral merupakan golongan obat yang paling banyak
diberikan dengan presentase 90,0%. Elektrolit dan mineral dapat diberikan jika diet
diketahui tidak memadai atau asupan gizi tidak mencukupi. Jenis obat yang paling
banyak diberikan dari golongan obat ini adalah Asering dengan presentase sebesar
46,7% diikuti dengan Maltosa dengan presentase sebesar 43,3%. Asering
diindikasikan untuk terapi cairan pengganti yang hilang secara akut. Sedangkan
Maltosa diberikan dengan tujuan mensuplai penambahan air dan karbohidrat pada
pasien DM. NaCl kombinasi digunakan untuk mengganti air dan elektrolit pasien
DM dengan komplikasi nefropati yang mungkin hilang karena pasien mengalami
dehidrasi akibat terlalu banyaknya cairan yang dikeluarkan.
Tabel XI. Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah
Jumlah
Presentase
Presentase
No. Golongan Obat
Kasus
Jenis Obat
Kasus
(%)
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Elektrolit dan
27
90,0
Asering
14
46,7
Mineral
Tutofusin Ops
1
3,3
Maltosa
13
43,3
NaCl
7
23,3
NaCl
11
36,7
kombinasi
Kalium
L4
13,3
aspartat
Dextrose 5%
4
13,3
Dextrose 10%
3
10,0
Dextrose 40%
3
10,0
2. Kalsium
/
24
80,0
Kalsium
19
63,3
dengan Vitamin
Karbonat
Kalsium
6
20,0
Garam
1
3,3
kalsium
3. Vitamin B /
4
13,3
Vitamin B1
3
10,0
dengan Vitamin
Vitamin B1,
3
10,0
C
B6, B12
4. Vitamin K
1
3,3
Vitamin K
1
3,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Golongan terbanyak kedua setelah elektrolit dan mineral yang diberikan
kepada pasien DM dengan nefropati adalah golongan kalsium / dengan vitamin. Jenis
obat kalsium / dengan vitamin yang paling banyak diberikan adalah Kalsium
Karbonat dengan presentase 63,3%. Pasien DM dengan komplikasi nefropati
membutuhkan suplemen kalsium untuk mencegah terjadinya kekurangan kalsium
akibat penggunaan diuretik atau akibat banyaknya urin yang dikeluarkan oleh pasien.
Vitamin diberikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi spesifik.
3. Obat Sistem Kardiovaskuler
Pada pengobatan DM dengan komplikasi nefropati memberikan obat sistem
kardiovaskuler juga penting dilakukan karena pada beberapa pasien memiliki
tekanan darah yang melebihi normal dan gangguan lain di sistem kardiovaskuler.
Obat sistem kardiovaskuler yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati terdiri dari beberapa golongan. Golongan obat sistem kardiovaskuler dapat
dilihat pada tabel XII.
Diuretik kuat merupakan kelas terapi dari obat kardiovaskuler yang paling
banyak diberikan dengan presentase sebesar 86,7%. Diuretik menambah kecepatan
pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem yaitu
dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel
kembali menjadi normal. Pada beberapa pasien terjadi udem pada kaki atau organ
lainnya. Udem yang terjadi ini merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal.
Diuretik kuat digunakan untuk menghambat proses reabsorpsi elektrolit dari
lengkung Henle asending.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Jenis obat dari golongan diuretik kuat yang paling banyak diberikan adalah
Furosemid dengan presentase sebesar 76,7% seperti yang dapat dilihat dalam tabel
XII. Hal ini dikarenakan banyak kasus yang datang ke RS Bethesda mengeluhkan
bengkak-bengkak yang terjadi pada kaki dan anggota tubuh yang lain. Diuretik
hemat kalium menyebabkan retensi kalium sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif yang lebih efektif daripada memberikan suplemen kalium pada penggunaan
diuretik kuat atau diuretik tiazid.
Obat sistem kardiovaskuler digunakan untuk mengontrol tekanan darah
pasien, mengobati penyakit jantung yang dialami oleh beberapa pasien dan juga
untuk melindungi fungsi ginjal terutama obat-obat antihipertensi seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Obat antihipertensi yang banyak diberikan pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda adalah
antihipertensi penghambat ACE. Antihipertensi penghambat ACE dianjurkan untuk
penderita DM yang mengalami komplikasi nefropati. Antihipertensi penghambat
ACE bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II. Dengan demikian pembentukan angiotensin II akan berkurang. Angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah dan paling kuat terjadi pada
pembuluh darah ginjal. Pembentukan angiotensin II yang berkurang karena adanya
penghambat ACE menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal. Dilatasi ini
diperkirakan akan mengurangi perbedaan tekanan hidraulik pada pembuluh darah
kapiler glomerulus sehingga dapat mengurangi kebocoran albumin. Dengan
demikian, ginjal dapat terlindungi karena kerusakan membran dasar glomerulus
dikurangi. Dari tabel XII, Kaptopril merupakan penghambat ACE yang paling
banyak digunakan dengan presentase sebesar 33,3%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
Jumlah
Jumlah
Presentase
Presentase
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Kasus
Kasus
(%)
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Glikosida
1
3,3
Digoksin
1
3,3
Jantung
2. Antihipertensi
13
43,3
Kaptopril
10
33,3
Penghambat
Perindopril
2
6,7
ACE
Lisinopril
1
3,3
3. Antihipertensi
2
6,7
Klonidin
2
6,7
yang
Bekerja
Sentral
4. Antihipertensi
14
46,7
Kalium
1
3,3
Antagonis
losartan
Reseptor
Telmisartan
1
3,3
Angiotensin II
Irbesartan
12
40,0
5. Antiangina
13
43,3
Amlodipin
10
33,3
Antagonis
besilat
Kalsium
Nifedipin
3
10,0
6. Antiangina Nitrat
2
6,7
Isosorbid
2
6,7
dinitrat
7. Antiaritmia
1
3,3
Amiodarone
1
3,3
8. Diuretika Kuat
26
86,7
Furosemid
23
76,7
Torasemid
3
10,0
9. Diuretika Hemat
4
13,3
4
13,3
Spironolakton
Kalium
10. Diuretika
2
6,7
Indapamid
1
3,3
Golongan Tiazid
Hidroklortiazid
1
3,3
11. Antikoagulan,
12
40,0
Asetosal
10
33,3
Antiplatelet,
Enoksaparin
1
3,3
Fibrinolitik
Heparin
1
3,3
12. Hemostatik
2
6,7
Asam
1
3,3
Traneksamat
Karbazokrom
1
3,3
Na.sulfonat
13. Vasodilator
3
10,0
2
6,7
Pentoksifilin
Perifer
Sitikolina
1
3,3
14. Obat
3
10,0
Fenofibrat
2
6,7
Hipolipidemik
Simvastatin
1
3,3
Selain golongan antihipertensi penghambat ACE, golongan antihipertensi
antagonis reseptor angiotensin II juga banyak diberikan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik. Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan
antihipertensi penghambat ACE. Namun, obat ini tidak menghambat pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering yang biasanya timbul pada
pengobatan dengan penghambat ACE. Sehingga golongan obat ini digunakan
sebagai alternatif untuk pasien yang harus menghentikan obat penghambat ACE
karena batuk yang timbul. Irbesartan merupakan jenis obat dari golongan
antihipertensi antagonis reseptor angiotensin II yang paling banyak ditemukan dalam
penelitian ini.
Pada penelitian ini juga diberikan antiangina pada kasus dengan riwayat
hipertensi dan profilaksis angina. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi
platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri.
Obat hipolipidemik yang diberikan terdiri dari jenis obat fenofibrat dan simvastatin.
Golongan obat ini digunakan untuk menurunkan kadar lipid pada pasien yang
mengalami hiperlipidemia. Hemostatik diberikan untuk menghentikan perdarahan.
Pentoksilfilin sebagai vasodilator perifer bekerja mempengaruhi sifat aliran darah
dengan cara menurunkan viskositas darah dan memperbaiki fluiditas eritrosit.
4. Obat Sistem Saraf Pusat
Obat sistem saraf pusat yang diberikan di sini adalah obat untuk mual dan
vertigo, nootropik dan neurotonik, ansiolitik, antipsikotik, dan antiparkinson. Tabel
XIII menunjukkan golongan obat sistem saraf pusat yang diberikan.
Obat nootropik dan neurotonik merupakan obat yang paling banyak
diberikan dengan presentase 66,7%. Mekobalamin merupakan obat yang paling
banyak diberikan dari golongan ini. Obat ini diindikasikan untuk neuropati perifer.
Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga mengalami mual yang
mungkin saja terjadi karena efek samping obat atau mual biasa yang menyertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
vertigo. Mual yang dialami pasien juga merupakan salah satu gejala dari nefropati
diabetik.
Haloperidol merupakan obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi
pasien yang gelisah, berontak, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, dan
mengalami halusinasi. Haloperidol bekerja dengan menghambat reseptor dopamin di
otak sehingga menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal seperti parkinson.
Untuk itu haloperidol diberikan bersama dengan obat triheksifenidil. Triheksifenidil
merupakan obat antiparkinson yang dasar kerjanya mengurangi efektifitas kolinergik
yang berlebihan di ganglia basal. Obat ini digunakan untuk mengatasi parkinson
akibat obat.
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah
Presentase
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Ansiolitik
9
30,0
Klobazam
2
6,7
Diazepam
4
13,3
Alprazolam
3
10,0
2. Obat untuk Mual
5
16,7
Ondansetron
3
10,0
dan Vertigo
Dimenhidrinat
1
3,3
Betahistamin
1
3,3
3. Antipsikotik
5
16,7
Klorpromasin
1
3,3
Haloperidol
3
10,0
Aripripazol
1
3,3
4. Antiparkinson
2
6,7
Triheksifenidil
2
6,7
5. Nootropik dan
20
66,7
Pirasetam
6
20,0
Neurotonik
Mekobalamin
14
46,7
5. Antianemia
Pada kelas terapi antianemia diberikan golongan antianemia untuk anemia
defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia karena gagal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
ginjal. Distribusi pemberian golongan obat antianemia pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel XIV berikut ini.
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah
Presentase
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Anemia
3
10,0
Ferofumarat
1
3,3
defisiensi besi
FeOH3
2
6,7
2. Anemia
21
70,0
Asam Folat
21
70,0
megaloblastik
3. Anemia
7
56,7
Epoetin β
2
6,7
hipoplastik,
Epoetin
α
5
16,7
hemolitik, dan
dan epoetin β
renal
Golongan obat antianemia yang paling banyak diberikan adalah antianemia
untuk anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan
vitamin B12 atau asam folat. Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang akan
terganggu apabila terjadi kekurangan salah satu atau kedua faktor tersebut. Anemia
akan terjadi disertai dengan dilepasnya eritrosit berinti dan berukuran lebih besar
daripada ukuran normalnya. Pada penelitian ini jenis obat dari golongan obat
antianemia megaloblastik adalah asam folat dengan presentase sebesar 70,0%. Asam
folat memiliki indikasi memelihara kesehatan, untuk kasus yang mengalami
defisiensi asam folat, dan sebagai suplemen pada masa hamil dan menyusui. Kasus
DM dengan komplikasi nefropati yang menerima asam folat belum tentu menderita
anemia karena pada beberapa kasus memiliki angka hemoglobin dan hematokrit
yang normal sehingga asam folat yang diberikan digunakan untuk menjaga
kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Antianemia lain yang diberikan adalah antianemia karena hipoplastik,
hemolitik, dan renal. Anemia jenis ini dapat terjadi karena pasien mengalami
defisiensi eritropoietin terkait dengan gangguan pada ginjalnya. Kerusakan pada
ginjal akan menyebabkan penurunan sekresi eritropoietin. Eritropoietin merupakan
hormon pengontrol eritropoiesis yang disekresi oleh ginjal. Produksi eritropoietin
yang menurun akan menyebabkan gangguan pada eritropoiesis sehingga produksi
eritrosit akan menurun juga.
Antianemia untuk anemia defisiensi besi diberikan pada kasus yang
mengalami defisiensi besi. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),
sehingga defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih
kecil dengan kandungan Hb yang rendah.
6. Obat Saluran Cerna
Obat saluran cerna yang diberikan meliputi antitukak antagonis reseptor H2,
antitukak penghambat pompa proton, antitukak antasida, antitukak kelator dan
senyawa kompleks, pengatur saluran gastrointestinal, antispasmodik, antidiare,
pencahar pelunak tinja, pencahar stimulan, dan enzim pencernaan. Obat-obat tersebut
digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang dialami dalam kasus DM
dengan komplikasi nefropati. Distribusi penggunaan golongan obat saluran cerna
dapat dilihat pada tabel XV.
Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah pengatur saluran cerna
dan antiflatulen. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan tersebut adalah
metoklopramid dan domperidon. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
muntah pasien DM dengan komplikasi nefropati. Muntah yang terjadi bisa
diakibatkan oleh komplikasi yang dialami pasien atau bisa juga akibat efek samping
obat.
Selama menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda, jumlah
pasokan makanan pasien DM dengan komplikasi nefropati telah diatur oleh pihak
Rumah Sakit melalui diet. Selain itu kebanyakan pasien juga menerima nutrisi
melalui infus selama perawatan. Aktifitas asam lambung dalam mencerna makanan
menjadi berkurang karena makanan yang diberikan terbatas dan ada yang langsung
melalui aliran darah. Padahal sekresi asam lambung terus berlangsung dan asam
lambung akan dapat mengiritasi lapisan lambung karena tidak ada makanan yang
dicerna dalam lambung. Hal ini akan membuat perut terasa perih sehingga untuk
mengatasinya dan mencegah nyeri akibat asam lambung dibutuhkan antitukak.
Antitukak antagonis reseptor H2 merupakan golongan yang banyak diberikan kepada
pasien DM dengan komplikasi nefropati. Antitukak ini bekerja dengan cara
menghambat reseptor H2. Akibatnya sekresi asam lambung berkurang dan nyeri
akibat asam lambung dapat berkurang. Dari tabel XV, dapat dilihat bahwa Ranitidin
merupakan jenis obat dari golongan antitukak antagonis reseptor H2 yang paling
banyak diberikan dengan presentase 40,0%.
Antispasmodik digunakan untuk mengurangi spasme usus. Pemberian
antidiare untuk mengatasi diare sedangkan pencahar diberikan untuk membantu
pasien yang mengalami konstipasi. Enzim pencernaan digunakan untuk mengatasi
gangguan pencernaan yaitu berupa perasaan kembung, flatulen, dan perasaan tidak
nyaman di perut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No.
Golongan
Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah Presentase
Obat
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Antitukak
11
36,7
Lansoprazol
5
16,7
Penghambat
Omeprazol
6
20,0
Pompa Proton
2. Antitukak
12
40,0
Ranitidin
12
40,0
Antagonis
Reseptor H2
3. Antitukak
1
3,3
Na.Rabeprazol
1
3,3
Antasida
4. Antitukak
1
3,3
Sukralfat
1
3,3
Kelator dan
Senyawa
Kompleks
5. Pengatur
17
56,7
Metoklopramid
9
30,0
Saluran Cerna
Domperidon
8
26,7
dan
Antiflatulen
6. Antispasmodik
1
3,3
3
10,0
Fenilpropiletilamin
Klordizepokzepoksida
1
3,3
Hiosin hidrobromida
1
3,3
7. Antidiare
1
3,3
Attalpulgit
1
3,3
8. Pencahar
1
3,3
Parafin cair
2
6,7
Pelunak Tinja
9. Pencahar
2
6,7
Bisakodil
2
6,7
Stimulan
10. Enzim
2
6,7
Amilase, protease
2
6,7
Pencernaan
7. Antiinfeksi
Pemakaian antiinfeksi bertujuan untuk mengobati infeksi yang dapat
disebabkan oleh bakteri atau jamur. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam
lainnya merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dengan presentase
46,7% seperti yang terlihat pada tabel XVI. Antibiotik sefalosporin termasuk dalam
antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh ke urin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Beberapa pasien mengalami ulkus pada saat datang ke RS Bethesda.
Antibiotik digunakan untuk mengatasi ulkus tersebut, sesuai dengan jenis
mikrobanya yang didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dilihat dari
sensitif tidaknya mikroba yang ditemukan terhadap suatu antibiotik.
Dari tabel XVI dapat dilihat bahwa antibiotik Seftriakson merupakan
antibiotik yang paling banyak diberikan dengan presentase sebesar 26,7%. Hal ini
dikarenakan Seftriakson termasuk ke dalam antibiotik sefalosporin generasi ketiga
sehingga mikroba masih menunjukkan sensitifitasnya terhadap antibiotik tersebut.
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah
Presentase
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Antibiotik
4
13,3
Amoksisilin
1
3,3
Penisilin
Co-amoksiklav
1
3,3
Sultamisilin
2
6,7
2. Antibiotik
14
46,7
Seftriakson
8
26,7
sefalosporin dan
Sefadroksil
1
3,3
antibiotik
Seftazidim
1
3,3
betalaktam
Sefotiam
3
10,0
lainnya
Sefradin
1
3,3
3. Antibiotik
4
13,3
Ofloksasin
1
3,3
Kuinolon
Ciprofloksasin
2
6,7
Levofloksasin
1
3,3
4. Antijamur
1
3,3
Itrakonazol
1
3,3
8. Nutrisi
Kasus DM dengan komplikasi nefropati juga mendapat tambahan nutrisi
selama dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda. Kelas terapi ini dibagi menjadi
2 golongan yaitu suplemen dan terapi tambahan dan golongan nutrisi parenteral.
Pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap
diberikan nutrisi agar kekebalan tubuhnya tidak berkurang. Jika kekebalan tubuh
menurun maka akan mempermudah terjadinya infeksi dan juga dapat mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu pasien membutuhkan tambahan nutrisi
dari luar. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tabel XVII
menunjukan golongan dan jenis obat nutrisi pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati.
