Berislam yang benar itu simpel, perhatikan poin2nya. 1. Memiliki referensi yg jelas, bersumber dr Al Quran & Hadits yg shahih. 2. Al Quran & Hadits hrs dipahami dgn benar, berdasarkan pemahaman Salafus Shalih 3. Tidak mengajarkan fanatik kpd kelompok/organisasi tertentu, tokoh atau pribadi tertentu. (hanya mengarahkan utk taat kpd Allah & Rasulnya) 4. Menjunjung tinggi akhlak yg mulia. Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Hitam x putih, Manis X Pahit, Terang X Gelap, Kebaikan X keburukan. Nah, maka jika ada jalan kebenaran, di sana pun ada jalan kesesatan Entah mengapa sebagian orang alergi dengan kata ‘sesat’ dan tidak mau membahasnya. Seakan-akan bagi mereka segala sesuatu itu benar dan tidak ada yang salah. Padahal Rasulullah SAW sendiri seringkali mengisyaratkan adanya kesesatan dalam beragama dan memperingatkan ummat agar menjauhinya. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: “Rasulullah SAW pernah membuat garis dengan tangannya, lalu bersabda: ‘Ini jalan yang lurus’. Kemudian, beliau membuat beberapa garis di kanan-kirinya, lalu bersabda: ‘Ini semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang mengajak untuk masuk ke sana’ ” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan) Lalu apa pentingnya membahas tentang kesesatan dalam beragama? Perhatikan sebuah syair arab di bawah ini: “Aku mengenal keburukan bukan untuk melakukannya. Namun aku mengenalnya agar bisa menjauhinya. Karena orang yang tidak mengenal keburukan, biasanya akan terjerumus ke dalamnya”. Jalan Kesesatan Itu Banyak Sesuatu dikatakan sesat bila ia tidak berjalan pada jalan yang benar. Sebagaimana seorang musafir dari kota A ingin menuju kota B namun karena salah meniti jalan ia malah sampai ke kota C. Maka si musafir tersebut kita katakan ia telah tersesat. Demikian pula, seseorang dikatakan sesat dalam beragama jika ia tidak menempuh jalan atau metode beragama yang benar sesuai Al Qur’an, hadits dan pemahaman para sahabat. Kesesatan dalam beragama ini memiliki probabilitas yang banyak. Dengan kata lain, bentuk, cara dan pola kesesatan dalam beragama sangat beragam dan sangat mungkin akan terus bertambah dari zaman ke zaman. Al Quran menunjukkan bukti Al Qur’an, ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, menggunakan lafadz mufrad (tunggal), misalnya, “Tunjukkanlah kami shirath (jalan) yang lurus” (QS.Al Fatihah: 6). Di sini shirathun dalam bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah shuruthun. Sebaliknya, ketika menyebutkan tentang jalan kesesatan Allah Ta’ala selalu menggunakan lafadz jamak. Misalnya firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) mereka (karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan Allah.” (QS.Al An’am: 153). Subulun adalah bentuk jamak dari sabiilun. Jadi, jalan kesesatan itu banyak. Sedangkan jalan kebenaran hanyalah satu. Beberapa Contoh Ajaran Yang Tergolong Aliran Sesat Memiliki amalan-amalan khusus/nyeleneh yang tidak berdasarkan dalil Sebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya; - Memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya, - Aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, - Menyuruh pengikutnya memakan rumput atau makanan wajib tertentu - Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh dari para sahabat. Padahal Rasulullah SAW melarang keras berbuat sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. - Hadits : “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718) Menjanjikan penebusan dosa dengan amalan tertentu tanpa dalil Contoh : - Semua dosa terhapus dengan berinfaq sekian juta kepada imam, atau jika ikut ‘hijrah’, - atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. - Kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Allah Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nya. - Semisal dengan berpuasa Asyura’, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa ’Asyura’ akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804). - Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapus dosa-dosa. Firman Allah, “Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S. Huud: 114). - Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48) Menolak hadits dan hanya memilih atau menggunakan hadits dari jalur tertentu Hanya mau menerima hadits yang diriwayatkan oleh Ahlu Bait (Fathimah r.a, Ali bin Abi Thalib r.a., Jafar r.a., dan Sahabat2 tertentu seperti Salman al Farisi). .. Dan menolak Hadits yang datang melalui Abu Bakar r.a, Umar r.a., Utsman r.a, dan para Shahabat lain r.a. Sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalahul hadis. Membenci dan Mengkafirkan Sahabat dan Istri-istri Nabi Membenci, memurtadkan, dan tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, ..r.a. Mengkafirkan istri-istri nabi, menyebut Aisyah r.a. sebagai pezina, dan memusuhi sebagian besar para Shahabat Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib) dan tidak mengkafirkan istri2 dan para sahabat nabi. “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) berdo’a: ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dahulu beriman dari kami, ....... ” [Al-Hasyr: 10][2] Allah SAW berfirman: اَّللُ ْال ُح ْسنَى َو ُك اًّل َو َعدَ هSemuanya Allah janjikan Surga” [Al-Hadiid: 10] Maksudnya orang-orang yang masuk Islam, berperang, dan berinfaq sebelum Fat-hu Makkah maupun sesudahnya, semuanya Allah jamin masuk Surga.] .َش ِهدَ بَ ْدرا ً َو ْال ُحدَ ْي ِبيهة َ ار َر ُج ٌل َ لَ ْن يَ ْد ُخ َل النه “Tidak akan masuk Neraka seseorang yang ikut hadir dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah.” [11] .اس قَ ْرنِ ْي ث ُ هم اله ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُه ْم ث ُ هم اله ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُه ْم ِ َخي ُْر النه “Sebaik-baik manusia (generasi) adalah pada masaku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) ini, kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).” [Muttafaqun ‘alaihi] [18] Mudah Mengkafirkan tanpa dalil • Menganggap Kafir dan najis termasuk kedua orang tua sekalipun • Haram mengaji Al-Qur’an dan Hadits kecuali kepada Imam/ustadz kelompok itu saja • Haram sholat dibelakang imam yang bukan Kelompoknya • Haram nikah dengan orang diluar kelompoknya • Haram membagikan daging qurban kepada orang diluar kelompoknya • Boleh mencuri harta orang yang di luar kelompoknya karena Kafir • Bila ada orang diluar kelompoknya melakukan Sholat di Masjidnya maka bekas sholatnya harus dicuci karena dianggap najis • Menghalalkan darah orang yang dikafirkan Mengaku Sebagai Nabi atau Mengaku Mendapat Wahyu, Mengaku berteman Malaikat Jibril Quran ”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al Ahzab [33] : 40). “Dan semua nabi (sebelumku) diutus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.” [HSR. Al-Bukhari no: 335] Sabda Rasulullah SAW, ”Aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi lagi sesudahku.