KESESATAN BERPIKIR SESEORANG DALAM BERKHOTBAH Yuan Xing Grace Hillary Zega Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal Program Studi Sarjana Pendidikan Agama Kristen [email protected] Abstrak Kesesetan berpikir adalah suatu pandangan atau pemikiran seseorang yang tidak logis dan tidak bisa dipahami oleh semua orang. Kesesatan berpikir terjadi karena dalam penarikan suatu kesimpulan terdapat beberapa kaidah-kaidah logis yang dilanggar, dan kemudian akan membawa kepada suatu kesimpulan yang sesat dan tidak masuk akal. Makalah ini memuat klasifikasi dari kesesatan berpikir serta mengapa kesesatan berpikir dalam berkhotbah itu bisa terjadi dan bagaimana strategi dalam mengatasi kesesatan berpikir tersebut. Kata kunci: Kesesatan berpikir, terjadi dan strategi mengatasi kesesatan berpikir A. Pendahuluan Dalam sejarah perkembangan logika terdapat berbagai macam tipe kesesatan dalam penalaran, walaupun model klasifikasi kesesatan yang dianggap baku pada saat ini belum disepakati para ahli, mengingat cara bagaimana penalaran manusia mengalami kesesatan sangat bervariasi,pada pemikiran awam sering ketika mendengar istilah sesat berpikir dipahami sesuatu yang mengerikan karena segera dijumbuhkan dengan kekacauan. Namun dalam pandangan logika sesat pikir itu bila terjadi karena dalam penarikan kesimpulan terdapat kaidah-kaidah logis yang dilanggar, hal itu kemudian akan membawa kepada suatu kesimpulan yang sesat. Namun pada karya ilmiah ini penulis lebih mengarah pada KESESATAN BERPIKIR SESEORANG DALAM BERKHOTBAH, sebab seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bisa mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar. 1 B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kesesatan berpikir dan klasifikasi kesesatan berpikir? 2. Mengapa terjadi kesesatan berpikir dalam berkhotbah? 3. Bagaimana mengatasi terjadinya kesesatan berpikir dalam berkhotbah? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa pengertian kesesatan berpikir dan klasifikasi kesesatan berpikir 2. Untuk mengetahui mengapa terjadi kesesatan berpikir dalam berkhotbah 3. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi terjadinya kesesatan berpikir dalam berkhotbah. Pengertian Kesesatan Berpikir Ilmu logika bersamaan dengan lahirnya Filsafat Barat di Yunani. Dalam usaha untuk menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya, para filusuf Yunani banyak yang mencoba membantah pemikirannya dengan filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Sejak awal, logika telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran tersebut. Kesesatan penalaran ini disebut dengan kesesatan berpikir ( fallacia/fallacy). 1 Kesesatan berpikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala berpikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. 2 Mengikuti John Locke, mengidentifikasi beberapa kesesatan berpikir yang pada akhirnya termanifestasi dalam perilaku yang juga sesat. 1. Pertama, kesesatan yang terjadi karena subjek sesungguhnya jarang berpikir sendiri dan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain. 2. Kedua, kesesatan di mana subjek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi kenyataannya tidak menggunakan rasionya dengan baik. 3. Ketiga, adalah kesesatan yang terjadi akibat subjek tidak terbuka untuk melihat persoalan secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan orang tertentu, atau sumber tertentu.3 1 2 R G Soekadijo. Logika Dasar Tradisional. Simbolik dan Induktif. (Jakarta: Pustaka Gramedia,) hlm.11 Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 105 2 Menurut Lorens Bagus, sesat pikir mengakomodir enam hal yaitu : Pertama, menyatakan bahwa suatu gagasan adalah sesat yang berarti fakta yang diacuh oleh gagasan itu tidak ada. Kedua, tidak sesuai dengan kebenaran. Ketiga, tidak mempunyai evidensi (fakta) yang baik. Keempat, berarti salah. Kelima, basis dari dua perangkat nilai kebenaran yang menyangkal nilai kebenaran yang ditentukan bagi suatu kenyataan. Dan keenam, lain dari kebenaran. Apabila melihat