Uploaded by User74287

Pengaruh Media sosial terhadap keluarga di tengah pandemi COVID-19

advertisement
Pemerintah
melaporkan
kasus Covid-19 di
Indonesia
bertambah 2.973 kasus pada Selasa (3/11). Dengan begitu,
total kasusnya menjadi 418.375 kasus. Sebanyak 349.497
orang di antaranya telah dinyatakan sembuh (83.54%) dan
14.146 orang meninggal dunia (3.38%), sementara sisanya
masih menjalani perawatan.
Selain itu, ada 56.039 orang berstatus orang dalam
pemantauan (ODP) dan 0 orang berstatus pasien dalam
pengawasan (PDP) yang kini masih dirawat.
Sebagai informasi, rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat
Indonesia untuk mengakses sosial media selama 3 jam 26
menit. Total pengguna aktif sosial media sebanyak 160 juta
atau 59% dari total penduduk Indonesia. 99% pengguna
media sosial berselancar melalui ponsel.
Menjadi manusia berarti anda di manipulasi disemua momen,
tidak peduli bahasa apa yang anda gunakan, seberapa pintar
anda, ini bukan tentang apa yg anda ketahui , ini tentang
bagaimana otak anda bekerja.
Dan sekarang kita tahu lebih banyak , ketika menggunakan
media sosial. Saat ini kita rentang terhadap persetujuan dan
perhatian orang lain. Kita sangat peduli dan concern dengan
pendapat orang lain terhdap diri kita
Saat anda membagikan photo saat momen tertentu di
facebook, instagram maupun di share ke dalam Status di
Whatsapp , sebenarnya saat itu otak Anda rentan terhadap
tentang pendapat orang lain terhadap photo atau status anda
tersebut, dan ketika anda menerima Like dari orang lain yang
menyukai photo anda, Facebook, Instagram, WA memberitahu
anda bahwa ada yang menyukai photo anda. Mereka tahu
sebenarnya kita rentan terhadap perhatian dan pendapat orang
lain kemudian media sosial tersebut membuat seolah-olah
mereka peduli terhadap kondisi anda. Hal ini seolah-olah
seperti kita terkena infeksi dan sekarang anda akan terus
berupaya untuk melakukan feed back .
Menurut penggunaan sosial media di PC maupun di ponsel
melepaskan zat yang disebut Dopamin
Hormon dopamin adalah senyawa kimiawi di otak yang
berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh.
Hormon ini memengaruhi berbagai aktivitas manusia, mulai
dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota
tubuh.
Hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali
emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini
akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa
lebih senang dan bahagia. Sebaliknya, kekurangan hormon
dopamin akan membuat suasana hati menjadi buruk, bahkan
dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
Dopamin adalah hormon yg persis sama yg membuat kita merasa lebih baik saat kita merokok,
minum dan saat kita berjudi. Dengan kata lain ini sangat sangat ketagihan.
Seluruh generasi denga yg mengalami kecanduan narkotika disebut kecanduan jejaring sosial dan
saat mereka mengalami tingkat stres yg tinggi. Anak Anak tidak memilki pengalaman untuk
mengatasi stres. maka mereka tidak mencari solusi ke Ibunya atau Ayahnya, , tetapi mereka akan
mencari jejaring sosial media. Mereka mencari hal-hal yg menawarkan kelegaan sementara,
Menghabiskan banyak waktu di media sosial lebih cenderung mengalami depresi daripada mereka
yang menghabiskan waktu nya sedikit sekali di media sosial. Ini adalah sebuah masalah , ini adalah
suatu bentuk kecanduan dengan media yang lain.
Saat ini kita memiliki generasi yang kecanduan media sosial dan tidak memiliki ketrampilan yang
cukup untuk bekal masa depan mereka. Mereka memang hebat di media sosial, jago bermain
games online, Hafal karakter-karakter yang ada di games yg mereka mainkan, bangga memiliki
follower yang banyak dan ketika posting status banyak yang menyukai, namun minim
Kadang kita kurang menyadari bahwa media sosial tidaklah nyata, Anda tidak akan pernah melihat
realitas kehidupan nyata di sana.
90% hidup kita , di balik photo, kita menggunakan orang lain sebagai cermin atau sebagai referensi
yg mendikte kita bagaimana seharusnya penampilan kita , seberapa sukses kita seharusnya , atau
bagaimana kita harus hidup, versi kami yg paling bahagia
Download