DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT SEMAI BENIH SELADA UNTUK SISTEM HIDROPONIK NANDRIANTO SUPARNO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain dan Uji Kinerja Alat Semai Benih Selada untuk Sistem Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Maret 2018 Nandrianto Suparno NIM F14120042 ABSTRAK NANDRIANTO SUPARNO. Desain dan Uji Kinerja Alat Semai Benih Selada untuk Sistem Hidroponik. Dibimbing oleh HERRY SUHARDIYANTO dan SLAMET WIDODO. Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman dalam proses budidaya. Tahap penyemaian dalam budidaya hidroponik pada umumnya masih dilakukan secara manual dengan memasukan benih satu per satu ke media tanam. Pekerjaan tersebut sangat membutuhkan waktu yang lama dan keahlian khusus, oleh karena itu perlu inovasi dalam tahap penyemaian dengan penggunaan alat semai. pembuatan alat semai diperlukan karena masyarakat membutuhkan alat yang terjangkau dan sederhana dalam pengoperasiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kinerja dari penyemaian dengan alat semai dan tanpa alat semai. Tahapan penelitian terdiri atas pembuatan desain alat, pabrikasi prototipe alat dan pengujian alat. Kapasitas penyemaian menggunaan alat lebih baik 4 kali dibandingankan dengan tanpa alat. Sementara tingkat keseragaman penjatahan benih menggunakan alat semai mencapai 96.72 % dan tanpa alat semai mencapai 87.83 %. Perkecambahan tanaman selada hasil dari penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 3 HST adalah sebesar 90.37 % dan 89.47 %, dan 7 HST adalah sebesar 95.19 % dan 93.92 %. Berdasarkan uji kinerja penyemaian, penggunaan alat semai lebih baik dibandingkan tanpa alat semai dan alat semai dapat dioperasikan dengan mudah baik dilakukan laki-laki maupun perempuan. Kata kunci : penyemaian, alat semai, rockwool, benih selada, hidroponik ABSTRACT NANDRIANTO SUPARNO. Design and Performance Test of Lettuce Seeder for Hydroponics Systems. Supervised by HERRY SUHARDIYANTO and SLAMET WIDODO. Seeding is the first stage that determines the growth of plants in the cultivation process. Seeding phase in hydroponic cultivation is generally still done manually by inserting seeds one by one to the planting medium. The job requires a lot of time and special skill, therefore the innovation of seeding process by using of seeder is needed. seeder prototype making is definitely needed because farming communitiy needs a seeder design that is accesseble and simple to use. This study was conducted to determine the comparison of seeding performance between using seeder and without using seeder. The research stages consist of tool designing, prototype manufacturing and tool testing. The seeding capacity using tool is better 4 times compared to without using tool. Meanwhile, the seed uniformity rate using tool is 96.72% and without using tool is 87.83%. Growth of lettuce crop from seeding process using seeding tool and without tool in 3 HST are 90.37% and 89.47%, and 7 HST are 95.19% and 93.92%. Based on the seeding performance test, the use of seeder is better than without seeder, and can be simple to use by both men and women. Keyword : seeding, seeder, rockwool, lettuce, hydroponics DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT SEMAI BENIH SELADA UNTUK SISTEM HIDROPONIK NANDRIANTO SUPARNO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penilitian yang dilaksanakan sejak bulan September ini adalah pembuatan alat dan mesin pertanian dengan judul Desain dan Uji Kinerja Alat Semai Benih Selada untuk Sistem Hidroponik.Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc dan Dr Slamet Widodo STP MSc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Terimakasih juga kepada Dr Agus Ghautsum Niam STP MSc selaku penguji ujian akhir. 2. Orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan moril maupun material. 3. Setaf dan laboran Teknik mesin dan Biosistem yang telah memberikan bantuan dan pelayanan terbaik. 4. Teman-teman seperjuangan di lapang dan bimbingan: edo, ardan, fiqih, adnan dan ka weni. 5. Rekan-rekan TMB 49 dan IKADA yang tidak dapat disebutkan satu per satu, telah membantu dan memberi semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan memerikan kontribusi nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang teknik biosistem. Bogor, Maret 2018 Nandrianto Suparno DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Tahapan Penelitian Metode Pengujian Kinerja Alat ANALISIS DESAIN Kriteria Desain Analisis Rancangan Fungsional Analisis Rancangan Struktural HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Prototipe Alat Semai Benih Selada Kinerja Protoripe Alat Semai Benih Selada PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi vi vi 1 1 2 2 2 3 3 7 7 7 8 9 12 12 12 14 16 16 18 23 23 23 24 25 DAFTAR TABEL 1 Fungsi komponen-komponen alat 13 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Beberapa varietas tanaman selada: (a) Selada kriting, (b) Lollorosa, dan (c) Romaine. Bahan penguji prototipe (kiri) benih selada (kanan) rockwool Diagram alir penelitian Sketsa pengukuran sudut curah benih Rangka utama alat semai Unit penjatahan benih Unit pipa penyalur benih Konstruksi prototipe alat penyemai benih selada Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) kerangka utama Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) layer 1 Rancangan hopper Prototipe hopper Persentase penjatahan benih selada terhadap kinerja alat dengan tipe layer yaitu : (a) benih terjatah 1; (b) benih terjatah lebih dari 1; dan (c) benih terjatah 0 Hasil penjatahan benih selada dengan alat Hasil pengukuran waktu penyemaian benih pada satu tray Hasil pertumbuhan kecambah pada 3 HST (kiri) dan 7 HST (kanan) 5 7 8 10 14 15 16 16 17 17 18 18 19 20 21 22 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Data pengukuran diameter benih selada Data pengukuran massa benih dan massa jenis benih selada Data pengukuran sudut curah benih selada Data pengukuran jarak tanam dan kedalaman benih Data pengukuran waktu dan keseragaman penyemaian menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat Data pengukuran waktu dan persentase keseragaman penyemaian menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat 3 HST Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat 7 HST Gambar teknik alat semai 25 26 27 28 29 31 33 35 36 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran adalah salah satu jenis makanan yang penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gizi. Salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai gizi yang tinggi adalah selada, karena banyak mengandung vitamin dan mineral untuk tubuh manusia. Tanaman selada sudah dikenal baik dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selada mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek klimatologi, aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek bisnis, selada sangat layak diusahakan guna memenuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar (Hartoyo et al. 2003). Selada disajikan sebagai sayuran penyegar dan sehat, karena daun selada mempunyai kandungan vitamin yaitu: vitamin A, vitamin B, vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh (Pracaya 2007). Ekspor komoditas sayuran Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu dari senilai US$ 47 000 000 pada tahun 2007, menjadi US$ 52 300 000 pada tahun 2008 dan mencapai nilai US$ 74 200 000 pada tahun 2009 (Kementrian Perdagangan RI 2011). Namun demikian, peningkatan areal budidaya sayuran terkendala oleh alih fungsi lahan pertanian. Banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan kawasan industri menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2014, data menunjukkan alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Pulau Jawa setiap tahunnya mencapai seluas 27 ribu hektar. Sementara secara nasional konversi lahan pertanian mencapai 100-110 ribu hektar per tahun. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode budidaya tanaman sayuran yang sesuai untuk menghasilkan produksi yang optimal, selain untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang tinggi untuk menjaga kontinuitas produksi. Salah satu metode mengatasi permasalahan dalam kondisi lahan pertanian yang semakin sempit tersebut adalah budidaya tanaman secara hidroponik. Hidroponik dari asal kata hydro yaitu air dan ponos yaitu kerja. Hidroponik dapat diartikan sebagai teknik budidaya dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah. Salah satu keuntungan budidaya secara hidroponik adalah lebih mudah dalam pemberian nutrisi sehingga lebih efisien (Setyosdji 2015). Fungsi tanah dapat digantikan dengan media-media lain yang memiliki kemampuan untuk menyalurkan atau menyerap air. Media-media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman secara hidroponik antara lain adalah pasir, kerikil, pecahan batubata, arang sekam, rockwool, dan sebagainya. Syarat media tanam hidroponik adalah dapat dijadikan tempat berpijakan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, dan tidak mudah lapuk (Agoes 1994). Teknologi hidroponik sangat banyak dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen pada waktu yang lebih sesuai rencana (Suhardiyanto 2009). Budidaya tanaman secara hidroponik meliputi beberapa tahap yaitu tahap penyemaian, tahap produksi, tahap pemanenan, tahap pengemasan dan tahap distribusi. Tahap penyemaian (nursery) adalah kegiatan menyemai benih dan memeliharanya menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan persemaian 2 dalam budidaya adalah tahap awal yang sangat menentukan hasil produksi, sehingga diperlukan pelakuan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penanaman benih di lapangan dapat dilakukan secara langsung permanen (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti mula-mula dimana tanaman muda ditanam dan dapat dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum ditanam secara permanen. Tahap panyemaian benih pada budidaya sayuran secara hidroponik di Indonesia pada umumnya masih dilakukan secara konvensional baik dalam perusahaan kecil maupun besar. Penyemaian tersebut sangat banyak membutuhkan keahlian khusus dan waktu yang panjang. Penyemaian konvensional dilakukan secara manual dengan memasukkan satu persatu benih ke dalam media tanam menggunakan pinset. Karyawan dalam sehari melakukan persemaian sebanyak 100-200 tray yang dikerjakan 4-5 karyawan oleh sebuah perusahan. Oleh karena itu tahap persemaian perlu inovasi untuk memudahkan penyemaian benih ke dalam media tanam. Penggunaan alat semai diharapkan dapat memberikan inovasi agar penyemaian yang dilakukan semakin mudah untuk sistem hidroponik. Perumusan Masalah Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman dalam proses budidaya. Tahap penyemaian dalam budidaya hidroponik pada umumnya masih dilakukan secara manual. Penyemaian secara manual dilakukan dengan memasukkan benih satu persatu ke dalam media tanam. Penyemaian tersebut membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama. Semakin banyak tenaga kerja dan waktu kerja yang lama mengakibatkan biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar. Penggunaan alat semai dapat membantu meningkatkan kinerja penyemaian per orang secara nyata. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan alat semai untuk memasukkan benih tanaman selada ke dalam media tanam rockwool. Tujuan Penelitian 1. 2. 3. Penelitian ini bertujuan untuk: Mendesain alat semai benih selada ke dalam media tanam rockwool untuk meningkatkan kapasitas kerja per orang pada sistem budidaya hidroponik. Melakukan pengujian alat semai benih selada yang telah dibuat dan membandingkannya dengan penyemaian secara manual Mengetahui perbandingan hasil perkecambahan dari penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa menggunakan alat semai Ruang Lingkup Ruang lingkupnya penelitian ini berada di antara beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang dibahas yaitu: 1. Kapasitas penyemaian adalah jumlah lubang benih selada yang dibuat pada alat semai. 2. Keseragaman penyemaian adalah banyaknya benih masuk ke dalam rockwool dalam setiap kali semai. 3 3. Kinerja alat semai digambarkan dengan perbandingan waktu penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa menggunakan alat semai. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah terciptanya alat semai benih salada ke dalam media tanam rockwool. Alat semai ini dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan budidaya hidroponik atau orang-orang pencinta budidaya hidroponik. Diharapkan dengan adanya alat ini lebih memudahkan dan meningkatkan efektivitas dalam melakukan penyemaian. TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Hidroponik berasal dari kata bahasa Latin yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Budidaya hidroponik merupakan teknologi modern dalam bidang pertanian khususnya tanaman hortikultura. Sistem hidroponik adalah salah satu metode budidaya tanaman yang menggunakan prinsip penyediaan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya ditujukan untuk menggambarkan tumbuh tanaman dalam air, hingga saat ini mencakup semua sistem yang menggunakan nutrisi dengan atau tanpa penambahan medium inert (seperti pasir, krikil, rockwool dan vermikulit) untuk dukungan mekanis. Sistem hidroponik dikelompokan menjadi dua, yaitu kultura media tanam dan kultura larutan nutrisi. Pada kultur media tanam, penanaman dilakukan menggunakan media tanam padat berpori sebagai tempat dimana akar tanaman tumbuh. Sedangkan pada kultura pemberian larutan nutrisi, kultura media dibedakan menjadai dua kelompok, yaitu sub irrigation (irigasi bawah permukaan) dan top irrigation (irigasi permukaan) (Suhardiyanto 2009). Bercocok tanam secara hidroponik sudah banyak dipakai oleh beberapa masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas. Budidaya hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir menurun. Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang luas (Roidah 2014). Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, dan tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama, dan penyakit, sehingga tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi yang disebabkan penggunakan teknologi dari setiap tahapan budidayanya (Hartus 2008). Menurut Roidah (2014), budidaya hidroponik memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan budidaya pertanian secara konvnsional. Kelebihan sistem hidroponik sebagai berikut: (1) keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin, (2) perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, (3) pemakaian pupuk lebih hemat (efisien), (4) tanaman yang mati lebih 4 mudah diganti dengan tanaman baru, (5) tidak membutuhkan banyak tenaga keras karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi, (6) tanaman dapat tumbuh lebih seragam dengan keadaan yang bersih dan tidak cacat, (7) hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman ditanah, (8) harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik, (9) beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim, (10) tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan dengan kondisi alam, dan (11) tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruangan yang terbatas, misalnya di atap, dapur atau garasi. Kelemahan sistem hidroponik sebagai berikut: (1) investasi awal yang mahal, (2) memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu nutrisi, dan (3) ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit. Botani Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Selada merupakan salah satu tanaman sayuran yang termasuk ke dalam famili Caompositae dengan nama Latin Lactuca sativa L. Tanaman ini diperkirakan berasal dari dataran Mediterinia Timur. Hal ini terbukti dari lukisan di kuburan Mesir yang manggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500 