pengertian-pengertian sesat berpikir versi Lorens Bagus maka sesat berpikir terjadi dengan dua hal yaitu ketika tidak terjadi kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan serta ketidakkonsistenan pada penggunaan alur-alur formal dalam logika.4 A. Klasifikasi Kesesatan Berfikir 1. Kesesatan Karena Tidak Konsisten. Kesesatan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang di akui. Pengajaran seorang hamba Tuhan yang dilaksanakan dalam pelayanan seperti melalui khotbah harus nampak atau diwujudkan dalam perilakunya. Ironisnya bahwa kadang seorang pengkhotbah mengatakan bahwa "itu adalah dosa" tetapi dia sendiri (pengkhotbah itu) yang melakukan apa yang dikatakannya itu dosa. Jika pelayanan salah maka pengajaran dan perilaku pelayan tersebut akan bertentangan dengan Firman Allah. 2. Kesesatan Karena Penggunaan Bahasa Kesesatan karena bahasa terjadi karena beberapa hal,salah satunya adalah kesesatan amfiboli. Kesesatan ini terjadi karena kekeliruan penempatan suatu kata atau term dalam sebuah ungkapan (kalimat) sehingga makna ungkapan (kalimat) itu menjadi bercabang. Akibatnya, timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, dimana hanya salah satunya saja yang benar, sedangkan yang lain pasti salah. Begitu juga dalam penyampai khotbah kadang-kadang seorang yang menyampaikan khotbah menggunakan bahasa atau kata-kata yang sulit dimengerti oleh pendengar sehingga isi dari khotbah yang disampaikannya itu dapat menyesatkan orang yang mendengarnya. 3. Kesesatan Relevansi 3 4 Mohammad adib, Filsafat Kristen: Ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 178-179 Wagiman, Pengantar Studi Logika : Mempelajari, Memahami dan Mempraktekannya, ( Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), hlm 145. 3 Kesesatan relevansi timbul apabila seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya. Artinya secara logis kesimpulan tersebut tidak merupakan implikasi dari premisnya. Penalaran yang mengandung kesesatan relevansi tidak menampakkan sama sekali hubbungan logis antara premis dan kesimpulannya. Ada beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum dilakukan yaitu:5 a. Argumentum Ad Hominem Ad Hominem secara harafiah berarti “ mengacu pada orangnya”. Kesesatan argumentum ad hominem terjadi bila seseorang berusaha untuk menerima atau menolak suatu gagasan (ide) bukan berdasarkan faktor penalaran yang terkandung dalam gagasan tersebut, melainkan berdasarkan alasan yang berhubungan dengan pribadi dari orang yang melontarkan gagasan. Contohnya: “Pengkhotbah dalam semangat mereka demi kebenaran, rupanya dikuasai pikiran bahwa mereka terpanggil untuk membela iman dan karena itu memenuhi khotbah mereka dengan berdebatan atau semburan kata-kata pedas terhadap semua orang yang berbeda pendapat dengan mereka.6 b. Argumentum Ad Poulum Argumentum ad populum (latin: populous artinya “rakyat” atau”massa”) adalah penalaran yang diajukan untuk meyakinkan para pendengar dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat atau orang banyak. Yang dipentingkan ialah menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan semangat dan membakar emosi orang banyak agar menerima suatu pernyataan tertentu. Contoh : Dalam pelayanannya, Pengkhotbah selalu berusaha menyenangkan hati manusia atau jemaatnya, mereka memakai berbagai macam cara supaya jemaat menyenangi atau menyukai dia. Dalam 5 Ronald. J. Massing, Diktat Logika Kesesatan Berpikir (Surabaya: Kalangan Sendiri, 2019), hlm. 1 6 James Braga, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Malang ,Jatim,1969), hlm.156 4 berkhotbah, mereka menggunakan cerita-cerita isapan jempol untuk menyenangkan hati jemaatnya. ( 2 Petrus 2:3b). c. Argumentum Ad Verecundiam Jenis kesesatan relevansi ini disebut juga argumentum auctoritaris ( Latin: auctoritas artinya “ kewibawaan”) yang memang sangat mirip dengan argumentum ad hominem. Bila dalam argumentum ad hominem yang menjadi acuan adalah pribadi orang yang menyampaikan gagasan ( disenagi atau tidak disenangi), maka dalam argumentum ad verecudiam atau argumentum auctoritaris ini, nilai suatu penalaran terutama ditentukan oleh keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakanya. 