SMK Bisnis Dan Perkantoran MATEMATIKA Penulis: Bandung Arry Sanjoyo Fmipa Sri Suprapti ITS Nur Asyiah Dian Winda S. SMK Editor: Erna Apriliani DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2007 Bandung Arry Sanjoyo, Sri Suprapti, Nur Asyiah, Dian Winda S. MATEMATIKA BISINIS DAN PERKANTORAN SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang MATEMATIAK BISNIS DAN PERKANTORAN Untuk SMK Penulis : Bandung Arry Sanjoyo, Sri Suprapti, Nur Asyiah, Dian Winda S. Ukuran Buku …… BAS …. : …… x …… cm Bandung Arry Sanjoyo, Sri Suprapti, Nur Asyiah, Dian Winda S. Matematika Bisinis dan Perkantoran oleh Bandung Arry Sanjoyo, Sri Suprapti, Nur Asyiah, Dian Winda S..--Jakarta:Pusat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. vi. 636 hlm. ISBN ……-……-……-…… 1. Matematika Bisnis dan Perkantoran Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 Diperbanyak oleh…. KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK KATA PENGANTAR Matematika merupakan suatu alat untuk berkomunikasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan matematika kita dapat mengungkapkan gejala – gejala alam, sosial, dan teknik dengan suatu ungkapan rumusan matematika yang tidak memuat makna ganda. Bahkan dengan berbantuan matematika kita dapat menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, manajemen, dan teknik dengan penyelesaian yang akurat dan optimal. Fakta menunjukkan bahwa beberapa pemenang nobel untuk bidang ekonomi atau teknik berasal dari matematikawan. Oleh karena itu, mempelajari dan menguasai matematika dari usia sekolah dasar maupun lanjut merupakan suatu kebutuhan. Buku ini disusun dengan memperhatikan konsep berfikir matematis dan selalu mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada permasalahan ekonomi, bisnis, dan manajemen. Pada setiap konsep kecil yang dituangkan dalam suatu sub bab selalu dikaitkan dengan permasalahan sehari – hari. Juga pada setiap bab diawali dengan kalimat motivasi, pembuka dan perangsang bagi pembaca untuk mengerti dari awal, kira-kira akan dipakai seperti apa dan dimana. Belajar matematika tidak cukup hanya dengan mengerti konsep saja. Harus disertai dengan banyak latihan olah pikir serupa dengan contoh – contoh yang diberikan. Untuk itu, pada setiap akhir sub bab diberikan banyak soal – soal sebagai latihan dalam menguasai konsep dan miningkatkan ketrampilan olah pikir dan penyelesaian permasalahan. i ii Kata Pengantar Susunan materi di buku ini berpedoman pada silabus dan GBPP yang telah disusun oleh Depdiknas untuk matematika tingkat SMK bidang Bisnis dan Perkantoran. Sehingga rujukan yang dipakai banyak menggunakan buku matematika untuk SMK dan SMA/MA. Namun demikian juga memperhatikan beberapa buku matematika untuk perguruan tinggi maupun buku aplikasi matematika. Dengan harapan bahwa konsep dan aplikasi matematika tidak terabaikan, juga tingkatan penyampaian materi sangat memperhatikan usia sekolah SMK. Banyak kata motivasi dan kalimat definitif diambil dari buku rujukan yang dipakai. Untuk suatu topik gagasan, sering diambil dari gabungan beberapa buku yang kemudian diungkapkan kedalam suatu kalimat yang sekiranya akan mudah dimengerti oleh siswa SMK. Buku Matematika SMK Bisnis dan Perkantoran ini terdiri dari 11 bab. Bab awal memuat materi dasar dalam matematika, yang akan dipakai untuk materi lain yang ada pada bab sesudahnya. Setiap bab berisi tentang topik kajian matematika yang disajikan lewat orientasi / ilustrasi, teori, beberapa contoh soal mulai dari yang mudah ke soal yang sulit. Sebelum mengerjakan latihan soal-soal pada setiap subbab, didahului dengan rangkuman, dengan tujuan siswa dapat mengingat hal-hal penting dari subbab yang telah dipelajari. Bab 1, tentang topik kajian bilangan real. Bilangan real merupakan hal dasar dari mempelajari semua topik kajian matematika. Oleh karena itu, bab ini wajib dipelajari terlebih dahulu sebelum mengkaji bab – bab lain. Bab 1 memuat tentang himpunan bilangan-bilangan. Mulai dari bilangan asli sampai dengan bilangan real. Operasi pada bilangan real iii Kata Pengantar dan sifat-sifatnya dibahas mendetail pada bab ini. Seperti operasi jumlah, kurang, kali, bagi, pangkat, dan logaritma. Bab 2, tentang persamaan dan pertidaksamaan. Setelah mengenal objek bilangan real, dikenalkan tentang ekspresi matematika dalam bentuk persamaan dan pertidaksamaan. Persamaan dan pertidaksamaan ini merupakan ekspresi matematika yang dapat dipakai untuk merumuskan berbagai macam persoalan yang sering kita hadapi. Persamaan dan pertidaksamaan yang dikaji dibatasi pada persamaan dan pertidaksamaan linear dan kuadrat. Namun juga membahas sistem persamaan linear dengan dua dan tiga peubah. Sistem persamaan linearkuadrat juga dikenalkan pada bab ini. Pemakaian keduanya pada permasalahan sehari-hari juga disajikan cukup banyak. Bab 3, tentang matriks. Matriks merupakan suatu objek di matematika yang didefinisikan dan dikenakan berbagai macam operasi pada matriks. Macam matriks dan sifat-sifat operasi pada matriks dibahas secara mendalam, yang pada akhir dapat dipakai untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan kita. Sepertinya permasalahan sistem persamaan linear dapat juga diselesaikan dengan menggunakan konsep matriks ini. Bab 4, tentang program linear. Program linear merupakan suatu metoda untuk mendapatkan nilai optimal dari suatu permasalahan optimasi atas suatu kendala sistem pertidaksamaan linear. Pada pembahasan program linear, dibatasi pada permasalahan yang hanya melibatkan dua peubah, diawali dengan contoh-contoh penerapan pada permasalahan seharihari. Dilanjutkan dengan pemodelan kalimat verbal ke dalam model iv Kata Pengantar matematika program linear. Teknik meyelesaiakan program linear disajikan dalam dua cara, termasuk penggunaan garis selidik. Bab 5, tentang logika matematika. Pada bab ini membahas tentang nilai kebenaran suatu kalimat. Berbagai macam operasi penghubung kalimat seperti ingkaran/ negasi, disjungsi, konjungsi, implikasi, biimplikasi, modus ponens, tollens, dan silogisme. Bab 6, tentang fungsi. Diawali pembahan tentang pengertian fungsi, pengenalan berbagai macam fungsi seperti fungsi linear dan fungsi kuadrat dan penerapannya pada permasalahan sehari-hari. Bab 7, tentang barisan dan deret. Diawali tentang pembahasan pengertian barisan dan deret, pengenalan pola bilangan, macam-macam deret seperti deret aritmatika dan geometri. Pemakaian deret pada kasus nyta juda sedikit dikenalkan. Bab 8, tentang geometri bidang. Suatu konsep matematika yang mempunyai banyak pemakaian adalah geometri. Bab geometri bidang diawali dengan pengenalan sudut, keliling, luas, transformasi geometri, dan penerapannya. Bab 9, tentang peluang. Konsep di matematika yang setiap haris kita selalu berhubungan adalah konsep peluang. Peluang yang dibahas pada buku ini dimulai dari membahas secara detail tentang ruang sampel. Dalam konsep penghitungan (counting), ruang sampel merupakan dasar dari semua penghitungan dan penghitungan peluang dari setiap kejadian. Dibahas pula tentang peluang kejadian bersyarat. v Kata Pengantar Bab 10, tentang statistika. Membahas segala hal yang berkaitan dengan data. Penyajian data dalam berbagai macam bentuk, seperti tabel, diagram, dan grafik dibahas pada bab ini. Dilanjutkan dengan pembahasan tentang ukuran statistika dan penyebaran data. Bab 11, tentang matematika keuangan. Hitung keuangan adalah suatu kegiatan yang setiap hari dijalani manusia. Dasar dari aktivitas hitung keuangan adalah matematika keuangan. Dalam bab ini, dibahas tentang berbagai macam hitung keuangan seperti bunga tunggal, bunga majemuk, diskonto, nilai tunai, valuta, rente, anuitas, dan saldo menurun. Dengan bekal matematika untuk SMK Bisnis dan perkantoran ini, diharapkan lulusan SMK mempunyai bekal yang cukup dalam berfikir secara logis dan sistematis dengan selalu berpijak pada kaidah-kaidah keilmuan matematika dalam menghadapi problema-problema pada dunia kerja. Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan oleh penulis. Suatu penghargaan yang setinggi – tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan meberikan fasilitas dalam penyusunan buku ini. Terutama kepada beliau-beliau yang dengan ikhlas mengarahkan, mengoreksi, memberikan masukan terhadap isi buku ini. Sekali lagi kami menyampaikan perhargaan yang sangat tinggi dan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis. vi Kata Pengantar DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I DAFTAR ISI 1. VII SISTEM BILANGAN REAL 1.1 1 BILANGAN REAL DAN OPERASI PADA REAL 1.1.1 BILANGAN REAL 1.1.2 OPERASI PADA BILANGAN REAL 1.2 2 2 PERBANDINGAN, SKALA DAN PERSEN 16 25 1.2.1 PERBANDINGAN 25 1.2.2 SKALA 29 1.2.3 PERSEN 30 1.3 OPERASI PADA BILANGAN BERPANGKAT BULAT 34 1.3.1 PANGKAT BILANGAN POSITIF 34 1.3.2 PANGKAT BILANGAN NEGATIF DAN NOL 37 1.3.3 PENERAPAN OPERASI BILANGAN BERPANGKAT 43 1.4 BILANGAN DALAM BENTUK AKAR (IRASIONAL) 53 1.4.1 OPERASI ALJABAR PADA BILANGAN BERBENTUK AKAR 55 1.4.2 MERASIONALKAN PENYEBUT 58 1.5 BILANGAN BERPANGKAT RASIONAL 62 1.6 LOGARITMA 70 1.6.1 PENGERTIAN LOGARITMA 70 vii viii Daftar Isi 1.6.2 MENGHITUNG LOGARITMA 73 1.6.3 SIFAT – SIFAT LOGARITMA 82 1.6.4 CONTOH PEMAKAIAN LOGARITMA 85 2. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN 2.1 93 PERSAMAAN LINEAR 94 2.1.1 PERSAMAAN LINEAR SATU PEUBAH 95 2.1.2 PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH 101 PERSAMAAN KUADRAT 2.2 107 2.2.1 MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT 2.2.2 MENCARI HUBUNGAN AKAR‐AKAR PERSAMAAN KUADRAT 127 2.2.3 HUBUNGAN ANTARA AKAR‐AKAR PERSAMAAN 110 KUADRAT LAINNYA 2.2.4 MENERAPKAN PERSAMAAN KUADRAT SISTEM PERSAMAAN LINEAR 2.3 134 142 154 2.3.1 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH 156 2.3.2 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA PEUBAH 165 2.4 SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT DUA PEUBAH 171 2.5 175 PERTIDAKSAMAAN 2.5.1 PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU PEUBAH 178 2.5.2 PERTIDAKSAMAAN KUADRAT 182 2.5.3 PERTIDAKSAMAAN PECAH RASIONAL 185 2.5.4 MENERAPKAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT 189 3. MATRIKS 177 Daftar Isi ix 3.1 MATRIKS DAN OPERASINYA 177 3.2 INVERS MATRIKS 189 3.3 DETERMINAN 196 3.4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN MATRIKS 207 3.4.1 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DENGAN INVERS MATRKS 3.4.2 210 METODA CRAMER 212 4. PROGRAM LINEAR 219 4.1 220 SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN DAERAH PENYELESAIANNYA 4.1.1 220 4.1.2 SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN DAERAH PENYELESAIANNYA 229 4.2 MODEL MATEMATIKA DARI PROGRAM LINEAR 240 4.3 NILAI OPTIMUM DARI DAERAH PENYELESAIAN SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR. 253 4.4 PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN GARIS SELIDIK 270 5. 279 LOGIKA 5.1 PERNYATAAN DAN KALIMAT TERBUKA 281 5.1.1 PROPOSISI 281 5.1.2 KALIMAT TERBUKA 283 x 5.2 Daftar Isi PENGHUBUNG ATAU KONEKTIF (CONNECTIVE) 285 5.2.1 NEGASI 286 5.2.2 KONJUNGSI 287 5.2.3 DISJUNGSI 288 5.2.4 IMPLIKASI (PROPOSISI BERSYARAT) 290 5.2.5 BIIMPLIKASI 293 5.2.6 TABEL KEBENARAN (TRUTH TABLE) 297 5.3 KUANTOR UNIVERSAL DAN KUANTOR EKSISTENSIAL 301 5.3.1 NEGASI DARI PERNYATAAN BERKUANTOR 303 5.3.2 HUBUNGAN INVERS, KONVERS DAN KONTRAPOSISI 304 5.3.3 DUA BUAH PERNYATAAN MAJEMUK YANG EKUIVALEN 306 5.4 SILOGISME, MODUS PONENS DAN MODUS TOLLENS 310 5.4.1 SILOGISME 311 5.4.2 MODUS PONENS 313 5.4.3 MODUS TOLLENS 315 6. FUNGSI 321 6.1 FUNGSI DAN RELASI 322 JENIS‐JENIS FUNGSI 327 6.1.1 6.2 FUNGSI LINIER 332 6.2.1 MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI LINIER 333 6.2.2 PERSAMAAN GARIS LURUS YANG MELALUI SEBUAH TITIK DENGAN GRADIEN DIKETAHUI 6.2.3 PENENTUAN PERSAMAAN GARIS LURUS YANG MELALUI DUA TITIK 337 336 Daftar Isi xi 6.2.4 KEDUDUKAN DUA BUAH GARIS LURUS 338 6.2.5 INVERS FUNGSI LINIER 6.3 FUNGSI KUADRAT 6.3.1 BENTUK UMUM PARABOLA 6.3.2 MENENTUKAN PUNCAK, PERSAMAAN SUMBU SIMETRI DAN 338 343 346 KOORDINAT FOKUS SUATU PARABOLA 348 6.4 APLIKASI UNTUK EKONOMI 359 7. 365 BARISAN DAN DERET 7.1 POLA BILANGAN, BARISAN, DAN DERET 366 7.1.1 POLA BILANGAN 366 7.1.2 BARISAN 368 7.1.3 NOTASI SIGMA 374 7.1.4 DERET 380 7.2 BARISAN DAN DERET ARITMATIKA 388 7.3 BARISAN DAN DERET GEOMETRI 399 8. GEOMETRI BIDANG 413 8.1 414 SUDUT 8.2 KELILING BANGUN DATAR 424 8.2.1 PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG 425 8.2.2 JAJARAN GENJANG, LAYANG – LAYANG DAN TRAPESIUM 427 8.2.3 SEGITIGA 427 8.2.4 LINGKARAN 8.3 LUAS BANGUN DATAR 435 437 xii Daftar Isi 8.3.1 PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG 437 8.3.2 SEGITIGA 438 8.3.3 JAJARAN GENJANG 439 8.3.4 LAYANG ‐ LAYANG 440 8.3.5 TRAPESIUM 442 8.3.6 LINGKARAN 443 8.4 TRANSFORMASI GEOMETRI 446 8.4.1 447 TRANSLASI 8.4.2 ROTASI 451 8.4.3 REFLEKSI (PENCERMINAN) 455 8.4.4 DILATASI 459 8.5 KOMPOSISI TRANSFORMASI 464 8.5.1 KOMPOSISI TRANSLASI 464 8.5.2 KOMPOSISI ROTASI 465 8.5.3 KOMPOSISI REFLEKSI (PENCERMINAN) 466 8.5.4 KOMPOSISI LEBIH DARI DUA TRANSFORMASI 468 8.6 PENERAPAN GEOMETRI BIDANG 471 9. PELUANG 475 9.1 476 PENGERTIAN DASAR 9.2 KAIDAH PENCACAHAN 479 9.2.1 KAIDAH PERKALIAN 480 9.2.2 KAIDAH PENJUMLAHAN 483 9.3 PERMUTASI DAN KOMBINASI 485 NOTASI FAKTORIAL 485 9.3.1 Daftar Isi xi ii 9.3.2 PERMUTASI 486 9.3.3 KOMBINASI 498 9.4 PELUANG SUATU KEJADIAN PELUANG KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN 9.4.1 509 515 9.4.2 PELUANG GABUNGAN DUA KEJADIAN 516 9.4.3 PELUANG GABUNGAN DUA KEJADIAN SALING LEPAS 518 9.4.4 PELUANG BERSYARAT DAN KEJADIAN SALING BEBAS 520 9.4.5 FREKUENSI HARAPAN SUATU KEJADIAN 528 10. 535 STATISTIKA 10.1 PENGERTIAN DASAR 535 10.1.1 PENGERTIAN STATISTIKA 536 10.1.2 PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL 536 10.1.3 MACAM – MACAM DATA 537 PENYAJIAN DATA 10.2 540 10.2.1 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK TABEL 540 10.2.2 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK DIAGRAM 546 10.2.3 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK GRAFIK 551 UKURAN STATISTIKA BAGI DATA 10.3 555 10.3.1 UKURAN PEMUSATAN 555 10.3.2 UKURAN PENYEBARAN 563 11. MATEMATIKA KEUANGAN 581 11.1 BUNGA TUNGGAL DAN BUNGA MAJEMUK 581 11.2 DISKONTO 591 xiv Daftar Isi 11.3 BUNGA MAJEMUK 593 11.4 NILAI TUNAI, NILAI AKHIR, DAN VALUTA 597 11.5 RENTE (RENTETAN MODAL) 602 11.6 ANUITAS 613 11.7 METODE SALDO MENURUN 624 1. Sistem Bilangan Real Bab 1 SISTEM BILANGAN REAL B Anton ilangan real mempunyai banyak pemakaian, misal setengah keuntungan usaha Anton tahun 2007 digunakan untuk menambah modal usaha. Jika keuntungan usaha Anton pada tahun 2007 adalah Rp 100.000.000, maka pada tahun 2007 bertambah modal usaha sebesar . Penambahan modal usaha Anton tersebut, juga dapat dinyatakan dalam bentuk persen (%), yaitu 50% dari keuntungan pada tahun 2007. Besarnya kerugian suatu usaha juga dapat dinyatakan dengan menggunakan bilangan real negatif. Pada bab ini akan dipelajari tentang bilangan real dan operasi yang dapat dilakukan pada bilangan real. Operasi-operasi yang berlaku pada bilangan real tersebut meliputi: operasi pada bilangan bulat dan pecahan, operasi pada bilangan berpangkat, menerapkan operasi pada bilangan irasional (bentuk akar), operasi pada logaritma. Selain itu, juga dibahas konversi bilangan- 1 2 Bab 1: Sistem Bilangan Real bilangan bulat dan bilangan pecahan ke atau dari bentuk persen, pecahan desimal, pecahan campuran. Pada bab ini juga dibahas masalah perbandingan, skala, dan persen. 1.1 BILANGAN REAL DAN OPERASI PADA REAL 1.1.1 BILANGAN REAL Sistem bilangan merupakan dasar matematika. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengenal berbagai jenis bilangan dan perbedaan di antara bilangan-bilangan tersebut. Dalam sub-bab ini akan dikenalkan mengenai dasar dan istilah yang berkaitan dengan bilangan asli, cacah, bulat, rasional, irasional, dan real. Bilangan Asli Dalam keseharian, biasanya orang membilang mulai dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya. Bilangan – bilangan ini dinamakan bilangan asli. Himpunan bilangan asli (natural) biasa dilambangkan dengan N, adalah suatu himpunan yang anggotanya bilangan asli, seperti dituliskan berikut ini. N = {1, 2, 3, 4, 5, ... } Bilangan Cacah Jika bilangan 0 dimasukkan dalam himpunan bilangan asli, maka himpunan tersebut dinamakan himpunan bilangan cacah, dan dilambangkan dengan H, yaitu: H = {0, 1, 2, 3, 4, 5, ... } Bab 3: Sistem Bilangan Real 3 Setiap bilangan asli juga merupakan bilangan cacah, akan tetapi bukan sebaliknya. CONTOH 1.1.1 • Bilangan 7 adalah bilangan asli dan 7 juga merupakan bilangan cacah. • Bilangan 4 adalah bilangan asli dan 4 juga merupakan bilangan cacah. • Bilangan 0 merupakan bilangan cacah akan tetapi 0 bukan merupakan bilangan asli. Bilangan Bulat Bilangan asli 7 dapat juga dituliskan dengan memberikan tanda + didepannya menjadi +7. Jadi bilangan 7 dan +7 adalah sama. Namun demikian, tanda + tidak biasa dituliskan. Dalam perhitungan banyaknya suatu objek, sering dijumpai adanya kekurangan objek. Misal jumlah apel dalam suatu kardus seharusnya 100 buah apel, ternyata setelah dilakukan penghitungan banyaknya apel ada 97 buah. Jadi ada kekurangan buah apel sebanyak 3 buah. Untuk menyatakan kekurangan 3 buah apel ini dapat dituliskan dengan symbol -3 buah apel. Selanjutnya didefiniskan suatu bilangan negatif –n dengan n adalah bilangan asli. Himpunan bilangan yang dinotasikan dengan lambang Z dan mempunyai anggota seperti berikut ini dinamakan himpunan bilangan bulat (integer). Z = {... ,-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ... } 4 Bab 1: Sistem Bilangan Real Setiap bilangan cacah juga merupakan bilangan bulat, akan tetapi bukan sebaliknya. Himpunan bilangan asli merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan cacah, begitu juga himpunan bilangan cacah merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat. CONTOH 1.1.2 • Bilangan 7 adalah bilangan cacah dan 7 juga merupakan bilangan bulat. • Bilangan 0 adalah bilangan cacah dan 0 juga merupakan bilangan bulat. • Bilangan -7 merupakan bilangan bulat akan tetapi -7 bukan merupakan bilangan cacah. Jadi bilangan bulat terdiri dari: 9 Bilangan bulat positif, yaitu: 1, 2, 3, ... 9 Bilangan bulat 0 (nol), dan 9 Bilangan bulat negatif, yaitu: -1, -2, -3, ... Bilangan Rasional Himpunan bilangan rasional, dinotasikan dengan lambang Q. Bilangan rasional berbentuk pembagian bilangan bulat dengan p disebut pembilang (numerator) dan q≠0 disebut penyebut (denominator). Karena itu, himpunan bilangan rasional dapat dituliskan sebagai berikut. Bab 3: Sistem Bilangan Real 5 CONTOH 1.1.3 Berikut ini merupakan contoh-contoh bilangan rasional: • adalah bilangan rasional yang berbentuk dengan a < b. Bentuk bilangan rasional seperti ini disebut pecahan murni. • adalah bilangan rasional yang berbentuk dengan a > b. Bentuk bilangan rasional seperti ini disebut pecahan tak murni. Perhatikan bahwa setiap bilangan bulat juga merupakan bilangan rasional karena setiap bilangan bulat p dapat ditulis sebagai pembagian . Bilangan rasional mempunyai tak berhingga banyak bentuk representasi bilangan. Seperti bilangan rasional 1 dapat dituliskan dengan , atau , atau , atau yang lainnya. bilangan rasional dituliskan dengan , atau Sifat bilangan rasional: , atau , atau yang lainnya. dapat 6 Bab 1: Sistem Bilangan Real Nilai dari suatu bilangan rasional tidak berubah, jika pembilang p dan penyebut q keduanya dikalikan atau dibagai dengan bilangan bulat selain 0. Bentuk Desimal Bilangan rasional dapat dituliskan dalam bentuk desimal . Untuk i = 1, 2, 3, …, n+m, di merupakan angka / digit desimal 0, 1, 2, …, atau 9. Nilai dari bilangan adalah bentuk desimal d1(10n)+d2(10n-1)+…+dn(100)+dn+1(10-1)+dn+2(10-2)+…dn+m(10m) dengan : • , , • , • Sedangkan , dan seterusnya. , , dan seterusnya didefinisikan dengan Sebagai gambaran bilangan 235,47 mempunyai nilai . Bab 3: Sistem Bilangan Real 7 CONTOH 1.1.4 Berikut ini merupakan contoh-contoh bentuk desimal dari bilangan rasional: • , nilai 0,5 didapat dari membagi bilangan 1 dengan bilangan 2. • , nilai 0,25 didapat dari membagi bilangan 1 dengan bilangan 4. • , nilai 7,5 didapat dari membagi bilangan 15 dengan bilangan 2. • , tanda … menyatakan angka perulangan 3 diulang terus sampai dengan tak berhingga banyak. Bentuk 0,33333… ini sering disingkat dengan • . , tanda … menyatakan angka perulangan 25 diulang terus sampai dengan tak berhingga banyak. Bentuk 0,252525… ini sering disingkat dengan . Dengan memperhatikan contoh di atas, dapat dikatakan bahwa: 1. Ada bilangan rasional yang dapat dinyatakan dalam bentuk desimal terbatas, seperti bilangan 0,5 ; 0,25 ; 0,125 dan lainnya. 2. Ada bilangan rasional yang dapat dinyatakan dalam bentuk desimal tak terbatas, seperti: a. Bilangan 0,3333… angka 3 dibelakang tanda koma berulang tak terbatas. 8 Bab 1: Sistem Bilangan Real b. Bilangan 0,125125125125… angka 125 dibelakang tanda koma berulang tak terbatas. CONTOH 1.1.5 Nyatakan bilangan rasional desimal berikut ini ke dalam bentuk pembagian dua bilangan bulat . a. 2,3 b. 23,45 Penyelesaian: a. Dimisalkan bilangan rasional yang dicari adalah x. Jadi x = 2,3 Kalikan kedua ruas dari persamaan dengan 10. Kita ambil pengali 10 karena angka dibelakang tanda koma terbatas satu angka. Lanjutkan dengan operasi aljabar, didapat hasil berikut ini. 10 x = 23, atau x= b. Dimisalkan bilangan rasional yang dicari adalah x. Jadi x = 23,45 Kalikan kedua ruas dari persamaan dengan 100. Kita ambil pengali 100 karena angka dibelakang tanda koma terbatas dua angka. Lanjutkan dengan operasi aljabar, didapat hasil berikut ini. 100 x = 2345, atau x= Bab 3: Sistem Bilangan Real 9 CONTOH 1.1.6 Nyatakan bilangan rasional desimal berikut ini ke dalam bentuk pembagian dua bilangan bulat . a. 1,33333… b. 0,123123123… Penyelesaian: a. Dimisalkan bilangan rasional yang dicari adalah x. Jadi x = 1,33333… Kalikan kedua ruas dari persamaan dengan 10, kita ambil pengali 10 karena angka dibelakang tanda koma tak terbatas dan hanya satu angka yang berulang, yaitu 3. Lanjutkan dengan operasi aljabar, didapat hasil berikut ini. 10 x = 13,33333… 10 x = 12 + 1,33333… 10 x = 12 + x 9 x = 12 x= b. Dimisalkan bilangan rasional yang dicari adalah x. Jadi x = 0,123123123… Kalikan kedua ruas dari persamaan dengan 1000, kita ambil pengali 1000 karena angka dibelakang tanda koma tak terbatas dan hanya tiga angka yang berulang, yaitu 123. Lanjutkan dengan operasi aljabar, didapat hasil berikut ini. 1000 x = 123,123123123… 1000 x = 123 + 0,123123123… 10 Bab 1: Sistem Bilangan Real 1000 x = 123 + x 999 x = 123 x= Langkah-langkah berikut merubah bilangan rasional berbentuk desimal menjadi bilangan rasional berbentuk . 1. Lakukan pemisalan bilangan rasional yang dicari adalah x= . 2. Jika m berhingga / terbatas, maka kalikan kedua ruas . persamaan pada langkah 1 dengan bilangan Jika m tak berhingga / tak terbatas, maka kalikan kedua ruas persamaan pada langkah 1 dengan bilangan , dengan r adalah banyaknya digit yang berulang pada deretan digit dn+1dn+2…dn+m. 3. Lakukan operasi aljabar untuk membawa x kedalam bentuk dengan p dan q≠0 bilangan bulat. Bilangan desimal yang mempunyai angka dibelakang tanda koma tak terbatas dan tak berulang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pembagian bilangan bulat . Seperti bilangan desimal x=3,010010001000010000010000001… tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pembagian bilangan bulat. Oleh karena itu bilangan x tersebut bukan bilangan rasional, atau x merupakan bilangan irasional. Bilangan Irasional Bab 3: Sistem Bilangan Real 11 Bilangan irasional atau bilangan bukan rasional yaitu bilanganbilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian bilangan bulat. CONTOH 1.1.7 Bilangan adalah bilangan irasional. Ini dapat dibuktikan secara analitis, namun tidak ditunjukkan disini. Akan tetapi, akan ditampilkan dalam bentuk desimal yang diambil dengan menggunakan perangkat lunak Maple. Amatilah bahwa angka-angka dibelakang tanda koma pada bilangan tidak ada yang berulang. • , nilai desimal yang dipotong sampai dengan 30 angka dibelakang tanda koma. • , nilai desimal yang dipotong sampai dengan 80 angka dibelakang tanda koma. Simbul adalah simbul “hampir sama dengan”. CONTOH 1.1.8 Amatilah bahwa angka-angka dibelakang tanda koma pada bilangan yang diambil dengan menggunakan perangkat lunak Maple, tidak ada sederetan angka yang berulang. 12 Bab 1: Sistem Bilangan Real • , nilai desimal yang dipotong sampai dengan 20 angka dibelakang tanda koma. • , desimal nilai yang dipotong sampai dengan 80 angka dibelakang tanda koma. Bilangan Real Gabungan himpunan bilangan rasional dan irasional membentuk suatu himpunan bilangan yang disebut himpunan bilangan real dan dinotasikan dengan R. Bilangan real dapat dikaitkan dengan titik pada sebuah garis. Garis ini mempunyai arah ke kanan dan ke kiri. Dipilih sebuah titik acuan 0 pada garis tersebut, yang disebut titik awal. Titik acuan awal ini yang berkaitan dengan bilangan real 0. Dari titik acuan 0, garis arah ke kanan sebagai arah positif dan titik pada garis arah positif ini menyatakan sebuah bilangan real positif. Dari titik acuan 0 ke arah kiri sebagai arah negatif dan titik pada garis arah negatif ini menyatakan sebuah bilangan real negatif. Lihat Gambar 1.1.1 dibawah ini. 2 Gambar 1.1.1. Garis Bilangan Real 1 1 Pada tahun 1637 Ren´e Descartes1 menerbitkan suatu karya filsafat yang berjudul Discourse on the Method of Rightly Conducting the Reason. Dalam lampiran tersebut Ren´e Descartes menghubungkan aljabar dengan geometri, yang merupakan kreasi baru dan disebut geometri analitik; suatu cara untuk menjelaskan rumus aljabar dengan Bab 3: Sistem Bilangan Real 13 Dengan sebarang satuan pengukuran, setiap bilangan real positif x Dengan sembarang satuan pengukuran, setiap bilangan real positif x dinyatakan dengan suatu titik yang berjarak x satuan ke arah kanan dari titik awal, dan setiap bilangan real negatif –x dinyatakan dengan titik yang berjarak x satuan ke arah kiri dari titik awal. CONTOH 1.1.9 Perhatikan Gambar 1.1.2, pada garis bilangan real diberi tanda tempat titik-titik dengan koordinat . Tempat dari dan π merupakan hampiran yang diperoleh dari hampiran desimalnya yaitu dan . Gambar 1.1.2 Posisi beberapa bilangan real pada garis bilangan Berdasarkan cara di atas, bilangan-bilangan real dan titik-titik pada garis koordinat adalah berhubungan. Setiap bilangan real akan dikawankan dengan satu titik tunggal dan setiap titik akan dikawankan dengan satu bilangan real. Oleh karena itu, bilangan real dan titik-titik pada garis koordinat berkorespondensi satu-satu. kurva geometrik dan sebaliknya, kurva geometrik dengan rumus aljabar. Dalam geometri analitik, bilangan real dinyatakan dengan titik pada sebuah garis. 14 Bab 1: Sistem Bilangan Real Bilangan real dapat diurut berdasarkan nilai desimalnya. Bilangan real lebih besar dari bilangan real . Karena Bilangan real lebih kecil dari bilangan real . Karena > 1,4. < . Bilangan Kompleks Kuadrat suatu bilangan real selalu tak negatif. Oleh karena itu persamaan tidak mempunyai penyelesaian dalam bentuk bilangan real. Pada abad XVIII para matematikawan memperbaiki permasalahan tersebut dengan memperkenalkan bilangan baru, yang dinotasikan dengan dan didefinisikan sebagai . Definisi ini selanjutnya mengarah pada perkembangan bilangan kompleks, yaitu bilangan-bilangan yang berbentuk a + bi dengan a dan b bilangan real. Bilangan – bilangan kompleks ini, jika dihimpun membentuk sebuah himpunan bilangan kompleks yang biasa dinotasikan dengan C dan dinyatakan sebagai: Bab 3: Sistem Bilangan Real 15 CONTOH 1.1.10 Beberapa contoh bilangan kompleks, sebagai berikut. a. 1‐2i = b. 2+i = c. ‐5+10i = dengan a = 1 dan b = ‐2. dengan a = 2 dan b = 1. dengan a = ‐5 dan b = 10. d. ‐5 =‐5 + 0i dengan a = ‐5 dan b = 0. e. 10i = 0 + 10 I dengan a = 0 dan b = 10. Perhatikan bahwa setiap bilangan real a juga merupakan bilangan kompleks karena dapat ditulis sebagai a = a + 0i. Jadi, himpunan bilangan real adalah himpunan bagian dari bilangan kompleks. Bilangan kompleks yang bukan bilangan real disebut bilangan imajiner. Jadi bilangan imajiner berbentuk bi, dengan Susunan bilangan-bilangan dapat diringkas dalam gambar berikut ini Gambar 1.1.3 Diagram Himpunan Bilangan 16 Bab 1: Sistem Bilangan Real Pada buku ini, bilangan kompleks hanya ditampilkan sebagai perkenalan, dan tidak akan dibahas lebih mendalam. 1.1.2 OPERASI PADA BILANGAN REAL Sebelum ini, kita telah dikenalkan dengan jenis bilangan, yaitu bilangan asli, cacah, bulat, rasional, irasional, real, dan kompleks. Untuk selanjutnya, bilangan yang akan dibahas adalah bilangan real. Pada sub bab ini akan diperkenalkan operator dan sifat-sifat operasi dasar pada bilangan real. Beberapa operator yang dapat dikenakan pada bilangan real adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian,dan pembagian. 1. Operasi Penjumlahan (+) Jika a, b merupakan bilangan real atau a,b∈ R maka hasil penjumlahan antara a dan b adalah bilangan real c dan ditulis c = a + b. Cara mendapatkan hasil penjumlahan secara geometris • Letakkan bilangan pertama a pada garis bilangan. • Untuk b > 0, langkahkan ke kanan sejauh (sebanyak) bilangan kedua b. Untuk b < 0, langkahkan ke kiri sejauh bilangan -b. Untuk b=0, a+b=a. Langkah – langkah di atas, untuk b positif dapat digambarkan sebagai berikut. Bab 3: Sistem Bilangan Real 17 Gambar 1.1.4 Representasi geometris dari c = a + b Sifat operasi penjumlahan Untuk bilangan real a, b, dan c, berlaku sifat-sifat operasi penjumlahan sebagai berikut. i. Sifat tertutup Penjumlahan dua buah bilangan real menghasilkan bilangan real juga. ii. Sifat komutatif a+b=b+a iii. Sifat asosiatif (a + b) + c = a + (b + c) iv. Adanya elemen identitas/netral a+0=0+a =a Bilangan 0 dinamakan elemen identitas untuk penjumlahan. v. Adanya elemen invers a + (-a) = 0 , bilangan -a dikatakan invers penjumlahan dari a. CONTOH 1.1.11 Tentukan hasil 5 + 3 dan 3 + 5 + 2 dengan menggambarkan secara geometris. Penyelesaian: 18 Bab 1: Sistem Bilangan Real Berdasarkan gambar di atas: • • Hasil dari 5 + 3 adalah 8. Hasil dari 3 + 5 + 2 = (3+5)+2 = 8 + 2 = 10 Lakukan sendiri untuk menjumlahkan 3 + 5 dan 5 + (3 + 2). Perhatikan bahwa sifat-sifat tertutup, komutatif dan assosiatif terlihat pada contoh ini. CONTOH 1.1.12 Tentukan hasil a + a dan a + a + a dengan menggambarkan secara geometris. Dengan a > 0. Penyelesaian: Berdasarkan gambar di atas: • Hasil dari a + a adalah 2a. • Hasil dari a + a + a = (a + a)+a = 2a + a = 3a Bab 3: Sistem Bilangan Real 19 2. Operasi Pengurangan (-) Jika a,b∈ R maka hasil pengurangan / selisih antara a dan b adalah bilangan real c dan ditulis c = a – b = a + (-b). Cara mendapatkan hasil pengurangan secara geometris • Letakkan bilangan pertama a pada garis bilangan. • Untuk b > 0, langkahkan ke kiri sejauh (sebanyak) bilangan kedua b. Untuk b < 0, langkahkan ke kanan sejauh bilangan -b. Untuk b=0, a-b=a. Langkah – langkah di atas (untuk nilai b > 0) dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1.1.5 Representasi geometris dari c = a – b = a + (-b) Sifat operasi pengurangan Untuk bilangan real a, b, dan c, berlaku sifat-sifat operasi pengurangan sebagai berikut. i. Sifat tertutup Pengurangan dua buah bilangan real menghasilkan bilangan real juga. ii. Sifat tidak komutatif Jika a ≠ b, maka a - b ≠ b - a 20 Bab 1: Sistem Bilangan Real iii. Sifat tidak asosiatif Jika c≠ 0, maka (a - b) - c ≠ a - (b - c) CONTOH 1.1.13 Tentukan hasil 5 - 3 dan 5 - 3 - 2 dengan menggambarkan secara geometris. Penyelesaian: Berdasarkan gambar di atas: • Hasil dari 5 - 3 adalah 2. • Hasil dari 5 - 3 - 2 = (5-3)-2 = 2 + 2 = 0 Lakukan sendiri untuk menghitung 3 - 5 dan 5 - (3 - 2). 3. Operasi Perkalian (× atau ·) Jika a,b∈ R maka hasil perkalian antara a dan b adalah bilangan real c dan ditulis c = a × b = a·b = ab . Cara mendapatkan hasil perkalian a dan b. i. Jika a merupakan bilangan bulat maka Banyaknya suku b ada a suku Bab 3: Sistem Bilangan Real ii. Jika dan 21 keduanya rasional, maka Sifat operasi perkalian Untuk bilangan real a, b, dan c, berlaku sifat-sifat operasi perkalian sebagai berikut. i. Sifat tertutup Perkalian dua buah bilangan real menghasilkan bilangan real juga. ii. Sifat komutatif ab=ba iii. Sifat asosiatif (a b)c = a (b c) iv. Adanya elemen identitas/netral a×1=1×a =a bilangan 1 dinamakan elemen identitas untuk perkalian. v. Adanya elemen invers = , bilangan dikatakan invers perkalian dari a. CONTOH 1.1.14 Tentukan hasil 5 × 3,1 dengan menggunakan definisi di atas. Penyelesaian: 5 × 3,1 = 3,1 + 3,1 + 3,1 + 3,1 + 3,1 = 15,5 22 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.1.15 Tentukan hasil 1,5 × 2,3 dengan menggunakan definisi di atas. Penyelesaian: 1,5 dan 2,3 merupakan bilangan rasional. Karena itu, dapat kita gunakan rumusan pada perkalian untuk dua bilangan rasional. 1,5 × 2,3 = 4. Operasi Pembagian (/ atau ) Jika a,b∈ R dan b≠0 maka hasil pembagian antara a dan b adalah bilangan real c dan ditulis c = a/ b = Cara mendapatkan hasil pembagian a dan b. Jika keduanya rasional maka a×b = p r p s / = × q s q r dengan Sifat operasi pembagian Bab 3: Sistem Bilangan Real 23 Untuk bilangan real a, b, dan c, berlaku sifat-sifat operasi pembagian sebagai berikut. i. Sifat tertutup Pembagian dua buah bilangan real dengan penyebut tidak nol menghasilkan bilangan real. ii. Sifat tidak komutatif Jika a≠0,b≠0, dan a≠b maka a/b ≠ b/a iii. Sifat tidak asosiatif Jika a, b, c tidak nol, a≠b, dan c≠1 maka (a/b)/c ≠ a/(b/c) CONTOH 1.1.16 Tentukan hasil dengan menggunakan definisi di atas. Penyelesaian: 1,5 dan 2,3 merupakan bilangan rasional. Karena itu dapat kita gunakan rumusan pada perkalian untuk dua bilangan rasional. 1,5 × 2,3 = • RANGKUMAN • Bilangan real terdiri dari bilangan rasional dan irasional. • Bilangan bulat merupakan bagian dari bilangan rasional. 24 Bab 1: Sistem Bilangan Real • Bilangan rasional dapat dinyatakan bentuk , dengan p, dan q≠0 adalah bilangan bulat. Bentuk pecahan desimal dari bilangan rasional adalah berulang. • Operasi yang bekerja pada bilangan real adalah operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--11 1. Hitung dan sketsakan pada garis bilangan : a. 3 + 6 b. 0 - 7 c. -5 + 9 2. Hitung dan sketsakan pada garis bilangan : a. 3 × 4 b. -2 × 3 c. 4 × 3.25 3. Dengan menggunakan definisi operator penjumlahan pada bilangan real, tentukan nilai ekpresi berikut ini.: a. b. c. 4. Dengan menggunakan definisi operator pengurangan pada bilangan real, tentukan nilai ekpresi berikut ini.: a. b. c. 5. Dengan menggunakan definisi operator penjumlahan pada bilangan real, tentukan nilai ekpresi berikut ini.: a. b. c. 6. Dengan menggunakan definisi operator penjumlahan pada bilangan real, tentukan nilai ekpresi berikut ini.: a. b. c. Bab 3: Sistem Bilangan Real 25 7. Nyatakan bilangan rasional berikut ini dalam bentuk pecahan desimal. a. b. c. 8. Nyatakan bilangan rasional bentuk pecahan desimal berikut ini dalam bentuk pembagian bilangan bulat. a. b. c. -15,263 1.2 PERBANDINGAN, SKALA DAN PERSEN Kita sering melihat kondisi suatu wilayah atau daerah melalui peta daerah tersebut. Satu Negara dapat kita gambarkan keadaan geografinya dalam sebuah peta kecil dalam selembar kertas. Ukuran panjang jalan 1 cm dalam sebuah peta, mewakili beberapa km pada panjang jalan aslinya. Pada peta tersebut, biasanya dituliskan perbandingan ukuran panjang dipeta dan panjang aslinya. Perbandingan ini dituliskan dalam skala peta. Pada sub bab ini, kita akan belajar tentang perbandingan, skala, dan persen yang sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. 1.2.1 PERBANDINGAN Jika kita mengamati dua buah objek, maka kita bisa membandingkan ukuran kedua objek tersebut, misalnya membandingkan tingginya, panjangnya, beratnya dan sebagainya. Untuk membandingkan dua 26 Bab 1: Sistem Bilangan Real ukuran dapat dinyatakan dengan hasil bagi dari kedua ukuran tersebut. Dengan demikian perbandingan dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan sederhana. Agar lebih mudah dipahami, perhatikan beberapa ilustrasi berikut: 1. Dede mempunyai 10 buah buku, sedangkan Zaza mempunyai 5 buah. Perbandingan banyaknya buku Dede dan banyaknya buku Zaza adalah 10 : 5 atau 2 : 1. 2. Berat badan Kiki 45 kg dan berat badan Boy 72 kg. Perbandingan berat badan Kiki dan Boy adalah 45 : 72 atau 5 : 8. 