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat
Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah
Presentase
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Suplemen
dan
3
10,0
1
3,3
Leucoselect
Terapi
phytosome
Tambahan
Curcuma
2
6,7
2. Nutrisi
9
30,0
Asam amino
9
30,0
Parenteral
Dari tabel XVII dapat dilihat bahwa nutrisi yang paling banyak digunakan
adalah Asam amino. Asam amino digunakan untuk pasien dengan hipoproteinemia
yang terjadi akibat gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis, malnutrisi, trauma atau
pembedahan. Leucoselect phytosome berfungsi sebagai antioksidan.
9. Obat Sistem Genital-Urinaria
Obat saluran genital-urinaria yang diberikan digunakan untuk mengatasi
masalah yang berhubungan dengan saluran urinaria. Ketoacid essensial diindikasikan
untuk pasien yang mengalami insufisiensi ginjal kronik. Pasien DM dengan
komplikasi nefropati mengalami gangguan pada fungsi ginjalnya sehingga aktifitas
pengeluaran urin juga tidak lancar. Untuk itu diberikan obat-obat tersebut untuk
memperlancar pengeluaran urin. Ketoacid essensial merupakan tablet yang
mengandung asam amino esensial seperti L-lisina, L-treonin, L-triptofan, L-histidin,
dan L-tirosin. Nimorazol kombinasi (nimorazol, nistatin, dan kloramfenikol)
digunakan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas, bakteri,
atau jamur. Golongan dan jenis obat saluran urinaria dapat dilihat pada tabel XVIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Obat lain yang beraksi di Ketoacid essensial
9
30,0
sistem genital-urinaria
2. Antiinfeksi pada vagina
Nimorazol, nistatin,
1
3,3
kloramfenikol
10. Obat Otot Skelet dan Sendi
Obat otot skelet dan sendi yang digunakan meliputi Anti Inflamasi
Nonsteroid (AINS) dan obat untuk mengatasi gout. Presentase golongan dan jenis
obat dapat dilihat pada tabel XIX. Golongan obat yang paling banyak digunakan
adalah obat untuk mengatasi gout. Allopurinol merupakan obat yang paling banyak
digunakan dengan presentase 16,7%. Allopurinol diindikasikan untuk mencegah gout
dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal.
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. AINS
Ketoprofen
2
6,7
Naproksen Na.
1
3,3
2. Obat untuk Mengatasi Allopurinol
5
16,7
Gout
Penggunaan AINS dibutuhkan perhatian pada pasien yang memiliki
gangguan pada ginjalnya karena obat-obat ini diekskresikan melalui urin sehingga
bila tidak dipantau penggunaannya dapat memperburuk fungsi ginjal.
11. Analgesik
Pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik juga diberikan obat
analgesik selama masa perawatannya di RS Bethesda. Obat analgesik yang diberikan
terdiri dari 2 golongan obat yaitu analgesik non opioid dan analgesik opioid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel XX menunjukkan bahwa analgesik non opioid lebih besar daripada
analgesik opioid dengan presentase masing-masing sebesar 23,3% dan 3,3%.
Analgesik non opioid yang diberikan meliputi Parasetamol, Ketorolak trometamin,
dan Metampiron. Analgesik tersebut diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas yang menjadi keluhan pada beberapa pasien. Ketorolak
trometamin digunakan untuk penanganan jangka pendek nyeri akut pasca bedah yang
sedang hingga berat karena pasien yang diberikan obat tersebut mengeluh nyeri
setelah menjalani operasi.
Tramadol merupakan satu-satunya obat analgesik opioid yang diberikan
pada pasien DM dengan komplikasi nefropati di RS Bethesda. Hal ini dikarenakan
pada pasien tersebut mengalami nyeri perut dan tidak bisa teratasi dengan analgesik
non-opioid.
Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No.
Golongan
Jumlah
Presentase
Jenis Obat
Jumlah
Presentase
Obat
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Analgesik
7
23,3
Parasetamol
4
13,3
Non-opioid
Metampiron
2
6,7
Ketorolak
3
10,0
trometamin
2. Analgesik
1
3,3
Tramadol
1
3,3
Opioid
12. Obat Sistem Pernafasan
Obat
saluran
pernafasan
yang
digunakan
meliputi
bronkodilator
antimuskarinik, mukolitik, dan antitusif. Presentase golongan obat sistem saluran
pernafasan dapat dilihat pada tabel XXI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Mukolitik digunakan untuk mengurangi viskositas sputum. Pemberian
antitusif ditujukan untuk mengatasi keluhan batuk yang dialami pasien baik selama
pasien menjalani perawatan. Obat bronkodilator antimuskarinik diberikan untuk
mengatasi sesak yang dialami oleh pasien.
Tabel XXI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Presentase
Jenis Obat
Jumlah Presentase
Kasus
(%)
Kasus
(%)
(n=30)
(n=30)
1. Bronkodilator
1
3,3
Ipratropium
1
3,3
antimuskarinik
bromida
2. Mukolitik
2
6,7
Bromheksina
1
3,3
Ambroxol
1
3,3
3. Antitusif
2
6,7
Dekstrometorfan
2
6,7
13. Obat Mata
Pemberian obat mata ditujukan untuk mengatasi keluhan pasien pada
matanya. Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga dapat mengalami gangguan
pada penglihatannya terkait dengan penyakit DM yang dideritanya. Tabel XXII
memperlihatkan golongan dan jenis obat yang diberikan pada pasien.
Tabel XXII. Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Kortikosteroid
Hidrokortison asetat
1
3,3
2. Obat mata lain
Kalium iodida
2
6,7
14. Obat Hormon
Obat hormon yang digunakan di sini adalah obat hormon seksual.
Etilestrenol merupakan satu-satunya jenis obat hormon seksual yang ditemukan pada
penelitian ini. Etilestrenol diindikasikan untuk pasien yang memiliki penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
melemahkan kronis khususnya pada pasien lanjut usia dan juga setelah operasi.
Pemakaiannya diperlukan pemantauan pada pasien dengan disfungsi renal.
Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Obat Hormon Seksual
Etilestrenol
1
3,3
15. Obat lain-lain
Obat lain-lain merupakan kelompok obat yang digunakan pada pengobatan
pasien DM dengan komplikasi nefropati. Obat-obat tersebut tidak masuk ke dalam
kelas terapi manapun. Jenis obat lain-lain dapat dilihat pada tabel XXIV.
Curcuma merupakan suplemen untuk melindungi hati (hepatoprotektif).
Kalsium polistirena sulfonat diindikasikan untuk pasien yang mengalami
hiperkalemia karena gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Tabel XXIV.
Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Kasus
Presentase
(n=30)
(%)
1. Hepatoprotektif
Curcuma
1
3,3
2. Hiperkalemia
Kalsium polistirena
2
6,7
sulfonat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
C. Analisis Drug Related Problem (DRP)
Pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang menjalani rawat inap
di RS Bethesda mendapatkan obat-obat antidiabetik dan antihipertensi untuk
mengatasi gula darah dan tekanan darah yang tinggi. Selain itu, pasien DM dengan
komplikasi nefropati juga diberikan obat-obat lain yang digunakan untuk mengatasi
tanda dan gejala penyakit lain yang menyertai. Dengan demikian pasien tidak hanya
menerima satu atau dua obat saja, melainkan lebih dari dua obat. Hal ini dapat
menimbulkan suatu masalah yang berkaitan dengan obat-obat tersebut yang disebut
dengan Drug Related Problem (DRP). Maka diperlukan analisis untuk mengetahui
masalah apa saja yang muncul atau mungkin muncul dalam proses pengobatan
pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap di RS Bethesda
pada tahun 2005.
Analisis dilakukan dengan melihat satu per satu kasus yang ada dalam
penelitian ini. Pengobatan yang diberikan kepada pasien dilihat kemudian
dibandingkan dengan IONI atau MIMS.
Analisis DRP dari kasus-kasus tersebut dapat dilihat pada tabel yang
disajikan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel XXV. Analisis DRP Kasus 1
Subjektif
Tn.B, laki-laki, berusia 50 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 06/02/2005 sampai
tanggal 08/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien mengeluh
panas selama 3 hari, mual, sakit pada ulu hati, dan ada luka di kaki kanan. Pasien ini memiliki
riwayat DM nefropati selama 1 tahun.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter
Nilai Normal
06/02/05
Hb
5,3
13,5-17,5 g %
Hct
15,9
41-53 %
Ureum
69
10-50 mg / dl
Kreatinin
2,2
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
12,27
4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
2,11
4,5-5,9 juta / mmk
Glukosa puasa
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
262
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
70-140 mg / dl
Natrium
120
130-160 mmol/L
Kalium
5,0
3,5-5,5 mmol/L
Klorida
88
94-111 mmol/L
Kalsium
2,11
2,02-2,60 mmol/L
TD (mmHg) : 06/02 : 150/100; 07/02 : 150/80
Suhu (oC) : 06/02 : 39o; 07/02 : 38o
Respirasi (x / menit) : 06/02 : 24
Nadi (x / menit) : 06/02 : 126; 07/02 : 110
Pengobatan
ƒ CaCO3
3x2, 250mg
ƒ Zumadiac (Glikazid)
ƒ Ceftriaxon (Seftriakson)
ƒ Cipro
(Siprofloksasin)
½--0--½, 80mg
2x1
2x1, 500mg
ƒ Pamol (Parasetamol) bila
ƒ Vomidex
ƒ Captopril (Kaptopril) 2x1,
perlu
(Metoklopramid) 2x1
25mg
ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1
ampul
ƒ Vometa (Domperidon)
ampul
3x1
Assessment
Kadar ureum dan kreatinin pasien B di atas normal. Hal ini berarti terdapat gangguan pada
fungsi ginjalnya.
ƒ Tn.B memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami
anemia. Namun pasien tidak diberi obat untuk mengatasi anemianya. Kasus ini termasuk
aktual DRP butuh obat. Anemia dapat terjadi karena eritropoietin yang dihasilkan ginjal
berkurang jumlahnya. Eritropoietin digunakan untuk proses pematangan sel darah
merah.*
ƒ Potensial DRP ADR mungkin terjadi antara Kaptopril dengan Glikazid, efek
hipoglikemik dari Glikazid mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril. Pada pemeriksaan
laboratorium kadar gula darah hanya diperiksa 1x saja sehingga diperlukan pemantauan
terus agar terhindar dari efek yang tidak diinginkan.
Rekomendasi
ƒ Perlu diberikan obat antianemia seperti eritropoietin untuk mengatasi anemia Tn.B
ƒ Terus pantau fungsi ginjal pasien.
ƒ Periksa kadar gula darah rutin agar efek hipoglikemik dapat terhindarkan.
* Kasus ini sama dengan kasus 1, 16, 17, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2
Subjektif
Tn.P, laki-laki, berusia 43 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 20/08/2005
sampai tanggal 22/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh
sudah 1 minggu kedua tungkai kaki bengkak, badan lemes, mual, tak muntah, BAB/BAK
lancar, tidak nafsu makan.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter
Nilai Normal
20/08/05
20/08/05
21/08/05
post HD
Hb
5,9
17,6
9,2
13,5-17,5 g %
Hct
17,7
51,8
28,5
41-53 %
Ureum
268
136
10-50 mg / dl
Kreatinin
18,4
10,3
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
6,66
4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
2,05
4,5-5,9 juta / mmk
MCV
86,3
92-121 fl
MCH
28,8
31-37 pg
Glukosa puasa
137
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
226
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 20/08 : 150/100
Suhu (oC) : 20/08 : 37o
Respirasi (x / menit) : 20/08 : 18
Nadi (x / menit) : 20/08 : 80
Pengobatan
ƒ Methycobal
ƒ Hemapo (eritropoeitin)
ƒ CaCO3
2x2, 250mg
(mekobalamin) 2x1
300 uL
ƒ Lasix (Furosemid) 1
ampul
ƒ Folavit (asam folat) 2x1
ampul
Assessment
ƒ Tn.P memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami anemia dan untuk mengatasinya diberikan asam folat dan eritropoeitin.
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien P.
ƒ Tn.P memiliki tekanan darah yang tinggi. Menurut ADA, pasien DM komplikasi
nefropati diabetik dengan hipertensi direkomendasikan mendapatkan obat golongan
ACEI atau ARB. Namun, Tn.P mendapatkan Furosemid untuk mengatasi tekanan
darah dan udem dan belum mendapatkan obat golongan ACEI atau ARB. Namun,
Tn.P sudah mendapatkan terapi hemodialisis sehingga dapat dikatakan ginjal Tn.P
sudah rusak. Dengan demikian terapi dengan ACEI atau ARB sudah terlambat jika
untuk menghambat laju nefropati diabetik.
ƒ Kadar glukosa darah pasien P melebihi batas normal. Namun pasien P tidak
mendapat obat antidiabetik untuk mengontrol gula darahnya. Pasien perlu mendapat
obat antidiabetik agar kadar gula dalam darah tidak menjadi semakin tidak terkontrol.
Jadi kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.
Rekomendasi
ƒ Berikan obat antidiabetik seperti misalnya glikuidon yang memiliki kerja yang
singkat, dapat diberikan dengan dosis awal 15mg sebelum sarapan. Periksa kadar
gula darah rutin.
ƒ Pantau terus fungsi ginjal pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3
Subjektif
Ny.A, perempuan, berusia 42 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 07/04/2005 sampai
tanggal 08/04/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh pusing,
badan lemas, Hb=5.9, makan-minum mau, bengkak.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter
Nilai Normal
01/04/05
07/04/05
Hb
5,9
9,6
12-18 g %
Hct
29,3
36-46 %
Ureum
71,7
64
10-50 mg / dl
Kreatinin
2,2
2,1
0,80-1,50 mg / dl
Protein total
5,7
6,6-8,7 g / dl
Eritrosit
3,26
4,5-5,9 juta / mmk
MCV
89,9
92-121 fl
MCH
29,4
31-37 pg
Glukosa puasa
70-100 mg / dl
74,9
Glukosa sesaat
70-140 mg / dl
71,0
Glukosa 2 jam pp
156,4
70-140 mg / dl
Kalium
4,9
3,5-5,5 mmol / L
Kolesterol
260
0-200 mg / dl
HDL Kolesterol
42,9
35-65 mg / dl
LDL Kolesterol
177,1
100-159 mg / dl
Trigliserida
201
0-200 mg / dl
TD (mmHg) : 07/04 : 200/110; 08/04 : 160/100
Suhu (oC) : 07/04 : 36,2o; 08/04 : 36,4o
Respirasi (x / menit) : 07/04 : 20
Nadi (x / menit) : 07/04 : 72; 08/04 : 80
Pengobatan
ƒ CaCO3 3x2
ƒ Glurenorm
(Gliquidon) ƒ Lasix (Furosemid) 1x1
ƒ Aspar K (Kalium L
1x1
ƒ Captopril (Kaptopril) 2x½,
aspartat) 1x1
ƒ Folavit (Asam folat) 3x1
25mg
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien A.
ƒ Pasien A mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia (yang
dapat terjadi pada pasien yang menggunakan furosemid) dan gangguan metabolisme
kalium. Namun pasien A memiliki kadar kalium yang masih berada dalam kadar normal.
Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.*
ƒ Kadar kolesterol dan LDL kolesterol pasien A melebihi batas normal. Hal ini berarti
pasien A mengalami hiperkolesterolemia. Namun, dalam pengobatannya tidak diberikan
obat untuk menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat digolongkan aktual DRP butuh
obat.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Kalium L Aspartat tidak diberikan, tetap pantau kadar elektrolit pasien terutama kalium
untuk menghindari efek hipokalemia akibat penggunaan furosemid jangka panjang. Jika
terjadi hipokalemia baru berikan Kalium L Aspartat.
ƒ Berikan obat golongan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
*Kasus ini sama dengan kasus 7, 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XXVIII. Analisis DRP Kasus 5
Subjektif
Tn.C, laki-laki, usia 45 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 30/11/2005 sampai tanggal
02/12/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh kaki terasa nyeri,
bengkak-bengkak, mual-mual, kadang seseg.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter
Nilai Normal
21/11/05
30/11/05
02/12/05
Hb
14,40
13,5-17,5 g %
Hct
42,3
41-53 %
Ureum
182
228,8
10-50 mg / dl
Kreatinin
4,3
4,5
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
17,9
4,1-10,9 ribu / mmk
AST
54,7
0-37 u / L
ALT
73,4
0-41 u / L
Asam urat
9,4
9,2
3,3-7,7 mg / dl
HbA1c
6,5
5-8 %
Glukosa puasa
95
86
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
185
70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 30/11 : 160/110; 01/12 : 120/70
Suhu (oC) : 30/11 : 36o; 01/12 : 37o
Respirasi (x / menit) : 30/11 : 22; 01/12 : 20
Nadi (x / menit) : 30/11 : 88; 01/12 : 88
Pengobatan
ƒ Folavit (Asam folat) 3x1
ƒ Amaryl (Glimepiride) 1-0ƒ Epocaldi (Kalsium
ƒ Ketosteril (L-lisina, L0, 3 mg
karbonat, vitamin D3)
1-0-0
treonin, L-triptofan, Lƒ Ceradolan (Sefotiam) 2x1
ƒ Methycobal (Mekobalamin)
histidin, L-tirosin) 3x1
tab
2x1 ampul
ƒ Alopurinol 3x1,100mg
ƒ Ascardia (Asetosal) 2x1,
80mg
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien C.
ƒ Pasien C mendapat obat Epocaldi yang diindikasikan untuk mengurangi resiko osteoporosis
pada wanita yang mengalami menopouse sedangkan pasien C berjenis kelamin laki-laki. Jadi,
termasuk golongan aktual DRP tidak perlu obat.*
ƒ Pasien C mengeluh mual-mual pada saat datang ke RS. Namun, selama perawatan pasian C
belum mendapat obat untuk mengatasi rasa mualnya. Jadi kasus ini termasuk ke dalam aktual
DRP butuh obat.
ƒ Asetosal digunakan sebagai anti agregasi trombosit untuk pencegahan penyakit
kardiovaskuler trombotik atau gangguan pada jantung. Pada kasus ini ditandai dengan kadar
AST yang meningkat dalam darah. AST merupakan enzim yang lebih banyak terdapat dalam
jantung dibandingkan dalam hati sehingga peningkatan kadar AST dalam darah menandai
adanya gangguan dalam jantung.
