Uploaded by User70571

semai hidroponik

advertisement
DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT SEMAI BENIH SELADA
UNTUK SISTEM HIDROPONIK
NANDRIANTO SUPARNO
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain dan Uji Kinerja Alat
Semai Benih Selada untuk Sistem Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Maret 2018
Nandrianto Suparno
NIM F14120042
ABSTRAK
NANDRIANTO SUPARNO. Desain dan Uji Kinerja Alat Semai Benih Selada untuk
Sistem Hidroponik. Dibimbing oleh HERRY SUHARDIYANTO dan SLAMET
WIDODO.
Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman dalam
proses budidaya. Tahap penyemaian dalam budidaya hidroponik pada umumnya masih
dilakukan secara manual dengan memasukan benih satu per satu ke media tanam.
Pekerjaan tersebut sangat membutuhkan waktu yang lama dan keahlian khusus, oleh
karena itu perlu inovasi dalam tahap penyemaian dengan penggunaan alat semai.
pembuatan alat semai diperlukan karena masyarakat membutuhkan alat yang terjangkau
dan sederhana dalam pengoperasiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan kinerja dari penyemaian dengan alat semai dan tanpa alat semai. Tahapan
penelitian terdiri atas pembuatan desain alat, pabrikasi prototipe alat dan pengujian alat.
Kapasitas penyemaian menggunaan alat lebih baik 4 kali dibandingankan dengan tanpa
alat. Sementara tingkat keseragaman penjatahan benih menggunakan alat semai mencapai
96.72 % dan tanpa alat semai mencapai 87.83 %. Perkecambahan tanaman selada hasil
dari penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 3 HST adalah sebesar
90.37 % dan 89.47 %, dan 7 HST adalah sebesar 95.19 % dan 93.92 %. Berdasarkan uji
kinerja penyemaian, penggunaan alat semai lebih baik dibandingkan tanpa alat semai dan
alat semai dapat dioperasikan dengan mudah baik dilakukan laki-laki maupun
perempuan.
Kata kunci : penyemaian, alat semai, rockwool, benih selada, hidroponik
ABSTRACT
NANDRIANTO SUPARNO. Design and Performance Test of Lettuce Seeder for
Hydroponics Systems. Supervised by HERRY SUHARDIYANTO and SLAMET
WIDODO.
Seeding is the first stage that determines the growth of plants in the cultivation
process. Seeding phase in hydroponic cultivation is generally still done manually by
inserting seeds one by one to the planting medium. The job requires a lot of time and
special skill, therefore the innovation of seeding process by using of seeder is needed.
seeder prototype making is definitely needed because farming communitiy needs a seeder
design that is accesseble and simple to use. This study was conducted to determine the
comparison of seeding performance between using seeder and without using seeder. The
research stages consist of tool designing, prototype manufacturing and tool testing. The
seeding capacity using tool is better 4 times compared to without using tool. Meanwhile,
the seed uniformity rate using tool is 96.72% and without using tool is 87.83%. Growth
of lettuce crop from seeding process using seeding tool and without tool in 3 HST are
90.37% and 89.47%, and 7 HST are 95.19% and 93.92%. Based on the seeding
performance test, the use of seeder is better than without seeder, and can be simple to use
by both men and women.
Keyword : seeding, seeder, rockwool, lettuce, hydroponics
DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT SEMAI BENIH SELADA
UNTUK SISTEM HIDROPONIK
NANDRIANTO SUPARNO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penilitian yang dilaksanakan sejak bulan September ini adalah pembuatan alat dan mesin
pertanian dengan judul Desain dan Uji Kinerja Alat Semai Benih Selada untuk Sistem
Hidroponik.Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc dan Dr Slamet Widodo STP MSc selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
pelaksanaan penelitian. Terimakasih juga kepada Dr Agus Ghautsum Niam STP
MSc selaku penguji ujian akhir.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan moril maupun
material.
3. Setaf dan laboran Teknik mesin dan Biosistem yang telah memberikan bantuan
dan pelayanan terbaik.
4. Teman-teman seperjuangan di lapang dan bimbingan: edo, ardan, fiqih, adnan dan
ka weni.
5. Rekan-rekan TMB 49 dan IKADA yang tidak dapat disebutkan satu per satu, telah
membantu dan memberi semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan memerikan kontribusi
nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang teknik biosistem.
Bogor, Maret 2018
Nandrianto Suparno
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Tahapan Penelitian
Metode Pengujian Kinerja Alat
ANALISIS DESAIN
Kriteria Desain
Analisis Rancangan Fungsional
Analisis Rancangan Struktural
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi Prototipe Alat Semai Benih Selada
Kinerja Protoripe Alat Semai Benih Selada
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
vi
vi
1
1
2
2
2
3
3
7
7
7
8
9
12
12
12
14
16
16
18
23
23
23
24
25
DAFTAR TABEL
1
Fungsi komponen-komponen alat
13
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Beberapa varietas tanaman selada: (a) Selada kriting, (b) Lollorosa,
dan (c) Romaine.
Bahan penguji prototipe (kiri) benih selada (kanan) rockwool
Diagram alir penelitian
Sketsa pengukuran sudut curah benih
Rangka utama alat semai
Unit penjatahan benih
Unit pipa penyalur benih
Konstruksi prototipe alat penyemai benih selada
Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) kerangka utama
Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) layer 1
Rancangan hopper
Prototipe hopper
Persentase penjatahan benih selada terhadap kinerja alat dengan tipe
layer yaitu : (a) benih terjatah 1; (b) benih terjatah lebih dari 1; dan
(c) benih terjatah 0
Hasil penjatahan benih selada dengan alat
Hasil pengukuran waktu penyemaian benih pada satu tray
Hasil pertumbuhan kecambah pada 3 HST (kiri) dan 7 HST (kanan)
5
7
8
10
14
15
16
16
17
17
18
18
19
20
21
22
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Data pengukuran diameter benih selada
Data pengukuran massa benih dan massa jenis benih selada
Data pengukuran sudut curah benih selada
Data pengukuran jarak tanam dan kedalaman benih
Data pengukuran waktu dan keseragaman penyemaian menggunakan
alat dan tanpa menggunakan alat
Data pengukuran waktu dan persentase keseragaman penyemaian
menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat
Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa alat 3 HST
Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa alat 7 HST
Gambar teknik alat semai
25
26
27
28
29
31
33
35
36
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu jenis makanan yang penting untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan gizi. Salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai
gizi yang tinggi adalah selada, karena banyak mengandung vitamin dan mineral
untuk tubuh manusia. Tanaman selada sudah dikenal baik dan digemari oleh
masyarakat Indonesia. Selada mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup
baik. Ditinjau dari aspek klimatologi, aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek bisnis,
selada sangat layak diusahakan guna memenuhi permintaan konsumen yang cukup
tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar (Hartoyo et al. 2003).
Selada disajikan sebagai sayuran penyegar dan sehat, karena daun selada
mempunyai kandungan vitamin yaitu: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat
berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya 2007).
Ekspor komoditas sayuran Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu
dari senilai US$ 47 000 000 pada tahun 2007, menjadi US$ 52 300 000 pada tahun
2008 dan mencapai nilai US$ 74 200 000 pada tahun 2009 (Kementrian
Perdagangan RI 2011). Namun demikian, peningkatan areal budidaya sayuran
terkendala oleh alih fungsi lahan pertanian. Banyak terjadi alih fungsi lahan
pertanian menjadi pemukiman dan kawasan industri menyebabkan lahan pertanian
semakin sempit. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2014, data
menunjukkan alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Pulau Jawa setiap tahunnya
mencapai seluas 27 ribu hektar. Sementara secara nasional konversi lahan pertanian
mencapai 100-110 ribu hektar per tahun. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
metode budidaya tanaman sayuran yang sesuai untuk menghasilkan produksi yang
optimal, selain untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang tinggi untuk menjaga
kontinuitas produksi.
Salah satu metode mengatasi permasalahan dalam kondisi lahan pertanian
yang semakin sempit tersebut adalah budidaya tanaman secara hidroponik.
Hidroponik dari asal kata hydro yaitu air dan ponos yaitu kerja. Hidroponik dapat
diartikan sebagai teknik budidaya dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan
media tanah. Salah satu keuntungan budidaya secara hidroponik adalah lebih
mudah dalam pemberian nutrisi sehingga lebih efisien (Setyosdji 2015). Fungsi
tanah dapat digantikan dengan media-media lain yang memiliki kemampuan untuk
menyalurkan atau menyerap air. Media-media tanam yang biasa digunakan dalam
budidaya tanaman secara hidroponik antara lain adalah pasir, kerikil, pecahan
batubata, arang sekam, rockwool, dan sebagainya. Syarat media tanam hidroponik
adalah dapat dijadikan tempat berpijakan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi
yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, dan tidak
mudah lapuk (Agoes 1994). Teknologi hidroponik sangat banyak dikembangkan
untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen pada waktu yang lebih
sesuai rencana (Suhardiyanto 2009).