SM (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Berikut adalah klasifikasi tanaman selada: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatohyta : Anguospermae : Dicotylodonae : Asterales : Asteraceae (compositae) : Lactuca : Lactuca sativa Selada cocok dibudidayakan di daerah dengan suhu udara 20 ΛC pada siang hari dan 10 ΛC pada malam hari. Benih selada berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari, pada suhu 15 ΛC–25 ΛC (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Menurut Nonnecke (1989), pada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu crisp-head, butterhead, cos (romaine), selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Hal senada juga dinyatakan oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tentang jenis-jenis selada meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas: 1. L. Sativa var. Capitata Varietas ini merupakan kelompok selada kepala renyah (crisphead) dan kepala mentega (butterhead). Selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya berwarna hijau terang, ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah. 5 2. L. Sativa var. Longifolia Selada jenis ini adalah selada cus (romaine) yang mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip sawi putih (Gambar 1c). Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang pada umumnya menjuntai ke bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini tergolong lambat pertumbuhannya. 3. L. Sativa var. Crispa Selada jenis ini mempunyai daun longgar (salada kriting dan lollorossa). Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri lainnya adalah tipe selada ini tidak membentuk krop (Gambar 1a dan 1b). 4. L. Sativa var. Asparagian Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang, dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Oleh karena itu, sering disebut sebagai jenis selada dengan daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop. 5. L. Sativa Varietas selada ini termasuk selada Latin, memiliki daun yang kecil, tabal, berwarna hijau gelap dan helai daunnya lepas. Selada jenis ini tahan terhadap suhu yang tinggi. Jenis yang termasuk kelompok ini yaitu sucrine dan creole a b c Gambar 1 Beberapa varietas tanaman selada: (a) selada kriting, (b) lollorosa, dan (c) romaine. Rockwool Rockwool adalah salah satu media tanam yang banyak digunakan oleh para petani hidroponik di Eropa. Hal ini disebabkan karena sifat rockwool yang ideal sebagai media tumbuh pada sistem hidroponik. Menurut Susila dan Koerniawati (2004) rockwool merupakan media yang bersifat inert, sedikit alkali, memiliki arah serat horizontal, dan tidak menyebabkan degradasi biologi. Media ini memiliki ruang pori sebesar 95 % dengan daya simpan air sebesar 80 % (Resh 1998). Rockwool dibuat dari batuan basalt yang dipanaskan mencapai suhu 1600 °C sehingga meleleh menjadi seperti larva. Dalam keadaan mencair batuan tersebut 6 diberi gaya sentrifugal sehingga terbentuk serat-serat. Setelah mendingin kumpulan serat ini dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan berbagai media tanam. Karena dipanaskan dengan suhu yang sangat tinggi maka pathogen penyebab penyakit juga mati (Susila dan Koerniawati 2004). Bentuk dari rockwool menyerupai wol yaitu berupa anyaman serat-serat halus yang dibuat dari terak-tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selama bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan. Rockwool berfungsi sebagai media penyimpan air dan nutrisi bagi tanaman. Keunggulan dari rockwool ini antara lain ramah lingkungan, arah serat horizontal, bulk density 45 kg/ππ3 , tidak mengandung pathogen penyebab penyakit, tidak berjamur, mudah digunakan, efesien dalam penggunaan air, dapat meminimalisir penggunaan disinfektan dan penggunaan nutrisi (Resh 1998). Benih Benih adalah suatu calon tanaman yang berupa biji tanaman yang sudah mengalami untuk di jadikan tanaman perkembangbiakan, benih tanaman sendiri ada banyak jenisnya dan untuk benih yang mempunyai kualitas cukup baik sering disubut F1 atau di sebut benih hibrida. Benih bermutu tinggi adalah benih dari varietas unggulan dengan mutu genetic dan fisiologis fisik yang tinggi sesuai dengan standar kelasnya. Mutu genetik benih berkaitan dengan kemurnian dan keseragaman; mutu fisik berkaitan dengan keragaman, kebersihan, dan kesehatan; sedangkan mutu fisiologis berkaitan dengan berkembangan dan pertumbuhan. Benih bermutu dapat digolongkan menjadi empat kelas, yaitu benih penjenis (breeder seed), benih dasar (foundation seed), benih pokok (stock Seed), dan benih sebar (extension seed). Penggunaan benih yang bermutu tinggi akan memungkinkan produksi yang optimal dalam budidaya. (Qadir et al. 2012). Persemaian Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat dimana tanaman-tanaman dikembangbiakkan dan tumbuh dengan perlakuan ukuran tertentu selama periode waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan penyemaian dapat dilakukan dengan memasukkan benih satu persatu ke dalam lubang pada media tanam menggunakan tangan. Pengerjaan seperti ini memakan waktu yang banyak namun mudah dilakukan. Keuntungan dari menanam tanaman hasil dari penyemaian adalah mudah dalam pengendalian hama, dapat menyeleksi bibit tanaman yang seragam, mengurangi resiko kegagalan, memudahkan pemeliharaan dan memperpendek waktu tumbuh di lahan (Bewley 1985). Persemaian sering dibuat dengan menggunakan rumah tanaman atau greenhouse untuk melindungi benih menjadi bebit yang mulai tumbuh. Penggunaan rumah tanaman moderen memungkinkan dilakukan kontrol suhu secara otomatis, pengaturan sistem aerasi, ventilasi udara dan kontrol pemberian nutrisi tanaman secara otomatis. Hal-hal penentuan lokasi persemaian harus memperhatikan sebagai berikut: (1) sedekat mungkin dengan lokasi penanaman atau jalan angkutan, (2) lapangan harus datar, (3) cukup tersedia air, (4) mudah mendapatkan media tanam, (5) keadaan lingkungan baik, sirkulasi udara lancar dan sinar matahari 7 dapat masuk ke permukaan tanah untuk mengurangi kerusakan bibit dari insekta dan jamur, dan (6) dekat dengan tenaga kerja (Fahrudin 2009). METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan di rumah tanaman atau greenhouse Laboratorium Lapangan Siswadi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2017 sampai November 2017. Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi peralatan untuk pengukuran karakteristik benih selada, peralatan untuk pembuatan prototipe, dan peralatan untuk pengujian di lapangan. Peralatan yang digunakan tersebut adalah: 1. Peralatan pengukuran karakteristik benih selada: jangka sorong, timbangan digital, mistar ukur dan ring sample. 2. Peralatan pembuatan prototipe: software solidworks 2015, bor tangan, gergaji, gerinda, dan peralatan bangkel lainnya. 3. Peralatan pengujian kinerja prototipe: greenhouse, tray, bak penampung nutrisi, tempat benih, pinset, stopwatch, dan alat dokumentasi. Bahan 1. 2. Bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi: Bahan untuk pembuatan prototipe: lembaran acrylic, lem acrylic, slot pengunci, paku rivet, dan pipa acrylic. Bahan untuk pengujian prototipe: air, nutrisi AB mix, rockwool, dan benih selada (Gambar 2). Gambar 2 Bahan penguji prototipe (kiri) benih selada dan (kanan) rockwool 8 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahapan perancangan alat sebagaimana diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 3 tidak ya Gambar 3 Diagram alir penelitian Identifikasi dan Perumusan Masalah Tahap identifikasi masalah dilakukan terlebih dahulu dengan mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada dan kemudian mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam proses perancangan. Prototipe harus dapat membuat mudah dioperasikan, cepat dalam pekerjaan semai, benih yang ditanam harus seragam, tidak merusak struktur dari benih, media tanam mudah untuk dilubangi dan perkecambahan optimal. Penyemaian adalah tahap awal yang menentukan pertumbuhan tanaman dalam proses budidaya selanjutnya. Tahap penyemaian pada budidaya tanaman secara hidroponik pada umumnya dilakukan secara manual. Penyemaian secara manual dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam media tanam satu persatu menggunakan tangan. Penyemaian tersebut membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak dan waktu yang sangat lama. Semakin banyak tenaga kerja dan lama waktu kerja mengakibatkan biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar. Oleh karena itu, penggunaan alat semai diharapkan untuk mengoptimalkan tenaga dan waktu 9 kerja. Perancangan alat semai dilakukan dengan mengoptimalkan perangkat yang berfungsi untuk memasukkan sejumlah benih kedalam media tanam rockwool secara bersamaan. Analisis Teknik Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan dimensi setiap komponen dan pemilihan bahan. Analisis rancangan terdiri dari analisis fungsional dan analisis struktural. Analisis fungsional menjelaskan fungsi–fungsi setiap komponen pada alat. Analisis struktural menjelaskan mengenai pemilihan bahan dan analisis kekuatan bahan. Gambar Teknik Perkiraan desain yang telah diperoleh dari tahap perancangan kemudian dituangkan menjadi gambar teknik. Gambar teknik merupakan gambar konseptual dari alat yang dibuat dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan analisis teknik. Gambar teknik juga merupakan media komunikasi kepada pihak manufaktur ketika alat atau mesin dipabrikasi. Dalam pembuatan gambar teknik alat semai ini menggunakan software solidwork 2015. Pembuatan Prototipe Hasil rancangan alat dalam bentuk gambar teknik kemudian menjadi dasar pembuatan prototipe di bengkel konstruksi. Prototipe ini perlu dipastikan untuk dapat diuji sesuai rancangan yang telah dibuat. Pengujian Prototipe Tahap ini dilakukan jika proses pabrikasi sudah dilewati maka dilanjutkan dengan pengujian fungsional dan pengujian kinerja. Pengujian fungsional mencakup pengujian pada tiap-tiap komponen prototipe untuk memastikan setiap komponen berfungsi dengan baik. Pengujian secara fungsional dinyatakan berhasil jika komponen protipe mampu menjalankan sub-fungsinya masing-masing untuk mencapai fungsi utama pada perancangan fungsional. Pengujian kinerja mencakup pengukuran kinerja penanaman, kapasitas lapangan dan tingkat perkecambahan tanaman. Pengujian kinerja alat semai dinyatakan berhasil jika kinerja penyemaian menggunakan alat semai lebih baik dibandingkan dengan kinerja penyemaian tanpa alat semai. Metode Pengujian Kinerja Alat Pengujian kinerja alat semai dilakukan di dalam greenhouse yaitu meliputi: 1) pengukuran karakteristik bahan 2) pengujian tingkat keseragaman penyemaian, 3) kapasitas penyemaian, dan 4) perkecambahan benih. Media tanam yang digunakan untuk menguji alat adalah rockwool. Ukuran rockwool yang digunakan mempunyai panjang 31.5 cm, lebar 24.5 cm dan ketebalan 4 cm. Dengan ukuran tersebut rockwool mempunyai lubang siap tanam sebanyak 63 lubang, jarak tanam antar lubang dan jarak alur sebesar 3.5 cm. Benih selada yang digunakan adalah benih varietas Lollorosa benih tersebut berbentuk pill. Alat semai dibuat dengan bahan acrylic, sehingga bobot alat ringan dan mudah dioperasikan. 10 Pengukuran Karakteristik Bahan Pengukuran karakteristik bahan dilakukan untuk mengetahui beberapa karakter dari bahan yang berguna untuk analisis perancangan alat semai. Karakteristik yang diukur antara lain sebagai berikut: 1. Diameter geometri (Dg) dihitung dengan persamaan (1). π·π = (ππ π€π π‘π )1/3 (1) Keterangan: lk : panjang wk : lebar tk : tebal 2. Massa jenis benih (bulk density) dihitung dengan persamaan (2). ππ = ππ (2) π£π Keterangan: mb : massa benih vb : volume benih 3. Sudut curah (θ) dihitung dengan persamaan (3) dan sketsa pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4. π = tan−1 (π»π ) (3) Keterangan: H : tinggi tumpukan benih R : radius tumpukan benih Gambar 4 Sketsa pengukuran sudut curah benih 4. Massa suatu benih selada (ππ ) dihitung dengan menimbang benih selada sebanyak 1 gram kemudian menghitung jumlah benihnya. Kemudian massa 1 benih dihitung dengan persamaan (4) 11 ππ = π1π ππ (4) Keterangan: m1g : massa benih (1 gram) Jb : jumlah benih Tingkat Keseragaman Penyemaian Tingkat keseragaman penyemaian diukur dengan menghitung jumlah benih per lubang tanaman. Pengamatan dilakukan setelah penyemaian selesai dilakukan dengan mengangkat benih yang telah tertanam di dalam rockwool secara perlahan dengan pinset, untuk menghitung banyaknya benih yang tertanam dalam lubang. Pengukuran dilakukan pada setiap lubang tanam pada rockwool. Kapasitas Penyemaian Kapasitas penyemaian alat semai diukur berdasarkan waktu penyemaian tiap tray dan mengujinya sebanyak 3 kali ulangan dari 10 penguji yang terdiri 5 orang perempuang dan 5 orang laki-laki. Peran gender akan dilihat akan pengaruh penyemaian menggunaan alat semai dan tanpa alat semai. Cara perhitungan kapasitas penyemaian dapat dilihat pada persamaan (5). ππ = ππ (5) t Keterangan: ππ ππ t : kapasitas penyemaian (tray/jam) : jumlah tray satu kali semai : waktu yang dibutuhkan untuk penyemaian (jam) Perkecambahan Perkecambahan benih adalah proses aktif kembali embrio atau lembaga yang menghasilkan pecahnya kulit benih dan munculnya tanaman muda (Copeland 1976). Pertumbuhan pada tanaman dimulai dari proses perkecambahan biji. Biji akan berkecambah apabila kandungan air yang masuk dalam biji semakin banyak. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan, adalah nutrisi, cahaya, suhu, dan kelembaban. Sedangkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil perkecambahan, adalah auksin, giberelin, sitoksin, asam absisat, gas etilen, dan asam traumalin. Persentase kemunculan tanaman selada yang ditanam dari unit penyemai dilakukan pada rockwool yang telah ditanami benih menggunakan alat semai dan tanpa alat semai. Pengamatan dilakukan pada 3 HST dan 7 HST. Persentase kemunculan tanaman selada dapat dihitung berdasarkan persamaan (6) 12 ππΎπΆ = π½π΅π π½π΅π × 100% Keterangan: PKC JBM JBS (6) : persentase kemunculan tanaman selada (%) : jumlah benih muncul pada satu buah tray : jumlah benih seharusnya tumbuh pada satu buah tray ANALISIS DESAIN Kriteria Desain Kriteria desain alat semai benih selada ke dalam rockwool adalah sebagai berikut. 1. Alat harus mampu menyemai benih selada masuk ke dalam rockwool dengan seragam yakni sebanyak 1 benih per lubang tanam, dan jarak tanam sebesar 3.5 cm. 2. Pipa penyalur benih harus mampu menyalurkan benih masuk ke dalam rockwool. 3. Alat ini harus mampu melubangi rockwool dan menempatkan benih dengan kedalaman tanam 1.5 mm dari permukaan rockwool. 4. Penjatah benih dilakukan dengan menggunakan sistem layer. Layer harus dapat menjatah benih satu per lubang tanam pada saat kedua layer dalam keadaan tidak sejajar dan dapat menyalurkan benih ketika kedua layer dalam keadaan sejajar. 5. Hopper benih dengan persegi panjang mampu menampung benih untuk penyemaian 100-200. 6. Bahan material acrylic dengan ketebalan 3-5 mm diharapkan cukup kuat dalam konstruksi alat. 7. Kapasitas penyemaian alat semai harus mampu lebih baik dibandingkan penyemaian tanpa menggunakan alat semai. Analisis Rancangan Fungsional Dalam perumusan ide suatu rancangan mesin atau alat, rancangan fungsional sangatlah penting untuk dipertimbangan. Fungsi utama dari alat semai adalah mampu menyemai benih selada ke dalam media tanam rockwool dengan satu benih per lubang tanam. Selain itu alat semai ini diharapkan dapat memudahkan dan mempercepat kinerja penyemaian per orangan pada sistem hidroponik. Agar fungsi utama dapat tercapai, maka diperlukan beberapa dukungan dari rancangan fungsional komponen-komponen alat semai, yang dapat dilihat pada Tabel 1. 