ƒ Hasil lab lekosit yang melebihi normal menunjukkan adanya infeksi. Hal tersebut diatasi
dengan pemberian antibiotik.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Epocaldi tidak diberikan.
ƒ Berikan obat untuk mengatasi rasa mual pasien seperti Vometa dengan dosis 1 tablet (10mg)
sehari.
*Kasus ini sama dengan kasus 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7
Subjektif
Ny.E, perempuan, usia 57 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 04/06/2005
sampai tanggal 11/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh
tiga hari seseg nafas, batuk. Riwayat DM dan darah tinggi.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni-05)
Parameter
Nilai Normal
4
5
6
7
10
Hb
9,8
12-18 g %
Hct
29,4
36-46 %
Ureum
123
210
10-50 mg / dl
Kreatinin
6,2
7,8
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
20,91
4,10-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
3,3
4,5-5,9
Glukosa puasa
353
120
70-100
Glukosa sesaat
50-58
70-140
51
Glukosa 2 jam pp
432
245
70-140
TD (mmHg) : 04/06 : 195/93; 05/06 : 140-180/80-120; 06/06 : 150-220/76-140
Suhu (oC) : 04/06 : 36o; 05/06 : 36-37; 06/06 : 36o-36,5o;
Respirasi (x / menit) : 04/06 : 32; 05/06 : 20-34; 06/06 : 20-36; 07/06 : 28
Nadi (x / menit) : 04/06 : 110; 05/06 : 84-108; 06/06 : 84-130
Pengobatan
ƒ Tensifask (Amlodipin
ƒ Cordarone (Amiodarone) ƒ Laxadin Syr (Parafin
besilat) 1x1
cair) 2x2 cth
3x ½ tab
ƒ Romilar
ƒ Polycrol Syr
ƒ Captensin (Kaptopril)
(Dekstrometorfan) 3x1
(Metilpolisiloxane) 3x1
2x12,5 mg
ƒ Zumadiac (Glikazid)
cth
ƒ Aspar K (Kalium L
1-0-0
ƒ Folavit (Asam folat) 3x1
aspartat) 1x1
ƒ Tonar (Ketoacid
ƒ Lasix (Furosemid) 1x1
essensial) 3x1
tab
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada Ny.E.
ƒ Ny.E mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan
gangguan metabolisme kalium. Namun pada data lab Ny.E kadar kalium tidak
diperiksa sehingga tidak ada indikasi saat itu. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu
obat.
ƒ Ny.E mendapat kaptopril untuk mengatasi tekanan darah dan untuk menghambat laju
nefropati, penggunaan obat tersebut dihentikan pada tanggal 07/06/05 karena efek
samping kaptopril adalah menimbulkan batuk sedangkan Ny.E saat itu sedang batuk.
Menurut ADA untuk pasien DM nefropati dengan hipertensi dapat diberikan
golongan ACEI atau ARB sehingga kaptopril dapat diganti dengan irbesartan (ARB)
untuk menghambat laju nefropati. Hal ini termasuk aktual DRP butuh kelanjutan
terapi.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Kalium L aspartat tidak diberikan. Periksa kadar kalium jika kurang dari normal baru
berikan Kalium L aspartat.
ƒ Ganti kaptopril dengan obat golongan ARB seperti irbesartan dengan dosis awal
150mg, sehari satu kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel XXX. Analisis DRP Kasus 15
Subjektif
Ny.J, perempuan, usia 37 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 15/08/2005 sampai
tanggal 23/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati, retinopati, dan hipertermia.
Pasien mengeluh sudah 3 hari kepala pusing, mual muntah, nafsu makan kurang, otot-otot
pegel, pandangan kabur.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Agustus)
Parameter
Nilai Normal
15
17
20
22
23
Hb
8,7
7,9
8,3
12-18 g %
Hct
26
22
24,5
36-46 %
Ureum
71
75
64
10-50 mg / dl
Kreatinin
4,6
4,4
5,3
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
21,8
9,2
4,1-10,9 ribu / mmk
AST
22
0-37 u / L
ALT
16
0-41 u / L
Glukosa puasa
160
117
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
242
70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 15/08 : 200/110; 16/08 : 130-170/100; 17/08 : 180/110; 18/08 : 150/80; 1923/08 : 160-190/ 90-110
o
Suhu ( C) : 15/08 : 37; 16-23/08 : 36-36,6o
Respirasi (x / menit) : 15/08 : 20
Nadi (x / menit) : 15/08 : 96; 16-23/08 : 72-88
Pengobatan
ƒ Noperten (Lisinopril) 1x1 ƒ Lasix (Furosemid) 2x1
ƒ Epotrex (Epoetin) 1x1
ƒ Vometa (Domperidon)
ƒ Ranitidin 150 mg, 2x1
ampul
3x1
ƒ Norvask (Amlodipin
ƒ Methycobal
ƒ Clonidin (Klonidin) 150
besilat) 1x1
(Mekobalamin) 2x1 ampul
mg, 2x1
ƒ Irvel (Irbesartan) 1-0-0
ƒ Insulatard (Insulin) 6 μi
ƒ Glurenorm (Gliquidone)
ƒ Sporacid (Itrakonasol) 2x2 ƒ Gynoxa ovule
½-0-0
ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1
(Nimorazol) 1x1
ƒ CaCO3 250 mg, 3x2
ampul
ƒ Cetalgin (Metampiron)
ƒ Mentalium (Diazepam)
ƒ Ceftriaxon (Seftriakson)
3x1
2x1
2x1 gr
ƒ Glucobay (Akarbosa) 50
mg, 3x1
Assessment
ƒ Pada kasus ini potensial DRP ADR mungkin terjadi yaitu antara Noperten dan
Glurenorm, dapat menambah efek hipoglikemia dari Glurenorm.
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien J.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Hal ini diatasi dengan pemberian
epoetin.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Lisinopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Pantau kadar glukosa darah pasien secara rutin untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16
Subjektif
Tn.K, laki-laki, usia 48 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 19/03/2005 sampai
tanggal 25/03/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati febris. Pasien mengeluh
sudah ± 2 hari mual, muntah, tak nafsu makan, badan lemes, ada luka di kaki kanan, kaki
kiri luka kering, riwayat hipertensi dan DM.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Maret)
Parameter
Nilai Normal
19
20
21
22
24
Hb
12,6
13,5-17,5 g %
Hct
37,4
41-53 %
Ureum
99
66
10-50 mg / dl
Kreatinin
2,1
1,9
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
8,94
4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
4,65
4,5-5,9 juta / mmk
MCV
80,4
92-121 fl
MCH
27,1
31-37 pg
Glukosa puasa
313
237
215
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
335
314
242
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
340
70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 19/03 : 150/90; 20/03 : 160-200/100-120; 21/03 : 160-200/90-110; 22/03 :
140-160/90-100; 23/03 : 150/100
o
Suhu ( C) : 19/03 : 36,5o; 20/03 : 38-38,4o; 21-22/03 : 36-38,5o
Respirasi (x / menit) : 19/03 : 20
Nadi (x / menit) : 19/03 : 96; 20-22/03 : 92-96
Pengobatan
ƒ Rantin (Ranitidin) 2x1
ƒ Norvask (Amlodipin
ƒ Vometa (Domperidon)
ƒ Narfoz (Ondansetron) 8
besilat) 1x1
3x1
mg, 1x1 ampul
ƒ Glucobay (Akarbosa) 50
ƒ Metrix (Glimepiride) 2
ƒ Insulatard (Insulin) 1x10
mg, 3x1
mg, 1x1
μi
ƒ Captensin (Kaptopril) 25 ƒ Pamol (Parasetamol) b/p
ƒ Frisium (Klobazam) 2x1
ƒ Cravit (Levofloksasin)
mg, 2x1
500 mg, 1x1
ƒ Simvastatin 10 mg, 1x1
ƒ Primperan
(Metoklopramid) 2x1
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien K.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien K belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP
butuh obat.
ƒ Pada kasus ini digunakan Simvastatin. Padahal dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda
memerlukan statin atau tidak adak tanda hiperlipidemia. Jadi masuk dalam aktual
DRP tidak butuh obat.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Simvastatin tidak perlu diberikan.
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17
Subjektif
Ny.L, perempuan, usia 63 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 10/06/2005 sampai tanggal
19/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh sesak sudah dari
seminggu, kedua kaki bengkak tidak bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa kencing, nafsu makan
kurang.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni)
Parameter
Nilai Normal
10
11
15
17
18
Hb
10,2
11,1
12-18 g %
Hct
31,9
33
36-46 %
Ureum
71
87
10-50 mg / dl
Kreatinin
2,5
2,5
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
7,35
4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
3,33
4,5-5,9 juta / mmk
MCV
95,8
92-121 fl
MCH
30,6
31-37 pg
Glukosa puasa
159
78
63
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
193
42
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
240
93
70-140 mg / dl
Kalium
4,8
3,5-5,5 mmol / L
TD (mmHg) : 10/06 : 170/100; 11/06 : 140-180/100-110; 12/06 : 160-170/90-100; 13/06 : 150180/100-110; 17/06 : 210/120; 18/06 : 170-180/90-110
Suhu (oC) : 10/06 : 36; 12-18/06 : 36
Respirasi (x / menit) : 10/06 : 26; 17/06 : 14
Nadi (x / menit) : 10/06 : 80; 12-18/06 : 80-98
Pengobatan
ƒ Aspar K (Kalium L
ƒ Zumadiac (Glikazid)1x½
ƒ Rantin (Ranitidin) 150 mg,
aspartat) 1x1
ƒ Letonal (Spironolakton) 3x
2x1
ƒ Captensin (Kaptopril) 12,5
½, 100 mg
ƒ Vometa (Domperidon) 3x1
mg, 2x1
ƒ Digoxin (Digoksin) 2x ½
ƒ Lasix (Furosemid) 2x2
ƒ Farmasal (Asetosal) 100
ƒ Tarivid (Ofloksasin) 400,
ampul
mg, 1x1
2x200
ƒ Dex 40% 1x1
ƒ Cedocard (Isosorbid
ƒ Diabex (Metformin) 500,
ƒ Lasix (Furosemid) 1x1
dinitrat) 5 mg, 3x1
2x1
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien L.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien L belum mendapat
obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.*
ƒ Pasien L mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan
gangguan metabolisme kalium. Namun pasien L memiliki kadar kalium yang masih berada
dalam kadar normal. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.
ƒ Pasien L mendapat kombinasi obat antidiabetik yaitu Metformin dan Glikazid. Hal ini
membuat kadar glukosa darahnya turun melewati batas normal. Jadi, kasus ini termasuk
aktual DRP ADR karena hasil lab pasien berubah akibat kombinasi obat tersebut.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Kalium L aspartat tidak perlu diberikan.
ƒ Obat antidiabetik diberikan satu obat saja tidak dikombinasikan
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
*Kasus ini sama dengan kasus 1,16,17,20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel XXXIII. Analisis DRP Kasus 20
Subjektif
Tn.M, laki-laki, usia 67 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 16/02/2005 sampai
tanggal 24/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien
mengeluh sudah 8 hari tidak bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki udem, ada luka di kaki,
pusing.
Objektif
Tanggal Pemeriksaan
Parameter
Nilai Normal
16/02
17/02
21/02
22/02
Hb
9,1
8,7
9
13,5-17,5 g %
Hct
28,1
28,8
26,6
41-53 %
Ureum
161
177
91
10-50 mg / dl
Kreatinin
7,4
7,8
4
0,80-1,50 mg / dl
Lekosit
3,86
4,1-10,9 ribu / mmk
Eritrosit
3,11
4,5-5,9 juta / mmk
AST
39,8
0-37 u / L
ALT
17,9
0-41 u / L
Glukosa puasa
116
70-100 mg / dl
Glukosa sesaat
170
70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp
124
70-140 mg / dl
TD (mmHg) : 16/02 : 160/110; 17/02 : 130-190/100-130; 18/02 : 140-190/100-110; 21/02
: 170/90-110; 24/02 : 130/80
o
Suhu ( C) : 16/02 : 36,8o; 17-21/02 : 36-36,7o
Respirasi (x / menit) : 16/02 : 24
Nadi (x / menit) : 16/02 : 70; 17-21/02 : 82-92
Pengobatan
ƒ CaCO3 250 mg, 3x2
ƒ Furosemide 2x1
ƒ Captensin (Kaptopril)
ƒ Vometa (Domperidon)
12,5 mg, 2x1
ƒ Ranitidin 2x1
3x1
ƒ Farmasal (Asetosal)
ƒ Cendomycos
1x100
(Hidrokortison) 4x1 tetes ƒ Adalat Oros (Nifedipin)
30 mg, 0-0-1
ƒ ISDN (Isosorbid dinitrat)
pada mata
ƒ Bactesyn HP
3x1, 5 mg
ƒ Catarlent (Kalium
(Sulbaktam) 2x1
ƒ Velocef (Sefradin) 500
iodida) 4x1 tetes pada
ƒ Lasix (Furosemid) 1
mg, 3x1
mata
ampul
ƒ Clonidin (Klonidin) 150
ƒ Laxadine (Parafin cair)
mg, 2x ½
1x2 cth
Assessment
ƒ Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien M.
ƒ Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien M belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP
butuh obat.
ƒ Pada kasus ini digunakan Vometa untuk mengatasi mual muntah. Akan tetapi pasien
dalam kasus ini tidak mengalaminya. Jadi masuk dalam DRP tidak perlu obat.
ƒ Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril.
Rekomendasi
ƒ Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien.
ƒ Berikan obat antianemia.
ƒ Vometa tidak usah diberikan.
ƒ Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
D. Hasil Pengobatan pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin
kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan saat keluar dari RS Bethesda meliputi
keadaan membaik (perbaikan) dan belum sembuh sedangkan izin kepulangan
meliputi atas permintaan sendiri (APS) dan atas persetujuan dokter. Keadaan keluar
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat dalam gambar 4.
20.0%
13.3%
Belum sembuh
Perbaikan
Tidak ada keterangan
66.7%
Gambar 4. Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Gambar 4 menunjukkan sebanyak 67,7% pulang dalam keadaan membaik.
Hal ini berarti pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati yang
dilakukan di RS Bethesda sudah cukup baik. Keluhan-keluhan yang tedapat dalam
kasus saat datang ke RS Bethesda sudah ditangani sehingga saat keluar dari rumah
sakit keluhan tersebut berkurang atau bahkan sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama
1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 1521 hari. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa berdasarkan lama rawat di rumah
sakit pengobatan yang dilakukan di RS Bethesda baik. Semakin pasien cepat keluar
dari rumah sakit maka pengobatan yang diberikan efektif. Dengan demikian biaya
yang dikeluarkan pasien menjadi lebih sedikit. Kasus rawat inap selama 1-7 hari
akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang
dirawat lebih lama di rumah sakit.
1-7 hari
6.7%
36.7%
8-14 hari
15-21 hari
56.7%
Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode tahun
2005
Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam
keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum
sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang
pasien dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7
kasus pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang
dalam keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada
keterangan mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari
mengalami perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter. Kasus yang pulang APS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mungkin dikarenakan pasien pada kasus tersebut sudah sering dirawat di rumah sakit
dan ada yang sudah menjalani program hemodialisis sehingga pasien merasa bosan
tinggal di rumah sakit meskipun baru dirawat selama 1-7 hari.
E. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan yang diberikan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun
2005 dengan jumlah 48 kasus dan sebanyak 30 kasus dianalisis dalam penelitian ini.
Presentase distribusi kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : laki-laki
56,7% dan perempuan 43,3%.
Presentase usia pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah
kelompok usia 25-44 tahun 16,7%, kelompok usia 45-64 tahun 80,0%, dan kelompok
usia ≥ 65 tahun 3,3%.
Dari 30 kasus yang diteliti, ditemukan kasus yang didiagnosis DM dengan
komplikasi nefropati tanpa penyakit lain sebesar 76,7%, diagnosis DM, nefropati,
dan ulkus 6,7%, diagnosis DM, nefropati, dan CRF 6,7%, diagnosis DM, nefropati,
dan udem 3,3%, diagnosis DM, nefropati, retinopati, dan hipertermi 3,3%, dan
diagnosis DM, nefropati, dan jantung iskemi 3,3%. Tingkat kerusakan ginjal pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik paling banyak berada pada tingkat 4
dan 5 dengan presentase masing-masing sebesar 40,0%.
Presentase distribusi kelas terapi obat pasien adalah vitamin dan mineral
96,7%, obat sistem kardiovaskuler 93,3%, antidiabetik 73,3%, obat sistem saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pusat 73,3%, obat antianemia 73,3%, obat untuk saluran cerna 63,3%, antiinfeksi
53,3%, nutrisi 36,7%, obat sistem genital dan urinaria 33,3%, obat penyakit otot dan
sendi 26,7%, analgesik 23,3%, obat sistem saluran pernafasan 16,7%, obat lain-lain
10,0%, obat mata 6,7%, dan obat hormon 3,3%.
Dari 30 kasus yang dianalisis, hasil evaluasi DRP ditemukan sebanyak 8
kasus termasuk aktual DRP butuh obat, 7 kasus termasuk dalam aktual DRP tidak
perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan sebanyak 2 kasus termasuk ke dalam
potensial DRP ADR. Hasil evaluasi DRP dapat dirangkum sebagai berikut :
Tabel XXXIV. Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug Reaction)
Kasus
Obat
Rekomendasi
Assessment
17
Metformin
dan Pasien mendapat kombinasi Obat antidiabetik diberikan
Glikazid.
obat
antidiabetik
yaitu satu obat saja, tidak
Metformin dan Glikazid. Hal dikombinasikan.
ini membuat kadar glukosa
darahnya turun melewati
batas normal.
Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy)
Kasus
Obat
Rekomendasi
Assessment
3, 7, Kalium
L Kalium L aspartat yang dindikasikan Kalium L Aspartat
17
aspartat
untuk hipokalemia dan gangguan tidak diberikan.
metabolisme kalium. Namun pasien
memiliki kadar kalium yang masih
berada dalam kadar normal.
5, 30 Epocaldi
Epocaldi yang diindikasikan untuk Epocaldi
tidak
mengurangi resiko osteoporosis pada diberikan.
wanita yang mengalami menopouse
sedangkan pasien berjenis kelamin
laki-laki.
