(Nurcholis Madjid, dari buku Islam Doktrin dan - E

advertisement
Berislam yang benar itu simpel, perhatikan poin2nya.
1. Memiliki referensi yg jelas, bersumber dr Al Quran & Hadits yg shahih.
2. Al Quran & Hadits hrs dipahami dgn benar, berdasarkan pemahaman
Salafus Shalih
3. Tidak mengajarkan fanatik kpd kelompok/organisasi tertentu, tokoh
atau pribadi tertentu. (hanya mengarahkan utk taat kpd Allah & Rasulnya)
4. Menjunjung tinggi akhlak yg mulia.
Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
Hitam x putih, Manis X Pahit, Terang X Gelap, Kebaikan X
keburukan. Nah, maka jika ada jalan kebenaran, di sana pun
ada jalan kesesatan
Entah mengapa sebagian orang alergi dengan kata ‘sesat’ dan tidak mau membahasnya.
Seakan-akan bagi mereka segala sesuatu itu benar dan tidak ada yang salah. Padahal
Rasulullah SAW sendiri seringkali mengisyaratkan adanya kesesatan dalam beragama dan
memperingatkan ummat agar menjauhinya. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud r.a., ia
berkata: “Rasulullah SAW pernah membuat garis dengan tangannya, lalu bersabda: ‘Ini jalan
yang lurus’. Kemudian, beliau membuat beberapa garis di kanan-kirinya, lalu bersabda: ‘Ini
semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang
mengajak untuk masuk ke sana’ ” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani
dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Lalu apa pentingnya membahas tentang kesesatan
dalam beragama? Perhatikan sebuah syair arab di
bawah ini:
“Aku mengenal keburukan bukan untuk melakukannya.
Namun aku mengenalnya agar bisa menjauhinya. Karena
orang yang tidak mengenal keburukan, biasanya akan
terjerumus ke dalamnya”.
Jalan Kesesatan Itu Banyak
Sesuatu dikatakan sesat bila ia tidak berjalan pada jalan yang benar.
Sebagaimana seorang musafir dari kota A ingin menuju kota B namun
karena salah meniti jalan ia malah sampai ke kota C. Maka si musafir
tersebut kita katakan ia telah tersesat.
Demikian pula, seseorang dikatakan sesat dalam beragama jika ia tidak
menempuh jalan atau metode beragama yang benar sesuai Al Qur’an,
hadits dan pemahaman para sahabat. Kesesatan dalam beragama ini
memiliki probabilitas yang banyak. Dengan kata lain, bentuk, cara dan
pola kesesatan dalam beragama sangat beragam dan sangat mungkin
akan terus bertambah dari zaman ke zaman.
Al Quran menunjukkan bukti
Al Qur’an, ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, menggunakan lafadz
mufrad (tunggal), misalnya, “Tunjukkanlah kami shirath (jalan) yang lurus”
(QS.Al Fatihah: 6). Di sini shirathun dalam bentuk tunggal, sedangkan bentuk
jamaknya adalah shuruthun.
Sebaliknya, ketika menyebutkan tentang jalan kesesatan Allah Ta’ala
selalu menggunakan lafadz jamak. Misalnya firman Allah Ta’ala (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) mereka
(karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan Allah.”
(QS.Al An’am: 153). Subulun adalah bentuk jamak dari sabiilun. Jadi, jalan
kesesatan itu banyak. Sedangkan jalan kebenaran hanyalah satu.
Beberapa Contoh Ajaran Yang
Tergolong Aliran Sesat
Memiliki amalan-amalan khusus/nyeleneh yang tidak
berdasarkan dalil
Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya;
- Memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya,
- Aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu,
- Menyuruh pengikutnya memakan rumput atau makanan wajib tertentu
- Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh
dari para sahabat. Padahal Rasulullah SAW melarang keras berbuat sesuatu dalam
agama kecuali ada landasannya dari dalil.
- Hadits : “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka
amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Menjanjikan penebusan dosa dengan
amalan tertentu tanpa dalil
Contoh :
- Semua dosa terhapus dengan berinfaq sekian juta kepada imam, atau
jika ikut ‘hijrah’,
- atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi
pengikut.
- Kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Allah
Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui
lisan Nabi-Nya.
