LAPORAN KASUS HERNIA INGUINALIS LATERAL Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Orientasi Disusun oleh : dr. Hilman Suhaili Pembimbing : dr. Eko Gunawan Sukowati M.Si Med, Sp.B RUMAH SAKIT UMUM dr. R. SOETRASNO KABUPATEN REMBANG 2019 HALAMAN PENGESAHAN Nama Judul Bagian : : dr. Hilman Suhaili Laporan Kasus : Pembimbing : Ilmu Kedokteran Bedah dr. Eko Gunawan Sukowati M.Si Med, Sp.B Rembang, 1 januarii 2019 Pembimbing dr. Eko Gunawan Sukowati M.Si Med, Sp.B Penulis dr. Hilman Suhaili KASUS Identitas Pasien Nama : Tn. R Umur : 52 tahun Alamat : Rembang Agama : Islam Pekerjaan : Petani Status : Menikah No.RM :- Tanggal masuk : 27/12/2018 Tanggal Pemeriksaan : 27/12/2018 Anamnesis Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan dengan pasien di IGD RSUD dr. Soetrasno Rembang pada 27 desember 2018. a) Keluhan utama : Benjolan dilipat paha terasa nyeri sekali. b) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dibawa oleh keluarga dengan keluhan keluhan terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Awal terasa benjolan muncul kecil seperti kelereng, lama-lama benjolan terasa semakin membesar seperti telur puyuh. Awalnya Benjolan keluar jika digunakan untuk aktifitas fisik kemudian masuk kembali jika beristirahat atau berbaring. Pasien sudah sering memeriksakan benjolan tersebut sebelumnya, oleh dokter selalu disarankan untuk operasi tapi pasien selalu menolak dan minta selalu diberi obat pereda nyeri. Hingga saat tadi malam pasien mengeluh kesakitan sekali dan tidak dapat ditahan dan pasien dibawa ke UGD. Keluhan lain seperti mual-muntah, tidak bisa BAB ataupun kentut serta demam disangkal oleh pasien. c) Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat dirawat di RS : Disangkal Riwayat DM : Disagkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat batuk lama atau pengobatan 6 bulan : Disangkal Riwayat Sakit jantung : Disangkal Riwayat Alergi obat : Disangkal Riwayat Asma : Disangkal Riwayat trauma : Disangkal d) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat Sakit jantung : Disangkal e) Riwayat Pribadi: Kebiasaan olahraga : Tidak pernah Riwayat minum obat-obatan : Disangkal Kebiasaan merokok : Ya Riwayat minum alkohol : Disangkal f) Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien tinggal bersama dengan istri . Dalam 1 rumah terdapat 2 orang anggota keluarga. Pasien bekerja sebagai petani. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS PBI Kesan ekonomi : kurang g) Anamnesis Sistem Keluhan utama : Benjolan di lipat paha kiri terasa sangat nyeri. Kepala : Sakit kepala (-), nggliyer (-), jejas(-), leher kaku (- ). Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-), pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-), oedem palpebral (-/-), Mata berwarna kuning (-) Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-) Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-). Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering(-), terasa pahit (-) Tenggorokan : sering haus (-), Sakit menelan (-), suara serak (- ), gatal (-). Sistem serebrospinal : pusing (-), demam (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-) hari pertama. Sistem respirasi (-), mengi (-), tidur : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah mendengkur (-). Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas bertambah saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (+) Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut mulilit (-), diare (-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan menurun (-). Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), memar (-) kulit melepuh (-) nyeri sendi (-), kaku otot (-). Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing kuning jernih (-), anyang-anyangan(-), berwarna seperti teh (-). Ekstremitas : Atas : Kesemutan(-), bengkak kedua tangan (-), sakit sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-) Bawah : Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin(-), kesemutan di kaki (-), kebas (-), sakit sendi (-), bengkak (-) kedua kaki Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (- ), emosi tidak stabil (-) Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-). Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27/12/2018 di IGD RSUD dr. Soetrasno Rembang. a) Keadaan umum : Tampak kesakitan b) Kesadaran : Compos Mentis c) GCS : E : 4 M : 6 V: 5 d) Status gizi : BB : 65 kg TB : 164 cm BMI : 20,54 (Normoweight) e) Vital sign TD : 110/80 mmHg Nadi : 70x/menit (regular, isi dan tegangan cukup) RR : 20 x/menit Suhu : 36,70 C (axiller) f) Status Internus a. Kepala : kesan mesocephal, kaku kuduk (-), meningeal sign (-) b. Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) pupil isokor 3mm reflek pupil (+/+) c. Hidung : napas cuping hidung (-) nyeri tekan (-) krepitasi (-) Sekret (-) septum deviasi (-) konka: hiperemis (-) dan deformitas (-) d. Mulut : sianosis (-) Pursed lips-breathing (-) lidah kotor (-) uvula simetris tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kripte melebar (-) gigi karies (-) e. Telinga : Sekret (-/-) Serumen (-/-) Laserasi (-/-). f. Leher : nyeri tekan trakea (-) pembesaran limfonodi (-/-) Pembesaran tiroid (-/-) Pergerakan otot bantu pernafasan (-) Peningkatan JVP (-) g. Thoraks Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, ICS melebar (-) Palpasi : ictus cordis teraba, kuat angkat (-), ICS melebar (-) Perkusi : kiri bawah : ICS V, 2 cm ke medial linea midclavicularis sinistra kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra kanan atas : ICS II linea sternalis dextra pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra Kesan : konfigurasi jantung normal Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) Pulmo PULMO Depan 1. Inspeksi Bentuk dada Hemitorak Warna DEXTRA SINISTRA Normal Simetris Normal Simetris Sama dengan warna sekitar. Sama dengan warna sekitar. Tidak ada nyeri tekan Normal sonor seluruh lapang paru Tidak ada nyeri tekan Normal sonor di basal paru Vesikuler Vesikuler - - - - Sama dengan warna sekitar Sama dengan warna sekitar (-) Tidak ada pengerasan dan pelemahan (-) Tidak ada pengerasan dan pelemahan sonor seluruh lapang paru Sonor di lapang paru Vesikuler Vesikuler - - 2. Palpasi Nyeri tekan Stem fremitus 3. Perkusi 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing Ronki kasar RBH Stridor Belakang 1. Inspeksi Warna 2. Palpasi Nyeri tekan Stem Fremitus 3. Perkusi Lapang paru 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing Ronki kasar RBH Stridor Tampak anterior paru - Tampak posterior