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad shohih) Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya risalah (wahyu) dan nubuwwah (kenabian) telah terputus, tidak ada Rasul dan Nabi sesudahku.” (HR. Tirmidzi) Sabda Nabi : “Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, dia diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, tetapi akan ada para khalifah, dan jumlah mereka banyak”. [HR. Bukhari] “Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong– pembohong besar yang jumlahnya mendekati tiga puluh orang, masing2 mengaku utusan Allah.” [HSR. Bukhari, Muslim] Al-Hafizh Ibnu hajar Al-‘Asqalani : “.......30 orang itu yang mengaku nabi dan memiliki kekuasaan, serta menimbulkan syubhat (kesamaran)” 3. Mengajak kepada semangat kekelompokkan (hizbiyyah) Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Ta’ala memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran: 103) Mengajarkan Kawin Kontrak (Mut’ah) 192 ص/ 7 ج- صحيح مسلم َ ستِ ْمت َ اَّلل قَ ْد َح َّر َم ذَ ِل َك ِإلَى يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة فَ َم ْن ك َان ِع ْندَ ُه ْ اس ِإنِي قَ ْد ُك ْنتُ أ َ ِذ ْنتُ لَ ُك ْم فِي ِاِل َ ِاع ِم ْن الن ُ َّفَقَا َل يَا أَيُّ َها الن َ َّ سا ِء َو ِإ َّن ِ ش ْيئ ًا َ س ِبيلَهُ َو َِل تَأ ْ ُخذُوا ِم َّما آت َ ْيت ُ ُمو ُه َّن َ ِم ْن ُه َّن َ ش ْي ٌء فَ ْليُ َخ ِل Rasulullah SAW bersabda : “Wahai para manusia, sesungguhnya pada mulanya aku mengizinkan kalian mengambil kesenangan dengan wanita-wanita (Mut’ah) dan sesungguhnya Allah telah MENGHARAMKAN HAL ITU SAMPAI HARI KIAMAT, maka siapa saja yang disampingnya memiliki sesuatu dari mereka maka lepaskanlah jalannya, dan janganlah kamu semua mengambil sesuatupun dari apa yang kamu datang kepada mereka.” [HR. Muslim,. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah]. "...Robi’ bin Sabroh berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW pada waktu haji wada’ melarang nikah mut’ah.” (HR. Ahmad, juga terdapat dalam HR. Abu Dawud). Imam Qurthubi : “Karena disitu adalah tempat berkumpulnya manusia, sehingga orang yang belum mendengarnya akan bisa mendengarnya. Maka menjadi kokoh pelarangan mut’ah itu, sehingga tiada kesyubhatan bagi seseorang yang mendakwa akan kehalalannya.” Mengingkari rukun iman dan rukun Islam Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji) Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an 1. Rasulullah tidak pernah berbohong 2. Belum pernah ada ditemukan perkataan al Quran yang terbukti salah 2. Zakir Naik: Jika ada 80% perkataan al Quran sudah terbukti benar, maka 20% nya (yang belum terbukti) pasti juga benar Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah - Naik haji tidak ke Baitullah, melainkan ke Karbala - Naik haji selain bulan Dzulhijjah - Shalat fardlu tidak 5 waktu - Syahadat selain yang dicontohkan Syariat - Tidak shalat karena beralasan masih ada di negeri kafir. AJARAN LIBERAL DAN PLURALIS Sekilas, ajaran Pluralis itu tampak hebat, mengesankan, wow, luar biasa, modern, berpikiran maju, cerdas... dsb. Padahal bila diteliti dan diajukan pertanyaan balik, umumnya mereka tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan... dan bertentangan dengan dalil Quran dan Sunnah yang ada SEBAB SESEORANG MENGIKUTI AJARAN LIBERAL DAN PLURALIS - Lingkungan/teman bergaul yang buruk - Faktor ekonomi - Kebodohan/Ikut2an (Jauh dari quran dan hadits) - Mengikuti hawa nafsu “Semua Agama Saja” “Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar.” (Ulil Abshar Abdalla, majalah GATRA, 21 Desember 2002). 1. Apakah dia sudah melakukan studi perbandingan agama2? Atau seminar, atau penelitian mendalam? 2. Tunjukkan bukti-bukti yang konkrit bahwa semua agama adalah sama. 3. Jika semua agama itu benar, mengapa ia tetap mencatut nama Islam dalam organisasinya? Mengapa di KTP nya ia tetap mencantumkan Islam? Harusnya ia mengubah nama JIL menjadi JAL (Jaringan Agama Liberal). 