3. Jarak rumah Chacha ke Sekolah 400 m sedangkan jarak ke Kantor Pos 2 km. Perbandingan jarak ke Sekolah dan jarak ke Kantor Pos dari rumah Chacha adalah 400 : 2000 atau 1 : 5. Jika perbandingan dua besaran / ukuran sejenis A dan B adalah A : B = x : y atau maka pernyataan perbandingan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: • • B • • Perbandingan Senilai Bab 3: Sistem Bilangan Real 27 Untuk memahami maksud perbandingan senilai, perhatikan ilustrasi dibawah ini: 1. Jika membeli sebuah buku, seseorang harus membayar x rupiah, maka untuk membeli n buah buku, orang tersebut harus membayar sebanyak n x rupiah. 2. Untuk menempuh jarak 50 km diperlukan bahan bakar sebanyak 1 liter premium, jika jarak yang harus ditempuh adalah 300 km, maka bahan premium yang diperlukan adalah 6 liter. Dari gambaran diatas, makin banyak buku yang akan dibeli, makin banyak pula uang yang harus dikeluarkan. Begitu juga, makin jauh yang harus ditempuh makin banyak premium yang dibutuhkan. Perbandingan Berbalik Nilai Untuk memahami maksud perbandingan berbalik nilai, perhatikan ilustrasi dibawah ini: 1. Suatu pabrik memproduksi sepatu dengan target sebanyak 100 pasang. Jika dikerjakan oleh seorang saja, maka waktu yang dibutuhkan 100 hari. Jika dikerjakan oleh dua orang, maka waktu yang diperlukan sebanyak 50 hari. Jika dikerjakan oleh empat orang, maka waktu yang diperlukan sebanyak 25 hari. Jika dikerjakan oleh lima orang, maka waktu yang diperlukan sebanyak 20 hari. 2. Untuk menempuh jarak 45 km diperlukan waktu selama 45 menit dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Jika kecepatan rata-rata 80 km/jam, maka waktu yang dibutuhkan sebanyak 33,75 menit. 28 Bab 1: Sistem Bilangan Real Begitu juga, jika kecepatan rata-rata 70 km/jam, maka waktu yang diperlukan adalah 38,57 menit. Dari contoh di atas, bahwa makin banyak pegawai yang ikut mengerjakan makin sedikit hari yang dibutuhkan. Begitu juga, dengan menambah kecepatan rata-rata yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan makin sedikit. CONTOH 1.2.1 Lapangan sepak bola mempunyai ukuran panjang 110 m dan lebar 60 m lebar. Carilah perbandingan antaran panjang dan lebar dari lapangan sepak bola. Penyelesaian: Panjang : Lebar = 110 m : 60 m = 110 : 60 = 11 : 6 CONTOH 1.2.2 Seseorang mengatakan bahwa harga bahan bakar minyak premium pada awal tahun 2007 ini mencapai tiga kali lipat dari harga premium 5 tahun yang lalu. Jika pada awal tahun 2007 harga premium adalah Rp 5000, maka berapakah harga premium pada awal 2002?. Penyelesaian: Misal harga premium awal tahun 2007 adalah x dan harga premium awal tahun 2002 adalah y. Bab 3: Sistem Bilangan Real 29 Perbandingan antara x dan y adalah 5 : 1. Atau yang berarti Jadi harga premium di awal 2002 adalah Rp 1.000. 1.2.2 SKALA Dalam pelajaran Geografi sering diminta untuk menentukan letak suatu pulau, sungai, kota, dan gunung pada suatu wilayah tertentu. Untuk melukiskan keseluruhan area dalam tempat tertentu pasti tidak memungkinkan. Karena itu perlu penskalaan atau perbandingan yang dapat mewakili tempat-tempat tersebut. Gambaran yang dibuat sebanding dengan aslinya tetapi dengan ukuran yang lebih kecil dinamakan penskalaan. Misalnya gedung, skala antara gedung sebenarnya dengan miniaturnya adalah 1:100. Jika pada miniatur berjarak 1 cm, maka jarak pada gedung aslinya adalah 1cm × 100 = 100cm = 1m. Skala biasanya digunakan untuk perbandingan ukuran pada peta (miniature, blue print) dibandingkan dengan ukuran sebenarnya. Atau 30 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.2.3 Suatu peta pulau Jawa mempunyai skala 1 : 2.000.000. Pada peta tersebut jarak antara Jakarta Pusat ke Bandung terukur 10 cm, tentukan jarak sebenarnya? Penyelesaian: Diketahui skala = 1 : 2.000.000 Jarak sebenarnya = . 1.2.3 PERSEN Istilah persen sering kita jumpai dalam keseharian. Potongan harga barang – barang yang dijual oleh suatu toko, biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kenaikan harga juga dapat dinyatakan dalam persen. Apa itu maksud dari persen? Akan dibahas dalam subbab ini. Perbandingan suatu bilangan dengan bilangan 100 disebut dengan persen (%). Dengan kata lain pecahan dengan penyebut 100, ditulis dengan %. Perbandingan antara 15 dengan 100 atau ditulis dalam bentuk pecahan adalah . Setiap bilangan real dalam bentuk desimal dapat dinyatakan dalam persen, yaitu dengan cara mengalikan bilangan tersebut dengan 100 dan diikuti dengan tanda %. Sebagai contoh, bilangan 0,025 dapat ditulis dalam bentuk persen 0,025=0,025 × 100% = 2,5%. Bab 3: Sistem Bilangan Real 31 Sebaliknya, setiap bilangan persen dapat dinyatakan dalam bentuk real desimal, yaitu dengan cara membagi bilangan persen dengan 100. Sebagai contoh, bilangan 800% dapat ditulis dalam bentuk desimal . menjadi CONTOH 1.2.4 Nyatakan pecahan berikut ini menjadi bentuk persen. b. a. c. Penyelesaian: × a. atau atau b. c. × × CONTOH 1.2.5 Nyatakan bilangan persen berikut ini menjadi bentuk desimal atau pecahan. a. 50% Penyelesaian: a. b. b. 75,5% c. 32 Bab 1: Sistem Bilangan Real c. CONTOH 1.2.6 Misal harga premium saat ini adalah Rp 5.000 per liter. Pemerintah mengumumkan kenaikan harga premium sebesar 30% yang diberlakukan bulan depan. Berapakah harga premium bulan depan? b. 50% b. 75,5% c. Penyelesaian: d. e. • RANGKUMAN • Perbandingan antara dua objek dapat dinyatakan dalam bentuk pembagian bilangan. • Skala biasanya digunakan untuk perbandingan ukuran pada peta (miniature, blue print) dengan ukuran sebenarnya. • Perbandingan suatu bilangan dengan bilangan 100 disebut dengan persen (%). SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--22 Bab 3: Sistem Bilangan Real 33 1. Wawan mempunyai buku sebanyak 9 buah, sedangkan Wati mempunyai 6 buah. Berapakah perbandingan banyaknya buku Wawan dan banyaknya buku Wati? 2. Berat badan Eko 65 kg dan berat badan Seno 73 kg. Berapakah perbandingan berat badan Eko dan Seno ? 3. Jarak rumah Dede ke Sekolah adalah 400 m dan jarak rumah Dede ke Warnet adalah 2 km. Berapakah perbandingan jarak ke Sekolah dan jarak ke Warnet dari rumah Dede ? 4. Kiki membeli 2 buah apel dan Dede membeli 8 buah apel. Jika harga seluruhnya Rp 12.000, maka berapakah banyaknya uang yang harus dikeluarkan oleh Kiki dan Dede? 5. Seorang pemborong dapat menyelesaikan pembangunan jembatan selama 64 hari dengan pekerja 48 orang. Berapa pekerjakah yang diperlukan bila pembangunan jembatan ingin dipercepat selesai menjadi 12 hari? 6. Jarak kota A ke kota B adalah 100 km. Jika Zaza naik sepeda motor Z dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam, maka berapa waktu yang diperlukan oleh Zaza sampai tujuan? Jika Zaza naik sepeda motor Y dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam, maka berapa waktu yang diperlukan oleh Zaza sampai tujuan? 7. Tika membeli apel 10 kg seharga Rp 50.000. Setelah dijual, Tika mendapatkan laba 25%. Tentukan harga juah apel per kg? 8. Sebuah lahan berbentuk persegi panjang dengan keliling 100 m. Jika lebar lahan tersebut 8 m kurang dari panjangnya, maka tentukan luas lahan tersebut?. 9. Sebuah perusahaan mempunyai dua lokasi pabrik. Pabrik A seluas 1.500 m2, sedangkan pabrik B seluas 2.000 m2. Untuk keperluan diversifikasi usaha, perusahaan tersebut menambah pabrik C seluas 34 Bab 1: Sistem Bilangan Real jumlahan dari luas pabrik A dan B. Tentukan luas tanah yang dimiliki oleh perusahaan tersbut. 10. Pada gambar blue print dari sebuah gedung, tinggi gedung tersebut adalah 2 cm dan tinggi pintunya adalah 1cm. Jika tinggi pintu yang sebenarnya adalah 2 m, maka tentukan tinggi gedung yang sebenarnya? 1.3 OPERASI PADA BILANGAN BERPANGKAT BULAT Pada bagian ini dibahas mengenai pengertian bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya. Bilangan berpangkat yaitu suatu bilangan yang dipangkatkan dengan bilangan lain. Pangkat dari suatu bilangan dapat berupa bilangan bulat atau pecahan. Diuraikan pula, semua sifat-sifat operasi aljabar dari bilangan berpangkat dan penerapannya. 1.3.1 PANGKAT BILANGAN POSITIF Biasanya penulisan bilangan yang cukup besar akan menjadi sederhana apabila ditulis dalam bentuk perpangkatan, misalnya 2.000.000 dapat ditulis sebagai 2 × 106. DEFINISI 1.3.1 : Untuk bilangan bulat positif n dan sebarang bilangan real a, bilangan an (dibaca: a pangkat n) mempunyai arti: a × a × a … × a (sebanyak n faktor yang sama) Bilangan a disebut basis dan bilangan n disebut pangkat atau eksponen. Bab 3: Sistem Bilangan Real 35 CONTOH 1.3.1 : Berikut ini adalah beberapa contoh bilangan berpangkat. 1. 23 = 2 × 2 × 2 = 8 Bilangan 2 dipangkatkan 3, artinya adalah bilangan 2 dikalikan dengan dirinya sendiri sebanyak 3 kali. 2. (-3)2 = (-3) × (-3) = 9 Bilangan -3 dipangkatkan 2, artinya adalah bilangan -3 dikalikan dengan dirinya sendiri sebanyak 2 kali. 3. -32 = - (3 × 3) = - 9 4. ■ Sifat Operasi Bilangan Berpangkat Positif i. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sebarang, maka ii. . Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sebarang dengan a≠0, maka iii. . Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sebarang, maka iv. Jika n bilangan bulat positif dan a, b bilangan real sebarang, maka berlaku: a. b. = , untuk b≠0. 36 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.3.2 : Berikut ini adalah beberapa contoh bilangan berpangkat. a. 24+3 = 24 × 23 = 16 × 8 = 128 b. (-3)5+2 = (-3)5 × (-3)2 = (-243) × 9 = -2087 c. ( )3+2 = ( )3 × ( )2 = ( ) × = d. 24-3 = = =2 e. (-3)5-2 = (-3)5 : (-3)2 = (-243) : 9 = -27 f. (24)3 = 24×3 = 212 = 2048 g. (-3×4)5 = (-3)5 × 45 = (-243) × 1024 = -248.832 h. ( )4 = = CONTOH 1.3.3 : Hitunglah ekspresi berikut ini dan tuliskan hasilnya menggunakan tanda kurung. a. (a2-b2) × (a2+b2) b. (a2+b2) × (a2+b2) c. (a2-3b3) × (a2-b3) d. (a2-b3)2 Penyelesaian: a. (a2-b2) × (a2+b2) = a2(a2+b2) – b2(a2+b2) 4 2 2 2 2 (Sifat distributif) 4 = a +a b – {b a +b } (Sifat distributif) = a4+a2b2 – a2b2–b4} (Sifat komutatif) tanpa Bab 3: Sistem Bilangan Real 37 = a4-b4 b. (a2+b2) × (a2+b2) = a2(a2+b2) + b2(a2+b2) = a4+a2b2 + {b2a2+b4} 4 2 2 2 2 = a +a b + a b +b 4 2 2 = a + 2a b + b 4 (Sifat komutatif) = a4-3a2b3 - {3b3a2-3b6} 2 2 2 3 6 = a -3a b - 3a b +3b 4 2 3 (Sifat distributif) 4 c. (a2-3b3)×(a2-b3) = a2(a2-3b3) - 3b3(a2-b3) 4 (Sifat distributif) = a - 6a b + 3b (Sifat distributif) (Sifat distributif) (Sifat komutatif) 6 d. (a2-b3)2 = (a2-b3) × (a2-b3) = a2(a2-b3) - b3(a2-b3) 4 2 3 3 2 6 = a -a b - {b a -b } 4 2 3 2 3 4 = a -a b - a b +b (Sifat distributif) (Sifat distributif) (Sifat komutatif) = a4 - 2a2b3 + b6 1.3.2 PANGKAT BILANGAN NEGATIF DAN NOL Pada subbab sebelumnya, telah dibahas mengenai perpangkatan dengan bilangan bulat positif, yang artinya perkalian atas basis bilangan (sebagai faktor) sebanyak pangkat yang diketahui. Bagaimana suatu bilangan berpangkat bilangan negatif atau berpangkat nol, seperti 10-2 atau 70 ?. Gagasan-gagasan yang muncul dari sifat-sifat perpangkatan dengan pangkat bilangan bulat positif dapat digunakan untuk mengungkapkan arti pangkat bilangan negatif ataupun pangkat nol. ■ Bilangan Berpangkat Nol Untuk memahami arti bilangan a0, perhatikan sifat perpangkatan 38 Bab 1: Sistem Bilangan Real a0 × am = a0+m = am Jika am ≠ 0 maka haruslah a0 = 1, agar kesamaan a0 × am = am dipenuhi. Selanjutnya dengan tambahan syarat untuk bilangan a, yaitu agar am ≠ 0 cukup dipilih a ≠ 0. Perhatikan definisi berikut ini. DEFINISI 1.3.2 : Untuk bilangan real a≠0, a0 (dibaca: a pangkat 0) didefinisikan sebagai: a0 = 1 CONTOH 1.3.4 : a. 20 = 1 b. (‐3)0 = 1 c. ( +7)0 = 1 d. (a + b)0 = 1, apabila a + b ≠ 0 ■ Bilangan Berpangkat Negatif Bagaimana kita mendefinisikan bilangan pangkat negatif ?. Mari kita lihat kembali sifat perpangkatan Jika a ≠ 0 dan m = 0 maka didapat Bab 3: Sistem Bilangan Real 39 Oleh karena itu dibuat definisi bilangan berpangkat negatif berikut ini. DEFINISI 1.3.3 : Untuk bilangan bulat n dan bilangan real a≠0, a-n didefinisikan sebagai: a-n = CONTOH 1.3.5 : a. b. c. = Sekarang kita telah mengenal bilangan berpangkat bilangan bulat, baik itu berpangkat bulat positif, bulat negatif, maupun berpangkat 0. i. Sifat Operasi Bilangan Berpangkat Positif Jika m dan n bilangan bulat dan a bilangan real sebarang dengan a≠0, maka ii. Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sebarang dengan a≠0, maka iii. . . Jika m dan n bilangan bulat positif dan a bilangan real sebarang dengan a≠0, maka 40 iv. Bab 1: Sistem Bilangan Real Jika n bilangan bulat positif dan a, b bilangan real sebarang dengan a≠0 dan dengan b≠0, maka berlaku: a. b. = CONTOH 1.3.6 : Sederhanakanlah: a. b. Penyelesaian: a. b. Bab 3: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.3.7 : Tuliskan bentuk ke dalam bentuk pangkat bilangan bulat positif. Penyelesaian: ■ Notasi Ilmiah dari Bilangan 41 42 Bab 1: Sistem Bilangan Real Notasi ilmiah dari bilangan digunakan untuk menuliskan bilangan yang sangat besar ataupun bilangan yang sangat kecil. Sebagai contoh, bilangan 375.000.000.000 ditulis sebagai 0,00000016 ditulis sebagai , bilangan - . Bentuk baku notasi ilmiah suatu bilangan adalah penulisan dalam bentuk dengan -10 < a < 10 dan n bilangan bulat Perlu diperhatikan pengertian perpindahan letak tanda koma (desimal), yaitu: i. Pergeseran (melompat) n angka/digit ke kiri berarti memunculkan perkalian dengan ii. Pergeseran (melompat) n angka ke kanan berarti memunculkan perkalian dengan CONTOH 1.3.8 : Tuliskanlah bilangan – bilangan berikut ini dalam notasi ilmiah. a. Jarak bumi ke matahari sekitar 150.000.000 km. b. ‐0,00002345 Penyelesaian: Bab 3: Sistem Bilangan Real a. Jarak bumi ke matahari kira‐kira 43 km. Didapat dengan cara menggeser tanda koma ke kiri sampai setelah angka pertama. Dalam hal ini diperlukan 8 kali lompatan. b. Bilangan ‐0,00002345 apabila ditulis dalam notasi ilmiah diperlukan menggeser tanda koma hingga setelah angka tak nol pertama. Jadi diperlukan pergeseran ke kanan sebanyak 5 lompatan, sehingga diperoleh . 1.3.3 PENERAPAN OPERASI BILANGAN BERPANGKAT Sebelum ini, kita telah mengenal bilangan berpangkat, operasi bilangan berpangkat, dan sifat-sifatnya. Pada subbab ini, kita akan memakai operasi bilangan berpangkat ini pada beberapa permasalahan matematika, permasalahan yang terkait dengan bisnis, dan kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan disajikan dalam bentuk contoh. Pertama kita awali dengan contoh yang sederhana, memuat pangkat 2 atau kuadrat. CONTOH 1.3.9 Seorang pemborong pelayanan kebersihan gedung akan melakukan pekerjaan pembersihan gedung yang bentuknya hampir menyerupai setengah bola. Biaya pembersihan Rp. 50.000 per m2. Jika diameter gedung adalah 200 m, maka berapa perkiraan biaya pembersihan permukaan gedung tersebut ? Penyelesaian: 44 Bab 1: Sistem Bilangan Real Luas permukaan gedung didekati dengan setengah luas kulit bola. Karena itu, luas permukaan gedung mendekati dengan L adalah luas permukaan gedung, r adalah jari-jari gedung = setengah dari diameter, dan π didekati dengan 3,14. Biaya pembersihan per m2 adalah Rp 50.000, sehingga perkiraan biaya pembersihan keseluruhan gedung adalah Untuk contoh penerapan yang lainnya, coba kita perhatikan segitiga Pascal berikut ini. Segitiga Pascal Salah satu pemakaian bilangan berpangkat adalah untuk menghitung / menguraikan bentuk . Hasil dari Bab 3: Sistem Bilangan Real penguraian bentuk 45 mempunyai suatu keteraturan koefisien dari setiap suku yang dinamakan Segitiga Pascal. Sekarang kita coba uraikan bentuk untuk k = 0, 1, 2, 3, 4, 5 seperti berikut ini. i. ii. iii. iv. v. vi. Perhatikan pada uraian di atas, bahwa: • Pada setiap suku dari , ada bentuk 2, ..., k. Sebagai ilustrasi, perhatikan untuk k=5 berikut ini. dengan i = 0, 1, 46 Bab 1: Sistem Bilangan Real o Pada suku ke-1, (i=0), mempunyai bentuk o Pada suku ke-2, (i=1), mempunyai bentuk o Pada suku ke-3, (i=2), mempunyai bentuk o Pada suku ke-4, (i=3), mempunyai bentuk o Pada suku ke-5, (i=4), mempunyai bentuk o Pada suku ke-6, (i=5), mempunyai bentuk • Konstanta (koefisien) dari tiap-tiap suku pada dengan sampai mempunyai suatu bentuk keteraturan yang dinamakan segitiga Pascal seperti berikut ini. Gambar 1.3.1 Segitiga Pascal Enam Baris Kalau diperhatikan nilai-nilai pada suatu baris ke-k pada segitiga Pascal merupakan ‘jumlahan silang’ dari baris ke k-1 (baris sebelumnya). Sehingga koefisien segitiga Pascal tersebut dapat kita lanjutkan lagi untuk k=6 dan k=7 seperti Gambar 1.3.2. Bab 3: Sistem Bilangan Real 47 Gambar 1.3.2 Segitiga Pascal Delapan Baris ONTOH 1.3.10 Dengan menggunakan segitiga Pascal, uraikan bentuk – bentuk perpangkatan dibawah ini. a. b. Penyelesaian: a. Nilai-nilai pada baris k=6 merupakan koefisien-koefisien dari , diperoleh b. Nilai-nilai pada baris k=7 merupakan koefisien-koefisien dari , diperoleh 48 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.3.11 Persamaan untuk menghitung investasi dengan modal dengan laju bunga i=10% per tahun selama n tahun adalah Mo adalah modal awal, sedangkan Mn adalah jumlah uang setelah n tahun. Berapakah total nilai uang setelah 2 tahun ?. Bab 3: Sistem Bilangan Real 49 Jadi besarnya investasi setelah dua tahun adalah Rp 1.210.000. CONTOH 1.3.12 Pada tanggal 1 Januari 2004, bapaknya si A meminjam uang bank sebesar untuk pengembangan usaha. Pinjaman tersebut ditagihkan kepada si A pada tanggal 31 Desember 2007 sebesar $ . Jika bunga pinjaman sebesar 4% per tahun ditambahkan pada tiap akhir tahun sebagai pinjaman, maka berapa besar yang dipinjam oleh bapaknya si A? Penyelesaian: Karena bunga ditambahkan sebagai pinjaman di setiap akhir tahun, bank menerapkan bunga berbunga. Oleh karena itu, kita pakai rumus Mo adalah pinjaman awal, sedangkan Mn adalah jumlah pinjaman setelah n tahun. Pinjaman dilakukan selama 4 tahun, dari 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2007. Sedangkan i adalah besarnya bunga tiap tahun. 50 Bab 1: Sistem Bilangan Real Kita hitung terlebih dahulu sebagai berikut. . . . Hasil ini dimasukkan ke Jadi besarnya pinjaman oleh bapaknya si A adalah $ 5000. • RANGKUMAN Bab 3: Sistem Bilangan Real • Bilangan real dapat di pangkatkan dengan bilangan bulat. • Untuk bilangan real a≠0, a0 = 1. • Untuk n bulat positif dan a real, bilangan an = a×a×a×…×a. • Sifat operasi pangkat bulat pada bilangan real: 51 1. 2. 3. 4. 5. = SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--33 1. Jika a dan b merupakan bilangan real, maka nyatakan ekspresi berikut ini dalam bentuk notasi pangkat (eksponen). a. 5 × 5 × 5 × 5 b. (-3) × (-3) × (-3) × (-3) c. -2 × 4 × 2 × (-16) d. 2a × 2a × 2a e. ab × ab × ab f. (-b) × (-b) × (-b) 2. Jika a dan b merupakan bilangan real, maka nyatakan ekspresi berikut ini menjadi bentuk bilangan yang lebih sederhana. a. b. (-16)2 c. (-2ab2)4 d. (2a)5 52 Bab 1: Sistem Bilangan Real f. e. 3. Jika x dan y adalah bilangan real, maka sederhanakanlah ekspresi berikut ini menjadi bentuk yang tidak memuat tanda kurung. a. (25-16)3 b. (-2+16)(2+8)2 c. (-2x-y)2 d. (2x+y)3 e. f. 4. Jika a, b, x dan y adalah bilangan real, maka sederhanakanlah ekspresi rasional berikut ini. a. b. × c. d. + f. - e. 5. Tentukan hasil perkalian berikut ini dan tuliskan dalam bentuk pangkat bilangan positif. a. 55. 53 b. 3-5. 93 c. 5-5. 5-3 d. (2x)3(3y-2) e. f. g. h. 4x2y-3)(2x-2y3)-2 6. Tuliskanlah bilangan – bilangan berikut ini dalam notasi ilmiah. a. 10.000.000 b. 3-5. 903 c. 0,00000314 d. -0,012 e. Diameter atom Helium adalah 0,000000022 cm f. Pada tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 300 juta. Bab 3: Sistem Bilangan Real 53 1.4 BILANGAN DALAM BENTUK AKAR (IRASIONAL) Pada bagian ini dibahas mengenai bentuk akar, misalnya . Bentuk akar ditulis menggunakan tanda radikal dengan simbol . Sedangkan kata akar merupakan terjemahan dari kata root dalam bahasa Inggris. DEFINISI 1.4.1 : Akar kuadrat suatu bilangan real a non negatif adalah bilangan non negatif b yang kalau dipangkatkan dua, menjadi bilangan semula a. Secara notasi matematika: jika b2 = a; dan b bilangan positif Tulisan dibaca “akar kuadrat dari a” atau “akar dari a”. Jadi mencari akar suatu bilangan merupakan kebalikan dari pemangkatan. CONTOH 1.4.1 : a. b. , karena 32 = 9 , karena 52 = 25 CONTOH 1.4.2 : Tentukan hasil akar kuadrat berikut ini. 54 Bab 1: Sistem Bilangan Real a. b. Penyelesaian: a. Pertama, difaktorkan 1296. Karena akhir bilangan tersebut adalah 2, maka 2 merupakan faktor. (648 difaktorkan) (324 difaktorkan) (162 difaktorkan) (81 difaktorkan) = = = = = = karena 362 = 1296 Jadi b. Faktorkan bilangan 194481 menjadi 194481 = . Jadi karena 4412 = 194481 Kalau kita lihat definisi akar di atas, berlaku bahwa: i. ii. CONTOH 1.4.3 : a. b. Bab 3: Sistem Bilangan Real 55 CONTOH 1.4.4 : Untuk x bilangan real, tentukan hasil dari . Penyelesaian: = x + 1, jika (x+1) ≥ 0 atau x ≥ -1 = -(x+1), jika (x+1) < 0 atau x < -1 1.4.1 OPERASI ALJABAR PADA BILANGAN BERBENTUK AKAR Bilangan dalam bentuk akar juga dapat dikenakan operasi aljabar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Karena pada dasarnya bilangan dalam bentuk akar adalah suatu bilangan real yang dapat dioperasikan. ■ Perkalian dan Pembagian Bilangan Bentuk Akar Jika a dan b merupakan bilangan real positif, maka berlaku: i. ii. = 56 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.4.5 : a. b. c. d. jika a > 0. ■ Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bentuk Akar Jika a, b merupakan bilangan real dan c merupakan bilangan real positif, maka berlaku: i. = ii. = Jika kita lihat sifat di atas, maka penjumlahan dan pengurangan bilangan dalam bentuk akar hanya dapat dilakukan pada dua bilangan yang sejenis (pada ekspresi i & ii di atas dikatakan bilangan sejenis). Lihat kembali sifat distributif pada bilangan real, sebenarnya operasi jumlah dan kurang di atas sama dengan yang telah lalu. CONTOH 1.4.6 : Tentukan hasil dari pengoperasian bilangan bentuk akar di bawah ini. a. b. Bab 3: Sistem Bilangan Real 57 c. Penyelesaian: Jika bilangan dalam tanda akar belum sejenis, maka kita rubah sebisa mungkin untuk dapat sejenis. a. = b. = = =2 = ‐3 = c. = = = = CONTOH 1.4.7 : Sederhanakanlah bentuk Penyelesaian: Sifat distributif pada bilangan real dapat dipakai, karena bilangan dalam bentuk akar juga merupakan bilangan real. = 15 . 3 – 4 = 45 – 8 = 37 58 Bab 1: Sistem Bilangan Real 1.4.2 MERASIONALKAN PENYEBUT Pada pembagian yang memuat bentuk akar, hasilnya dapat berupa pecahan dengan penyebut bentuk akar. Bentuk akar pada penyebut itu dapat diubah sehingga penyebutnya tidak lagi memuat bentuk akar. Proses demikian dinamakan merasionalkan penyebut. Proses merasionalkan penyebut dapat dikerjakan dengan memanfaatkan bentuk perkalian: i. ii. CONTOH 1.4.8 : Rasionalkan penyebut pada bilangan: b. a. c. Penyelesaian: a. Pada kasus ini, kalikan penyebutnya dengan bilangan yang sama dengan penyebut tersebut, yaitu nilai bilangan, pembilang juga dikalikan = × = = . Agar tidak merubah . = b. Pada kasus ini, kalikan penyebutnya dengan bilangan yang sama dengan penyebut tersebut, yaitu nilai bilangan, pembilang juga dikalikan . Agar tidak merubah . Bab 3: Sistem Bilangan Real × = 59 = c. Pada kasus ini, gunakan bentuk . Oleh karena itu, kalikan penyebutnya dengan bilangan dan kalikan pembilang dengan = . × = = = CONTOH 1.4.9 : Rasionalkan penyebut pada bilangan . Penyelesaian: Pada kasus ini, penyebut memuat dua bilangan yang berbentuk akar. Bentuk akar ini akan kita hilangkan satu per satu. Penyebut berikut ini. = , sehingga kita buat seperti 60 Bab 1: Sistem Bilangan Real × = = = ; penyebut hanya memuat satu bentuk akar = = = = × Bab 3: Sistem Bilangan Real 61 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--44 1. Dengan memfaktorkan bilangan dalam tanda akar, carilah nilai akarnya. a. b. c. d. e. f. 2. Dengan memfaktorkan bilangan dalam tanda akar, carilah nilai akarnya. a. b. c. d. e. f. . 3. Carilah nilai akar dari 4. Jika x merupakan bilangan real positif, maka tentukan nilai akar berikut ini. a. b. c. d. 5. Carilah tiga contoh bilangan, apabila bilangan tersebut dikuadratkan berakhir dengan angka 1 atau 9 ?. 6. Carilah contoh bilangan, apabila bilangan tersebut dikuadratkan berakhir dengan angka 2, 3, 7, atau 8 ?. 7. Jelaskan bahwa bilangan bulat yang berakhir dengan angka nol sebanyak ganjil bukan merupakan bilangan kuadrat. 8. Tentukan hasil dari operasi aljabar pada bilangan bentuk akar di bawah ini. 62 Bab 1: Sistem Bilangan Real a. c. e. g. b. d. f. h. × 9. Rasionalkan bilangan bentuk akar dibawah ini. a. b. c. d. e. f. g. h. 1.5 BILANGAN BERPANGKAT RASIONAL Sebelum ini telah dikenalkan perpangkatan bilangan real dengan bilangan bulat. Pertanyaan selanjutnya adalah “apakah diperbolehkan bilangan real berpangkat dengan rasional ?”. Pada subbab ini akan dibahas bilangan real dipangkatkan dengan bilangan rasional. DEFINISI 1.5.1 : Akar pangkat tiga dari suatu bilangan a adalah bilangan b yang apabila dipangkatkan 3 menjadi bilangan a, ditulis dengan Bab 3: Sistem Bilangan Real 63 , jika Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh numerik berikut ini. CONTOH 1.5.1 : a. karena 23 = 8. b. karena 53 = 125. c. karena (-3)3 = -27. d. karena 103 = 1000. e. karena (-10)3 = -1000. DEFINISI 1.5.2 : Akar pangkat n dari suatu bilangan a adalah bilangan b yang apabila dipangkatkan n menjadi bilangan a, ditulis dengan , jika Jika n genap, maka nilai a harus non negatif. Dalam keadaan khusus: • Jika n genap maka • Jika n ganjil maka , untuk sembarang nilai a. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh numerik berikut ini. 64 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.5.2 : a. karena 24 = 16. b. karena 54 = 625. c. karena (-3)5 = -243. d. karena 105 = 100000. e. karena (-10)5 = -100000. CONTOH 1.5.3 : Tentukan hasilnya (jika ada). b. a. c. Penyelesaian: a. Bilangan dalam tanda akar, 32 difaktorkan. 32 = 2 × 16 = 2 × 2 × 8 = 2 × 2 × 2 × 4 = 2 × 2 × 2 × 2 × 2 = 25. . b. Bilangan dalam tanda akar, 81 difaktorkan. 81 = 3 × 27 = 3 × 3 × 9 = 3 × 3 × 3 × 3 = 34. . c. Bilangan dalam tanda akar, ‐1024 difaktorkan. ‐1024 = ‐2 × 512 = … = = = . Bab 3: Sistem Bilangan Real 65 Selanjutnya, kita akan menelaah arti dari rumusan sebelumnya bahwa , sehingga yang mempunyai Dikaitkan dengan rumusan bahwa arti . Berdasarkan , maka dapat diperoleh DEFINISI 1.5.3 : Untuk n bilangan asli, arti dari adalah atau akan mempunyai nilai apabila: • Untuk n genap, nilai a harus positif. • Untuk n ganjil. Pangkat bilangan rasional secara umum didefinisikan berikut ini. DEFINISI 1.5.4 : Untuk bilangan bulat non negatif m dan bilangan asli n, arti dari adalah 66 Bab 1: Sistem Bilangan Real atau Untuk memperjelas maksud dari definisi ini, kita lihat contoh berikut ini. CONTOH 1.5.4 : Tentukan hasil dari operasi perpangkatan berikut ini. b. a. c. Penyelesaian: a. b. c. Sifat – sifat perpangkatan bilangan rasional sama dengan sifat perpangkatan bilangan bulat. ■ Menyelesaikan Persamaan Pangkat Sederhana Persamaan pangkat mempunyai bentuk seperti 3x = 9 atau x2 = 9. Untuk mendapatkan jawab persamaan pertama, ubahlah 9 menjadi bilangan berpangkat dengan basis (bilangan yang dipangkatkan) 3, yaitu 3x = 32 Bab 3: Sistem Bilangan Real 67 Dengan demikian, jawab dari persamaan tersebut adalah x = 2. Untuk persamaan ke-dua, ubahlah 9 menjadi bilangan berpangkat 2, yaitu x2 = 32 Sehingga didapat jawab untuk persamaan itu. Dalam hal ini, karena pangkatnya genap maka terdapat dua jawab yang mungkin yaitu x = 3 atau . Langkah-langkah serupa gambaran di atas, selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan pangkat yang lain. CONTOH 1.5.5 : Dapatkan penyelesaian dari persamaan berikut ini. a. b. Penyelesaian: a. Ruas kanan dari persamaan ini dijadikan bentuk 2 pangkat sesuatu. kita dapatkan bahwa atau 68 Bab 1: Sistem Bilangan Real b. Ruas kiri dan kanan dari persamaan ini dijadikan bentuk 2 pangkat sesuatu. kita dapatkan bahwa atau • RANGKUMAN • Akar pangkat, • Akar pangkat n, , jika . , jika • SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--55 1. Tentukan nilai akar berikut ini. a. b. c. d. e. f. 2. Tentukan nilai perpangkatan berikut ini. a. b. c. d. Bab 3: Sistem Bilangan Real e. 69 f. 3. Tentukan nilai perpangkatan berikut ini. a. b. c. d. e. f. 4. Tentukan nilai perpangkatan berikut ini. a. b. c. d. e. f. 5. Tentukan nilai perpangkatan berikut ini. a. b. c. d. e. 6. Nyatakan dalam bentuk perpangkatan rasional. a. b. c. d. 7. Nyatakan dalam bentuk perpangkatan rasional yang sederhana. a. c. b. d. 8. Dapatkan penyelesaian dari persamaan berikut ini. a. b. 70 Bab 1: Sistem Bilangan Real c. d. e. f. 9. Dapatkan semua nilai dari persamaan berikut ini. a. b. c. d. e. f. 1.6 LOGARITMA Pada modul ini dibahas mengenai kebalikan dari pemangkatan yang disebut logaritma. Dengan logaritma, perhitungan dengan bilangan yang sangat besar dapat disederhanakan. Perkalian dapat dihitung dengan penjumlahan dan pembagian dapat dihitung menggunakan pengurangan. Diuraikan pula, semua sifat-sifat operasi aljabar dari logaritma tersebut. 1.6.1 PENGERTIAN LOGARITMA Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai arti bilangan berangkat, misalnya ap = b, dan permasalahannya adalah mencari bilangan b jika a dan p diketahui. Sekarang akan dibahas mengenai permasalahan menentukan bilangan p jika a dan b diketahui. Permasalahan demikian yang merupakan permasalahan logaritma. Perhatikan definisi berikut ini. Bab 3: Sistem Bilangan Real 71 DEFINISI 1.6.1 : Untuk b bilangan positif dan b ≠ 1, arti dari blog a = x adalah bx = a Berkaitan dengan pengertian logaritma pada definisi di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. (a) Bilangan b disebut basis atau bilangan pokok logaritma, dan x disebut hasil logaritma. (b) Bilangan b dipilih positif. Jika b negatif dan dipangkatkan dengan bilangan rasional, maka tidak selalu menghasilkan bilangan real. (c) Karena b positif dan x real, nilai bx > 0. Karena a = bx, berarti a juga harus positif. (d) Nilai b harus tidak sama dengan 1, sebab untuk sebarang x maka nilai 1x = 1. (e) Gantilah x pada ekspresi bx = a dengan blog a = x akan diperoleh b. sering ditulis dalam bentuk logb a. Penulisan (f) Karena b0 = 1 untuk b > 0, maka blog 1 = 0. CONTOH 1.6.1 a. , karena 102 = 100 b. , karena 24 = 16 c. , karena 161/4 = 2 72 Bab 1: Sistem Bilangan Real , karena 10-1 = 0,1 d. , karena 2-3 = 1/8 e. CONTOH 1.6.2: Tentukan nilai logaritma berikut ini. a. b. c. Penyelesaian: a. Untuk mencari nilai , sama halnya kita mencari jawaban atas pertanyaan “10 dipangkatkan berapakah agar sama dengan 10.000?”. Jawabannya adalah 4, atau 104 = 10.000. Oleh karena itu, = 4. b. Untuk mencari nilai , sama halnya kita mencari jawaban atas pertanyaan “3 dipangkatkan berapakah agar sama dengan 243?”. Jawabannya adalah 5, atau 35 = 243. Oleh karena itu, = 5. Kita juga dapat mencari nilai log dari suatu bilangan dengan cara memfaktorkan bilangan tersebut menjadi perkalian basis dari logaritmanya. Karena 243 = 3 × 3 × 3 × 3 × 3 = 35, maka . c. Karena 0,25 = ¼ = 4‐1 = 2‐2, maka Tidak semua logaritma dapat dicari hasilnya dengan mudah seperti contoh di atas. Misalnya tidak dapat dicari menggunakan cara seperti di atas. Nilai tersebut dapat dicari menggunakan tabel atau Bab 3: Sistem Bilangan Real 73 kalkulator. Selain itu, perhatikan bahwa karena b > 0, berapapun nilai x akan menghasilkan bx yang selalu positif. Dengan demikian logaritma terdefinisi hanya untuk bilangan positif. 1.6.2 MENGHITUNG LOGARITMA Logaritma adalah kebalikan dari proses pemangkatan, untuk itu diawali bagian ini dengan mengulang singkat sifat-sifat perpangkatan. Misalkan akan digambarkan grafik pangkat dengan menghitung nilai-nilai pangkat sebanyak mungkin. Untuk menggambarkan sketsa grafik y = 2x, dapat dihitung beberapa nilai y untuk nilai-nilai x seperti dalam tabel berikut ini: Tentu saja dapat dihitung lebih banyak nilai y untuk mendapatkan sketsa grafik yang lebih tepat (halus). Dari tabel di atas dapat diamati beberapa sifat berikut: (a) Untuk x makin besar, nilai 2x juga makin besar dan 2x > x. (b) Untuk x makin kecil (negatif), nilai 2x makin kecil menuju nol. (c) Untuk sebarang x, nilai 2x > 0. (d) Untuk x = 0, nilai 2x = 1. (e) Jika x1 < x2, nilai . Berdasarkan nilai-nilai pada tabel dan sifat di atas, dapat disketsakan seperti Gambar 1.6.1. Gambar tersebut merupakan pola dari grafik y = ax dengan a > 1. 74 Bab 1: Sistem Bilangan Real Gambar 1.6.1 Grafik Gambar 1.6.2 Grafik Dengan cara yang sama, sketsa grafik y = seperti Gambar 1.6.2. Sketsa grafik y = dapat digambarkan merupakan pola dari grafik y = ax dengan 0 < a < 1. Untuk memberikan gambaran mengenai grafik y = ax untuk a yang lain, perhatikan sifat berikut ini. Misal a > b, berlaku. (a) untuk x > 0, maka ax > bx. (b) untuk x < 0, maka ax < bx. Bab 3: Sistem Bilangan Real Gambar 1.6.3 Grafik 75 dan Berdasarkan informasi ini dapat digambarkan sketsa grafik y = ax. Misalnya perbedaan grafik y = 2x dan y = 3x dapat dilihat pada Gambar 1.6.3. Perhatikan bahwa untuk x > 0 maka 2x < 3x dan untuk x < 0 maka 2x > 3x. Sedangkan Gambar 1.6. menunjukkan perbedaan antara grafik y =( dan y = . 76 Bab 1: Sistem Bilangan Real Gambar 1.6.4 Grafik dan Grafik logaritma dapat dicari dari gafik pangkat. Misalnya, untuk mendapatkan gafik y = dapat diperoleh dari pencerminan grafik y = 2x terhadap garis y = x (lihat Gambar ditunjukkan grafik y = pada Gambar 1.6.. 1.6.). Secara terpisah Bab 3: Sistem Bilangan Real Gambar 1.6.5 Grafik Logaritma Gambar 1.6.6 Sketsa Grafik Logaritma 77 78 Bab 1: Sistem Bilangan Real Dari grafik-grafik tersebut dapat dicari nilai logaritma dengan ketepatan terbatas. Sebagai contoh, dari grafik pada Gambar 1.6.6, jika ditarik garis y = 3 yang memotong grafik kira-kira di titik dengan x = 1,6. Hal ini berarti ≈ 1,6 (≈ dibaca ‘hampir sama dengan’) Secara umum, untuk mendapatkan nilai dapat diikuti gambaran yang diberikan pada Gambar 1.6.6. Sifat yang lain dari logaritma diberikan berikut ini. • Untuk sebarang bilangan b > 1, dan 0 < p < q, berlaku < • Untuk 0 < b < 1 dan 0 < p < q, berlaku > Uraian berikut ini memberikan gambaran menghitung berdasarkan sifat di atas. Diketahui bahwa 2 < 3 < 22 karena = 1 dan = 2, maka 1 < (1.6.3) < 2. Bab 3: Sistem Bilangan Real Jadi 79 = 1,… Untuk mendapatkan angka ke-dua dari diperlukan nilai perpangkatan dari 2 oleh 0,1 ; 0,2 ; dan seterusnya. Tabel 1.6.1 Selanjutnya, dengan membagi 2 pertidaksamaan(1.6.3) diperoleh 1 < 1,5 < 2 dan berdasarkan tabel perpangkatan dari 2 di atas diketahui bahwa 1,5 terletak di antara 20,5 = 1,41 < 1,5 < 1,51 = 20,6 (1.6.4) Untuk mendapatkan kembali angka 3, kalikan pertidaksamaan (1.6.4) dengan 2 dan diperoleh 21,5 < 3 < 21,6 dan ini berarti bahwa 1,5 < < 1,6 80 Bab 1: Sistem Bilangan Real Untuk mendapatkan ketepatan yang lebih tinggi, harus dihitung 20,01, 20,02, dan seterusnya. Karena 2x > 1 untuk setiap x > 0, maka pertidaksamaan (1.6.4) dapat dibagi dengan 1,41 dan diperoleh 1 < 1,064 < 1,134351773 Seperti sebelumnya, dihitung nilai-nilai seperti dalam Tabel 1.6.2. Tabel 1.6.2 Perhatikan bahwa 1,064 terletak di 20,08 = 1,0570 < 1,064 < 1,0644 = 20,09 dan untuk mendapatkan kembali angka 3, dikalikan ketaksamaan tersebut dengan 1,41 = 20,05 dan kemudian dengan 2 = 21 (angka yang digunakan untuk membagi) sehingga diperoleh 21+0,5+0,08 < 3 < 21+0,5+0,09 Hal ini berarti bahwa 1,58 < Dengan demikian < 1,59 Bab 3: Sistem Bilangan Real 81 = 1,58… Tahapan ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan nilai hampiran dengan ketepatan sesuai yang diinginkan. Karena diketahui bahwa < 1,59, berati 1,585 lebih baik dibandingkan dengan 1,58. CONTOH 1.6.3 Dengan menggunakan tabel pangkat yang telah dibuat di atas, hitunglah . Penyelesaian: • Karena 22 = 4 < 5 < 23, berarti • Ketaksamaan tersebut dibagi dengan 22 = 4, dan diperoleh = 2,… 1 < 1,25 < 2 Selanjutnya menggunakan Tabel 1.6.1, diketahui bahwa 1,25 terletak 20,3 = 1,23 < 1,25 < 1,32 = 20,4 Dengan mengalikan ketaksamaan terakhir dengan 22 diperoleh 22+0,3 < 5 < 22+0,4 Ini berarti = 2,3… . 82 Bab 1: Sistem Bilangan Real • Untuk memperoleh ketepatan yang lebih baik, ketaksamaan 1,23 < 1,25 dibagi dengan 1,23 dan diperoleh 1 < 1,0163 dan selanjutnya berdasarkan Tabel 1.6.2, diketahui bahwa 1,0163 terletak 20,02 = 1,0140 < 1,0163 < 1,0210 = 20,03 Dengan mengalikan dengan 22+0,3 diperoleh 22+0,3+0,02 < 5 < 22+0,3+0,03 dan ini berarti belakang koma, berarti = 2,32…. Untuk ketepatan tiga angka di 2,325. 