- Semisal dengan berpuasa Asyura’, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa ’Asyura’ akan
menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804).
- Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapus dosa-dosa. Firman Allah,
“Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S.
Huud: 114).
- Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Allah
Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa
yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48)
Menolak hadits dan hanya memilih atau
menggunakan hadits dari jalur tertentu
Hanya mau menerima hadits yang diriwayatkan oleh Ahlu Bait (Fathimah
r.a, Ali bin Abi Thalib r.a., Jafar r.a., dan Sahabat2 tertentu seperti Salman
al Farisi). ..
Dan menolak Hadits yang datang melalui Abu Bakar r.a, Umar r.a., Utsman
r.a, dan para Shahabat lain r.a.
Sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan
asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalahul hadis.
Membenci dan Mengkafirkan Sahabat dan
Istri-istri Nabi
Membenci, memurtadkan, dan tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar
as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, ..r.a.
Mengkafirkan istri-istri nabi, menyebut Aisyah r.a. sebagai pezina, dan memusuhi
sebagian besar para Shahabat
Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin
(Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib) dan tidak mengkafirkan istri2 dan
para sahabat nabi.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) berdo’a: ‘Ya Rabb
kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari kami, .......
” [Al-Hasyr: 10][2]
Allah SAW berfirman: ‫اَّللُ ْال ُح ْسنَى‬
‫ َو ُك اًّل َو َعدَ ه‬Semuanya Allah janjikan Surga” [Al-Hadiid: 10]
Maksudnya orang-orang yang masuk Islam, berperang, dan berinfaq sebelum Fat-hu Makkah
maupun sesudahnya, semuanya Allah jamin masuk Surga.]
.َ‫ش ِهدَ بَ ْدرا ً َو ْال ُحدَ ْي ِبيهة‬
َ ‫ار َر ُج ٌل‬
َ ‫لَ ْن يَ ْد ُخ َل النه‬
“Tidak akan masuk Neraka seseorang yang ikut hadir dalam perang Badar dan perjanjian
Hudaibiyyah.” [11]
.‫اس قَ ْرنِ ْي ث ُ هم اله ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُه ْم ث ُ هم اله ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُه ْم‬
ِ ‫َخي ُْر النه‬
“Sebaik-baik manusia (generasi) adalah pada masaku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) ini,
kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”
[Muttafaqun ‘alaihi] [18]
Mudah Mengkafirkan tanpa dalil
• Menganggap Kafir dan najis termasuk kedua orang tua sekalipun
• Haram mengaji Al-Qur’an dan Hadits kecuali kepada Imam/ustadz kelompok itu saja
• Haram sholat dibelakang imam yang bukan Kelompoknya
• Haram nikah dengan orang diluar kelompoknya
• Haram membagikan daging qurban kepada orang diluar kelompoknya
• Boleh mencuri harta orang yang di luar kelompoknya karena Kafir
• Bila ada orang diluar kelompoknya melakukan Sholat di Masjidnya maka bekas
sholatnya harus dicuci karena dianggap najis
• Menghalalkan darah orang yang dikafirkan
Mengaku Sebagai Nabi atau Mengaku Mendapat Wahyu,
Mengaku berteman Malaikat Jibril
Quran ”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al Ahzab [33] : 40).