4. Bertentangan dengan realita. Setiap agama punya misi dakwah masing2. Kalo semua agama sama, lalu buat apa mereka berdakwah. Lalu buat apa pula muncul agama Islam..? SEMUA KITAB SUCI ADALAH SAMA-SAMA MUKJIZAT “Tapi, bagi saya, all scriptures are miracles, semua kitab suci adalah mukjizat.” (Ulil Abshar Abdalla, dari koran Jawa Pos, 11 Januari 2004) Sekali lagi, perlu dipertanyakan (atas nama keilmiahan) : 1. Apakah ia telah melakukan penelitian dan pembandingan semua kitab suci?. 2. Adakah semua pemeluk agama sepakat bahwa Al-Qur’an sama dengan Bible, sama dengan Torah dan Tripitaka? 2. Bagaimana dia bisa berpendapat bahwa semua kitab suci adalah mukjizat? Di manakah bukti-bukti kongkritnya? 3. Mana bukti-bukti bahwa semua kitab suci itu sama dan semua mengandung Mukjizat? Apakah kitab lain bisa dihafal? Mengandung sama dgn mukjizat al Quran? TUHAN KITA ADALAH TUHAN YANG SATU “Siapa pun yang beriman – tanpa harus melihat Agamanya apa – adalah sama di hadapan Allah. Karena, Tuhan kita semua adalah Tuhan Yang Satu.” (Budhy Munawar Rahman, Buku terbitan JIL). Sama saja, pertanyaannya....: - Emang dia sudah penelitian gitu..? Apa dia sudah mensurvey pendapat semua pemeluk agama yg berbeda-beda..? - Setiap agama memiliki definisi yang berbeda tentang konsep Tuhan ini. Bukankah Konsep Allah Islam beda dengan konsep Tuhan Umat Kristiani, beda lagi dengan Hindu, Konghuchu, Budha dsb.? SEMUA UMAT, BERAGAMA APAPUN AKAN MASUK SURGA “Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri terdiri dari banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini, kerja sama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin.” (Abdul Munir Mulkhan, dari buku Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar). Pertama, ia mengawali pernyataan ini dengan kata “jika”. “Jika semua agama memang benar sendiri…..” artinya adalah “belum tentu semua agama memang benar sendiri…..”. Dengan sendirinya, semua pernyataan setelah itu adalah sebuah hipotesa belaka dan tidak perlu dianggap sebagai sebuah fakta, karena ia juga tidak pernah mengajukan secuil bukti dalam bentuk apa pun. Kedua, Dari mana datangnya teori bahwa semua agama sama dan pasti diridhai oleh Allah?. Tidak perlu dijawab, karena ia sendiri tidak mengajukan alasan apa pun. Al Quran : Innad diina indallohil islam Kristen : Tidak ada yng menemui Bapa tanpa Aku Kesalahan fatal ketiga adalah dengan mengatakan bahwa teorinya (yaitu dengan menganggap semua agama sama) adalah pembuka jalan bagi kerja sama dan dialog antarumat beragama. Kenyataannya, kerja sama dan dialog dapat terjadi tanpa harus mengakui teori Abdul Munir Mulkhan tersebut. “Jadi, pluralisme sesungguhnya adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.” (Nurcholis Madjid, dari buku Islam Doktrin dan Peradaban). Perlu dipahami bahwa pluralitas dan pluralisme adalah dua hal yang berbeda. Pluralitas adalah fakta bahwa manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda, sedangkan pluralisme (menurut definisi Nurcholis Madjid sendiri, namun tidak disetujui oleh Frans Magnis Suseno) adalah paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama, yaitu sama-sama benar. Apakah paham ini adalah sunnatullah? Apakah ia tak dapat dilawan? Pluralitas memang sudah dari sononya karena Allah menciptakan dalam keadaan berbeda2. Tapi kalo pluralisme pada kenyataannya, banyak orang yang sedang berjuang untuk melawannya. “Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain; Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Gandhi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” (Sumanto AlQurtuby, dari buku Lubang Hitam Agama). Sekali lagi, pernyataan ini diawali dengan kata “jika” dan “mungkin”. Artinya, hanya sebuah kemungkinan