Budidaya tanaman secara hidroponik meliputi beberapa tahap yaitu tahap
penyemaian, tahap produksi, tahap pemanenan, tahap pengemasan dan tahap
distribusi. Tahap penyemaian (nursery) adalah kegiatan menyemai benih dan
memeliharanya menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan persemaian
2
dalam budidaya adalah tahap awal yang sangat menentukan hasil produksi,
sehingga diperlukan pelakuan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Penanaman benih di lapangan dapat dilakukan secara langsung permanen (direct
planting) dan secara tidak langsung yang berarti mula-mula dimana tanaman muda
ditanam dan dapat dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum
ditanam secara permanen. Tahap panyemaian benih pada budidaya sayuran secara
hidroponik di Indonesia pada umumnya masih dilakukan secara konvensional baik
dalam perusahaan kecil maupun besar. Penyemaian tersebut sangat banyak
membutuhkan keahlian khusus dan waktu yang panjang. Penyemaian konvensional
dilakukan secara manual dengan memasukkan satu persatu benih ke dalam media
tanam menggunakan pinset. Karyawan dalam sehari melakukan persemaian
sebanyak 100-200 tray yang dikerjakan 4-5 karyawan oleh sebuah perusahan. Oleh
karena itu tahap persemaian perlu inovasi untuk memudahkan penyemaian benih
ke dalam media tanam. Penggunaan alat semai diharapkan dapat memberikan
inovasi agar penyemaian yang dilakukan semakin mudah untuk sistem hidroponik.
Perumusan Masalah
Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman dalam
proses budidaya. Tahap penyemaian dalam budidaya hidroponik pada umumnya
masih dilakukan secara manual. Penyemaian secara manual dilakukan dengan
memasukkan benih satu persatu ke dalam media tanam. Penyemaian tersebut
membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama. Semakin banyak
tenaga kerja dan waktu kerja yang lama mengakibatkan biaya produksi yang
dikeluarkan semakin besar. Penggunaan alat semai dapat membantu meningkatkan
kinerja penyemaian per orang secara nyata. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perancangan alat semai untuk memasukkan benih tanaman selada ke dalam media
tanam rockwool.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mendesain alat semai benih selada ke dalam media tanam rockwool untuk
meningkatkan kapasitas kerja per orang pada sistem budidaya hidroponik.
Melakukan pengujian alat semai benih selada yang telah dibuat dan
membandingkannya dengan penyemaian secara manual
Mengetahui perbandingan hasil perkecambahan dari penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa menggunakan alat semai
Ruang Lingkup
Ruang lingkupnya penelitian ini berada di antara beberapa batasan-batasan
terhadap masalah yang dibahas yaitu:
1. Kapasitas penyemaian adalah jumlah lubang benih selada yang dibuat pada alat
semai.
2. Keseragaman penyemaian adalah banyaknya benih masuk ke dalam rockwool
dalam setiap kali semai.
3
3. Kinerja alat semai digambarkan dengan perbandingan waktu penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa menggunakan alat semai.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah terciptanya alat semai benih salada ke dalam
media tanam rockwool. Alat semai ini dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan
budidaya hidroponik atau orang-orang pencinta budidaya hidroponik. Diharapkan
dengan adanya alat ini lebih memudahkan dan meningkatkan efektivitas dalam
melakukan penyemaian.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata bahasa Latin yaitu hydro yang berarti air dan
ponos yang berarti kerja. Budidaya hidroponik merupakan teknologi modern dalam
bidang pertanian khususnya tanaman hortikultura. Sistem hidroponik adalah salah
satu metode budidaya tanaman yang menggunakan prinsip penyediaan nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya
ditujukan untuk menggambarkan tumbuh tanaman dalam air, hingga saat ini
mencakup semua sistem yang menggunakan nutrisi dengan atau tanpa penambahan
medium inert (seperti pasir, krikil, rockwool dan vermikulit) untuk dukungan
mekanis. Sistem hidroponik dikelompokan menjadi dua, yaitu kultura media tanam
dan kultura larutan nutrisi. Pada kultur media tanam, penanaman dilakukan
menggunakan media tanam padat berpori sebagai tempat dimana akar tanaman
tumbuh. Sedangkan pada kultura pemberian larutan nutrisi, kultura media
dibedakan menjadai dua kelompok, yaitu sub irrigation (irigasi bawah permukaan)
dan top irrigation (irigasi permukaan) (Suhardiyanto 2009).
Bercocok tanam secara hidroponik sudah banyak dipakai oleh beberapa
masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Budidaya
hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena
itu, harga jual panennya tidak khawatir menurun. Banyak keuntungan dan manfaat
yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari
kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan
pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang luas (Roidah 2014).
Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya
relatif bersih, media tanamnya steril, dan tanaman terlindung dari terpaan hujan,
serangan hama, dan penyakit, sehingga tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih
tinggi yang disebabkan penggunakan teknologi dari setiap tahapan budidayanya
(Hartus 2008).
Menurut Roidah (2014), budidaya hidroponik memiliki kelebihan dan
kekurangan dibandingkan budidaya pertanian secara konvnsional. Kelebihan
sistem hidroponik sebagai berikut: (1) keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi lebih terjamin, (2) perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih
terkontrol, (3) pemakaian pupuk lebih hemat (efisien), (4) tanaman yang mati lebih
4
mudah diganti dengan tanaman baru, (5) tidak membutuhkan banyak tenaga keras
karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi, (6) tanaman dapat
tumbuh lebih seragam dengan keadaan yang bersih dan tidak cacat, (7) hasil
produksi lebih continue dan lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman ditanah,
(8) harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik, (9) beberapa
jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim, (10) tidak ada resiko kebanjiran,
erosi, kekeringan atau ketergantungan dengan kondisi alam, dan (11) tanaman
hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruangan yang terbatas, misalnya di
atap, dapur atau garasi. Kelemahan sistem hidroponik sebagai berikut: (1) investasi
awal yang mahal, (2) memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan
meramu nutrisi, dan (3) ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak
sulit.
Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L)
Selada merupakan salah satu tanaman sayuran yang termasuk ke dalam
famili Caompositae dengan nama Latin Lactuca sativa L. Tanaman ini diperkirakan
berasal dari dataran Mediterinia Timur. Hal ini terbukti dari lukisan di kuburan
Mesir yang manggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak
tahun 4500 SM (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Berikut adalah klasifikasi
tanaman selada:
Divisio
Subdivisio
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Spermatohyta
: Anguospermae
: Dicotylodonae
: Asterales
: Asteraceae (compositae)
: Lactuca
: Lactuca sativa
Selada cocok dibudidayakan di daerah dengan suhu udara 20 ˚C pada siang
hari dan 10 ˚C pada malam hari. Benih selada berkecambah dalam kurun waktu
empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu
hari, pada suhu 15 ˚C–25 ˚C (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Menurut Nonnecke (1989), pada dasarnya terdapat kurang lebih enam
perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu crisp-head, butterhead, cos
(romaine), selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Hal senada
juga dinyatakan oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tentang jenis-jenis selada
meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas:
1. L. Sativa var. Capitata
Varietas ini merupakan kelompok selada kepala renyah (crisphead)
dan kepala mentega (butterhead). Selada jenis ini mempunyai krop bulat
dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada
bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya berwarna hijau terang, ada juga
yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak
terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah.
5
2. L. Sativa var. Longifolia
Selada jenis ini adalah selada cus (romaine) yang mempunyai krop
yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip sawi
putih (Gambar 1c). Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada
yang pada umumnya menjuntai ke bawah. Ukurannya besar dan warnanya
hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini tergolong
lambat pertumbuhannya.
3. L. Sativa var. Crispa
Selada jenis ini mempunyai daun longgar (salada kriting dan
lollorossa). Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak
atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri lainnya adalah tipe
selada ini tidak membentuk krop (Gambar 1a dan 1b).
4. L. Sativa var. Asparagian
Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang,
dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Oleh karena itu, sering
disebut sebagai jenis selada dengan daunnya berlepasan dan tidak
membentuk krop.
5. L. Sativa
Varietas selada ini termasuk selada Latin, memiliki daun yang kecil,
tabal, berwarna hijau gelap dan helai daunnya lepas. Selada jenis ini tahan
terhadap suhu yang tinggi. Jenis yang termasuk kelompok ini yaitu sucrine
dan creole
a
b
c
Gambar 1 Beberapa varietas tanaman selada: (a) selada kriting, (b) lollorosa, dan
(c) romaine.
Rockwool
Rockwool adalah salah satu media tanam yang banyak digunakan oleh para
petani hidroponik di Eropa. Hal ini disebabkan karena sifat rockwool yang ideal
sebagai media tumbuh pada sistem hidroponik. Menurut Susila dan Koerniawati
(2004) rockwool merupakan media yang bersifat inert, sedikit alkali, memiliki arah
serat horizontal, dan tidak menyebabkan degradasi biologi. Media ini memiliki
ruang pori sebesar 95 % dengan daya simpan air sebesar 80 % (Resh 1998).
Rockwool dibuat dari batuan basalt yang dipanaskan mencapai suhu 1600 °C
sehingga meleleh menjadi seperti larva. Dalam keadaan mencair batuan tersebut
6
diberi gaya sentrifugal sehingga terbentuk serat-serat. Setelah mendingin kumpulan
serat ini dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan berbagai media
tanam. Karena dipanaskan dengan suhu yang sangat tinggi maka pathogen
penyebab penyakit juga mati (Susila dan Koerniawati 2004).