“Dan semua nabi (sebelumku) diutus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus
kepada seluruh manusia.” [HSR. Al-Bukhari no: 335]
Sabda Rasulullah SAW, ”Aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi lagi
sesudahku.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad shohih)
Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya risalah (wahyu) dan nubuwwah (kenabian)
telah terputus, tidak ada Rasul dan Nabi sesudahku.” (HR. Tirmidzi)
Sabda Nabi : “Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, dia
diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, tetapi akan ada
para khalifah, dan jumlah mereka banyak”. [HR. Bukhari]
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong–
pembohong besar yang jumlahnya mendekati tiga puluh orang, masing2
mengaku utusan Allah.” [HSR. Bukhari, Muslim]
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-‘Asqalani : “.......30 orang itu yang mengaku nabi
dan memiliki kekuasaan, serta menimbulkan syubhat (kesamaran)”
3. Mengajak kepada semangat kekelompokkan (hizbiyyah)
Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk
berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan
tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan
taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada
aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun
bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah
menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Ta’ala memerintahkan ummat Islam
untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang
teguhlah kalian pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran:
103)
Mengajarkan Kawin Kontrak
(Mut’ah)
192 ‫ ص‬/ 7 ‫ ج‬- ‫صحيح مسلم‬
َ ‫ستِ ْمت‬
َ ‫اَّلل قَ ْد َح َّر َم ذَ ِل َك ِإلَى يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة فَ َم ْن ك‬
‫َان ِع ْندَ ُه‬
ْ ‫اس ِإنِي قَ ْد ُك ْنتُ أ َ ِذ ْنتُ لَ ُك ْم فِي ِاِل‬
َ ِ‫اع ِم ْن الن‬
ُ َّ‫فَقَا َل يَا أَيُّ َها الن‬
َ َّ ‫سا ِء َو ِإ َّن‬
ِ
‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫س ِبيلَهُ َو َِل تَأ ْ ُخذُوا ِم َّما آت َ ْيت ُ ُمو ُه َّن‬
َ ‫ِم ْن ُه َّن‬
َ ‫ش ْي ٌء فَ ْليُ َخ ِل‬
Rasulullah SAW bersabda : “Wahai para manusia, sesungguhnya pada mulanya aku
mengizinkan kalian mengambil kesenangan dengan wanita-wanita (Mut’ah) dan
sesungguhnya Allah telah MENGHARAMKAN HAL ITU SAMPAI HARI KIAMAT, maka siapa saja
yang disampingnya memiliki sesuatu dari mereka maka lepaskanlah jalannya, dan janganlah
kamu semua mengambil sesuatupun dari apa yang kamu datang kepada mereka.” [HR.
Muslim,. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah].
"...Robi’ bin Sabroh berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW pada
waktu haji wada’ melarang nikah mut’ah.” (HR. Ahmad, juga terdapat
dalam HR. Abu Dawud).
Imam Qurthubi : “Karena disitu adalah tempat berkumpulnya
manusia, sehingga orang yang belum mendengarnya akan bisa
mendengarnya. Maka menjadi kokoh pelarangan mut’ah itu,
sehingga tiada kesyubhatan bagi seseorang yang mendakwa akan
kehalalannya.”
Mengingkari rukun iman dan rukun
Islam
Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab
Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun
Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu,
puasa, zakat, dan Haji)
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran
isi Al Qur’an
1. Rasulullah tidak pernah berbohong
2. Belum pernah ada ditemukan perkataan al Quran yang terbukti salah
2. Zakir Naik: Jika ada 80% perkataan al Quran sudah terbukti benar, maka 20% nya
(yang belum terbukti) pasti juga benar
Merubah, menambah dan atau
mengurangi pokok-pokok ibadah
yang telah ditetapkan oleh
syari’ah
- Naik haji tidak ke Baitullah, melainkan ke Karbala
- Naik haji selain bulan Dzulhijjah
- Shalat fardlu tidak 5 waktu
- Syahadat selain yang dicontohkan Syariat
- Tidak shalat karena beralasan masih ada di negeri kafir.
AJARAN LIBERAL DAN PLURALIS
Sekilas, ajaran Pluralis itu tampak hebat, mengesankan, wow,
luar biasa, modern, berpikiran maju, cerdas... dsb.
Padahal bila diteliti dan diajukan pertanyaan balik, umumnya
mereka tidak mampu memberikan jawaban yang
memuaskan...
dan bertentangan dengan dalil Quran dan Sunnah yang ada
SEBAB SESEORANG MENGIKUTI AJARAN
LIBERAL DAN PLURALIS
- Lingkungan/teman bergaul yang buruk
- Faktor ekonomi
- Kebodohan/Ikut2an (Jauh dari quran dan hadits)
- Mengikuti hawa nafsu
“Semua Agama Saja”
“Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang
paling benar.” (Ulil Abshar Abdalla, majalah GATRA, 21 Desember 2002).
1. Apakah dia sudah melakukan studi perbandingan agama2? Atau seminar, atau
penelitian mendalam?