1.6.3 SIFAT – SIFAT LOGARITMA Sebagaimana telah diuraikan pada subbab sebelumnya, bahwa logaritma dapat diturunkan dari perpangkatan. Dengan pemahaman tersebut, sifat-sifat perpangkatan dapat digunakan untuk mendapatkan sifat-sifat logaritma seperti berikut ini. i. Jika b > 0, b≠1, p > 0 dan q > 0, maka ii. Jika b > 0, b≠1, p > 0 dan q > 0, maka Bab 3: Sistem Bilangan Real iii. 83 Jika b > 0, b≠1, p > 0 dan q > 0, maka iv. Jika b > 0, b≠1, p real, dan q rasional, maka CONTOH 1.6.4 Misal diketahui dan , tentukan dan , tentukan . Penyelesaian: = 0,3010 + 0,4771 = 0,7781 CONTOH 1.6.5 Misal diketahui dan . 84 Bab 1: Sistem Bilangan Real Penyelesaian: • = 0,4771 – 0,3010 = 0,1761 • = 0,3010 ‐ 0,4771 = ‐ 0,1761 CONTOH 1.6.6 Misal diketahui dan dan , dapatkan . Penyelesaian: • • CONTOH 1.6.7 Misal diketahui , dapatkan . Bab 3: Sistem Bilangan Real 85 Penyelesaian: 1.6.4 CONTOH PEMAKAIAN LOGARITMA Pada subbab ini, akan disajikan contoh-contoh pemakaian logaritma, diantaranya: untuk mengalikan bilangan, mebagi bilangan, menghitung pangkat suatu bilangan. CONTOH 1.6.8 Dengan menggunakan logaritma, hitunglah pendekatan Penyelesaian: Misal 86 Bab 1: Sistem Bilangan Real CONTOH 1.6.9 Dapatkan nilai x yang memenuhi Penyelesaian: Sebelah kiri dan kanan tanda sama dengan dikenakan operasi = 1,58505 (berdasarkan contoh 1.6.6, = 1,58505) CONTOH 1.6.10 Dana Rp 100.000.000 dideposito dengan bunga 10 % per tahun. Perhitungan 9 tahun kemudian menggunakan rumusan. Bab 3: Sistem Bilangan Real 87 Tentukan besarnya dana pada akhir tahun ke 9. Penyelesaian: 0,041393 = 8,372534 (disini dihitung berbantuan kakulator, karena sebelumnya tidak ada contoh penghitungan untuk ; atau dapat berbantuan tabel logaritma) CONTOH 1.6.11 Persamaan untuk menghitung nilai tunai (present value/PV) dari anuitas biasa adalah 88 Bab 1: Sistem Bilangan Real Dengan : R adalah pembayaran periodik dari anuitas. i adalah laju bunga per periode bunga. n adalah jumlah interval pembayaran Jika diinginkan mencapai nilai tertentu di masa mendatang (Future value/ FV), maka tentukan rumusan berapa lama untuk mencapainya. Penyelesaian: Persamaan pada contoh ini, PV digantikan dengan FV menjadi Kita akan mencari nilai n, berapa lama untuk mendapatkan nilai yang akan datang yang diinginkan. Kenakan operasi log pada kedua sisi persamaan, diperoleh Bab 3: Sistem Bilangan Real 89 • RANGKUMAN • Untuk b bilangan positif dan b ≠ 1, arti dari blog a = x adalah bx = a. • Jika b > 0, b≠1, p > 0 dan q > 0, maka berlaku : 6. 7. 8. 9. 90 Bab 1: Sistem Bilangan Real SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 11--66 1. Tentukan nilai dari logaritma berikut ini. a. b. c. d. e. f. 2. Tentukan nilai dari logaritma berikut ini. a. b. c. d. e. f. 3. Dengan mengikuti cara pada Contoh 1.6.4, hitunglah logaritma di bawah ini sampai ketepatan dua angka di belakang koma. a. b. c. d. e. f. 4. Jika dipunyai tabel seperti berikut ini Maka hitunglah logaritma di bawah ini sampai ketepatan satu angka di belakang koma. a. b. c. d. e. f. Bab 3: Sistem Bilangan Real 5. Jika dan , maka hitunglah a. b. c. d. e. f. 6. Jika , maka hitunglah a. b. c. d. e. f. 7. Jika dan , maka hitunglah a. b. c. d. e. f. 8. Jika 91 , maka hitunglah a. b. c. d. 9. Dengan menyamakan basis logaritma, hitunglah a. b. 10. Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan berikut ini. a. b. Bab 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN 2. Persamaan Dan Pertidaksamaan Persamaan atau pertidaksamaan merupakan suatu bentuk model matematik yang dibangun dari dunia nyata sebagai bentuk hubungan perwujudan dari alam pikir terhadap suatu masalah. Setiap model persamaan atau pertidaksamaan harus memuat unsur-unsur yang merupakan abstraksi dari kenyataan masalah tersebut. Model yang berbentuk persamaan atau pertidaksamaan merupakan struktur dari suatu masalah yang mengandung peubah-peubah atau parameter yang dianalisis atau diselesaikan dengan menggunakan operasi matematika. Pada kenyataannya persamaan atau pertidaksamaan yang muncul dari fenomena nyata dapat berbentuk linier atau tak linier. Akan tetapi, pada 93 94 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan buku ajar ini akan dibahas bentuk linier dan kuadrat. Berikut ini beberapa ilustrasi permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari. a. Satu rombongan bus wisata mengunjungi obyek wisata, biaya yang harus dikeluarkan untuk memasuki obyek wisata tersebut sebesar Rp 150.000 per bus. Jika dalam satu bus ada 30 orang, maka berapa biaya masuk objek wisata per orang ?. b. Perusahaan roti memproduksi 500 bungkus roti setiap hari. Roti terdiri dari tiga jenis, yaitu: roti keju, roti cokelat, dan roti daging. Setiap roti keju diproduksi paling sedikit 50 bungkus, roti cokelat paling sedikit 100 bungkus, dan roti daging paling sedikit 70 bungkus. Permasalahan ini dapat dimodelkan dalam bentuk pertidaksamaan. Jika keuntungan dari tiap-tiap jenis roti diketahui, maka berapakah banyaknya tiap-tiap jenis harus diproduksi agar memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya. 2.1 PERSAMAAN LINEAR Persamaan dikatakan linear jika pangkat dari peubah adalah 1, seperti: 1. 2x + 5 = 8 2. 5y = 20 3. 7x + 6y = 10 Selain banyaknya peubah pada persamaan linear juga dapat ditinjau dari banyaknya persamaan linear yang muncul secara serentak disebut sistem persamaan linear, misalnya: 1. 2x + 3y = -2 x + 2x = 3 2. x + 2y + z = -1 -x + y + 2z = 2 x+z = 1 3. 2x - y + 2z – u = 0 x + 2y – u =0 y -z+u =0 z -u =0 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 95 Dari bentuk–bentuk persamaan linear tersebut, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Mendapatkan penyelesaian persamaan, yaitu mendapatkan nilainilai peubah yang memenuhi persamaan tersebut. 2. Menggambar grafik dari persamaan, khususnya untuk sistem persamaan dengan 2 peubah . 2.1.1 PERSAMAAN LINEAR SATU PEUBAH Persamaan linear satu peubah secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : ax + b =c (2.1.1) dengan a≠0, b, dan c ∈ R. Penyelesaian dari persamaan (2.1.1) adalah nilai x yang memenuhi persamaan tersebut, misalnya. a. 2x + 3 = 7, untuk x = 2 didapat 2(2) +3 = 7. Berarti x = 2 merupakan penyelesaian dari persamaan tersebut. b. 2x + 3 = 5 , jika diberikan x = 1, maka diperoleh 2(1) + 3 = 5. yang berarti x = 1 merupakan penyelesaian dari persamaan tersebut. ■ Mencari Penyelesaian Persamaan Linier Satu Peubah Perhatikan persamaan ax + b = c. Kedua ruas dikurangi dengan b, diperoleh 96 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan ax + b – b = c – b ax + 0 = c – b atau ax = c – b. Kemudian kedua ruas dikalikan dengan diperoleh , atau (2.1.2) Himpunan penyelesaiannya adalah : Dari uraian tersebut diatas, terdapat langkah- langkah dalam mencari penyelesaian persamaan linier 1 peubah sebagai berikut. Langkah 1 : Kedua ruas dikurangi dengan b. Langkah 2 : Kedua ruas dikalikan dengan kebalikan dari koefisien peubah x yang pada persamaan tersebut adalah a. CONTOH 2.1.1 Selesaikan persamaan 3x – 7 = 9 ?. Penyelesaian: 3x – 7 = 9 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 97 3x + (–7) = 9 kedua ruas dikurangi –7 3x +(– 7) – (–7) = 9 – (–7) diperoleh 3x = 16, Kemudian kedua ruas dikalikan dengan kebalikan 3 yaitu diperoleh atau Himpunan penyelesaiannya adalah }. CONTOH 2.1.2 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan 7 = 5 + 2x ? Penyelesaian: 7 = 5 + 2x kedua ruas dikurangi 5 -5 + 7 = -5 + 5 + 2x diperoleh 2 = 2x, kedua ruas dikalikan dengan kebalikan 2 yaitu diperoleh 98 atau Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan . Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah { 1 }. CONTOH 2.1.3 ?. Dapatkan nilai peubah t yang memenuhi Penyelesaian : kedua ruas ditambah 7 diperoleh , kedua ruas dikalikan dengan kebalikan dari yaitu atau Himpunan penyelesaiannya adalah Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 99 CONTOH 2.1.4 Selesaikan persamaan 3y – 8 = 9 + 5y ? Penyelesaian: 3y – 8 = 9 + 5y kelompokkan y pada ruas kiri dan yang tidak mengandung y pada ruas kanan. Kurangi kedua ruas dengan –5y dan menambah kedua ruas dengan 8: -5y + 3y – 8 + 8 = 9 + 5y – 5y + 8 , diperoleh -2y = 9 + 8 atau -2y = 17 kemudian kedua ruas dikalikan dengan kebalikan dari –2 yaitu , diperoleh y Himpunan penyelesaiannya adalah 100 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.1.5 ?. Dapatkan nilai u yang memenuhi persamaan Penyelesaian: , kelompokkan u pada ruas kiri dan yang tidak mengandung u pada ruas kanan yaitu dengan mengurangi kedua ruas dengan -3u dan menambah kedua ruas dengan . diperoleh kemudian kedua ruas dikalikan dengan kebalikan dari . atau , yaitu Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Himpunan penyelesaiannya adalah 101 . 2.1.2 PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Persamaan linear dua peubah secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : (2.1.3) dengan a≠0, b≠0, c ∈ R. Pandang persamaan linear dua peubah (2.1.4) Mari kita amati seperti berikut ini. 1. Misal diambil suatu nilai x = 0 diperoleh y = 2. Ini berarti bahwa pasangan nilai x = 0 dan y = 2 memenuhi persamaan (2.1.4) atau dengan kata lain pasangan (0,2) merupakan penyelesaian dari persamaan (2.1.4). 2. Misal diambil lagi, suatu nilai x = 1 diperoleh y = 4/3. Ini berarti bahwa pasangan nilai x = 1 dan y = 4/3 memenuhi persamaan (2.1.4). Jadi pasangan (0,2) merupakan penyelesaian dari persamaan (2.1.4). 102 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Dari pengamatan di atas, nilai x bisa diambil berapa saja, akan didapat nilai untuk y. Oleh karena itu, persamaan (2.1.4) mempunyai banyak penyelesaian. Penyelesaian dari persamaan (2.1.4) berupa pasangan (x,y) yang memenuhi persamaannya. Secara umum, persamaan (2.1.3) mempunyai tak berhingga banyak penyelesaian yang berbentuk (x,y). Jadi, himpunan penyelesaian dari (2.1.3) adalah CONTOH 2.1.6 Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 3x + 4y = 2 ? Penyelesaian: Oleh karena x, y R maka nilai x dan y yang memenuhi persamaan tersebut ada tak berhingga banyak. Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah { (x , y) | 3x + 4y = 2 , x, y R} CONTOH 2.1.7 Dapatkan nilai u yang memenuhi persamaan diberikan v = 2 Penyelesaian: 4u – 2v = - 5 jika Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 103 4u – 2v = - 5 , untuk v = 2 diperoleh 4u – 2(2) = -5. 4u – 4 = -5 kedua ruas ditambah 4. 4u – 4 + 4 = -5 + 4 diperoleh 4u = -1 kedua ruas dibagi 4 . u = -1/4. Himpunan penyelesaiannya adalah : { -1/4 } CONTOH 2.1.8 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan 2x + 3y = 4x – 8 jika y = -3. Penyelesaian: 2x + 3y = 4x – 8 , untuk y = -3 diperoleh 2x + 3(-3) = 4x -8 2x – 9 = 4x – 8 pengelommpokkan pada kedua ruas. 2x – 4x = -8 + 9 atau -2x = 1 , kedua ruas dibagi – 2 Diperoleh x = -1/2 CONTOH 2.1.9 Selesaikan persamaan berbentuk 5t – 3s + 10 = 3s – 4t – 5 jika s = -1 ? 104 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Penyelesaian: 5t – 3s + 10 = 3s – 4t – 5, untuk s = -1 diperoleh 5t – 3 (-1) + 10 = 3(-1 ) – 4t – 5 atau 5t + 3 + 10 = -3 – 4t – 5 atau 5t + 13 = -8 – 4t , pengelompokkan pada kedua ruas. 5t + 4t = -8 – 13 , atau 9t = -21 , kedua ruas dibagi 9 t = -21/9 Himpunan penyelesaiannya adalah : {-21/9} CONTOH 2.1.10 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan linier 2x + y = 6 jika x, y bilangan bulat positif ? Penyelesaian: Dari persamaan 2x + y = 6, dapat diperoleh nilai – nilai x dan y : Untuk x = 0 Untuk x = 1 Untuk x = 2 Untuk x = 3 maka y = 6 maka y = 4 maka y = 2 maka y = 0 • RANGKUMAN • Persamaan linear satu peubah c ∈ R mempunyai: dengan a ≠ 0, b, dan Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • • penyelesaian • himpunan penyelesaian 105 Persamaan linear dua peubah dinyatakan sebagai dengan a≠0, b≠0, c ∈ R. Dan mempunyai himpunan penyelesaian SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 22--11 a. Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut ini. c. d. e. f. 7x – 6 = 8 + 8x g. h. 7 ( 4 – 5/p) = 8 i. 7(4+5/p) = 8 j. 3 7 = 2b − 4 4 + 4b b. Selesaikan persamaan berikut ini. • 3 – 2/x = 4 +3/x • • 7 + 8h = ‐7‐8h • • • 6k – 4 = 4 – 6k 3y+2/3 =9y-2/3 106 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan c. Dapatkan himpunan semua penyelesaian dari persamaan berikut ini. a. 4x + 5 = 5y -4 b. 5y +3x = 7 c. 7x - 7 = 7-7x d. 5(3x - 2) = 10 15y e. f. d. Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut untuk s = 1. a. 2s + 4 = 4 – 5t. c. 6s + 8 = e. g. 4 −6 2t 3 2 = 6t − 4 4 + 4 s 4 2 1 − = −5 3t 2 s 4t b. 8 d. 2s 4s = 4s + t 5t 5t 4s −6= +5 7 5 f. 4 ( 2t + 3s ) = 8 t + 8 h. 5t − 2 s 4 s + 4 = 3t 6 e. Selesaikan persamaan berbentuk. a. 2x + 4y – 6 = 5 untuk x=2. b. 4t + 5s = c. 7u d. 2s + 4t untuk t = -2 3t 3 3u − 8 untuk v=-2 = 4v + v 3v 1 5 p − q 4q + 4 = untuk q = 2p 6 2 e. 4(2n + 3m ) = 8 m+ 8 untuk n=x f. 2h h 7 − = untuk h = y x x 8 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan f. 107 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut ini dengan grafik. a . 4x – 3y + 4 = 5 untuk semua bilangan x, y riil b. u - 3 3u + 8 untuk v = 1 dan u bilangan bulat = 3v v 2v c. 4m – 3 n = 2 + 5n − 6 untuk m bilangan ganjil dan n bilangan 3m bulat positif. d. 4t - 5s = 2s + 4 s untuk t riil negatip dan s bilangan sebarang. 3t e. 2 3 3x + 2 y − 7 + = untuk x = 1 dan y bilangan cacah x y xy f. 2y 2 7 − = untuk x bilangan ganjil dan z bilangan genap. z z 8 2.2 PERSAMAAN KUADRAT Persamaan kuadrat seringkali dijumpai dari permasalahan yang muncul dari suatu fenomena nyata. Sebagai ilustrasi: si Pegy mempunyai usaha penjualan paket kue. Dalam penjualan, Pegy mempunyai banyak pekerja keliling. Salah satu pekerjanya bernama si A. Dalam setiap harinya, si A diberikan honorarium sebesar Rp (10+2x), dengan x adalah banyaknya paket yang dijual oleh si A. Jika si A berhasil menjual x paket, maka si Pegy juga memperoleh pendapatan akibat dari penjualan oleh si A, dan besarnya adalah . 108 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Pegy menginginkan pendapatan setiap hari yang berasal dari si A adalah Rp 10. Berapa paket kue yang harus di jual si A agar target pendapatan si Pegy terpenuhi. Pada permasalahan ini, dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan kuadrat. Bentuk umum persamaan kuadrat. (2.2.1) dengan a≠0, b, c ∈ R. Untuk lebih jelasnya, kita lihat beberapa contoh persamaan kuadrat berikut ini. CONTOH 2.2.1 2 1. x − 2 x + 1 = 0 , persamaan kuadrat dengan a=1, b=-2, c=1. 2. 3y2+4y+5=1, persamaan kuadrat dengan a=3, b=4, c= 5–1= 4. 2 3. 2 t + 2t + 1 = 1 , persamaan kuadrat dengan a=2, b=2, c= 1-1 = 0. 4. 4n2-16=0, persamaan kuadrat dengan a=4, b=0, c= -16. 5. u2 + 2u1/2- 5 = 0 , bukan persamaan kuadrat karena terdapat pangkat ½ dari peubah u. Bentuk persamaan kuadrat bergantung pada koefisian dari peubah x yaitu a , b , c sehingga terdapat beberapa bentuk persamaan kuadrat : 1. Jika nilai a, b, c merupakan bilangan real maka persamaan kuadrat yang terbentuk disebut Persamaan Kuadrat Real. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 109 2. Jika nilai a, b, c merupakan bilangan rasional maka persamaan kuadrat yang terbentuk disebut Persamaan Kuadrat Rasional. 3. Jika c = 0 maka persamaan kuadrat yang terbentuk disebut Persamaan Kuadrat Tak Lengkap. 4. Jika b = 0 maka persamaan kuadrat yang terbentuk disebut Persamaan Kuadrat Sejati. CONTOH 2.2.2 Nyatakan persamaan berikut menjadi bentuk umum. a. (x – 2)(x + 5) = 0 b. (2x – 4)2 – 6 = 2x. c. 3x2 – 6x + 3 = x(x + 3 ) d. =7 Penyelesaian: Bentuk umum persamaan kuadrat yang diminta adalah . a. (x – 2)(x + 5) = 0, dijabarkan menjadi x2 + 5x – 2x – 10 = 0 atau x2 + 3x – 10 = 0. b. (2x – 4)2 – 6 = 2x, dijabarkan menjadi (2x)2 –2(2x)(4) + (4)2 -6 = 2x 4x2 – 16x + 16 -6 = 2x atau 4x2 – 18x +10 = 0. 4x2 – 16x – 2x + 10 = 0 atau 110 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan c. 3x2 – 6x + 3 = x(x + 3) , dijabarkan menjadi 3x2 – 6x + 3 = x2 + 3x 3x2 – x2 – 6x –3x+3= 0 atau 2x2 – 9x+3 = 0. =7 disamakan penyebutnya menjadi d. atau , dijabarkan menjadi 3x+9+2x -4 = 7(x2 + 3x – 2x -6 ) atau 7x2 +2x – 47=0 2.2.1 MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT Seperti halnya yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa persamaan kuadrat bergantung pada nilai-nilai a, b, c. Oleh karena itu penyelesaian dari persamaan kuadrat tersebut juga bergantung pada nilai a, b, c dan hasil penyelesaian tersebut berupa nilai peubah x yang disebut sebagai akar-akar persamaan kuadrat. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 111 Terdapat 3 cara untuk menyelesaikan persamaan kuadrat : 1. Dengan cara memfaktorkan Cara ini dilakukan berdasarkan pada definisi yang berlaku pada bentuk kesamaan kuadrat bahwa x2 + (a + b)x + ab = (x + a)(x + b). Perhatikan bentuk persamaan kuadrat : ax2 + bx + c = 0, dengan a≠0 kedua ruas dibagi a atau jadikan koefisien x2 menjadi 1 seperti persamaan (2.2.2). (2.2.2) Jika dan maka persamaan (2.2.2) dapat difaktorkan menjadi . Sehingga diperoleh: atau . Jadi akar–akar persamaan kuadrat tersebut adalah x1= -p dan x2=-q. Himpunan penyelesaian persamaan tersebut adalah { -p,-q }. Cara lain dalam memfaktorkan persamaan kuadrat untuk dapat dilakukan sebagai berikut. 112 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Perhatikan bentuk persamaan kuadrat , persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk : atau (2.2.3) Jika dan , maka persamaan (2.2.3) dapat . Sehingga diperoleh difaktorkan menjadi atau . Jadi akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah dan . CONTOH 2.2.3 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan 2x2 – 6x – 20 = 0 ?. Penyelesaian: Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 113 2x2 – 6x – 20 = 0 , kedua ruas dibagi 2 diperoleh x2 – 3x – 10 = 0 dapat dirubah menjadi x2 + (2 – 5)x + (-5)(2) = 0 , terlihat bahwa p = 2 dan q = -5 maka persamaan kuadrat tersebut dapat ditulis (x + 2)(x – 5) = 0 dengan x +2 = 0 dan x – 5 = 0 diperoleh akar – akar x1 = - 2 dan x2 = 5. Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah : {-2, 5}. CONTOH 2.2.4 Selesaikan persamaan kuadrat berbentuk 3x2 + 4x - 10 = 2x2 + 3x + 2 Penyelesaian: 3x2 + 4x - 10 = 2x2 + 3x + 2 Jadikan persamaan berbentuk umum dengan membuat ruas kanan sama dengan 0 3x2-2x2 + 4x – 3x – 10 - 2 = 0 diperoleh persamaan berbentuk x2 + x – 12 = 0 atau dapat ditulis x2 + (4 – 3)x + 4(-3) = 0 dan terlihat bahwa p = 4 dan q = -3 x2 + x – 12 = (x + 4)(x – 3) = 0 sehingga diperoleh x + 4 =0 dan x – 3 = 0. Akar-akar persamaan adalah x1 = 3 dan x2 = -4 sehingga himpunan penyelesaian adalah {-4,3}. 114 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.5 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan kuadrat . Penyelesaian: Dari persamaan koefisien dari dijadikan 1. Untuk itu, kedua ruas dari persamaan dikalikan dengan 3. Didapat hasil x2 + 5x + 6 = 0 atau dapat ditulis x2 + (2 + 3)x + 2(3) = 0 dan terlihat bahwa p = 2 dan q = 3 x2 + 5x + 6 = (x + 2)(x + 3 ) = 0. Sehingga diperoleh x+2= 0 dan x+ 3 = 0. Jadi akar-akar persamaannya adalah x1= -2 dan x2= -3. Oleh karena itu, himpunan penyelesaiannya adalah : {-2,-3} CONTOH 2.2.6 Selesaikan persamaan berbentuk . Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 115 Penyelesaian: Pada persamaan , ruas kiri penyebutnya disamakan. Sehingga diperoleh: atau Selanjutnya kedua ruas dikalikan dengan x(x-1), didapat: 2 = x(x -1) atau x2 – x – 2 = 0. Lakukan pemfaktoran sehingga didapat hasil: x2 + (1 – 2)x + (–2)(1) = 0 atau (x + 1)(x – 2) = 0 Dari sini diperoleh x + 1 = 0 atau x – 2 = 0 Sehingga akar–akar persamaan tersebut adalah x1 = -1 atau x2 = 2. Jadi himpunan penyelesaian adalah {-1, 2}. 2. Dengan Cara Melengkapkan Kuadrat Sempurna Cara lain untuk menyelesaikan persamaan kuadrat adalah dengan melengkapkan kuadrat sempurna. 116 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Perhatikan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0. Jadikan koefisien x2 menjadi 1 dengan membagi kedua ruas dengan a, diperoleh: Atau (2.2.4) (2.2.5) Persamaan (2.2.4) dan (2.2.5) merupakan bentuk kuadrat sempurna. Jika pada persamaan (2.2.4) nilai , maka persamaan di atas menjadi . Atau (2.2.6) Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 117 CONTOH 2.2.7 Dapatkan himpunan penyelesaian dari x2 + 4x + 4 = 0 ?. Penyelesaian: x2 + 4x + 4 = 0 dapat ditulis x2 + 2(2)x + 22 = (x + 2)2 = (x + 2)(x + 2 )= 0. Akar – akar persamaan tersebut adalah x1 = -2 dan x2 = -2. Himpunan penyelesaiannya adalah : {-2}. CONTOH 2.2.8 Nyatakan persamaan kuadrat 3x2 + 6x + 9 = 0 dalam bentuk kuadrat sempurna ?. Penyelesaian: 3x2 + 6x + 9 = 0, kedua ruas dibagi 3 diperoleh x2 + 2x + 3 = 0, melengkapkan dalam bentuk kuadrat sempurna. x2 + 2x + 12 + 2 = 0 atau x2 + 2x + 12 = - 2 . Jadi 3x2 + 6x + 9 = x2 + 2x + 12 + 2 = 0 . x2 + 2x + 12 = -2 atau (x + 1)2 = - 2. Didapat akar . 118 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.9 Nyatakan persamaan kuadrat 4x2 + 6x + 9 = 0 dalam bentuk kuadrat sempurna ?. Penyelesaian: 4x2 + 6x + 9 = 0, kedua ruas dibagi 4 diperoleh . Melengkapkan dalam bentuk kuadrat sempurna dengan cara menyatakan persamaan kedalam bentuk Diperoleh hasil berikut ini. , atau , atau , atau Ini merupakan bentuk kuadrat sempurna. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 119 3. Dengan Cara Menggunakan Rumus abc Akan ditunjukkan berikut ini bahwa persamaan kuadrat dengan a ≠ 0, mempunyai akar-akar dan Pada ax2 + bx + c = 0, kedua ruas dibagi dengan a diperoleh , lanjutkan dengan melengkapkan dalam bentuk persamaan kuadrat sempurna. , atau , atau , atau 120 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan , dari persamaan ini diperoleh dua persamaan berikut ini. • Pertama: Dari sini diperoleh • Kedua: Dari sini diperoleh Kedua akar x1 dan x2 di atas, biasa dituliskan dalam bentuk: (2.2.7) Persamaan (2.2.7) dinamakan rumus abc. CONTOH 2.2.10 Dengan menggunakan rumus abc, dapatkan akar-akar persamaan kuadrat 2x2 – 2x + 6 = 0 ?. Penyelesaian: Pada persamaan 2x2 – 2x + 6 = 0, mempunyai a = 2, b = - 2, dan c = 6. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 121 Oleh karena itu, akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah: Oleh karena terdapat tanda negatif pada akar, persamaan kuadrat tersebut tidak mempunyai akar real. CONTOH 2.2.11 Selesaikan persamaan kuadrat 3x2 + 2x – 4 = 0 ?. Penyelesaian: x2 + 5x + 4 = 0 yang mempunyai a = 1, b = 5 dan c = 4 Oleh karena itu, akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah: 122 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Dari sini diperoleh akar-akar dan . CONTOH 2.2.12 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan Penyelesaian: , kalikan kedua ruas dengan x diperoleh -x2 + 4x = -4 -2x2, ruas sebelah kanan dibuat sama dengan 0 ?. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 123 -x2 + 2x2 + 4x +4 = 0 atau dapat ditulis x2 + 4x + 4 = 0, merupakan persamaan kuadrat dengan a = 1, b = 4 dan c = 4. Dengan menggunakan rumus abc, diperoleh: Dari sini diperoleh penyelesaiannya adalah akar-akar }. . Jadi himpunan 124 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.13 ?. Selesaikan persamaan berbentuk Penyelesaian: , kedua ruas dikalikan dengan x + 2, diperoleh: , atau , ruas kanan difaktorkan, diperoleh: , kedua ruas dibagi , atau , atau Ini merupakan persamaan kuadrat dengan a = 1, b = 3 dan c = -4. Dengan menggunaakan rumus abc, diperoleh: Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 125 Dari sini diperoleh akar-akar . dan CONTOH 2.2.14 Selesaikan persamaan (x2 – x)(x + 2 ) = -4(x + 2) + (x2 +5x + 6) ? Penyelesaian: (x2 – x)(x + 2) = -4(x + 2) + (x2 +5x + 6 ) , dengan memfaktorkan persamaan kuadrat pada ruas kanan, diperoleh (x2 – x)(x + 2) = -4(x + 2) + (x2 +(2+3)x + 2(3), diperoleh 126 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan (x2–x)(x+2) = -4(x+2)+(x + 2)(x + 3) kedua ruas dengan (x + 2) didapat (x2 – x) = -4 + (x + 3), kedua ruas ditambah 4, -x dan -3 diperoleh x2 – 2x +1 = 0 Ini merupakan persamaan kuadrat dengan a = 1, b = -2 dan c = 1. Dengan menggunaakan rumus abc, diperoleh: Dari sini diperoleh akar-akar Dari beberapa contoh penyelesaian . persamaan kuadrat yang menggunakan rumus abc, terlihat bahwa nilai akar ada mempunyai dua akar real berbeda, ada yang dua akarnya kembar (sama nilainya), ada juga yang akarnya berupa bilangan imaginer. Ketiga kondisi ini Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan tergantung dari nilai 127 . Nilai ini dinamakan diskriminan dan sering disimbulkan dengan . Ada tiga nilai diskriminan yaitu: • Jika , maka persamaan kuadrat mempunyai akar sama atau akar kembar x1 = x2. • Jika , maka persamaan kuadrat mempunyai dua akar real berbeda, x1 ≠ x2. • Jika , maka persamaan kuadrat mempunyai akar imaginer. 2.2.2 MENCARI HUBUNGAN AKAR‐AKAR PERSAMAAN KUADRAT Pada subbab ini akan dibahas beberapa pernyataan yang berkaitan dengan akar-akar persamaan kuadrat x1 dan x2. Akar dari persamaan kuadrat, menurut rumus abc dinyatakan sebagai: Beberapa pernyataan yang berkaitan dengan akar-akar ini adalah: 128 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 1. Jika ditambahkan dengan , maka dapat diperoleh: (2.2.8) 2. Jika dikalikan dengan , maka dapat diperoleh: (2.2.9) Dengan persamaan (2.2.8) dan (2.2.9), persamaan kuadrat dapat dinyatakan dalam bentuk: Atau (2.2.10) Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 129 CONTOH 2.2.15 Carilah persamaan kuadrat yang akar-akarnya adalah dan . Penyelesaian: dan a. b. Kita masukkan ke dalam persamaan (2.2.10), didapatkan persamaan kuadrat: x2 – (x1 + x2 )x + x1x2 = 0 atau x2 – 2x – 1 = 0. CONTOH 2.2.16 Jika adalah salah satu akar persamaan kuadrat dan akar lainnya adalah Penyelesaian: atau . maka dapatkan nilai dari p ?. 130 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Salah satu bentuk persamaan kuadrat adalah Dari sini terlihat bahwa . CONTOH 2.2.17 Perhatikan persamaan kuadrat . Jika salah satu akarnya merupakan 4 kali akar yang lain, maka dapatkan nilai p dan akar-akar tersebut ? Penyelesaian: Perhatikan kembali bentuk persamaan kuadrat: Kalau kita padankan dengan persamaan kuadrat didapat: • Karena diketahui bahwa • , maka: atau , Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan . Dari ini, nilai Jadi akar-akarnya adalah 131 dan . Selanjutnya nilai p dicari dari atau atau nilai CONTOH 2.2.18 Salah satu akar dari persamaan kuadrat -4x2 + px – 16 = 0 adalah -2 kali terhadap akar yang lain, dapatkan nilai p dan bentuk persamaan kuadratnya. Penyelesaian: x1 + x2 = −b − p c − 16 = = dan x1x2 = , a −4 a −4 diketahui x1 = -2x2 maka (-2x2)x2 = -4 diperoleh (x2)2 – 2 = 0 atau x2 = ± 2 dan x1 = -2x2 = ± 2 2 132 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan x1 + x2 = − p −b = = 2 2 − a −4 2 diperoleh p1 = 8 2 − 4 2 dan p2= − 8 2 + 4 2 . Untuk p1 = 8 2 − 4 2 , maka persamaan kuadratnya adalah -4x2 + ( 8 2 − 4 2 ) x – 16 = 0 dengan akar-akar x1= 2 2 , x2 = - 2 Untuk p2 = − 8 2 + 4 2 , maka persamaan kuadratnya adalah -4x2 + ( − 8 2 + 4 2 )x – 16 = 0 dengan akar-akar x1= − 2 2 , x2 = 2 CONTOH 2.2.19 Dapatkan akar-akar dan nilai p jika persamaan kuadrat berbentuk x2– 2px+12=0 dan selisih dari akar-akarnya adalah 4. Penyelesaian: x1 + x2 = −b p c 12 = p dan x1x2 = = = 12 = a 1 a 1 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 133 diketahui bahwa x1 – x2 = 4 atau x1 = 4 + x2 maka (4 + x2)x2 = 12 atau x2 + 4x – 12 = 0, dengan cara faktorisasi dapat diperoleh (x + 6)(x – 2) = 0 yang mempunyai akar-akar x2 = -6 dan x2 = 2. Oleh karena x1 = 4 + x2 maka untuk x2 = -6 diperoleh x1 = -2 dan untuk x2 = 2 diperoleh x1 = 6. x1 + x2 = −b p = p jika untuk nilai x2 = -6 dan x1 = -2 = a 1 maka diperoleh p = -8 dan persamaan kuadrat yang terbentuk adalah x2 +16x + 12 = 0 . Jika untuk x2 = 2, x1 = 6 maka diperoleh p = 8 dan persamaan kuadrat yang terbentuk adalah x2 +16x + 12 = 0. CONTOH 2.2.20 Hasil kali akar-akar suatu persamaan kuadrat adalah dan salah satu akar dari akar yang lain, dapatkan persamaan kuadrat tersebut. Penyelesaian: 134 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Misalkan akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah x1 dan x2, telah diketahui bahwa x1x2 = atau dapat ditulis x2 - 1 2 2 1 dan x1 = x2 maka diperoleh ( x2)x2 = 2 3 3 2 3 1 = 0 dengan akar-akar x12 = ± 3 4 2 1 1 3 diperoleh x1 = 3 2 3 1 1 3 diperoleh x1 = - 3 demikian pula untuk akar x2 = − 2 3 Untuk akar x2 = Jadi jumlah kedua akar-akarnya persamaan kuadrat mempunyai 2 kemungkinan yaitu x1+x2 = 1 1 1 1 3 + 3 atau x1+x2 = - 3 − 3 3 2 3 2 Dengan demikian persamaan kuadratnya adalah x2 - ( 1 1 1 3+ 3 ) + = 0 atau 2 3 2 x2 + ( 1 1 1 3 + 3) + =0 2 3 2 2.2.3 HUBUNGAN ANTARA AKAR‐AKAR PERSAMAAN KUADRAT LAINNYA Misalkan persamaan kuadrat berbentuk ax2 + bx + c = 0, a ≠ 0 dengan akar x1 dan x2. Hubungan diantara akar-akar x1 dan x2 dan seperti dapat dipakai untuk mempermudah pencarian bentuk-bentuk hubungan antar akar-akar yang lainnya seperti: Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 135 1. (x1 - x2)2 2. x12 + x22 3. x12x2+ x22x1+ x1x2 4. CONTOH 2.2.21 Jika akar-akar persamaan kuadrat 4x2 + 2x – 1 = 0 adalah x1 dan x2, maka dapatkan nilai – nilai dari hubungan akar-akar dibawah ini : a. b. c. d. e. f. Penyelesaian: Dari persamaan kuadrat dapat diperoleh hubungan akar-akar x1 + x2 = a. Bentuk − 2 −1 −b c −1 = = = dan x1 x2 = a 4 2 4 a dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dan perkalian dari akar-akar persamaan kuadrat, telah diketahui sebelumnya bahwa bentuk sempurna kesamaan kuadrat: 136 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan dengan demikian: b. Seperti sebelumnya, dapat dicari x12 x2 + x22 x1 = x1 x2 ( x1 + x2 ) Sehingga diperoleh x12 x2 + x22 x1 = c. x13 + x23 = ( x1 + x2 )( x12 – x1 x2 + x22 ) = ( x1 + x2 )( x12 + x22– x1 x2 ), dari contoh diatas telah diperoleh x12 + x22 sehingga diperoleh x13 + x23 = d. Telah dicari sebelumnya bahwa Dengan demikian . Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 137 e. f. ■ Menyusun Persamaan Kuadrat Jika Akar-akarnya Mempunyai Hubungan Dengan Akar-akar Persamaan Kuadrat Lainnya. Untuk menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya mempunyai hubungan dengan akar-akar persamaan kuadrat yang diketahui mempunyai 2 cara yaitu: 1. Dengan menggunakan rumus penjumlahan dan perkalian akarakar. 2. Dengan menggunakan penggantian. • Menggunakan Rumus Penjumlahan dan Perkalian Akarakar Jika diketahui persamaan kuadrat berbentuk ax2 + bx + c = 0, maka didapat penjumlahan akar x1x2 = x1 + x2 = −b dan a perkalian akar c a Untuk menentukan persamaan kuadrat baru perlu untuk dicari akar-akar dari persamaan kuadrat tersebut dan hubungannya dengan akar – akar persamaan kuadrat yang diketahui. 138 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.22 Dapatkan persamaan kuadrat yang akar-akarnya adalah x1 + 3 dan x2 + 3 dimana x1 dan x2 akar-akar persamaan x2 + 4x + 4 = 0. Penyelesaian: Persamaan kuadrat x2 + 4x + 4 = 0 mempunyai jumlahan akar-akar x1 + x2 = -4 dan perkalian akar-akar x1x2 = 4 . Jika dimisalkan persamaan kuadrat baru berbentuk au2 + bu + c = 0 dengan akar-akar u1 = x1 + 2 atau u1 - 3 = x1 dan u2 - 3 = x2 maka dapat dicari akar-akar tersebut dari: • x1 + x2 = -4 atau u1 – 2 + u2 – 3 = -4 sehingga u1 – 3 + u2 – 3 = -4 atau u1 + u2 = 2 • x1x2 = 4 atau (u1 – 3)(u2 – 3) = 4 atau diperoleh persamaan u1u2 – 3 (u1+ u2) = -5 atau u1u2 = -5 + 3(2) = 1. Dengan demikian persamaan kuadrat yang baru adalah u2 – (u1 + u2)u + u1u2 = 0 atau u2 – 2u + 1 = 0 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 139 CONTOH 2.2.23 Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya 3 3 dan jika x1 dan x1 x2 x2 merupakan akar-akar persamaan kuadrat x2 + 2 x + 1 = 0 ? Penyelesaian: Penjumlahan akar-akar x1 + x2 = -2 dan Perkalian akar-akar x1 x2 = 1. Misalkan persamaan kuadrat baru berbentuk a y2 + b y + c = 0 dengan akar-akar y1 = • 3 x1 atau x1 = x1 + x2 = -2 atau 3 y1 dan x2 = 3 maka dapat dicari: y2 3 3 + = - 2 atau y1 y2 3( y1 + y2 ) = −2 atau 3(y1 + y2) = -2y1y2. y1 y2 3 3 = 1 atau y1 y2 = 9 sehingga dapat diperoleh • x1 x2 = 1 atau y1 y 2 3(y1 + y2) = - 2 y1 y2 atau y1 + y2 = - 6 . Dengan demikian persamaan kuadrat yang baru adalah y2 – (y1 + y2) y + y1 y2 = 0 atau y2 + 6y + 9 = 0 • Menggunakan penggantian Untuk mendapatkan persamaan kuadrat yang baru dengan cara penggantian dapat dilakukan jika akar-akar persamaan kuadrat yang baru simetri dengan akar-akar persamaan kuadrat yang diketahui. 140 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.24 Jika x1 dan x2 merupakan akar-akar persamaan kuadrat dari x2 – 4 x + 4 = 0 maka dapatkan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya adalah : a. 1 1 dan dx1 dx 2 dengan d adalah konstanta yang tidak nol. b. x12 + x22 dan x12 x2 + x22 x1 Penyelesaian: Dari persamaan yang diketahui x2 – 4 x + 4 = 0 dapat diperoleh x1 + x2 = 4 dan x1 x2 = 4 1. Misalkan akar-akar persamaan baru adalah dimana dan penjumlahan dan perkalian dari akar-akar tersebut berbentuk simetri walaupun nilai dari x1 dan x2 dirubah. Oleh karena itu, dapat dilakukan penggantian dari akar-akar tersebut 1 pada persamaan kuadrat x2– 4x +4 = 0 yaitu y = 1 atau x = dx dy yaitu ( 1 4 1 2 1 − + 4 = 0 , kedua ruas ) –4 + 4 = 0 atau 2 (dy) dy dy dy dikalikan d2y2 diperoleh 1 – dy + 4d2y2 = 0 atau 4d2y2 – dy + 1 = 0 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 141 1.3 Misalkan akar-akar persamaan baru adalah y1 = x12 + x22 atau y1 = ( x1 + x2 )2 – 2 x1 x2 = 16 – 32 = -16 dan y2 = x12 x2 + x22 x1 atau y2 = x1 x2 ( x1 + x2 ) = 16. Dengan demikian persamaan kuadrat yang baru adalah y2 – ( y1 + y2 ) + y1 y2 = 0 atau y2 – 256 = 0 CONTOH 2.2.25 Dapatkan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya 1 1 1 + dan x1 x2 x1 x2 dimana x1 dan x2 merupakan akar persamaan kuadrat x2 + 6x + 9 = 0. Penyelesaian: Dari persamaan kuadrat yang diketahui diperoleh x1 + x2 = dan x1 x2 = −b =-6 a c = 9. a Misalkan akar-akar persamaan kuadrat yang baru adalah v1 = 1 =9 x1 x2 x1 + x 2 −6 −2 1 1 + = = = maka persamaan kuadrat yang x1 x2 x1 x 2 9 3 25 v−6 = 0 baru adalah v2 – (v1 + v2) + v1v2 = 0 atau v2 – 3 v2 = 142 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 2.2.4 MENERAPKAN PERSAMAAN KUADRAT Sebelum ini, kita telah belajar banyak tentang persamaan kuadrat dan berbagai cara menyelesaikan persamaan kuadrat. Banyak permasalahan yang berhubungan dengan persamaan kuadrat. Pada subbab ini, kita akan menggunakan persamaan kuadrat untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. CONTOH 2.2.26 Sekelompok orang melakukan usaha bersama membentuk suatu badan usaha. Pada tahun pertama usaha tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 10.000.000. Keuntungan tersebut dibagai rata pada setiap anggotanya. Jika ada 2 orang anggota tidak mau menerima keuntungan usaha tahun pertama, maka setiap anggota kelompok akan menerima Rp 250.000 lebih banyak dari penerimaan yang dibagai pada semua anggotanya. Tentukan banyaknya anggota kelompok tersebut. Penyelesaian: Misal x merupakan banyaknya anggota kelompok. • Jika keuntungan anggota anggotanya dibagi kelompok, menerima Besarnya nilai A adalah pada maka A semua setiap rupiah. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • 143 Jika keuntungan tersebut dibagi (x-2) orang, maka setiap anggotanya menerima B rupiah. Besarnya nilai B adalah • Jika ada 2 orang tidak mau menerima keuntungan, maka selisih yang diterima setiap anggota adalah Rp 250.000. Dari sini diperoleh 144 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Dari persamaan ini, diperoleh dan . Akan tetapi, nilai x harus lebih besar nol. Karena itu, diperoleh hasil banyaknya anggota ada sebanyak 10 orang. CONTOH 2.2.27 Panitia wisata menyewa sebuah bus seharga Rp 2.000.000. Biaya sewa bus ditanggung secara merata oleh peserta wisata. Jika pada saat mau berangkat ada 8 orang yang mengundurkan diri, maka setiap peserta harus menambah biaya sebesar Rp 12.500. Tentukan banyaknya peserta wisata tersebut. Penyelesaian: Misal x merupakan banyaknya peserta wisata. • Jika biaya sewa bus dibagi pada semua peserta, maka setiap peserta membayar A rupiah. Besarnya nilai A adalah • Jika biaya sewa tersebut dibagi (x-8) orang, maka setiap peserta membayar B rupiah. Besarnya nilai B adalah Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • 145 Jika ada 8 peserta mengundurkan diri, maka setiap peserta menambah Rp 12.500. Dari sini diperoleh Dari persamaan ini, diperoleh dan . Akan tetapi, nilai x harus lebih besar nol. Karena itu, diperoleh hasil banyaknya anggota ada sebanyak 10 orang. 