13 Tabel 1 Rancangan fungsional komponen alat Fungsi utama Sub fungsi Alternatif Penopang unit penanam Properti mampu memasukkan benih pill ke dalam media tanam rockwool dengan jarak tanam dan menjatah benih dengan jumlah yang seragam Menampung - Hopper persegi benih selada (pill) panjang - Hopper trapesium - Hopper silinder Penjatahan benih - Tipe layer selada (pill) - Tipe vacuum Melubangi - Pipa acrylic rockwool dan - Penyalur selang menyalurkan - Tanpa penyalur benih selada (pill) Pengunci layer - Kunci slot Penggerak hopper - Rel plat acrylic - Roda mini Alternatif yang dipilih - Bentuk disesuaikan dengan tray (wadah rockwool) - Hopper persegi panjang dari acrylic - Tipe layer - Pipa acrylic - Kunci slot - Rel plat acrylic Fungsi Rangka Utama Rangka utama berfungsi untuk menopang berbagai komponen dari komponen-komponen alat semai seperti hopper, layer penjatahan, pengunci layer, penyalur benih dan pelubang rockwool. Rangka utama dibuat dengan memperhatikan batasan ukuran dari tray atau wadah dari media tanam rockwool tersebut. Fungsi Penampung Benih Selada (Hopper) Hopper berfungsi sebagai wadah untuk menampung benih selada yang siap ditanam dan menyalurkan ke lubang-lubang penjatahan. Hopper dirancang dengan memperhatikan berapa tray yang disemai dalam satu hari, ukuran dan bentuk benih serta batasan ruangnya. Alternatif hopper yang dipilih berbentuk persegi panjang dengan bahan yang dipakai adalah acrylic. Bahan acrylic berwarna bening yang membuat kita lebih mudah mengontrol jumlah benih dalam hopper tersebut. Bagian dalam hopper terdapat plat acrylic yang dipasang membuat alur ke lubang benih layer 1 dengan kemiringan sudut curah benih selada. Hopper bergerak maju mundur dengan menggunakan rel plat hopper yang berada pada sisi kanan dan kiri kerangka. Fungsi Pelubang Rockwool Pelubang media tanam ini berfungsi sebagai pembuka lubang rockwool sebagai tempat benih selada tumbuh. Pembuka atau pelubang rockwool yang digunakan adalah tipe pipa acrylic dengan bahan yang lebih keras dan dapat merobek atau melubangi rockwool sebagai tempat benih. 14 Fungsi Penjatah Benih Penjatah benih berfungsi untuk menjatah satu benih per lubang yang siap disalurkan ke media tanam. Penjatahan dengan sistem layer ini dilakukan dengan membuat lubang pada layer 1 dan layer 2 tidak sejajar sehingga benih tertahan dan tidak langsung masuk ke pipa penyaluran. Fungsi Pengunci Layer Pengunci layer berfungsi untuk menahan layer 1 pada saat penjatahan agar tetap tidak sejajar antara lubang pada layer 1 dan layer 2. Bahan acrylic sangat licin menyebabkan layer 1 perlu ditahan agar proses penjatahan dapat menjatah benih yang masuk ke lubang penyalur tidak lebih dari satu. Fungsi Penyalur Benih Penyalur benih berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan benih selada ke lubang rockwool setelah dilakukan penjatahan oleh dua sistem layer. Penyalura benih ini berbentuk pipa silinder dengan bahan acrylic. Bahan ini digunakan agar masuknya benih ke media tanam dapat terlihat dengan jelas karena permukaan acrylic yang transparan. Analisis Rancangan Struktural Rangka Utama Rangka utama terbuat dari acrylic dengan ketebalan 5 mm. penggunaan acrylic ini dikarenakan mempunyai beban setengah lebih ringan dibandingkan dengan bahan kaca, selain itu acrylic mempunyai kuat tekan 160-240 Mpa dan mempunyai kuat tarik sebesar 40-75 Mpa (Pawar 2016). Rangka dibuat sedemikian rupa menyesuaikan ukuran potongan rockwool yang masuk pada tray. Desain rangka dapat dilihat pada Gambar 5. Kapasitas alat semai ini dapat menampung 3 potong rockwool. Setiap satu potong rockwool mempunyai lubang melebar 3 buah dan memanjang 7 buah dengan jarak tanam 3.5 cm. Berikut ini spesifikasi rockwool yang di pakai. Type Jumlah lubang Dimensi Dimensi plug atas Dimensi plug bawah Tinggi : Rockwool cultilene 98 plug : 98 (7 x 14) : 480 x 240 mm : 35 x 35 mm : 25 x 25 mm : 40 mm Rangka dudukan Layer 2 Tempat rockwool Gambar 5 Rangka utama alat semai 15 Unit Penjatah Benih Bagian penjatahan benih yang dirancang menggunakan tipe dua layer yang dibuat tidak sejajar antara lubang layer 1 dan layer 2. Penjatahan benih terbuat dari bahan plat acrylic ketebalan 4 mm dan pada setiap layer terdapat lubang-lubang penjatah yang mempunyai diameter tiap lubangnya sebesar 4 mm. Ketika penjatahan benih layer 1 digerakan untuk tidak sejajar dengan layer 2, hal ini agar benih dapat tertahan pada setiap lubang yang akan masuk dalam rockwool. Kemudian layer penjatahan dikunci dengan slot, sehingga layer tidak mudah bergerak pada saat penjatahan benih. Jika setiap lubang sudah terpenuhi satu benih per lubang, maka layer 1 didorong atau digerakan kembali dalam keadaan sejajar sehingga benih jatuh ke dalam lubang penyaluran. Rancangan konseptual unit penjatahan benih dapat dilihat pada Gambar 6. hopper Layer tidak sejajar Layer sejajar Pengunci Tempat hopper lepas Tempat hopper berhenti Gambar 6 Unit penjatahan benih Hopper Perancangan hopper dibuat berdasarkan karakteristik dari benih selada yang digunakan dan banyaknya rockwool yang ingin disemai dalam satu hari penyemaian. Sehingga perlu dirancang volume hopper yang sesuai kriteria tersebut. Perancangan ditentukan berdasarkan persamaan (7). π= Keterangan: V Jt π«t γb π Jt × π«t × γb π (7) : volume hopper (cm) : jumlah rockwool yang disemai untuk sekali pengisian (buah) : jumlah lubang rockwool per tray (benih/tray) : massa rata-rata benih (g/benih) : bulk density dari benih (g/cm) Penyemaian benih selada yang ingin dicapai adalah 200 tray/hari, dengan jumlah lubang tanam per tray adalah 63, masa rata-rata benih berdasarkan hasil pengukuran adalah 0.028 g (Lampiran 2) dan bulk density benih hasil pengukuran adalah 0.91 g/cm3 (Lampiran 2), maka diperoleh nilai volume hopper minimum 16 adalah 581.53 cm3 . Oleh karena itu desain dibuat dari kapasitas minimum berdasarkan perhitungan tersebut. Pelubang Rockwool dan Penyalur Benih Media tanam rockwool yang dipakai mempunyai alur serat yang lurus yang membuat mudah untuk dilubangi sebagai tempat benih ditanam. Kedalaman benih harus mampu masuk ke media tanam dengan kedalaman 1.5 cm. Bahan yang digunakan untuk melubangi dan menyalurkan adalah bahan acrylic dengan diameter lubang 4 mm. Bahan acrylic ini cukup kuat dan transparan sehingga dapat terlihat jatuhnya benih masuk ke dalam rockwool. Rancangan pelubang rockwool atau penyalur benih dapat dilihat pada Gambar 7. pegangan pipi penyalur atau pelubang lubang benih keluar Gambar 7 Unit pipa penyalur benih HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Prototipe Alat Semai Benih Selada Prototipe alat semai untuk penyemaian benih selada telah berhasil dibuat. Alat ini mampu menyemai benih selada dengan media tanama rockwool sebanyak 63 lubang tanam. Konstruksi alat ini terdiri dari rangka utama, layer 1, pembatas hopper, hopper, pengunci layer, pegangan alat, rel hopper, dan pelubang rockwool. Konstruksi prototipe ini dapat dilihat pada Gambar 8. 