2. Tunjukkan bukti-bukti yang konkrit bahwa semua agama adalah sama.
3. Jika semua agama itu benar, mengapa ia tetap mencatut nama Islam dalam
organisasinya? Mengapa di KTP nya ia tetap mencantumkan Islam? Harusnya ia
mengubah nama JIL menjadi JAL (Jaringan Agama Liberal).
4. Bertentangan dengan realita. Setiap agama punya misi dakwah masing2. Kalo
semua agama sama, lalu buat apa mereka berdakwah. Lalu buat apa pula muncul
agama Islam..?
SEMUA KITAB SUCI ADALAH SAMA-SAMA MUKJIZAT
“Tapi, bagi saya, all scriptures are miracles, semua kitab suci adalah
mukjizat.” (Ulil Abshar Abdalla, dari koran Jawa Pos, 11 Januari 2004)
Sekali lagi, perlu dipertanyakan (atas nama keilmiahan) :
1. Apakah ia telah melakukan penelitian dan pembandingan semua kitab suci?.
2. Adakah semua pemeluk agama sepakat bahwa Al-Qur’an sama dengan Bible, sama
dengan Torah dan Tripitaka?
2. Bagaimana dia bisa berpendapat bahwa semua kitab suci adalah mukjizat? Di
manakah bukti-bukti kongkritnya?
3. Mana bukti-bukti bahwa semua kitab suci itu sama dan semua mengandung
Mukjizat? Apakah kitab lain bisa dihafal? Mengandung sama dgn mukjizat al Quran?
TUHAN KITA ADALAH TUHAN YANG SATU
“Siapa pun yang beriman – tanpa harus melihat Agamanya apa – adalah sama di hadapan Allah.
Karena, Tuhan kita semua adalah Tuhan Yang Satu.” (Budhy Munawar Rahman, Buku terbitan JIL).
Sama saja, pertanyaannya....:
- Emang dia sudah penelitian gitu..? Apa dia sudah mensurvey
pendapat semua pemeluk agama yg berbeda-beda..?
- Setiap agama memiliki definisi yang berbeda tentang konsep
Tuhan ini. Bukankah Konsep Allah Islam beda dengan konsep
Tuhan Umat Kristiani, beda lagi dengan Hindu, Konghuchu,
Budha dsb.?
SEMUA UMAT, BERAGAMA APAPUN
AKAN MASUK SURGA
“Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga
Tuhan yang satu itu sendiri terdiri dari banyak pintu dan kamar. Tiap
pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar
surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia
dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat
agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini,
kerja sama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin.”
(Abdul Munir Mulkhan, dari buku Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti
Jenar).
Pertama, ia mengawali pernyataan ini dengan kata “jika”. “Jika semua agama
memang benar sendiri…..” artinya adalah “belum tentu semua agama memang benar
sendiri…..”. Dengan sendirinya, semua pernyataan setelah itu adalah sebuah hipotesa
belaka dan tidak perlu dianggap sebagai sebuah fakta, karena ia juga tidak pernah
mengajukan secuil bukti dalam bentuk apa pun.
Kedua, Dari mana datangnya teori bahwa semua agama sama dan pasti diridhai oleh
Allah?. Tidak perlu dijawab, karena ia sendiri tidak mengajukan alasan apa pun.
Al Quran : Innad diina indallohil islam
Kristen : Tidak ada yng menemui Bapa tanpa Aku
Kesalahan fatal ketiga adalah dengan mengatakan bahwa teorinya (yaitu dengan
menganggap semua agama sama) adalah pembuka jalan bagi kerja sama dan dialog
antarumat beragama. Kenyataannya, kerja sama dan dialog dapat terjadi tanpa harus
mengakui teori Abdul Munir Mulkhan tersebut.
“Jadi, pluralisme sesungguhnya adalah sebuah aturan Tuhan
(sunnatullah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak
mungkin dilawan atau diingkari.” (Nurcholis Madjid, dari buku
Islam Doktrin dan Peradaban).
Perlu dipahami bahwa pluralitas dan pluralisme adalah dua hal yang berbeda.
Pluralitas adalah fakta bahwa manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda,
sedangkan pluralisme (menurut definisi Nurcholis Madjid sendiri, namun tidak
disetujui oleh Frans Magnis Suseno) adalah paham yang mengatakan bahwa semua
agama itu sama, yaitu sama-sama benar.