146 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.2.28 Si Pegy mempunyai usaha penjualan paket kue. Dalam penjualan, Pegy mempunyai banyak pekerja keliling. Salah satu pekerjanya bernama si A. Dalam setiap harinya, si A diberikan honorarium sebesar Rp (10+2x), dengan x adalah banyaknya paket yang dijual oleh si A. Jika si A berhasil menjual x paket, maka si Pegy juga memperoleh pendapatan akibat dari penjualan oleh si A, dan besarnya adalah . Pegy menginginkan pendapatan setiap hari yang berasal dari si A adalah Rp 10. Berapa paket kue yang harus di jual si A agar target pendapatan si Pegy terpenuhi. Penyelesaian: Pada permasalahan ini, dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan kuadrat atau Diperoleh x=-10 dan x=5. Karena x adalah banyaknya paket barang yang dijual, x tidak boleh negatif. Jadi diperoleh hasil x=5, si A harus menjual sebanyak 5 paket agar si Pegy memperoleh pendapatan Rp 10 dari penjualan si A. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 147 CONTOH 2.2.29 Pada luar lapangan sepak bola yang berukuran 100 m × 50 m, akan dibuat jalur lari dengan lebar jalur tetap. Jalur tersebut mengelilingi lapangan sepak bola. Jika luas jalur tersebut adalah 2.500 m2, maka tentukan lebar jalur tersebut. Penyelesaian: Misalkan lebar jalur yang harus dibuat adalah x m, lihat Gambar 2.2.1. Gambar 2.2.1 Jalur lari dengan lebar tetap. Luas jalur dalam m2 adalah L = 2(100x) + 2(50x) + 4x2 Karena luas jalur adalah 2.500 m2, maka : 2.500 = 4x2 + 300x x2 + 75x - 2.500 = 0 (x+100) (x -25)=0 Karena nilai x > 0, maka diperoleh x = 25 m. Jadi lebar jalur di sisi lapangan sepak bola tersebut adalah 25 m. 148 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • RANGKUMAN • Bentuk umum persamaan kuadrat adalah dengan a≠0, b, c ∈ R. • Jika dapat difaktorkan ke bentuk maka penyelesaiannya adalah , dan • Mempunyai bentuk kuadrat sempurna • Mempunyai akar‐akar . dan • Jika x1 dan x2 merupakan akar-akar persamaan kuadrat, maka • • SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 22--22 • Dapatkan akar memfaktorkan. persamaan kuadrat dengan a . x2 + x – 12 = 0 b . x2 – 2x – 8 = 0. c . x2 – 4x – 5 = 0 d . x2 + 5x = -6 cara Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan e . x2 + 2x = 3 • Carilah 149 f . x2 – 14x – 32 = 0 akar persamaan kuadrat dengan cara melengkapkan bentuk sempurna. a . ( x – 1)2 = 100 b. x2 – 12x – 45 = 0 c. (y – 2)(y – 2) = 9 d. 3t2 + t – 2 = 0 e. (2x + 3)2 = 25 f. u2 + 8u – 9 = 0. • Carilah akar persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus abc. a. 2x2 -4x – 2 = 0 b. x2 – 5x + 3 = 0 c. 6x2 – 7x + 2 = 0. d. 2x2 – 6x + 11 = 0. e. 3x2 – 6x = 9 f. x2 + 4x – 8 = 0 • Setiap sabtu, Amir pelari peserta PON berlatih lari 18 km, tujuannya adalah mengurangi waktu tempuh sebesar setengah jam, dengan bantuan murid SMU kelas 1 dianjurkan agar ia berlari 1,2 km perjam lebih cepat. Tentukan kecepatan ia berlari ? • Peluru ditembakkan vertikal ke udara dengan kecepatan awal v0 dan pada saat tertentu akan mencapai ketinggian sebesar v0t – 10t2 . jika ketinggian maksimum 30 maka tentukan waktu sampai peluru mencapai tanah ? 150 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • Suatu kotak berbentuk balok yang mempunyai volume = luas alas x tinggi, jika alas dan tutup kotak berbentuk bujur sangkar , sisi balok berbentu empat persegi panjang maka dapatkan luas sisi balok untuk volume = 100 , alas dan tutup diabaikan, tinggi =2? • Jumlah pangkat dua dari tiga bilangan ganjil berurutan yang adalah 515 . tentukan bilangan –bilangan tersebut ? • Suatu tangga dengan panjang 10 bersandar pada tembok , jarak ujung tangga dengan lantai adalah 6, tentukan jarak geseran kaki tangga agar ujung atas tangga bergeser sama panjang dengan geseran bawah ? • Dapatkan persamaan kuadrat yang akar‐akarnya. a. 4 dan -4 b. u dan 2 – u c. 2 dan 7 d. 1/t dan t • Jika a dan b akar‐akar persamaan kuadrat maka bentuk faktor dari persamaan kuadrat dapat ditulis (x + a)(x + b) = 0 , dapatkan persamaan kuadrat tersebut jika: 1.3.2.1.1 a = ‐3 dan b = 4. 1.3.2.1.2 a=(2+ 1.3.2.1.3 a =( 1.3.2.1.4 a= )( 2 ‐ ) dan b = ( , b = Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • Susunlah suatu persamaan kuadrat yang akar‐akarnya adalah • 151 1 1 ± 2 a Dapatkan persamaan kuadrat yang hubungan diantara akar‐akarnya adalah a. jumlah akar-akarnya = 3 , hasil kali akar-akarnya = 4. b. jumlah akar-akarnya = -4 , hasil kali akar-akarnya = 1 3 c. jumlah akar-akarnya = 2 , hasil kali akar-akarnya = 2 d. jumlah akar-akarnya = 1 , hasil kali akar-akarnya = -1. • Diketahui salah satu akar persamaan kuadrat x2 – 2qx + 4q = 0 tiga kali akar yang lain , dapatkan nilai p dan akar-akarnya • Akar-akar persamaan (2p – 1)x2 – 15/2x – 3 = 0 saling berkebalikan , dapatkan nilai p dan akar-akarnya. • Persamaan kuadrat berbentuk 2x2 + (p + 3) x – 4p = 0 yang selisih akar-akarnya sama dengan 7 , dapatkan nilai p dan akarakarnya • Salah satu akar persamaan –2x2 + px – p + 2 = 0 sama dengan 0, dapatkan nilai p. • Salah satu akar persamaan kuadrat 3x2 – (p – 3)x + p + 2 = 0 berlawanan 2 kali, dapatkan nilai p ? • x1 dan x2 adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 – 3x = , dapatkan p dan akar- akarnya jika 2x1 + x2 = 2 ? 152 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • Akar-akar persamaan kuadrat x2 – 2x – 4 = 0 adalah x1 dan x2 , dapatkan bentuk simetri dengan tanpa mencari akar persamaannya . a. b. c. d. • Akar persamaan kuadrat x2 – (p + 1)x – 2p+4 = 0, hitunglah bentuk berikut yang merupakan bentuk simetri dari x1 dan x2 a. x12 + x22 b. x14 + x24 c. x13 + x12 x2 + x1 x22 + x23 d. • Akar‐akar persamaan 9x2 – 15x + p = 0 adalah x1 dan x2, hitunglah p jika a. x12 + x12 x2 + x1 x22 + x22 = 2 • b . x12 + x22 = x1 + x2 Hitunglah p jika x12 + x22 = 10 untuk persamaan kuadrat berbentuk x2 – px – 4 = 0 ? • Bilangan x1 dan x2 adalah akar persamaan x2 – 2bx + b2 = 0 , dapatkan b jika x12 + x22= 2 ? • Susunlah persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya 2 kali lebih kecil dari akar persamaan kuadrat x2 + 6x + 9 = 0 ? Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan • 153 Akar persamaan kuadrat x2 - 3x + a - 1= 0 adalah x1 dan x2, tentukan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya a. x1 x2 dan x2 x1 b. x12 dan x22 c. 1 1 dan x1 − 2 x2 − 2 d. • Susunlah suatu persamaan kuadrat baru 1 1 2 dan 2 x1 x2 yang akar-akarnya kebalikan dari akar-akar persamaan x2 – 6ax -6a = 0 ? • Persamaan yang akar-akarnya 2 lebih kecil dari persamaan kuadrat x2 – 6ax -6a = 0 adalah 2x2 – 6x + 6 = 0 , tentukan a dan akar-akarnya ? • Persamaan kuadrat 6x2 – x - 12 = 0 mempunyai akar-akar x1 dan x2, tentukan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya x12 + x22 dan x12 - x22. • Sekelompok orang menerima borongan pekerjaan penggalian selokan dengan imbalan sebesar Rp 2 juta yang dibagi rata pada setiap anggotanya. Jika 2 orang onggotanya mengundurkan diri, maka setiap anggota kelompok akan menerima Rp 50.000 lebih banyak dari penerimaan semula, sebelum ada yang mengundurkan diri. Tentukan banyaknya anggota kelompok tersebut. • Seseorang berjalan menyusuri sepetak pekarangan berbentuk persegi panjang yang luasnya 216 m2 tanpa berhenti. Andaikan langkah orang tersebut selalu tetap sebesar 60 cm, maka 154 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan tentukan ukuran pekarangan tersebut jika orang tersebut selesai mengelilingi pekarangannya dalam 100 langkah. • Jika jumlah dari kebalikan dua bilangan genap yang berurutan adalah , maka tentukan jumlah dari dua bilangan genap tersebut. 2.3 SISTEM PERSAMAAN LINEAR Sistem persamaan linier atau juga disebut sebagai sistem persamaan linier serentak merupakan kumpulan atau himpunan dari persamaan linier. Dalam buku ini dibahas system persamaan linear: 1. Sistem persamaan linier 2 peubah dengan 2 persamaan. 2. Sistem persamaan linier 3 peubah dengan 2 persamaan. 3. Sistem persamaan linier 3 peubah dengan 3 persamaan. Sistem persamaan linier banyak sekali dijumpai dalam banyak aplikasi misalnya: • Seorang pengusaha busana seragam untuk pria dan wanita dengan bentuk yang berbeda dan terbagi dalam 2 ukuran sedang dan besar. Ukuran sedang memerlukan 1,2 meter untuk seragam pria dan 2 meter untuk seragam wanita. Ukuran besar memerlukan 1,5 meter per seragam pria dan 2,5 meter perseragam wanita. Jika bahan yang tersedia untuk pria sebanyak 100 meter dan Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 155 wanita 200 meter, maka banyaknya seragam yang dapat dibuat untuk ukuran sedang dan besar adalah. Misalkan peubah x menyatakan seragam dengan ukuran sedang. Peubah y menyatakan seragam dengan ukuran besar. Banyaknya seragam pria yang dapat dibuat adalah banyaknya seragam wanita yang , dan dapat dibuat adalah . Dan ini membentuk dua persamaan linier berikut ini. 1,2x + 1,5y = 100 • dan 2x + 2,5y = 200 Suatu obyek wisata yang mempunyai 3 lokasi dengan bentuk yang berbeda pada suatu tempat yang sama, setiap lokasi pendapatan yang diperoleh rata-rata adalah 1. Lokasi A sebesar Rp 10.000.000,- dengan harga karcis Rp 2.500,- per dewasa, Rp 1.500,- peranak dan Rp 1000,permobil. 2. Lokasi B sebesar Rp 12.000.000,- dengan harga karcis Rp3.500,-per dewasa, Rp 2.500,- peranak dan Rp 1.000,permobil. 3. Lokasi C sebesar Rp 14.000.000,- dengan harga karcis Rp 3.000,- perdewasa, Rp 2.000,- peranak dan Rp 1000,- permobil. Banyaknya pengunjung dari ketiga lokasi wisata tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut. 156 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Misal x menyatakan banyaknya pengunjung dewasa, y menyatakan banyaknya pengunjung anak-anak dan z menyatakan banyaknya pengunjung mobil. Permasalahan ini membentuk suatu sistem persamaan linier: 2500 x + 1500 y + 1000 z = 10.000.000 3500 x + 2500 y + 1000 z = 12.000.000 3000 x + 2000 y + 1000 z = 14.000.000 • Pada ilustrasi nomor 2, jika hanya terdapat 2 lokasi pada obyek wisata tersebut, maka banyaknya pengunjung kedua lokasi wisata tersebut adalah : 2500x + 1500 y + 1000 z = 10.000.000 3000 x + 2500 y + 1000 z = 12.000.000 2.3.1 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Sistem persamaan linear dua peubah secara umum dapat ditulis : a1x + b1y = c1 dengan a1 , b1 , c1 ∈ R a2x + b2y = c2 dengan a2 , b2 , c2 ∈ R a1 , b1 , a2 , b2 tidak boleh bersama – sama bernilai nol. Mencari penyelesaian dari sistem persamaan linear merupakan pasangan (x, y) yang memenuhi kedua persamaan linear tersebut sehingga memberikan pernyataan yang benar. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 157 Ada beberapa cara dalam mencari penyelesaian sistem persamaan linear yaitu : 1 . Metode Grafik. 2. Metode Eliminasi 3. Metode Substitusi. 4. Metode gabungan eliminasi dan substitusi. 5. Metode Matrik, dibahas pada Bab 3. i. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dengan Metode Grafik. Menyelesaikan sistem persamaan linier dengan metode grafik maka persamaan a1x + b1y = c1 dan a2x + b2y = c2 dapat dipandang sebagai garis lurus maka perpotongan dari kedua garis tersebut merupakan penyelesaian dari sistem persamaan linier . Misalkan garis u1 : a1x + b1y = c1 dan garis u2 : a2x + b2y = c2 maka akan terdapat beberapa kemungkinan diantara kedua garis tersebut yaitu: 1. Terdapat satu titik potong jika . Pada kondosi ini, sistem persamaan linier mempunyai satu penyelesaian/ jawab. 2. Garis u1 berimpit dengan garis u2 jika . Pada kondisi ini, terdapat banyak titik yang memberikan jawaban yang benar dan dikatakan bahwa sistem persamaan linier mempunyai banyak penyelesaian. 158 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 3. Garis u1 sejajar dengan u2 namun tidak berhimpit, jika . Pada kondisi ini, tidak terdapat perpotongan atau singgunggan antara kedua garis tersebut, sehingga sistem persamaan linier tidak mempunyai penyelesaian. CONTOH 2.3.1 Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier berbentuk x + 2y = 3 dan 2x + y = 3. Penyelesaian: Dari persamaan x + 2y = 3, didapat: untuk x = 0 , y = dan untuk y =0 , x = 3 Jadi grafik melalui titik (0, ) dan (3, 0). Dari persamaan 2x + y = 3, didapat: untuk x=0, y = 3 dan untuk y=0, x = Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 159 Jadi grafik melalui titik (0,3) dan ( ,0). Dari grafik terlihat bahwa perpotongan garis terjadi disekitar (1, 1). Sehingga penyelesaian dari sistem persamaan linear ini adalah x=1, dan y=1. ii. Menyelesaikan Dengan Metode Substitusi. Misalkan sistem persamaan linier berbentuk a1x + b1y = c1 , a2x + b2y = c2. Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dengan substitusi dimaksud adalah melakukan substitusi terhadap salah satu peubah x atau y dari 1 persamaan ke persamaan yang lain. c1 a1 − x disubstitusi pada b1 b1 c1 a1 persamaan a2x + b2y = c2 diperoleh a2x + b2( − x ) = c2 atau b1 b1 a1x + b1y = c1, b1y = c1- a1x atau y = ( a2 - b2 a1 bc ) x = c2 − 2 1 b1b2 b1 b2 c1 b1 . Jadi x = b2 c1 a2 − b1 c2 − CONTOH 2.3.2 Dapatkan penyelesaian dari sistem persamaan linier 3x – 2y = 5 160 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 2x + 4y = -2 Penyelesaian: Ambil salah satu persamaan 3x – 2y = 5 atau x = ke persamaan lainnya 2x + 4y = -2 atau 2 ( , disubstitusikan ) + 4 y = -2 , kedua ruas dikalikan 3 didapat 10 + 4y + 12y = - 6 atau y = = -1. Nilai y=-1 dimasukkan ke persamaan 3x – 2y = 5, didapat: 3x – 2(-1) = 5 atau x = 1 Sehingga penyelesaian dari sistem persamaan linier adalah x=1, dan y=-1. CONTOH 2.3.3 Selesaikan sistem persamaan linier berbentuk 2x = 6y + 4 3x + 4y = 3 Penyelesaian: Ambil persamaan 2x = 6y + 4 atau x = 3y + 2 disubstitusikan pada persamaan 3x + 4y = 3, didapat 3(3y + 2) + 4y = 3 atau 13y = -3 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan dan nilai y ini dimasukkan ke salah satu persamaan, Diperoleh y = didapat x = 161 +2= . Jadi penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah dan . iii. Menyelesaikan Dengan Metode Eliminasi. Misalkan sistem persamaan linier berbentuk a1x + b1y = c1 a2x + b2y = c2 untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dengan eliminasi dimaksudkan adalah menghilangkan salah satu peubah dari sistem persamaan dengan menyamakan koefisien dari peubah tersebut. a1x + b1y = c1 | x a2 Æ diperoleh a2a1x + a2b1y = c1a2 a2x + b2y = c2 | x a1 Æ diperoleh a2a1x + a1b2y = c2 a1 (a2b1 – a1b2)y = c1a2 - c2a1 c a −c a 2 1 c1 − 1 2 b1 c1a2 − c2 a1 a 2 b1 − a1b2 Jadi y = dan x = a2b1 − a1b2 a1 162 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan CONTOH 2.3.4 Selesaikan sistem persamaan linier dengan eliminasi berbentuk 2u + 8v = -2 -u + 3v = 4 Penyelesaian: 2u + 8v = -2 dikalikan 1 diperoleh 2u + 8v = -2 -u + 3v = 4 dikalikan 2 diperoleh -2u + 6v = 8 14v = 6 atau v = 3/7 2u + 8v = -2 dikalikan 3 diperoleh 6u + 24 v = - 6 -u + 3v = 4 dikalikan 8 diperoleh -8u + 24 v = 32 14u = - 38 atau u = . CONTOH 2.3.5 Dapatkan himpunan penyelesaian dengan eliminasi jika terdapat persamaan berbentuk 3s – 4t = 6 dan 2s + 5t = - 3. Penyelesaian: 3s – 4t = 6 dikalikan 2 diperoleh 2s + 5t = -3 dikalikan 3 diperoleh 6s – 8t = 12 6 s + 15 t = - 9 -23t = 21 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 163 . atau t = 3s – 4t = 6 dikalikan 5 diperoleh 15s – 20t = 30 2s + 5t = - 3 dikalikan 4 diperoleh 8s + 20t = -12 + 23s = 18 atau s = Himpunan penyelesaiannya adalah { , iv. }. Menyelesaikan Dengan Metode Gabungan Eliminasi dan Substitusi. Misalkan sistem persamaan linier berbentuk a1x + b1y = c1 a2x + b2y = c2 Penyelesaikan sistem persamaan linier dengan gabungan eliminasi dan subtitusi dimaksudkan adalah melakukan eliminasi terhadap salah satu peubah yang kemudian melakukan subtitusi pada salah satu persamaan atau sebaliknya. CONTOH 2.3.6 Selesaikan sistem persamaan linier berbentuk 164 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 3x – 4y = 5 dan -2x + 2y = 4 Penyelesaian: 3x – 4y = 5 dikalikan 2 diperoleh 6x – 8y = 10 -2x + 2y = 4 dikalikan 3 diperoleh -6x + 6y = 12 + -2y = 22 atau y = -11 , dilakukan subtitusi pada persamaan -2x + 2y = 4 maka didapat -2x + 2(-11) = 4 atau x = - 13. Penyelesaian dari sistem persamaan linier adalah {-13, -11}. CONTOH 2.3.7 Dapatkan himpunan penyelesaian dari persamaan 4u – 8v = 7 dan 3u + 2v = 2 Penyelesaian: 4u – 8v = 7 dikalikan 3 diperoleh 12u – 24v = 21 3u + 2v = 2 dikalikan 4 diperoleh 12u + 8v = 8 - -32v = 13 atau v = 3u + 2( , dilakukan subtitusi pada persamaan 3u + 2v = 2 maka : ) = 2 atau u = Jadi himpunan penyelesaiannya adalah { , }. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 165 2.3.2 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA PEUBAH Sistem persamaan linear tiga peubah dapat dinyatakan dalam bentuk a1 x + b1 y + c1 z = d1 a2 x + b2 y + c2 z = d2 (2.3.1) a3 x + b3 y + c3 z = d3 dengan a1, b1 ,c1 , d1 , a2, b2 , c2 , d2 , a3 , b3 , c3, d3 merupakan bilangan real. Menyelesaikan sistem persamaan linier 3 peubah dapat dilakukan seperti halnya pada sistem persamaan linier 2 peubah . CONTOH 2.3.8 Selesaikan sistem persamaan linier berbentuk x – 2y + z = 2 2x + y + 2z = 1 -x + y + z = 2 Penyelesaian: Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier tersebut dengan menggunakan metode eliminasi . x – 2y + z = 2 dikalikan 2 diperoleh 2x – 4y + 2z = 4 dilakukan 166 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 2x + y + 2z = 1 dikalikan 1 diperoleh 2x + y + 2z = 1 - 5y - =3 atau y = -3/5 x – 2y + z = 2 dikalikan 1 diperoleh x – 2y + z = 2 -x + y + z = 2 dikalikan 1 diperoleh -x + y + z = 2 + - y + 2z = 4 dilakukan subtitusi nilai y pada persamaan tersebut diperoleh -(-3/5) + 2z = 4 atau z = , subtitusikan pada persamaan -x+ y + z = 2 didapat -x + ( + = 2 atau x = . CONTOH 2.3.9 Selesaikan sistem persamaan linier berbentuk 2x – 2y + z = 3 x + y + 2z = -1 -x + y + z = 2 Penyelesaian: Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier tersebut dengan menggunakan metode eliminasi . x + y + 2z = -1 dilakukan Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan -x + y + z = 2 167 + 2y + 3z = 1 2x – 2y + z = 3 | x 1 diperoleh 2x – 2y + z = 3 x + y + 2z = -1 | x 2 diperoleh 2x + 2y + 4z = -2 -3z=5 , dilakukan subtitusi pada persamaan 2y + 3z = 1 atau diperoleh 2y + 3 ( ) = 1 atau y = 3, kemudian disubtitusikan pada persamaan x + y + 2z = -1 diperoleh x + 3 + 2 ( ) = - 1 atau x = Jadi himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier adalah . • RANGKUMAN • Penyelesaian dari sistem persamaan linear dua peubah merupakan pasangan (x, y) yang memenuhi kedua persamaan linear tersebut. • Ada beberapa cara dalam mencari penyelesaian sistem persamaan linear dua peubah, yaitu : 168 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 1 . Metode Grafik. 2. Metode Eliminasi 3. Metode Substitusi. 4. Metode gabungan eliminasi dan substitusi. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 22--33 1. Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut dengan menggunakan metode grafik. a. x – 2y = 3 b. 2x + 3y = -2 -x + 2y = 3 2x+y = 1 c. 3x – 4y -4 = 0 x + 2y d. x – y = 0 =1 e. 5x – 2y -4 = 0 3x + y – 4 = 0 f. x + 2y – 1 = 0 2. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier berikut dengan menggunakan metode eliminasi. a. 2x – 2y = -2 b. x + 2y = 3 -x + 2y = 3 x + 2y = 5 c. 4x – 2y -4 = 0 x+y =3 e. 2x + 3y = 4 x+y =4 d. 3x +5y = 7 3x + 2y – 4 = 0 f. x + 2y – 1 = 0 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 169 3. Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier berikut dengan menggunakan metode subtitusi . • 3x + 2y = 7 • -x + 2y = 3 2x - y = 1 • • x + 2y • x – 4y = 6 2x + 3y – 2 = 0 =1 x + y -3 = 0 1/2x + 1/3y = 1 • 4. Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier berikut dengan menggunakan gabungan eliminasi dan subtitusi 1. x – 2y = 3 2. 2x + 3y = -2 -x + 2y = 3 2x+y = 1 3. 3x – 4y -4 = 0 x + 2y 4. x – y = 0 =1 5. 5x – 2y -4 = 0 3x + y – 4 = 0 6. x + 2y – 1 = 0 5. Dua titik (2, 3) dan (-1, 1) yang dilalui oleh garis lurus ax + by = 6 , tentukan nilai a dan b ? 6. Sebuah industri pakaian jadi memproduksi 2 jenis pakian yaitu pria dan wanita, jika pada saat tertentu mendapatkan hasil penjualan sebesar Rp 250.000 dari 120 pakaian wanita dan 100 pakaian pria , demikaian pula dari 90 pakian pria dan 80 pakaian wanita 170 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan mendapatkan sebesar Rp 200.000, dapatkan harga jual setiap pakaian pria dan wanita ? 7. Jumlah penduduk dari suatu kota A dan B adalah 4.000.000. akan tetapi jumlah penduduk kota A sama dengan 1.500.000 lebihnya dari 3 kali penduduk kota B dapatkan jumlah penduduk kedua kota tersebut ? 8. Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier berikut. a. 2x – 3y + z = 2 b. x + 4y – z = 15 x + 2y – z = 4 2x - 2y +3z = 12 2x + z = 10 x + 2y – z = 10 y + 5z = 5 x- y +z=1 c . x – 3y = -5 9. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut. a. 1 1 3 + − = 10 x y z b. 3 1 − =2 x y 2 1 3 − + =5 x y Z 2 1 + =3 y z 2 3 1 + − =8 x y z 2 3 − =1 x z c. 2 1 3 − + =1 z x y 1 2 3 + − = −1 y x z 2 1 − =2 x z 10. Diketahui persamaan kuadrat y = ax2 + bx + c , tentukan nilai a, b, c jika fungsi tersebut melalui titik berikut ini. a. (1,1), (2, 4) dan (-2, 4) b. (-2, 0), (2, 0) dan (0, 1). c. (0,-1), (-4, 0) dan (4, 0). d. (0, 1), (2, 0) dan (2, 1) Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 171 2.4 SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT DUA PEUBAH Sistem persamaan linier dan kuadrat untuk dua peubah dapat dinyatakan dalam bentuk y = a1 x + b y = a 2 x 2 + b2 x + c2 (2.4.1) dimana a1≠0, b1, a2≠0, b2, c2 merupakan bilangan real. Untuk menyelesaiakan sistem persamaan tersebut dapat dilakukan dengan cara 1. Metode subtitusi. 2. Metode grafik. CONTOH 2.4.1 Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan . Penyelesaian: 172 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Untuk menyelesaikan sistem persamaan tersebut dilakukan dengan subsitusi persamaan pada diperoleh atau atau Nilai-nilai x disubtitusikan pada . diperoleh x1 = 0 dan x2 = -1 , yaitu untuk x1 = 0 diperoleh y1 = 1 dan untuk x2 = -1 diperoleh y2 = 0. Jadi himpunan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah {(0, 1), (-1, 0)}. CONTOH 2.4.2 Selesaikan sistem persamaan berbentuk y = x + 2 dan y = x2 Penyelesian: y=x+2 y = x2 Subtitusikan persamaan pada persamaan diperoleh x + 2 = x2 atau x2 – x – 2 = 0 , dilakukan faktorisasi diperoleh (x – 2)(x + 1) = 0 dan diperoleh hasil x1 = 2 dan x2 = -1 Nilai-nilai x disubtitusikan pada persamaan y = x + 2, didapat: , akan Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 173 1. Untuk x1 = 2 diperoleh y1 = 4 2. Untuk x2 = -1 diperoleh y2 = 1 Sehingga himpunan penyelesaian adalah {(2, 4) , (-1, 1 )}. Secara geometrik himpunan penyelesaian tersebut merupakan titik potong dari kedua persamaan, seperti yang diperlihatkan pada gambar disamping ini. • RANGKUMAN • Sistem persamaan linear dan kuadrat untuk dua peubah dapat dinyatakan dalam bentuk y = a1 x + b y = a 2 x 2 + b2 x + c2 dimana a1≠0, b1, a2≠0, b2, c2 merupakan bilangan real • Ada beberapa cara penyelesaian yang dapat dipakai untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dan kuadrat dua peubah, yaitu : 1 . Metode Grafik. 2. Metode Substitusi. 174 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 22--44 • Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut. a. y =2x b. y = x 2 y = x + 2x - 1 • y = x + 2x - 2 y = x2 + 2x - 2 Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut. a. y = x + 1 y = x2 + 2x - 1 • c. y = x + 2 2 b. y = x -2 y = x2 + 2x - 2 c. y = 3x + 2 y = x2 + 2x - 2 Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut ini. a. y + x – 1=0 2 y = x - 3x + 2 • b. y – 2x -9 = 0 2 y –x + 5x -5=0 c. y - 2x + 5 = 0 y = x2 - 3x + 3 Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut ini. a. y - x = 10 y = x2 - 3x + 2 • b. y – 2x = 5 y –x2 + 5x -5=0 c. y + x = 5 y = x2 - 3x + 3 Dapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut ini. a. y = x – 1 2 y = x - 3x + 2 • b. y – 2x -9 = 0 2 y –x + 5x -5=0 c. y = - 2x + 5 y = x2 - 3x + 3 Tentukan konstanta k agar agar sistem persamaan linear-kuadrat berikut Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan o Mempunyai dua penyelesaian. o Mempunyai satu penyelesaian dan kemudian tentukan 175 penyelesaiannya. o Tidak mempunyai penyelesaian. 2.5 PERTIDAKSAMAAN Suatu persamaan dinyatakan dengan tanda “=“. Untuk hubungan dari peubah – peubah yang menyatakan pertidaksamaan digunakan tanda < (lebih kecil), ≤ (lebih keci sama dengan), > (lebih besar), atau ≥ (lebih besar sama dengan. Ekspresi y < x + 1 merupakan suatu pertidaksamaan. Pada persamaan yang memuat hubungan diantara 2 peubah x dan y, jika (x, y) merupakan pasangan dari titik yang memenuhi y = x + 1, maka (x, y) merupakan titik pada bidang koordinat yang terletak pada persamaan y = x + 1. Pada pertidaksamaan, jika pasangan (x, y) memenuhi pertidaksamaan , maka pasangan (x, y) berada dibawah grafik y = x + 1. Daerah penyelesaian pada ketidaksamaan dengan satu peubah dapat dinyatakan pada garis bilangan. CONTOH 2.5.1 Beberapa contoh pertidaksamaan. 176 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 1. , pertidaksamaan linier dengan satu peubah. 2. , pertidaksamaan kuadratik. 3. , pertidaksamaan pecah rasional. , pertidaksamaan linier dengan dua peubah. 4. ■ Sifat-Sifat pertidaksamaan Jika a, b, c, dan d merupakan bilangan real, maka berlaku: a. Jika dan maka b. Jika dan maka c. Jika dan maka d. Jika maka e. Jika dan f. maka Jika . . . , untuk sembarang c. maka . . Untuk pertidaksamaan dengan tanda selain <, mempunyai sifat yang identik dengan pertidaksamaan dengan tanda <. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 177 Penyelesaian pertidaksamaan sering terkait dengan selang atau interval. Karena itu, kita bahas terlebih dahulu tentang selang / interval. 9 Interval Himpunan tertentu yang menarik dan sering muncul dalam matematika adalah himpunan bilangan real yang dinamakan selang / interval. Secara geometrik interval merupakan sepotong garis pada garis bilangan real. DEFINISI 2.5.1 : Jika a dan b bilangan real dengan a < b, maka interval tertutup dari a ke b ditulis dengan [a, b] dan didefinisikan dengan: Jika a dan b bilangan real dengan a < b, maka interval terbuka dari a ke b ditulis dengan (a, b) dan didefinisikan dengan: Kurung siku menunjukkan bahwa titik ujung termasuk dalam interval, sedangkan kurung biasa menunjukkan bahwa titik ujung tidak termasuk dalam interval. Suatu interval dapat diperluas sampai tak hingga arah positif , arah negatif , atau keduanya. 178 Simbol Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan bukan merupakan suatu bilangan, hanya merupakan perluasan ke arah tak berhingga negatif atau tak berhingga positif. Interval yang diperluas sampai tak terhingga dinamakan interval tak hingga. Interval yang titik-titik ujungya berhingga disebut interval berhingga. Interval berhingga yang memuat satu titik ujung, tetapi tidak memuat titik ujung yang lain disebut interval setengah terbuka atau interval setengah tertutup. 2.5.1 PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU PEUBAH Pertidaksamaan linier dengan satu peubah berbentuk (2.5.1) Dengan a, b, c, dan d merupakan bilangan real, dan a dan c tidak keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. Untuk mendapatkan penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut, setiap peubah dipindahkan pada ruas kanan dan setiap bilangan dipindahkan keruas kiri, atau sebaliknya. Kemudian dinyatakan dalam garis Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 179 bilangan, sehingga setiap nilai x yang memenuhi pertidaksamaan merupakan daerah penyelesaian. Jika dipunyai pertidaksamaan dengan a, b, c, dan d bilangan positif dan a-c≠0, maka penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: • Pindahkan cx ke ruas kiri, dan b dipindahkan ke ruas kanan, didapat atau . • Untuk memperjelas gambaran penyelesaian, nyatakan dalam garis bilangan. Langkah ini hanya untuk memperjelas gambaran penyelesaian. GAMBAR 2.5.1 Daerah penyelesaian dari suatu pertidaksamaan linear CONTOH 2.5.2 Dapatkan daerah penyelesaian yang memenuhi 4x – 2 < 2x + 1. Penyelesaian: Untuk mendapatkan penyelesaian pindahkan 2x pada ruas kiri dan -2 pada ruas kanan. Dengan menggunakan sifat pertidaksamaan nomor 3, kedua ruas dikurangi 2x dan dilanjutkan dengan dikurangi -2, didapat: 180 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 4x – 2 < 2x + 1, atau 4x – 2x < 1 + 2 2x < 3 x< 3 2 Nyatakan dalam garis bilangan. . CONTOH 2.5.3 Dapatkan daerah penyelesaian yang memenuhi ketidaksamaan ? Penyelesaian: , Kedua ruas dikurangi 2x dan dikurangi 2, didapat: Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 181 Dalam garis bilangan: CONTOH 2.5.4 Dapatkan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan 2 – 4x > 6 + 3x . Penyelesaian: , dipindahkan 3x keruas kiri dan 2 keruas kanan , atau , kedua ruas dikalikan dengan . . 182 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 2.5.2 PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Pertidaksamaan kuadrat berbentuk ax2+bx + c < 0 (2.5.2) dengan a≠0, b, dan c adalah bilangan real. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. Untuk mendapatkan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat, dilakukan dengan cara: Rubahlah pertidaksamaan menjadi bentuk (2.5.2), dan lakukan pemfaktoran bentuk kuadrat . Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan yaitu dan . Gambarkan , dan pada garis bilangan, diperoleh titik yang membagi garis bilangan menjadi selang-selang yang merupakan daerah uji untuk setiap nilai x yang memenuhi pertidaksamaan. Jika kita anggap p < q, maka selang-selang pada garis bilangan dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.5.2. GAMBAR 2.5.2 Daerah penyelesaian dari suatu pertidaksamaan kuadrat Interval yang terbentuk adalah: - Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 183 Ambil titik uji x pada setiap selang/interval. Berikan tanda + di setiap interval pada garis bilangan apabila . Berikan tanda ─ di setiap interval pada garis bilangan apabila . Penyelesaian dari pertidaksamaannya adalah interval yang memuat nilai-nilai x yang memenuhi pertidaksamaan tersebut. CONTOH 2.5.5 Dapatkan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan x2 + 5x + 6 < 0. Penyelesaian: Faktorisasi bentuk kuadrat pada pertidaksamaan. Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan , Untuk , diperoleh titik . Untuk , diperoleh titik . 184 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Terdapat beberapa selang/interval yang menyatakan daerah penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan, yaitu: (-∞,-3), (-3, -2) , dan (-2,∞). Ambil titik uji pada masing-masing interval, misal x = -4, x = -2,5 dan x = 0. Lakukanlah penghitungan tanda + dan -, akan didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Karena yang diminta soal adalah nilai-nilai yang lebih kecil nol, daerah penyelesaiannya adalah daerah yang bertanda ─, yaitu (-3, -2). Atau, himpunan penyelesaiannya adalah } CONTOH 2.5.6 Dapatkan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan . Penyelesaian: Faktorisasi bentuk kuadrat pada pertidaksamaan. Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan Untuk Untuk , diperoleh titik , diperoleh titik , . . Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 185 Terdapat beberapa selang yang menyatakan daerah penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan, yaitu: ,( , dan . Ambil titik uji pada masing-masing interval, misal x = -1, x = 0, dan x = 3. Lakukanlah penghitungan tanda + dan -, akan didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Karena yang diminta soal adalah nilai – nilai yang lebih besar atau sama dengan nol, daerah penyelesaiannya adalah daerah yang bertanda ─, yaitu atau . Atau, himpunan penyelesaiannya adalah 2.5.3 PERTIDAKSAMAAN PECAH RASIONAL Bentuk pecah rasional yang akan dibahas disini adalah yang mempunyai pembilang linear dan penyebut berbentuk linear ataupun kuadratik. Pertidaksamaan pecah rasional berbentuk (2.5.3) 186 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Atau (2.5.4) dengan a≠0, b, c≠0, dan d adalah bilangan real. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. Untuk mendapatkan penyelesaian pertidaksamaan pecah rasional, dilakukan dengan cara: Rubahlah pertidaksamaan menjadi bentuk (2.5.3) atau (2.5.4), Apabila ada bentuk kuadrat, lakukan pemfaktoran pada bentuk kuadrat . Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan pembilang nol dan penyebut nol. Gambarkan titik-titik pembuat nol ini pada garis bilangan, diperoleh titik yang membagi garis bilangan menjadi selang-selang yang merupakan daerah uji untuk setiap nilai x yang memenuhi pertidaksamaan. Ambil titik uji x pada setiap interval. Berikan tanda + di setiap interval pada garis bilangan apabila ruas kiri bernilai positif. Berikan tanda ─ di setiap interval pada garis bilangan apabila ruas kiri bernilai negatif. Penyelesaian dari pertidaksamaannya adalah interval yang memuat nilai-nilai x yang memenuhi pertidaksamaan tersebut. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 187 CONTOH 2.5.7 Dapatkan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan ?. Penyelesaian: Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan pembilang nol dan penyebut nol. Dari pembilang: 2x – 4 = 0 diperoleh x = 2 dan Dari Penyebut: Terdapat x + 1 = 0 diperoleh x = -1. beberapa interval yang pada garis bilangan, yaitu , , dan . Ambil titik uji pada masing-masing , interval antara lain , . Karena yang diminta adalah yang lebih besar nol, maka terlihat pada gambar di atas bahwa daerah penyelesaian adalah daerah yang bertanda + yaitu dan . CONTOH 2.5.8 Dapatkan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan ?. 188 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Penyelesaian: Pertidaksamaan dibawa kedalam bentuk (2.5.3) atau (2.5.4) sebgai berikut. Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan pembilang nol dan penyebut nol. Dari pembilang: –x – 6 = 0 diperoleh x = –6 dan Dari Penyebut: Terdapat x + 1 = 0 diperoleh x = –1. beberapa selang , yaitu , , dan . Ambil titik uji pada masing-masing selang, misal , dan didapat hasil tanda seperti pada gambar di bawah ini. , Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 189 Karena yang diminta soal adalah nilai-nilai yang lebih besar nol, daerah penyelesaiannya adalah yang bertanda +, yaitu . 2.5.4 MENERAPKAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Berikut ini akan diberikan beberapa contoh pemakaian pertidaksamaan kuadrat untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan ini akan disajikan dalam bentuk contoh-contoh. CONTOH 2.5.9 Pada luar lapangan sepak bola yang berukuran 100 m × 50 m, akan dibuat jalur lari dengan lebar jalur tetap. Jalur tersebut mengelilingi lapangan sepak bola. Jika luas jalur tersebut tidak boleh kurang dari 2.500 m2, maka tentukan minimal lebar jalur tersebut. Penyelesaian: Misalkan lebar jalur yang harus dibuat adalah x m, lihat Gambar 2.5.3. 190 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan GAMBAR 2.5.3 Jalur lari mengelilingi lapangan sepak bola Luas jalur dalam m2 adalah L = 2(100x) + 2(50x) + 4x2 = 300x + 4x2 Karena luas jalur adalah 2.500 m2, maka : 2.500 ≤ 4x2 + 300x x2 + 75x - 2.500 ≥ 0 (x+100) (x -25) ≥ 0 Tentukan nilai-nilai x yang mengakibatkan , Untuk Untuk , diperoleh titik , diperoleh titik . . Terdapat beberapa selang yang menyatakan daerah penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan, yaitu: (-∞,-100), (-100, 25), dan (25, ∞). Ambil titik uji pada masing-masing interval, misal x = -200, x = 0 dan x = 100. Lakukanlah penghitungan tanda + dan -, akan didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Karena yang diminta soal adalah nilai-nilai yang lebih besar sama dengan nol, daerah penyelesaiannya adalah daerah yang bertanda ++ yaitu (-∞, -100] atau [25, ∞). Atau, himpunan penyelesaiannya adalah }. Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 191 Karena nilai x > 0, maka diperoleh x ≥ 25 m. Jadi lebar jalur di sisi lapangan sepak bola tersebut minimal 25 m. CONTOH 2.5.10 Sebuah perusahaan melakukan penjualan x unit barang per minggu. Harga p (dalam ribuan) rupiah per unit dinyatakan dalam p=188-2x. Biaya produksi x unit barang adalah c = 200+4x rupiah (dalam ribuan). Berapa unit barang yang harus diproduksi dan laku terjual untuk dapat memperoleh laba paling sedikit 4 juta rupiah per minggu ?. Penyelesaian: Banyaknya unit adalah x dan harga per unit adalah (188-2x), diperoleh: 9 Pendapatan = 9 Biaya x unit = 200 + 4x 9 Keuntungan = Pendapatan – Biaya Dinyatakan bahwa laba paling sedikit 4 juta rupiah per minggu, atau 4000 dalam ribuan. Oleh karena itu, diperoleh 192 Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan Mirip dengan langkah sebelumnya, carilah titik-titik pembuat nol dan lakukan uji di beberapa titik. Akan didapat interval-interval pada garis real sebagai berikut. Karena yang diminta soal adalah nilai-nilai yang lebih kecil sama dengan nol, daerah penyelesaiannya adalah daerah yang bertanda – yaitu . Jadi banyaknya barang yang diproduksi per minggu paling sedikit 42 dan paling banyak 50. • RANGKUMAN • Pertidaksamaan linier dengan satu peubah berbentuk Dengan a, b, c, dan d merupakan bilangan real, dan a dan c tidak keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. • Pertidaksamaan kuadrat berbentuk Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan 193 ax2+bx + c < 0 dengan a≠0, b, dan c adalah bilangan real. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. • Pertidaksamaan pecah rasional berbentuk atau dengan a≠0, b, c≠0, dan d adalah bilangan real. Tanda < dapat digantikan dengan tanda pertidaksamaan lainnya. . SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 66--22 • • Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut. a. x – 3 > 0 b. -4x > 4 d. 4x + 2 ≤12 e. g. 3x + 5 < 5x – 7 h. 2 – 4x ≥ 6x -2 f. 2 2 < x−2 3 i. 6x + 6 < 12 – 24x Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut. a. 3 ≤ 2x – 7 < 5 c. • 2 >3 x c. 8 – 4x < 12 x 1 x 5 + < + 3 2 4 6 b . 2x + 1 < 3x + 5 < 2x + 6 d. x-1 < 2x + 1 ≤ 3 + x Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut. 194 • • Bab 2: Persamaan dan Pertidaksamaan a. 2x + 4 >0 3x + 2 d. 2− x 2− x > x−2 x−2 b. e. 6 3x < 2x + 4 2x − 4 4 2 + ≥0 x −1 x + 2 c. f. −5 + 2 x + 1> 0 x−3 2x + 3 5 > x 6 Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut. a. 2 x 2 − 3x + 2 <0 x 2 − 5x + 6 b. x2 − 4x + 5 >0 x2 − x − 2 c. x2 − x − 6 ≤0 x2 + 2x + 1 d. x2 + 2 x2 − x > 3x x e. x2 −1 x −1 > 2 x2 − 2 f. ( x − 2 )( x − 1) <0 ( x − 3)( x − 4 ) Sebuah perusahaan melakukan penjualan x unit barang per minggu. Harga p (dalam ribuan) rupiah per unit dinyatakan dalam p=250-x. Biaya produksi x unit barang adalah c = 200+x rupiah (dalam ribuan). Berapa unit barang yang harus diproduksi dan laku terjual untuk dapat memperoleh laba paling sedikit Rp 100.000 per minggu ?. • Sebuah penerbit menjual 5.000 buku, masing-masing dengan harga Rp 2.500. Jika harga dinaikkan Rp 500, maka penjualan berkurang 300 buku. Berapa harga maksimum yang harus dikenakan agar penerimaan paling sedikit Rp 15.000.000. 1 Bab 3 MATRIKS 3. Matriks Matriks banyak dipakai untuk pengembangan berbagai macam cabang matematika, seperti penyelesaian persamaan linier, tranformasi linier, teori graf, dan sebagainya. Dalam penerapannya di bidang grafika komputer matriks dipakai untuk merepresentasi struktur data dari suatu graf, menyatakan sebuah gambar (citra), menggerakkan gambar dalam suatu ruang, dan sebagainya. Namun Pada buku ini hanya mengenalkan matriks, operasi pada matriks, dan penggunaannya pada penyelesaian sistem persamaan linear. 3.1 MATRIKS DAN OPERASINYA Pada bagian ini akan dibahas tentang definisi matriks, operasi yang berlaku dan beberapa sifat matriks, dalam hal ini elemen dari matriks dibatasi pada bilangan real saja. Perhatikan definisi dibawah ini. 177 178 Bab 3: Matriks DEFINISI 3.1.1: Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi atau persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan itu dinamakan anggota/elemen matriks tersebut. CONTOH 3.1.1 Beberapa contoh matriks: Ukuran matriks ditunjukan dengan banyaknya baris dan banyaknya kolom, seperti pada Contoh 3.1.1 secara berurutan, ukuran matriks pertama adalah 3 x 2, karena matriks terdiri dari tiga baris dan dua kolom. Begitu juga matriks selanjutnya mempunyai ukuran 3 x 3, matriks yang ketiga juga dinamakan dengan matriks baris atau vektor baris karena hanya terdiri dari sebuah baris saja. Matriks yang terakhir adalah matriks kolom atau vektor kolom, karena hanya terdiri dari sebuah kolom saja. Keduanya, vektor kolom dan vektor baris biasa dilambangkan dengan sebuah huruf kecil tebal atau huruf kecil diberi garis atasnya. Secara umum notasi untuk sebauh matriks menggunakan huruf besar, sedangkan anggota dari matriks biasanya menggunakan huruf kecil. Bab 3: Matriks 179 CONTOH 3.1.2 Matriks A mempunyai ukuran m × n, maka matriks tersebut dapat ditulis sebagai atau dapat ditulis Jika diinginkan untuk menyebut sebuah anggota matriks A pada baris ke-i dan kolom ke-j, maka penyebutan itu menggunakan notasi (A)ij = aij. Selanjutanya kita akan melihat operasi apa saja yang dapat dikenakan pada matriks. ■ Beberapa istilah matriks Untuk matrik i. , Jika banyaknya baris m = 1, maka matriks A dinamakan matriks baris. Beberapa contoh matriks baris adalah ii. Jika banyaknya baris n = 1, maka matriks A dinamakan matriks kolom. Beberapa contoh matriks baris adalah 180 iii. Bab 3: Matriks Jika banyaknya baris m = banyaknya kolom n, maka matriks A dinamakan matriks bujursangkar (square matriks). Beberapa contoh matriks bujursangkar adalah iv. Jika semua elemen A adalah 0, maka matriks A dinamakan matriks Nol (0). Beberapa contoh matriks nol adalah v. Jika matriks A adalah bujursangkar dan maka matriks A dinamakan matriks diagonal. Beberapa contoh matriks diagonal adalah vi. Jika matriks A adalah bujursangkar dan maka matriks A dinamakan matriks identitas (satuan), biasa disimbolkan dengan In. Beberapa contoh matriks identitas adalah vii. Jika matriks A adalah bujursangkar dan Bab 3: Matriks 181 maka matriks A dinamakan matriks segitiga bawah. Beberapa contoh matriks segitiga bawah adalah viii. Jika matriks A adalah bujursangkar dan maka matriks A dinamakan matriks segitiga atas. Beberapa contoh matriks segitiga bawah adalah ix. Jika matriks A adalah bujursangkar dan maka matriks A dinamakan matriks simetri. Beberapa contoh matriks simetri bawah adalah DEFINISI 3.1.2: Dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut mempunyai ukuran yang sama dan anggota yang berpadanan juga sama. Jika ada dua matriks A = (aij) dan B = (bij) dikatakan sama, maka berlaku aij = bij Perhatikan contoh dibawah ini. 182 Bab 3: Matriks CONTOH 3.1.3 Pandang beberapa matriks di bawah ini. Jika matriks A = B, maka nilai x pada A harus sama dengan 2. Matriks B tidak sama dengan matriks C karena kedua matriks tersebut tidak mempunyai ukuran yang sama. DEFINISI 3.1.3: Jika dua matriks A dan B mempunyai ukuran yang sama, maka kedua matriks tersebut dapat dijumlahkan atau dikurangkan. Untuk menambahkan atau mengurangkan kedua matriks tersebut anggota yang berpadanan dijumlahkan atau dikurangkan. Matriks yang tidak mempunyai ukuran yang sama tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan Dua matriks A = (aij) dan B = (bij) dapat dijumlahkan atau dikurangkan. Jika kedua matriks tersebut mempunyai ukuran yang sama, maka: 1. Penjumlahan matriks A dan B A+B=C Dengan matriks C berukuran sama dengan matriks A dan B, elemen cij = aij + bij. 2. Pengurangan matriks A dan B A-B=C Dengan matriks C berukuran sama dengan matriks A dan B, elemen cij = aij ‐ bij . Bab 3: Matriks 183 CONTOH 3.1.4 Pandang beberapa matriks di bawah ini. Dapatkan A + B dan A-B. Penyelesaian: A+B = Cobalah lakukan penjumlahan A dengan C, apa bisa dilakukan?. DEFINISI 3.1.4: Jika sembarang matriks A dikalikan dengan scalar c, maka cA adalah sebuah matriks yang ukuranya sama dengan ukuran A dan elemennya adalah caij. CONTOH 3.1.5 Pandang beberapa matriks di bawah ini. 184 Bab 3: Matriks Dapatkan 2A dan Penyelesaian: DEFINISI 3.1.5: Dua matriks A dan B dapat dikalikan, jika matriks A mempunyai ukuran m × p, dan matriks B harus mempunyai ukuran p × n maka hasil-kali A dan B adalah sebuah matriks C yang mempunyai ukuran m x n dan anggota cij berasal dari jumlahan perkalian antara baris ke-i dari matriks A dengan kolom ke-j dari matriks B, atau dengan i=1, 2, …, n dan j=1, 2, …, m Bab 3: Matriks 185 CONTOH 3.1.6 Dapatkan perkalian matriks A dan B jika Penyelesaian: C= A x B, matriks C berukuran 2x2 karena ukuran A adalah 2x2 dan ukuran B adalah 2x2. Selanjutnya cobalah untuk mengalikan A dengan C. CONTOH 3.1.7 Dapatkan perkalian matriks A dan B jika Penyelesaian: C= A x B, matriks C berukuran 2x4 karena ukuran A adalah 2x3 dan ukuran B adalah 2x4. 186 Bab 3: Matriks Selanjutnya kalau kita mencoba mengalikan A dengan C, tidak dapat dilakukan karena ukurannya tidak memungkinkan untuk dikalikan. DEFINISI 3.1.6: Matriks transpose dari matriks A ditulis AT atau A’ yang elemennya merupakan elemen A dengan mengubah baris i menjadi kolom i atau mengubah kolom ke i menjadi baris ke i. CONTOH 3.1.8 Dapatkan transpos dari matriks A dan B jika Penyelesaian: • Tranpose matriks A . • Tranpose matriks B. Bab 3: Matriks 187 DEFINISI 3.1.7: Jika A merupakan persegi, maka trace A dinyatakan dengan tr(A), didefinisikan sebagai jumlah elemen pada diagonal utama matriks A. CONTOH 3.1.9 Dapatkan trace dari matriks dan . Penyelesaian: tr(A) = 1 + 4 = 5 tr(B) = 1+4 + 0 = 5 • RANGKUMAN • Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi atau persegi panjang. • Berbagai macam matriks diantaranya: matriks baris, matriks kolom, matriks bujur sangkar, matriks nol, matriks identitas, matriks diagonal, matriks segitiga bawah, matriks segitiga atas, dan matriks simetri. • Pada matriks berlaku operasi kesamaan, penjumlahan, pengurangan, dan perkalian asal memenuhi syarat operasi yang 188 Bab 3: Matriks telah didefinisikan. • Untuk matriks bujur sangkar A, trace A = tr(A) merupakan jumlahan elemen pada diagonal utama matriks A. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 33--11 1. Jika diberikan matriks , maka dapatkan: a. A-B b. 2A+3B c. (A+B)T d. AT+BT e. (A-B)T f. 2. Jika A-AT diberikan matriks , maka: a. Apakah A+AT simetri? b. Apakah B+BT dilakukan? c. Apakah C+CT dapat dilakukan? d. Apakah (B+B)T simetri? dapat 3. Tentukan jenis matriks berikut ini. a. b. c. d. 4. Tentukan nilai a, b, c, d pada persamaan matriks berikut ini. Bab 3: Matriks 189 a. b. 5. Tentukan nilai a, b, c, d pada persamaan matriks berikut ini. 6. Jika diberikan matriks , maka periksalah mana diantara hasil perkalian matriks berikut ini yang dapat dioperasikan dan dapatkan hasil perkaliannya. a. AB, BA b. ATB, BTA c. A2, B2, C2 d. A(BC), (AB)C e. (ABC)T f. CT BT AT 3.2 INVERS MATRIKS Pada bagian ini akan dibahas tentang invers dari suatu matriks dan cara mencari inversnya. Sifat-sifat dasar dari suatu matriks yang mempunyai invers. Sebelumnya perhatikan definisi invers dibawah ini. DEFINISI 3.2.1: Misal A merupakan matriks bujur sangkar dan jika ada matriks bujur sangkar B yang berukuran sama dengan ukuran A, sedemikian hingga berlaku AB = BA = I, maka A disebut matriks yang dapat dibalik atau matriks yang punya invers dan matriks B disebut invers dari matriks A dan ditulis A-1. Sebaliknya matriks A adalah invers dari matriks B, ditulis B-1. 190 Bab 3: Matriks CONTOH 3.2.1 Misal dan . Dapat kita lihat bahwa: • • Oleh karena AB=BA=I maka: • matriks A adalah invers dari matriks B, atau B-1=A • matriks B adalah invers dari matriks A, atau A-1=B. Jika suatu matriks mempunyai invers, maka invers dari matriks ini adalah tunggal (hanya ada satu). Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap matriks bujur sangkar mempunyai invers. TEOREMA 4.2.1: Jika matriks A dan B adalah matriks yang mempunyai invers dan berukuran sama, maka: 1. AB juga mempunyai invers. 2. (AB)-1 = B-1A-1 Bukti: Dengan mengalikan kedua sisi pada statemen nomor 2 dengan AB, maka (AB)(B-1A-1) = ABB-1A-1 = AIA-1 = I. Oleh karena (AB)(B-1A-1) = I, matriks AB mempunyai invers, yaitu B-1A-1. Secara simultan telah ditunjukan bukti untuk (1) dan (2). Bab 3: Matriks 191 CONTOH 3.2.2 Misal dan . Periksalah bahwa: • • • • • Untuk menambahkan wawasan kedalaman tentang pembahasan matriks, berikut ini akan ditampilkan beberapa definisi dan teorema yang tidak dibuktikan. DEFINISI 3.2.2: Jika A merupakan matriks bujur sangkar, maka dapat didefinisikan dengan n > 0. Jika matriks A mempunyai invers, maka dapat didefinisikan 192 Bab 3: Matriks TEOREMA 4.2.2: Jika matriks A merupakan matriks bujur sangkar dan m, n adalah bilangan bulat, maka dan . TEOREMA 4.2.3: Jika matriks A mempunyai invers, maka 1. mempunyai invers dan 2. mempunyai invers dan . , untuk n bilangan bulat positif. 3. Untuk k scalar yang tak nol, kA mempunyai invers dan . CONTOH 3.2.3 Misal • • . Periksalah bahwa: Bab 3: Matriks 193 • TEOREMA 4.2.3: Jika matriks A mempunyai invers, maka AT juga mempunyai invers dan ( . CONTOH 3.2.4 Misal dan dari contoh sebelumnya bahwa Dapatkan invers dari AT. Penyelesaian: Berdasarkan teorema 4.2.3, ( • RANGKUMAN • Untuk matriks A dan B yang mempunyai invers, maka: 9 Invers A disimbulkan dengan , dan Invers B 194 Bab 3: Matriks disimbulkan dengan . 9 AB juga mempunyai invers. 9 (AB)‐1 = B-1A-1 • Untuk matriks bujur sangkar A, berlaku: 9 9 dengan m, n adalah bilangan bulat. • Untuk matriks A yang mempunyai invers, matriks AT juga mempunyai invers dan ( SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 33--22 1. Periksalah apakah matriks B merupakan invers dari matrik A. a. b. c. d. 2. Periksalah apakah matriks B merupakan invers dari matrik A. a. b. Bab 3: Matriks 195 3. Carilah nilai x, agar matriks B merupakan invers dari matrik A. a. b. 4. Jika diberikan matriks maka: a. b. c. d. 5. Jika diberikan matriks maka: a. b. c. d. 6. Agar matriks B merupakan invers dari matrik A, dengan dan a. Tentukan x b. c. d. 196 Bab 3: Matriks 3.3 DETERMINAN Dalam subab ini, akan ditekankan bahasan pada pengertian determinan sebagai fungsi yang mengaitkan setiap matriks bujur sangkar A dengan suatu bilangan real yang disebut determinan dari A dan dinotasikan dengan det(A) atau |A|. Determinan untuk suatu matriks Anxn ditulis det(A) = |A| = merupakan suatu nilai real tertentu yang terdefinisi. Pendefinisian nilai dari suatu determinan akan dibahas setelah ini. Pengertian baris, kolom, dan unsur pada matriks berlaku juga untuk determinan, tetapi perlu diperhatikan bahwa determinan hanya didefinisikan untuk ukuran n x n (berorder n). Elemen a11, a22, …, ann disebut elemen diagonal utama dari determinan. Determinan untuk matriks A1x1=(a11) adalah |a11| = a11. Pada suatu determinan dari matriks An×n, apabila suatu baris ke-r dan kolom ke-s dihapus (dihilangkan) dari matriks A. Akan diperoleh determinan berorder n – 1 yang dinotasikan dengan Mrs dan disebut minor dari elemen ars. Kofaktor dari unsur ars dinotasikan dengan Krs, diperoleh dengan mengalikan minor Mrs dengan (-1)r+s, yaitu Krs = (-1)r+sMrs (3.3.1) Bab 3: Matriks 197 DEFINISI 3.3.1: Jika matriks Anxn adalah matriks bujur sangkar dan Kij merupakan kofaktor dari elemen aij, maka: 1. Matriks dinamakan matriks Kofaktor. 2. Matriks KT dinamakan adjoint dari A, ditulis adj(A)=KT. CONTOH 3.3.1 Misal , tuliskan determinan dari A, Minor dan kofaktor dari setiap elemen A. Juga dapatkan matriks Kofaktor dan adj(A). Penyelesaian: • Determinan dari A = det(A)= • Minor dari setiap elemen A: o M11=|2|=2 Æbaris 1 dan kolom 1 pada dihapus. Ingat bahwa |2| determinan tingkat 1, bukan nilai mutlak. o M12=|‐1|=‐1 Æbaris 1 dan kolom 2 pada dihapus. o M21=|‐5|=‐5 dihapus. Æbaris 2 dan kolom 1 pada 198 Bab 3: Matriks o M22=|3|=3 Æbaris 2 dan kolom 2 pada dihapus. • Kofaktor dari setiap elemen A: o K11=(‐1)1+1M11=2 o K12=(‐1)1+2M12=‐(‐1)=1 o K21=(‐1)2+1M21=‐(‐5)=5 o K22=(‐1)2+2M22=3 • Matriks Kofaktor dari A. . • Matriks adj dari A. , DEFINISI 3.3.2: (NILAI DETERMINAN) Nilai determinan dari matriks Anxn adalah jumlahan dari hasil kali elemen – elemen dalam satu baris (kolom) dengan kofaktornya, atau , untuk suatu kolom j (3.3.2) , untuk suatu baris i (3.3.3) Atau Rumusan pada definisi di atas ini dinamakan expansi Laplace. Bab 3: Matriks 199 Dari definisi di atas terlihat dengan jelas bahwa determinan matriks merupakan suatu skalar (nilai real) yang diperoleh dari elemen-elemen matriks dengan operasi tertentu. ■ Determinan Tingkat Dua Berdasarkan ekspansi Laplace pada persamaan (3.3.3) dengan memilih i=1, determinan dari matriks adalah: Dari sini dapat dikatakan bahwa determinan dari matriks 2x2 adalah perkalian elemen diagonal utama dikurangi denga perkalian elemen diagonal kedua. Jika matriks , maka det(A) = ad -bc Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau contoh berikut. CONTOH 3.3.2 Misal , dapatkan determinan dari A. Penyelesaian: det(A) = ad-bc = 3(2) – (-5)(-1) = 6-5 = 1. 200 Bab 3: Matriks CONTOH 3.3.3 Misal , jika |A|=2, maka dapatkan nilai x. Penyelesaian: det(A) = ad-bc 2 = 3(2) – (x-5)(-1) 2 = 6 +x-5 atau x = 1. ■ Determinan Tingkat Tiga Berdasarkan ekspansi Laplace pada persamaan (3.3.3) dengan memilih i=1, determinan dari matriks adalah: + Bab 3: Matriks 201 Untuk memudahkan pencarian nilai determinan tingkat 3 secara manual, dari hasil rumusan di atas dapat ditata menjadi: + - + - + - Det(A)=|A|= Ini yang dinamakan dengan aturan Sarrus. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau contoh berikut. CONTOH 3.3.4 Contoh 3.3.5 Misal Penyelesaian: det(A) = , dapatkan determinan dari A. 202 Bab 3: Matriks = 3(2)2 – (-5)1(3) + 0(-1)0 – 0(2)3 + 3(1)0 – (-5)(-1)2 = 12 +15 + 0 – 0 + 0 – 10 = 17 Misal , jika |A|=10, maka dapatkan nilai x. Penyelesaian: det(A) = 10 = 3(2)2 – (-x)1(3) + 0(-1)0 – 0(2)3 + 3(1)0 – (-x)(-1)2 10 = 12 +3x + 0 – 0 + 0 – 2x atau x =-2. ■ Sifat-sifat Dasar Determinan Berikut ini diberikan beberapa sifat dasar determinan dalam bentuk teorema tanpa bukti. Dengan sifat-sifat ini penghitungan nilai determinan dapat lebih sederhana. i. Nilai suatu determinan tidak berubah jika baris‐barisnya ditulis sebagai kolom‐kolom dan sebaliknya. ii. Nilai suatu determinan menjadi kelipatan k nilai determinan semula jika elemen ‐ elemen sebarang baris atau kolom pada determinan tersebut dikalikan k. iii. Jika unsur‐unsur dari satu baris atau kolom suatu determinan semuanya nol, maka nilai determinan tersebut adalah nol. Bab 3: Matriks iv. 203 Jika semua unsur dari satu baris (atau kolom) suatu determinan dapat ditulis sebagai jumlahan dua bilangan, maka determinan tersebut dapat ditulis sebagai jumlahan dua determinan. v. Jika sebarang dua baris (atau kolom) dari determinan ditukar letaknya, maka nilainya menjadi ‐1 kali determinan semula. vi. Jika unsur‐unsur yang bersesuaian dari dua baris (atau kolom) dari suatu determinan sebanding, maka nilai determinan tersebut adalah nol. vii. Jika unsur-unsur suatu baris (atau kolom) determinan diganti dengan menambahkan pada unsur-unsur tersebut k kali unsurunsur yang bersesuaian pada baris (atau kolom) yang lain, maka nilai determinan tersebut tetap tidak berubah. viii. Invers dari matriks non-singular A yang berukuran n x ndapat dinyatakan Sifat-sifat di atas, merupakan sifat penting dan sering digunakan dalam penghitungan nilai suatu determinan dan invers matriks. Mencari Invers Matriks Kita akan mencari invers matriks yang berukuran 2×2 dengan menggunakan determinan dan adjoint. Jika matriks i. dan det(A) tidak nol, maka: Matriks kofaktor dari A adalah 204 Bab 3: Matriks ii. Matriks adjoint dari A adalah iii. Matriks invers dari A adalah . CONTOH 3.3.6 Misal , dapatkan invers dari A. Penyelesaian: • Telah diperoleh dari contoh sebelumnya bahwa . • • adalah = • RANGKUMAN • Pada suatu determinan, apabila suatu baris ke-r dan kolom ke-s dihapus dari determinan, akan diperoleh determinan berorder n – 1 yang dinotasikan dengan Mrs dan disebut minor dari elemen ars=Mrs. Krs adalah Kofaktor dari unsur ars, dengan Krs = (-1)r+sMrs • Determinan untuk matriks A1x1=(a11) adalah |a11| = a11. • Matriks KT dinamakan adjoint dari A, ditulis adj(A)=KT. Bab 3: Matriks 205 • Jika matriks , maka det(A) = ad -bc • SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 33--33 1. Dapatkan Minor dari setiap elemen dari matriks berikut ini. a. b. c. d. 2. Dapatkan Kofaktor dari setiap elemen dari matriks berikut ini. a. b. c. d. 3. Dapatkan Matriks Kofaktor, adjoint, dan invers dari matriks berikut ini. a. b. 206 Bab 3: Matriks c. d. 4. Dapatkan Matriks Kofaktor, adjoint, daninvers dari matriks berikut ini. a. b. 5. Dapatkan nilai determinan, matriks kofaktor, adjoint, dan invers dari matriks berikut ini. a. b. c. d. 6. Periksalah apakah matriks B merupakan invers dari matrik A. c. d. e. f. 7. Carilah nilai x pada persamaan berikut ini. a. b. c. d. 8. Carilah nilai x pada persamaan berikut ini. Bab 3: Matriks 207 a. b. 9. Buktikan bahwa: 10. Tunjukkan bahwa: 11. Buktikan bahwa: 3.4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN MATRIKS Pada bab 2, telah mengenalkan tentang sistem persamaan linier, yang diselesaikan dengan metoda grafis dan substitusi. Sekarang kita coba selesaikan dengan menggunakan matriks. Ingat kembali tentang sistem persamaan linier dengan n buah variabel dan n buah persamaan, seperti berikut ini. 208 Bab 3: Matriks (3.4.1) … Persamaan (3.4.1) dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks seperti berikut ini. (3.4.2) dengan Bab 3: Matriks 209 CONTOH 3.4.1 Tuliskan sistem persamaan linier berikut ini dalam bentuk perkalian matriks. Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: CONTOH 3.4.2 Tuliskan sistem persamaan linier berikut ini dalam bentuk perkalian matriks. Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: 210 Bab 3: Matriks Coba lakukan pengalian matriks terhadap persamaan di atas ini, apakah kembali ke bentuk seperti persamaan semula?. Selanjutnya kita akan membahas penyelesaian sistem persamaan linier dengan menggunakan matriks dan determinan. 3.4.1 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DENGAN INVERS MATRKS Perhatikan kembali persamaan (3.4.2), jika kedua ruas kita kalikan dari kiri dengan invers A, didapat I (3.4.3) Jadi persamaan (3.4.3) merupakan penyelesaian sistem persamaan linier persamaan (3.4.1). CONTOH 3.4.3 Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan invers matriks. Bab 3: Matriks 211 Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: • , • Invers dari A: • Penyelesaian untuk X adalah dan CONTOH 3.4.4 Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan invers matriks. 212 Bab 3: Matriks Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: • , • Invers dari A: • Penyelesaian untuk X adalah , dan 3.4.2 METODA CRAMER Untuk menyelesaikan persamaan (3.4.1), dapat menggunakan determinan dari matriksnya. Metoda ini dinamakan metoda Cramer, Bab 3: Matriks 213 namun bukti dari metoda ini tidak dibahas di sini. Pembaca bisa mencari pada literatur lain. Ingat kembali sistem persamaan linier dalam bentuk persamaan matriks berikut ini. Jika det(A)≠ 0, maka penyelesaian dari sistem persamaan linier tersebut adalah: Dengan D=det(A), dan Dk adalah determinan yang diperoleh dari mengganti kolom ke-k pada determinan D dengan matriks kolom B. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh-contoh berikut ini. CONTOH 3.4.5 Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan metoda Cramer. Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: 214 Bab 3: Matriks • • , Determinan Dk: Penyelesaian untuk X adalah dan CONTOH 3.4.6 Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini ddengan menggunakan metoda Cramer. Penyelesaian: Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk: Bab 3: Matriks • 215 , • Determinan Dk: • Penyelesaian untuk X adalah , dan • RANGKUMAN • Sistem persamaan linear dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks • Penyelesaian sistem persamaan linier persamaan mempunyai penyelesaian • . Jika det(A)≠ 0, maka dengan metode Cramer sistem persamaan linier mempunyai penyelesaian 216 Bab 3: Matriks Dengan D=det(A), dan Dk adalah determinan yang diperoleh dari mengganti kolom ke-k pada D dengan matriks kolom B. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 33--44 1. Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan invers matriks. a. b. c. d. 2. Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan metode Cramer. a. b. c. d. 3. Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan invers matriks. a. b. Bab 3: Matriks 217 c. d. 1 4. Selesaikan sistem persamaan linier berikut ini dengan menggunakan metode Cramer. a. b. c. d. 1 5. Bandingkan antara penyelesaian sistem persamaan linier dengan menggunakan invers matriks dan menggunakan metode Cramer. Gunakan soal nomor 3 dan 4, mana yang lebih cepat? 218 Bab 3: Matriks Utu 4 PROGRAM LINEAR 4. Program Linear P rogram linear (linear programming) adalah metode penyelesaian suatu persoalan dimana terdapat dua aktifitas atau lebih yang saling berhubungan dengan keterbatasan sumber. Dengan kata lain program linear adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan melalui model matematika yang disusun berdasarkan persoalan dalam bentuk sistem persamaan atau pertidaksamaan linear. Permasalahan yang terkait dengan program linear biasanya berkaitan dengan menentukan nilai optimum. Nilai optimum dapat berupa nilai maksimum atau nilai minimum. Pencarian nilai optimum berdasarkan peubah yang ada (misal peubah x dan y). Struktur perumusan program linear adalah menentukan nilai optimum dari fungsi objektif (tujuan) dengan kendala berbentuk sistem pertidaksamaan linear. 219 220 Bab 4: Program Linier Program linear berkembang cukup pesat, terutama pemanfaatannya dalam bidang manajemen produksi, pemasaran, distribusi, transportasi, bidang lainnya yang terkait dengan optimasi. Setelah siswa belajar program linear, siswa mempunyai pemahaman dan ketrampilan dalam penerapan sistem pertidaksamaan linear dengan dua peubah. Juga mempunyai ketrampilan dalam membuat model matematika program linear dan menyelesaikannya. Sebagai ilustrasi, seorang pedagang memiliki modal belanja barang yang terbatas, ingin mendapatkan barang-barang dagangan yang akan memberikan keuntungan sebanyak-banyaknya. Agar mendapatkan keuntungan yang maksimal, pedagang tersebut harus memilih barang apa saja yang akan dibeli dan berapa jumlah rupiah akan dipakai untuk membayar tiap jenis barang dagangan yang dipilih. Problem demikian ini dapat diformulasikan dan diselesaikan dengan menggunakan program linear. 4.1 SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR Sebelum program linear dipelajari secara mendalam, pada subbab ini akan dipelajari terlebih dahulu mengenai sistem pertidaksamaan linear dan menentukan himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear tersebut. 4.1.1 PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN DAERAH PENYELESAIANNYA Pada ilustrasi sebelumnya, misalkan pedagang tersebut hanya membawa uang untuk belanja barang dagangan sebesar 6 juta rupiah. Bab 4: Program Linier 221 Barang yang akan dibeli adalah buah apel dan buah mangga. Berdasarkan data penjualan tahun sebelumnya, pedagang menghendaki untuk membeli banyaknya apel dua kali lipat banyaknya mangga. Misal peubah x menyatakan uang (dalam jutaan rupiah) yang akan dipakai membeli apel. Peubah y menyatakan uang (dalam jutaan rupiah) yang akan dipakai membeli mangga. Besarnya uang untuk belanja apel ditambah besarnya uang untuk belanja barang tidak boleh melebihi uang yang dibawa. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat dituliskan menjadi . Contoh pernyataan matematika tersebut dinamakan dengan pertidaksamaan linear. Karena pertidaksamaan tersebut terdiri dari dua peubah ( x dan y ) maka pertidaksamaan tersebut dinamakan dengan pertidaksamaan linear dengan dua peubah. Bentuk umum dari pertidaksamaan linear dengan dua peubah didefinisikan berikut ini. DEFINISI 4.1.1 : Pertidaksamaan linear dengan dua peubah merupakan pertidaksamaan yang memuat dua peubah dan mempunyai bentuk (4.1.1) dengan a, b, dan c adalah konstanta real. Nilai a dan b tidak boleh keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan >, ≤, atau ≥. 222 Bab 4: Program Linier Beberapa contoh bentuk pertidaksamaan linear. a. b. c. d. e. f. Pandang pertidaksamaan (4.1.2) Mari kita melakukan pengamatan sebagai berikut. • Jika x=1 dan y=3 disubstitusikan ke pertidaksamaan (4.1.2), maka diperoleh pernyataan atau Pernyataan tersebut bernilai benar, yaitu bahwa “5 ≤ 6” adalah benar. • Jika x=7 dan y=1 disubstitusikan ke pertidaksamaan (4.1.2), maka diperoleh pernyataan atau Pernyataan tersebut bernilai salah. • Jika x=3 dan y=0 disubstitusikan ke pertidaksamaan (4.1.2), maka diperoleh pernyataan Bab 4: Program Linier 223 atau Pernyataan tersebut bernilai benar. • Jika x=3 dan y=2 disubstitusikan ke pertidaksamaan (4.1.2), maka diperoleh pernyataan atau Pernyataan tersebut bernilai salah. Dari pengamatan tersebut tampak bahwa ada beberapa pasang nilai x dan y yang menjadikan pertidaksamaan bernilai benar. Ada beberapa pasang nilai x dan y yang menjadikan pertidaksamaan bernilai salah. Pasangan nilai x dan y yang menjadikan pertidaksamaan (4.1.2) bernilai benar dinamakan penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut. Jika pasangan yang demikian dihimpun, akan membentuk suatu himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan yang dimaksud. Himpunan penyelesaian dari adalah Himpunan penyelesaian tersebut berupa suatu daerah pada bidang koordinat kartesian. Menggambarkan daerah penyelesaian dari 224 Bab 4: Program Linier pada bidang Daerah penyelesaian pertidaksamaan koordinat kartesian dapat dicari dengan langkah-langkah: i. Pertidaksamaan . garis ii. dirubah menjadi sebuah persamaan Gambarkan garis lurus • pada bidang kartesian. menjadi Jika a=0 maka persamaan atau . Gambar dari persamaan berupa garis mendatar sejajar sumbu x dan berjarak nilai mutlak dari . Dengan adanya garis ini, daerah bidang kartesian terbagi menjadi tiga bagian daerah, yaitu: 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah pada garis. 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah di atas garis. 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah di bawah garis. Seperti tampak pada Gambar 4.1.1, daerah bidang kartesian terbagai menjadi: daerah pada garis, daerah di atas garis, dan daerah di bawah garis. Bab 4: Program Linier 225 Gambar 4.1.1 • menjadi Jika b=0 maka persamaan atau . Gambar dari persamaan berupa garis tegak sejajar sumbu y dan berjarak nilai mutlak dari . Dengan adanya garis ini, daerah bidang kartesian terbagi menjadi tiga bagian daerah, yaitu: 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah pada garis. 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah di sebelah kanan garis. 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah di sebelah kiri garis. Seperti tampak pada Gambar 4.1.2, daerah bidang kartesian terbagai menjadi: daerah pada garis, daerah di sebelah kanan garis, dan daerah di sebelah kiri garis. 226 Bab 4: Program Linier Gambar 4.1.2 • Jika a dan b keduanya tidak nol maka gambar dari persamaan berupa garis miring. Untuk menggambar , dapat dilakukan dengan cara: - Mencari titik potong dengan sumbu x: Titik potong garis dengan sumbu x terjadi bila nilai y=0. Diperoleh atau . Jadi titik potong garis dengan sumbu x adalah - Mencari titik potong dengan sumbu y: Titik potong garis dengan sumbu y terjadi bila nilai x=0. Diperoleh atau . Jadi titik potong garis dengan sumbu y adalah - Buat garis lurus yang melalui titik dan Dengan adanya garis ini, daerah bidang kartesian terbagi menjadi tiga bagian daerah, yaitu: Bab 4: Program Linier 227 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi , daerah pada garis. 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi . 9 Daerah yang terdiri dari titik-titik yang memenuhi . Seperti tampak pada Gambar 4.1.3, yaitu daerah pada garis, di atas garis, dan daerah di bawah garis. Gambar 4.1.3 Daerah penyelesaian pertidaksamaan iii. Ambil titik uji yang berasal dari salah satu daerah yang dipisahkan garis dan substitusikan ke pertidaksamaan, apakah memenuhi pertidaksamaan tersebut atau tidak. iv. Menentukan daerah penyelesaian. 9 Jika pada langkah (iii) hasilnya memenuhi maka daerah yang memuat titik uji tersebut adalah daerah penyelesaian. 9 Jika pada langkah (iii) hasilnya tidak memenuhi maka daerah yang memuat titik uji tersebut bukan daerah penyelesaian. 228 Bab 4: Program Linier CONTOH 4.1.1 Gambarkan daerah penyelesaian dari . Penyelesaian: Kita ikuti langkah-langkah seperti di atas. i. ii. Pertidaksamaan dirubah menjadi Gambarkan garis lurus . pada bidang kartesian, seperti berikut ini. - Titik potong dengan sumbu x terjadi apabila y=0. Diperoleh nilai - . Titik potong dengan sumbu y terjadi apabila x=0. Diperoleh nilai Tarik garis lurus yang melalui titik iii. dan . Ambil titik uji yang berasal dari salah satu daerah yang dipisahkan garis, Misal kita ambil titik (0,0). Substitusikan ke pertidaksamaan, diperoleh Bab 4: Program Linier iv. 229 Menentukan daerah penyelesaian. Hasil langkah (iii) merupakan pernyataan yang benar / memenuhi pertidaksamaan. Oleh karena itu, daerah di bawah garis biru yang memuat (0,0) merupakan daerah penyelesaiannya. Daerah penyelesaian seperti tampak pada gambar berikut ini adalah daerah yang diarsir. Pada subbab selanjutnya membahas tentang sistem pertidaksamaan linear dan penyelesaianya. 4.1.2 SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR DAN DAERAH PENYELESAIANNYA Kumpulan dari pertidaksamaan linear yang terdiri dari dua atau lebih pertidaksamaan linear akan membentuk suatu sistem pertidaksamaan linear. Pada buku ini dibatasi pada pertidaksamaan linear dengan dua peubah. 230 Bab 4: Program Linier DEFINISI 4.1.2 : Sistem pertidaksamaan linear dengan dua peubah merupakan dua atau lebih pertidaksamaan linear dengan dua peubah dan mempunyai bentuk (4.1.3) dengan ai, bi, dan ci adalah konstanta real, i=1, 2, ..., m. Nilai ai dan bi tidak boleh keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan >, ≤, atau ≥. Sistem pertidaksamaan linear dapat digambarkan dalam bidang Kartesian. Daerah pada bidang Kartesian yang memenuhi sistem pertidaksamaan linear merupakan himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear. Himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear 4.1.3 adalah Himpunan penyelesaian tersebut berupa suatu daerah pada bidang koordinat kartesian. Untuk mendapatkan himpunan penyelesaian dari Bab 4: Program Linier 231 pertidaksamaan berbentuk 4.1.3 digunakan langkah-langkah sebagai berikut. i. Ubahlah setiap persamaan ii. menjadi pertidaksamaan . Setiap persamaan garis digambar pada bidang Kartesian. Cara penggambaran garis seperti sebelumnya. Garis – garis ini membentuk daerah – daerah yang dibatasi oleh garis – garis pada bidang kartesian. Daerah – daerah ini merupakan calon himpunan penyelesaian. iii. Ambil titik uji yang berasal dari salah satu daerah yang dipisahkan garis dan substitusikan ke setiap pertidaksamaan 4.2.1, apakah memenuhi semua pertidaksamaan tersebut atau tidak. iv. Menentukan daerah penyelesaian. 9 Jika pada langkah (iii) hasilnya memenuhi maka daerah yang memuat titik uji tersebut adalah daerah penyelesaian. 9 Jika pada langkah (iii) hasilnya tidak memenuhi maka daerah yang memuat titik uji tersebut bukan daerah penyelesaian. Arsirlah daerah penyelesaian dan daerah yang tidak terarsir bukan merupakan daerah penyelesaian. 232 Bab 4: Program Linier Untuk mempermudah pengertian dan pemahaman, perhatian contohcontoh berikut. CONTOH 4.1.2 Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan , , . Penyelesaian: dan Pada contoh ini, sengaja dipilih pertidaksamaan . Mengingat banyak kasus nyata yang mempunyai penyelesaian bukan bilangan nengatif. Misalnya hasil produksi suatu pabrik/perusahaan, jumlah tenaga kerja yang dipakai dan lain sebagainya. i. Ubahlah setiap pertidaksamaan . Sehingga diperoleh: , , . menjadi persamaan Bab 4: Program Linier ii. Masing-masing persamaan 233 , , dan digambar pada bidang Kartesian. Diperoleh gambar berikut ini. iii. Ambil titik uji yang berasal dari salah satu daerah yang dipisahkan garis dan substitusikan ke setiap pertidaksamaan 4.2.1. Misal kita ambil titik (1,1), diperoleh hasil substitusi sebagai berikut. 