paru h. Abdomen Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spider nevi (-), sikatriks (-), striae (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal 9x/menit Perkusi : pekak beralih (-), pekak sisi (-), area troube (+) Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (-), nyeri tekan epigastrium (), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, rovsing sign (-), nyeri menjalar ke punggung (-), turgor kembali cepat Status Lokalis Regio Inguinalis Sinistra Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar telur ayam di daerah Inguinalis Sinistra, diameter ± 8 cm. - Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya - Tidak terdapat fistel Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur ayam, konsistensi kenyal, nyeri tekan - Benjolan tidak dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring Auskultas : Bising usus (+) - Finger test : Benjolan teraba dengan ujung jari i. Ekstremitas Akral dingin Oedem Sianosis Reflek fisiologis Reflek patologis Superior -/-/-/N - Inferior -/+/+ -/N - Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah rutin pada tanggal 27/12/2018 Jenis Pemeriksaan Nilai normal Hasil 11,7 - 15,5 10 Lekosit (rb/mm3) 3,6 - 11,0 12 Eritrosit (jt/mm3) 4,0 - 5,2 4,7 Hematokrit (%) 35 – 47 35 Trombosit (rb/mm3) 150 – 400 200 MCV 80 – 100 87 MCH 26 – 34 29,5 MCHC 32 – 36 34,4 Limfosit 25 – 40 8,5 Monosit 2–8 1,7 Eosinofil 1–3 - Hb (g/dl) Keterangan Basofil Neutrofil segmen 0-1 - 50-70 67 B / positif Golongan Darah /Rh GDS (mg/dl) 70-115 170 High Resume Seorang laki-laki paruh baya datang dengan keluhan benjolan terasa nyeri di lipat paha kiri , pasien menyangkal adanya muntah, konstipasi dan demam. Dari hasi pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Kesadaran Kompos Mentis, GCS 15, TD : 110/80 mmHg. Nadi : 104x/menit (regular, isi dan tegangan cukup). RR : 20 x/menit. Suhu : 36,70 C (axiller). Daftar Abnormalitas Anamnesis 1. Benjolan dilipat paha kiri teraba nyeri Pemeriksaan fisik 1. Tampak benjolan sebesar telur ayam, nyeri tekan (+), tidak bisa dimasukkan Pemeriksaan penunjang 2. Hemoglobin (n) 3. Leukosit (n) 4. Neutrofil segmen (n) 5. Protein urin (n) 6. Leukosit urin (n) 7. Eritrosit Urin (n) Diagnosis 1. Hernia Inginalis Lateralis Sinistra Reponible Terapi Medikamentosa Infus RL16 tpm Inj. Ketorolac 3 x 30mg Inj. Ranitindin 2 x 50 mg Drip Tramadol 50 mg Posisi kaki ditinggikan dari tubuh 30 derajat Monitoring : Observasi Keadaan umum dan TTV Edukasi Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien kepada keluarga penyebab, perjalanan penyakit, perawatan, prognosis, komplikasi serta usaha pencegahan komplikasi Edukasi untuk tindakan operasi Pemenuhan kebutuhan gizi Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam Ad functionam : Dubia ad bonam Ad sanationam : Dubia ad bonam TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resistensiae baik bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot dinding perut. B. Etiologi Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial (faktor pencetus selama hidup). Kongenital Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneum. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Akuisial (didapat) 1. peninggian tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis. 2. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. 3. kelemahan otot dinding perut karena usia, malnutrisi, ataupun paralisis dari saraf motorik. 4. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus minoris resistance). 5. C. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk. Anatomi Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata). Kanalis Inguinalis Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari seratserat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis. Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis transverses abdominis. Annulus Inguinalis Interna Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita. Annulus Inguinalis Eksterna merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis. Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect. Apponeurosis Obliqus Eksternus Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. External oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. Otot obliqus Internus Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dariaponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. Fascia Tranversalis Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya. Hernia terdiri dari cincin hernia, kantong dan isi hernia. 1. Kantong Hernia Pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis 2. Isi hernia Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica urinaria, ovarium (dengan atau tanpa tuba falopi) dan cairan ascites. 3. Pintu Hernia Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong hernia. D. Klasifikasi Hernia Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Hernia Reponible Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. 2. Hernia Irreponible Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel. 3. Hernia Strangulata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. 4. Hernia Inkerserata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata. Tipe khusus Hernia lainnya 1. Sliding Hernia Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian dinding kantong. Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut sliding hernia. Sliding hernia dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal. 2. Hernia Ritcher Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus. Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus. Menurut letaknya, hernia dibagi menjadi beberapa yaitu : 1. Hernia Inguinalis Merupakan hernia yang paling sering terjadi. Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh : Kraniolateral : annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia tranversalis dan apponeurosis m. tranversus abdominus. Medial bawah : annulus inguinalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus. Atap : aponeurosis m. oblikus eksternus. Dasar : ligamentum inguinale Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan ligamentum rotundum, pada wanita berisi ligamentum rotundum. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya facia transversalis yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Klasifikasi Hernia Inguinalis a. Hernia Ingunalis Lateralis (Indirek) Terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak sebelah lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Gambaran klinik Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan , batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Pemeriksaan fisik Inspeksi : diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat Palpasi : dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direpoisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa annulus inguinalis yang melebar. b. Hernia Ingunalis Medialis (Direk) Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh : Inferior : ligamentum inguinale Lateral : pembuluh darah epigastrika inferior Medial : tepi otot rectus Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia inguinalis medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar. Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi. Pemeriksaan fisik Inspeksi : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis. Palpasi : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini langsung menuju annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis direkta. Bila hernia ini dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cooper pada ramus superior tulang pubis. 2. Hernia Femoralis Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis. Kanalis femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Batas kranioventral : ligamentum inguinalis Batas kaudodorsal : pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum iliopektineale ( ligamentum Cooper ) Batas lateral : v. emoralis Batas medial : ligamentum lakunare Gimbernati Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira – kira 4 kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intra abdomen seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak dilipat paha dibawah ligamentum inguinale di medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan V. femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis pada lipat paha. 3. Hernia Umbilikalis Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature. Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor predisposisi. 4. Hernia Epigastrika Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdari penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan posterior sarung M. rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba disebelah cranial umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia ini muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’ preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar baru kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal dan peritoneum. E. Patofisiologi Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayilahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, makakanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanalyang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul herniainguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi keranausia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalandengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami prosesdegenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerahini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batukbatuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bilat erjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. F. Penegakan Diagnosis a. Anamnesis Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi. b. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis medialis. 2. Palpasi Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya: Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ). Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas. Thumb test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada tangan yang memegang benjolan itu. Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari. 3. Perkusi Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani 4. Auskultasi Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus. c. Pemeriksaan Penunjang Herniografi Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik. G. Penatalaksanaan Operatif Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari : Herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong. Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy. Macam-macam Teknik Hernioplasty Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan dalam 4 kategori utama : Open Anterior Repair Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantunghernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi. a. Bassini Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantence hilang. b. Shouldice Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan kontinyu. c. Ferguson Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis. d. Mc Vay menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper. Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi,tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fasciadisekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannyayaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakanjahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan. Open Posterior Repair Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Tension Free Repair with Mesh Teknik Lichtenstein menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia. Laparoscopy Laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP)atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavumperitoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi. H. Komplikasi Komplikasi dari Open Repair dan Laparoscopy Open Repair Laparoscopy Repair Berat Berat Hemorraghe Hemorraghe Testicular atrophy Cedera usus Terpotongnya vas deferens Cedera vesica urinaria Cedera usus Cedera pembuluh darah besar Cedera vesica urinaria Ringan Ringan Scrotal ecchymosis Retensi urin Infeksi luka Cedera saraf Retensi urin Infeksi luka Kekambuhan Obstruksi usus halus Hydrocele Terjepitnya saraf Terpotongnya saraf DAFTAR PUSTAKA 1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit bukukedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718 2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita SelektaKedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal313-317 3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by stepapproach).Edisi I. Penerbit Global Digital Services, BhatiaGlobal Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.(Ebook, di akses 10 juli 2010) 4. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356 5. C. Palanivelu. Operative Manual ofLaparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58 6. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit HodderArnold. 2006. 7. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997. 8. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005