1 2 4 5 3 6 7 Keterangan: 1. Rel hopper 2. Pegangan alat 3. Kerangka utama 4. Hopper 5. Pembatas hopper 6. Lubang benih keluar 7. Layer 1 8. Pengunci layer 1 8 Gambar 8 Konstruksi prototipe alat penyemai benih selada 17 Rangka utama alat semai telah berhasil dibuat dan dapat menopang komponen-komponen lainya. Penggunaan bahan acrylic dengan ketebalan 3-5 mm ini tidak membuat alat semai ini memiliki beban yang berat saat pengerjaan, alat semai juga terlihat cukup kokoh, kuat dan tahan lama untuk digunakan. Selain itu alat semai tidak mudah mengalami korosi yang disebabkan air pada rockwool. Rangka dibuat agar benar-benar sesuai dengan dimensi potong rockwool pada tray yang digunakan. Rancangan dan prototipe dari kerangka utama dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) kerangka utama Komponen layer 1 yang terbuat dari bahan acrylic ini lebih kokoh dan tidak mudah melengkung sebagaimana bahan plastik pada umumnya. Layer 1 dapat begerak maju mundur untuk membuat lubang pada layer 1 tidak sejajar dengan layer 2 saat penjatahan. Pada ujung layer diberi pegangan untuk memudahkan layer bergerak. Lubang-lubang yang dibuat pada layer 1 dan layer 2 dapat sejajar dengan baik, sehingga benih dapat masuk ke pipa penyaluran dengan mudah saat penjatahan selesai. Komponen ini dibuat sesuai hasil analisis perancangan yang telah dilakukan dengan diameter lubang layer adalah 4 mm dan jarak antar lubang 3.5 mm. Bahan acrylic dengan ketebalan 4 mm pada layer 1 ini membuat benih pada saat penjatahan tidak masuk lebih dari satu benih per lubang tanam dan layer lebih kuat menahan beban hopper. Rancangan dan prototipe layer 1 dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Rancangan (kiri) dan prototipe (kanan) layer 1 18 Kompenen hopper yang telah dibuat adalah dari bahan acrylic dengan ketebalan 3 mm. Bagian ini tidak memerlukan bahan acrylic yang tebal, dikarenakan tidak ada beban yang besar mengenai bagian ini, sehingga bobot hopper tidak terlalu berat saat dijalankan untuk penjatahan benih. Volume hopper yang dipilih sebesar 624.93 cm3 , mengacu pada target jumlah tray yang disemai untuk satu hari pengisian adalah 200 tray yang membutuhkan hopper dengan volume minimal 581.53 cm3 . Pemilihan volume hopper lebih besar ini diharapkan benih dapat menampung lebih banyak dalam penyemaian, prototipe hopper dapat dilihat pada Gambar 12. Bentuk hopper persegi panjang ini pada bagian bawah dipasang plat acrylic membuat alur pada jalur lubang layer 1 dengan kemiringan 45° membentuk prisma dalam persegi panjang. Kemiringan plat dibuat lebih besar dari perhitungan sudut curah benih selada yang dihitung yaitu sebesar 34.85°. Hal ini disebabkan agar memudahkan benih masuk dalam jalur penjatahan. Rancangan hopper yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Rancangan hopper Gambar 12 Prototipe Hopper Kinerja Prototipe Alat Semai Benih Selada Prototipe alat semai yang dibuat secara rancangan fungsional dan rancangan struktural sudah sesuai dengan rancangan awal. Pengujian prototipe perlu dilakukan agar mengetahui data kuantitatif dari alat semai tersebut. Pengujian dilakukan di grenhouse lapangan Siswadi Soepardjo untuk mengetahuin kinerja dari alat semai melakukan penyemaian hingga hasil dari penyemaian tersebut. Adapun parameter yang diamati pada proses pengujian ini yaiu keseragaman penjatahan benih per lubang tanam, kapasitas penyemaian, dan kemunculan tanaman selada (perkecambahan). 19 Keseragaman Penjatahan Benih Selada. Pengujian keseragaman penjatahan benih dilakukan oleh 10 orang dengan masing-masing melakukan 3 kali ulangan dengan melakukan penyemaian menggunakan alat dan tanpa alat (manual) agar dapat mengetahui perbandingan hasil dari keduanya secara kuantitatif. Selain perbandingan penggunaan alat dan tanpa alat, dilihat juga pengaruh gender terhadap penjatahan benih dari penyemaian yang dilakukan. Hasil penjatahan penyemaian dengan menggunakan alat dan tanpa alat di tampilkan pada Gambar 13, sementara data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. (a) (b) (c) Gambar 13 Persentase penjatahan benih selada terhadap kinerja alat dengan tipe layer yaitu: (a) benih terjatah 1; (b) benih terjatah lebih dari 1; dan (c) benih terjatah 0 20 Keseragaman benih hasil dari penyemaian dapat terlihat dari persentase penjatahan 1 benih/lubang, dimana penggunaan alat semai lebih seragam dibandingkan tanpa menggunakan alat semai. Rata-rata penjatahan 1 benih/lubang menggunakan alat mencapai 96.72 % sementara tanpa menggunakan alat hanya 87.83 %. Berdasarkan hasil dari pengujian, pengaruh gender terhadap penyemaian dapat terlihat pada Gambar 13a dimana grafik mengalami kenaikan nilai persentase yang disebabkan pengerjaan penyemaian diperlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Pengerjaan yang memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi maka produktivitas perempuan lebih baik dibanding laki-laki (Mahendra 2014). Rata-rata penjatahan 1 benih/lubang pada penyemaian menggunaan alat yang dilakukan perempuan sebesar 97.57 % dan laki-laki sebesar 95.85 %. Penjatahan 1 benih/lubang tidak mencapai 100% dan benih terjatah lebih dari 1 per lubang saat penyemaian banyak disebabkan faktor penguji, baik penyemaian menggunakan alat semai maupun tanpa alat semai. Pengunji baru pertama kali melakukan penyemaian, sehingga saat pengambilan data pada pengulangan pertama, kedua dan ketiga mengalami kenaikan. Selain itu pengaruh benih terjatah lebih dari 1 saat penyemaian menggunakan alat disebabkan tempat pemberhentian hopper yang terlalu dekat dengan lubang layer 1. Dengan gerak hopper yang licin dan tidak ada pengunci, maka benih mudah masuk ke dalam rockwool saat kedua layer dalam keadaan sejajar. Sementara itu penjatahan benih dengan alat semai masih terdapat 0.74 % benih yang tidak mengisi lubang penjatahan (0 benih). Penjatahan kosong dengan menggunakan alat semai dikarenakan benih yang masuk kedalam rockwool adalah benih yang tidak utuh atau rusak. Penyebab benih rusak atau tidak utuh dikarenakan gesekan benih pada hopper dan layer saat penjatahan. Namun meskipun begitu kinerja layer penjatah pada alat semai dapat dikatakan berhasil karena mampu melakukan penjatahan 1 benih/lubang sebesar 96.72 %. Hasil penjatahan benih dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Hasil penjatahan benih selada dengan alat 21 Kapasitas Penyemaian Benih Selada Pengujian kapasitas kerja yang dilakukan dengan 10 orang dengan masingmasing orang melakukan 3 kali pengulangan. Pengukuran kapasitas penyemaian menggunakan alat yang diukur dibanding dengan penyemaian tanpa menggunakan alat dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Hasil pengukuran waktu penyemaian benih pada satu tray Pada pengamatan kapasitas lapang rata-rata waktu (t) penyemaian satu tray dengan alat sebesar 1.04 menit atau 0.017 jam, sementara penyemaian tanpa menggunakan alat mempunyai rata-rata waktu sebesar 4.11 menit atau 0.069 jam. Rata-rata waktu pengerjaan dalam satu kali penyemaian menggunakan alat semai lebih baik dibandingkan tanpa alat semai. Sehingga dengan persamaan (5) dapat dihitung kapasitas kerja penyemaian menggunakan alat semai sebesar 57.80 tray/jam, sementara kapasitas kerja penyemaian tanpa menggunakan alat semai sebesar 14.49 tray/jam. Jika dalam sehari banyaknya tray yang disemai adalah 200 tray dengan 5 orang penyemai maka pekerjaan akan selesai dengan waktu 0.68 jam dengan menggunakan alat semai dan 2.75 jam tanpa menggunakan alat semai Berdasarkan perbandingan tersebut kinerja penyemaian menggunakan alat dapat meningkatkan kapasitas penyemaian hingga 4 kali lipat dibandingkan tanpa menggunakan alat. Pada saat pengujian alat semai, penguji baru pertama kali melakukan penyemaian, sehingga pada pengujian pertama, kedua, dan ketiga mengalami kenaikan waktu pengerjaan, jika alat semai semakin terbiasa dioperasikan maka semakin mudah untuk dioperasikan dan semakin efesien waktu penyemaiannya. Hal ini dapat dilihat juga dari standar deviasi pada Lampiran 4. Penggunaan alat semai dapat lebih baik walaupun penguji baru pertama kali, sehingga dapat dikatakan penyemaian menggunakan alat tidak memerlukan keahlian khusus seperti penyemaian manual. Pengaruh gender terhadap kapasitas alat tidak terlalu berpengaruh signifikan. Kapasitas kerja penyemaian dengan alat semai yang dilakukan perempuan sebesar 59.52 tray/jam, sedangkan kapasitas kerja penyemaian menggunakan alat yang dilakukan laki-laki sebesar 58.82 tray/jam. Sehingga dapat dikatakan pengoperasian alat semai dapat dilakukan dengan mudah baik dilakukan laki-laki maupun perempuan, dapat terlihat dari kapasitas kerja yang dilakukan tidak begitu jauh berbeda yaitu sebesar 0.7 tray/jam. Hal ini disebabkan alat semai sangat mudah dioperasikan dan tidak mempunyai beban yang berat saat penyemaian dilakukan. 22 Hasil Perkecambahan Salah satu parameter yang juga sangat penting untuk diamati sebagai kualitas penyemaian adalah persentase perkecambahan benih. Persentase perkecambahan tanaman salada dilakukan berdasarkan data pengujian penjatahan benih yang sudah disemai ke dalam rockwool dengan benih selada varietas lollorosa. Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 setelah tanam dan dilakukan pengamatan kembali pada hari ke-7 setelah tanam. Data kemunculan tanaman selada dapat dilihat di Lampiran 6. Tanaman pada tahap perkecambahan tetap diberikan air beserta nutrisi AB mix agar tanaman tetap mendapatkan asupan nutrisi dan kelembaban yang cukup pada media tanam rockwool. Pada hari pertama dan kedua setelah tanam, benih berbentuk pill mulai pecah dengan ditandai muculnya hipokotil dan epikotil (calon batang). Pada tahap ini perkecambahan masih belum seragam, sehingga belum bisa diambil data dari hasil penyemaian. Hari ke-3 setelah tanam pertumbuhan hasil penyemaian mulai terlihat batang dan daun. Persentase perkecambahan tanaman pada 3 HST dengan penyemaian menggunakan alat semai sebesar 90.37 % sementara hasil penyemaian tanpa alat semai perkecambahannya sebesar 89.47 %. Kemunculan benih pada 3 HST dapat dilihat pada Gambar 16. Kemudian pada hari berikutnya tanaman hanya diberi pelakuan pemberian air dan nutrisi AB mix hingga hari ke-7 setelah tanam. Persentase perkecambahan 7 HST dengan menggunakan alat sebesar 95.19 % dan perkecambahan secara manual yaitu 93.92 %. Kemunculan benih pada hari ke-7 setelah tanam terlihat lebih seragam dan daun-daun pada batang yang muncul lebih 2 helai. Hasil kecambah 7 HST dapat dilhat pada Gambar 16. Benih tanaman selada pada 3 HST yang belum terlihat tumbuh, mengalami peningkatan pada 7 HST terlihat dari nilai persentase kecambah menggunakan alat naik 1.08 %. Akan tetapi ada beberapa tanaman yang tidak tumbuh hingga 7 HST yang diakibatkan faktor dari kualitas benih itu sendiri. Persentase yang tidak tumbuh hingga 7 HST adalah sebesar 4.81 % . Selain itu ada beberapa tanaman yang tidak normal yang dikarenakan tanaman mempunyai batang yang panjang yang mengakibatkan tumbuh tidak tegak. Hal ini disebabkan kedalaman benih yang berada pada rockwool sangat dekat dengan permukaan dan kurangnya asupan cahaya yang diterima oleh tanaman. Gambar 16 Pertumbuhan selada pada 3 HST (kiri) dan 7 HST (kanan) 23 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Alat semai benih selada dengan media tanam rockwool telah berhasil dibuat dan diuji coba. Hasil pengujian penjatahan benih menyatakan bahwa penjatahan benih mencapai tingkat keseragaman 96.72 % dengan jumlah benih 1 benih per lubang tanam. Dari segi kapasitas, alat ini dapat meningkatkan kapasitas kerja penyemaian hingga 4 kali lipat dibandingkan penyemaian tanpa menggunakan alat semai yaitu 57.80 tray/jam dan dalam penyemaian 200 tray/hari dikerjakan oleh 5 orang penyemai akan selesai 0.68 jam. Persentase perkecambahan hasil dari penyemaian menggunakan alat semai mencapai 95.19 % pada hari ke-7 setelah tanam, sementara itu 4.81 % yang tidak tumbuh diakibatkan oleh tidak adanya benih pada lubang tanam atau memang kualitas benih yang tidak bagus. Secara menyeluruh alat semai dapat berhasil dioperasikan dengan mudah dan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Saran 1. 2. 3. 4. 5. Kapasitas alat ini masih dapat ditingkatkan yaitu dengan menambah lubang tanam agar lebih banyak dalam sekali semai. Penambahan pengunci hopper pada saat berhenti agar benih tidak jatuh ke lubang penjatahan dan masuk ke rockwool. Proses manufaktur harus benar-benar presisi antara lubang penjatah agar tidak terjadi gesekan berlebih yang dapat membuat benih hancur. Diharapkan media tanam yang digunakan tidak hanya terbatas pada satu jenis media tanam saja. Perlu dilakukan uji coba menggunakan berbagai benih sayuran lain agar nilai tambah dari alat semakin banyak. DAFTAR PUSTAKA Agoes DS. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Alih fungsi lahan pertanian Jawa Barat tahun 2014. Bewley, J.D, and Black M. 1985. Seed Physiology of Development and Germination. America (US): Plenum Press. 367 p Copeland LO. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis (US): Burgess Publ. Fahrudin F. 2009. Budidaya caisim (Brassica Juncea L.) menggunakan ekstrak teh dan pupuk kascing. Jurnal Pertanian. 5(2):8-14. Haryanto ET, Suhartini E, Rahayu H, Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. hlm 112. 24 Hartus T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Kementrian Perdagangan RI. 2011. Ekspor komoditas sayuran Indonesia tahnun 2011. Mahendra AD. 2014. Analisis pengaruh pendidikan, upah, jenis kelamin, usia dan pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja. [skripsi]. Semarang. Universitas Diponogoro. Nonnecke IL. 1989. Vegetabels Production. New York (US): Van Nostrand Feinhold. 657 p. Pawar E. 2016. A Review Article on Acrylic PMMA. IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR-JMCE). 13(2):1-4 Precaya. 2007. Bertanan Sayuran Organik di Kebut, Pot dan Polybag. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Qodir A, Widajati E, Suharni TK, Murniati E, Palupi ER. 2012. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press. Resh HM. 1998. Hydroponic Food Production. Santa Barbara (US): Woodbridge Press Publ. 527 p. Roidah IS. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik. Jurnal Pertanian. 1(2):44-45. Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principles, production, and nutritive values. Maryland (US): Aspen Publishers. 843 p. Setyoadji D. 2015. Asik Bercocok Tanam Hidroponik Cara Sehat Menikmati Sayuran dan Buah Berkualitas. Yogyakarta (ID). Araska. Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah. Bogor (ID): IPB Press. Susila AD, Koerniawati Y. 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada dalam teknologi hidroponik sistem terapung. Bul. Agron. 32(2):16-21. 25 Lampiran 1 Data pengukuran diameter benih selada No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Diameter (mm) 3.19 3.34 3.26 3.29 3.43 3.34 3.38 3.24 3.32 3.39 3.14 3.25 3.23 3.30 3.23 3.24 3.53 3.31 3.20 3.28 3.18 3.26 3.10 2.46 3.30 3.28 No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Rata-rata Simpangan baku Diameter (mm) 2.40 3.41 3.45 3.34 3.46 3.24 3.41 3.37 3.31 3.37 3.41 3.34 3.44 3.45 3.41 3.31 3.46 3.24 3.38 3.41 3.30 3.38 3.33 3,32 3.33 0.091 26 Lampiran 2 Data pengukuran massa benih dan massa jenis benih selada 1. Massa benih selada Ulangan Massa benih (g) 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 1 10 1 Rata-rata 1 Simpangan Baku 0.0 Jumlah benih 36 38 37 36 35 35 38 35 35 37 36.20 1.16 Massa 1 benih (g) 0.028 0.026 0.027 0.028 0.029 0.029 0.026 0.029 0.029 0.027 0.028 0.001 2 Massa jenis benih selada Ulangan Volume (ππ3 ) Massa benih (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Simpangan Baku 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 0.0 32 33 33 31 33 32 33 32 33 33 32.50 0.67 Massa Jenis (g/ππ3 ) 0.89 0.92 0.92 0.86 0.92 0.89 0.92 0.89 0.92 0.92 0.90 0.02 27 Lampiran 3 Data pengukuran sudut curah benih selada ulangan Tinggi curah (mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Simpangan Baku 10.21 8.86 8.75 10.94 11.14 9.32 10.25 11.29 9.43 9.43 9.96 0.89 Diameter curah (mm) 14.2 15.3 14.6 14.5 14.9 15.1 15.1 14.5 12.2 14.6 14.47 0.88 Sudut curah (°) 35.75 30.11 30.96 36.86 36.86 31.79 34.21 37.95 38.31 33.02 34.58 2.84 28 Lampiran 4 Data pengukuran waktu dan keseragaman penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 1. Data pengukuran menggunakan alat semai Penjatahan benih Waktu Orang Ulangan (menit) 0 1 2 1 1 1.35 1 58 2 2 1.21 2 58 3 3 0.59 0 63 0 2 1 1.27 1 60 1 2 1.09 0 62 0 3 1.00 0 61 0 3 1 1.03 1 60 2 2 1.05 0 60 3 3 1.00 0 62 0 4 1 1.28 2 60 1 2 1.00 0 63 0 3 0.59 1 59 1 5 1 1.20 2 58 2 2 1.18 1 61 0 3 1.22 0 61 2 6 1 1.15 0 63 0 2 1.09 0 62 1 3 0.57 1 62 0 7 1 1.08 0 60 2 2 1.02 0 63 0 3 1.00 0 62 0 8 1 1.20 0 61 0 2 1.12 0 62 1 3 0.59 1 61 1 9 1 1.18 0 62 1 2 1.20 0 60 2 3 0.58 0 61 2 10 1 1.19 0 61 0 2 1.18 1 61 1 3 0.56 0 61 1 Rata-rata 1.04 0.47 60.93 0.97 Simpangan Baku 0.25 