9 2(1)+1 ≤ 6, memenuhi (bernilai benar) 9 1 ≥ 0, memenuhi (bernilai benar) 9 1 ≥ 0, memenuhi (bernilai benar) iv. Menentukan daerah penyelesaian. Pengambilan titik pada (iii) memenuhi semua pertidaksamaan yang ada. Oleh karena itu, daerah (terkecil) yang memuat titik tersebut merupakan daerah penyelesaian. Seperti digambarkan pada daerah arsiran pada gambar di bawah ini. 234 Bab 4: Program Linier Contoh 4.1.3 Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan , , , . Penyelesaian: i. Ubahlah setiap pertidaksamaan yang ada menjadi: , , Bab 4: Program Linier 235 , . ii. Masing‐masing persamaan , , , dan digambar pada bidang Kartesian. Diperoleh gambar berikut ini. iii. Ambil titik uji yang berasal dari salah satu daerah yang dipisahkan garis dan substitusikan ke setiap pertidaksamaan 4.2.1. Misal kita ambil titik (1,2), diperoleh hasil substitusi sebagai berikut. 9 1‐2 ≤ 1, memenuhi (bernilai benar) 9 2(1)+1 ≤ 6, memenuhi. 9 1 ≥ 0, memenuhi. 9 1 ≥ 1, memenuhi. iv. Menentukan daerah penyelesaian. 236 Bab 4: Program Linier Pengambilan titik pada (iii) memenuhi semua pertidaksamaan yang ada. Oleh karena itu, daerah (terkecil) yang memuat titik tersebut merupakan daerah penyelesaian. Seperti digambarkan pada daerah arsiran pada gambar di bawah ini. • • RANGKUMAN Pertidaksamaan linear dengan dua peubah merupakan pertidaksamaan yang memuat dua peubah yang berbentuk dengan a, b, dan c adalah konstanta real. Nilai a dan b tidak boleh keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan >, ≤, atau ≥. • Himpunan penyelesaian dari adalah . • Sistem pertidaksamaan linear dengan dua peubah merupakan dua atau lebih pertidaksamaan linear dengan dua peubah. Bab 4: Program Linier • 237 Himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear adalah himpunan dari pasangan koordinat (x,y) yang memenuhi semua pertidaksamaan dalam sistem pertidaksamaan linear. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 44--11 1. Gambarlah daerah penyelesaian dari pertidaksamaan dibawah ini : a. x ≤ 9 d. 4x ≤ 8 b. y ≥ 3 e. y ≥ x + 1 c. 2 ≤ y ≤ 8 f. 1 ≤ x ≤ 8 2. Gambarlah daerah penyelesaian dari pertidaksamaan dibawah ini : a. 3x + 2y ≥ 6 b. 4x – 5y ≥ 10 c. 2x + 3y ≤ 12 d. 6x + 7,5y ≥ 15 e. 7x – 3y ≤ 21 3. Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan dibawah ini : a. x ≥ 0, y ≥ 0, 2x + 5y ≤ 10, 2x + 2y ≤ 14 b. x ≥ 0, y ≥ 0, 2x + 5y ≤ 10, 2x + 2y ≥ 14 c. x ≥ 0, y ≥ 0, x + y ≤ 3, 3x + 2y ≤ 6 238 Bab 4: Program Linier d. x ≥ 0, y ≥ 0, 2x + 3y ≤ 9, 2x + y ≥ 7 e. x ≥ 0, y ≥ 0, 3x + y ≤ 9, x + y ≥ 5 4. Misalkan daerah yang tidak diarsir adalah daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan. Tentukan sistem pertidaksamaan tersebut yang digambarkan dalam gambar berikut ini : a. b. Bab 4: Program Linier 239 c. 5. Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan dibawah ini : d. x + y ≥ 1, x + y ≤ 3, 3x - 2y ≤ 6 , 3x - 2y ≥ -3 e. x ≥ 0, y ≥ 0, x + y ≤ 9, x ≤ 6 6. Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan dibawah ini : a. x ≥ 0, y ≥ 0, x + y ≥ 4, x - 4y ≥ 4, dan 3x + 4y ≤ 12 b. x ≥ 0, y ≥ 1, x - 4y ≥ 4, y + 4x ≤ 4 dan 3x + 4y ≤ 12 c. x ≥ 1, y ≥ 0, x + 2y ≥ 5, x + y ≤ 4, dan 3x + 4y ≤ 12 240 Bab 4: Program Linier 4.2 MODEL MATEMATIKA DARI PROGRAM LINEAR Banyak permasalahan dalam bidang ekonomi, bisnis, atau pertanian dapat diselesaikan dengan menggunakan program linear. Namun sebelum diselesaikan dengan program linear, permasalahan tersebut harus diformulasikan dalam bentuk model matematika terlebih dahulu, baik dalam bentuk persamaan ataupun pertidaksamaan linear. Model matematika adalah pernyataan suatu persoalan dalam bentuk bahasa matematika dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan matematika. Model matematika yang dibahas disini adalah model matematika program linear. Permasalahan program linear biasanya berupa mencari nilai optimal (maksimal atau minimal) dari suatu fungsi objektif (tujuan) dengan kendala sistem pertidaksamaan linear. Pembentukan Model Matematika dari Program Linear Seperti diterangkan diatas, agar suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan program linear, haruslah terlebih dahulu permasalahan tersebut diubah dalam bentuk model matematika. Dari permasalahan berupa kalimat verbal, akan diubah kedalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan metematika. Bab 4: Program Linier 241 Bentuk umum dari model matematika program linear dengan dua peubah adalah: Optimalkan dengan a, b adalah konstanta, dan dengan kendala suatu sistem pertidaksamaan linear sebagai berikut. dengan ai, bi, dan ci adalah konstanta real, i=1, 2, ..., m. Nilai ai dan bi tidak boleh keduanya nol. Tanda < dapat digantikan dengan >, ≤, atau ≥. Untuk membentuk model matematika program linear perhatikan hal berikut ini: 1. Tentukan peubah x dan y yang berkaitan dengan permasalahan. 2. Dari peubah yang ada, susunlah keterkaitan dari peubah menjadi sebuah fungsi onbjektif dan sistem pertidaksamaan. Agar lebih memahami pembentukan model matematika, perhatikan baik-baik contoh-contoh permasalahan nyata berikut ini : CONTOH 4.2.1 242 Bab 4: Program Linier Pada suatu pabrik, untuk memproduksi botol plastik 500 cc diperlukan proses di mesin A selama 3 jam dan mesin B selama 2 jam. Untuk memproduksi botol kaca 500 cc diperlukan proses di mesin A selama 1 jam dan mesin B selama 4 jam. Dalam setiap harinya mesin A bekerja paling lama 18 jam dan mesin B paling lama 20 jam. Jika perusahaan tersebut setiap harinya memproduksi x botol plastik dan y botol kaca. Tentukan model matematika dalam x dan y yang menggambarkan permasalahan produksi tersebut. Penyelesaian: Dalam setiap hari, mesin A beroduksi selama 3x jam untuk botol plastik. Dan berproduksi selema y jam untuk botol gelas. Karena ada batasan bahwa mesin A bekerja tidak lebih dari 18 jam dalam setiap hari, maka diperoleh pertidaksamnaan 3x + y ≤ 18. Dalam setiap hari, mesin B beroduksi selama 2x jam untuk botol plastik. Dan berproduksi selema 4y jam untuk botol gelas. Karena ada batasan bahwa mesin A bekerja tidak lebih dari 20 jam dalam setiap hari, maka diperoleh pertidaksamnaan 2x + 4y ≤ 20 atau x + 2y ≤ 10. Dinyatakan bahwa setiap hari memproduksi x buah botol plasik dan y buah botol gelas. Sehingga diperoleh pertidaksamaan x ≥ 0 dan y ≥ 0. Jadi kondisi produksi perusahaan ini dapat dimodelkan dalam bentuk sistem pertidaksamaan linear sebagai berikut. 3x + y ≤ 18, x + 2y ≤ 10, x ≥ 0, y ≥ 0. CONTOH 4.2.2 Bab 4: Program Linier 243 Suatu industri rumahan memproduksi dua jenis pakaian yang bahannya adalah kain katun dan kain sutera. Model pakaian I memerlukan 1 m kain katun dan 3 m kain sutera. Model pakaian II memerlukan 2 m kain katun dan 2 m kain sutera. Kain yang dipunyai adalah 80 m kain katun dan 120 m kain sutera. Bahan – bahan lain sudah tersedia cukup. Jika harga jual pakaian I adalah Rp 90.000 dan pakaian jenis II adalah Rp 75.000, maka tentukan banyaknya pakai jenis I dan jenis II yang harus diproduksi agar pendapatannya maksimum. Penyelesaian: • Menentukan peubah – peubah yang berkaitan: Misal: x menyatakan banyaknya pakaian jenis I yang dibuat. y menyatakan banyaknya pakaian jenis II yang dibuat. • Keterkaitan antar peubah. 9 Ada 80 meter kain katun, Dipakai untuk satu pakain jenis I sebanyak 1 m. Sehingga untuk x buah pakaian jenis I membutuhkan kain katun sebanyak x m. Dipakai untuk satu pakain jenis II sebanyak 2 m. Sehingga untuk y buah pakaian jenis II membutuhkan kain katun sebanyak 2y m. Diperoleh hubungan x + 2y ≤ 80. 9 Ada 120 meter kain sutera, Dipakai untuk satu pakain jenis I sebanyak 3 m. Sehingga untuk x buah pakaian jenis I membutuhkan kain sutera sebanyak 3x m. 244 Bab 4: Program Linier Dipakai untuk satu pakain jenis II sebanyak 2 m. Sehingga untuk y buah pakaian jenis II membutuhkan kain katun sebanyak 2y m. Diperoleh hubungan 3x + 2y ≤ 120. 9 Satu pakaian jenis I mempunyai harga jual Rp 90.000. Jika diproduksi x buah dengan x ≥ 0, maka pendapatan dari pakaian jenis I adalah Rp 90.000 x. Sedangkan satu pakaian jenis II mempunyai harga jual Rp 75.000. Jika diproduksi y buah dengan y ≥ 0, maka pendapatan dari pakaian jenis II adalah Rp 75.000 y. Sehingga total pendapatan yang diinginkan adalah Maks 90.000 x + 75.000 y Jadi tersusun model matematika sebagai berikut. Maks 90.000 x + 75.000 y Dengan kendala: x + 2y ≤ 80, 3x + 2y ≤ 120, x ≥ 0, y ≥ 0. CONTOH 4.2.3 PT. Sabun Bersih bermaksud membuat 2 jenis sabun unuk mencuci pakaian dan peralatan dapur yaitu sabun batangan dan sabun colek. Untuk itu dibutuhkan 2 macam zat kimia yaitu A dan B dengan jumlah persediaan A = 200 kg dan B = 260 kg. Untuk membuat 1 kg sabun batangan diperlukan 2 kg bahan A dan 6 kg bahan B. Untuk membuat 1 kg sabun colek dibutuhkan 5 kg bahan A dan 3 kg bahan B. Jika keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap Bab 4: Program Linier 245 membuat 1 kg sabun batangan adalah Rp 200 dan untuk setiap membuat 1 kg sabun colek adalah Rp 300. Berapa kg jumlah sabun batangan dan sabun colek yang sebaiknya dibuat agar keuntungan yang akan diperoleh adalah maksimal. Penyelesaian: Langkah – langkah sesuai dengan sebelumnya, dan : Misalkan jumlah sabun batangan yang akan dibuat adalah x dan jumlah sabun colek yang akan dibuat adalah y. Keuntungan yang akan diperoleh adalah berupa fungsi 200 x + 300 y yang selanjutnya disebut fungsi obyektif z. Untuk membuat sejumlah x sabun batangan dibutuhkan sejumlah 2x bahan A dan 6x bahan B. Untuk membuat sejumlah y sabun colek dibutuhkan 5y bahan A dan 3y bahan B. Karena jumlah persediaan bahan A dan B yang terbatas yaitu 200 kg bahan A dan 260 kg bahan B, maka jumlah bahan A dan B merupakan jumlahan dari bahan yang dipakai untuk x dan y, secara tabel dinyatakan sebagai berikut. Tabel 1 Bahan A B Sabun Batangan 2 kg 6 kg Sabun Colek 5 kg 3 kg Persediaan Bahan 200 kg 260 kg Adapun model matematika dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut. Karena x dan y menyatakan banyaknya sabun batangan dan sabun colek, maka harus berlaku x, y ∈ R dan x ≥ 0, y ≥ 0. 246 Bab 4: Program Linier 2x + 5y ≤ 200 6x + 3y ≤ 260 Sedangkan keuntungan yang diinginkan adalah maksimal, diperoleh Maks z= 200 x + 300 y Model matematika untuk permasalahan di atas, secara lengkap dituliskan sebagai berikut. Maks z= 200 x + 300 y Dengan kendala sistem persamaan linear: 2x + 5y ≤ 200 6x + 3y ≤ 260 x ≥ 0, y ≥ 0. CONTOH 4.2.4 Seorang petani ikan memberikan dua jenis produk makanan suplemen untuk kolam ikannya. Produk makanan suplemen kemasan satu botol mengandung 5 gram zat A dan 2 gram zat B. Sedangkan produk makanan suplemen kemasan satu kontong plastik mengandung 3 gram zat dan 4 gram zat B. Pada setiap musim tebar ikan, petani tersebut membutuhkan paling sedikit 30 gram zat A dan 24 gram zat B untuk kesuksesan ikannya. Jika harga makanan suplemen satu kemasan botol adalah Rp 50.000 dan untuk kemasan kantong plastik adalah Rp 40.000, maka tentukan banyaknya makanan suplemen kemasan botol dan kemasan kantong plastik yang harus dibeli agar biaya pemeliharaan ikannya minimal. Penyelesaian: Bab 4: Program Linier • 247 Menentukan peubah – peubah yang berkaitan: Misal: x menyatakan banyaknya makanan suplemen kemasan botol yang dibeli. y menyatakan banyaknya makanan suplemen kemasan kantong plastik yang dibeli. • Keterkaitan antar peubah. 9 Ada paling sedikit 30 gram kebutuhan zat A, Dari produk satu kemasan botol sebanyak 5 gram. Sehingga pembelian x buah produk kemasan botol diperoleh zat A sebanyak 5x gram. Dari produk satu kemasan kantong palstik sebanyak 3 gram. Sehingga pembelian y buah produk kemasan kantong plastik diperoleh zat A sebanyak 3y gram. Diperoleh hubungan 5x + 3y ≥ 30. 9 Ada paling sedikit 24 gram kebutuhan zat B, Dari produk satu kemasan botol sebanyak 2 gram. Sehingga pembelian x buah produk kemasan botol diperoleh zat B sebanyak 2x gram. Dari produk satu kemasan kantong palstik sebanyak 4 gram. Sehingga pembelian y buah produk kemasan kantong plastik diperoleh zat B sebanyak 4y gram. Diperoleh hubungan 2x + 4y ≥ 30. 9 Satu produk makanan suplemen kemasan botol mempunyai harga Rp 50.000. Jika dibeli x buah dengan x ≥ 0, maka pengeluaran dari membeli produk kemasan botol adalah Rp 50.000 x. Sedangkan satu produk makanan suplemen kemasan 248 Bab 4: Program Linier kantong plastik mempunyai harga Rp 75.000. Jika dibeli y buah dengan y ≥ 0, maka pengeluaran dari membeli produk kemasan kantong plastik adalah Rp 40.000 y. Sehingga minimal total pengeluaran adalah Min 50.000 x + 40.000 y Jadi tersusun model matematika sebagai berikut. Min 50.000 x + 40.000 y Dengan kendala: 5x + 3y ≥ 30, 2x + 4y ≥ 24, x ≥ 0, y ≥ 0. Setelah kita membentuk model matematika dari suatu permasalahan, kebutuhan selanjutnya adalah menyelesaikan model matematika tersebut. Penyelesaian model matematika merepresentasikan penyelesaian dari permasalahan yang dimodelkan. Oleh karena itu, selanjutnya kita akan membahas bagaimana menentukan nilai maksimal atau minimal. Dengan kata lain bagaimana menentukan nilai optimum. • • RANGKUMAN Bentuk umum dari model matematika program linear dengan dua peubah adalah: Optimalkan dengan a, b adalah konstanta, dan dengan kendala suatu sistem Bab 4: Program Linier 249 pertidaksamaan linear dengan dua peubah. • Membentuk model matematika program linear dengan cara: 1. Tentukan peubah x dan y yang berkaitan dengan permasalahan. 2. Dari peubah yang ada, susunlah keterkaitan dari peubah menjadi sebuah fungsi onbjektif dan sistem pertidaksamaan. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 44--22 Soal nomor 1 sampai dengan 10, tentukan model matematikanya. 1. Dua orang sekretaris dan bendahara perusahaan pergi ke pertokoan. Sekretaris membeli 3 pulpen dan 2 pensil seharga Rp 40.000. Si bendahara membeli 1 pulpen dan 5 pensil dengan membayar Rp 30.000. 2. Untuk membuat kue A diperlukan 1 kg mentega dan 2 kg terigu. Sedangkan untuk membuat kue B diperlukan 2 kg mentega dan 5 kg terigu. Mentega yang tersedia 4 kg dan terigu 8 kg. 3. Pada suatu pabrik, untuk memproduksi tepung terigu kemasan 1 kg diperlukan proses di mesin A selama 2 jam dan mesin B selama 1 jam. Untuk memproduksi tepung maisena kemasan 1 kg 250 Bab 4: Program Linier diperlukan proses di mesin A selama 2 jam dan mesin B selama 3 jam. Dalam setiap harinya mesin A bekerja paling lama 20 jam dan mesin B paling lama 20 jam. Jika perusahaan tersebut setiap harinya memproduksi x tepung terigu kemasan 1 kg dan y tepung maisena kemasan 1 kg, maka tentukan banyaknya produksi masing-masing produkagar diperoleh pendapatan maksimal. 4. Pedagang sepatu mempunyai toko yang hanya memuat 500 pasang. Sepatu yang dijual adalah sepatu untuk pria dan wanita. Sepatu pris tidak bisa lebih dari 300 pasang. Harga pembelian sepatu pria adalah Rp 100.000, sedangkan sepatu wanita Rp 50.000. Modal yang dimiliki adalah Rp 8.000.000. Jika ia menjual sepatu pria seharga Rp 125.000 dan sepatu wanita Rp 100.000, maka berapakah keuntungan maksimal yang dia peroleh apabila semua sepatu terjual. 5. Sebuah Pesawat mempunyai 48 tempat duduk. Penumpang kelas A dengan bagasi tidak lebih dari 20 kg membayar Rp 600.000, sedang kelas B dengan bagasi tidak lebih dari 50 kg membayar Rp 750.000. Jika kapasitas bagasi adalah 1.500 kg, tentukan banyaknya penumpang masing-masing kelas agar diperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. 6. Suatu pabrik membuat dua jenis produk A dan B. Buatlah sistem pertidaksamaannya jika setiap produk dikerjakan oleh mesin Press dan mesin Tumbuk. Produk A membutuhkan 2 jam/butir dikerjakan oleh mesin Press dan 2 jam/butir oleh mesin Tumbuk. Bab 4: Program Linier 251 Produk B membutuhkan 3 jam/butir dikerjakan oleh mesin Press dan 1 jam/butir dikerjakan oleh mesin Tumbuk. Sedangkan mesin Pres bekerja 18 jam/hari dan mesin tumbuk hanya 10 jam/hari. 7. Seorang penjahit mempunyai 80 m2 kain katun dan 120 m2 kain wol. Untuk membuat satu jas pria memerlukan 1 m2 katun dan 3 m2 wol, sedangkan jas wanita memerlukan masing-masing 2 m2. Jika harga jual masing-masing jas adalah Rp 300.000 , tentukan model program linear untuk memaksimalkan uang hasil penjualan yang diperoleh ? 8. Seorang pedagang sepatu menjual dua jenis sepatu A dan B. Sepatu A dibeli dengan harga Rp 250.000 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50.000 . Sepatu B dibeli dengan harga Rp 300.000 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 100 ribu. Jika pedagang ini mempunyai uang Rp 10 juta dan jumlah sepatu yang dapat dibawa 30 pasang, tentukan model program linear dari permasalahan ini agar pedagang memperoleh keuntungan sebesar mungkin. 9. Suatu perusahaan production house sedang membuat rencana kegiatan untuk tahun 2009. Ada dua jenis film untuk tayangan TV yang akan dibuat yakni telenovela dan komedi. Biaya pembuatan satu episode telenovela adalah sebesar Rp 750.000.000 sedangkan biaya pembuatan satu episode komedi adalah sebesar Rp 400.000.000 . Satu episode telenovela dapat dijual dengan harga Rp 1.000.000.000 sedangkan satu episode komedi dapat dijual dengan 252 Bab 4: Program Linier harga Rp 800.000.000 Waktu pembuatan satu episode telenovela membutuhkan waktu 12 minggu sedangkan waktu pembuatan satu episode film komedi membutuhkan waktu 9 minggu. Waktu ekivalen jam kerja perusahaan dalam tahun 2009 adalah 600 minggu, bila dana yang tersedia adalah sebesar Rp 25.000.000.000, tentukan model program linear dari permasalahan ini agar keuntungan yang akan diperoleh maksimal. 10. Suatu usaha rumah tangga yang memproduksi alat mainan hoopla hop menyajikan 2 model dimana data produksi diberikan dalam bentuk tabel berikut : Bahan Rotan Tali Rotan Amplas Pelitur Jam kerja Model A B Kapasitas maksimal 1,5 1,2 10 0 0,5 300 m 1800 m 500 lembar 200 kaleng 300 jam 1,6 1,5 12 2 0,4 Model B harus dibuat paling tidak 50 mainan, model A paling tidak 20 mainan. Keuntungan untuk model A adalah Rp 2000 dan model B Rp 1500 , tentukan model program linear dari permasalahan ini untuk memaksimalkan keuntungan. Bab 4: Program Linier 253 4.3 NILAI OPTIMUM DARI DAERAH PENYELESAIAN SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINEAR. Pada subbab ini, kita akan belajar tentang menentukan nilai optimum dari suatu fungsi objektif Optimalkan dengan a, b adalah konstanta, dan dengan kendala suatu sistem pertidaksamaan linear. Dari pembahasan sebelumnya, penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear berupa suatu daerah konveks pada bidang kartesian. Daerah konveks adalah suatu daerah / himpunan titik – titik dimana setiap garis yang menghubungkan dua titik yang ada, selalu berada pada daerah tersebut. Nilai optimum suatu fungsi objektif pada daerah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear adalah suatu titik pada daerah penyelesaian yang menyebabkan fungsi objektif tersebut bernilai optimum. Nilai optimum dapat berupa nilai maksimum atau nilai minimum. Titik optimum bisa lebih dari satu. Untuk mendapatkan titik optimum, akan terlebih dahulu dilakukan dengan ilustrasi berikut ini. Pandang suatu daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan 254 Bab 4: Program Linier , , dan , seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.3.1. Daerah penyelesaiannya adalah yang diarsir, katakan daerah D. Gambar 4.3.6 Pada ilustrasi ini kita akan mencari nilai optimum dari fungsi objektif pada daerah D. Pencarian nilai optimum diperoleh dengan cara mensubstitusikan semua titik yang ada di D ke fungsi z. Namun ini tidak mungkin, karena banyaknya titik di daerah D adalah tak berhingga banyak. Karena daerah D adalah berbentuk konveks, salah satu titik pojok dari D merupakan nilai optimum z pada D. Ingat bahwa nilai optimum bisa lebih dari satu. Oleh karena itu, bisa jadi ada titik lain di D yang juga merupakan nilai optimum. Tabel 4.3.1. Nilai z pada titik-titik dalam daerah penyelesaian Titik (0,0) Nilai z = 3x + 2y z = 3.0 + 2.0 = 0 Bab 4: Program Linier (1,1) (2,1) (3,0) (1,2) (2,2) (1,3) (1,4) (0,6) Nilai 255 z = 3.1 + 2.1 = 5 z = 3.2 + 2.1 = 8 z = 3.3 + 2.0 = 9 z = 3.1 + 2.2 = 7 z = 3.2 + 2.2 = 10 z = 3.1 + 2.3 = 9 Z = 3.1 + 2.4 = 11 Z = 3.0 + 2.6 = 12 dari beberapa titik di D disajikan dalam Tabel 4.3.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa: 9 Nilai maksimum sebesar 12 terjadi pada titik (0, 6). 9 Nilai minimumnya sebesar 0 terjadi pada titik (0, 0). Titik ( 0,0 ), (3, 0) dan (0, 6) merupakan titik‐titik pojok dari daerah penyelesaian. Berdasarkan hal tersebut, titik optimum dari daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear merupakan titik pojok daerah penyelesaian. Dari ilustrasi di atas, untuk mencari nilai optimum fungsi objektif z pada suatu daerah penyelesaian D dapat dilakukan sebagai berikut. i. Gambarkan daerah D yang merupakan daerah penyelesaian dari kendala yang berupa sistem pertidaksamaan linear. ii. Tentukan semua titik pojok dari daerah D. iii. Substitusikan semua nilai di titik pojok ke fungsi objektif z, bandingkan dan pilih mana yang nilainya optimum. 256 Bab 4: Program Linier Jika diperlukan penyelesaian dalam bentuk bulat, maka ambillah titik di daerah D dengan nilai x dan y bulat yang terdekat dengan titik pojok nilai optimumnya. CONTOH 4.3.1 Tentukan daerah pertidaksamaan himpunan , penyelesaian , dari dan sistem , . Tentukan pula nilai maksimum dan minimum dari pada sistem pertidaksamaan tersebut. Penyelesaian: i. Gambarkan daerah D yang merupakan daerah penyelesaian dari kendala suatu sistem pertidaksamaan linear. Cara menggambar daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear sama seperti sebelumnya. Gambar dari garis x + 2y = 6 dan garis y + 2x = 4 seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.2. Bab 4: Program Linier 257 Gambar 4.3.2 ii. Tentukan semua titik pojok dari daerah D. Tampak pada Gambar 4.3.2, bahwa titik pojok dari daerah penyelesaian D adalah titik O, A, B dan C. Posisi titik-titik tersebut dicari dengan cara : 9 Titik O( 0,0 ) karena merupakan perpotongan antara garis x = 0 (sumbu y) dan garis y = 0 (sumbu x). 9 Titik A adalah perpotongan antara garis dan garis Sehingga didapat: 0 + 2x = 4 atau 2x = 4 atau x = 2. Posisi titik A adalah (2, 0). 9 Titik B adalah perpotongan antara garis . garis 258 Bab 4: Program Linier Posisi titik B dicari dengan cara : Dari , jika diperoleh . maka dan Jadi posisi titik B adalah (4/6, 8/3). 9 Titik C adalah perpotongan antara garis x = 0 dan garis . Berarti posisi titik C adalah (0, 3). iii. Substitusikan semua nilai di titik pojok ke fungsi objektif z, bandingkan dan pilih mana yang nilainya optimum. Masukkan posisi titik pojok pada fungsi yang memberikan : 9 Titik O(0, 0), memberikan nialai z = 0 9 Titik A(2, 0), memberikan nialai z = 6 9 Titik B(4/6, 8/3), memberikan niali 9 Titik C(0, 3), memberikan nilai z = 15 Jadi nilai maksimum fungsi , Bab 4: Program Linier 259 . dan nilai minimum fungsi CONTOH 4.3.2 Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan , , dan . Tentukan pula nilai maksimum dan minimum dari dengan kendala sistem pertidaksamaan linear tersebut. Penyelesaian : i. Gambarkan daerah D yang merupakan daerah penyelesaian dari kendala suatu sistem pertidaksamaan linear. Cara menggambar daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear sama seperti sebelumnya. Gambar dari garis seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.3. dan 260 Bab 4: Program Linier Gambar 4.3.3 ii. Tentukan semua titik pojok dari daerah D. Tampak pada Gambar 4.3.3, bahwa titik pojok dari daerah penyelesaian D adalah titik O, A, B dan C. Posisi titik-titik tersebut dicari dengan cara : 9 Titik O( 0,0 ) karena merupakan perpotongan antara garis x = 0 (sumbu y) dan garis y = 0 (sumbu x). 9 Titik A adalah perpotongan antara garis dan garis Sehingga didapat: 0 + x = 4 atau x = 4. Posisi titik A adalah (4, 0). 9 Titik B adalah perpotongan antara garis . garis Bab 4: Program Linier 261 Posisi titik B dicari dengan cara : Dari , jika maka Jadi posisi titik B adalah (2, 2). 9 Titik C adalah perpotongan antara garis x = 0 dan garis Berarti posisi titik C adalah (0, 4). iii. Substitusikan semua nilai di titik pojok ke fungsi objektif z, bandingkan dan pilih mana yang nilainya optimum. Masukkan posisi titik pojok pada fungsi yang memberikan : 9 Titik A(4, 0), memberikan nialai z = 12 9 Titik B(6, 0), memberikan niali 9 Titik C(2, 2), memberikan nilai z = 16 Jadi nilai maksimum fungsi , dan nilai minimum fungsi . 262 Bab 4: Program Linier CONTOH 4.3.3 Selesaikan program linear berikut ini. Maksimum dari z = 3x + 5y Dengan kendala: x + 2y ≤ 6. y + 2x ≤ 4, x ≥ 0, y ≥ 0. x, y ∈ R. Penyelesaian: i. Gambarkan daerah D yang merupakan daerah penyelesaian dari kendala suatu sistem pertidaksamaan linear. Cara menggambar daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear sama seperti sebelumnya. Gambar dari garis , seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.4. dan Bab 4: Program Linier 263 Gambar 4.3.4 ii. Tentukan semua titik pojok dari daerah D. Tampak pada Gambar 4.3.4, bahwa titik pojok dari daerah penyelesaian D adalah titik O, A, B dan C. Posisi titik-titik tersebut dicari dengan cara : 9 Titik O( 0,0 ) karena merupakan perpotongan antara garis x = 0 (sumbu y) dan garis y = 0 (sumbu x). 9 Titik A adalah perpotongan antara garis dan garis Sehingga didapat: 0 + 2x = 4 atau x = 2. Posisi titik A adalah (2, 0). 9 Titik B adalah . perpotongan antara garis garis 264 Bab 4: Program Linier Posisi titik B dicari dengan cara : 3 Dari , jika maka Jadi posisi titik B adalah (4/3, 8/3). 9 Titik C adalah perpotongan antara garis x = 0 dan garis Berarti posisi titik C adalah (0, 4). iii. Substitusikan semua nilai di titik pojok ke fungsi objektif z, bandingkan dan pilih mana yang nilainya optimum. Masukkan posisi titik pojok pada fungsi yang memberikan : 9 Titik O(0,0), memberikan nilai z = 0 9 Titik A(2, 0), memberikan nilai z = 6 9 Titik B(2/3, 8/3), memberikan nilai 9 Titik C(0, 3), memberikan nilai z = 15 Jadi nilai maksimum fungsi . Bab 4: Program Linier 265 CONTOH 4.3.4 Seorang petani ikan memberikan dua jenis produk makanan suplemen untuk kolam ikannya. Produk makanan suplemen kemasan satu botol mengandung 5 gram zat A dan 2 gram zat B. Sedangkan produk makanan suplemen kemasan satu kontong plastik mengandung 3 gram zat dan 4 gram zat B. Pada setiap musim tebar ikan, petani tersebut membutuhkan paling sedikit 30 gram zat A dan 24 gram zat B untuk kesuksesan ikannya. Jika harga makanan suplemen satu kemasan botol adalah Rp 50.000 dan untuk kemasan kantong plastik adalah Rp 40.000, maka tentukan banyaknya makanan suplemen kemasan botol dan kemasan kantong plastik yang harus dibeli agar biaya pemeliharaan ikannya minimal. Penyelesaian: Pada contoh permasalahan ini telah dirumuskan dalam bentuk model matematika sebagai berikut. Minimumkan 50.000 x + 40.000 y Dengan kendala: 5x + 3y ≥ 30, 2x + 4y ≥ 24, x ≥ 0, y ≥ 0. i. Gambarkan daerah D yang merupakan daerah penyelesaian dari kendala suatu sistem pertidaksamaan linear. 266 Bab 4: Program Linier Cara menggambar daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear dan sama seperti sebelumnya. Gambar dari garis , seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.5. Gambar 4.3.5 ii. Tentukan semua titik pojok dari daerah D. Tampak pada Gambar 4.3.5, bahwa titik pojok dari daerah penyelesaian D adalah titik A, B dan C. Posisi titik-titik tersebut dicari dengan cara : 9 Titik A adalah perpotongan antara garis Sehingga didapat: 0 + y = 10 atau y = 10. dan garis Bab 4: Program Linier 267 Posisi titik A adalah (0, 10). 9 Titik B adalah perpotongan antara garis y = 0 dan garis 2 . Sehingga didapat: 2x + 0 = 24 atau x = 12. Berarti posisi titik B adalah (6, 0). 9 Titik C adalah garis perpotongan antara garis . Posisi titik B dicari dengan cara : 14y Dari , jika maka Jadi posisi titik C adalah (24/7, 30/7). iii. Substitusikan semua nilai di titik pojok ke fungsi objektif z, bandingkan dan pilih mana yang nilainya optimum. Masukkan posisi titik pojok pada fungsi yang memberikan : 9 Titik A(0, 10), memberikan nilai z = 400.000 9 Titik B(12, 0), memberikan nilai 9 Titik C(24/7, 30/7), memberikan nilai z = 2.400.000/7 268 Bab 4: Program Linier Jadi nilai minimum fungsi terjadi di titik C(24/7,30/7). SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 44--33 Soal 1-8, carilah nilai optimum dari masalah program linear berikut ini. a. Maksimumkan 24 x + 8y dengan syarat 2x + 5y ≤ 40 ; 4x + 5y ≤ 20 ; 10x + 5y ≤ 60 dan x ≥ 0, y ≥ 0 b. Maksimumkan x + 2y dengan syarat c. x + 6y ≤ 36 ; 3x + 2y ≤ 24 dan x ≥ 0, y ≥ 0 Minimumkan 3x + 4y dengan syarat 2x + 3y ≥ 36 ; 2x + 2y ≥ 28 ; 3x + 2y ≥ 24 dan x ≥ 0, y ≥ 0 d. Minimumkan 2x + y dengan syarat 3x + y ≥ 15 ; x + 5y ≥ 20 dan 8x + 2y ≥ 32 Bab 4: Program Linier e. 269 Maksimumkan 4x + 5y dengan syarat 2x + 6y ≤ 36 ; 5x + 3y ≤ 30 ; 8x + 2y ≤ 40 dan x ≥ 0, y ≥ 0 f. PT Batako membuat dua jenis produk A25 dan F28. Kedua produk memberikan sumbangan keuntungan per unit masingmasing Rp 600 dan Rp 850 yang masing-masing dikerjakan pada mesin 1 dan mesin 2. Model A25 membutuhkan waktu penyelesaian 9 jam di mesin 1, sedangkan F28 3 jam pada mesin 2 model A25 selama 4 jam, sedangkan F28 selama 6 jam. Bagian maintenance dalam seminggu hanya mampu menyediakan waktu operasi 27 jam untuk mesin 1 dan 23 jam untuk mesin 2. Berapa unit setiap produk yang harus diproduksi per minggu agar keuntungan maksimal? Nyatakan permasalahan tersebut dalam model program linear dan carilah nilai optimumnya. g. Seorang yang ingin cepat sehat bermaksud untuk minum sedikitnya 36 satuan vitamin A setiap hari, 28 satuan vitamin C dan 32 satuan vitamin D. Multivitamin jenis pertama berharga 3 satuan uang menyediakan 2 satuan vitamin A setiap hari, 2 satuan vitamin C dan 8 satuan vitamin D. Multivitamin jenis kedua berharga 4 satuan menyediakan 3 satuan vitamin A setiap hari, 2 satuan vitamin C dan 2 satuan vitamin D. Carilah jumlah vitamin yang harus diminum agar kebutuhkan akan vitamin dipenuhi. 270 h. Bab 4: Program Linier Pada suatu pabrik, untuk memproduksi tepung terigu kemasan 1 kg diperlukan proses di mesin A selama 2 jam dan mesin B selama 1 jam. Untuk memproduksi tepung maisena kemasan 1 kg diperlukan proses di mesin A selama 2 jam dan mesin B selama 3 jam. Dalam setiap harinya mesin A bekerja paling lama 20 jam dan mesin B paling lama 20 jam. Jika perusahaan tersebut setiap harinya memproduksi x tepung terigu kemasan 1 kg dan y tepung maisena kemasan 1 kg, maka tentukan banyaknya produksi masing-masing produkagar diperoleh pendapatan maksimal. 4.4 PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN GARIS SELIDIK Pada bagian sebelumnya telah dipelajari, cara mencari nilai optimum dengan menggunakan titik-titik pojok daerah himpunan penyelesaian. Pada bagian ini akan dipelajari metode lain untuk menentukan nilai optimum dari suatu masalah program linear. Metoda ini dikenal dengan istilah garis selidik. Garis selidik adalah garis-garis yang sejajar dengan garis yang merupakan grafik fungsi objektif yang berfungsi untuk menyelidiki apakah nilai fungsi objektif dari titik pojok tersebut maksimum atau minimum. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan garis selidik antara lain. Bab 4: Program Linier 271 yang memotong sumbu x di 1 Gambarlah garis (b, 0) dan memotong sumbu y di (0, a) sebagai acuan. mulai dari nilai ab minimum 2 Tarik garis sejajar hingga nilai ab maksimal. yang merupakan garis yang sejajar a. Jika garis dan berada paling bawah atau paling kiri pada daerah penyelesaian, maka k adalah nilai minimum. yang merupakan garis yang sejajar b. Jika garis dan berada paling atas atau paling kanan pada daerah penyelesaian, maka k adalah nilai maksimum. Agar lebih mudah dipahami, terutama dalam pembuatan garis selidik untuk menentukan nilai optimal permasalahan program linear dengan baik, perhatikan contoh berikut : CONTOH 4.4.1 Tentukan nilai maksimum dari 3x + 2y pada sistem pertidaksamaan x + 2y ≤ 8, 2x + y ≤ 9 dengan x ≥ 0, y ≥ 0 dan x, y ∈ R Penyelesaian: Himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan 272 Bab 4: Program Linier x + 2y ≤ 8, 2x + y ≤ 9, x ≥ 0, y ≥ 0. digambarkan pada Gambar 4.4.1 berupa daerah berarsir pada gambar di bawah. Gambar 4.4.1 Digambar garis selidik 3x + 2y = k, untuk k = 6 : diperoleh garis 3x + 2y = 6. Garis yang sejajar dengan garis 3x + 2y = 6 dan letaknya paling jauh dari titik pangkal adalah garis yang melalui titik B(7/3,10/3 ). Bab 4: Program Linier 273 Jadi titik B(7/3,10/3) adalah titik pada daerah himpunan penyelesaian yang menyebabkan nilai 3x + 2y maksimum. Nilai maksimumnya adalah 3(7/3) + 2(10/3) = . CONTOH 4.4.2 Pada Contoh 4.4.1 diatas kita akan menentukan nilai optimum (maksimum dan minimum) dari fungsi 2x + y dengan menggunakan garis selidik. Titik A, B, C dan D yang terletak dalam gambar merupakan titik-titik sudut yang terletak pada daerah himpunan penyelesaian dari suatu sistem peridaksamaan linear. Penyelesaian: Garis 2x + y = k digambar untuk k = 2 diperoleh garis 2x + y = 2. a. Garis yang sejajar dengan garis 2x + y = 2 dan terletak paling jauh dari titik pangkal adalah garis yang melalui titik C(0,6), jadi titik C(0,6) adalah titik pada daerah himpunan penyelesaian yang menyebabkan fungsi 2x + y maksimum. Nilai maksimumnya adalah 6. b. Garis yang sejajar dengan garis 2x + y = 2 dan terletak paling dekat dengan titik pangkal adalah garis yang melalui titik D(0,1) yang menyebabkan nilai 2x+ y minimum dengan nilai = 1. 274 Bab 4: Program Linier SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 44--44 Dengan bantuan garis selidik, carilah nilai optimum dari masalah program linear berikut ini : 1. Maksimumkan 24 x + 8y dengan syarat 2x + 5y ≤ 40 ; 4x + 5y ≤ 20 ; 10x + 5y ≤ 60 dan x ≥ 0, y ≥ 0 2. Maksimumkan x + 2y dengan syarat 3. x + 6y ≤ 36 ; 3x + 2y ≤ 24 dan x ≥ 0, y ≥ 0 Minimumkan 3x + 4y dengan syarat 2x + 3y ≥ 36 ; 2x + 2y ≥ 28 ; 3x + 2y ≥ 24 dan x ≥ 0, y ≥ 0 4. Minimumkan 2x + y dengan syarat 3x + y ≥ 15 ; x + 5y ≥ 20 dan 8x + 2y ≥ 32 Bab 4: Program Linier 5. 275 Maksimumkan 4x + 5y dengan syarat 2x + 6y ≤ 36 ; 5x + 3y ≤ 30 ; 8x + 2y ≤ 40 dan x ≥ 0, y ≥ 0 6. Seorang penjahit mempunyai 80 m2 kain katun dan 120 m2 kain wol. Untuk membuat satu jas pria memerlukan 1 m2 katun dan 3 m2 wol, sedangkan jas wanita memerlukan masing-masing 2 m2. Jika harga jual masing2 jas adalah Rp 300.000 , tentukan jumlah jas pria dan wanita yang harus dibuat agar uang hasil penjualan yang diperoleh maksimal. 7. Seorang pedagang sepatu menjual dua jenis sepatu A dan B. Sepatu A dibeli dengan harga Rp 250.000 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50.000 . Sepatu B dibeli dengan harga Rp 300.000 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 100 ribu. Jika pedagang ini mempunyai uang Rp 10 juta dan jumlah sepatu yang dapat dibawa 30 pasang, tentukan jumlah tiap jenis sepatu yang harus dijual agar pedagang memperoleh keuntungan sebesar mungkin. 8. Suatu perusahaan production house sedang membuat rencana kegiatan untuk tahun 2009. Ada dua jenis film untuk tayangan TV yang akan dibuat yakni telenovela dan komedi. Biaya pembuatan satu episode telenovela adalah sebesar Rp 750.000.000 sedangkan biaya pembuatan satu episode komedi adalah sebesar 400.000.000 . Rp 276 Bab 4: Program Linier Satu episode telenovela dapat dijual dengan harga Rp 1.000.000.000 sedangkan satu episode komedi dapat dijual dengan harga Rp 800.000.000. Waktu pembuatan satu episode telenovela membutuhkan waktu 12 minggu sedangkan waktu pembuatan satu episode film komedi membutuhkan waktu 9 minggu. Waktu ekivalen jam kerja perusahaan dalam tahun 2009 adalah 600 minggu, bila dana yang tersedia adalah sebesar Rp 25.000.000.000 , tentukan jumlah tiap jenis film yang harus dibuat agar keuntungan yang akan diperoleh maksimal . 9. Suatu usaha rumah tangga yang memproduksi alat mainan hoopla hop menyajikan 2 model dimana data produksi diberikan dalam bentuk tabel berikut : Rotan A 1,5 B 1,6 Kapasitas maksimal 300 m Tali Rotan 1,2 1,5 1800 m Amplas 10 12 500 lembar Pelitur 0 2 200 kaleng 0,5 0,4 Bahan Jam kerja Model 300 jam Model B harus dibuat paling tidak 50 mainan, model A paling tidak 20 mainan. Keuntungan untuk model A adalah Rp 2000 dan model B Rp 1500 , tentukan jumlah tiap model hoopla hop yang akan dibuat agar keuntungan yang akan diperoleh maksimal. Bab 4: Program Linier 10. 277 PT Batako membuat dua jenis produk A25 dan F28. Kedua produk memberikan sumbangan keuntungan per unit masing-masing Rp 600 dan Rp 850 yang masing-masing dikerjakan pada mesin 1 dan mesin 2. Model A25 membutuhkan waktu penyelesaian 9 jam di mesin 1, sedangkan F28 3 jam pada mesin 2 model A25 selama 4 jam, sedangkan F28 selama 6 jam. Bagian maintenance dalam seminggu hanya mampu menyediakan waktu operasi 27 jam untuk mesin 1 dan 23 jam untuk mesin 2. Berapa unit setiap produk yang harus diproduksi per minggu agar keuntungan maksimal? Nyatakan permasalahan tersebut dalam model program linear dan carilah nilai optimumnya. 