Bentuk dari rockwool menyerupai wol yaitu berupa anyaman serat-serat
halus yang dibuat dari terak-tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan
ledakan kuat selama bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan. Rockwool
berfungsi sebagai media penyimpan air dan nutrisi bagi tanaman. Keunggulan dari
rockwool ini antara lain ramah lingkungan, arah serat horizontal, bulk density 45
kg/π‘π‘š3 , tidak mengandung pathogen penyebab penyakit, tidak berjamur, mudah
digunakan, efesien dalam penggunaan air, dapat meminimalisir penggunaan
disinfektan dan penggunaan nutrisi (Resh 1998).
Benih
Benih adalah suatu calon tanaman yang berupa biji tanaman yang sudah
mengalami untuk di jadikan tanaman perkembangbiakan, benih tanaman sendiri
ada banyak jenisnya dan untuk benih yang mempunyai kualitas cukup baik sering
disubut F1 atau di sebut benih hibrida. Benih bermutu tinggi adalah benih dari
varietas unggulan dengan mutu genetic dan fisiologis fisik yang tinggi sesuai
dengan standar kelasnya. Mutu genetik benih berkaitan dengan kemurnian dan
keseragaman; mutu fisik berkaitan dengan keragaman, kebersihan, dan kesehatan;
sedangkan mutu fisiologis berkaitan dengan berkembangan dan pertumbuhan.
Benih bermutu dapat digolongkan menjadi empat kelas, yaitu benih penjenis
(breeder seed), benih dasar (foundation seed), benih pokok (stock Seed), dan benih
sebar (extension seed). Penggunaan benih yang bermutu tinggi akan
memungkinkan produksi yang optimal dalam budidaya. (Qadir et al. 2012).
Persemaian
Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat dimana tanaman-tanaman
dikembangbiakkan dan tumbuh dengan perlakuan ukuran tertentu selama periode
waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan penyemaian dapat dilakukan dengan
memasukkan benih satu persatu ke dalam lubang pada media tanam menggunakan
tangan. Pengerjaan seperti ini memakan waktu yang banyak namun mudah
dilakukan. Keuntungan dari menanam tanaman hasil dari penyemaian adalah
mudah dalam pengendalian hama, dapat menyeleksi bibit tanaman yang seragam,
mengurangi resiko kegagalan, memudahkan pemeliharaan dan memperpendek
waktu tumbuh di lahan (Bewley 1985).
Persemaian sering dibuat dengan menggunakan rumah tanaman atau
greenhouse untuk melindungi benih menjadi bebit yang mulai tumbuh. Penggunaan
rumah tanaman moderen memungkinkan dilakukan kontrol suhu secara otomatis,
pengaturan sistem aerasi, ventilasi udara dan kontrol pemberian nutrisi tanaman
secara otomatis. Hal-hal penentuan lokasi persemaian harus memperhatikan sebagai
berikut: (1) sedekat mungkin dengan lokasi penanaman atau jalan angkutan,
(2) lapangan harus datar, (3) cukup tersedia air, (4) mudah mendapatkan media
tanam, (5) keadaan lingkungan baik, sirkulasi udara lancar dan sinar matahari
7
dapat masuk ke permukaan tanah untuk mengurangi kerusakan bibit dari insekta
dan jamur, dan (6) dekat dengan tenaga kerja (Fahrudin 2009).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan di rumah tanaman atau greenhouse
Laboratorium Lapangan Siswadi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilakukan dari bulan September 2017 sampai November 2017.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi peralatan untuk
pengukuran karakteristik benih selada, peralatan untuk pembuatan prototipe, dan
peralatan untuk pengujian di lapangan. Peralatan yang digunakan tersebut adalah:
1. Peralatan pengukuran karakteristik benih selada: jangka sorong, timbangan
digital, mistar ukur dan ring sample.
2. Peralatan pembuatan prototipe: software solidworks 2015, bor tangan, gergaji,
gerinda, dan peralatan bangkel lainnya.
3. Peralatan pengujian kinerja prototipe: greenhouse, tray, bak penampung nutrisi,
tempat benih, pinset, stopwatch, dan alat dokumentasi.
Bahan
1.
2.
Bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi:
Bahan untuk pembuatan prototipe: lembaran acrylic, lem acrylic, slot
pengunci, paku rivet, dan pipa acrylic.
Bahan untuk pengujian prototipe: air, nutrisi AB mix, rockwool, dan benih
selada (Gambar 2).
Gambar 2 Bahan penguji prototipe (kiri) benih selada dan (kanan) rockwool
8
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan perancangan alat sebagaimana
diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 3
tidak
ya
Gambar 3 Diagram alir penelitian
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahap identifikasi masalah dilakukan terlebih dahulu dengan
mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada dan kemudian
mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam proses perancangan.
Prototipe harus dapat membuat mudah dioperasikan, cepat dalam pekerjaan semai,
benih yang ditanam harus seragam, tidak merusak struktur dari benih, media tanam
mudah untuk dilubangi dan perkecambahan optimal.
Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman
dalam proses budidaya selanjutnya. Tahap penyemaian pada budidaya tanaman
secara hidroponik pada umumnya dilakukan secara manual. Penyemaian secara
manual dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam media tanam satu persatu
menggunakan tangan. Penyemaian tersebut membutuhkan tenaga kerja yang sangat
banyak dan waktu yang sangat lama. Semakin banyak tenaga kerja dan lama waktu
kerja mengakibatkan biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar. Oleh karena
itu, penggunaan alat semai diharapkan untuk mengoptimalkan tenaga dan waktu
9
kerja. Perancangan alat semai dilakukan dengan mengoptimalkan perangkat yang
berfungsi untuk memasukkan sejumlah benih kedalam media tanam rockwool
secara bersamaan.
Analisis Teknik
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan dimensi setiap komponen dan
pemilihan bahan. Analisis rancangan terdiri dari analisis fungsional dan analisis
struktural. Analisis fungsional menjelaskan fungsi–fungsi setiap komponen pada
alat. Analisis struktural menjelaskan mengenai pemilihan bahan dan analisis
kekuatan bahan.
Gambar Teknik
Perkiraan desain yang telah diperoleh dari tahap perancangan kemudian
dituangkan menjadi gambar teknik. Gambar teknik merupakan gambar konseptual
dari alat yang dibuat dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan analisis teknik.
Gambar teknik juga merupakan media komunikasi kepada pihak manufaktur ketika
alat atau mesin dipabrikasi. Dalam pembuatan gambar teknik alat semai ini
menggunakan software solidwork 2015.
Pembuatan Prototipe
Hasil rancangan alat dalam bentuk gambar teknik kemudian menjadi dasar
pembuatan prototipe di bengkel konstruksi. Prototipe ini perlu dipastikan untuk
dapat diuji sesuai rancangan yang telah dibuat.
Pengujian Prototipe
Tahap ini dilakukan jika proses pabrikasi sudah dilewati maka dilanjutkan
dengan pengujian fungsional dan pengujian kinerja. Pengujian fungsional
mencakup pengujian pada tiap-tiap komponen prototipe untuk memastikan setiap
komponen berfungsi dengan baik. Pengujian secara fungsional dinyatakan berhasil
jika komponen protipe mampu menjalankan sub-fungsinya masing-masing untuk
mencapai fungsi utama pada perancangan fungsional. Pengujian kinerja mencakup
pengukuran kinerja penanaman, kapasitas lapangan dan tingkat perkecambahan
tanaman. Pengujian kinerja alat semai dinyatakan berhasil jika kinerja penyemaian
menggunakan alat semai lebih baik dibandingkan dengan kinerja penyemaian tanpa
alat semai.
Metode Pengujian Kinerja Alat
Pengujian kinerja alat semai dilakukan di dalam greenhouse yaitu meliputi:
1) pengukuran karakteristik bahan 2) pengujian tingkat keseragaman penyemaian,
3) kapasitas penyemaian, dan 4) perkecambahan benih. Media tanam yang
digunakan untuk menguji alat adalah rockwool. Ukuran rockwool yang digunakan
mempunyai panjang 31.5 cm, lebar 24.5 cm dan ketebalan 4 cm. Dengan ukuran
tersebut rockwool mempunyai lubang siap tanam sebanyak 63 lubang, jarak tanam
antar lubang dan jarak alur sebesar 3.5 cm. Benih selada yang digunakan adalah
benih varietas Lollorosa benih tersebut berbentuk pill. Alat semai dibuat dengan
bahan acrylic, sehingga bobot alat ringan dan mudah dioperasikan.
10
Pengukuran Karakteristik Bahan
Pengukuran karakteristik bahan dilakukan untuk mengetahui beberapa
karakter dari bahan yang berguna untuk analisis perancangan alat semai.