16
Simvastatin
Dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda Simvastatin
tidak
memerlukan statin atau tidak ada perlu diberikan.
tanda hiperlipidemia.
20
Vometa
Vometa digunakan untuk mengatasi Vometa tidak perlu
mual muntah. Akan tetapi pasien diberikan.
dalam kasus ini tidak mengalaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel XXXVI. Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy)
Kasus
Obat-Problem
Rekomendasi
Assessment
3
StatinPada kasus ini ada indikasi Berikan obat golongan
hiperkolesterolemia hiperkolesterolemia. Namun, statin untuk mengatasi
dalam pengobatannya tidak hiperkolesterolemia.
diberikan
obat
untuk
menurunkan kadar kolesterol.
1, 16, Antianemia – kadar Pada kasus ini ada indikasi Perlu
diberikan
obat
17, 20 Hb
di
bawah terjadi anemia. Namun pasien antianemia
seperti
normal (anemia)
tidak diberi obat untuk eritropoietin.
mengatasi anemianya.
5
Antimual – pasien Pasien mengeluh mual-mual Berikan
obat
untuk
mual
pada saat datang ke RS. mengatasi
rasa
mual
Namun, selama perawatan pasien seperti vometa
pasien belum mendapat obat
untuk
mengatasi
rasa
mualnya.
2
Antidiabetik
– Kadar glukosa darah pasien Berikan obat antidiabetik
kadar
glukosa melebihi
batas
normal. misalnya glikuidon yang
darah
Namun pasien tidak mendapat memiliki
kerja
yang
obat
antidiabetik
untuk singkat.
mengontrol gula darahnya.
7
ACEI
Pasien dalam kasus ini Ganti kaptopril dengan
hipertensi dan mendapat irbesartan (ARB) untuk
kaptopril. Namun, pada kasus mengurangi batuk yang
ini pasien mengalami batuk dialami pasien dalam
dan efek samping obat ACEI kasus ini.
adalah batuk. Sehingga kasus
ini memerlukan kelanjutan
terapi dengan ARB.
Tabel XXXVII. Potensial
reaction)
Kasus
Obat
1
Kaptopril
dengan
Glikazid.
15
DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug
Assessment
Potensial DRP ADR mungkin terjadi
antara Kaptopril dengan Glikazid,
efek hipoglikemik dari Glikazid
mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril.
Noperten dan Pada kasus ini potensial DRP ADR
Glurenorm
mungkin
terjadi
yaitu
antara
Noperten dan Glurenorm, dapat
menambah efek hipoglikemik dari
Glurenorm.
Rekomendasi
Periksa kadar gula
darah rutin untuk
menghindari kadar
gula darah turun di
bawah normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin
kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan keluar : pulang dalam keadaan membaik
(67,67%), pulang dalam keadaan belum sembuh (13,33%), dan tidak ada keterangan
(20,00%).
Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama
1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 1521 hari.
Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam
keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum
sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang
dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7 kasus
pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam
keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada keterangan
mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari mengalami
perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Dalam penelitian ini 30 kasus dianalisis dari 48 kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik dengan kasus nefropati paling banyak dijumpai pada laki-laki
(56,7%), paling banyak dijumpai kelompok usia 45-64 tahun (80,0%), paling
banyak didiagnosis DM dengan nefropati (76,7%), kerusakan ginjal paling
banyak berada pada tingkat 4 dan 5 (40,0%).
b. Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dalam kasus DM komplikasi nefropati dengan
kelas terapi yang terbanyak ditemukan pada kelas terapi vitamin dan mineral
(96,7%) dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler (93,3%).
c. Sebanyak 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual DRP butuh
obat, 7 kasus dalam aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan
sebanyak 2 kasus potensial DRP ADR.
d. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati paling banyak
pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak dirawat selama 1-7
hari (56,7%).
B. Saran
a. Diperlukan suatu standar pengobatan pasien DM dengan komplikasi nefropati di
RS Bethesda agar proses penyembuhan pasien dapat berjalan optimal,
perkembangan penyakit dapat dihambat, dan komplikasi lain yang mungkin
terjadi dapat dicegah.
b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hasil terapi pengobatan DM
dengan komplikasi nefropati dilihat dari parameter fungsi ginjal.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Infomatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 263-264, 266, 268,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim,
2002a, Diabetic Nephropathy, http//www.nephrologychannel.com
/diabeticnephropathy/overview.shtml. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007.
Anonim,
2002b,
Pengelolaan
Diabetes
Melitus
http//www.prodia.co.id. Diakses pada 10 Januari 2006.
secara
Tepat,
Anonim, 2003a, Diabetes dan Penurunan Kualitas Hidup, http//www.kompas.com./
kompas-cetak/0302/20/kesehatan/137008/htm. Diakses pada 10 Januari
2006.
Anonim, 2003b, The Dangerous Toll of Diabetes, http://www.diabetes.org/diabetesstatistics/dangerous-toll.jsp. Diakses pada 3 Desember 2006.
Anonim, 2004a, Diabetic Nephropathy Illustrations, http//www.nlm.nih.gov.
Diakses pada tanggal 23 September 2006.
Anonim,
2004b,
Diabetic
Nephropathy
Topic
Overview,
http://www.everettclinic.com/kbase/topic/mini/uf3486/overview.htm.
Diakses pada tanggal 23 September 2006.
Anonim, 2005a, Diabetes Mengancam Kita, Ethical Digest, 15 (III), 10-15.
Anonim, 2005b, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, 32-43,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005c, Profil Kadar Gula Darah Sewaktu pada 1 Juta Subyek di Indonesia,
Ethical Digest, 22 (III), 55-57.
Astuti, N.H., 2000, Waspadai Nefropati Diabetik, Medika, 4, XXVI, 209.
Carlisle, B.A., Kroon, L.A., and Koda-Kimble, M.A., 2005, Diabetes Mellitus, dalam
Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., and Guglielmo, B.J.,
(Eds.), Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, Eight Ed., 50.4750.57, Lippincott Williams and Wilkins, United State of America.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
First (1st) Ed., 82-83, Mc Graw Hill, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
De Paullin, B., 2000, Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi Obat di
Instalasi Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Elwell, R.J. and Foote, E.F., 2005, Hemodialysis and Peritoneal Dialysis, dalam
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and
Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth
(6th) Ed., 205-207, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Genuth, S., 2003, Diabetes Mellitus, in Pale, D.C., Federman, D.D., (Eds.), Scientific
American Medline, 2003 Ed., Vol.1, 582-584,606, WebMD Inc., United
States of America.
Gross,J.L., de Azevedo,M.J., Silveiro, S.P., Canani, L.H., Caramori, M.L. and
Zelmanovitz, T., 2005, Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and
Treatment, http://care.diabetesjournals.org/cgi/content/full/28/1/. Diakses
tanggal 5 Desember 2006
Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon, Antidiabetika, dalam
Ganeswara, S.G., (Ed.), Farmakologi dan Terapi, Ed.4, 471-475, 479,
Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.
McPhee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., and Lange, W.F., 1995,
Pathophysiology of Disease an Introduction to Clinical Medicine, First (1st)
Ed., 384-387, Prentice-Hall International Inc., London.
Molitch, M.E., 2004, Nephropathy in Diabetes, Diabetes Care, Vol.27, Supll.1, 7983.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Ed.5, 345, 349-351, Penerbit ITB, Bandung.
Nadeak, N.I., 1995, Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien DM Rawat
Jalan di RS Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998),
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Octa, 2003, Diabetes Melitus, http//www.promosikesehatan.com. Diakses pada 10
Januari 2006.
O’Meara, Y.M., Brady, H.R., and Brenner, B.M., 2001, Diabetic Nephropathy,
dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis L.K., Stephen L.H., Dan L.L.,
James L.J.,(Eds.), Harrison’s Principles of Internal Medicine, Fifteenth
(15th) Ed., 1590, The Mc Graw-Hill, United State of America.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Powers, A.C., 2001, Diabetes Mellitus, dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis
L.K., Stephen L.H., Dan L.L., James L.J.,(Eds.), Harrison’s Priciples of
Internal Medicine, Fifteenth (15th) Ed., 2132, The Mc Graw-Hill, United
State of America.
Retnari, N.W., 2002, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi Nefropati pada
Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode
2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Saseen, J.J. and Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., (Eds.),
Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed., 205-207,
The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, 295298, Airlangga University Press, Surabaya.
Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A.B., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Fifth Ed., 683, The Mc Graw-Hill Companies, New
York.
Soman,
S.S., 2006, Diabetic Nephropathy, http//www.emedicine.com/med/
topic549.htm. Diakses pada tanggal 23 September 2006.
Suryawanti, M.R., 1999, Pola Peresepan Obat Hipoglikemi dan Studi Literatur
Interaksi Obat pada Pasien DM Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta
Periode Januari-Maret 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Suyono, S., 2002, Patofisiologi, dalam Soegondo, S., (Ed.), Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu, 8-11, 13, FKUI, Jakarta.
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalam Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M.,
(Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed.,
1333-1363, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Yusmainita,2001, Perlindungan Pasien Melalui Pelayanan Asuhan Kefarmasian di
Rumah Sakit, http://www.tempointeraktifs.com/medika/arsip/042001/huk1.htm. Diakses pada 21 Januari 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 1
Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Tahun 2005
No.
1.
2.
No.RM /
No.Reg /
LP
00949692 /
050206002
2 hari
00569602 /
050820013
2 hari
Id.
Px
L,
50
thn
L,
43
thn
Obat
Keluhan
Badan lemas, mual, muntah, ada luka
di kaki kanan, luka nyeri, badan
panas 3 hari, pusing.
Riwayat DM 1 tahun.
Diagnosa
Utama :
DM+nefro+ulkus
Sekunder : anemia
Di.pulang :
DM+nefro+ulkus+ane
mia
Sudah 1 minggu kedua tungkai kaki
bengkak, badan lemes, mual, tak
muntah, BAB/BAK lancar, tdk nafsu
makan.
Utama : nefropati DM
3.
00410160 /
050407010
1 hari
P,
42
thn
Pusing, badan lemas, Hb=5.9,
makan-minum mau, bengkak.
Utama : DM
Komplikasi : nefropati
DM
4.
00972660 /
051104020
4 hari
P,
55
thn
Sejak 2 minggu, badan lemas, mual
⊕, muntah ⊕, BAK lancar, riwayat
DM.
Utama : DM
Sekunder : hepatitis
Komplikasi : nefropati
diabetik
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Nama
D
CP
CaCO3
Cipro
Captopril
Pamol
Zumadiac
Vometa
Rantin
Ceftriaxon
Vomidex
CaCO3
Lasix
Hemapo
Methycobal
Folavit
CaCO3
Folavit
Aspar K
Glurenorm
Lasix
Captopril
Hemobion
Enzyplex
Narfoz
Metrix
Curliv
Primperan
250 mg, 3x2
500 mg, 2x1
25 mg, 2x1
bp
½-0-½
3x1
2x1
2x1
2x1 amp
250 mg, 2x2
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
IV
Oral
IV
IV
IM
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
Oral
Oral
Oral
2x1 amp
2x1
3x2 caps
3x1
1x1
1x1
1x1
2x12,5
1x1
3x1
2x1
½-0-0
3x1
Tanggal
Pemberian
06/02—08/02
06/02—08/02
06/02—08/02
06/02—07/02
07/02—08/02
07/02
06/02—08/02
06/02—08/02
07/02—08/02
21/08—22/08
21/08
21/08
21/08—22/08
21/08—22/08
07/04—08/04
07/04—08/04
08/04
08/04
08/04
08/04
04/11—13/11
04/11—05/11
05/11—06/11
05/11—08/11
05/11—08/11
05/11—10/11
JO
52
6
4
Outcome
& Ket.
Obat jalan
9½
3 amp
3 fl
3 amp
1 amp
300μl
12
3
5
24
5
10
Belum
sembuh
(APS)
HD
Obat jalan
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
5.
00973800 /
051130008
2 hari
6.
7.
00974160 /
051208047
6 hari
00966573 /
050604043
7 hari
Obat
Id.
Px
L,
45
thn
L,
62
thn
P,
57
thn
Keluhan
Kaki terasa nyeri, bengkak-bengkak,
mual-mual, kadang seseg.
Seseg, riwayat CRF (sakit ginjal).
Tiga hari seseg nafas, batuk.
Riwayat DM dan darah tinggi.
Diagnosa
Utama : nefropati DM
Nefro DM
Operasi CRF
Utama : DM
Sekunder : Nefropati
DM
Nama
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Folavit
Ketosteril
Alopurinol
Methycobal
Epocaldi
Amaryl
Ceradolan
Ascardia
CaCO3
Asam Folat
Methycobal
Lasix
Fraxiparine
Irvel
Ascardia
Folavit
Pronalges
Actrapid
Broadced HP
Cordarone
Captensin
Yekalgin
Aspar K
Lasix
Laxadin Syr
Polycrol Syr
Folavit
Tonar
Tensifask
Romilar
Zumadiac
D
CP
3x1
3x1
100 mg, 3x1
2x1 amp
1-0-0
3 mg, 1-0-0
2x1
80 mg, 2x1
250 mg, 3x2
3x1
1x2 amp
1x2 amp
Oral
Oral
Oral
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
IM
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
300mg,1-0-0
80 mg, 2x1
3x1
100 mg, 2x1
3x8 U
1x1
3x½ tab
2x1
1x1
1x1
2x2 cth
3x1 cth
3x1
3x1
1x1
3x1
1-0-0
Tanggal
Pemberian
30/11—03/12
30/11—03/12
30/11—03/12
30/11—02/12
01/12—03/12
01/12—03/12
01/12—03/12
01/12—03/11
08/12—14/12
08/12—10/12
09/12—13/12
09/12—13/12
09/12, 12/12
09/12—14/12
11/12—14/12
11/12—14/12
12/12—14/12
13/12—14/12
11/12—12/12
04/06—06/06
06/06—07/06
b/p
06/06—11/06
04/06—10/06
05/06
05/06
07/06—11/06
07/06—11/06
07/06—11/06
07/06—10/06
07/06
JO
Outcome
& Ket.
43
6
30
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
6
30
10
10
12
6
10
10
1
10
60
60
4
2
5
8
1 btl
1 btl
HD
Obat jalan
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
8.
00962244 /
050214008
5 hari
Obat
Id.
Px
Keluhan
L,
51
thn
Tadi malam sesak nafas, riwayat DM
dan hipertensi, obat rutin Glucobay
masih di rumah tidak dibawa.
Diagnosa
Utama : DM-nefro
Sementara :
Renal Failure
9.
00538514 /
050521029
3 hari
L,
57
thn
Cegukan ± 2 hari, riwayat CRF,
seseg ⊕, pasien tanggal 20/05/2005
program HD tapi belum mau.
Utama : nefropati DM
10.
00778060 /
050413006
4 hari
P,
47
thn
Sesak nafas ± 3 minggu, batuk-batuk,
kaki-kaki udem, mual−, riwayat DM
dan hipertensi.
Utama : Nefropati
DM+CRF
Sementara : CRF
Nama
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Norvask
Spasmium
Glucobay
Letonal
Micardis
Allopurinol
Legres
Mentalium
Bactesyn
Irvel
CaCO3
Folavit
Toral
Rantin
Combivent
Nebulizer
ƒ Lasix
ƒ Hemapo
ƒ Folavit
ƒ Prosogan
ƒ Kalitake
ƒ Irvel
ƒ Xanax
ƒ Norvask
ƒ Largactil
ƒ Vomidex
ƒ Lasix
ƒ Dramamin
ƒ Glibenclamid
ƒ Captopril
ƒ Furosemid
D
CP
1x1
2x1
2x1
1x½
1x1
2x1
2x1
1x1
3x1
0-0-1
2x2
3x1
1x1
1 amp
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
1x1 amp
3000 U
3x1
1x1
1x1
1x300 mg
0,5 mg, 2x1
1x1
25 mg, 2x1
2x1 amp
1x1 amp
3x½
½-0-0
25 mg, 2x1
1-0-0
IV
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Tanggal
Pemberian
14/02—16/02
14/02—15/02
14/02—19/02
14/02—19/02
15/02—19/02
15/02—19/02
15/02—19/02
15/02—19/02
18/02—19/02
17/02—19/02
17/02—19/02
17/02—19/02
17/02—19/02
14/02
14/02
15/02—18/02
15/02
21/05—22/05
22/05—23/05
21/05—22/05
22/05—24/05
21/05—22/05
22/05—24/05
22/05—24/02
21/05—22/05
21/05—22/05
13/04—15/04
stop
13/04
13/04, 17/04
JO
3
3
10
6
10
20
20
5
10
Outcome
& Ket.
Obat jalan
10
10
2
10
2
2
21
2
62
10
APS
HD
Obat jalan
4½
Perbaikan
(atas izin)
HD
Obat jalan
7
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
Id.
Px
Obat
Keluhan
Diagnosa
11.
00960464 /
050102002
8 hari
L,
56
thn
Mulai tadi jam 24.00 merasa pusing,
mual, demam, riwayat DM sudah 10
tahun, diare 3x, sudah 1 bulan tidak
minum obat.
Utama : Uncontrolled
DM.
Komplikasi : Nefropati
DM
12.
00973543 /
051124042
9 hari
P,
50
thn
Pindah dari RS P Jakarta dengan
CRF, udem
DM lama, bengkak
Utama : Nefropati DM
Sementara : Nefropati
DM
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Nama
D
CP
Mucosolvon
Tensivask
CaCO3
Folavit
Irvel
Farmasal
Dex 40
Lasix
Ceftriaxon
Pamol
CaCO3
Folavit
Tonar
Cefadroxil
Metrix
Ceftriaxon
Rantin
Actrapid
Insulatard
Penfil
Letonal
Lasix
Pariet
Tonar
Glurenorm
Narfoz
Prosogan
Frisium
Lasix
3x1
1x1
500 mg, 3x2
3x1
0-0-1
2x1
2x1
1x1
1x1
3x1
250 mg, 3x2
400 mg, 3x1
3x1
500 mg, 2x1
2 mg, 1-0-0
1x1g
2x1 amp
3x16 U
15 U
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
SC
½-0-0
1-0-0
1-0-0
3x2
1-0-0
2x1
1x1
2x1
2x1 amp
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
1x1g
IV
ƒ Broadced HP
Tanggal
Pemberian
13/04—17/04
13/04—17/04
14/04—17/04
14/04—17/04
16/04—17/04
17/04
13/04
13/04—17/04
14/04—15/04
02/01, b/p
04/01—09/01
04/01—09/04
04/01—09/04
07/01—10/01
07/01—10/01
02/01—06/01
02/01
03/01—07/01
07/01—09/01
25/11—26/11
25/11—30/11
25/11—30/11
26/11—29/11
25/11—03/12
26/11—29/11
27/11
28/11—01/12
24/11, 29/11—
02/12
25/11—01/12
JO
Outcome
& Ket.
