MACAM-MACAM LOGIKA

advertisement
Topik II: LOGIKA KODRATIAH
DAN LOGIKA ILMIAH
1. Macam-macam Logika
a. Dilihat dari sejarah penggunaan lambang dan simbol,
dibedakan: Logika Klasik (yang diperkenalkan oleh
Aristoteles) dan Logika Modern (yang dikembangkan di
zaman modern)
b. Dari segi kemampuan untuk berlogika, dibedakan:
Logika Kodratiah (kemampuan berlogika bawaan) dan
Logika Ilmiah (kemampuan berlogika yang didapatkan
dengan belajar secara khusus)
c. Dari segi kebenaran yang dihasilkan, dibedakan: Logika
Material (mementingkan kebenaran isi) dan Logika Formal
(mementingkan kebenaran bentuk)
Ada kemungkinan suatu penalaran, dari segi bentuk
(formanya) logis dan sahih, namun dari segi isinya
(kesesuaian dengan kenyataan) ternyata salah.
Maka apa yang logis itu tidak selalu benar.
d. Dari segi cara menarik kesimpulan, dibedakan: Logika
Induktif (dari khusus ke umum), dan Logika Deduktif (dari
umum ke khusus)
Kesimpulan induktif umumnya lebih mengungkapkan
tingkat probabilitas kebenaran; sedang kesimpulan deduktif
lebih mengungkapkan kepastian kebenaran.
2. Lebih Khusus Tentang Logika Kodratiah
Berbeda dengan logika ilmiah (berpikir seturut kaidahkaidah logika), logika kodratiah dipengaruhi oleh pelbagai
kesesatan berpikir (fallacy), yang ditimbulkan oleh
keinginan atau kecenderungan yang bersifat subyektif.
(sesuatu hal tampaknya seperti masuk akal, padahal kalau
diteliti dari sudut logika, sebenarnya keliru)
Dibedakan 2 jenis kesesatan:
(1) Kesesatan karena bahasa, yang terjadi karena:
- Kata-kata dalam bahasa memiliki arti yang berbeda
- Setiap kata dalam kalimat punya arti fungsional
- Arti setiap kalimat juga tergantung dari konteksnya
a. Kesesatan karena aksen atau tekanan
cth.: “Dia jatuh sakit akibat terpukul mental”
b. Kesesatan karena term ekuivok
cth.: “Hanya atasan berhak melakukan
promosi”.
c. Kesesatan karena arti kiasan (metafora)
cth.: “Pemberantasan KKN merupakan obat
manjur bagi penegakan kepastian hukum di
Tanah Air. Obat manjur dapat dibeli di apotik.
Maka, pemberantasan KKN dapat dibeli
di apotik”.
d. Kesesatan karena amfiboli (ada macam-macam arti)
cth.: “Harimau makan kambing mati”.
(2) Kesesatan karena relevansi: Benar tidaknya
suatu konklusi tidak didasarkan pada kaidah-kaidah
logika, tapi pada ukuran-ukuran lain yang tidak relevan
dengan logika.
a. Argumentum ad hominem: ukuran kebenaran
adalah penilaian kepada orang yang
mengajukan pernyataan itu
b. Argumentum auctoritatis: ukuran kebenaran adalah
otoritas, baik dalam hal kekuasaan maupun kepakaran
c. Argumentum ad baculum: ukuran kebenaran adalah
demi menghindari hukuman
d. Argumentum ad misericordiam: ukuran kebenaran
adalah usaha memunculkan belaskasihan
e. Argumentum ad populum: ukuran kebenaran adalah
untuk kepentingan rakyat banyak
f. Kesesatan non causa pro causa: menganggap sesuatu
sebagai sebab, padahal bukan itu sebabnya, atau bukan
sebab yang lengkap.
g. Kesesatan aksidensi: prinsip umum diterapkan pada segala
keadaan dengan mengabaikan keadaan yang bersifat
aksidental
h. Kesesatan karena komposisi dan divisi: yang hanya berlaku
bagi individu-individu suatu kelompok diberlakukan untuk
kelompok seluruhnya, atau sebaliknya
i. Petitio principii: menggunakan konklusi sebagai premis.
j. Ignoratio elenchi: konklusi yang diturunkan dari premis
tidak relevan dengan premis itu.
k. Kesesatan karena pertanyan yang kompleks
l. Argumentum ad ignorantiam: Menyimpulkan suatu
konklusi atas dasar bahwa negasinya tidak terbukti salah.
Atau menyimpulkan bahwa suatu konklusi salah karena
negasinya tidak terbukti benar.
Download