Karakteristik yang diukur antara lain sebagai berikut:
1. Diameter geometri (Dg) dihitung dengan persamaan (1).
𝐷𝑔 = (π‘™π‘˜ π‘€π‘˜ π‘‘π‘˜ )1/3
(1)
Keterangan:
lk : panjang
wk : lebar
tk : tebal
2. Massa jenis benih (bulk density) dihitung dengan persamaan (2).
πœŒπ‘ =
π‘šπ‘
(2)
𝑣𝑏
Keterangan:
mb : massa benih
vb : volume benih
3. Sudut curah (θ) dihitung dengan persamaan (3) dan sketsa pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 4.
πœƒ = tan−1 (𝐻𝑅)
(3)
Keterangan:
H : tinggi tumpukan benih
R : radius tumpukan benih
Gambar 4 Sketsa pengukuran sudut curah benih
4. Massa suatu benih selada (π‘šπ‘ ) dihitung dengan menimbang benih selada
sebanyak 1 gram kemudian menghitung jumlah benihnya. Kemudian massa 1
benih dihitung dengan persamaan (4)
11
π‘šπ‘ =
π‘š1𝑔
𝑗𝑏
(4)
Keterangan:
m1g : massa benih (1 gram)
Jb : jumlah benih
Tingkat Keseragaman Penyemaian
Tingkat keseragaman penyemaian diukur dengan menghitung jumlah benih
per lubang tanaman. Pengamatan dilakukan setelah penyemaian selesai dilakukan
dengan mengangkat benih yang telah tertanam di dalam rockwool secara perlahan
dengan pinset, untuk menghitung banyaknya benih yang tertanam dalam lubang.
Pengukuran dilakukan pada setiap lubang tanam pada rockwool.
Kapasitas Penyemaian
Kapasitas penyemaian alat semai diukur berdasarkan waktu penyemaian
tiap tray dan mengujinya sebanyak 3 kali ulangan dari 10 penguji yang terdiri 5
orang perempuang dan 5 orang laki-laki. Peran gender akan dilihat akan
pengaruh penyemaian menggunaan alat semai dan tanpa alat semai. Cara
perhitungan kapasitas penyemaian dapat dilihat pada persamaan (5).
π‘˜π‘™ =
𝑗𝑠
(5)
t
Keterangan:
π‘˜π‘™
𝑗𝑠
t
: kapasitas penyemaian (tray/jam)
: jumlah tray satu kali semai
: waktu yang dibutuhkan untuk penyemaian (jam)
Perkecambahan
Perkecambahan benih adalah proses aktif kembali embrio atau lembaga
yang menghasilkan pecahnya kulit benih dan munculnya tanaman muda
(Copeland 1976). Pertumbuhan pada tanaman dimulai dari proses
perkecambahan biji. Biji akan berkecambah apabila kandungan air yang masuk
dalam biji semakin banyak. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses
perkecambahan, adalah nutrisi, cahaya, suhu, dan kelembaban. Sedangkan
faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil perkecambahan, adalah auksin,
giberelin, sitoksin, asam absisat, gas etilen, dan asam traumalin.
Persentase kemunculan tanaman selada yang ditanam dari unit penyemai
dilakukan pada rockwool yang telah ditanami benih menggunakan alat semai dan
tanpa alat semai. Pengamatan dilakukan pada 3 HST dan 7 HST. Persentase
kemunculan tanaman selada dapat dihitung berdasarkan persamaan (6)
12
𝑃𝐾𝐢 =
𝐽𝐡𝑀
𝐽𝐡𝑆
× 100%
Keterangan:
PKC
JBM
JBS
(6)
: persentase kemunculan tanaman selada (%)
: jumlah benih muncul pada satu buah tray
: jumlah benih seharusnya tumbuh pada satu buah tray
ANALISIS DESAIN
Kriteria Desain
Kriteria desain alat semai benih selada ke dalam rockwool adalah sebagai
berikut.
1. Alat harus mampu menyemai benih selada masuk ke dalam rockwool dengan
seragam yakni sebanyak 1 benih per lubang tanam, dan jarak tanam sebesar
3.5 cm.
2. Pipa penyalur benih harus mampu menyalurkan benih masuk ke dalam
rockwool.
3. Alat ini harus mampu melubangi rockwool dan menempatkan benih dengan
kedalaman tanam 1.5 mm dari permukaan rockwool.
4. Penjatah benih dilakukan dengan menggunakan sistem layer. Layer harus
dapat menjatah benih satu per lubang tanam pada saat kedua layer dalam
keadaan tidak sejajar dan dapat menyalurkan benih ketika kedua layer dalam
keadaan sejajar.
5. Hopper benih dengan persegi panjang mampu menampung benih untuk
penyemaian 100-200.
6. Bahan material acrylic dengan ketebalan 3-5 mm diharapkan cukup kuat
dalam konstruksi alat.
7. Kapasitas penyemaian alat semai harus mampu lebih baik dibandingkan
penyemaian tanpa menggunakan alat semai.
Analisis Rancangan Fungsional
Dalam perumusan ide suatu rancangan mesin atau alat, rancangan
fungsional sangatlah penting untuk dipertimbangan. Fungsi utama dari alat semai
adalah mampu menyemai benih selada ke dalam media tanam rockwool dengan
satu benih per lubang tanam. Selain itu alat semai ini diharapkan dapat
memudahkan dan mempercepat kinerja penyemaian per orangan pada sistem
hidroponik. Agar fungsi utama dapat tercapai, maka diperlukan beberapa dukungan
dari rancangan fungsional komponen-komponen alat semai, yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
13
Tabel 1 Rancangan fungsional komponen alat
Fungsi utama
Sub fungsi
Alternatif
Penopang unit
penanam
Properti
mampu
memasukkan benih
pill ke dalam media
tanam
rockwool
dengan jarak tanam
dan menjatah benih
dengan
jumlah
yang seragam
Menampung
- Hopper persegi
benih selada (pill)
panjang
- Hopper trapesium
- Hopper silinder
Penjatahan benih - Tipe layer
selada (pill)
- Tipe vacuum
Melubangi
- Pipa acrylic
rockwool dan
- Penyalur selang
menyalurkan
- Tanpa penyalur
benih selada (pill)
Pengunci layer
- Kunci slot
Penggerak hopper - Rel plat acrylic
- Roda mini
Alternatif
yang dipilih
- Bentuk
disesuaikan
dengan tray
(wadah
rockwool)
- Hopper
persegi
panjang
dari acrylic
- Tipe layer
- Pipa acrylic
- Kunci slot
- Rel plat
acrylic
Fungsi Rangka Utama
Rangka utama berfungsi untuk menopang berbagai komponen dari
komponen-komponen alat semai seperti hopper, layer penjatahan, pengunci layer,
penyalur benih dan pelubang rockwool. Rangka utama dibuat dengan
memperhatikan batasan ukuran dari tray atau wadah dari media tanam rockwool
tersebut.
Fungsi Penampung Benih Selada (Hopper)
Hopper berfungsi sebagai wadah untuk menampung benih selada yang siap
ditanam dan menyalurkan ke lubang-lubang penjatahan. Hopper dirancang dengan
memperhatikan berapa tray yang disemai dalam satu hari, ukuran dan bentuk benih
serta batasan ruangnya. Alternatif hopper yang dipilih berbentuk persegi panjang
dengan bahan yang dipakai adalah acrylic. Bahan acrylic berwarna bening yang
membuat kita lebih mudah mengontrol jumlah benih dalam hopper tersebut. Bagian
dalam hopper terdapat plat acrylic yang dipasang membuat alur ke lubang benih
layer 1 dengan kemiringan sudut curah benih selada. Hopper bergerak maju
mundur dengan menggunakan rel plat hopper yang berada pada sisi kanan dan kiri
kerangka.
Fungsi Pelubang Rockwool
Pelubang media tanam ini berfungsi sebagai pembuka lubang rockwool
sebagai tempat benih selada tumbuh. Pembuka atau pelubang rockwool yang
digunakan adalah tipe pipa acrylic dengan bahan yang lebih keras dan dapat
merobek atau melubangi rockwool sebagai tempat benih.
14
Fungsi Penjatah Benih
Penjatah benih berfungsi untuk menjatah satu benih per lubang yang siap
disalurkan ke media tanam. Penjatahan dengan sistem layer ini dilakukan dengan
membuat lubang pada layer 1 dan layer 2 tidak sejajar sehingga benih tertahan dan
tidak langsung masuk ke pipa penyaluran.
Fungsi Pengunci Layer
Pengunci layer berfungsi untuk menahan layer 1 pada saat penjatahan agar
tetap tidak sejajar antara lubang pada layer 1 dan layer 2. Bahan acrylic sangat licin
menyebabkan layer 1 perlu ditahan agar proses penjatahan dapat menjatah benih
yang masuk ke lubang penyalur tidak lebih dari satu.
Fungsi Penyalur Benih
Penyalur benih berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan benih
selada ke lubang rockwool setelah dilakukan penjatahan oleh dua sistem layer.
Penyalura benih ini berbentuk pipa silinder dengan bahan acrylic. Bahan ini
digunakan agar masuknya benih ke media tanam dapat terlihat dengan jelas karena
permukaan acrylic yang transparan.
Analisis Rancangan Struktural
Rangka Utama
Rangka utama terbuat dari acrylic dengan ketebalan 5 mm. penggunaan
acrylic ini dikarenakan mempunyai beban setengah lebih ringan dibandingkan
dengan bahan kaca, selain itu acrylic mempunyai kuat tekan 160-240 Mpa dan
mempunyai kuat tarik sebesar 40-75 Mpa (Pawar 2016). Rangka dibuat sedemikian
rupa menyesuaikan ukuran potongan rockwool yang masuk pada tray. Desain
rangka dapat dilihat pada Gambar 5. Kapasitas alat semai ini dapat menampung 3
potong rockwool. Setiap satu potong rockwool mempunyai lubang melebar 3 buah
dan memanjang 7 buah dengan jarak tanam 3.5 cm. Berikut ini spesifikasi rockwool
yang di pakai.