7
5
20
10
30
60
3
2
13
15
15
15
10
5
1
1
5
5
20
5
6
10
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
Perbaikan
(APD)
HD
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
13.
14.
00970347 /
050909029
13 hari
00555442 /
050411014
8 hari
Id.
Px
P,
53
thn
P,
60
thn
Obat
Keluhan
± sudah 2 bulan kencing berkurang,
sehari kencing 2x, kedua kaki
bengkak, nafas seseg.
Sudah ± 2 minggu badan bengkak,
nafas seseg, kulit muka terasa gatal,
badan lemas.
Diagnosa
Utama : nefropati DM
Sementara : DM
Utama : DM +
Nefropati + oedem
Nama
ƒ Dulcolac
Supp.
ƒ Methycobal
ƒ Ca. Gluconate
ƒ Primperan
ƒ OMZ
ƒ Alinamin F
ƒ Irvel
ƒ CaCO3
ƒ Asam Folat
ƒ Lasix
ƒ Methycobal
D
CP
2x2 amp
IV
Tanggal
Pemberian
26/11
2x1 amp
Oral
Oral
Oral
IV
IM
Glurenorm
Farmasal
CaCO3
Glucobay
1x1
1x1
250 mg, 3x2
3x1
Oral
Oral
Oral
Oral
Allopurinol
Furosemid
Captensin
Racikan
Halloperidol+
Abilify
ƒ Racikan
Haloperidol+
Trihexypenid
yl
ƒ Lasix
3x1
2x1
12,5mg, 2x1
1x1
Oral
Oral
Oral
Oral
29/11—02/12
02/12
02/12
02/12
02/12—03/12
09/09—22/09
09/09—22/09
09/09—22/09
09/09—10/09
09/09—13/09,
17/09—22/09
11/04—19/04
11/04—19/04
11/04—19/04
11/04—17/04,
19/04
11/04—19/04
11/04—19/04
11/04—19/04
15/04—18/04
1x1
Oral
15/04—19/04
IV
11/04—18/04
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
1x1
300 mg, 1x1
3x2
3x1
JO
12
1 amp
1 amp
1 amp
1 amp
3
8
4
4
2
10
10
10
20
10
10
10
10
10
Outcome
& Ket.
HD
Obat jalan
Belum
sembuh
(APS)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
15. 00969317 /
050815022
8 hari
16.
00503241 /
050319030
6 hari
Id.
Px
P,
37
thn
L,
48
thn
Obat
Keluhan
Sudah 3 hari kepala pusing, mual
muntah, nafsu makan kurang, otototot pegel, pandangan kabur.
Klien mengeluh sudah ± 2 hari mual,
muntah, tak nafsu makan, badan
lemes, ada luka di kaki kanan, kaki
kiri luka kering, riwayat hipertensi
dan DM.
Diagnosa
Utama : nefropati
diabetik + retinopati +
hipertermia
Utama : DM +
nefropati febris
Sekunder : hipertensi
Nama
D
CP
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Noperten
Vometa
Clonidin
Glurenorm
CaCO3
Mentalium
1x1
3x1
0,15mg, 2x1
½-0-0
250 mg, 3x2
2x1
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Cetalgin
Lasix
Glucobay
Ranitidin
Norvask
Irvel
Sporacid
Rantin
Ceftriaxon
Epotrex
Methycobal
Insulatard
Gynoxa ovule
3x1
2x1
50 mg, 3x1
150 mg, 2x1
1x1
300mg,1-0-0
2x2
2x1 amp
2x1g
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Vometa
Metrix
Captensin
Simvastatin
Frisium
Primperan
Norvask
Glucobay
Pamol
Cravit
3x1
20 mg, 1x1
25 mg, 2x1
10 mg, 1x1
2x1
2x1
1x1
50 mg, 3x1
bp
500 mg, 1x1
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
SC
IM
SC
Perva
gina
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
2x1 amp
6U
1x1
Tanggal
Pemberian
16/08—23/08
15/08—23/08
15/08—22/08
16/08—23/08
15/08—23/08
15/08—17/08,
20/08—23/08
16/08—23/08
16/08—23/08
18/08—23/08
19/08—23/08
20/08—23/08
22/08—23/08
22/08—23/08
15/08—16/08
16/08—18/08
19/08, 23/08
22/08—23/08
22/08
JO
8
6
4
2
12
5
Outcome
& Ket.
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
10
10
10
10
10
5
6
1
3
1
2
5
19/03—25/03
19/03—25/03
19/03—25/03
19/03—25/03
19/03—25/03
19/03—22/03
21/03—25/03
21/03—25/03
21/03—22/03
22/03—25/03
10
5
6
5
9
2
5
10
10
3
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
Id.
Px
Obat
Keluhan
Diagnosa
17.
00548260 /
050610016
9 hari
P,
63
thn
Klien merasa sesak sudah dari
seminggu, kedua kaki bengkak tidak
bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa
kencing, nafsu makan kurang.
Utama : DM +
nefropati, penyakit
jantung iskemia
18.
00959489 /
050903031
10 hari
L,
74
thn
± 3 minggu kencing tidak lancar /
menetes, nafsu makan berkurang.
Utama : Nefropati DM
Sekunder : Obstruksi
Sementara : CRF
Nama
D
CP
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Rantin
Narfoz
Insulatard
Aspar K
Captensin
Farmasal
Cedocard
Lasix
Diabex
Zumadiac
Letonal
Digoxin
Tarivid
Rantin
Vometa
Lasix
2x1
1x10 U
1x1
12,5mg, 2x1
100 mg, 1x1
5 mg, 3x1
1x1
500 mg, 2x1
1x½
3x½
2x½
400mg, 2x2
150 mg, 2x1
3x1
2 ampx2
IV
IV
SC
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Dex 40%
CaCO3
Asam Folat
Folavit
Ketosteril
Zyloric
Catarlent
3x2
3x1
3x1
3x1
100 mg, 3x1
4x2 tts
ƒ Mucosolvon
(da
Mucopect)
2x1
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tetes
mata
Oral
ƒ Methycobal
2x2
IV
Tanggal
Pemberian
19/03—20/03
19/03
20/03—24/03
10/06—19/06
10/06—19/06
10/06—19/06
10/06—19/06
11/06—19/06
11/06—17/06
11/06—15/06
13/06—19/06
13/06—19/06
14/06—19/06
18/06—19/06
17/06—19/06
13/06, 16/06—
19/06
17/06
03/09—13/09
03/09—05/03
05/09—13/09
04/09—13/09
04/09—13/09
05/09—08/09
JO
Outcome
& Ket.
3
3
4
3
3
3
10
5
10
10
6
10
10
Belum
sembuh
(APS)
Obat jalan
12
6
30
60
60
1
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
06/09—09/09
10
03/09—04/09,
07/09—09/09
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
19.
00964884 /
050421017
14 hari
Id.
Px
L,
39
thn
Obat
Keluhan
Perut nyeri ± 3 hari ini, mual ⊕,
muntah ⊕. Riwayat DM sejak 10
tahun yang lalu.
Diagnosa
Utama : DM
Sekunder : Parkuatitis
kuavik, hipertensi
Komplikasi : nefropati
diabetik
Nama
D
CP
Humulin R
Actrapid
OMZ
Tonar
Tensicap
Tensivask
3x8 U
3x8 U
1x1 fl
2x1
3x1
1x5 mg
SC
Oral
Oral
Oral
3x500 mg
Oral
ƒ Asam Folat
3x1
Oral
ƒ Vometa
3x1
Oral
ƒ Inpepsa
3x1
Oral
300 mg, 1x1
2x½
3x1
Oral
Oral
Oral
1x1
3x1
1-0-0
Oral
Oral
Oral
IV
IV
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ CaCO3
ƒ Irvel
ƒ Letonal
ƒ Acidum
Folicum
ƒ Digest
ƒ Enzyplex
ƒ Glurenorm
ƒ Zantac
ƒ Vomidex
ƒ Rantin
ƒ Actrapid
ƒ Remopain
(Toradon)
ƒ OMZ
ƒ Stesolid
2x1
2x1 amp
3x8 U
3x5 U
2x1
1x1
SC
Tanggal
Pemberian
04/09—08/09
09/09—13/09
13/09
21/04
stop
21/04—23/04,
29/04—05/05
21/04—23/04,
01/05—05/05
21/04—23/04,
05/05
21/04—23/04,
29/04—05/05
23/04—24/04,
28/04
01/05—05/05
30/04—04/05
01/05—04/04
02/05—05/05
02/05—05/05
05/05
21/04
21/04—26/05
21/04—22/04
21/04—29/04,
03/05—05/05
21/04—23/04
22/04—01/05
23/04
JO
2
8
5
30
15
10
5
10
1
10
4
1 amp
Outcome
& Ket.
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
20.
00423874 /
050216043
8 hari
Id.
Px
L,
67
thn
Obat
Keluhan
Klien mengeluh sudah 8 hari tidak
bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki
udem, ada luka di kaki, pusing.
Diagnosa
Utama : DM +
Nefropati + ulkus
Sekunder : penyakit
jantung iskemi +
hipertensi
Nama
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Tramal
Diazepam
Alinamin
Alinamin-F
Captensin
Farmasal
ISDN
Velocef
Furosemide
Laxadine
Cendomycos
ƒ Catarlent
21.
00558901 /
050505016
5 hari
L,
62
thn
Mulai tadi pagi jam 03.00 muntah
darah segar 3x, sebelumnya perut
terasa mules. Kemudian pasien pergi
ke RS Bethesda opname. Sekarang
sudah merasa enak.
Utama : DM
Komplikasi : nefropati
DM
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
CaCO3
Clonidin
Ranitidin
Vometa
Adalat Oros
Bactesyn HP
Lasix
Callos
Tonar
Glurenorm
Lipanthyl
Glucobay
Toral
Xanax
Betaserc
Vometa
Vomidex
D
2x1 amp
2x1 amp
2x1
2x1
12,5mg, 2x1
100 mg, 1x1
5 mg, 3x1
500 mg, 3x1
2x1
1x2 cth
4x1 tts
4x1 tts
250 mg, 3x2
150mg, 2x½
2x1
3x1
30 mg, 0-0-1
2x1
1 amp
3x1
3x1
3x1
1-0-1
160 mg, 1x1
100 mg, 3x1
1x1
1x0,5
3x1
3x1
CP
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tetes
mata
Tetes
mata
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tanggal
Pemberian
25/04—26/04
25/04—26/04
26/04—27/04
28/04—30/04
16/02—24/02
17/02—24/02
17/02—24/02
17/02—24/02
18/02—24/02
18/02
JO
Outcome
& Ket.
5
3
10
30
10
10
1 btl
1 btl
Perbaikan
(APD)
HD
Obat jalan
1 btl
21/02—24/02
21/02—24/02
21/02—24/02
21/02—24/02
21/02—24/02
16/02—17/02
16/02
05/05—10/05
05/05—10/05
05/05—10/05
06/05—10/05
06/05—10/05
05/05—10/05
06/05—10/05
07/05, 09/05
08/05—09/05
08/05—09/05
10
10
10
10
15
2
1
15
1 btl
44
30
14
45
10
3
3
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
Id.
Px
Obat
Keluhan
Diagnosa
Nama
ƒ Adona Forte
ƒ Vitamin K
ƒ Rantin
ƒ Kalnex
22.
23.
00558901 /
050703021
15 hari
00950492 /
050619006
2 hari
L,
62
thn
P,
58
thn
Pasien mengeluh pinggang kiri nyeri,
mual −, muntah −.
Pasien mengeluh sesak nafas, riwayat
DM, sakit ginjal.
Utama : DM
Sekunder : Batutuline
Kemih, BPA
Komplikasi : nefropati
DM
Operasi : URS
Utama : DM
Komplikasi : Nefropati
DM
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Sistenol
Librax
Clavamox
Buscopan
Plus
Glurenorm
Glucobay
Irvel
Synflex
Ciproxin XR
Toradol
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Rantin
Actrapid
Actrapid
Ceftum
Lasix
ƒ Ketosteril
ƒ Epocaldi
ƒ Neurobion
5000
ƒ Aspar K
D
CP
1 amp
10mg, 2x1
amp
50mg, 2x1
amp
500mg, 2x1
amp
3x1
2x1
500 mg, 3x1
3x1
IV
IV
Tanggal
Pemberian
05/05
05/05
IV
05/05
2
IV
05/05
2
Oral
Oral
Oral
Oral
03/07—04/07
03/07—04/07
03/07—11/07
03/07—06/07
4
3
15
10
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
04/07—18/07
03/07—18/07
07/07—10/07
17/07—18/07
17/07—18/07
03/07, 08/07,
15/07—17/07
03/07
06/07—08/07
09/07—14/07
15/07—17/07
Stop (obat di
rumah)
19/06—21/06
19/06—21/06
20/06—21/06
20/06—21/06
20/06—21/06
10
10
1-1-0
100 mg, 2x1
300mg,1-0-0
2x1
1x1
1 amp
2x1 amp
3x8 U
3x14 U
2x1 g
1-0-0
Oral
3x1
3x1
2x1
Oral
Oral
Oral
2x1
Oral
JO
Outcome
& Ket.
1
2
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
10
5
5
2
15
15
10
10
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
24.
00962404 /
050307012
9 hari
Id.
Px
L,
47
thn
Obat
Keluhan
Badan lemes, mual-mual terus,
riwayat DM dan CRF, sekarang mata
kabur, badan lemes, ada hernia.
Diagnosa
Utama : Nefropati
diabetik, CRF
Sementara : Nefropati
DM
Operasi : CRF
25.
00962404 /
050218027
6 hari
L,
47
thn
Pasien mengeluh mual-mual, badan
lemes, luka di kaki kiri, tak sembuhsembuh.
Utama : Nefropati DM
Sementara : CRF
26.
00962094 /
050809049
8 hari
P,
57
thn
Pasien mengeluh lemes, perut nyeri
seperti kram, nafas seseg, demam,
pusing.
Utama : nefropati DM
Sekunder : Ca.Urinaria
st III
Komplikasi : CRF
Sementara : DM
Nama
ƒ Mixtard
Nofolet
ƒ Venover
ƒ Mixtard
ƒ Lasix
ƒ Folavit
ƒ Adalat Oros
ƒ Irvel
ƒ CaCO3
ƒ Angioten
ƒ Ascardia
ƒ Profenid
ƒ Yefamox
ƒ Kaltrofen
ƒ Prosogan
ƒ Neurotam
ƒ Nootropil
ƒ Methycobal
ƒ Pronalges
ƒ Folavit
ƒ CaCO3
ƒ Irvel
ƒ Nootropil
ƒ Adalat
ƒ Nicholin
ƒ Ceftriaxone
ƒ Epocaldi
ƒ Digest
ƒ Ceradolan
ƒ Dulcolax
ƒ Folavit
15U, 12 U
Tanggal
Pemberian
20/06, 21/06
1 amp
15 U-0-12 U
2 amp
3x1
0-0-1
150 mg, 1x1
3x2
1x1
160 mg, 1x1
100mg, 3x½
3x1
3x½
1x1
2x400
2x1
2x2
3x1
3x1
3x2
300 mg, 1x1
3x1
0-0-1
2x1 amp
1x1g
1x1
1-0-0
2x1
0-0-1
3x1
19/06—20/06
19/06—22/06
19/06—22/06
07/03—16/03
07/03—13/03
07/03—13/03
07/03—16/03
07/03—16/03
09/03—16/03
09/03
09/03—14/03
10/03—12/03
13/03—15/03
15/03
16/03
08/03—10/03
09/03, 12/03
18/02—24/02
18/02—24/02
19/02—23/02
22/02—24/02
23/02—24/02
19/02—21/02
18/02—21/02
11/08—17/08
11/08—17/08
15/08—17/08
15/08
16/08—17/08
D
CP
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
JO
15
Outcome
& Ket.
Perbaikan
(APD)
HD
Obat jalan
15
30
9
15
4½
3
10
8
10
9
HD
Obat jalan
10
4
10
90
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
27.
28.
00962094 /
050609012
6 hari
00962094 /
050210008
21 hari
Id.
Px
P,
58
thn
P,
58
thn
Obat
Keluhan
Tadi pagi tiba-tiba pingsan, keringat
dingin, badan lemes.
Pasien mengatakan kemarin sore
pasien makan telat, malam badan
lemas, bicara agak pelo.
Diagnosa
Utama : DM
Komplikasi : nefropati
DM
Utama : DM
Komplikasi : nefropati
DM, CVA infark
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Nama
D
CP
Irvel
Primperan
Remopain
OMZ
Lasix
Humulin R
Methycobal
Ceradolan
Epotrex
Irvel
Allopurinol
Ketosteril
Epocaldi
Folavit
Callos
Metrix
Kalitake
Norvask
Natrilix Sr
Metycobal
Epotrex
Venover
Captensin
Neurosanbe
Nootropil
Neurobion
Diabex F
Metrix
1x1
1 amp
1 amp
1 amp
20 amp
3x12 U
2x1 amp
2x1
2x / minggu
1x1
3x1
3x1
3x1
3x1
3x1
Oral
ƒ Tensivask
ƒ HCT
3x1
10 mg, 0-0-2
1-0-0
2 amp
4000 U
1 amp/ infus
12,5mg, 2x2
2x1
400 mg, 2x1
2x1
2x1
2 mg, 1-0-0
1x1
25 mg, 1x½
IM
IV
SC
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tanggal
Pemberian
17/08
09/08
09/08
09/08
10/08
11/08—17/08
11/08—15/08
11/08—13/08
11/08, 15/08
09/06—15/06
09/06—15/06
09/06—15/06
09/06—15/06
09/06—11/06
09/06—12/06
stop
10/06—15/06
11/06—15/06
10/06
11/06—15/06
11/06
14/06
10/02—19/02
10/02—11/02
10/02—15/02
10/02—03/03
12/02—15/02
12/02—15/02,
22/02—03/03
13/02—20/02
14/02—19/02
JO
Outcome
& Ket.