7 Contoh : Seorang pengkhotbah yang menyampaikan dari sebagian isi dari firman Tuhan memaksakan jemaatnya untuk mengikutinya namun dia sebagai gembala sama sekali tidak melakukannya juga. d. Ignoratio Elenchi Kesesatan ignoratio elenchi ini terjadi bila seseorang menarik kesimpulan yang sebenarnya tidak memiliki relevansi dengan premisnya. Contohnya: Hamba Tuhan yang menyampaikan Firman Tuhan di depan jemaatnya dengan bebas memaparkan sesuai dengan pemikirinnya sendiri tanpa memahami lebih dahulu apa yang akan dia sampaikan tersebut sehingga tidak dapat membawa hasil dampak positif bagi para pendengarnya. e. Kesesatan karena Generalisasi tergesa-gesa Jenis kesesatan ini sebetulnya merupakan akibat dari induksi yang keliru karena bertumpu pada hal-hal khusus yang tidak mencukupi. Contohnya : Pengkhotbah yang efektif tidak hanya mempercayai bahwa Alkitab diilhami, namun juga bahwa seluruhnya diilhami Tuhan. Pengkhotbah harus mengakui pengawasan Roh Kudus yang mengalahkan keterbatasan manusia hingga taraf apa pun. f. Kesesatan karena Komposisi Kesesatan karena komposisi dilakukan bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi satu atau beberapa individu 7 Ronald. J. Massing, Diktat Logika Kesesatan Berpikir (Surabaya: Kalangan Sendiri, 2019), hlm. 2 5 dari suatu kelompok tertentu, pasti juga benar ( berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif. Misalnya: dalam sebuah persekutuan melakukan sebuah kesenjangan yang bisa membuat para jemaat dan para yang mendengarnya tidak dapat memahami apa yang aakn disampaikan itu sehingga membuat orang yang mendengarnya tidak dapat mengerti apa yang akan disampaikan itu. B. Terjadinya Kesesatan Berpikir dalam Berkhotbah Kesesatan berpikir di dalam logika dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi, pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau karena penggolongannya tidak lengkap atau tumpang-tindih maupun masih campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu hipotesis bersifat meragukan dan bertentangan dengan fakta. 8 Begitu juga dalam berkhotbah banyak orang yang berlagak tahu namun pada kenyataannya tidak tahu, orang yang berlagak tahu ini, dengan nekat berkhotbah, berbicara semuanya, tetapi apa yang dikatakannya atau disampaikannya itu tidak lebih dari sebuah kecelakaan atau sesuatu yang menyesatkan, dan seperti itu juga yang terdapat dalam kitab 2 Petrus 2:I mengatakan, “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula diantara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkai penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Guru-guru palsu melaksanakan tugas pelayanan mereka untuk menyesatkan jemaat dengan ajaran-ajaran sesat yang seolah-olah benar tetapi sebenarnya bertentangan dengan firman Allah atau Alkitab. Mereka sangat pandai dalam memutarbalikkan kebenaran dengan ungkapan yang tidak jauh berbeda dengan yang sebenarnya sehingga dengan mudah diterima oleh orang-orang yang mendengarnya. Mereka melayani karena ingin dikenal bahwa ia adalah hamba Tuhan yang mampu berkhotbah dengan baik sehingga dalam menyampaikan Firman Tuhan, mereka selalu menonjolkan dirinya atau keluarganya melalui ilustrasi yang disampaikannya. Oliver Mc Mahan mengatakan “ Pengkhotbah tidak boleh melakukan hal apapun yang dapat mengalihkan perhatian jemaat dari tindakan Allah melalui Firman”. Gerakan-gerakan dan ilustrasi hanya cocok selama dipusatkan pada Firman. Jika gerakan dan 8 Surajiyo dkk, Dasar-dasar Logika, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 145 6 ilustrasi hanya bersifat subjektif atau menarik perhatian kepada diri si pengkhotbah sendiri dan bukan pada Firman, semua itu sebaiknya tidak digunakan. Allah harus dipandang sebagai hal yang lebih besar dibandingkan khotbah Firman dan kuasa-Nya harus lebih besar dibanding si pengkhotbah. Pelayan Tuhan yang sebenarnya harus menyampaikan Firman itu bukan karena