Type
Jumlah lubang
Dimensi
Dimensi plug atas
Dimensi plug bawah
Tinggi
: Rockwool cultilene 98 plug
: 98 (7 x 14)
: 480 x 240 mm
: 35 x 35 mm
: 25 x 25 mm
: 40 mm
Rangka dudukan
Layer 2
Tempat rockwool
Gambar 5 Rangka utama alat semai
15
Unit Penjatah Benih
Bagian penjatahan benih yang dirancang menggunakan tipe dua layer yang
dibuat tidak sejajar antara lubang layer 1 dan layer 2. Penjatahan benih terbuat dari
bahan plat acrylic ketebalan 4 mm dan pada setiap layer terdapat lubang-lubang
penjatah yang mempunyai diameter tiap lubangnya sebesar 4 mm. Ketika
penjatahan benih layer 1 digerakan untuk tidak sejajar dengan layer 2, hal ini agar
benih dapat tertahan pada setiap lubang yang akan masuk dalam rockwool.
Kemudian layer penjatahan dikunci dengan slot, sehingga layer tidak mudah
bergerak pada saat penjatahan benih. Jika setiap lubang sudah terpenuhi satu benih
per lubang, maka layer 1 didorong atau digerakan kembali dalam keadaan sejajar
sehingga benih jatuh ke dalam lubang penyaluran. Rancangan konseptual unit
penjatahan benih dapat dilihat pada Gambar 6.
hopper
Layer tidak sejajar
Layer sejajar
Pengunci
Tempat hopper lepas
Tempat hopper berhenti
Gambar 6 Unit penjatahan benih
Hopper
Perancangan hopper dibuat berdasarkan karakteristik dari benih selada yang
digunakan dan banyaknya rockwool yang ingin disemai dalam satu hari
penyemaian. Sehingga perlu dirancang volume hopper yang sesuai kriteria tersebut.
Perancangan ditentukan berdasarkan persamaan (7).
𝑉=
Keterangan:
V
Jt
𝔫t
γb
𝜌
Jt × π”«t × γb
𝜌
(7)
: volume hopper (cm)
: jumlah rockwool yang disemai untuk sekali pengisian (buah)
: jumlah lubang rockwool per tray (benih/tray)
: massa rata-rata benih (g/benih)
: bulk density dari benih (g/cm)
Penyemaian benih selada yang ingin dicapai adalah 200 tray/hari, dengan
jumlah lubang tanam per tray adalah 63, masa rata-rata benih berdasarkan hasil
pengukuran adalah 0.028 g (Lampiran 2) dan bulk density benih hasil pengukuran
adalah 0.91 g/cm3 (Lampiran 2), maka diperoleh nilai volume hopper minimum
16
adalah 581.53 cm3 . Oleh karena itu desain dibuat dari kapasitas minimum
berdasarkan perhitungan tersebut.
Pelubang Rockwool dan Penyalur Benih
Media tanam rockwool yang dipakai mempunyai alur serat yang lurus yang
membuat mudah untuk dilubangi sebagai tempat benih ditanam. Kedalaman benih
harus mampu masuk ke media tanam dengan kedalaman 1.5 cm. Bahan yang
digunakan untuk melubangi dan menyalurkan adalah bahan acrylic dengan
diameter lubang 4 mm. Bahan acrylic ini cukup kuat dan transparan sehingga dapat
terlihat jatuhnya benih masuk ke dalam rockwool. Rancangan pelubang rockwool
atau penyalur benih dapat dilihat pada Gambar 7.
pegangan
pipi penyalur
atau pelubang
lubang benih
keluar
Gambar 7 Unit pipa penyalur benih
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi Prototipe Alat Semai Benih Selada
Prototipe alat semai untuk penyemaian benih selada telah berhasil dibuat.
Alat ini mampu menyemai benih selada dengan media tanama rockwool sebanyak
63 lubang tanam. Konstruksi alat ini terdiri dari rangka utama, layer 1, pembatas
hopper, hopper, pengunci layer, pegangan alat, rel hopper, dan pelubang rockwool.
Konstruksi prototipe ini dapat dilihat pada Gambar 8.
1
2
4
5
3
6
7
Keterangan:
1. Rel hopper
2. Pegangan alat
3. Kerangka utama
4. Hopper
5. Pembatas hopper
6. Lubang benih keluar
7. Layer 1
8. Pengunci layer 1
8
Gambar 8 Konstruksi prototipe alat penyemai benih selada
17
Rangka utama alat semai telah berhasil dibuat dan dapat menopang
komponen-komponen lainya. Penggunaan bahan acrylic dengan ketebalan 3-5 mm
ini tidak membuat alat semai ini memiliki beban yang berat saat pengerjaan, alat
semai juga terlihat cukup kokoh, kuat dan tahan lama untuk digunakan. Selain itu
alat semai tidak mudah mengalami korosi yang disebabkan air pada rockwool.
Rangka dibuat agar benar-benar sesuai dengan dimensi potong rockwool pada tray
yang digunakan. Rancangan dan prototipe dari kerangka utama dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) kerangka utama
Komponen layer 1 yang terbuat dari bahan acrylic ini lebih kokoh dan tidak
mudah melengkung sebagaimana bahan plastik pada umumnya. Layer 1 dapat
begerak maju mundur untuk membuat lubang pada layer 1 tidak sejajar dengan
layer 2 saat penjatahan. Pada ujung layer diberi pegangan untuk memudahkan layer
bergerak. Lubang-lubang yang dibuat pada layer 1 dan layer 2 dapat sejajar dengan
baik, sehingga benih dapat masuk ke pipa penyaluran dengan mudah saat
penjatahan selesai. Komponen ini dibuat sesuai hasil analisis perancangan yang
telah dilakukan dengan diameter lubang layer adalah 4 mm dan jarak antar lubang
3.5 mm. Bahan acrylic dengan ketebalan 4 mm pada layer 1 ini membuat benih
pada saat penjatahan tidak masuk lebih dari satu benih per lubang tanam dan layer
lebih kuat menahan beban hopper. Rancangan dan prototipe layer 1 dapat dilihat
pada Gambar 10.
Gambar 10 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) layer 1
18
Kompenen hopper yang telah dibuat adalah dari bahan acrylic dengan
ketebalan 3 mm. Bagian ini tidak memerlukan bahan acrylic yang tebal,
dikarenakan tidak ada beban yang besar mengenai bagian ini, sehingga bobot
hopper tidak terlalu berat saat dijalankan untuk penjatahan benih. Volume hopper
yang dipilih sebesar 624.93 cm3 , mengacu pada target jumlah tray yang disemai
untuk satu hari pengisian adalah 200 tray yang membutuhkan hopper dengan
volume minimal 581.53 cm3 . Pemilihan volume hopper lebih besar ini diharapkan
benih dapat menampung lebih banyak dalam penyemaian, prototipe hopper dapat
dilihat pada Gambar 12. Bentuk hopper persegi panjang ini pada bagian bawah
dipasang plat acrylic membuat alur pada jalur lubang layer 1 dengan kemiringan
45° membentuk prisma dalam persegi panjang. Kemiringan plat dibuat lebih besar
dari perhitungan sudut curah benih selada yang dihitung yaitu sebesar 34.85°. Hal
ini disebabkan agar memudahkan benih masuk dalam jalur penjatahan. Rancangan
hopper yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Rancangan hopper
Gambar 12 Prototipe Hopper
Kinerja Prototipe Alat Semai Benih Selada
Prototipe alat semai yang dibuat secara rancangan fungsional dan rancangan
struktural sudah sesuai dengan rancangan awal. Pengujian prototipe perlu dilakukan
agar mengetahui data kuantitatif dari alat semai tersebut. Pengujian dilakukan di
grenhouse lapangan Siswadi Soepardjo untuk mengetahuin kinerja dari alat semai
melakukan penyemaian hingga hasil dari penyemaian tersebut. Adapun parameter
yang diamati pada proses pengujian ini yaiu keseragaman penjatahan benih per
lubang tanam, kapasitas penyemaian, dan kemunculan tanaman selada
(perkecambahan).
19
Keseragaman Penjatahan Benih Selada.
Pengujian keseragaman penjatahan benih dilakukan oleh 10 orang dengan
masing-masing melakukan 3 kali ulangan dengan melakukan penyemaian
menggunakan alat dan tanpa alat (manual) agar dapat mengetahui perbandingan
hasil dari keduanya secara kuantitatif. Selain perbandingan penggunaan alat dan
tanpa alat, dilihat juga pengaruh gender terhadap penjatahan benih dari penyemaian
yang dilakukan. Hasil penjatahan penyemaian dengan menggunakan alat dan tanpa
alat di tampilkan pada Gambar 13, sementara data secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 5.