yang mampu dipikirkan oleh benak seorang Sumanto. Saya menganggapnya sebagai sebuah hipotesa yang tidak perlu ditanggapi serius karena memang sama sekali tidak ilmiah. Tidak ada bukti atau dalil atas pernyataan di atas. Ya Allah, lindungilah aku, orang tuaku, keluargaku, keturunanku, guru-guruku, karib kerabatku, para teman dan sahabatku, dan seluruh Muslim dan Muslimah di seluruh dunia dari segala keinginan untuk menantang Engkau Yang Tidak Tertandingi. Hilangkanlah kesombongan dari hati kami, meski secuil pun. Cegahlah kami dari segala tindakan yang mengotori kesucian-Mu, karena Engkau Maha Suci dari apa-apa yang mereka sifatkan pada-Mu. Gagalkanlah setiap langkah kami menuju kedurhakaan pada-Mu, dan jauhkanlah kami dari orang-orang yang tidak rela menyerah tanpa syarat kepada-Mu. Kuatkanlah pijakan kami, dan jangan biarkan hati kami berpaling dari-Mu, walau sebentar. Ya Allah, mereka telah memulai pertempuran ini. Maka janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang melarikan diri. Aku bersaksi, tiada ilah selain Allah. Dan aku bersaksi, Muhammad adalah utusan Allah. “Dan, Anda perlu gambaran lebih lanjut? Saya akan mengutip beberapa tulisan Sumanto Al-Qurtuby dalam bukunya yang berjudul Lubang Hitam Agama. Silakan Anda menilai sendiri! “Bahkan sesungguhnya hakekat Al-Qur’an bukanlah ‘teks verbal’ yang terdiri atas 6666 ayat bikinan Utsman itu melainkan gumpalan-gumpalan gagasan.” (hal. 42) “Al-Qur’an bagi saya hanyalah berisi semacam ‘spirit ketuhanan’ yang kemudian dirumuskan redaksinya oleh Nabi.” (hal. 42) “Seandainya (sekali lagi seandainya) Pak Harto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila ini bisa menyaingi Al-Qur’an dalam hal ‘keangkeran’ tentunya.” (hal. 64) “Di sinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, Al-Qur’an, dalam batas tertentu, adalah “perangkap” yang dipasang bangsa Quraisy (a trap of Quraisy).” (hal. 65) Na’uudzubillaah! Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab munusia adalah keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Selanjutnya sebelum kita menentukan sikap kita terhadap kelompok tersebut, kita perlu tahu apakah pemikiran liberal itu dibenarkan al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu kami akan mencoba melihat dari dua hal, yang pertama adalah nama kelompok itu sendiri, dan yang kedua substansi pemikiranpemikirannya. Ditinjau dari sudut kebahasaan. penggandengan antara kata “Islam” dan “Liberal” itu tidak tepat. Sebab Islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan liberal artinya bebas dalam pengertian tidak harus tunduk kepada ajaran Agama (al-Qur’an dan Hadis), Oleh karena itu, pemikiran liberal sebenarnya lebih tepat disebut “Pemikiran Iblis” dari pada “Pemikiran Islam”, karena makhluk pertama yang tidak taat kepada Allah adalah Iblis. Sementara dari sisi substansinya, seperti yang terlihat pada point-point yang tersebut di atas, sebut saja misalnya pendapat mereka yang membolehkan lelaki yahudi (non muslim) menikahi wanita muslimat. Pemikiran iblis liberal ini tidak mendasarkan sama sekali terhadap al-Qur’an dan Hadis. Ia hanya mendasarkan pemikirannya kepada rasio dan selera. Padahal al-Qur’an dengan tegas mcnyatakan bahwa wanita muslimat tidak halal dinikahi lelaki kafir dan lelaki kafir tidak halal menikahi wanita muslimat. “Dan, Demikian penegasan Allah dalam Surat al-Mumtahanah ayat 10, Dalam hal ini, ahli tafsir kondang al-lmam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’a’n al-Adzim menyatakan bahwa ayat inilah yang mengharamkan wanita muslimat dinikahi orang musyrikin (non muslim}. Demikian pula yata 5 Surat