0.67 1.41 0.95 >2 2 0 0 1 1 2 0 0 1 0 0 2 1 1 0 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 1 0 2 0 1 0.63 0.75 Total Lubang 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.0 29 2. Data pengukuan tanpa menggunakan alat semai Penjatahan benih Waktu Orang Ulangan (menit) 0 1 2 1 1 4.49 0 50 8 2 4.25 0 54 5 3 4.28 0 55 7 2 1 6.30 0 53 5 2 4.26 0 53 6 3 3.58 0 56 4 3 1 6.00 0 55 6 2 3.46 0 55 6 3 4.20 0 56 5 4 1 4.53 0 53 6 2 3.45 0 54 6 3 3.17 0 57 1 5 1 4.26 0 54 5 2 3.34 0 55 4 3 2.56 0 56 5 6 1 5.22 0 54 5 2 3.52 0 57 4 3 3.10 0 58 3 7 1 5.46 0 54 6 2 3.60 0 57 3 3 3.25 0 58 3 8 1 5.48 0 54 6 2 3.60 0 57 4 3 3.00 0 59 2 9 1 6.02 0 55 5 2 3.48 0 58 2 3 2.51 0 58 3 10 1 5.13 0 55 6 2 3.56 0 55 5 3 4.29 0 57 3 Rata-rata 4.11 0.00 55.33 4.63 Simpangan Baku 1.01 0.00 2.08 1.06 >2 5 4 1 5 4 3 4 2 2 4 3 5 4 4 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 1 2 3 3 3.03 1.12 Total Lubang 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.0 30 Lampiran 5 Data pengukuran waktu dan persentase keseragaman penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 1. Data persentase menggunakan alat semai Persentase penjatahan benih (%) Waktu Orang Ulangan (menit) 0 1 2 >2 1 1 1.35 1.59 92.06 3.17 3.17 2 1.21 3.17 92.06 4.76 0.00 3 0.59 0.00 100.0 0.00 0.00 2 1 1.27 1.59 95.24 1.59 1.59 2 1.09 0.00 98.41 0.00 1.59 3 1.00 0.00 96.83 0.00 3.17 3 1 1.03 1.59 95.24 3.17 0.00 2 1.05 0.00 95.24 4.76 0.00 3 1.00 0.00 98.41 0.00 1.59 4 1 1.28 3.17 95.24 1.59 0.00 2 1.00 0.00 100.0 0,00 0.00 3 0.59 1.59 93.65 1.59 3.17 5 1 1.20 3.14 92.06 3.17 1.59 2 1.18 1.59 96.83 0.00 1.59 3 1.22 0.00 96.83 3.17 0.00 6 1 1.15 0.00 100.0 0.00 0.00 2 1.09 0.00 98.41 1.59 0.00 3 0.57 1.59 98.41 0.00 0.00 7 1 1.08 0.00 95.24 3.17 1.59 2 1.02 0.00 100.0 0.00 0.00 3 1.00 0.00 98.41 0.00 1.59 8 1 1.20 0.00 96.83 0.00 3.17 2 1.12 0.00 98.41 1.59 0.00 3 0.59 1.59 96.83 1.59 0.00 9 1 1.18 0.00 98.41 1.59 0.00 2 1.20 0.00 95.24 3.17 1.59 3 0.58 0.00 96.83 3.17 0.00 10 1 1.19 0.00 96.83 0.00 3.17 2 1.18 1.59 96.83 1.59 0.00 3 0.56 0.00 96.83 1.59 1.59 Rata-rata 1.04 0.74 96.72 1.53 1.01 Simpangan Baku 0.25 1.06 2.24 1.50 1.19 Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0.00 31 2. Data persentase tanpa menggunakan alat Persentase penjatahan benih (%) Waktu Orang Ulangan (menit) 0 1 2 >2 1 1 4.49 0 79.37 12.70 7.94 2 4.25 0 85.71 7.94 6.35 3 4.28 0 87.30 11.11 1.59 2 1 6.30 0 84.13 7.94 7.94 2 4.26 0 84.13 9.52 6.35 3 3.58 0 88.89 6.35 4.76 3 1 6.00 0 84.13 9.52 6.35 2 3.46 0 87.30 9.52 3.17 3 4.20 0 88.89 7.94 3.17 4 1 4.53 0 84.13 9.52 6.35 2 3.45 0 85.71 9.52 4.76 3 3.17 0 90.48 1.59 7.94 5 1 4.26 0 85.71 7.94 6.35 2 3.34 0 87.30 6.35 6.35 3 2.56 0 88.89 7.94 3.17 6 1 5.22 0 85.71 7.94 6.35 2 3.52 0 90.48 6.35 3.17 3 3.10 0 92.06 4.76 3.17 7 1 5.46 0 85.71 9.25 4.76 2 3.60 0 90.48 4.76 4.76 3 3.25 0 92.06 4.76 3.17 8 1 5.48 0 85.71 9.52 4.74 2 3.60 0 90.58 6.35 3.17 3 3.00 0 93.65 3.17 3.17 9 1 6.02 0 85.71 7.94 6.35 2 3.48 0 92.06 3.17 4.76 3 2.51 0 93.65 4.76 3.17 10 1 5.13 0 87.30 9.52 4.76 2 3.56 0 87.30 7.94 4.76 3 4.29 0 90.48 5.76 4.76 Rata-rata 4.11 0.00 87.83 7.35 4.81 Simpangan Baku 1.01 0.00 3.26 2.51 1.76 Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0.0 32 Lampiran 6 Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 3 HST 1. Data kecambah menggunakan alat semai Tumbuh kecambah Orang Tray Persentase Jumlah (%) 1 1 53 84.13 2 59 93.64 3 50 79.37 2 1 50 79.37 2 51 80.95 3 53 85.71 3 1 55 87.30 2 57 90.48 3 61 96.83 4 1 55 87.30 2 58 92.06 3 60 95.24 5 1 57 90.48 2 60 95.24 3 58 92.06 6 1 61 96.83 2 59 93.65 3 58 92.06 7 1 58 92.06 2 58 92.06 3 61 96.83 8 1 59 93.65 2 57 90.48 3 56 88.89 9 1 53 82.54 2 58 92.06 3 59 93.65 10 1 58 92.06 2 56 88.89 3 60 95.24 Rata-rata 56.93 90.34 Simpangan baku 3.12 4.95 Tidak tumbuh Persentase Jumlah (%) 10 15.87 4 6.35 13 20.63 13 20.63 12 19.05 9 14.29 8 12.70 6 9.52 2 3.17 8 12.70 5 7.94 3 4.76 6 9.25 3 4.76 5 7.94 2 3.17 4 6.35 5 7.94 5 7.94 5 7.94 2 3.17 4 6.35 6 9.52 7 11.11 11 17.46 5 7.94 4 6.35 5 7.94 7 11.11 3 4.76 6.07 9.63 3.12 4.95 Total lubang per tray 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.00 33 2. Data kecambah tanpa menggunakan alat semai Tumbuh kecambah Tidak tumbuh Orang Tray Persentase Persentase Jumlah Jumlah (%) (%) 1 1 53 84.13 10 15.87 2 55 87.30 8 12.70 3 57 90.48 6 9.52 2 1 51 80.95 12 19.05 2 52 82.54 11 17.46 3 55 87.30 8 12.70 3 1 60 95.24 3 4.76 2 56 88.89 7 11.11 3 55 87.30 8 12.70 4 1 59 93.65 4 6.35 2 51 80.95 12 19.05 3 58 92.06 5 7.94 5 1 56 88.89 7 11.11 2 54 85.71 9 14.29 3 54 85.71 9 14.29 6 1 59 93.65 4 6.35 2 58 92.06 5 7.94 3 59 93.65 4 6.35 7 1 60 95.24 3 4.76 2 60 95.24 3 4.76 3 61 96.83 2 3.17 8 1 57 90.48 6 9.52 2 56 88.89 7 11.11 3 55 87.30 8 12.70 9 1 59 93.65 4 6.35 2 58 92.06 5 7.94 3 58 92.06 5 7.94 10 1 57 90.48 6 9.52 2 55 87.30 8 12.70 3 53 84.13 10 15.87 Rata-rata 56.37 89.47 6.63 10.53 Simpangan baku 2.71 4.31 2.71 4.31 Total lubang per tray 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.00 34 Lampiran 7 Data pengukuran pertumbuhan kecambah benih hasil penyemaian menggunakan alat semai dan tanpa alat semai 7 HST 1. Data kecambah menggunakan alat semai Tumbuh kecambah Orang Tray Persentase Jumlah (%) 1 1 55 87.30 2 60 95.24 3 58 92.06 2 1 54 85.71 2 57 90.48 3 57 90.48 3 1 56 88.89 2 59 93.65 3 61 96.83 4 1 61 96.83 2 63 100.0 3 61 96.83 5 1 60 95.24 2 60 95.24 3 61 96.83 6 1 62 98.41 2 60 95.24 3 60 95.24 7 1 62 98.41 2 59 93.65 3 62 98.41 8 1 63 100.0 2 60 95.24 3 61 96.83 9 1 62 98.41 2 61 96.83 3 60 95.24 10 1 61 96.83 2 61 96.83 3 62 98.41 Rata-rata 59.97 95.19 Simpangan baku 2.21 3.51 Tidak tumbuh Persentase Jumlah (%) 8 12.70 3 4.76 5 7.94 9 14.29 6 9.52 6 9.52 7 11.11 4 6.35 2 3.17 2 3.17 0 0.00 2 3.17 3 4.76 3 4.76 2 3.17 1 1.59 3 4.76 3 4.76 1 1.59 4 6.35 1 1.59 0 0.00 3 4.76 2 3.17 1 1.59 2 3.17 3 4.76 2 3.17 2 3.17 1 1.59 3.03 4.81 2.21 3.51 Total lubang per tray 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.00 35 2. Data kecambah tanpa menggunakan alat semai Tumbuh kecambah Tidak tumbuh Orang Tray Persentase Persentase Jumlah Jumlah (%) (%) 1 1 56 88.89 7 11.11 2 58 92.06 5 7.94 3 61 96.83 2 3.17 2 1 56 88.89 7 11.11 2 57 90.48 6 9.25 3 60 95.24 3 4.76 3 1 61 96.83 2 3.17 2 58 92.06 5 7.94 3 58 92.06 5 7.94 4 1 61 96.83 2 3.17 2 56 88.89 7 11.11 3 60 95.24 3 4.76 5 1 56 88.89 7 11.11 2 57 90.48 6 9.52 3 59 93.65 4 6.35 6 1 62 98.41 1 1.59 2 62 98.41 1 1.59 3 63 100.0 0 0.00 7 1 62 98.41 1 1.59 2 61 96.82 2 3.17 3 62 98.41 1 1.59 8 1 60 95.24 3 4.76 2 56 88.89 7 11.11 3 57 90.48 6 9.52 9 1 60 100.0 3 4.76 2 63 95.24 0 0.00 3 59 93.65 4 6.35 10 1 59 93.65 4 6.35 2 57 90.48 6 9.52 3 58 92.06 5 7.94 Rata-rata 59.17 93.92 3.83 6.08 Simpangan baku 2.25 3.57 2.25 3.57 Total lubang per tray 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 63 0.00 36 Lampiran 8 Gambar teknik alat semai 37 38 39 40 RIWAYAT HIDUP Nandrianto Suparno, lahir pada tanggal 10 Mei 1994 di Indramayu, dari Ayah Suparno dan Ibu Wasni yang merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2012 di SMAN 2 Indramayu, Kab. Indramayu. Kemudia melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun 2012 dengan mengambil Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa studinya penulis juga aktif dalam mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya pada tahun 2012 sebagai ketua komisi 2 DPM TPB, pada tahun 2013 menjadi ketua Komisi 2 DPM Fateta, dan pada tahun 2014 staf media LDF Fateta. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan masa perkenalan kampus mahasiswa baru IPB (MPKMB 50) sebagai ketua divisi publikasi, dekorasi dan dokumentasi, dan katua acara panitia pemilihan raya IPB 2015. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah pendidikan agama Islam pada tahun 2015. Penulis juga sempat melaksanakan praktik lapang di PT Momenta Agrikultur (amazing farm) di Lembang Bandung Barat, Jawa Barat pada pertengahan tahun 2015.