30
10
4
2
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
30
15
4
4
10
10
4
2
5
3
Perbaikan
(APD)
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
Id.
Px
Obat
Keluhan
Diagnosa
Nama
ƒ Benadril
DMP Syr
ƒ Farmasal
ƒ Liphantyl
Supra
ƒ Vometa
ƒ OMZ
ƒ Xanax
ƒ Trental
ƒ Orgabolin
ƒ Folavit
ƒ Ketosteril
ƒ Callos
ƒ Norvask
ƒ Glucobay
29.
00550842 /
050822012
3 hari
L,
54
thn
Setelah HD badan lemes, pasien
minta opname.
Utama : nefropati
diabetik
Sekunder : Chronic
kidney disease stage V
Sementara : ND
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Lasix
Vomidex
Lovenox
Trental
OMZ
Actrapid
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Dex 40 %
Methycobal
Nootropil
Curcuma
Folavit
Ascardia
Prexum
Epocaldi
D
CP
Oral
100 mg, 1x1
160 mg, 1x1
Oral
Oral
3x1
2x1
0,5 mg, 1x½
2x1
1x1
3x1
3x1
3x1
5 mg, 1x1
100 mg, 2x1
2 amp
1 amp
1x1
2 amp/ infus
1x1 fl
3x10 U,
3x15 U
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
2x seminggu
3x1
3x2
3x1
2x80 mg
1x1
3x1
IM
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tanggal
Pemberian
di kamar
pasien
15/02—02/03
15/02—02/03
13/03—03/03
17/02—02/03
16/02—27/02
19/02—03/03
24/02—03/03
24/02—03/03
24/02—03/03
24/02—03/03
21/02—03/03
28/02—03/03
12/02—13/02
12/02, 15/02
15/02
infus
15/02—16/02
20/02, 22/02,
23/02
21/02
03/03
22/08—25/08
22/08—25/08
22/08—25/08
22/08—25/08
22/08—25/08
22/08—25/08
JO
Outcome
& Ket.
10
5
10
10
3
10
7
15
15
15
6
9
1
6
2
4
20
4
57
94
3
17
Perbaikan
(APD)
HD
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lanjutan Lampiran 1
No.RM /
No.
No.Reg /
LP
30.
00550842 /
050904036
6 hari
Obat
Id.
Px
L,
54
thn
Keluhan
Pasien HD 2x / minggu, oedema
ext.kiri.
Diagnosa
Utama : nefropati DM
Sementara : CRF
Nama
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Keterangan :
No.RM : Nomor Rekam Medis
LP
: Lama Perawatan
Id.Px : Identitas Pasien
CP
: Cara Pemberian
D
: Dosis
JO
: Jumlah Obat
Ket.
: Keterangan
SC
: Sub Cutan
IM
: Intramuskular
IV
: Intravena
Amp
: Ampul
Caps
APS
APD
Arcapet
Methycobal
Recormon
Folavit
Curcuma
Ascardia
Prexum
CaCO3
Nootropil
Epocaldi
Racikan
Haloperidol+
Trihexypenid
yl
Rochepin
Lasix
Methycobal
Recormon
: Capsul
: Atas Permintaan Sendiri
: Atas Persetujuan Dokter
D
CP
2
2x1 amp
5000 U
3x1
2x1
2x80 mg
1x1
250 mg,
3x2800 mg,
2x1
3x1
3x1
Oral
1x1g
2x1
2x1
5000 U
Tanggal
Pemberian
SC
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
22/08—25/08
23/08
05/09—10/09
05/09—10/09
05/09—10/09
05/09—10/09
05/09—07/09
07/09—10/09
08/09—10/09
07/09—10/09
SC
05/09—07/09
05/09—11/09
07/09—11/09
08/09, 12/09
JO
Outcome
& Ket.
Perbaikan
(APD)
HD
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 2
Daftar Nama Obat yang Digunakan dalam Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005
No.
1.
Kelas Terapi
Obat Sistem Saluran
Cerna (Gastrointestinal
Tract / GIT)
Golongan
Antitukak
Sub Golongan
Penghambat
Pompa
Proton
Antagonis Reseptor H2
Antasida
Kelator dan Senyawa
Kompleks
Regulator Saluran Cerna dan
Antiflatulen
Antispasmodik
Antidiare
Pencahar
Pelunak Tinja
Pencahar Stimulan
Enzim Pencernaan
2.
Obat Sistem
Kardiovaskuler dan
Hematopoietik
Glikosida Jantung
Antihipertensi
Penghambat ACE
Nama Generik
Lansoprazol
Omeprazol
Ranitidin
Metilpolisiloxane, MgOH2, AlOH3
Natrium Rabeprazol
Sukralfat
Metoklopramid
Metoklopramid HCL
Domperidon
Fenilpropiletilamina,
Klordiazepoksida HCl
Klordizepoksida, Klidinium
bromida
Hiosin N butilbromida,
parasetamol
Attapulgit, Pektin
Parafin Cair, gliserin
Bisakodil
Amilase,
Protease,
Asam
Desoksikolat
Digoksin
Kaptopril
Jenis Obat
Prosogan®
Digest®
OMZ®
Ranitidin
Zantac®
Rantin®
Polycrol®
Pariet®
Inpepsa®
Jumlah
3
2
6
2
1
9
1
1
1
Vomidex®
Primperan®
Vometa®
Spasmium®
5
4
8
1
Librax®
1
Buscopan Plus®
1
Arcapec®
Laxadine®
Dulcolax®
Enzyplex®
1
2
2
2
Digoxin
Kaptopril
Captensin®
Tensicap®
1
3
6
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lanjutan Lampiran 2
No.
Kelas Terapi
Golongan
Sub Golongan
Antihipertensi
yang
Bekerja Sentral
Antagonis
Reseptor
Angiotensin II
Antiangina
Antagonis Kalsium
Nama Generik
Perindopril
Lisinopril
Klonidin Hidroklorida
Jenis Obat
Prexum®
Noperten®
Clonidine®
Losartan Kalium
Telmisartan
Irbesartan
Amlodipin Besilat
Angioten®
Micardis®
Irvell®
Tensivask®
Norvask®
Adalat oros®
Adalat®
ISDN
Cedocard®
Cordarone®
Furosemid
Lasix®
Toral®
Letonal®
Natrilix Sr®
HCT
Ascardia®
Farmasal®
Lovenox®
Fraxiparine®
Kalnex®
Adona Forte®
Trental®
Nicholin®
Lipanthyl®
Lipanthyl Supra®
Simvastatin
Nifedipin
Antiaritmia
Diuretika
Nitrat
Isosorbid dinitrat
Diuretika Kuat
Amiodarone HCl
Furosemid
Diuretika Hemat Kalium
Diuretika
Golongan
Tiazid
Antikoagulan,
Antiplatelet,Fibrinolitik
(Trombolitik)
Klofibrat
Enoksaparin
Heparin
Asam Traneksamat
Karbazokrom natrium sulfonat
Pentoksifilin
Sitikolina
Fenofibrat
Statin
Simvastatin
Hemostatik
Vasodilator Perifer
Obat Hipolipidemik
Torasemid
Spironolakton
Indapamid
Hidroklortiazid
Asetosal
Jumlah
2
1
2
1
1
12
4
6
2
1
1
1
1
3
20
3
4
1
1
5
5
1
1
1
1
2
1
1
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lanjutan Lampiran 2
No.
Kelas Terapi
3.
Obat yang Bekerja
pada Sistem Saluran
Pernafasan
Golongan
Bronkodilator
antimuskarinik
Mukolitik
Sub Golongan
Antitusif
4.
Obat yang Bekerja
pada Sistem Saraf
Pusat
Ansiolitik
Obat untuk Mual dan
Vertigo
Antagonist 5-HT3
Antipsikotik
Antiparkinson
Nootropik dan Neurotonik
5.
Analgesik
Analgesik Non-opioid
Obat Antimuskarinik
Nama Generik
Ipratropium Bromida
Jenis Obat
Combivent®
Jumlah
1
Bromheksina HCl
Ambroxol
Dekstrometorfan
Dekstrometorfan kombinasi
Klobazam
Diazepam
Mucosolvan®
Mucopect®
Romilar®
Benadryl DMP®
Frisium®
Diazepam
Mentalium®
Stesolid®
Xanax®
Narfoz®
Dramamine®
Betaserc®
Largactil®
Haldol®
Abilify
Trihexyphenidil
Nootropil®
Neurotam®
Methycobal®
Pamol®
Sistenol®
Yekalgin®
Arsinovel
Cetalgin®
Remopain®
Toradol®
Tramal®
1
1
1
1
2
1
2
1
3
3
1
1
1
2
1
2
5
1
14
3
1
1
1
1
2
1
1
Alprazolam
Ondansetron
Dimenhidrinat
Betahistamin diHCL
Klorpromasin HCL
Haloperidol
Aripiprazole
Triheksifenidil
Piracetam
Mecobalamin
Parasetamol
Parasetamol kombinasi
Metampiron
Metampiron, diazepam
Ketorolak trometamin
Analgesik Opioid
Tramadol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lanjutan Lampiran 2
No.
Kelas Terapi
6.
Antiinfeksi
Golongan
Antibiotik
Sub Golongan
Penisilin
Nama Generik
Amoksisilin
Co-amoksiklav
Sultamisilin
Sefalosporin
Seftriakson
Sefadroksil
Seftazidim
Sefotiam
Sefradin
Ofloksasin
Siprofloksasin
Kuinolon
7.
Obat Antidiabetik
Antijamur
Insulin
ADO
Insulin kerja singkat
Insulin kerja sedang mula
kerja singkat
Sediaan campuran
Levofloksasin
Itrakonasol
Insulin
Insulin
Insulin
Sulfonilurea
Glikazid
Glibenklamid
Glikuidon
Glimepiride
Biguanida
Metformin
Penghambat
glukosidase
α
Akarbosa
Jenis Obat
Yefamox®
Clavamox®
Bactesyn®
Bactesyn HP®
Ceftriaxon
Rochepin®
Broadced®
Cefadroxil
Ceftum®
Ceradolan®
Velosef®
Tarivid®
Ciprofloksasin
Ciproxin Xr®
Cravit®
Sporacid®
Actrapid®
Insulatard®
Insulatard Penfil®
Mixtard®
Mixtard Nofolet®
Humulin R®
Zumadiac®
Glibenclamid
Glurenorm®
Amaryl®
Metrix®
Diabex®
Diabex F®
Glucobay®
Jumlah
1
1
1
1
5
1
2
1
1
3
1
1
1
1
1
1
6
2
1
1
1
2
3
1
7
1
5
1
1
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lanjutan Lampiran 2
No.
Kelas Terapi
8.
Antianemia
Golongan
Anemia defisiensi besi
Sub Golongan
Anemia megaloblastik
Anemia hipoplastik,
hemolitik, dan renal
Anemia karena gagal ginjal
9.
10.
Obat untuk Penyakit
Otot Skelet dan Sendi
Nutrisi
AINS
Epoetin beta
Epoetin alfa & Epoetin beta
Recombinan Human
Erythropoietin
Ketoprofen
Obat untuk Mengatasi Gout
Naproksen Na
Alopurinol
Suplemen dan Terapi
tambahan
Recombinan eritropoetin
Penambah nafsu makan
Nutrisi Parenteral
11.
Vitamin dan Mineral
Nama Generik
Ferofumarat
FeOH3
Asam folat
Elektrolit dan Mineral
Sediaan Parenteral dan
Larutan Steril lainnya
Leucoselect phytosomal, lycopene
Serbuk Rhizoma Curcuma
L-treonin,L-serin,L-prolin,Lsistein,L-alanin,L-valin,Lmetionin,L-isoleusin,L-leusin,Lfenilalanin,L-triptofan,L-lisin,Lhistidin,L-arginin
Asam amino
Ca-Klorida,
K-Klorida,
NaKlorida, Na-Asetat
Na, K, Ca, Mg, Cl, Acetat, sorbitol
Maltosa
Natrium Klorida
NaCl Kombinasi
Kalium L-aspartat
Jenis Obat
Hemobion®
Venover®
Asam Folat
Folavit®
Recormon®
Epotrex®
Hemapo®
Jumlah
1
2
4
17
2
3
2
Profenid®
Kaltrofen®
Pronalges®
Synflex®
Allopurinol
Zyloric®
Legres®
Curcuma®
Aminofusin
1
1
2
1
4
1
1
2
1
Kidmin
Renxamin
Asering
2
6
14
Tutofusin Ops
Martos
NaCl
Kaen 1B
Kaen 3B
Aspar K®
1
13
7
9
2
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lanjutan Lampiran 2
No.
Kelas Terapi
Golongan
Sub Golongan
Glukosa Intravena
Nama Generik
Glukosa
Kalsium / dengan vitamin
Kalsium Karbonat
Vitamin B / dengan Vitamin
C
Kalsium dan vitamin
Garam kalsium
Tiamina Tetrahidrosulfuril
Disulfida Basa (Vit B1)
Vit B1, B6, B12
12.
13.
14.
15.
Obat yang Bekerja
pada Mata
Obat Hormon Seksual
Obat Sistem GenitalUrinaria
Obat lain-lain
Vitamin K
Antiseptik
dengan
Kortikosteroid
Sediaan lain obat mata
Anabolik steroid
Obat lain yang beraksi di
sistem genital-urinaria
Sediaan untuk penyakit pada
vagina
Vit K
Hidrokortison asetat
Hepatoprotektif
Hiperkalemia
Jenis Obat
Dextrose 5%
Dextrose 10%
Dextrose 40%
Kalsium Karbonat
(CaCO3)
Callos®
Epocaldi
Ca.Gluconate®
Alinamin®
Alinamin F®
Neurobion®
Neurosanbe®
Vitamin K
Cendomycos®
Jumlah
4
3
3
16
3
6
1
1
2
2
1
1
1
Nimorazol, kloramfenikol, nistatin
Catarlent®
Orgabolin®
Tonar®
Ketosteril®
Gynoxa Ovule®
2
1
4
5
1
Curcuma
Kalsium polistirena sulfonat
Curliv®
Kalitake®
1
2
K-Iodida, CaCl2, Na-Tiosulfat
Etilestrenol
Ketoacid essensial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 3
Data Laboratorium dan Non Laboratorium pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Tahun 2005
No.
1.
No. RM
00949692
Tgl.Periksa
06/02
(01:09)
06/02
(07:46)
2.
00569602
20/08 (11:02)
Data Lab.
Hematologi
Hb : 5,3
Hct : 15,9
Lekosit : 12,27
Eritrosit : 2,11
Trombosit : 338
Metabolit
Ureum : 69
Creatinin : 2,2
Elektrolit
Na : 120
K:5
Cl : 88
Ca : 2,11
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 262
Enzim
AST : 20,7
ALT : 52,4
Metabolisme Glukosa
Glukosa puasa : 212
Glukosa 2 jam pp : 195
Hematologi
Hb : 5,9
Hct : 17,7
Lekosit : 6,66
Eritrosit : 2,05
Trombosit : 184
Metabolit
Ket.
T
R
T
R
T
T
R
Pemeriksaan Urin
06/02 (07:46)
Warna :
kuning
BJ :
1.025
pH :
5
Protein :
+
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat :
Sel gliter :
Leko gelap :
4-5
Eritrosit :
Epitel :
-
Tgl.Periksa
06/02
07/02 (05:00)
(19:00)
Data Non Lab.
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 126 x/menit
Suhu : 39o C
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 387 C
Nadi : 112
TD : 120/70
Suhu : 392 C
Nadi : 110 x/menit
TD : 150/80 mmHg
R
T
T
T
T
20/08
R
R
R
TD : 150/100
Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 80 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
20/08 (19:38)
Post HD
21/08 (07:44)
3.
00410160
01/04
Ureum : 268
Creatinin : 18,4
Glukosa Sesaat : 226
Hb : 17,6
Hct : 51,8
Fungsi Ginjal
Ureum : 136
Creatinin : 10,3
Kalium : 5,3
Hb : 9,2
Hct : 28,5
Glukosa puasa : 137
Asam Urat : 5,9
AST : 41
ALT : 19
HbA1c : 6 %
Ca : 2,15
Phosphat anorganik : 0,38
Kolesterol : 142
Trigliserid : 115
HDL : 53,9
LDL kolesterol : 65,1
Hematologi
Hb : 5,9
Lekosit : 7,1
Protein total : 6,3
Albumin : 3,2
Globulin : 3,1
Ureum : 71,7
Creatinin : 2,2
Kolesterol : 260
HDL Kolesterol : 42,9
LDL Kolesterol : 177,1
Trigliserida : 201
Asam urat : 6,6
Enzim
AST : 20
ALT : 32
Metabolisme Glukosa
T
T
T
T
T
T
R
R
T
T
R
R
R
T
T
T
T
T
01/04
Warna
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat :
Ca oksalat :
Epitel :
01/04
kuning
5
+
0-1
2-3
0-1
TD : 200/110
Suhu : 362 C
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 72 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
07/04 (10:39)
4.
00972660
04/11 (11:09)
05/11 (08:02)
06/11
07/11 (12:11)
5.