al-Maidah. Keharaman ini juga ditegaskan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh al-lmam al-Thabari. Sementara itu, para shahabat dan ulama sejak zaman rasulullah hingga sekarang tidak ada yang menghalalkan pernikahan lelaki non muslim dengan muslimah. Oleh karena itu, pemikiran kelompok liberal ini bertentangan dengan al-Quran, Hadis, dan ijma’ (consensus) ulama. “Dan, Selanjutnya, bagaimana sikap kita terhadap mereka? Jawabannya adalah: Kita jangan sekali-kali mengikuti pemikiran-pemikiran mereka, karena al-Qur’an menegaskan dalam Surat al-Ahzab ayat 36, “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan siapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” “Dan, Pengertian “faqad dhalla dhalalan mubina” (sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata) ditafsiri dengan ayat 63 Surat al-Nur, “…maka orang-orang yang menyalahi perintah rasul-Nya hendaknya mereka takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. Maka mengikuti pemikiran liberal dapat menyesatkan dengan kesesatan yang nyata, dan bahkan dapat menyebabkan orang yang bersangkutan kafir, misalnya apabila ia menentang al-Qur’an dan atau Hadis. Pokok2 pemikiran liberal Lebih jelasnya, di bawah ini kami cantumkan point-point pemikiran kelompok JIL tersebut yang kami kutip dari berbagai sumber: Umat Islam tidak boleh memisahkan diri dari umat lain, sebab munusia adalah keluarga universal yang memiliki kedudukan yang sederajat. Karena itu larangan perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim sudah tidak relevan lagi Produk hukum Islam klasik (fiqh) yang membedakan antara muslim dengan non muslim harus diamandemen berdasarkan prinsip kesederajatan universal manusia. Agama adalah urusan pribadi, sedangkan urusan Negara adalah murni kesepakatan masyarakat secara demokratis. Hukum Tuhan itu tidak ada. Hukum mencuri, zina, jual-beli, dan pernikahan itu sepenuhnya diserahkan kepada umat Islam sendiri sebagai penerjemahan nilainilai universal. Muhammad adalah tokoh histories yang harus dikaji secara kritis karena beliau adalah juga manusia yang banyak memiliki kesalahan. Kita tidak wajib meniru rasulllah secara harfiah. Rasulullah berhasil menerjemahkan nilai-nilai Islam universal di Madinah secara kontekstual. Maka kita harus dapat menerjemahkan nilai itu sesuai dengan konteks yang ada dalam bentuk yang lain. Wahyu tidak hanya berhenti pada zaman Nabi Muhammad saja (wahyu verbal memang telah selesai dalam bentuk al-Qur’an). Tapi wahyu dalam bentuk temuan ahli fikir akan terus berlanjut, sebab temuan akal juga merupakan wahyu karena akal adalah anugerah Tuhan. Karena semua temuan manusia adalah wahyu, maka umat Islam tidak perlu membuat garis pemisah antara Islam dan Kristen, timur dan barat, dan seterusnya. Nilai islami itu bisa terdapat di semua tempat, semua agama, dan semua suku bangsa. Maka melihat Islam harus dilihat dari isinya bukan bentuknya. Agama adalah baju, dan perbedaan agama sama dengan perbedaan baju. Maka sangat konyol orang yang bertikai karena perbedaan baju (agama). semua agama mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan. Misi utama Islam adalah penegakan keadilan. Umat Islam tidak perlu memperjuangkan jilbab, memelihara jenggot, dan sebagainya. Memperjuangkan tegaknya syariat Islam adalah wujud ketidakberdayaan umat Islam dalam menyelesaikan masalah secara arasional. Mereka adalah pemalas yang tidak mau berfikir. Orang yang beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan syariat adalah orang kolot dan dogmatis. Islam adalah proses yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk kebaikan manusia. Karena