(a)
(b)
(c)
Gambar 13 Persentase penjatahan benih selada terhadap kinerja alat dengan tipe
layer yaitu: (a) benih terjatah 1; (b) benih terjatah lebih dari 1; dan (c)
benih terjatah 0
20
Keseragaman benih hasil dari penyemaian dapat terlihat dari persentase
penjatahan 1 benih/lubang, dimana penggunaan alat semai lebih seragam
dibandingkan tanpa menggunakan alat semai. Rata-rata penjatahan 1 benih/lubang
menggunakan alat mencapai 96.72 % sementara tanpa menggunakan alat hanya
87.83 %. Berdasarkan hasil dari pengujian, pengaruh gender terhadap penyemaian
dapat terlihat pada Gambar 13a dimana grafik mengalami kenaikan nilai persentase
yang disebabkan pengerjaan penyemaian diperlukan ketelitian dan kesabaran yang
tinggi. Pengerjaan yang memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi maka
produktivitas perempuan lebih baik dibanding laki-laki (Mahendra 2014). Rata-rata
penjatahan 1 benih/lubang pada penyemaian menggunaan alat yang dilakukan
perempuan sebesar 97.57 % dan laki-laki sebesar 95.85 %.
Penjatahan 1 benih/lubang tidak mencapai 100% dan benih terjatah lebih
dari 1 per lubang saat penyemaian banyak disebabkan faktor penguji, baik
penyemaian menggunakan alat semai maupun tanpa alat semai. Pengunji baru
pertama kali melakukan penyemaian, sehingga saat pengambilan data pada
pengulangan pertama, kedua dan ketiga mengalami kenaikan. Selain itu pengaruh
benih terjatah lebih dari 1 saat penyemaian menggunakan alat disebabkan tempat
pemberhentian hopper yang terlalu dekat dengan lubang layer 1. Dengan gerak
hopper yang licin dan tidak ada pengunci, maka benih mudah masuk ke dalam
rockwool saat kedua layer dalam keadaan sejajar.
Sementara itu penjatahan benih dengan alat semai masih terdapat 0.74 %
benih yang tidak mengisi lubang penjatahan (0 benih). Penjatahan kosong dengan
menggunakan alat semai dikarenakan benih yang masuk kedalam rockwool adalah
benih yang tidak utuh atau rusak. Penyebab benih rusak atau tidak utuh dikarenakan
gesekan benih pada hopper dan layer saat penjatahan. Namun meskipun begitu
kinerja layer penjatah pada alat semai dapat dikatakan berhasil karena mampu
melakukan penjatahan 1 benih/lubang sebesar 96.72 %. Hasil penjatahan benih
dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Hasil penjatahan benih selada dengan alat
21
Kapasitas Penyemaian Benih Selada
Pengujian kapasitas kerja yang dilakukan dengan 10 orang dengan masingmasing orang melakukan 3 kali pengulangan. Pengukuran kapasitas penyemaian
menggunakan alat yang diukur dibanding dengan penyemaian tanpa menggunakan
alat dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Hasil pengukuran waktu penyemaian benih pada satu tray
Pada pengamatan kapasitas lapang rata-rata waktu (t) penyemaian satu tray
dengan alat sebesar 1.04 menit atau 0.017 jam, sementara penyemaian tanpa
menggunakan alat mempunyai rata-rata waktu sebesar 4.11 menit atau 0.069 jam.
Rata-rata waktu pengerjaan dalam satu kali penyemaian menggunakan alat semai
lebih baik dibandingkan tanpa alat semai. Sehingga dengan persamaan (5) dapat
dihitung kapasitas kerja penyemaian menggunakan alat semai sebesar 57.80
tray/jam, sementara kapasitas kerja penyemaian tanpa menggunakan alat semai
sebesar 14.49 tray/jam. Jika dalam sehari banyaknya tray yang disemai adalah 200
tray dengan 5 orang penyemai maka pekerjaan akan selesai dengan waktu 0.68 jam
dengan menggunakan alat semai dan 2.75 jam tanpa menggunakan alat semai
Berdasarkan perbandingan tersebut kinerja penyemaian menggunakan alat
dapat meningkatkan kapasitas penyemaian hingga 4 kali lipat dibandingkan tanpa
menggunakan alat. Pada saat pengujian alat semai, penguji baru pertama kali
melakukan penyemaian, sehingga pada pengujian pertama, kedua, dan ketiga
mengalami kenaikan waktu pengerjaan, jika alat semai semakin terbiasa
dioperasikan maka semakin mudah untuk dioperasikan dan semakin efesien waktu
penyemaiannya. Hal ini dapat dilihat juga dari standar deviasi pada Lampiran 4.
Penggunaan alat semai dapat lebih baik walaupun penguji baru pertama kali,
sehingga dapat dikatakan penyemaian menggunakan alat tidak memerlukan
keahlian khusus seperti penyemaian manual.
Pengaruh gender terhadap kapasitas alat tidak terlalu berpengaruh
signifikan. Kapasitas kerja penyemaian dengan alat semai yang dilakukan
perempuan sebesar 59.52 tray/jam, sedangkan kapasitas kerja penyemaian
menggunakan alat yang dilakukan laki-laki sebesar 58.82 tray/jam. Sehingga dapat
dikatakan pengoperasian alat semai dapat dilakukan dengan mudah baik dilakukan
laki-laki maupun perempuan, dapat terlihat dari kapasitas kerja yang dilakukan
tidak begitu jauh berbeda yaitu sebesar 0.7 tray/jam. Hal ini disebabkan alat semai
sangat mudah dioperasikan dan tidak mempunyai beban yang berat saat
penyemaian dilakukan.
22
Hasil Perkecambahan
Salah satu parameter yang juga sangat penting untuk diamati sebagai
kualitas penyemaian adalah persentase perkecambahan benih. Persentase
perkecambahan tanaman salada dilakukan berdasarkan data pengujian penjatahan
benih yang sudah disemai ke dalam rockwool dengan benih selada varietas
lollorosa. Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 setelah tanam dan dilakukan
pengamatan kembali pada hari ke-7 setelah tanam. Data kemunculan tanaman
selada dapat dilihat di Lampiran 6. Tanaman pada tahap perkecambahan tetap
diberikan air beserta nutrisi AB mix agar tanaman tetap mendapatkan asupan nutrisi
dan kelembaban yang cukup pada media tanam rockwool. Pada hari pertama dan
kedua setelah tanam, benih berbentuk pill mulai pecah dengan ditandai muculnya
hipokotil dan epikotil (calon batang). Pada tahap ini perkecambahan masih belum
seragam, sehingga belum bisa diambil data dari hasil penyemaian. Hari ke-3 setelah
tanam pertumbuhan hasil penyemaian mulai terlihat batang dan daun. Persentase
perkecambahan tanaman pada 3 HST dengan penyemaian menggunakan alat semai
sebesar 90.37 % sementara hasil penyemaian tanpa alat semai perkecambahannya
sebesar 89.47 %. Kemunculan benih pada 3 HST dapat dilihat pada Gambar 16.
Kemudian pada hari berikutnya tanaman hanya diberi pelakuan pemberian air dan
nutrisi AB mix hingga hari ke-7 setelah tanam. Persentase perkecambahan 7 HST
dengan menggunakan alat sebesar 95.19 % dan perkecambahan secara manual yaitu
93.92 %. Kemunculan benih pada hari ke-7 setelah tanam terlihat lebih seragam
dan daun-daun pada batang yang muncul lebih 2 helai. Hasil kecambah 7 HST dapat
dilhat pada Gambar 16.
Benih tanaman selada pada 3 HST yang belum terlihat tumbuh, mengalami
peningkatan pada 7 HST terlihat dari nilai persentase kecambah menggunakan alat
naik 1.08 %. Akan tetapi ada beberapa tanaman yang tidak tumbuh hingga 7 HST
yang diakibatkan faktor dari kualitas benih itu sendiri. Persentase yang tidak
tumbuh hingga 7 HST adalah sebesar 4.81 % . Selain itu ada beberapa tanaman
yang tidak normal yang dikarenakan tanaman mempunyai batang yang panjang
yang mengakibatkan tumbuh tidak tegak. Hal ini disebabkan kedalaman benih yang
berada pada rockwool sangat dekat dengan permukaan dan kurangnya asupan
cahaya yang diterima oleh tanaman.
Gambar 16 Pertumbuhan selada pada 3 HST (kiri) dan 7 HST (kanan)
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Alat semai benih selada dengan media tanam rockwool telah berhasil dibuat
dan diuji coba. Hasil pengujian penjatahan benih menyatakan bahwa penjatahan
benih mencapai tingkat keseragaman 96.72 % dengan jumlah benih 1 benih per
lubang tanam. Dari segi kapasitas, alat ini dapat meningkatkan kapasitas kerja
penyemaian hingga 4 kali lipat dibandingkan penyemaian tanpa menggunakan alat
semai yaitu 57.80 tray/jam dan dalam penyemaian 200 tray/hari dikerjakan oleh 5
orang penyemai akan selesai 0.68 jam. Persentase perkecambahan hasil dari
penyemaian menggunakan alat semai mencapai 95.19 % pada hari ke-7 setelah
tanam, sementara itu 4.81 % yang tidak tumbuh diakibatkan oleh tidak adanya
benih pada lubang tanam atau memang kualitas benih yang tidak bagus. Secara
menyeluruh alat semai dapat berhasil dioperasikan dengan mudah dan baik oleh
laki-laki maupun perempuan.
Saran
1.
2.
3.
4.
5.
Kapasitas alat ini masih dapat ditingkatkan yaitu dengan menambah lubang
tanam agar lebih banyak dalam sekali semai.
Penambahan pengunci hopper pada saat berhenti agar benih tidak jatuh ke
lubang penjatahan dan masuk ke rockwool.