00973800
30/11 (10:36)
Glukosa puasa : 74,9
Glukosa 2 jam pp : 156,4
Hb : 9,6
Lekosit : 6
Protein total : 5,7
Albumin : 2,9
Globulin : 2,8
Ureum : 64
Creatinin : 2,1
Asam urat : 7
Kalium : 4,9
Glukosa sesaat : 71
Hct : 29,3
Eritrosit : 3,26
Hematologi
Hb : 10,9
Hct : 31,9
Lekosit : 4,28
Trombosit : 322
Glukosa sesaat : 285
Ureum : 97,6
Creatinin : 2,7
AST : 228,9
ALT : 196,3
Hb : 8
Hct : 22
Glukosa puasa : 149
Glukosa 2 jam pp : 220
Besi : 91
TIBC : 256
IBC : 165
Hb : 11,2
Hct : 33
Hematologi
Hb : 14,4
Hct : 42,3
Lekosit : 17,9
Trombosit : 251
Fingsi Ginjal
04/11
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 365 C
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 84 x/menit
30/11
TD : 160/110 mmHg
Suhu : 36o C
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 365 C
Nadi : 88 x/menit
R
R
T
T
T
T
R
R
T
T
R
R
T
01/12 (19:00)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
21/11
02/12
6.
00974160
08/12 (18:07)
09/12 (08:29)
10/12 (08:40)
12/12 (08:43)
13/12 (17:32)
14/12 (09:19)
Ureum : 182
Creatinin : 4,3
Asam urat : 9,4
HbA1c : 6,5
AST : 54,7
ALT : 73,4
Protein total : 6,2
Albumin : 3,2
Globulin : 3,0
Kolesterol : 258
HDL : 102,6
LDL : 113
Trigliserid : 209
Glukosa puasa : 95
Glukosa 2 jam pp : 185
Glukosa puasa : 86
Ureum : 228,8
Creatinin : 4,5
Asam urat : 9,2
Hematologi
Hb : 7,4
Hct : 21
Lekosit : 7,35
Eritrosit : 2,34
Trombosit : 177
Glukosa darah : 128
Asam folat : 7,7
Elektrolit
Na : 141
K : 5,2
Cl : 105
Ca : 1,91
Hb : 22,4
Hct : 66,1
Ureum : 92,8
Creatinin : 5,6
Hb : 10
Hct : 29,4
Ureum : 164,6
Respirasi : 22 x/menit
T
T
T
T
T
R
T
T
T
T
T
T
08/12
R
R
R
09/12 (12:00)
T
10/12 (13:00)
11/12 (12:00)
R
T
T
T
T
R
R
T
12/12 (13:00)
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 120/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 367 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
7.
00966573
04/06 (23:37)
05/06 (07:38)
(12:07)
07/06 (11:53)
10/06 (08:12)
8.
00962244
14/02 (05:15)
15/02 (08:02)
17/02 (08:00)
9.
00538514
21/05 (17:25)
Creatinin : 11,5
Metobolisme Glukosa
Glukosa sewaktu : 354
Glukosa sewaktu : 197
Hematologi
Hb : 9,8
Hct : 29,4
Lekosit : 20,91
Eritrosit : 3,3
Fungsi Ginjal
Ureum : 123
Creatinin : 6,2
AST : 60
ALT : 46,8
Metobolisme Glukosa
Glukosa sewaktu : 58
Glukosa sewaktu : 50
Glukosa puasa : 353
Glukosa 2 jam pp : 432
Glukosa puasa : 120
Ureum : 210
Creatinin : 7,8
Glukosa 2 jam pp : 245
Hematologi
Hb : 9,3
Hct : 26,5
Lekosit : 7,31
Limfosit : 12,7
Eritrosit : 2,97
Metabolit
Ureum : 84
Creatinin : 6,1
Metobolisme Glukosa
Glukosa puasa : 128
Glukosa 2 jam pp : 181
Ureum : 80
Creatinin : 6,6
Hematologi
Hb : 9
T
T
T
R
R
T
R
T
T
T
T
R
R
T
T
T
T
T
T
R
R
R
R
T
T
T
T
T
T
R
10/06 (10:41)
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
14/02 (05:15)
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Ca oksalat :
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
Granula :
22/05 (09:18)
Warna :
04/06
kuning
1030
5
+
5
10
2-3
(+)
06/06 (12:00)
(18:00)
(22:00)
14/02
kuning
1025
6
+
+
2-3
0-1
15/02 (13:00,
15:00)
17/02 (05:00)
(18:00)
21/05
kuning
TD : 195/93 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 36 C
Suhu : 37 C
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 220/140 mmHg
Nadi : 130 x/menit
Respirasi : 36 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 170/80 mmHg
Nadi : 122 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 362 C
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 180/120 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 362 C
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 368 C
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
24/05 (00:20)
10.
00778060
13/04
15/04
Hct : 24,9
Lekosit : 8
Eritrosit : 2,85
Trombosit : 221
Metabolit
Ureum : 101
Creatinin : 6,5
K : 6,9
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 207
Ureum : 29
Creatinin : 2,7
Hematologi
Hb : 8,3
Hct : 25,9
Lekosit : 12,44
Eritrosit : 3,09
Trombosit : 555
Metabolit
Ureum : 165
Creatinin : 10,10
Elektrolit
Na : 143
K : 5,4
Cl : 113
Ca : 1,98
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 45
(08:14) : 120
Hb : 17,9
Hct : 54,3
Ureum : 85
Creatinin : 5
R
R
T
T
T
T
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
Granula :
1010
6
+
+
22/05 (09:00)
23/05 (05:00)
1-2
sedikit
0-1
24/05 (05:00)
T
R
R
R
T
T
T
T
R
R
T
T
T
13/04
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Urobilin :
Sedimen
Leko pucat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
13/04
kuning
1025
5
+
+
+
5
10
2-3
++
14/04 (05:05)
(18:00)
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 200/110 mmHg
Nadi : 88 x/menit
TD : 210/130 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 375 C
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 132 x/menit
Suhu : 373 C
TD : 180/110 mmHg
Nadi : 124 x/menit
Suhu : 378 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
11.
00960464
02/01
03/01
06/01
12.
00973543
10/01
24/11
26/11
Hematologi
Hb : 11,7
Hct : 32,4
Trombosit : 229
Metabolit
Ureum : 42
Creatinin : 2,2
Elektrolit
Na : 135
K : 4,8
Cl : 90
Ca : 2,44
Glukosa sewaktu :
(03:34) : 687
(05:30) : 508
(06:30) : 229
(12:00) : 90
Glukosa puasa : 688
Glukosa 2 jam pp : 680
Glukosa puasa : 337
Glukosa 2 jam pp : 279
Ureum : 50
Creatinin : 2,3
Glukosa puasa : 231
Glukosa 2 jam pp : 291
Hematologi
Hb : 9
Hct : 25,5
Lekosit : 14,79
Albumin : 2,9
Ureum : 206,9
Creatinin : 3,1
Kolesterol : 251
HDL kolesterol : 61,3
LDL kolesterol : 146,7
Fosfatase alkali : 159
Glukosa sesaat : 158
Glukosa puasa : 169
Glukosa 2 jam pp : 204
R
R
T
R
T
T
T
T
T
T
T
02/01
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
Epitel :
08/01
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Leko gelap:
02/01
kuning
1010
5
+
++
1-2
sedikit
(13:00)
03/01 (09:00)
04/01 (05:00)
(20:00)
kuning
1030
6
sp
++
0-1
1-2
07/01 (05:00)
(18:30)
08/01
(02:05)
(18:00)
T
T
T
R
R
T
T
T
T
T
26/11
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
Eritrosit :
24/11
kuning
1030
5
+
4-5
1-2
25/11 (07:50)
27/11 (20:10)
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 23 x/menit
Suhu : 385 C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 362 C
Nadi : 100 x/menit
TD : 150/90 mmHg
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 376 C
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Suhu : 369 C
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 388 C
TD : 140/100 mmHg
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 378 C
TD : 180/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 25 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 150/90 mmHg
Suhu : 37 C
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
27/11
02/12
03/12
13.
00970347
09/09
09/09
10/09
13/09
14/09
19/09
22/09
Ureum : 214,2
Creatinin : 3,3
Hb : 8
Ureum : 109,1
Creatinin : 2
Hb : 10,6
Hct : 31
Ureum : 139,7
Creatinin : 2,3
Hematologi
Hb : 10
Hct : 29,8
Na : 132
K : 5,7
Glukosa sesaat : 125
Hb : 10,9
Lekosit : 5,2
Ureum : 206,1
Creatinin : 5,1
AST : 13,5
ALT : 58,2
Glukosa puasa : 118
Glukosa 2 jam pp : 143
Ureum : 100
Creatinin : 5,1
Hb : 10,8
Ureum : 140
Creatinin : 7,8
Hb : 15,4
Hct : 45
Ureum : 49
Creatinin : 3,7
Hb : 9,7
Ureum : 90
Creatinin : 8,1
Hb : 10
Hct : 28
Ureum : 63
Creatinin : 6,2
T
T
R
T
T
R
R
T
T
R
R
T
R
T
T
T
T
T
T
T
R
T
T
T
R
T
T
R
R
T
T
10/09
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Urobilin :
Bilirubin :
Sedimen
Ca oksalat :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
09/09
kuning
1300
5
sp
+
+
5-7
2-3
++
(19:00)
10/09 (05:00)
(13:00)
(14:30)
(19:00)
12/09 (09:00)
(13:00)
13/09 (05:00)
(19:00)
19/09 (09:00)
(13:00)
22/09
TD : 170/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 366 C
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 150/80 mmHg
Suhu : 365 C
Nadi : 88 x/menit
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 37 C
Suhu : 376 C
Nadi : 92 x/menit
TD : 170/120 mmHg
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 364 C
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 373 C
Suhu : 367 C
Nadi : 88 x/menit
TD : 140/90 mmHg
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 365 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
14.
00555442
11/04
14/04
15/04
15.
00969317
15/08
17/08
Hematologi
Hb : 12,8
Hct : 40,2
Lekosit : 7,17
Trombosit : 174
Metabolit
Ureum : 107
Creatinin : 3
Asam urat : 12,3
Elektrolit
Na : 137
K : 5,6
Metobolisme Glukosa
Glukosa sesaat : 170
Total protein : 5,6
Albumin : 3
Globulin : 2,6
Glukosa puasa : 124
Glukosa 2 jam pp : 104
Ureum : 99
Creatinin : 2,9
Hb : 8,7
Hct : 26
Lekosit : 21,8
Trombosit : 320
Ureum : 71
Creatinin : 4,6
AST : 22
ALT : 16
Amylase : 106,9
Lipase : 39,3
Elektrolit
Na : 143
K : 5,4
Cl : 108
Ca : 2,23
Hb : 7,9
Hct : 22
Glukosa puasa : 155
11/04
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 362 C
15/08
TD : 200/110 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 362 C
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/menit
TD : 130/100 mmHg
TD : 180/110 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 366 C
TD : 150/80 mmHg
TD : 190/110 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 160/100 mmHg
T
T
T
T
T
R
R
T
T
T
R
R
T
T
T
T
19/08
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Urobilin :
Bilirubin :
Sedimen
Leko gelap:
Epitel :
kuning
1020
5
+
+
3-4
++
16/08 (05:00)
(09:00)
(13:00)
17/08 (17:00)
18/08
19/08 (05:00)
20/08 (18:00)
R
R
T
22/08 (18:30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
20/08
22/08
16.
00503241
23/08
19/03
20/03
21/03
22/03
24/03
17.
00548260
10/06
Glukosa 2 jam pp : 385
Ureum : 75
Creatinin : 4,4
Total protein : 5,2
Albumin : 2,7
Hb : 8,3
Hct : 24,5
Ureum : 64
Creatinin : 5,3
Glukosa puasa : 160
Glukosa 2 jam pp : 242
Glukosa puasa : 117
Hematologi
Hb : 12,6
Hct : 37,4
Glukosa sesaat : 335
Glukosa sewaktu : 314
Glukosa puasa : 313
Glukosa 2 jam pp : 340
Ureum : 99
Creatinin : 2,1
Na : 146
K : 4,3
AST : 24,4
ALT : 16,1
Glukosa sewaktu : 242
Glukosa puasa : 237
Glukosa puasa : 215
Ureum : 66
Creatinin : 1,9
Hematologi
Hb : 10,2
Hct : 31,9
Eritrosit : 3,33
Metabolit
Ureum : 71
Creatinin : 2,5
Kolesterol : 162
Trigliserida : 97
T
T
T
R
R
R
R
T
T
T
T
T
R
R
T
T
T
T
T
T
20/03
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
Epitel :
kuning
1030
5
++
++
23/08 (08:30)
(13:00)
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 363 C
TD : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 364 C
Suhu : 365 C
Nadi : 80 x/menit
TD : 160/100 mmHg
19/03
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 200/120 mmHg
Suhu : 38 C
TD : 200/110 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 385 C
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 38 C
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
TD : 160/100 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96 x/menit
TD : 140/90 mmHg
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36 C
Suhu : 36 C
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 180/100 mmHg
(18:00)
21/03 (05:00)
0-1
sedikit
(19:00)
22/03 (05:00)
(19:00)
T
T
T
T
T
R
R
R
T
T
(20:00)
11/06
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Urobilin :
Bilirubin :
Sedimen
10/06
kuning
1030
5
+
+
+
-
12/06 (05:00)
13/06 (05:00)
(09:00)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
11/06
15/06
17/06
18/06
18.
00959489
03/09
05/09
06/09
08/09
09/09
HDL : 55,6
LDL Kolesterol : 87
Total protein : 6,4
Albumin : 3,5
Globulin : 2,9
Na : 145
K : 4,8
Cl : 111
Ca : 2,15
Alkali phospatase : 266
Glukosa sesaat : 193
Glukosa puasa : 159
Glukosa 2 jam pp : 240
Hb : 11,1
Hct : 33
Glukosa puasa : 78
Glukosa 2 jam pp : 93
Ureum : 87
Creatinin : 2,5
Glukosa sewaktu : 42
Glukosa puasa : 63
Hb : 12,7
Hct : 36,4
Lekosit : 13,2
Trombosit : 335
Ureum : 126,7
Creatinin : 6,34
Asam urat : 13,8
Na : 126,2
K : 4,02
Cl : 95,4
Glukosa sesaat : 344
Glukosa puasa : 303
Glukosa 2 jam pp : 425
Glukosa sesaat : 295
Hb : 11,8
Ureum : 214
Creatinin : 4,8
Glukosa puasa : 449
R
Leko pucat:
Ca oksalat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
Epitel :
Asam urat :
Granuler :
+
++
++
++
1-2
(13:00)
17/06 (13:45)
18/06 (05:00)
(15:30)
(19:00)
T
T
T
T
R
R
T
T
R
R
R
R
T
T
T
T
R
T
T
T
T
R
T
T
T
19/06 (05:00)
(09:00)
04/09
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Leko gelap:
Epitel :
09/09
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
03/09
kuning
1015
5
+
+
04/09 (05:00)
(18:15)
+
+
sedikit
(19:00)
05/09 (05:00)
06/09 (13:00)
(14:10)
kuning
1025
6
+
+
08/09 (19:00)
09/09 (18:30)
Nadi : 108 x/menit
Suhu : 36 C
Suhu : 372 C
Nadi : 86 x/menit
TD : 150/110 mmHg
TD : 210/120 mmHg
Nadi : 130 x/menit
Respirasi : 14 x/menit
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 210/100 mmHg
Nadi : 112 x/menit
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 363 C
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 363 C
Nadi : 74 x/menit
Suhu : 362 C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36 C
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/menit
TD : 120/70 mmHg
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 362 C
Nadi : 84 x/menit
TD : 110/70 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
19.
00964884
(11:42)
(21:13)
10/09
(15:54)
(21:45)
11/09
12/09
(21:25)
(22:15)
21/04
22/04
23/04
25/04
26/04
28/04
29/04
30/04
03/05
20.
00423874
16/02 (19:40)
Glukosa sewaktu : 391
Glukosa sewaktu : 377
Glukosa sewaktu : 520
Glukosa sewaktu : 483
Glukosa sewaktu : 370
Glukosa sewaktu : 375
Glukosa sewaktu : 366
Glukosa sewaktu : 335
Glukosa sewaktu : 248
Hb : 8,3
Hct : 23,8
Eritrosit : 2,9
Fungsi Ginjal
Ureum : 51
Creatinin : 4
Total protein : 4,8
Albumin : 2,6
Alkali phospatase : 175
Na : 133
K : 4,1
Cl : 91
Ca : 2,06
Glukosa puasa : 267
Glukosa sewaktu : 541
Glukosa sewaktu : 397
Na : 133
K : 3,2
Cl : 105
Ca : 2,01
Glukosa puasa : 167
Glukosa puasa : 133
Glukosa puasa : 253
Glukosa 2 jam pp : 225
Ureum : 50
Creatinin : 3,9
Glukosa puasa : 169
Glukosa 2 jam pp : 218
Hematologi
Hb : 9,1
T
T
T
T
T
T
T
T
T
R
R
R
T
T
R
R
Urobilin :
Bilirubin :
Sedimen
Leko pucat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
+
-
12/09 (22:00)
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 362 C
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 375 C
21/04
TD : 190/110 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 37 C
16/02
TD : 160/110 mmHg
Nadi : 70 x/menit
++
+++
1-2
22/04
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
Eritrosit :
Granula :
4-5
2-3
1-2
17/02 (08:03)
Warna :
kuning
kuning
1025
5
+
+
R
T
T
T
R
T
T
T
T
R
R
T
T
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
17/02 (08:00)
18/02 (10:39)
22/02 (17:29)
21.
00558901
05/05 (08:57)
06/05
08/05
Hct : 28,1
Lekosit : 3,86
Eritrosit : 3,11
Glukosa sewaktu : 170
Ureum : 161
Creatinin : 7,4
AST : 39,8
ALT : 17,9
Na : 148
K : 5,2
Cl : 110
Ca : 2,13
Glukosa puasa : 116
Glukosa 2 jam pp : 124
Hb : 8,7
Hct : 28,8
Ureum : 177
Creatinin : 7,8
Hb : 9
Hct : 26,6
Ureum : 91
Creatinin : 4
Hb : 13,3
Hct : 39,5
Lekosit : 6,86
Eritrosit : 4,43
Ureum : 42
Creatinin : 2
Total protein : 6,4
Albumin : 3,5
Globulin : 2,9
Alkali phospatase : 153
Cholinesterase : 7,74
Na : 142
K : 4,5
Cl : 108
Ca : 2,23
Glukosa puasa : 153
Glukosa 2 jam pp : 259
R
R
T
T
T
T
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
1030
5
-
17/02 (09:00)
(13:00)
(19:00)
3-4
18/02 (05:00)
(19:00)
T
R
R
T
T
R
R
T
T
R
R
R
T
R
21/02 (19:00)
06/05
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
05/05
kuning
1005
7.5
3-4
(19:00)
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 369 C
06/05 (13:00)
08/05 (09:00)
(13:00)
(19:00)
T
T
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 368 C
Suhu : 367 C
Nadi : 88 x/menit
TD : 190/130 mmHg
TD : 130/100 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 180/110 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36 C
09/05 (14:30)
10/05
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 366 C
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 365 C
Nadi : 84 x/menit
TD : 130/80 mmHg
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 364 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
09/05
10/05
22.