11. Seorang yang ingin cepat sehat bermaksud untuk minum sedikitnya 36 satuan vitamin A setiap hari, 28 satuan vitamin C dan 32 satuan vitamin D. Multivitamin jenis pertama berharga 3 satuan uang menyediakan 2 satuan vitamin A setiap hari, 2 satuan vitamin C dan 8 satuan vitamin D. Multivitamin jenis kedua berharga 4 satuan menyediakan 3 satuan vitamin A setiap hari, 2 satuan vitamin C dan 2 satuan vitamin D. Carilah jumlah vitamin yang harus diminum agar kebutuhkan akan vitamin dipenuhi. 278 Bab 4: Program Linier 5. Logika Utu 5 LOGIKA MATEMATIKA Dalam setiap kegiatan kita dituntut untuk mempunyai pola pikir yang tepat, akurat, rasional dan kritis agar tidak salah dalam penalaran yang menyebabkan kesalahan dalam mengambil kebijakan. Logika matematika dapat memberikan bimbingan agar dapat memiliki pola pikir seperti itu, sehingga dalam setiap aspek kehidupan manusia, logika sangat dibutuhkan Blaise Pascal 1623-1662 agar lebih efektif dalam mengenal kehidupan dan menghindari kesalahan penalaran berfikir. Kalian semua tentunya tidak asing lagi dengan benda yang disebut kalkulator dan komputer karena sehari-hari kalian jumpai di sekolah, kantor bahkan di mall dan sebagainya. Tahukah anda bahwa yang menemukan mesin hitung (calculator) adalah Blaise Pascal pada tahun 279 280 Bab 5: Logika 1642, yang akhirnya berkembang menjadi komputer digital, pertama kali dirakit sekitar tahun 1944 hingga tahun 1973. Alat-alat ini bekerja berdasarkan instruksi bilangan biner. Instruksi ini pada dasarnya merupakan serangkaian kombinasi logis bilangan “0” atau “1” , yang dapat diartikan dalam bahasa logika sebagai kondisi “True” atau “False”. Sehingga dalam pengoperasian komputer hanya dikenal dua kondisi yang analog dengan logika yaitu ada atau tidaknya aliran listrik. Logika matematika meliputi: logika pernyataan atau proposisi (propositional logic) suatu yang menelaah manipulasi antar pernyataan dan logika penghubung atau predikat (predicate logic) yang menelaah manipulasi hubungan relasioanal antara pernyataan pertama dengan pernyataan kedua. Oleh karena itu logika matematika adalah ilmu yang menelaah manipulasi antar pernyataan (mathematical matematik Statement). Namun sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian pernyataan dan pengertian penghubung. Kode Biner dalam Program Komputer George Boole (1815-1864) Ahli matematika Inggris pertama kali yang menggantikan nilai kebenaran : “ Benar “ dengan “1” dan nilai kebenaran “Salah” dengan “0”. Sistem bilangan yang hanya terdiri atas dua macam bilangan tersebut dinamakan Sistem Biner. Temuan ini sangat berguna untuk menyusun program komputer. Dalam program komputer, proses pengubahan data ke dalam sistem bilangan biner disebut Konversi Biner. Dan notasi yang dihasilkan dari ini dinamakan Kode Biner Sumber :Ensiklopedi Matematika & Peradaban Manusia 2002 Bab 5: Logika 281 5.1 PERNYATAAN DAN KALIMAT TERBUKA Sebelumnya telah dikatakan bahawa logika matematika adalah ilmu yang menelaah manipulasi antar pernyataan matematik. Oleh karena itu akan kita definisikan suatu pernyataan dan apa yang dimaksud dengan Kalimat terbuka. 5.1.1 PROPOSISI Pada subbab ini diawali dengan menampilkan beberapa contoh kalimat yang merupakan proposisi (pernyataan) dan yang bukan proposisi. Contoh 5.1.1 Perhatikan contoh-contoh kalimat dibawah ini : 1. Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. 2. 7 merupakan sebuah bilangan prima. 3. Manusia adalah salah satu jenis makluk di Bumi. 4. Banyaknya titik sudut dalam suatu kubus adalah 8 buah. 5. Jambi merupakan ibu kota propinsi Jawa Timur. 6. Himpunan penyelesaian x2 = 9 adalah {-3,9}. 7. Taufik pandai main bulu tangkis atau tennes. 8. Jika 10 habis dibagi dengan 4, maka juga habis dibagi dengan 2. 9. Mudah-mudahan anda berhasil dalam meniti karier. 10.Berolahragalah secara teratur! Kalimat deklaratif 1-6 merupakan kalimat yang bernilai benar saja atau bernilai salah saja, tidak sekaligus benar dan salah. Kalimat yang demikian ini merupkan kalimat yang mempunyai nilai kebenaran, disebut pernyataan. Kalimat 7-8 dua pernyataan yang dihubungkan 282 Bab 5: Logika dengan suatu kata penghubung. Sedangkan kalimat deklaratif 9-10 tidak mempunyai nilai kebenaran. Oleh karena itu Penjelasan kalimatkalimat deklaratif diatas yang merupakan pernyataan atau bukan pernyataan adalah sebagai berikut: - Kalimat deklaratif 1 – 6 dalam contoh 5.1.1 tidak memuat penghubung disebut pernyataan primitive (proposisi primitive), dan biasanya dilambangkan dengan huruf kecil:p, q, r, s dan sebagainya. Untuk pernyataan 1 – 3 merupakan pernyataan yang bernilai benar, sedangkan pernyataan 4 – 6 merupakan suatu pernyataan yang bernilai salah. - Kalimat deklaratif ketujuh dan kedelapan memuat penghubung ” atau ” , ”dan ” , “jika...maka... ” disebut proposisi majemuk (pernyataan majemuk). - Kalimat kesembilan dan kesepuluh bukan pernyataan karena tidak mempunyai nilai kebenaran. Berikut ini diberikan definisi suatu pernyataan : DEFINISI 5.1.1 Sebuah pernyataan atau proposisi adalah sebuah kalimat deklaratif yang mempunyai tepat satu nilai kebenaran, yaitu: ” Benar ” (B) saja atau” Salah ” (S) saja, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditentukan melalui dasar empiris yaitu berdasarkan fakta yang sesungguhnya atau dijumpai dalam kehidup alam ini dan dasar non empiris yaitu berdasarkan pembuktian atau perhitungan matematika. Bab 5: Logika 283 5.1.2 KALIMAT TERBUKA Suatu kalimat yang nilai kebenarannya belum dapat dibuktikan disebut kalimat terbuka. Ciri dari kalimat terbuka adalah adanya variabel ( peubah) Berikut ini diberikan beberapa contoh kalimat terbuka : Contoh 5.1.2 1. x + 9 > 0. 2. Jarak kota B dengan kota Jakarta kurang dari 1000 km. 3. Jumlah titik sudut jajaran genjang adalah n. - Pada kalimat pertama memuat variabel x . Jika x diubah dengan -11 menjadi suatu pernyataan yang salah, dan apabila x diganti dengan -5 menjadi suatu pernyataan yang benar. x = -11 dan x = -5 disebut penyelesaian kalimat terbuka tersebut. - Pada kalimat kedua, variabelnya adalah B. Jika B diubah dengan Ambon menjadi suatu pernyataan yang salah, dan apabila B diganti dengan Bekasi menjadi suatu pernyataan yang benar. - Pada kalimat ketiga, variabelnya adalah n. Jika n diganti dengan 4 menjadi suatu pernyataan yang benar, dan apabila n diganti dengan 7 menjadi suatu pernyataan yang salah. 284 Bab 5: Logika SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 55--11 1) Diantara kalimat-kalimat berikut ini tentukan manakah yang merupakan pernyataan dan mana yang bukan pernyataan. Jika pernyataan tentukan nilai kebenarannya. a) Segi tiga adalah suatu bangun yang jumlah sisinya ada tiga buah. b) Semua bilangan prima habis dibagi 2. c) Jumlah sudut segi tiga adalah 360 o . d) Untuk setiap bilangan real x berlaku x2 ≥ 0 e) π termasuk bilangan rasional. f) Pertandingan bola basketnya dimulai jam 16.00 WIB. g) Preti adalah gadis yang cantik. h) Pergilah ke rumah Santi ! i) j) 2 merupakan bilangan real. Ada siswa SMK yang mengikuti OSN bidang matematika tingkat nasional. 2) Diantara kalimat-kalimat berikut ini tentukan manakah yang merupakan pernyataan dan manakah yang merupakan kalimat terbuka. Jika pernyataan tentukan nilai kebenarannya. a) X + 5 > 0. b) X2 + 5 ≥ 0. c) Satu windu sama dengan n tahun. d) t hari waktu yang dibutuhkan bumi 1 kali berputar mengelilingi matahari. e) Bilangan asli merupakan himpunan bagian bilangan bulat. Bab 5: Logika 285 f) 2k + 1 merupakan bilangan ganjil, untuk k bilangan cacah. g) 2k merupakan bilangan genap, untuk k bilangan real. h) Itu adalah benda cair. i) Dua kali bilangan asli adalah bilangan genap j) Sin2 x + sin2 y = 1 3) Untuk soal no: 2 diatas yang merupakan kalimat terbuka, tentukanlah himpunan penyesaiannya agar menjadi suatu Pernyataan. 4) Diberikan kalimat terbuka berikut : x 2 − 1 = 0 , x bilangan real. Tentukan Himpunan x agar kalimat itu menjadi suatu pernyataan. 5) Carilah himpunan penyelesaian setiap kalimat terbuka berikut jika x dan y variabel pada bilangan asli: a) b) d) c) e) Bayangan ( x , y ) terhadap sumbu X berada di ( 5,2) 5.2 PENGHUBUNG ATAU KONEKTIF (CONNECTIVE) Dalam logika matematika dikenal sebanyak 5 operator logika (penghubung), yaitu: Negasi (Negation), Konjungsi (Conjunction), Disjungsi (Disjunction), Implikasi (Implication) , Biimplikasi, atau Ekuivalensi (Equivalence). 286 Bab 5: Logika 5.2.1 NEGASI Negasi disebut juga ingkaran atau pengingkaran . Ingkaran dari suatu pernyataan diperoleh dengan menambahkan” tidak benar” di awal kalimat, atau dengan cara menyisipkan kata ” tidak” atau ” bukan” pada pernyataan tersebut. DEFINISI 5.2.1 : Misalkan p adalah pernyataan. Negasi dari p: Untuk sembarang pernyataan p, negasi dari p dilambangkan dengan p dan dibaca “ bukan p” Suatu pernyataan yang bernilai salah (S ) jika p benar (B), dan bernilai benar (B ) jika p Berikut ini tabel kebenaran pernyataan negasi: P p B S S B Contoh 5.2.1 No Pernyataan : p 1 3 adalah faktor dari 24 (B) Tidak benar 3 adalah faktor dari 24 (S) 2 Jumlah sudut dalam suatu segi tiga Tidak benar Jumlah sudut dalam suatu selalu 180 3 Tiga o puluh bilangan prima 4 Negasi (ingkaran) : (B) sembilan adalah (S) segi tiga selalu 180 o p (S) Tiga puluh sembilan bukan bilangan prima (B) Semua binatang adalah mahluk Tidak semua binatang adalah mahluk hidup hidup (B) (S) Bab 5: Logika 287 5 Cos2x + sin2x = 2 (S) Tidak benar Cos2x + sin2x = 2 6 seminggu ada 7 hari (B) Tidak benar seminggu ada 7 hari (S) (B) 5.2.2 KONJUNGSI Pada bagian sebelumnya telah dipelajari suatu pernyataan tunggal. Namun selanjutnya akan dipelajari dua atau lebih pernyataan tunggal yang digabung dan disebut dengan pernyataan majemuk. Konjungsi merupakan kata penyambung antar beberapa pernyataan yang biasanya berupa kata “dan”. Berkaitan dengan pernyataan majemuk tersebut, perhatikan contoh sederhana ini: Pernyataan pertama : Pernyataan kedua Jakarta adalah ibukota Indonesia : Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah Kedua pernyataan ini dapat digabung menjadi kalimat majemuk sebagai berikut : Jakarta adalah ibukota Indonesia dan terbagi menjadi 6 wilayah Kalimat ini merupakan kalimat majemuk dengan menggunakan kata penghubung “ dan” Kalimat ini hanya benar jika kedua pernyataan sama-sama benar. Jika salah satu saja pernyataan itu yang salah (atau keduanya) maka pernyataan majemuk menjadi salah. Sebagai contoh : Pernyataan pertama : Pernyataan kedua Jakarta adalah ibukota Malaysia (S) : Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah (B) Jakarta adalah ibukota Malaysia dan terbagi menjadi 6 wilayah (S) 288 Bab 5: Logika kata penghubung “dan” pada perkataan majemuk dilambangkan dengan “ ∧ ” yang disebut Konjungsi. Konjungsi didefinisikan sebagai berikut : DEFINISI 5.2.2 : Konjungsi Pernyataan majemuk p dan q disebut Konjungsi dari p dan q dinyatakan dengan: ”p ∧ q” adalah sebuah pernyataan bernilai benar jika pernyataan p dan q keduanya bernilai benar, dan bernilai salah jika salah satu p atau q (keduanya) salah Tabel kebenaran konjungsi: p q p∧q B B B B S S S B S S S S Contoh 5.2.2 No 1 2 3 4 P Pulau Natuna berada di kepulauan Riau (B) Jumlah sudut dalam suatu segi tiga selalu 180 o (B) Tiga puluh sembilan adalah bilangan irrasional (S) 2 2 Cos x + sin x = 2 (S) q Natuna termasuk wilayah Indonesia (B) Besar sudut segitiga sama sisi adalah 90o (S) Tiga puluh sembilan adalah bilangan prima (B) 2 2 (S) Cos x ≥ 1- sin x p∧q B S S S 5.2.3 DISJUNGSI Disjungsi merupakan kata penyambung berupa kata “atau” dalam menghubungkan dua pernyataan menjadi kata majemuk, perhatikan contoh sederhana ini: p : Bumi adalah satu-satunya planet di jagat raya yang mempunyai kehidupan q : Satu dekade sama dengan 10 tahun. (B) (B) Bab 5: Logika 289 Kedua pernyataan ini dapat digabung menjadi kalimat majemuk sebagai berikut : Bumi adalah satu-satunya planet di jagat raya yang mempunyai kehidupan atau satu dekade sama dengan 10 tahun. Kalimat ini merupakan kalimat majemuk dengan menggunakan kata penghubung “ atau” Kalimat ini bernilai salah jika kedua pernyataan sama-sama salah. Jika salah satu saja pernyataan itu yang benar (atau keduanya) maka pernyataan majemuk menjadi benar. Sebagai contoh : Pernyataan pertama : Pernyataan kedua Jakarta adalah ibukota Malaysia (S) : Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah (B) Dengan menggunakan kalimat penghubung : “Jakarta adalah ibukota Malaysia atau Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah (B)” kata penghubung “atau” pada perkataan majemuk dilambangkan dengan “ ∨ ” yang disebut Disjungsi. Disjungsi didefinisikan sebagai berikut : DEFINISI 5.2.3 Berikut ini tabel Disjungsi : kebenaran Pernyataan majemuk p dan q disebut konjungsi : Disjungsi dari p dan q dinyatakan dengan: ”pVq” adalah sebuah pernyataan bernilai benar jika pernyataan p dan q salah satu atau keduanya bernila bebar, dan bernilai salah p q p∨ q B B B B S B S B B 290 Bab 5: Logika Contoh 5.2.3 Tentukan nilai kebenaran pernyataan dalam tabel berikut ini dengan penghubung ”atau”. No 1 2 3 4 p q Pulau Natuna berada di kepulauan Riau (B) Jumlah sudut dalam suatu (B) segi tiga selalu 180 o Tiga puluh sembilan adalah bilangan (S) Cos2x + sin2x = 2 (S) Natuna termasuk wilayah Indonesia (B) Besar sudut segitiga sama sisi adalah 90o (S) Tiga puluh sembilan adalah bilangan prima (B) Cos2x ≥ 1- sin2x (S) p∨ q B B B S 5.2.4 IMPLIKASI (PROPOSISI BERSYARAT) Untuk memahami Implikasi, perhatikan uraian berikut ini. Misalkan Boby berjanji pada Togar “Jika saya dapat medali olimpiade sainsmatematika nasional tahun ini maka aku akan membelikan kamu sepatu bola”. Janji Boby ini hanya berlaku jika Boby mendapatkan medali olimpiade sains-matematika. Akibatnya jika Boby tidak mendapatkan medali dalam lomba olimpiade sains-matematika yang diikutinya tahun ini, tidak ada keharusan bagi Boby untuk membelikan sepatu bola buat Togar. Misalkan Boby tidak mendapat medali maka Togar tidak kecewa karena Boby tidak memenuhi janjinya. Akan tetapi jika Boby dapat meraih medali dalam olimpiade matematika nasional yang diikutinya tetap membelikan sepatu bola buat Togar, tentu Togar akan senang. Jika Boby dapat medali namun tidak membelikan sepatu bola maka Togar akan kecewa dan menganggap tidak menepati janji. Kalimat Bab 5: Logika 291 yang diucapkan Boby pada Togar dalam bahasa logika matematika dapat ditulis sebagai berikut : Jika p : dapat medali olimpiade sains-matematika nasional. Maka q : membelikan sepatu bola Sehingga dapat dinyatakan sebagai “ Jika p maka q ” atau dilambangkan dengan “ p → q ” suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan Implikasi. Implikasi dari pernyataan p ke pernyataan q dinyatakan dengan , ” p → q ”, ialah sebuah pernyataan yang bernilai salah jika dan hanya jika p bernilai benar dan q bernilai salah. Pernyataan p disebut hipotesa (premis) dan pernyataan q disebut kesimpulan (konklusi). Selanjutnya Implikasi didefinisikan sebagai berikut : DEFINISI 5.2.4 Berikut Implikasi: kebenaran konjungsi Pernyataan majemuk p dan q disebut implikasi (pernyataan bersyarat) adalah sebuah pernyataan majemuk yang ini tabel p q p→q B B B B S S dan konklusi q bernilai salah. Untuk kasus S B B lainnya bernilai benar. S S B dilambangkan : ” p → q ” bernilai salah hanya jika hipotesa p bernilai benar Contoh 5.2.4 292 Bab 5: Logika Tentukan nilai kebenaran pernyataan dalam tabel berikut ini dengan penghubung ”maka”. No 1 2 3 4 p→q p Pulau Natuna berada di kepulauan Riau (B) Jumlah sudut dalam suatu segi tiga selalu (B) 180 o Tiga puluh sembilan adalah bilangan Prima (S) q Natuna termasuk wilayah Indonesia (B) Jumlah 2 buah sudut dalam segitiga adalah 120o (S) Tiga puluh sembilan adalah habis dibagi tiga (B) B Cos2x + sin2x ≥ 1 Cos2x ≥ 1 B (S) (S) B S Hubungan antara implikasi dengan himpunan. Perhatikan diagram berikut ini : S = { 0,1,2,3,4,5} p(x) : x – 1 = 0 q(x) : x 2 − 3 x + 2 = 0 ungkapan ini dapat ditulis : P={x/x–1=0}, p benar jika x ∈ P Q={ x/ x 2 − 3 x + 2 = 0 }, q benar jika x ∈ Q Tampak bahwa kalimat p ( x ) → q ( x ) kalimat implikasi yang benar. Bab 5: Logika 293 Secara umum dapat disimpulkan bahwa : Jika P dan Q masing-masing himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p ( x ) dan q ( x ) pada himpunan semesta S, maka p ( x ) → q ( x ) benar jika P ⊂ Q. Kalimat implikasi yang menyebabkan tiap penggantian nilai x benar untuk p(x) yang akan menyebabkan benar pula untuk q(x) dikatakan implikasi yang logis. 5.2.5 BIIMPLIKASI Pernyataan p dan q apabila dirangkai dengan menggunakan hubungan “Jika dan hanya jika “ Sehingga menjadi suatu kalimat yang dapat dinyatakan sebagai “p Jika dan hanya jika q ” atau dilambangkan dengan : “ p ⇔ q” suatu pernyataan majemuk disebut dengan Biimplikasi. Pernyataan majemuk Biimplikasi menyiratkan suatu gabungan dari: p → q dan q → p Oleh karena itu nilai kebenaran biimplikasi p ⇔ q dikatakan bernilai benar jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama seperti yang diungkapkan pada definisi berikut ini : 294 Bab 5: Logika Berikut ini tabel DEFINISI 5.2.5 : Biimplikasi Pernyataan majemuk p dan q disebut biimplikasi (pernyataan bersyarat dwi arah) kebenaran biimplikasi: adalah sebuah pernyataan majemuk yang dilambangkan : ” p ⇔ q ”. Bernilai benar jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama. p B B S q B S B p⇔q B S S Merujuk pada implikasi, bahwa Jika P dan Q masing-masing himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p ( x ) dan q ( x ) pada himpunan semesta S, maka: p ( x ) → q ( x ) benar jika P ⊂ Q dan q ( x ) → p ( x ) benar jika Q ⊂ P mengakibatkan pernyataan kalimat majemuk biimplikasi: p( x) ⇔ q( x) bernilai benar jika P = Q. Kalimat biimplikasi yang menyebabkan tiap penggantian nilai x benar untuk p(x) yang akan menyebabkan benar pula untuk q(x) begitu pula untuk penggantian nilai x benar untuk q(x) yang akan menyebabkan benar pula untuk p(x) dikatakan biimplikasi yang logis. Dengan kata lain p(x) dan q(x) merupakan dua kalimat yang ekuivalen apabila Bab 5: Logika 295 kedua kalimat terbuka itu mempunyai himpunan penyelesaian yang sama. Contoh 5.2.5 Tentukan nilai kebenaran Biimplikasi pernyataan dalam tabel berikut ini: No 1 2 3 4 5 6 p⇔q Segitiga ABC sama sisi ⇔ besar setiap sudut segitiga adalah 60 o x 2 − 1 = 0 ⇔ x= 1 n habis dibagi 7 ⇔ n adalah bilangan Prima ABCD bangun persegi ⇔ ABCD segi empat yang sisinya sama grafik f ( x ) bukan garis lurus ⇔ f ( x ) adalah fungsi yang tidak linier f ( x ) adalah fungsi linier ⇔ grafik f ( x ) bukan garis lurus Nilai kebenaran B S S B B S Contoh 5.2.6 Misalkan p, q dan r adalah pernyataan, dimana: p : Bumi adalah satu-satunya planet di jagat raya yang mempunyai kehidupan (B). q : Satu dekade sama dengan 10 tahun. (B) r : 1 + 1 = 3. (S) Maka beberapa kombinasi dari pernyataan ini adalah: 1. Bumi bukan satu-satunya planet di jagat raya yang mempunyai kehidupan. 296 Bab 5: Logika Secara simbolik ditulis sebagai p dan bernilai salah(S). 2. Satu dekade sama dengan 10 tahun dan 1 + 1 = 3. Ditulis sebagai q ∧ r yang bernilai salah(S). 3. Satu dekade sama dengan 10 tahun atau 1 + 1 = 3. Ditulis sebagai q ∨ r yang bernilai benar(B). 4. Jika satu dekade sama dengan 10 tahun maka 1 + 1 = 3. Ditulis sebagai q → r yang bernilai salah(S). 5. Satu dekade sama dengan 10 tahun jika dan hanya jika 1 + 1 = 3. Ditulis sebagai q ⇔ r yang bernilai salah(S). Contoh 5.2.7 Nyatakan pernyataan berikut dengan simbol dan tentukan apakah benar atau salah. ”Blaise Pascal menemukan sejumlah mesin hitung dan tidak benar bahwa komputer digital elektronik pertama dirakit pada abad ke dua puluh atau π dihitung hingga 1.000.000 angka desimal pada tahun 1954”. Jawaban: Pertama, setiap pernyataan primitif kita beri simbol, misalkan: p : Blaise Pascal menemukan sejumlah mesin hitung. (B) q : Komputer digital elektronik pertama dirakit abad ke dua puluh(B) r : π dihitung hingga 1.000.000 angka desimal pada tahun 1954. (S) Maka pernyataan yang ditanyakan bisa ditulis secara simbolik sebagai (p ∧ q ) ∨ r Untuk selanjutnya, karena Blaise Pascal menemukan mesin hitung (calculator) pada tahun 1642, komputer digital pertama kali dirakit Bab 5: Logika 297 sekitar tahun 1944 dan hingga tahun 1973 tidak pernah π dihitung sampai 1.000.000 angka desimal, maka pernyataan p dan q bernilai benar dan pernyataan r bernilai salah. Jika disubstitusikan ke dalam bentuk simbolik diatas, maka diperoleh (p ∧ q ) ∨ r ⇔ (B ∧ B ) ∨ S ⇔ (B ∧ S ) ∨ S ⇔ S∨ S ⇔S Jadi : pernyataan tersebut diatas bernilai salah. Logika matematika dapat memberikan bimbingan agar dapat memiliki pola pikir yang tepat, akurat, rasional dan kritis. 5.2.6 TABEL KEBENARAN (TRUTH TABLE) Untuk mengevaluasi apakah sebuah pernyataan majemuk benar atau salah kita perlu tabel kebenaran dari kalimat penghubung yang ada dalam pernyataan tersebut. Untuk sembarang pernyataan p dan q, rangkuman tabel kebenaran dari semua penghubung dapat dilihat pada Tabel 5.2.1. Tabel 5.2.1. Tabel kebenaran penghubung p q p p∧q p∨q p→q p⇔q B B S S B S B S S S B B B S S S B B B S B S B B B S S B 298 Bab 5: Logika Logika pernyataan tidak bisa menggambarkan sebagian besar pernyataan dalam matematika dan ilmu komputer. Sebagai ilustrasi, perhatikan pernyataan berikut ” p : n adalah bilangan ganjil ” Pernyataan p bukan sebuah pernyataan karena nilai kebenaran p bergantung pada nilai kebenaran n. Sebagai contoh, p benar jika n=3 dan salah jika n=8. Karena kebanyakan pernyataan dalam matematika dan ilmu komputer menggunakan peubah (variabel), maka kita harus mengembangkan sistem logika yang mencakup pernyataan yang memuat variabel seperti itu. DEFINISI 5.2.6 Misalkan P(x) merupakan sebuah pernyataan yang mengandung variabel x dan D adalah sebuah himpunan. Kita sebut P sebuah fungsi pernyataan (dalam D) jika untuk setiap x di D, P(x) adalah pernyataan. Kita sebut D daerah asal pembicaraan (domain of discourse) dari P. Contoh 5.2.8 Berikut ini beberapa contoh fungsi pernyataan dan himpunan daerah asal : 1. n 2 + 2 n adalah bilangan ganjil, dengan daerah asal himpunan bilangan bulat. Bab 5: Logika 2. 299 x 2 − x − 6 = 0 , dengan daerah asal himpunan bilangan real. 3. Seorang pemain bisbol memukul bola melampaui 300 ft pada tahun 1974, dengan daerah asal himpunan pemain bisbol. Sebuah penghubung (predikat) seringkali menyatakan sebuah hubungan relasional antara: konstanta, variable dan fungsi. Simbol-simbol yang digunakan dalam logika penghubung: Simbol konstanta : a, b, c, d. Simbol variabel : x, y, z, w. Simbol fungsi : f, g, h. Simbol penghubung : P, Q, R, S. Contoh 5.2.9 Beberapa contoh penghubung: 1. 2x+3 ≥ 5, dengan x bilangan bulat positif dapat ditulis sebagai untuk setiap x (bulat positip), P(x) : f(x) ≥ 5 2. x + y ≤ x- y, dengan x dan y bilangan real dapat ditulis sebagai untuk setiap x,y (real), Q(x; y) : f(x; y) ≤ g(x; y) 3. jika x > 0 maka 4x + 1 ≥ 1, dengan x bilangan bulat dapat ditulis sebagai beberapa x (bulat), jika R(x) : x > 0, maka S(x) : h(x) ≥ 1 Contoh pertama, penghubung P(x) menyatakan hubungan relasional antara fungsi f(x) dan konstanta 5. Pada contoh kedua penghubung Q(x; y) menyatakan hubungan relasional antara fungsi f(x; y) dengan fungsi g(x; y). Contoh ketiga memuat penghubung bersyarat 300 Bab 5: Logika ” jika ... maka ... ” dengan premis/hipotesa penghubung R(x) dan konklusi/kesimpulan penghubung S(x). SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 55--22 1. Tentukan ingkaran atau negasi dari setiap kalimat berikut: a) Dua ratus tujuh belas adalah bilangan prima. b) Diagonal ruang pada suatu kubuas ada 4 buah c) Untuk semua sudut x, berlaku cos 2 x + sin 2 x = 1 d) Pulau Matak termasuk wilayah propinsi Kepulauan Riau. e) 49 adalah bilangan kuadrat. 2. Lengkapi tabel kebenaran berikut ini: p q B B B S S B S S p p∧q p∨q p→q p⇔q 3. Diberikan pernyataan-pernyataan sebagai berikut: p : Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong q : Parabola selalu memotong sumbu x. r : nilai sinus suatu sudut maksimal 1. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataannya-pernyataan berikut: a) (p ∧ q ) d) ( p → q) ⇒ q b) (p ∨ r) → p e) (p ∧ q ) ∨ r c) (p ⇒ q ) ∧ q ⇒ r f) (p ∧ q ) → (r → q ) Bab 5: Logika 301 4. Diketahui kalimat terbuka p ( x) = x 2 − 6 x + 15 < 10 . Peubah x berada dalam semesta pembicaraan S = { 0,1,2,3,4,5,6}. Pernyataan p terbentuk dari p(x) dengan cara mengganti x ∈ S. a) Carilah nilai-nilai x ∈ S sehingga p bernilai benar. b) Carilah nilai-nilai x ∈ S sehingga p bernilai benar. c) Jika P adalah himpunan penyelesaian kalimat terbuka p(x) dan P’ adalah himpunan penyelesaian kalimat terbuka p (x) dalam semesta pembicaraan S, gambarlah P,P’,S dalam sebuah diagram Venn. 5. Periksalah kebenaran implikasi berikut. Jika salah berikan contoh kesalahannya. a) Jika x=2 maka 2 x 2 − 5 x + 2 = 0 b) Jika ab>0 maka a>0 dan b>0 5.3 KUANTOR UNIVERSAL DAN KUANTOR EKSISTENSIAL Sebelum lebih jauh ke dalam kontek pembicaran Invers, konvers dan kontra posisi simaklah definisi kuantor universal dan kuantor eksistensial dibawah ini : 302 Bab 5: Logika DEFINISI 5.3.1 : Misalkan P(x) adalah fungsi pernyataan dengan daerah asal D. 1. Pernyataan ”untuk setiap x, P(x)” dikatakan sebagai pernyataan kuantor universal dan secara simbolik ditulis sebagai berikut " ∀ x; P(x) " Simbol ” ∀ ” disebut kuantor universal (universal quantifier). 2. Pernyataan ”untuk beberapa x, P(x)” dikatakan sebagai pernyataan kuantor eksistensial dan secara simbolik ditulis sebagai berikut " ∃ x; P(x) " Simbol ” ∃ ” disebut kuantor eksistensial (existensial quantifier). Jadi pernyataan yang menggunakan kata “ semua” atau “setiap” disebut pernyataan kuantor universal (umum) , sedangkan pernyataan yang menggunakan kata “Beberapa” atau “ada” kuantor eksistensial (khusus). Pernyataan untuk setiap x, P(x) bernilai benar jika untuk setiap x ∈ D, maka P(x) bernilai benar. Pernyataan untuk beberapa x, P(x) bernilai benar jika terdapat sekurang kurangnya satu x ∈ D sehingga P(x) bernilai benar. Jadi untuk mengevaluasi sebuah pernyataan dalam bentuk simbolik dan memuat penghubung, kita harus menetapkan daerah asal dari setiap variabelnya dan memberikan interpretasi (makna) terhadap fungsi dan penghubung yang ada didalamnya. Bab 5: Logika 303 Contoh 5.3.1 Tulislah pernyataan berikut secara simbolik: ”Untuk setiap bilangan bulat positif yang habis dibagi dengan 6 juga habis dibagi dengan 3” Jawaban: Misalkan: Penghubung ”x habis dibagi dengan y” secara simbolik ditulis sebagai P(x,y). Maka penghubung ”x habis dibagi 6 juga habis dibagi 3” secara simbolik dapat ditulis sbb: Jika P(x,6) maka P(x,3) Jadi pernyataan yang ditanyakan secara simbolik dapat ditulis sbb: ∀ x, Jika P(x,6), maka P(x,3) dengan daerah asal himpunan bilangan bulat positif. 5.3.1 NEGASI DARI PERNYATAAN BERKUANTOR Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa negasi adalah ingkaran dari suatu pernyataan p yang dilambangkan dengan p . Selanjutnya dapat dengan mudah dapat dirumuskan bahwa : Negasi dari sebuah kuantor universal pastilah kuantor eksistesial. Negasi dari kuantor eksistensial adalah kuantor universal. Yang dirumuskan sebagai berikut : Negasi kuantor universal : [∀x, P( x)] ≡ ∃x, P( x) Negasi kuantor eksistensial : [∃x, P( x)] ≡ ∀x, P( x) 304 Bab 5: Logika Contoh 5.3.2 Tentukan negasi dari formula yang memuat kuantor berikut: 1. ∃x ∈ R, x 2 − 1 = 0 2. ∀x ∈ R, x 2 + 1 ≥ 0 Jawaban: 1. ∃x ∈ R, x 2 − 1 = 0 suatu pernyataan yang benar. Sedangkan negasi dari pernyataan tersebut adalah: ∃x ∈ R, x 2 − 1 = 0 ≡ ∀x ∈ R, x 2 − 1 ≠ 0 Biimplikasi dengan nilai salah 2. ∀x ∈ R, x 2 + 1 ≤ 0 suatu pernyataan yang salah Sedangkan negasi dari pernyataan tersebut adalah: ∀x ∈ R, x 2 + 1 ≤ 0 ≡ ∃x ∈ R, x 2 + 1 > 0 Biimplikasi dengan nilai benar. 5.3.2 HUBUNGAN INVERS, KONVERS DAN KONTRAPOSISI Untuk melihat hubungan antara implikasi dengan konvers, invers dan kontraposisi perhatikan pernyataan implikasi berikut ini : i. “Jika Fahim seorang mahasiswa maka Fahim lulus SMA”. Dari pernyataan implikasi ini dapat dibuat beberapa pernyataan yang baru : ii.Jika Fahim lulus SMA maka Fahim seorang mahasiswa iii.Jika Fahim bukan mahasiswa maka Fahim tidak lulus SMA Bab 5: Logika 305 iv.Jika Fahim tidak lulus SMA maka Fahim bukan seorang mahasiswa Pernyataan-pernyataan i, ii, iii dan iv dapat ditulis dalam Pernyataanpernyataan komponen dalam lambang sebagai berikut : i. p →q ii. q →p iii. p → q iv. q→ p Pernyataan : q → p disebut Konvers dari implikasi p →q Pernyataan : p → q disebut invers dari implikasi p →q Pernyataan : q → p disebut Kontraposisi dari implikasi p → q Untuk semua nilai kebenaran dari hubungan nilai-nilai kebenaran implikasi, konvers, invers dan kontraposisi dapat diperlihatkan pada table 5.3.1 sebagai berikut : Tabel 5.3.1 : Tabel nilai kebenaran Komponen Implikasi p→q p q p q B B S B S B S S B S B S Konvers q→p invers kontraposisi p→ q→ p q B S B B B S B B S Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut 1) Implikasi ekuivalen dengan kontra posisi. 2) Konvers ekuivalen dengan invers. B S B 306 Bab 5: Logika 5.3.3 DUA BUAH PERNYATAAN MAJEMUK YANG EKUIVALEN Untuk memahami pengertian dua buah pernyataan majemuk yang ekuivalen, perhatikan contoh kalimat berikut ini : p: Boby tidak malas q : boby rajin belajar Dibuat dua buah pernyataan majemuk sebagai berikut: a : Boby tidak malas maka Boby rajin belajar : p → q dengan nilai kebenaran B b : Boby malas atau Boby rajin belajar : p ∨ q dengan nilai kebenaran B. Dari pernyataan-pernyataan a dan b dapat dibentuk biimplikasi : ⇔ b a ⇔ p∨ q p →q atau : dengan nilai kebenaran B. Contoh 5.3.3 Dengan menggunakan tabel kebenaran penghubung maka perlihatkan bahwa pernyataan: ” p → q” ekuivalen dengan pernyataan ”p ∨ q”. Jawaban: p q p→q p ∨q p→q⇔ p ∨ q B B S S B S B S B S B B B S B B B B B B Bab 5: Logika 307 p → q ⇔ p ∨ q. Dari tabel dapat dilihat bahwa : Perhatikan kolom ke 5 dari tabel pada contoh 6.3.1 , selalu bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari tiap pernyataan komponennya. Perkataan majemuk yang bersifat seperti itu dikatakan benar logis yang disebut Tautologi. Tautologi yang berbentuk: a ⇔ b dinamaka Ekuivalen Logis ditulis dengan lambang a ≡ b (dibaca a equivlen b) atau ( a setara dengan b) Sedangkan untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari tiap pernyataan komponennya selalu bernilai salah, perkataan majemuk yang bersifat seperti itu dikatakan Kontradiksi. Berikut ini didefinisikan suatu Tautologi dan kontradiksi. DEFINISI 5.3.2 Tautologi: Sebuah pernyataan dikatakan bernilai Tautologi (valid), jika pernyataan tersebut bernilai benar terhadap setiap pemberian nilai kebenaran bagi setiap variabelnya. DEFINISI 5.3.3 Kontradiksi: Sebuah pernyataan dikatakan bernilai Kontradiksi, jika pernyataan tersebut bernilai salah terhadap setiap pemberian nilai kebenaran bagi setiap variabelnya. 308 Bab 5: Logika Contoh 5.3.4 Tunjukkan bahwa Pernyataan p ∨ p adalah tautologi dan pernyataan p ∧ p adalah kontradiksi Jawab : Untuk menunjukkan bahwa Pernyataan p ∨ p adalah tautology atau bukan dan pernyataan p ∧ p adalah kontradiksi atau bukan harus terlebuh dahulu dicari nilai kebenaran untuk semua kemungkinan nilai kebenaran komponennya. Perhatikan table berikut ini : p p p∨ p p∧ p B S B S S B B S Jelas bahwa pernyataan majemuk: selalu benar p∨ p sedangkan: selalu salah p∧ p Jadi Pernyataan p ∨ p adalah tautologi dan pernyataan p ∧ p adalah kontradiksi. Contoh 5.3.5 Tunjukkan bahwa implikasi ( p → q) ⇒ q bernilai tautology. Jawab Bab 5: Logika 309 Untuk menunjukkan bahwa Pernyataan ( p → q) ⇒ q adalah tautology atau bukan terlebuh dahulu dicari nilai kebenaran untuk semua kemungkinan nilai kebenaran komponennya. Perhatikan tabel berikut ini : p q B B S S B S B S p→q p→q B S B B S B S S q S B S B ( p → q) ⇒ q Pada kolam 6, B B B B nilai selalu benar untuk implikasi : ( p → q) ⇒ q LLaattiihhaann 55..33 1) Tentukan invers, konvers dan kontraposisi dari setiap implikasi berikut ini: a. Jika Taufik Juara All England maka Taufik punya medali. b. Jika Abi pegawai negri maka Abi terima gaji. c. Jika cos nπ = 0 maka n bilangan ganjil. 2) Tentukan pernyataan implikasi yang memiliki : a) invers p → q b) Kontraposisi p → q 3) Tentukan negasi dari setiap pernyataan berkuantor berikut ini : a) Setiap bilangan rasional adalah bilangan real. b) Terdapat bilangan real x sehingga x 2 − 4 x < 0 310 Bab 5: Logika c) Beberapa fungsi kuadrat tidak memotong sumbu x. d) Tidak semua murid di kelas ini yang lolos SPMB. e) Semua segitiga sama sisi mempunyai besar sudut 60o. 4) Jika N = himpunan bilangan asli, C = himpunan bilangan cacah dan R=himpunan bilangan real. Tentukan negasi dari bilangan berkuantor berikut ini : a) ∀x ∈ R, n ∈ N berlaku n x > 0 b) ∃x ∈ R, sehingga 4 < x 2 − 4 x < 10 dan x ∈ N 5) Tunjukkan bahwa implikasi berikut ini adalah Tautologi: a) ( p → q) → p b) p→ p∨q 5.4 SILOGISME, MODUS PONENS DAN MODUS TOLLENS Silogisme Modus Ponens dan Modus Tollens adalah metode atau cara yang digunakan dalam menarik kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terbagi atas beberapa hipotesa yang diketahui nilai kebenarannya yang kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip logika diturunkan suatu kesimpulan (konklusi). Penarikan kesimpulan ini disebut dengan argumentasi. Berpokir yang logis memberikan keamanan dalam bertindak Bab 5: Logika 311 Prinsip-prinsip logika yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan adalah sebagai berikut : i) Argumen dikatakan berlaku atau syah: Jika konjungsi dari hipotesa-hipotesanya berimplikasi dengan kesimpulan ii) Misalkan hipotesa yang diketahui adalah a dan b sedangkan kesimpulannya adalah c, Argumen yang berlaku atau syah: a ∧ b ⇒c iii) Argumen dikatakan berlaku atau syah: Jika hipotesa-hipotesanya benar maka kesimpulannya juga benar. iv) Argumen disusun dengan cara menuliskan hipotesa-hipotesanya barus demi baris kemudian dibuat garis mendatar dan kesimpulan diletakkan baris paling bawah sebagai berikut : a Hipotesa 1 b Hipotesa 2 ∴c Kesimpulan Tanda ∴ c dibaca “Jadi c” atau “Oleh karena itu”. 