Apakah paham ini adalah sunnatullah? Apakah ia tak dapat dilawan? Pluralitas
memang sudah dari sononya karena Allah menciptakan dalam keadaan berbeda2.
Tapi kalo pluralisme pada kenyataannya, banyak orang yang sedang berjuang untuk
melawannya.
“Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin
Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang
Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain;
Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Gandhi, Luther, Abu Nawas, Romo
Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” (Sumanto AlQurtuby, dari buku Lubang Hitam Agama).
Sekali lagi, pernyataan ini diawali dengan kata “jika” dan
“mungkin”. Artinya, hanya sebuah kemungkinan yang mampu dipikirkan
oleh benak seorang Sumanto. Saya menganggapnya sebagai sebuah
hipotesa yang tidak perlu ditanggapi serius karena memang sama sekali
tidak ilmiah.
Tidak ada bukti atau dalil atas pernyataan di atas.
Ya Allah, lindungilah aku, orang tuaku, keluargaku, keturunanku, guru-guruku, karib
kerabatku, para teman dan sahabatku, dan seluruh Muslim dan Muslimah di seluruh
dunia dari segala keinginan untuk menantang Engkau Yang Tidak
Tertandingi. Hilangkanlah kesombongan dari hati kami, meski secuil pun. Cegahlah
kami dari segala tindakan yang mengotori kesucian-Mu, karena Engkau Maha Suci dari
apa-apa yang mereka sifatkan pada-Mu. Gagalkanlah setiap langkah kami menuju
kedurhakaan pada-Mu, dan jauhkanlah kami dari orang-orang yang tidak rela
menyerah tanpa syarat kepada-Mu. Kuatkanlah pijakan kami, dan jangan biarkan hati
kami berpaling dari-Mu, walau sebentar. Ya Allah, mereka telah memulai
pertempuran ini. Maka janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang
melarikan diri.
Aku bersaksi, tiada ilah selain Allah.
Dan aku bersaksi, Muhammad adalah utusan Allah.
“Dan,
Anda perlu gambaran lebih lanjut?
Saya akan mengutip beberapa tulisan Sumanto Al-Qurtuby dalam bukunya yang berjudul Lubang Hitam Agama. Silakan Anda menilai sendiri!
“Bahkan sesungguhnya hakekat Al-Qur’an bukanlah ‘teks verbal’ yang terdiri atas 6666 ayat bikinan Utsman itu melainkan gumpalan-gumpalan gagasan.” (hal.
42)
“Al-Qur’an bagi saya hanyalah berisi semacam ‘spirit ketuhanan’ yang kemudian dirumuskan redaksinya oleh Nabi.” (hal. 42)
“Seandainya (sekali lagi seandainya) Pak Harto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila ini bisa menyaingi Al-Qur’an dalam hal ‘keangkeran’ tentunya.”
(hal. 64)
“Di sinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, Al-Qur’an, dalam batas tertentu, adalah “perangkap” yang dipasang bangsa Quraisy (a trap of Quraisy).”
(hal. 65)
Na’uudzubillaah!
Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab munusia adalah keluarga
universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan perkawinan
antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Selanjutnya sebelum kita menentukan sikap kita terhadap kelompok tersebut, kita perlu tahu apakah
pemikiran liberal itu dibenarkan al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu kami akan mencoba melihat dari
dua hal, yang pertama adalah nama kelompok itu sendiri, dan yang kedua substansi pemikiranpemikirannya.
Ditinjau dari sudut kebahasaan. penggandengan antara kata “Islam” dan “Liberal” itu tidak tepat. Sebab
Islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan liberal artinya bebas dalam
pengertian tidak harus tunduk kepada ajaran Agama (al-Qur’an dan Hadis), Oleh karena itu, pemikiran
liberal sebenarnya lebih tepat disebut “Pemikiran Iblis” dari pada “Pemikiran Islam”, karena makhluk
pertama yang tidak taat kepada Allah adalah Iblis.
Sementara dari sisi substansinya, seperti yang terlihat pada point-point yang tersebut di atas, sebut saja
misalnya pendapat mereka yang membolehkan lelaki yahudi (non muslim) menikahi wanita muslimat.