00558901
03/07
06/07
09/07
11/07 (08:05)
(21:09)
12/07
14/07
15/07
16/07
23.
00950492
19/06 (05:29)
Glukosa sesaat : 262
Ureum : 61
Creatinin : 2,7
Glukosa puasa : 250
Glukosa 2 jam pp : 356
Hb : 12,7
Hct : 38,1
Lekosit : 16,5
Eritrosit : 4,38
Ureum : 45
Creatinin : 2,3
Na : 142
K : 4,1
Cl : 109
Ca : 2,43
Glukosa sewaktu : 299
Glukosa puasa : 191
Glukosa 2 jam pp : 331
Glukosa puasa : 183
Glukosa 2 jam pp : 227
Glukosa sewaktu : 114
Glukosa sewaktu : 167
Glukosa sewaktu : 189
Glukosa sewaktu : 168
Hb : 12,2
Hct : 35
Glukosa puasa : 188
Glukosa 2 jam pp : 294
Hematologi
Hb : 10,9
Hct : 34,5
Lekosit : 4,99
Eritrosit : 3,79
Metabolit
Ureum : 137
Creatinin : 3,9
Elektrolit
Na : 142
K : 5,1
T
T
T
T
T
R
R
T
R
T
T
T
T
T
T
Suhu : 364 C
Nadi : 70 x/menit
TD : 120/80
04/07
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
03/07
kuning
1015
5
+
+
08/07
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 365 C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 C
++
+
10
T
T
T
R
R
T
T
19/06
R
R
R
T
T
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 365 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
(10:07)
20/06 (08:57)
24.
00962404
07/03 (09:26)
(19:52)
08/03 (15:49)
12/03 (07:51)
13/03 (10:05)
Cl : 104
Ca : 2,24
Glukosa sewaktu : 242
Glukosa puasa : 78
Glukosa 2 jam pp : 134
Ureum : 131
Creatinin : 3,5
Asam urat : 6,8
Total protein : 6,3
Albumin : 2,7
Globulin : 3,6
Hematologi
Hb : 11
Hct : 32,6
Eritrosit : 3,81
Trombosit : 338.000
Ureum : 147
Creatinin : 12,5
Total protein : 6
Albumin : 2,3
Na : 120
K : 6,2
Cl : 82
Ca : 2,16
AST : 15
ALT : 10,4
Alkali phospatase : 255
Ureum : 69
Creatinin : 7,3
Hb : 9,1
Hct : 30
Glukosa sewaktu : 73
Ureum : 29
Creatinin : 3,5
Hb : 9,4
Hct : 31
Ureum : 65
Creatinin : 9
Ureum : 43
T
T
T
T
R
R
R
R
R
T
T
R
R
R
T
R
T
T
R
R
T
R
R
T
T
08/03 (08:39)
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Eritrosit :
Bakteri :
kuning
1010
6
+
+
07/03
09/03 (19:00)
(20:00)
14/03 (16:00)
15/03 (20:00)
2-3
+
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 372 C
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 170/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
25.
00962404
18/02 (15:26)
18/02 (22:35)
19/02 (08:14)
21/02 (13:56)
26.
00962094
09/08 (18:11)
Creatinin : 4,7
Hematologi
Hb : 7,7
Hct : 22,7
Lekosit : 13,72
Eosinofil : 0,9
Eritrosit : 2,69
Trombosit : 347
Kolesterol : 363
Trigliserida : 358
HDL : 52,7
LDL Kolesterol : 238,7
Total protein : 4,8
Albumin : 1,8
Globulin : 3
AST : 10,2
ALT : 13,7
Na : 124
K : 5,8
Cl : 104
Ca : 2
Hb : 10,6
Hct : 32
Ureum : 111
Creatinin : 7,3
Glukosa puasa : 123
Glukosa 2 jam pp : 153
Hb : 10,8
Hct : 31
Ureum : 32
Creatinin : 3,6
Hb : 10,8
Hct : 31,9
Lekosit : 15,81
Eritrosit : 3,62
MCV : 88,1
MCH : 29,8
MCHC : 33,9
Trombosit : 140
T
R
R
T
R
T
T
T
R
R
19/02
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Urobilin :
Bilirubin :
Sedimen
Leko gelap:
Eritrosit :
18/02
kuning
1020
5
+
+
+
-
22/02 (14:30)
23/02 (05:00)
2-4
1-2
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 367 C
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 365 C
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 367 C
R
T
R
R
R
T
T
T
T
R
R
T
R
R
T
R
R
R
10/08 (08:40)
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko pucat:
09/08
kuning
1030
5
+
+
10/08 (05:00)
(09:00)
++
TD : 170/90 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 384 C
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 365 C
Suhu : 366 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
10/08 (08:40)
13/08 (08:09)
16/08 (08:40)
27.
00962094
09/06 (08:48)
09/06
10/06
15/06 (08:04)
Glukosa sewaktu : 389
Ureum : 137
Creatinin : 5,9
AST : 6,8
ALT : 1
K : 5,3
Glukosa puasa : 371
Glukosa 2 jam pp : 417
Hb : 10,9
Hct : 34
Glukosa puasa : 240
Glukosa 2 jam pp : 394
Ureum : 138
Creatinin : 6,3
Glukosa puasa : 215
Glukosa 2 jam pp : 303
Hb : 8,9
Hct : 27,4
Lekosit : 8,94
Eritrosit : 2,99
MCV : 91,6
MCH : 29,8
MCHC : 32,5
Trombosit : 161
Total protein : 6,9
Albumin : 3,4
Globulin : 3,5
Na : 143
K : 6,4
Cl : 97
Ca : 2,12
Glukosa sewaktu : 86
Glukosa 2 jam pp : 178
Hb : 12,4
Hct : 35,4
Glukosa sewaktu : 262
Ureum : 151
Creatinin : 6,26
Asam urat : 4,5
T
T
T
T
T
R
R
T
T
T
T
T
T
R
R
R
R
R
R
T
T
R
R
T
T
T
Sel gliter :
Leko gelap:
Eritrosit :
++
++
(13:00)
12/08
13/08 (09:00)
(13:00)
14/08 (05:000
10/06 (10:05)
Warna :
BJ :
pH :
Protein :
Glukosa :
Sedimen
Leko gelap:
Eritrosit :
09/06
kuning
1030
6
-
10/06
11/06 (05:00)
4-5
1-2
(09:00)
Nadi : 84 x/menit
TD : 170/110 mmHg
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Suhu : 374 C
Suhu : 37 C
Nadi : 96 x/menit
TD : 180/90 mmHg
TD : 160/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 362 C
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 365 C
TD : 120/80 mmHg
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 358 C
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 367 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
28.
00962094
10/02
11/02 (07:52)
(08:19)
15/02
16/02
20/02
(21:57)
(23:11)
21/02 (00:36)
(05:36)
(07:42)
(09:10)
22/02
23/02
24/02
Kalium : 4,9
Hb : 10,3
Hct : 31
Lekosit : 9,63
Eritrosit : 3,51
Ureum : 81
Creatinin : 3,5
AST : 37
ALT : 49
Na : 145
K : 4,8
Cl : 100
Ca : 2,33
Asam urat : 7,1
Kolesterol : 421
Trigliserid : 254
HDL : 71,2
LDL Kolesterol : 299
Glukosa puasa : 201
Glukosa 2 jam pp : 360
Glukosa sewaktu : 77
Glukosa puasa : 84
Glukosa 2 jam pp : 167
Glukosa sewaktu : 526
Glukosa sewaktu : 546
Glukosa sewaktu : 340
Glukosa sewaktu : 251
Ureum : 179
Creatinin : 9,1
Glukosa sewaktu : 67
Glukosa sewaktu : 85
Glukosa sewaktu : 230
Glukosa puasa : 456
Glukosa 2 jam pp : 581
Glukosa sewaktu : 152
Ureum : 182
Creatinin : 7,8
Kolesterol : 307
Trigliserid : 366
R
R
10/02
R
T
T
12/02
(12:50)
T
(20:00)
13/02 (20:00)
14/02 (19:00)
15/02 (05:00)
T
T
T
T
T
T
T
T
T
R
T
T
T
T
T
T
T
T
(19:00)
16/02
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 C
TD : 180/100 mmHg
TD : ka : 190/100 mmHg
ki : 210/100 mmHg
TD : ka : 190/100 mmHg
ki : 180/100 mmHg
TD : 200/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 375 C
TD : 170/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 375 C
TD : 190/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 368 C
TD : 160/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 375 C
TD : 200/100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
26/02
27/02
28/02
29.
00550842
24/08 (08:18)
24/08 (23:43)
30.
00550842
04/09
05/09
06/09 (11:24)
(23:14)
09/09
10/09
Na : 137
K : 4,2
Cl : 107
Ca : 2,08
Glukosa puasa : 0,0 (diulang)
Glukosa 2 jam pp : 382
Glukosa puasa : 258
Ureum : 141
Creatinin : 5,9
Total protein : 6,8
Albumin : 2,5
Globulin : 4,3
Hb : 5,3
Hct : 15,9
Hb : 8
Hct : 23,6
Lekosit : 9,62
Eritrosit : 2,5
Ureum : 170
Creatinin : 6,3
Hb : 8,6
Ureum : 188
Creatinin : 6,5
Hb : 8,6
Hct : 25,9
Ureum : 124
Creatinin : 4,7
Total protein : 7,1
Albumin : 2,8
Globulin : 4,3
Hb : 13,1
Hct : 40,3
Ureum : 142
Creatinin : 4,8
Total protein : 6,4
Albumin : 3
Globulin : 3,4
T
T
T
T
22/08
TD : 140/90 mmHg
04/09
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 365 C
Nadi : 108menit
Respirasi : 28/menit
Suhu : 373 C
TD : 110/70 mmHg
R
R
R
R
R
R
T
T
R
T
T
R
R
T
T
R
R
R
T
T
R
R
05/09 (09:00)
(12:00)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Nilai Normal
Hematologi
Hb : 12,0-18,0 g% (P)
13,5-17,5 g% (L)
Hct : 36,0-46,0 % (P)
41,0-53,0 % (L)
Lekosit : 4,1-10,9 ribu / mmk
Eosinofil : 0,0-5,0 %
Basofil : 0,0-2,0 %
Segmen Netrofil : 47,0-80,0 %
Limfosit : 13,0-40,0 %
Monosit : 2,0-11,0 %
Eritrosit : 4,5-5,9 juta / mmk
MCV : 92,0-121,0 fl
MCH : 31,0-37,0 pg
MCHC : 29,0-36,0 g / dl
Trombosit :140-440 ribu / mmk
Amylase : 0,0-100
Lipase : 17,0-60
Metabolit
Ureum : 10-50 mg / dl
Creatinin : 0,8-1,5 mg / dl
Protein total : 6,6-8,7 g / dl
Albumin : 3,5-5,5 g / dl
Globulin : Fosfatase alkali : 91,0-258,0 U / L
Bilirubin total : 0,0-1,1 mg / dl
Bilirubin direk : 0,0-0,3 mg / dl
Bilirubin indirek : Kolesterol : 0-200 mg / dl
LDL Kolesterol : 100-159 mg / dl
HDL Kolesterol : 35-65 mg / dl
Trigliserida : 0-200 mg / L
Asam urat : 3,5-8,5 mg / dl (P)
3,3-7,7 mg / dl (L)
TIBC : 250-450 μg / dl
IBC : Besi : 37-170 μg / dl
Enzim
AST : 0-37 u / l
ALT : 0-41 u / l
Elektrolit
Na : 130-150 mmol / L
K : 3,5-5,5 mmol / L
Cl : 94-111 mmol / L
Ca : 2,02-2,60 mmol / L
Metobolisme Glukosa
Glukosa puasa : 70-100 mg / dl
Glukosa sesaat : 70-140 mg / dl
Glukosa 2 jam pp : 70-140 mg / dl
HbA1c : 5,0-8,0 %
Tanda Vital
TD : 90/60-140/90 mmHg
Suhu : 36o-37o C
Respirasi : 16-24 x / menit
Nadi : 60-100 x / menit
Keterangan :
R : rendah (di bawah normal)
T : tinggi (di atas normal)
TD : tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 4
Distribusi 10 Besar Penyakit Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kode ICD-X
A 09
I 64
Z 38.0
S 06.2.0
B 34.9
E 10-14
J 45.9
S 06.0.0
O 80.0
N 39.0
Diagnosa
Diarrhoe and Gastroenteritis of presumed infection
origin
Stroke, not specified as haemorrhage or infarction /
cva
Neonatus / Singleton, born inside hospital
Closed-Diffuse brain injury / contusio cerebri
Viral Infection, unspecified
Diabetes Mellitus
Asthma, unspecified
Comotio cerebri
Spontaneous vertex delivery / partus
UTI (Urinary Tract Infection), site not specified / ISK
Jumlah
1160
668
590
474
472
400
382
381
313
307
Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap
RS. Bethesda Tahun 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kode ICD-X
E 10.1
E 10.5
E 10.9
E 11.0
E 11.5
E 11.9
E 14.0
E 14.1
E 14.2
E 14.3
E 14.5
E 14.6
E 14.9
Diagnosa
IDDM dengan Ketoacidosis
IDDM with Peripheral Cilculatory Complication
IDDM tanpa Komplikasi
NIDDM dengan Koma
NIDDM + Peripheral Cilculatory Complication
NIDDM tanpa Komplikasi
DM dengan Koma
DM dengan Ketoacidosis
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
DM dengan Opthalmic Complication
DM dengan Ulcer
DM dengan Arthropathy
DM unspecified
Total
Jumlah
1
1
3
1
2
2
36
7
48
2
89
6
203
400
Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 s/d September 2006
No
Kode ICD-X
1.
E 10-E 14
2.
E 14.2/N 08.3
Nama
Penyakit
Diabetes
Melitus
DM
Nephropathy
Jumlah Pasien
2004
2005
2002
2003
2006 s/d Sept
410
416
416
400
284
11
28
39
48
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 5
Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Kasus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Tanggal
06/02/05
20/08/05
--(p.HD)
21/08/05
01/04/05
07/04/05
04/11/05
30/11/05
02/12/05
07/12/05
09/12/05
12/12/05
04/06/05
10/06/05
14/02/05
17/02/05
21/05/05
24/05/05
13/04/05
15/04/05
02/01/05
10/01/05
24/11/05
26/11/05
27/11/05
03/12/05
09/09/05
10/09/05
13/09/05
14/09/05
19/09/05
22/09/05
11/04/05
15/04/05
15/08/05
17/08/05
Cr
2,2
18,4
10,3
7,2
2,2
2,1
2,7
4,3
4,5
10,5
5,6
11,5
6,2
7,8
6,1
6,6
6,5
2,7
10,1
5,0
2,2
2,3
3,1
3,3
2,0
2,3
5,1
5,1
7,8
3,7
8,1
6,2
3,0
2,9
4,6
4,4
Clcr
33,64
4,33
7,73
11,06
32,89
34,46
23,33
18,14
17,33
6,13
11,50
5,60
9,93
7,89
12,00
11,09
10,52
25,33
6,81
13,75
31,46
30,09
21,48
20,18
33,3
28,96
12,64
12,64
8,26
17,42
7,96
10,39
19,80
20,48
16,51
17,26
Rumus Jellife :
98 − 0,8(umur − 20)
× 0,9( jikawanita )
Scr
Kasus
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Tanggal
20/08/05
20/03/05
24/03/05
10/06/05
17/06/05
03/09/05
08/09/05
21/04/05
30/04/05
16/02/05
21/02/05
22/02/05
05/05/05
09/05/05
03/07/05
19/06/05
20/06/05
07/03/05
--(p.HD)
08/03/05
12/03/05
13/03/05
18/02/05
21/02/05
09/08/05
13/08/05
15/06/05
10/02/05
21/02/05
23/02/05
28/02/05
05/09/05
06/09/05
--(p.HD)
10/09/05
Cr
5,3
2,1
1,9
2,5
2,5
6,3
4,8
4,0
3,9
7,4
7,8
4,0
2,0
2,7
2,3
3,9
3,5
12,5
7,3
3,5
9,0
4,7
7,3
3,6
5,9
6,3
6,2
3,5
9,1
7,8
5,9
6,3
6,5
4,7
4,8
Clcr
14,33
36,00
39,79
22,90
22,90
8,70
11,42
20,70
21,23
8,16
7,74
15,10
32,20
23,85
28,00
15,60
17,38
6,11
10,47
21,83
8,49
16,26
10,47
21,22
10,43
9,77
9,81
17,38
6,69
7,80
10,31
11,24
10,89
15,06
14,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIOGRAFI PENULIS
Penulis yang bernama lengkap Margaretha Rianasari
Dwi Swastika lahir di Singkawang pada tanggal 20
Juli 1985. Penulis merupakan anak kedua dari
pasangan Bapak Yoseph Siyono dan Ibu Marcia
Kiryani. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh
penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Santa Miriam
Balikpapan pada tahun 1989-1991, SD Santa Theresia
Balikpapan
pada
tahun
1991-1997.
Kemudian
dilanjutkan di SLTP Slamet Riyadi Jakarta Timur
pada tahun 1997-2000 dan penulis mengenyam pendidikan di SMU PL Van Lith
Muntilan pada tahun 2000-2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi S1 di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis
selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi antara lain :
1. anggota Herbal Garden Team (HGT) tahun 2003
2. seksi kesenian (theater) pada Titrasi tahun 2004
3. seksi dana dan usaha pada Titrasi tahun 2005
4. bendahara dalam acara Reaksi tahun 2005.
Download