ingin dipuji tetapi karena mengganggapnya bahwa hal itu wajib ia lakukan dalam hidupnya karena merupakan tangung jawab yang harus dilaksanakan. Kewajiban dari hamba Tuhan ialah memberitakan Firman, bukan menyampaikan dongeng yang menyenangkan. C. Strategi Menghindari Kesesatan Berfikir dalam Berkhotbah Manusia adalah makluk berpikir, dengan pikirannya dapat menemukan segala hal baru yang dapat mengubah dunia. Perubahan dunia, dari dunia purba hingga sampai pada era postmodern ini merupakan suatu hasil dari pikiran-pikiran orang terdahulu. Secara etimologi pikiran diartikan hasil berpikir, akal, ingatan, angan-angan, gagasan, niat, maksud. Dalam hal ini pikiran merupakan sesuatu yang tidak kelihatan secara kasat mata yang muncul ketika manusia menggunakan otaknya untuk melakukan suatu kegiatan berfikir. Namun pikiran yang dimiliki oleh manusia dapat diketahui oleh orang lain ketikan pikiran itu tertuang pada sebuah hasil berfikir berupa gagasan, ide, solusi penyelesaian masalah, opini dan pendapat.9 Oleh karena itu, untuk menghindari kesesatan berpikir misalnya kita harus tetap bersikap kritis terhadap setiap isi firman Tuhan yang akan kita sampaikan. Dalam hal ini,baik terhadap peranan bahasa dan penggunaanya merupakan hal yang sangat menolong dan penting. Realisasi keluwesan dan kenekaragaman pengguanaan bahasa dapat kita manfaatkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen. Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi sangat “halus” banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus dapat mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang dipergunakan. 10 Dengan demikian untuk menghindari semuanya itu, penyampaian khotbah terbaik yang bisa dilakukan adalah mempelajari kitab-kitab dalam Alkitab, bab demi bab dan 9 Susanto, Y. N. PANDANGAN TEOLOGIS TENTANG KEHENDAK BEBAS MANUSIA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN ORANG PERCAYA SAAT INI. 10 E. Sumaryono. Dasar-dasar Logika (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm. 21 7 paragraf demi paragraf secara sistematis. Dengan cara ini akan menghasilkan interpretasi terhebat dan penggunaan konteks terbaik. A. KESIMPULAN Kesesatan merupakan kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir dikarenakan penyalah gunaan bahasa atau penyalahan relevansi. Kesesatan merupakan bagian dari logika, di kenal juga sebagai fallacia/falaccy, di mana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan terjadi karena dua hal: ketidak tepatan bahasa : pemilihan terminology yang salah, dan ketidaktepatan relevansi. Setelah penulis melakukan penelitian, maka ada beberapa hal yang harus kita pelajari dalam karya ilmiah ini berkaitan dengan kesesatan berpikir dalam berkhotbah, yaitu: Pertama, Motivasi yang salah akan menimbulkan pelayanan yang membawa kepada kesesatan yang bisa mempengaruhi orang lain yang ada disekitar kita. Kedua, Motivasi yang salah hanya akan menimbulkan pelayanan yang hanya untuk menyenangkan hati manusia. Ketiga, Motivasi yang salah menghasilkan pelayanan yang menghujat kebenaran dan juga dapat menimbulkan pengajran dan perillaku yang salah. B. SARAN 8 Hendaknya pelayanan yang dilakukan bukan karena motivasi ingin mendapat kekayaan dan ingin mendapat popularitas, tapi seorang pelayan harus mengajarkan tentang kebenaran dan bukan mengajar kepada kesesatan dan juga pelayan atau seoranng pengkhotbah harus juga mempunyai perilaku yang benar dalam menyampaikan isi dari Firman Tuhan dan tidak sama sekali menyimpang. DAFTAR PUSTAKA 1. Massing, RJ. 2019. Diktat Logika Kesesatan Berpikir. Surabaya:Kalangan Sendiri 2. Books Chivita, Homiletika Seni Khotbah dan Homili,2016.Yogyakarta 3. Mundiri. 2014. Logika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 4. Riggs, M. Ralph.1973.Gembala Sidang Yang Berhasil. Malang, Jatim 5. Suharto, Heru. 1994. Kesesatan-kesesatan Dalam Berfikir; Jakarta : Ghalia Indonesia 6. Sumaryono, E. 1999. Dasar-dasar Logika, Yogyakarta : Kanisius 7. Shanddix, J. 2018. Homiletika Kuasa Dalam Berkhotbah, Malang, Jawa Timur 9 10