Pemikiran iblis liberal ini tidak mendasarkan sama sekali terhadap al-Qur’an dan Hadis. Ia hanya
mendasarkan pemikirannya kepada rasio dan selera. Padahal al-Qur’an dengan tegas mcnyatakan
bahwa wanita muslimat tidak halal dinikahi lelaki kafir dan lelaki kafir tidak halal menikahi wanita
muslimat.
“Dan,
Demikian penegasan Allah dalam Surat al-Mumtahanah ayat 10, Dalam hal ini, ahli
tafsir kondang al-lmam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’a’n al-Adzim menyatakan
bahwa ayat inilah yang mengharamkan wanita muslimat dinikahi orang musyrikin (non
muslim}. Demikian pula yata 5 Surat al-Maidah. Keharaman ini juga ditegaskan dalam
sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh al-lmam al-Thabari. Sementara itu, para
shahabat dan ulama sejak zaman rasulullah hingga sekarang tidak ada yang
menghalalkan pernikahan lelaki non muslim dengan muslimah.
Oleh karena itu, pemikiran kelompok liberal ini bertentangan dengan al-Quran, Hadis,
dan ijma’ (consensus) ulama.
“Dan,
Selanjutnya, bagaimana sikap kita terhadap mereka?
Jawabannya adalah:
Kita jangan sekali-kali mengikuti pemikiran-pemikiran mereka, karena al-Qur’an
menegaskan dalam Surat al-Ahzab ayat 36,
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang
lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan siapa yang mendurhakai Allah dan
rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata”
“Dan,
Pengertian “faqad dhalla dhalalan mubina” (sungguh dia telah tersesat dengan
kesesatan yang nyata) ditafsiri dengan ayat 63 Surat al-Nur,
“…maka orang-orang yang menyalahi perintah rasul-Nya hendaknya mereka takut
akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih”.
Maka mengikuti pemikiran liberal dapat menyesatkan dengan kesesatan yang nyata,
dan bahkan dapat menyebabkan orang yang bersangkutan kafir, misalnya apabila ia
menentang al-Qur’an dan atau Hadis.
Pokok2 pemikiran liberal
Lebih jelasnya, di bawah ini kami cantumkan point-point pemikiran kelompok JIL tersebut yang kami kutip dari berbagai sumber:
Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab munusia adalah keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan
perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi
Produk hukum Islam klasik (fiqh) yang membedakan antara muslim dengan non muslim harus diamandemen berdasarkan prinsip kesederajatan universal
manusia.
Agama adalah urusan pribadi, sedangkan urusan Negara adalah murni kesepakatan masyarakat secara demokratis.
Hukum Tuhan itu tidak ada. Hukum mencuri, zina, jual-beli, dan pernikahan itu sepenuhnya diserahkan kepada umat Islam sendiri sebagai penerjemahan nilainilai universal.
Muhammad adalah tokoh histories yang harus dikaji secara kritis karena beliau adalah juga manusia yang banyak memiliki kesalahan.
Kita tidak wajib meniru rasulllah secara harfiah. Rasulullah berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam universal di Madinah secara kontekstual. Maka kita harus
dapat menerjemahkan nilai itu sesuai dengan konteks yang ada dalam bentuk yang lain.
Wahyu tidak hanya berhenti pada zaman Nabi Muhammad saja (wahyu verbal memang telah selesai dalam bentuk al-Qur’an). Tapi wahyu dalam bentuk
temuan ahli fikir akan terus berlanjut, sebab temuan akal juga merupakan wahyu karena akal adalah anugerah Tuhan.
Karena semua temuan manusia adalah wahyu, maka umat Islam tidak perlu membuat garis pemisah antara Islam dan Kristen, timur dan barat, dan seterusnya.
Nilai islami itu bisa terdapat di semua tempat, semua agama, dan semua suku bangsa. Maka melihat Islam harus dilihat dari isinya bukan bentuknya.
Agama adalah baju, dan perbedaan agama sama dengan perbedaan baju. Maka sangat konyol orang yang bertikai karena perbedaan baju (agama). semua
agama mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan.
Misi utama Islam adalah penegakan keadilan. Umat Islam tidak perlu memperjuangkan jilbab, memelihara jenggot, dan sebagainya.