keadaan umat manusia itu berkembang, maka Agama (Islam) juga harus berkembang dan berproses demi kebaikan manusia. Kalau Islam itu diartikan sebagai paket sempurna seperti zaman rasulullah, maka itu adalah fosil Islam yang sudah tidak berguna lagi. “Prinsip lain yang digariskan oleh Al-Qur’an adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama dan dengan begitu, layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi, prinsip ini memperkokoh ide mengenai pluralisme keagamaan dan menolak eksklusifisme. Dalam pengertian lain, eksklusifisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya.” (Alwi Shihab, dari buku Islam Inklusif ; Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama). Agaknya Alwi Shihab terlalu bersikap curiga pada umat Islam sampai-sampai perlu diinklusifkan. Padahal sudah sejak dahulu umat Islam tidak pernah bersikap eksklusif, bahkan berhubungan baik dengan agama mana pun. Jika memang ada sebagian Muslim yang bersikap ofensif terhadap umat agama lain, maka yang perlu dilakukan adalah menasihatinya untuk kembali pada ajaran Rasulullah saw., bukan mengarangngarang ajaran baru yang disebut sebagai ‘Islam Inklusif’ atau ‘Islam Pluralis’. Embelembel apa pun yang disandingkan dengan nama Islam menunjukkan bahwa ia bukanlah Islam murni. Apakah Alwi Shihab hendak berkata bahwa Islam ini kekurangan sehingga perlu dilengkapi? Sungguh sebuah gugatan yang amat tidak pantas terhadap Allah SWT!!! dari satu akar (the one). Akar yang satu itulah yang menjadi asal dan orientasi agama-agama. Karena itu, mari kita memproklamasikan kembali bahwa pluralisme sudah menjadi hukum Tuhan (sunnatullah) yang tidak mungkin berubah. Dan, karena itu, mustahil pula kita melawan dan menghindari. Sebagai muslim, kita tidak punya jalan lain kecuali bersikap positif dan optimistis dalam menerima pluralisme agama sebagai hukum Tuhan.” (Sukidi, dari koran Jawa Pos, 11 Januari 2004). Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini adalah pendapat dua orang manusia, yaitu Nietzsche dan Mahatma Gandhi. Dua orang manusia! Bernapas, berdaging, dan kini sudah sama-sama mati. Apa akibat yang ditimbulkan dari ‘sebab’ tadi? Karena Nietzsche dan Mahatma Gandhi berkata begini-begitu, maka (menurut Sukidi) kita harus memproklamasikan pluralisme sebagai hukum Tuhan. Siapakah sebenarnya Nietzsche dan Mahatma Gandhi, hingga kata-katanya harus kita telan bulat-bulat? Sesukses apakah hidupnya dibandingkan dengan Muhammad saw.? Jika kata-kata Rasulullah saw. (yang merupakan manusia paling berpengaruh di dunia hingga detik ini) pun harus dikritisi (menurut kaum liberalis dan pluralis), maka mengapa dua manusia ini tidak perlu dikritisi? Kritik saya satu saja : buktikan bahwa semua agama mengandung kebenaran yang sama! Umat Islam tidak mungkin menerima konsep trinitas, dan umat Kristiani pastilah menolak kalau kaum perempuannya dipakaikan jilbab. Samakah Islam dan Kristen? Samakah Hindu dan Yahudi? Samakah Buddha dan Zoroaster? Adapun mengenai masalah pluralisme yang dianggap sebagai sunnatullaah yang tidak bisa dilawan, saya sudah menjelaskannya pada bagian sebelumnya. “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini “Dan, Dari uraian yang panjang ini, mari kita bagi menjadi dua bagian, yaitu sebab dan akibat. Pernyataan ‘sebab’ dalam rangkaian kalimat ini Kriteria Kesesatan Menurut MUI Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan ma’lumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu: Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji) Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah); Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.