Proses manufaktur harus benar-benar presisi antara lubang penjatah agar
tidak terjadi gesekan berlebih yang dapat membuat benih hancur.
Diharapkan media tanam yang digunakan tidak hanya terbatas pada satu jenis
media tanam saja.
Perlu dilakukan uji coba menggunakan berbagai benih sayuran lain agar nilai
tambah dari alat semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes DS. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Alih fungsi lahan pertanian Jawa Barat tahun
2014.
Bewley, J.D, and Black M. 1985. Seed Physiology of Development and
Germination. America (US): Plenum Press. 367 p
Copeland LO. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis (US):
Burgess Publ.
Fahrudin F. 2009. Budidaya caisim (Brassica Juncea L.) menggunakan ekstrak teh
dan pupuk kascing. Jurnal Pertanian. 5(2):8-14.
Haryanto ET, Suhartini E, Rahayu H, Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya. hlm 112.
24
Hartus T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Kementrian Perdagangan RI. 2011. Ekspor komoditas sayuran Indonesia tahnun
2011.
Mahendra AD. 2014. Analisis pengaruh pendidikan, upah, jenis kelamin, usia dan
pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja. [skripsi]. Semarang.
Universitas Diponogoro.
Nonnecke IL. 1989. Vegetabels Production. New York (US): Van Nostrand
Feinhold. 657 p.
Pawar E. 2016. A Review Article on Acrylic PMMA. IOSR Journal of Mechanical
and Civil Engineering (IOSR-JMCE). 13(2):1-4
Precaya. 2007. Bertanan Sayuran Organik di Kebut, Pot dan Polybag. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Qodir A, Widajati E, Suharni TK, Murniati E, Palupi ER. 2012. Dasar Ilmu dan
Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.
Resh HM. 1998. Hydroponic Food Production. Santa Barbara (US): Woodbridge
Press Publ. 527 p.
Roidah IS. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Pertanian. 1(2):44-45.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principles, production, and
nutritive values. Maryland (US): Aspen Publishers. 843 p.
Setyoadji D. 2015. Asik Bercocok Tanam Hidroponik Cara Sehat Menikmati
Sayuran dan Buah Berkualitas. Yogyakarta (ID). Araska.
Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah.
Bogor (ID): IPB Press.
Susila AD, Koerniawati Y. 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada
pertumbuhan dan hasil tanaman selada dalam teknologi hidroponik sistem
terapung. Bul. Agron. 32(2):16-21.
25
Lampiran 1 Data pengukuran diameter benih selada
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Diameter (mm)
3.19
3.34
3.26
3.29
3.43
3.34
3.38
3.24
3.32
3.39
3.14
3.25
3.23
3.30
3.23
3.24
3.53
3.31
3.20
3.28
3.18
3.26
3.10
2.46
3.30
3.28
No
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
Simpangan baku
Diameter (mm)
2.40
3.41
3.45
3.34
3.46
3.24
3.41
3.37
3.31
3.37
3.41
3.34
3.44
3.45
3.41
3.31
3.46
3.24
3.38
3.41
3.30
3.38
3.33
3,32
3.33
0.091
26
Lampiran 2 Data pengukuran massa benih dan massa jenis benih selada
1. Massa benih selada
Ulangan
Massa benih (g)
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
1
10
1
Rata-rata
1
Simpangan Baku
0.0
Jumlah benih
36
38
37
36
35
35
38
35
35
37
36.20
1.16
Massa 1 benih (g)
0.028
0.026
0.027
0.028
0.029
0.029
0.026
0.029
0.029
0.027
0.028
0.001
2 Massa jenis benih selada
Ulangan
Volume (π‘π‘š3 )
Massa benih (g)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
Simpangan Baku
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
0.0
32
33
33
31
33
32
33
32
33
33
32.50
0.67
Massa Jenis
(g/π‘π‘š3 )
0.89
0.92
0.92
0.86
0.92
0.89
0.92
0.89
0.92
0.92
0.90
0.02
27
Lampiran 3 Data pengukuran sudut curah benih selada
ulangan
Tinggi curah (mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
Simpangan Baku
10.21
8.86
8.75
10.94
11.14
9.32
10.25
11.29
9.43
9.43
9.96
0.89
Diameter curah
(mm)
14.2
15.3
14.6
14.5
14.9
15.1
15.1
14.5
12.2
14.6
14.47
0.88
Sudut curah (°)
35.75
30.11
30.96
36.86
36.86
31.79
34.21
37.95
38.31
33.02
34.58
2.84
28
Lampiran 4 Data pengukuran waktu dan keseragaman penyemaian menggunakan
alat semai dan tanpa alat semai
1. Data pengukuran menggunakan alat semai
Penjatahan benih
Waktu
Orang Ulangan
(menit)
0
1
2
1
1
1.35
1
58
2
2
1.21
2
58
3
3
0.59
0
63
0
2
1
1.27
1
60
1
2
1.09
0
62
0
3
1.00
0
61
0
3
1
1.03
1
60
2
2
1.05
0
60
3
3
1.00
0
62
0
4
1
1.28
2
60
1
2
1.00
0
63
0
3
0.59
1
59
1
5
1
1.20
2
58
2
2
1.18
1
61
0
3
1.22
0
61
2
6
1
1.15
0
63
0
2
1.09
0
62
1
3
0.57
1
62
0
7
1
1.08
0
60
2
2
1.02
0
63
0
3
1.00
0
62
0
8
1
1.20
0
61
0
2
1.12
0
62
1
3
0.59
1
61
1
9
1
1.18
0
62
1
2
1.20
0
60
2
3
0.58
0
61
2
10
1
1.19
0
61
0
2
1.18
1
61
1
3
0.56
0
61
1
Rata-rata
1.04
0.47
60.93
0.97
Simpangan Baku
0.25
0.67
1.41
0.95
>2
2
0
0
1
1
2
0
0
1
0
0
2
1
1
0
0
0
0
1
0
1
2
0
0
0
1
0
2
0
1
0.63
0.75
Total
Lubang
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.0
29
2. Data pengukuan tanpa menggunakan alat semai
Penjatahan benih
Waktu
Orang Ulangan
(menit)
0
1
2
1
1
4.49
0
50
8
2
4.25
0
54
5
3
4.28
0
55
7
2
1
6.30
0
53
5
2
4.26
0
53
6
3
3.58
0
56
4
3
1
6.00
0
55
6
2
3.46
0
55
6
3
4.20
0
56
5
4
1
4.53
0
53
6
2
3.45
0
54
6
3
3.17
0
57
1
5
1
4.26
0
54
5
2
3.34
0
55
4
3
2.56
0
56
5
6
1
5.22
0
54
5
2
3.52
0
57
4
3
3.10
0
58
3
7
1
5.46
0
54
6
2
3.60
0
57
3
3
3.25
0
58
3
8
1
5.48
0
54
6
2
3.60
0
57
4
3
3.00
0
59
2
9
1
6.02
0
55
5
2
3.48
0
58
2
3
2.51
0
58
3
10
1
5.13
0
55
6
2
3.56
0
55
5
3
4.29
0
57
3
Rata-rata
4.11
0.00
55.33
4.63
Simpangan Baku
1.01
0.00
2.08
1.06
>2
5
4
1
5
4
3
4
2
2
4
3
5
4
4
2
4
2
2
3
3
2
3
2
2
4
3
1
2
3
3
3.03
1.12
Total
Lubang
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.0
30
Lampiran 5 Data pengukuran waktu dan persentase keseragaman penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa alat semai
1. Data persentase menggunakan alat semai
Persentase penjatahan benih (%)
Waktu
Orang Ulangan
(menit)
0
1
2
>2
1
1
1.35
1.59
92.06
3.17
3.17
2
1.21
3.17
92.06
4.76
0.00
3
0.59
0.00
100.0
0.00
0.00
2
1
1.27
1.59
95.24
1.59
1.59
2
1.09
0.00
98.41
0.00
1.59
3
1.00
0.00
96.83
0.00
3.17
3
1
1.03
1.59
95.24
3.17
0.00
2
1.05
0.00
95.24
4.76
0.00
3
1.00
0.00
98.41
0.00
1.59
4
1
1.28
3.17
95.24
1.59
0.00
2
1.00
0.00
100.0
0,00
0.00
3
0.59
1.59
93.65
1.59
3.17
5
1
1.20
3.14
92.06
3.17
1.59
2
1.18
1.59
96.83
0.00
1.59
3
1.22
0.00
96.83
3.17
0.00
6
1
1.15
0.00
100.0
0.00
0.00
2
1.09
0.00
98.41
1.59
0.00
3
0.57
1.59
98.41
0.00
0.00
7
1
1.08
0.00
95.24
3.17
1.59
2
1.02
0.00