Memperjuangkan tegaknya syariat Islam adalah wujud ketidakberdayaan umat Islam dalam menyelesaikan masalah secara arasional. Mereka adalah pemalas
yang tidak mau berfikir.
Orang yang beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan syariat adalah orang kolot dan dogmatis.
Islam adalah proses yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk kebaikan manusia. Karena keadaan umat manusia itu berkembang, maka Agama (Islam) juga harus
berkembang dan berproses demi kebaikan manusia. Kalau Islam itu diartikan sebagai paket sempurna seperti zaman rasulullah, maka itu adalah fosil Islam
yang sudah tidak berguna lagi.
“Prinsip lain yang digariskan oleh Al-Qur’an adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik
dalam setiap komunitas beragama dan dengan begitu, layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi,
prinsip ini memperkokoh ide mengenai pluralisme keagamaan dan menolak eksklusifisme. Dalam
pengertian lain, eksklusifisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an tidak
membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya.” (Alwi Shihab, dari buku Islam Inklusif ;
Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama).
Agaknya Alwi Shihab terlalu bersikap curiga pada umat Islam sampai-sampai perlu
diinklusifkan. Padahal sudah sejak dahulu umat Islam tidak pernah bersikap eksklusif,
bahkan berhubungan baik dengan agama mana pun. Jika memang ada sebagian
Muslim yang bersikap ofensif terhadap umat agama lain, maka yang perlu dilakukan
adalah menasihatinya untuk kembali pada ajaran Rasulullah saw., bukan mengarangngarang ajaran baru yang disebut sebagai ‘Islam Inklusif’ atau ‘Islam Pluralis’. Embelembel apa pun yang disandingkan dengan nama Islam menunjukkan bahwa ia
bukanlah Islam murni. Apakah Alwi Shihab hendak berkata bahwa Islam ini
kekurangan sehingga perlu dilengkapi? Sungguh sebuah gugatan yang amat tidak
pantas terhadap Allah SWT!!!
dari satu akar (the one). Akar yang satu itulah yang menjadi asal dan
orientasi agama-agama. Karena itu, mari kita memproklamasikan
kembali bahwa pluralisme sudah menjadi hukum Tuhan (sunnatullah)
yang tidak mungkin berubah. Dan, karena itu, mustahil pula kita
melawan dan menghindari.
Sebagai muslim, kita tidak punya jalan lain kecuali bersikap positif dan
optimistis dalam menerima pluralisme agama sebagai hukum
Tuhan.” (Sukidi, dari koran Jawa Pos, 11 Januari 2004).
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan
‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini adalah pendapat dua orang manusia, yaitu Nietzsche dan Mahatma
Gandhi. Dua orang manusia! Bernapas, berdaging, dan kini sudah sama-sama mati. Apa akibat yang
ditimbulkan dari ‘sebab’ tadi? Karena Nietzsche dan Mahatma Gandhi berkata begini-begitu, maka
(menurut Sukidi) kita harus memproklamasikan pluralisme sebagai hukum Tuhan. Siapakah sebenarnya
Nietzsche dan Mahatma Gandhi, hingga kata-katanya harus kita telan bulat-bulat?
Sesukses apakah hidupnya dibandingkan dengan Muhammad saw.? Jika kata-kata Rasulullah saw. (yang
merupakan manusia paling berpengaruh di dunia hingga detik ini) pun harus dikritisi (menurut kaum
liberalis dan pluralis), maka mengapa dua manusia ini tidak perlu dikritisi? Kritik saya satu saja :
buktikan bahwa semua agama mengandung kebenaran yang sama! Umat Islam tidak mungkin
menerima konsep trinitas, dan umat Kristiani pastilah menolak kalau kaum perempuannya dipakaikan
jilbab.
Samakah Islam dan Kristen? Samakah Hindu dan Yahudi? Samakah Buddha dan Zoroaster? Adapun
mengenai masalah pluralisme yang dianggap sebagai sunnatullaah yang tidak bisa dilawan, saya sudah
menjelaskannya pada bagian sebelumnya.
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
“Dan,
Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan
akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini
Kriteria Kesesatan Menurut MUI
Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan
ma’lumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:
Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an
Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir
Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu
Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Download