100.0
0.00
0.00
3
1.00
0.00
98.41
0.00
1.59
8
1
1.20
0.00
96.83
0.00
3.17
2
1.12
0.00
98.41
1.59
0.00
3
0.59
1.59
96.83
1.59
0.00
9
1
1.18
0.00
98.41
1.59
0.00
2
1.20
0.00
95.24
3.17
1.59
3
0.58
0.00
96.83
3.17
0.00
10
1
1.19
0.00
96.83
0.00
3.17
2
1.18
1.59
96.83
1.59
0.00
3
0.56
0.00
96.83
1.59
1.59
Rata-rata
1.04
0.74
96.72
1.53
1.01
Simpangan Baku
0.25
1.06
2.24
1.50
1.19
Total
(%)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
0.00
31
2. Data persentase tanpa menggunakan alat
Persentase penjatahan benih (%)
Waktu
Orang Ulangan
(menit)
0
1
2
>2
1
1
4.49
0
79.37
12.70
7.94
2
4.25
0
85.71
7.94
6.35
3
4.28
0
87.30
11.11
1.59
2
1
6.30
0
84.13
7.94
7.94
2
4.26
0
84.13
9.52
6.35
3
3.58
0
88.89
6.35
4.76
3
1
6.00
0
84.13
9.52
6.35
2
3.46
0
87.30
9.52
3.17
3
4.20
0
88.89
7.94
3.17
4
1
4.53
0
84.13
9.52
6.35
2
3.45
0
85.71
9.52
4.76
3
3.17
0
90.48
1.59
7.94
5
1
4.26
0
85.71
7.94
6.35
2
3.34
0
87.30
6.35
6.35
3
2.56
0
88.89
7.94
3.17
6
1
5.22
0
85.71
7.94
6.35
2
3.52
0
90.48
6.35
3.17
3
3.10
0
92.06
4.76
3.17
7
1
5.46
0
85.71
9.25
4.76
2
3.60
0
90.48
4.76
4.76
3
3.25
0
92.06
4.76
3.17
8
1
5.48
0
85.71
9.52
4.74
2
3.60
0
90.58
6.35
3.17
3
3.00
0
93.65
3.17
3.17
9
1
6.02
0
85.71
7.94
6.35
2
3.48
0
92.06
3.17
4.76
3
2.51
0
93.65
4.76
3.17
10
1
5.13
0
87.30
9.52
4.76
2
3.56
0
87.30
7.94
4.76
3
4.29
0
90.48
5.76
4.76
Rata-rata
4.11
0.00
87.83
7.35
4.81
Simpangan Baku
1.01
0.00
3.26
2.51
1.76
Total
(%)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
0.0
32
Lampiran 6 Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 3 HST
1. Data kecambah menggunakan alat semai
Tumbuh kecambah
Orang
Tray
Persentase
Jumlah
(%)
1
1
53
84.13
2
59
93.64
3
50
79.37
2
1
50
79.37
2
51
80.95
3
53
85.71
3
1
55
87.30
2
57
90.48
3
61
96.83
4
1
55
87.30
2
58
92.06
3
60
95.24
5
1
57
90.48
2
60
95.24
3
58
92.06
6
1
61
96.83
2
59
93.65
3
58
92.06
7
1
58
92.06
2
58
92.06
3
61
96.83
8
1
59
93.65
2
57
90.48
3
56
88.89
9
1
53
82.54
2
58
92.06
3
59
93.65
10
1
58
92.06
2
56
88.89
3
60
95.24
Rata-rata
56.93
90.34
Simpangan baku
3.12
4.95
Tidak tumbuh
Persentase
Jumlah
(%)
10
15.87
4
6.35
13
20.63
13
20.63
12
19.05
9
14.29
8
12.70
6
9.52
2
3.17
8
12.70
5
7.94
3
4.76
6
9.25
3
4.76
5
7.94
2
3.17
4
6.35
5
7.94
5
7.94
5
7.94
2
3.17
4
6.35
6
9.52
7
11.11
11
17.46
5
7.94
4
6.35
5
7.94
7
11.11
3
4.76
6.07
9.63
3.12
4.95
Total
lubang
per tray
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.00
33
2. Data kecambah tanpa menggunakan alat semai
Tumbuh kecambah
Tidak tumbuh
Orang
Tray
Persentase
Persentase
Jumlah
Jumlah
(%)
(%)
1
1
53
84.13
10
15.87
2
55
87.30
8
12.70
3
57
90.48
6
9.52
2
1
51
80.95
12
19.05
2
52
82.54
11
17.46
3
55
87.30
8
12.70
3
1
60
95.24
3
4.76
2
56
88.89
7
11.11
3
55
87.30
8
12.70
4
1
59
93.65
4
6.35
2
51
80.95
12
19.05
3
58
92.06
5
7.94
5
1
56
88.89
7
11.11
2
54
85.71
9
14.29
3
54
85.71
9
14.29
6
1
59
93.65
4
6.35
2
58
92.06
5
7.94
3
59
93.65
4
6.35
7
1
60
95.24
3
4.76
2
60
95.24
3
4.76
3
61
96.83
2
3.17
8
1
57
90.48
6
9.52
2
56
88.89
7
11.11
3
55
87.30
8
12.70
9
1
59
93.65
4
6.35
2
58
92.06
5
7.94
3
58
92.06
5
7.94
10
1
57
90.48
6
9.52
2
55
87.30
8
12.70
3
53
84.13
10
15.87
Rata-rata
56.37
89.47
6.63
10.53
Simpangan baku
2.71
4.31
2.71
4.31
Total
lubang
per tray
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.00
34
Lampiran 7 Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian
menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 7 HST
1. Data kecambah menggunakan alat semai
Tumbuh kecambah
Orang
Tray
Persentase
Jumlah
(%)
1
1
55
87.30
2
60
95.24
3
58
92.06
2
1
54
85.71
2
57
90.48
3
57
90.48
3
1
56
88.89
2
59
93.65
3
61
96.83
4
1
61
96.83
2
63
100.0
3
61
96.83
5
1
60
95.24
2
60
95.24
3
61
96.83
6
1
62
98.41
2
60
95.24
3
60
95.24
7
1
62
98.41
2
59
93.65
3
62
98.41
8
1
63
100.0
2
60
95.24
3
61
96.83
9
1
62
98.41
2
61
96.83
3
60
95.24
10
1
61
96.83
2
61
96.83
3
62
98.41
Rata-rata
59.97
95.19
Simpangan baku
2.21
3.51
Tidak tumbuh
Persentase
Jumlah
(%)
8
12.70
3
4.76
5
7.94
9
14.29
6
9.52
6
9.52
7
11.11
4
6.35
2
3.17
2
3.17
0
0.00
2
3.17
3
4.76
3
4.76
2
3.17
1
1.59
3
4.76
3
4.76
1
1.59
4
6.35
1
1.59
0
0.00
3
4.76
2
3.17
1
1.59
2
3.17
3
4.76
2
3.17
2
3.17
1
1.59
3.03
4.81
2.21
3.51
Total
lubang
per tray
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.00
35
2. Data kecambah tanpa menggunakan alat semai
Tumbuh kecambah
Tidak tumbuh
Orang
Tray
Persentase
Persentase
Jumlah
Jumlah
(%)
(%)
1
1
56
88.89
7
11.11
2
58
92.06
5
7.94
3
61
96.83
2
3.17
2
1
56
88.89
7
11.11
2
57
90.48
6
9.25
3
60
95.24
3
4.76
3
1
61
96.83
2
3.17
2
58
92.06
5
7.94
3
58
92.06
5
7.94
4
1
61
96.83
2
3.17
2
56
88.89
7
11.11
3
60
95.24
3
4.76
5
1
56
88.89
7
11.11
2
57
90.48
6
9.52
3
59
93.65
4
6.35
6
1
62
98.41
1
1.59
2
62
98.41
1
1.59
3
63
100.0
0
0.00
7
1
62
98.41
1
1.59
2
61
96.82
2
3.17
3
62
98.41
1
1.59
8
1
60
95.24
3
4.76
2
56
88.89
7
11.11
3
57
90.48
6
9.52
9
1
60
100.0
3
4.76
2
63
95.24
0
0.00
3
59
93.65
4
6.35
10
1
59
93.65
4
6.35
2
57
90.48
6
9.52
3
58
92.06
5
7.94
Rata-rata
59.17
93.92
3.83
6.08
Simpangan baku
2.25
3.57
2.25
3.57
Total
lubang
per tray
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
63
0.00
36
Lampiran 8 Gambar teknik alat semai
37
38
39
40
RIWAYAT HIDUP
Nandrianto Suparno, lahir pada tanggal 10 Mei 1994 di Indramayu,
dari Ayah Suparno dan Ibu Wasni yang merupakan anak pertama dari
3 bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA)
pada tahun 2012 di SMAN 2 Indramayu, Kab. Indramayu. Kemudia
melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor pada tahun yang
sama melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) pada tahun 2012 dengan mengambil Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama
masa studinya penulis juga aktif dalam mengikuti beberapa
organisasi kemahasiswaan diantaranya pada tahun 2012 sebagai ketua komisi 2 DPM TPB,
pada tahun 2013 menjadi ketua Komisi 2 DPM Fateta, dan pada tahun 2014 staf media
LDF Fateta. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan masa perkenalan
kampus mahasiswa baru IPB (MPKMB 50) sebagai ketua divisi publikasi, dekorasi dan
dokumentasi, dan katua acara panitia pemilihan raya IPB 2015. Selain itu penulis juga aktif
sebagai asisten praktikum mata kuliah pendidikan agama Islam pada tahun 2015. Penulis
juga sempat melaksanakan praktik lapang di PT Momenta Agrikultur (amazing farm) di
Lembang Bandung Barat, Jawa Barat pada pertengahan tahun 2015.
Download