5.4.1 SILOGISME Proses penarikan kesimpulan yang menggunakan sifat menghantar dari pernyataan implikasi , dilakukan dengan cara menyusun bari-baris : p ⇒q hipotesa 1 q ⇒r hipotesa 2 ∴ p ⇒r kesimpulan 312 Bab 5: Logika dalam bentuk implikasi, silogisme tersebut dapat ditulis menjadi : (p ⇒ q ) ∧ ( q ⇒ r ) ⇒ ( p ⇒ r) dimana syah atau tidaknya kesimpulan, dapat dilihat pada tabel berikut ini: p q r B B B B S S S S B B S S B B S S B S B S B S B S p⇒q q⇒r p⇒r p⇒q ∧ (p q ⇒ r B B S S B B B B B S B B B S B B B S B S B B B B B S S S B S B B → q ⇒ ∧ q → r ) ( p → r) B B B B B B B B Contoh 5.4.1 Tentukan kesimpulan dari argumen berikut : Jika cuaca mendung maka hari akan hujan ............. hipotesa 1. Jika hari akan hujan maka udara terasa sejuk .............hipotesa 2. Jawab : Jika Cuaca mendung maka p Jika maka udara terasa sejuk hipotesa 2 r ∴ p ⇒r Jadi kesimpulannya: ...hipotesa 1 q Hari akan hujan q Hari akan hujan kesimpulan Jika cuaca mendung maka udara terasa sejuk Contoh 5.4.2 Jika x bilangan real, maka x2 ≥ 0.............hipotesa 1. Bab 5: Logika 313 Jika x2 ≥ 0, maka x2+1 ≥ 0.......................hipotesa 2. Jawab : Jika maka x bilangan real p x2 ≥ 0 q Jika maka x2 ≥ 0 q ...hipotesa 1 x2+1 ≥ 0 r hipotesa 2 ∴ p ⇒r kesimpulan Jika x bilangan real maka x2+1 ≥ 0 Jadi kesimpulannya adalah : 5.4.2 MODUS PONENS Proses penarikan kesimpulan yang menggunakan sifat menghantar dari pernyataan implikasi , dilakukan dengan cara menyusun bari-baris : p ⇒q hipotesa 1 p hipotesa 2 ∴q kesimpulan dalam bentuk implikasi, Modus ponens tersebut dapat ditulis menjadi : (p ⇒ q ) ∧ p ⇒ q yaitu konjungsi dari hipotesa-hipotesanya berimplikasi kesimpulan. Modus ponens dikatakan syah atau tidaknya kesimpulan apabila (p ⇒ q ) ∧ p implikasi ⇒ q merupakan sebuah Tautologi. Perhatikan tabel berikut ini: Tabel Tautologi : p q p→q p→ q ∧p (p → q ∧ p ) → q B B B B B B S S S B S B B S B S S B S B 314 Bab 5: Logika Contoh 5.4.3 Tentukan kesimpulan dari argumen berikut : Jika turun hujan maka udara terasa sejuk.............hipotesa 1. Dan turun hujan .............hipotesa 2. Jawab : Jika turun hujan maka p dan udara terasa sejuk ...hipotesa 1 q ....hipotesa 2 turun hujan p ∴q Jadi kesimpulannya adalah : kesimpulan udara terasa sejuk Contoh 5.4.4 Jika x bilangan real, maka x2+1 ≥ 0 .......hipotesa 1. Dan x bilangan real .......hipotesa 2. Bab 5: Logika 315 Jawab : Jika x bilangan real maka x2+1 ≥ 0 p dan ...hipotesa 1 q hipotesa 2 x bilangan real p ∴q kesimpulan Jadi kesimpulannya adalah : x2+1 ≥ 0 5.4.3 MODUS TOLLENS Proses penarikan kesimpulan yang menggunakan sifat menghantar dari pernyataan implikasi, dilakukan dengan cara menyusun bari-baris : p ⇒q hipotesa 1 q hipotesa 2 ∴ p kesimpulan dalam bentuk implikasi, Modus ponens tersebut dapat ditulis sebagai: (p ⇒ q ) ∧ q ⇒ p yaitu konjungsi dari hipotesa-hipotesanya berimplikasi kesimpulan Modus Tollens dikatakan syah atau tidaknya kesimpulan apabila implikasi. (p ⇒ q ) ∧ q ⇒ p merupakan sebuah Tautologi. Perhatikan tabel berikut ini: p q q p→q p→ q ∧ q p (p → q ∧ q ) → p B B S B S S B B S B S S S B S B S B S B B S S B B B B B 316 Bab 5: Logika Cara lain menunjukkan syah atau tidaknya sebuah Modus Tollens adalah dengan mengambil kontra posisi dari argumen sebagai berikut: p ⇒q q⇒ p Kontra posisi : Contoh 5.4.5 Tentukan kesimpulan dari argumen berikut : Jika turun hujan maka udara terasa sejuk.............hipotesa 1. Dan tidak sejuk .............hipotesa 2. Jawab : Jika turun hujan maka p dan ...hipotesa 1 udara terasa sejuk q udara tidak sejuk ....hipotesa 2 q Kontra posisinya adalah: Jika udara tidak sejuk maka Jadi kesimpulannya adalah : Tidak turun hujan Tidak turun hujan Bab 5: Logika 317 Contoh 5.4.6 Jika x bilangan real, maka x2+1 ≥ 0 .......hipotesa 1. Dan x2+1 < 0 .......hipotesa 2. Jawab : Jika x bilangan real p dan maka x2+1 ≥ 0 ...hipotesa 1 q hipotesa 2 x2+1 < 0 q Kontra posisinya adalah: Jika x2+1< 0 maka Jadi kesimpulannya adalah : x bukan bilangan real x bukan bilangan real • RANGKUMAN • Sebuah pernyataan atau proposisi adalah sebuah kalimat deklaratif yang mempunyai tepat satu nilai kebenaran. • Suatu kalimat yang nilai kebenarannya belum dapat dibuktikan disebut kalimat terbuka. • Penghubung kalimat : negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. • Sebuah pernyataan dikatakan bernilai tautologi (valid), jika pernyataan tersebut bernilai benar terhadap setiap pemberian 318 Bab 5: Logika nilai kebenaran bagi setiap variabelnya. Sebuah pernyataan dikatakan bernilai kontradiksi, jika pernyataan tersebut bernilai salah terhadap setiap pemberian nilai kebenaran bagi setiap variabelnya. LLaattiihhaann 55..44 Untuk Soal no 1-3 tentukan kesimpulan tiap argumen berikut! 1) Jika kena air hujan maka aku sakit .......hipotesa1. Aku sakit .......hipotesa2. 2) Jika f(-x) = f(x) maka f(x) fungsi genap .......hipotesa1. f(x) fungsi genap maka f(x) simetri terhadap sumbu x .......hipotesa2. 3) Jika y = ax 2 + bx + c < 0 maka y disebut definit negatip hipotesa1 y bukan definit negatip .......hipotesa2 Untuk Soal no 4-6 periksalah keabsyahan tiap argumen berikut! 4) p ⇒ q hipotesa 1 q⇒r hipotesa 2 ∴ r→p kesimpulan 5) p ∨ q hipotesa 1 q→ p hipotesa 2 ∴q kesimpulan Bab 5: Logika 6) p ⇒ q 319 hipotesa 1 q∨r hipotesa 2 p hipotesa 3 ∴r kesimpulan 6. Fungsi Bab 6 FUNGSI P ernahkah anda memperhatikan gerakan bola yang dilempar ke atas oleh seseorng. Secara tidak langsung ternyata anda telah pemperhatikan gerakan bola tersebut membentuk sebuah fungsi yang disebut dengan Fungsi Parabola (Gambar 6.1.1). Gambar a memperlihatkan sebuah lintasan Parabola jika pengamat berada pada sebuah kereta yang bergerak searah gerakan pelempar bola, sedang gambar b juga memperlihatkan sebuah lintasan Parabola jika dilihat pengamat yang diam di tanah. Pada bab ini akan dibahas materi yang berkaitan dengan fenomena yang diilustrasikan diatas yaitu berkaitan dengan relasi dan fungsi, kemudian dilanjutkan dengan permasalahan yang terkait dengan fungsi yaitu persamaan fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi eksponensial dan fungsi logaritma. 321 322 Bab 6: Fungsi Gambar 6.1.1 Sumber : ”Fisika”Tipler 6.1 FUNGSI DAN RELASI Topik penting yang sering dijumpai dalam matematika adalah relasi dan fungsi. Kedua topik ini muncul karena adanya hubungan atau ketergantungan antara satu besaran dengan besaran lainnya. Seringkali, hubungan ini didapatkan dari permasalahan yang kita hadapi seharihari. Sebagai contoh, adanya hubungan antara pegawai pada suatu perusahaan dengan bagian/departemen tertentu pada perusahaan tersebut, hubungan antara luas lingkaran dengan panjang jari-jarinya, hubungan antara nama-nama siswa dalam suatu kelas dengan kesukaan (hobby)nya, hubungan antara nama-nama kabupaten di suatu propinsi dengan jumlah penduduknya, hubungan antara biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh sebuah pabrik, dan lain-lain. Dari beberapa contoh diatas, dapat dimengerti bahwa suatu relasi terjadi antara satu kelompok tertentu dengan kelompok lainnya, misalnya antara kelompok siswa dengan kelompok hoby. Dalam Bab 6: Fungsi 323 matematika, istilah kelompok ini dikenal dengan istilah himpunan. Setiap himpunan mempunyai anggota (himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong). Dalam penulisannya, suatu himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf kapital (huruf besar), misal A, B, C,.... sedangkan anggota himpunan dinyatakan dengan huruf kecil, misal a, b, c, .... Relasi dari himpunan A ke himpunan B didefinisikan memadankan/memetakan sebagai anggota-anggota aturan himpunan A yang dengan anggota-anggota himpunan B. Untuk memperjelas konsep ini, perhatikan contoh 6.1.1 yang menyatakan relasi antara himpunan siswa dengan himpunan kesukaan: Contoh 6.1.1 A = himpunan siswa dalam suatu kelas = {Agus, Bima, Cakra, Durna} B = himpunan kesukaan = {membaca novel, sepak bola, menonton TV, bermain musik} Relasi antara kedua himpunan misalkan ditentukan berikut: 9 Agus suka membaca novel dan bermain musik 9 Bima menyukai sepakbola 9 Durna suka bermain musik 9 Cakra suka sepakbola dan menonton TV Relasi ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut: 324 Bab 6: Fungsi atau dapat juga dinyatakan dengan himpunan pasangan terurut sebagai berikut: {(Agus, membaca novel), (Agus, bermain musik), (Bima, sepakbola), (Durna, bermain musik), (Cakra, sepakbola), (Cakra, menonton TV)} Fungsi merupakan salah satu bentuk khusus dari relasi. Misalkan A dan B adalah dua himpunan, dimana anggota himpunan B tergantung pada anggota himpunan A. misalkan pula x adalah anggota A dan y adalah anggota B. Fungsi dari A ke B adalah aturan yang memadankan setiap anggota dalam himpunan A dengan tepat pada satu anggota dalam himpunan B. Kita dapat mendefinisikan secara formal dalam definisi 6.1.1 berikut : Definisi 6.1.1: Sebuah fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek x dalam satu himpunan yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai f(x) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh disebut daerah nilai fungsi tersebut. Bab 6: Fungsi 325 Dengan kata lain, pemetaan dari x terhadap y disebut fungsi jika: - untuk setiap x dalam A dapat dicari nilai y dalam B yang merupakan nilai/ pasangannya. Elemen x di A dihubungkan oleh f dengan elemen y di B, ditulis xfy atau y=f(x). - untuk satu x kita mempunyai satu dan hanya satu nilai y. Himpunan A disebut daerah asal atau domain dan himpunan B disebut daerah kawan atau kodomain. Himpunan bagian dari B, misalkan R, yang berisi nilai-nilai yang merupakan hasil dari penerapan fungsi atas anggota dari daerah asal disebut daerah hasil atau range. Untuk memperjelas konsep diatas, perhatikan dua contoh berikut ini. Contoh 6.1.2 Diberikan 3 contoh relasi pada Gambar 6.1.2 (a), (b), dan (c), tentukan mana yang fungsi dan yang bukan fungsi. (a) (b) (c) Gambar 6.1.2 Jawab: Pada Gambar 6.1.2(a) elemen c di daerah asal tidak dipetakan pada daerah hasil, sedangkan Gambar 6.1.2(b) elemen c mempunyai kawan lebih dari satu di daerah hasil maka 2(a) dan 2(b) hanyalah sebuah relasi dan bukan menyatakan fungsi dari A ke B. Pemetaan pada Gambar 6.1.2(c) merupakan fungsi karena kedua syarat fungsi 326 Bab 6: Fungsi dipenuhi. Pada Gambar 6.1.2(c), domain fungsi adalah himpunan A dan kodomainnya adalah B. Karena nilai fungsi hanya 2 dan 3 saja maka range fungsi adalah R = {2, 3}. Contoh 6.1.3 Berdasarkan pengalaman penyelam, tekanan cairan p bergantung pada kedalaman d. Berdasarkan data selama penyelaman yang dilakukan, hubungan antara p dan d tersebut dapat dinyatakan dalam tabel berikut: kedalaman (d) 10 meter 20 meter 30 meter 40 meter 50 meter 60 meter 70 meter 80 meter 90 meter Tekanan cairan (p) 2,1 atm. 3,2 atm. 4,3 atm. 5,4 atm. 6,5 atm. 7,6 atm. 8,7 atm. 9,8 atm. 10,9 atm. Tentukan apakah hubungan tersebut menyatakan fungsi ?. Jawab: Pada contoh diatas, pemetaan dari A ke B dapat digambarkan sebagai berikut : kawan dari 10 adalah 2,1, kawan dari 20 adalah 3,2 dan kawan dari 30 adalah 4,3 dan seterusnya. Hukum fisika juga mengatakan bahwa tekanan cairan p bergantung pada kedalaman d. Jadi tidak mungkin terjadi pada kedalaman yang sama mempunyai tekanan yang berbeda. Jadi f merupakan fungsi yang dapat dituliskan sebagai berikut: f(10) = 2,1, f(20) = 3,2, dan f(30) = 4,3 dan seterusnya. Karena kedalaman yang diperoleh dari data: 0 ≤ d ≤ 90, maka daerah asal (domain) fungsi tersebut yaitu A adalah bilangan positip yang dapat ditulis A={d / 0 ≤ d ≤ 90), daerah kawan (kodomain) fungsi yaitu Bab 6: Fungsi 327 B tekanan adalah lebih atau sama dengan 1 (satu) atau dapat ditulis B={p / 2,1 ≤ p ≤ 10,9}. 6.1.1 JENIS‐JENIS FUNGSI Ditinjau dari cara mengkawankannya, fungsi dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu fungsi injektif, surjektif, dan bijektif. Jenis fungsi tersebut ada kaitannya dengan sifat pemetaan dari daerah asal ke daerah hasil . Ketiga jenis fungsi tersebut adalah : i) Fungsi Injektif ii) Fungsi Surjektif iii) Fungsi Bijektif Definisi 6.1.2 : Misalkan f adalah fungsi dari himpunan A ke B maka: i) Fungsi f disebut injektif jika untuk setiap elemen y di daerah nilai, y paling banyak mempunyai satu kawan dari x di A. Dengan kata lain, fungsi injektif adalah fungsi satu-satu. ii) Fungsi f disebut surjektif jika untuk setiap elemen y di B habis dipetakan oleh anggota himpunan di A. iii) Fungsi f disebut bijektif jika fungsi itu injektif dan surjektif 328 Bab 6: Fungsi Contoh 6.1.4 Diketahui fungsi f dengan aturan pemetaan seperti pada Gambar 8.1.4 Tunjukkan bahwa fungsi tersebut injektif. Gambar 6.1.4 Jawab: Pertama dicari dulu daerah hasil (range) fungsi tersebut yaitu {1,3,4,5} dan kodomain B = {1, 2, 3, 4, 5}. Sekarang kita selesaikan persamaan f(x) = y jika y anggota {1, 3, 4, 5} di daerah hasil. y=1 merupakan pemetaan hanya satu anggota dari daerah asal yaitu x=a. Jika y = 3 merupakan pemetaan hanya satu anggota dari daerah asal yaitu x=b. Demikian juga, jika y = 4, 5 maka merupakan pemetaan hanya satu anggota dari daerah asal yaitu masing-masing c dan d. Dengan demikian, f adalah injektif (fungsi satu-satu). Contoh 6.1.5 Diketahui fungsi f dengan aturan pemetaan seperti pada Gambar 6.1.5. Tunjukkan bahwa fungsi itu surjektif. Bab 6: Fungsi 329 Gambar 6.1.5 Jawab: Dari gambar tampak bahwa A = (a, b, c, d, e } dan B = {1, 2, 3, 4}. Kemudian kita uji persamaan f(x)=y dengan y semua kemungkinan elemen di B. Jika y=1 maka persamaan tersebut merupakan pemetaan f(a)= 1,f(b)=1. Kemudian untuk y=2 merupakan pemetaan dari f(c)=2. Demikian pula untuk y=3 merupakan pemetaan dari f(d)=3 dan untuk y=4 diperoleh dari pemetaan f(e)=4. Karena untuk semua y, persamaan selalu mempunyai jawaban, maka fungsi yang diketahui bersifat surjektif. Contoh 6.1.6 Diketahui fungsi f dengan aturan pemetaan seperti pada Gambar 6.1.6. Perlihatkan bahwa f adalah bijektif 330 Bab 6: Fungsi Gambar 6.1.6 Jawab: Kita harus menguji bahwa persamaan y=f(x) dengan y anggota B harus mempunyai jawab dan banyaknya jawab hanya satu. Dari gambar tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut: Karena untuk setiap y anggota B persamaan y=f(x) selalu merupakan teman pemetaan di x dan paling banyak satu, maka f adalah fungsi yang bersifat bijektif. Bab 6: Fungsi 331 LLaattiihhaann 66..11 1. Diketahui fungsi f ( x) = x − 2 dengan daerah asal D = { x | 0 ≤ x ≤ 5, x ∈ R} a. Tentukan nilai fungsi untuk x = 0, x = 1, x = 2, x = 3, x = 4, dan x=5 b. Gambarkan sketsa grafik untuk fungsi f c. Tentukan apakah fungsi tersebut surjektif, injektif atau bijektif d. Tentukan daerah hasil (kodomain) dari fungsi f 2. Diketahui fungsi f ( x) = x 2 − 9 dengan daerah asal D = { x | 2 ≤ x ≤ 5 dan x ∈ R} a. Tentukan nilai fungsi untuk x = 2, x =3, x = 4 dan x = 5 b. Gambarkan sketsa grafik untuk fungsi f c. Tentukan apakah fungsi tersebut surjektif, injektif atau bijektif d. Tentukan daerah hasil (kodomain) dari fungsi f. 2 3. Tentukan apakah fungsi f ( x) = x , x ∈ R fungsi surjektif, injektif atau bijektif. Bagaimana Anda menentukan domain fungsi supaya fungsi tersebut bersifat bijektif? 4. Tentukan daerah asal alami fungsi-fungsi berikut : a. f ( x) = 3x − 2 d. f ( x) = x2 −1 b. d. f ( x) = x 2 − 2 f ( x) = 5. Misalkan y 2 = x . a. Jika x = 5 , Carilah nilai y. b. Apakah y 2 = x merupakan fungsi. 1 x−2 332 Bab 6: Fungsi 6.2 FUNGSI LINIER Suatu fungsi y=f(x) disebut fungsi linier jika aturan untuk mengawankan antara x dan y yang berbentuk y = mx + b dengan m dan b adalah bilangan real. Daerah definisi dan daerah hasil terbesar dari fungsi ini adalah himpunan bilangan real. Jika fungsi ini dinyatakan dalam bentuk grafik, maka grafik dari fungsi ini akan berbentuk garis lurus, dengan m menyatakan nilai kemiringan garis terhadap sumbu X perpotongan dan b adalah garis dengan sumbu Y. Ciri khas fungsi linier adalah dia tumbuh pada laju tetap. Sebagai contoh, Gambar 6.2.1 menunjukkan grafik fungsi linier y = 2 x − 1 dan tabel nilai fungsi untuk beberapa nilai x. Perhatikan bahwa jika nilai x bertambah 1, maka nilai y bertambah 2. Sehingga nilai y bertambah 2 kali lebih cepat dari x. Jadi, kemiringan grafik y = 2 x − 1 yaitu 2, dapat ditafsirkan sebagai laju perubahan y terhadap x. Nilai x Nilai y = 2 x − 1 Bab 6: Fungsi 333 -1 -3 0 1 2 3 -1 1 3 5 Gambar 6.2.1 6.2.1 MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI LINIER Fungsi linier mempunyai keistimewaan yaitu jika diketahui nilai dari dua anggota, maka aturan keseluruhannya dapat diketahui. Sifat ini serupa dengan garis. Melalui dua titik kita dapat menentukan satu garis. Dengan demikian, untuk menggambar grafik fungsi linier dapat dilakukan dengan cara berikut: i. tentukan dua buah nilai x sembarang, kemudian tentukan nilai y untuk masing-masing nilai x berdasarkan aturan fungsi tersebut, sehingga kita dapatkan dua buah titik yang memenuhi fungsi tersebut j. plot dua titik tersebut pada bidang koordinat, kemudian hubungkan kedua titik tersebut sehingga akan terbentuk garis lurus. Garis lurus inilah grafik fungsi linier y = mx + b 334 Bab 6: Fungsi Untuk memperjelas hal ini, perhatikan contoh berikut. Contoh 6.2.1 Diketahui fungsi linier y = 3 x + 2 . Gambarlah grafik fungsi tersebut. Jawab: Pertama, pilihlah dua titik x, misalkan x=0 dan x=3. Kemudian hitung nilai y untuk masing-masing nilai x. Untuk x = 0 maka y = 3.0 + 2 = 2, sehingga didapatkan titik yang memenuhi fungsi tersebut yaitu (0, 2) dan untuk x = 2 maka y = 3.2 + 2 = 8 sehingga didapatkan titik (2,8). Grafik fungsi y = 3 x + 2 berupa garis lurus, sehingga cukup menghubungkan keduatitik (0,2) dan (2,8), sehingga kita dapatkan grafiknya gambar 6.2.2 Gambar 6.2.2: Grafik fungsi y = 3 x + 2 Bab 6: Fungsi 335 Karena bentuk umum dari fungsi linier y = mx + b merupakan persamaan garis lurus, maka kita bisa menentukan persamaan grafik fungsi linier (garis lurus) dengan beberapa cara, antara lain: - menentukan persamaan garis lurus jika diberikan dua titik yang dilalui garis tersebut - menentukan persamaan garis lurus jika diketahui gradien dan satu titik yang dilalui garis tersebut - menentukan persamaan garis lurus jika diketahui grafiknya Seperti dijelaskan diatas, pada persamaan garis lurus y = mx + b , nilai m merupakan kemiringan garis terhadap sumbu X atau lebih dikenal dengan istilah gradien garis lurus tersebut. Sebagai contoh, persamaan garis y = 3 x + 2 mempunyai gradien 3 dan persamaan y = − x − 3 mempunyai gradien -1. Jadi, untuk menentukan persamaan garis lurus, kita harus bisa menentukan dan mendapatkan gradien garis tersebut (Gambar 6.2.3). Misalkan garis ini melalui dua titik A ( x1 , y1 ) dan B ( x 2 , y 2 ) . Dari gambar tersebut dapat diperoleh kemiringan garis tersebut. Untuk mendapatkan gradien garis lurus, perhatikan gambar garis lurus berikut: Gambar 6.2.3 336 Bab 6: Fungsi Dari gambar garis lurus diatas, dapat dibuat suatu segitiga siku-siku ACB. Dapat ditunjukkan bahwa gradien garis lurus adalah: dengan . Contoh 6.2.2 Tentukam Gradien garis yang melalui titik-titik A(0, 2) dan B(2, 8) Jawab: Gradien garis yang melalui titik-titik A(0, 2) dan B(2, 8) adalah 6.2.2 PERSAMAAN GARIS LURUS YANG MELALUI SEBUAH TITIK DENGAN GRADIEN DIKETAHUI Melalui sebuah titik sebarang dapat dibuat tak berhingga garis, tetapi melalui satu titik dan satu kemiringan hanya dapat dibuat satu garis. Bagaimana cara mendapatkan Garis L : y = mx + b yang melalui sebuah titik A ( x1 , y1 ) dengan gradien m. Misalkan B ( x, y ) adalah sebarang titik pada garis L maka pastilah persamaan garis itu adalah : y = mx + b Bab 6: Fungsi 337 Oleh karena persamaan garis lurus tersebut melalui sebuah titik A ( x1 , y1 ) maka ( x1 , y1 ) memenuhi persamaan garis L : y = mx + b sehingga Dari kedua y1 = mx1 + b persamaan yang kita peroleh, disubtitusikan : y − mx = y1 − mx1 atau (6.2.1) 6.2.3 PENENTUAN PERSAMAAN GARIS LURUS YANG MELALUI DUA TITIK Seperti dijelaskan diatas, komponen penting dalam persamaan garis y = mx + b adalah gradien garis (m) dan komponen perpotongan dengan sumbu Y yaitu y(0)=b. Untuk mendapatkan persamaan garis lurus yang melalui dua titik A dan B, kita bisa menentukan nilai m terlebih dahulu dengan rumus pencarian gradien yang melalui satu titik dengan cara sebagai berikut: Misalkan persamaan garis y = mx + b . Melalui titik ( x1 , y1 ) maka persamaan y = mx + b berlaku untuk pasangan ( x1 , y1 ) sehingga y1 = mx1 + b diperoleh b = y1 − mx1 . Oleh karena itu persamaan garis yang melalui titik mempunyai gradien m adalah : y = mx + b y = mx + ( y1 − mx1 ) y − y1 = mx − mx1 ) (x1 , y1 ) dan 338 Bab 6: Fungsi y − y1 = m ( x − x1 ) Dengan cara yang sama kita bisa juga mendapatkan persamaan garis lurus yang melalui titik B ( x 2 , y 2 ) adalah: y − y 2 = m( x − x 2 ) yang akan menghasilkan persamaan dari sebuah garis yang sama. Dengan mensubtitusikan kedua persamaan yang didapat, kita peroleh persamaan garis melalui dua buah titik : (8.2.2) 6.2.4 KEDUDUKAN DUA BUAH GARIS LURUS Misalkan ada dua buah garis lurus L1 : y1 = m1 x + b L2 : y 2 = m 2 x + b dan Kedudukan L1 terhadap L2 tergantung pada tangen arah kedua garis tersebut, yaitu m1 dan m2 yang dapat diuraikan pada sifat kedudukan dua buah garis lurus sebagai berikut : i. Jika m1 = m2 maka kedua garis L1 dan L2 saling sejajar. ii. Jika m1· m2 = -1 maka kedua garis L1 dan L2 saling tegak lurus. iii. Jika dan berpotongan. 6.2.5 INVERS FUNGSI LINIER maka kedua garis Bab 6: Fungsi 339 Jika hasil pemetaan fungsi y = f(x) dipetakan lagi oleh pemetaan g hasilnya kembali ke titik semula yaitu x, g(f(x))=x maka g dikatakan invers dari f. Salah satu ide menentukan invers y = f(x) adalah mengubah x sebagai fungsi dari y, yaitu x = g(y). Kadang-kadang proses seperti itu merupakan proses yang mudah atau ada kalanya cukup rumit. Namun untuk fungsi linier, proses mengubah y = f(x) menjadi x = g(y) cukuplah sederhana. Sebagai contoh fungsi linier y = 5x + 1 ( y = f(x) ) Mengubah x sebagai fungsi dari y: ( x = g(y) ) Perhatikan x = g(y), jika x diganti dengan y dan y diganti dengan x diperoleh fungsi y = g(x), proses yang demikian ini merupakan proses menentukan fungsi invers. Jadi y = g(x) invers dari y = f(x) dan y = f(x) invers dari y = g(x). Secara formal fungsi invers diberikan sebagai berikut : Definisi 6.3 : Jika y=f(x) dan y=g(x) adalah fungsi dan jika f(g( x)) = x atau g(f( x)) = x maka f invers dari g atau g invers dari f . Contoh 6.2.3 Dapatkan persamaan garis lurus yang melalui titik-titik A(0, 2) dan B(2, 8). Jawab: 340 Bab 6: Fungsi Menentukan persamaan garis lurus melewati titik A(0, 2) dan B(2, 8) adalah sebagai berikut : y − y2 x − x2 = y1 − y 2 x1 − x 2 y−2 x−0 = 8−2 2−0 y = 3x + 2 Contoh 6.2.4 Tentukan apakah garis-garis berikut sejajar, berpotongan, jika berpotongan tentukan titik potongnya. p: ; r: ; s : Jawab : p : 2 y = 6 x + 2 mempunyai gradien m = 3 r : y=− 1 1 x + 1 mempunyai gradien m = 3 3 s : y = −2 x − 1 mempunyai gradien m = -2 Jadi garis p berpotongan secara tegak lurus dengan garis r , dan garis p berpotongan dengan garis s, garis r berpotongan dengan garis s. Titik potong garis p dan r adalah (0,1) Titik potong garis p dan s adalah Titik potong garis r dan s: Bab 6: Fungsi 341 Contoh 6.2.5 Tentukan invers dari fungsi f(x) = − 1 x + 1 dan jika diketahui 2 Jika f -1(x) = 5 tentukan nilai x. Jawab: y= − dan 1 x + 1 maka x = 2(1 − y ) Jadi 2 x = f( f -1(x)) = f( 5 ) = − f -1(x) = 2 – 2 x . 3 2 LLaattiihhaann 66..22 1. Tentukan aturan fungsi linear yang mempunyai nilai 2 di x = -3 dan mempunyai nilai -2 di x = -1. 2. Diketahui persamaan garis y = 3 x − 2 (a). Tentukan gradien dan titik potong fungsi pada sumbu y (b) Ujilah apakah titik (-2,-8) terletak pada garis tersebut. (c) Jika koordinat pertama titik pada (a) ditambah satu, bagaimana nilai dari koordinat kedua. 3. Gambarkan sketsa grafik untuk fungsi-fungsi linier berikut: (a). y = − 3 x + 5 (b). y = − 3 x−4 2 342 Bab 6: Fungsi (c). y = x + 2 5 (d). 2 y = 3 x − 5 4. Dapatkan kemiringan sisi-sisi segi tiga dengan titik sudut- titik sudut (-1,2), (6.5) dan (2,7). 5. Diketahui persamaan garis dan titik (a, b) pada garis tersebut. Jika koordinat pertamakita tambah satu, maka koordinat kedua akan bertambah 4. Tentukan pertambahan/pengurangan koordinat kedua jika koordinat pertama ditambah 2. 6. Berdasarkan pengalaman penyelam, tekanan cairan p bergantung pada kedalaman d yang memenuhi rumus p = kd + 1 dengan k konstan. (a) Hitunglah tekanan pada permukaan cairan. (b) Jika tekanan pada kedalaman 100 meter adalalh 11 atm, hitunglah tekanan pada kedalaman 50 meter. 7. Pengelola sebuah pasar kaget pada akhir minggu mengetahui dari pengalaman bahwa jika ia menarik x dolar untuk sewa tempat di pasar itu, maka banyaknya lokasi y yang dapat disewakan diberikan dalam bentuk persamaan y = 200 − 4 x (a).Sketsalah grafik fungsi linier (Perhatikan bahwa sewa tiap lokasi dan banyaknya lokasi yang disewakan tidak dapat bernilai negatip) (b).Apa yang dinyatakan oleh kemiringan perpotongan sumbu-y dan perpotongan sumbu-x dari grafik? 8. Kaitan antara skala suhu Fahrenheit (F) dan Celsius (C) diberikan oleh fungsi linier F = 9 C + 32 . 5 (a). Sketsalah grafik fungsi F (b). Berapa kemiringan grafik dan apa yang dinyatakannya? Bab 6: Fungsi 343 9. Suatu titik mula-mula berada pada posisi ((7.5), bergerak sepanjang garis dengan kemiringan m = -2 ke posisi baru (x , y) a). Dapatkan nilai y jika x = 9. b). Dapatkan nilai x jika y = 12. 10. Klasifikasikan garis-garis yang diberikan : sejajar, tegak lurus atau tidak keduanya. a) dan dan b) c) dan d) dan 6.3 FUNGSI KUADRAT Fungsi dari Garis lengkung menarik untuk dipelajari fungsi yang mempunyai yang adalah bentuk persamaan kuadrat. Di alam ini yang secara tidak langsung lengkungan yang mempunyai bentuk persamaan kuadrat telah anda kenal adalah bentuk-bentuk pada jembatan gantung, daun jendela yang lengkung, jarak yang ditempuh oleh lemparan Gambar 6.3.1 Lintasan Bola berupa Parabola 344 Bab 6: Fungsi bola secara vertical terhadap waktu (Gambar 6.3.1) dan masih banyak lagi contoh contoh fungsi kuadrat. Grafik fungsi kuadrat ini disebut parabola. Parabola diperoleh dengan menentukan tempat kedudukan atau himpunan semua titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah garis l dan sebuah titik (Gambar 6.3.2). Titik tetap tersebut dikatakan focus dan garis tersebut dikatakan Garis arah. Jika fokus F disebelah atas titik asal, misalkan di ( 0, p ) , garis arah kita ambil di sebelah bawah titik asal dengan persamaan y = − p , dan jika suatu titik ( x , y ) terletak pada lengkungan parabola jika dan hanya jika ( x − 0) 2 + ( y − p) 2 = ( x − 0) 2 + ( y − (− p)) 2 atau ekivalen dengan (6.3.1) Gambar (6.3.2) Bab 6: Fungsi 345 Persamaan (6.3.1) disebut bentuk baku sebuah persamaan parabola yang terbuka ke atas. Jika p > 0 maka p merupakan jarak dari fokus ke puncaknya. Fungsi kuadrat mempunyai 2 jenis baku yang berbentuk Parabola, tergantung dari terbukanya parabola mengarah kemana. Misalkan persamaan parabola diberikan oleh x 2 = 4 py , jika p > 0 maka parabola terbuka keatas dan jika p < 0 maka terbuka kebawah. Kedua jenis parabola itu dapat dilihat pada Gambar 6.3.3. Gambar 6.3.3 Contoh 6.3.1 : Tentukan fokus dan garis arah parabola serta sketsa parabolanya untuk x 2 = −16 y . persamaan Penyalesaian : Oleh karena persamaan parabola diketahui x 2 = −16 y maka parabola terbuka ke bawah dan puncaknya berada di titik asal. Fokus diperoleh dari nilai p untuk persamaan x 2 = 4 py . Dari x 2 = −16 y diperoleh x 2 = 4( −4) y , maka p = -4. Sehingga fokus berada di ( 0,-4), dan garis arahnya adalah y = 4. 346 Bab 6: Fungsi 6.3.1 BENTUK UMUM PARABOLA Bentuk umum persamaan fungsi kuadrat (parabola) yang mempunyai puncak di (q,r) adalah : ( x − q) 2 = 4 p( y − r ) (6.3.2) Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk ekivalen : (6.3.3) dengan a= - 1 r r 2 − 4 pq , b= , c= . 4p 2p 4p Persamaan (6.3.3) merupakan persamaan kuadrat dalam x yang grafiknya berupa parabola. dengan a, b dan c bilangan real diketahui dan a ≠ 0 . Daerah asal terbesar dari fungsi kuadrat ini adalah seluruh bilangan real. Jika tidak dibatasi nilainya, fungsi ini mempunyai daerah asal seluruh bilangan real. Grafik parabola memiliki satu diantara dua bentuk yang ditunjukkan gambar (6.3.4) tergantung koefisien variabel Bab 6: Fungsi 347 yang berpangkat dua. Parabola dengan Persamaan (6.3.3) terbuka keatas jika a > 0, terbuka ke bawah jika a < 0. Dengan demikian untuk persamaan x = ay 2 + by + c merupakan parabola yang terbuka ke kanan jika a > 0, terbuka ke kiri jika a < 0. (Persamaan x = ay 2 + by + c bukan termasuk fungsi, tetapi suatu relasi yang gambarnya berupa parabola). Nilai fungsi pada suatu titik x = t dapat dihitung dengan mengganti x dengan t. Sebagai contoh, adalah fungsi kuadrat dengan a = 2, b = 1 dan c = -3. Nilai f(x) untuk x = 2 adalah . Sekarang kita tinjau kembali fungsi kuadrat yang mempunyai bentuk . paling sederhana yaitu fungsi yang mempunyai aturan Grafik fungsi ini terletak di atas sumbu X sebab untuk semua nilai x, fungsi bernilai positif. Karena nilai fungsi untuk x = t sama dengan x = -t, maka grafik fungsi ini simetri terhadap sumbu Y . Selanjutnya sumbu Y disebut sumbu simetri. Titik (0,0) merupakan titik paling rendah/minimum dan disebut titik balik atau puncak parabola. Sebutan yang biasa dari grafik parabola ini adalah membuka ke atas dengan titik balik minimum (0,0). Grafik dari fungsi kuadrat dengan aturan f(x)=ax2 serupa dengan grafik f(x) = x2, dapat diperoleh dari x2 dengan mengalikan setiap koordinat dengan a. Grafik f(x) = ax2 dengan a>0 akan membuka ke atas. Sedangkan grafik f(x) = ax2 dengan a < 0 akan membuka ke bawah. (perhatikan Gambar 6.3.4) 348 Bab 6: Fungsi Gambar 6.3.4. Grafik beberapa fungsi y = ax2 6.3.2 MENENTUKAN PUNCAK, PERSAMAAN SUMBU SIMETRI DAN KOORDINAT FOKUS SUATU PARABOLA Grafik parabola memiliki satu diantara dua bentuk yang ditunjukkan dalam Gambar 6.3.5, tergantung apakah a positip atau a negatip. Dalam kedua kasus parabola tersebut simetri terhadap garis vertikal yang sejajar sumbu Y. Garis simetri ini memotong parabola pada suatu titik yang disebut puncak parabola. Puncak tersebut merupakan titik terendah (minimum) pada kurva jika a > 0 dan titik tertinggi (maksimum) jika a < 0. Koordinat-x dari puncak, atau disebut juga titik ekstrim. Parabola mempunyai Persamaan Sumbu Simetri diberikan oleh rumus: x=− b 2a (6.3.4) Bab 6: Fungsi 349 Puncak Parabola pastilah berada pada sumbu simetri, sehingga b b 2 − 4ac ,− ) koordinat puncak parabola : ( x, y ) = ( − 2a 4a (6.3.5) Fokus parabola : (6.3.6) Dengan bantuan rumus ini, grafik yang cukup akurat dari suatu persamaan kuadratik dalam x dapat diperoleh dengan menggambarkan puncak dan titik potong dengan sumbu-sumbu koordinatnya atau dua titik pada tiap sisinya. Seringkali perpotongan parabola f ( x) = ax 2 + bx + c dengan sumbu-sumbu koordinat penting untuk diketahui. Perpotongannya dengan sumbu-Y, y = c, didapat langsung dengan memberikan x = 0. Untuk mendapatkan perpotongan-x, jika ada, haruslah diberikan y = 0 dan kemudian menyelesaikan persamaan kuadrat yang dihasilkan dari ax 2 + bx + c = 0 . 350 Bab 6: Fungsi Gambar 6.3.5 Contoh 6.3.2 Gambarkan grafik parabola dan tandai puncak dan perpotongannya dengan sumbu-sumbu koordinat. a) y = x 2 − 3 x − 4 b) y = − x 2 + x Penyelesaian : a) Grafik fungsi y = x 2 − 3 x − 4 mempunyai : Sumbu Simetri : x = − Puncak di ( x, y ) = ( b − ( −3) 3 =− = 2a 2 .1 2 3 (−3) 2 − 4.1.(−4) 3 25 ,− ) = ( ,− ) 2 4.1 2 4 Titik potong dengan sumbu-sumbu koordinat: Dengan sumbu Y : Dengan sumbu X : Atau x = 0 ⇒ y = −4 y = 0 ⇒ 0 = x 2 − 3x − 4 0 = ( x − 4 )( x + 1) Jadi titik potong dengan sumbu X di ( 4,0) dan ( −1.0) , dengan sumbu Y di ( 0, − 4 ) Bab 6: Fungsi b) 351 Grafik fungsi y = − x 2 + x mempunyai : Sumbu Simetri : x = − Puncak di ( x, y ) = ( b 1 1 =− = 2a 2(−1) 2 1 1 1 (1) 2 − 4.( −1).0 )=( , ) ,− 2 4 4.(−1) 2 Titik potong dengan sumbu-sumbu koordinat: Dengan sumbu Y : x=0⇒ y =0 Dengan sumbu X : y = 0 ⇒ 0 = −x2 + x atau x = 0, x =1 Jadi titik potong dengan sumbu di (0,0) dan (1.0) 352 Bab 6: Fungsi Contoh 6.3.3 Diketahui kurva parabola pada gambar berikut : Tentukanlah persamaan parabola gambar disamping. Penyelesaian : Parabola terbuka kebawah, tentulah koefisien dari x2 bernilai negatip. Dari sumbu simetri : x = 1, maka 1 = − b ⇒ −2 a = b 2a y = ax 2 + bx + c = ax 2 + (−2a ) x + c Grafik melalui (1,3) maka 3 = a (1) + ( − 2 a )(1) + c ⇒ c = 3 + a Bab 6: Fungsi 353 Jadi persamaannya menjadi : y = ax 2 + (−2a ) x + (3 + a ) Grafik melalui (-1,0) , maka 0 = a + 2 a + (3 + a ) 3 9 −3 , selanjutnya diperoleh b = , c = . 4 2 4 atau a = Jadi persamaan parabola dari grafik yang diberikan tersebut adalah: y= 9 −3 2 3 x + x + atau 4 y = −3 x 2 + 6 x + 9 4 2 4 Contoh 6.3.4 Tentukan persamaan parabola dan focus jika puncak paraboal di titik asal, yang melalui (-2,4) dan terbuka ke bawah. Gambarkanlah parabola tersebut. Penyelesaian : Bentuk persamaan parabola yang terbuka ke bawah dengan puncak di titik asal adalah : x 2 = −4 py . Oleh karena parabola melalui (2,-4) maka (2) 2 = −4 p(−4) , Atau p = 4. Jadi persamaan yang dicari adalah x 2 = −16 y . Grafiknyasebagai berikut : 354 Bab 6: Fungsi Contoh 6.3.5 Grafik dari gerakan Bola yang dilempar lurus ke atas dari permukaan bumi pada waktu t = 0 detik jika diberikan kecepatan awal 24,5 m/det jika gesekan udara diabaikan dapat ditunjukkan bahwa jarak s (dalam meter) dari bola itu ke tanah setelah t detik diberikan oleh persamaan parabola : s = −4,9 t 2 + 24,5 t (6.3.7) a) Gambarkan grafik s terhadap t . b) Berapakah tinggi maksimum bola tersebut. Penyelesaian : a) Persamaan (6.3.7) mempunyai bentuk (6.3.3) dengan : a= -4,9 < 0 jadi parabola terbuka ke bawah , b = 24,5 dan c = 0. Sumbu simetri : t = − 24,5 b = 2,5 det. = − 2 .(-4,9) 2a Bab 6: Fungsi 355 Dan akibatnya koordinat-s dari puncak parabola adalah : (t , s ) = ( − atau 24,5 2 − 4( −4,9)(0) b b 2 − 4ac ,− ) = ( 2,5; − ) 2a 4a 4( −4,9) (t , s ) = ( 2,5 ; 30,625) Koordinat titik potong dengan sumbu t jiak s = 0 : 0 = −4,9 t 2 + 24,5 t atau 0 = 4,9 t ( 5 − t ) diperoleh: t = 0 atau t = 5. Dari informasi puncak dan perpotongan dengan sumbu koordinat diperoleh grafik parabola Gambar 6.3.6. b) Oleh karena puncak di (t , s ) = ( 2,5 ; 30,625) , maka tinggi maksimum lemparan bola adalah s ≅ 30,6 (Gambar 6.3.6) 356 Bab 6: Fungsi Sebuah sifat geometri sederhana dari parabola dijadikan dasar penggunaan dalam ilmu teknik. Menurut prinsip ilmu fisika, cahaya yang datang ke permukaan yang mengkilap, maka sudut datang sama dengan sudut pantul. Sifat parabola dan prinsip fisika ini dipakai untuk membuat lampu sorot dimana sumber cahaya lampu diletakkan pada fokus. Sebaliknya sifat ini digunakan pula dalam teleskop tertentu dimana cahaya masuk yang semua sejajar dan datang dari bintang di fokuskan pada suatu titik yaitu fokus parabola. Contoh 6.3.6 Buatlah sketsa grafik dari fungsi 2 (a). y = x − 2 x − 2 2 (b). y = − x + 4 x − 5 Penyelesaian : a). Persamaan y = x 2 − 2 x − 2 merupakan persamaan kuadrat dengan a = 1, b = -2, dan c = -2, sehingga sumbu simetri atau koordinat-x dari puncaknya adalah: x=− b =1 2a Menggunakan nilai ini dan dua nilai pada tiap sisi (lihat tabel), diperoleh hasil grafik fungsi pada Gambar 6.3.7. Bab 6: Fungsi 357 Gambar 6.3.7 b) Persamaan y = −x 2 + 4x − 5 merupakan persamaan kuadrat dengan a = -1, b = 2, dan c = -2, sehingga dengan koordinat-x dari puncaknya adalah x=− b =2 2a Menggunakan nilai ini dan dua nilai pada tiap sisi (lihat tabel), diperoleh hasil grafik fungsi pada Gambar 6.3.8. Gambar 6.3.8 Grafik fungsi y = − x + 4 x − 5 2 358 Bab 6: Fungsi LLaattiihhaann 66..33 Gambarkan grafik parabola dan tandai koordinat puncak (ekstrim) dan perpotongannya dengan sumbu-sumbu koordinat. Tentukan jenis titik puncak, apakah titik minimum atau maksimum untuk soal nomor 1 sampai dengan 12. 1. y = x2 + 2 2. y = x2 − 3 3. y = x 2 + 2x − 3 4. y = x 2 − 3x − 4 5. y = −x 2 + 4x + 5 6. y = −x2 + x 7. y = ( x − 2) 2 8. y = (3 + x ) 2 9. x 2 − 2x + y = 0 2 10. x + 8 x + 8 y = 0 2 11. y = 3 x − 2 x + 1 2 12. y = x + x + 2 13. Tentukan nilai a jika harus memenuhi syarat yang diharuskan: 2 (a). g ( x) = 2 x − (a + 2) x − 3 , grafik mempunyai sumbu simetri di x = −1 . 2 (b). h( x) = − x − 3x + 5a − 1 , grafik mempunyai titik balik di 1 (− ,1) . 6 14. Bola yang dilempar lurus ke atas dari permukaan bumi pada waktu t = 0 detik jika diberikan kecepatan awal 32 m/det jika gesekan udara diabaikan diberikan oleh persamaan s = 32 t − 16 t 2 . a) Gambarkan grafik s terhadap t . b) Berapakah tinggi maksimum bola tersebut. parabola : Bab 6: Fungsi 359 6.4 APLIKASI UNTUK EKONOMI Tiga fungsi yang penting dalam ekonomi adalah : C(x) =Total biaya produksi x unit produk selama periode waktu tertentu R(x) =Total hasil penjualan x unit produk selama periode waktu tertentu. P(x) = Total keuntungan penjualan x unit produk selama periode waktu tertentu. Fungsi-fungsi itu secara berturut-turut disebut fungsi biaya, fungsi pendapatan dan fungsi keuntungan. Jika semua produk terjual, hubungan fungsi-fungsi itu adalah : P(x) = R(x) - C(x) [Keuntungan] = [Pendapatan] – [ biaya] Total biaya C(x) untuk produksi x unit dapat dinyatakan sebagai penjumlahan : C(x) = a + M(x) (6.4.1) Dengan a konstanta, disebut overhead dan M(x) adalah fungsi biaya pembuatan. Overhead, merupakan biaya tetap tetapi tidak tergantung pada x, pelaku ekonomi harus membayar tetap jika tidak ada produksi, misalnya biaya sewa dan asuransi. Disisi lain biaya pembuatan M(x) tergantung pada jumlah item pembuatan, contoh biaya material dan buruh. Ini menunjukkan bahwa dalam ilmu ekonomi penyederhanaan asumsi yang tepat M(x) dapat dinyatakan dalam bentuk M(x) = bx + cx2 Dengan b dan c konstanta. Subtitisi pada (6.4.1) menghasilkan : C(x) = a + bx + cx2 (6.4.2) 360 Bab 6: Fungsi Jika perusahaan perakitan dapat menjual semua item-item produksi denga p rupiah per biji, maka total pendapatan R(x) menjadi R(x) = px Dan total keuntungan : P(x) = [total pendapatan] – [total biaya] P(x) = R(x) P(x) = px - R(x) C(x) Jadi, jika fungsi biaya diberikan pada (6.4.2), maka P(x) = px - (a + bx + cx2) (6.4.3) Tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah pekerja, jumlah mesin yang tersedia, kondisi ekonomi dan persaingan, batas atas l pada jumlah item-item yang sanggup diproduksi dan dijual. Jadi selama periode waktu tetap peubah x pada (6.4.3) akan memenuhi : 0≤ x≤l Persamaan (6.4.3) merupakan suatu persamaan kuadrat dalam x, yang mana nilai optimum dapat ditentukan , yaitu nilai fungsi pada sumbu simetri. Dengan menentukan nilai-nilai x pada [0,l] yang memaksimumkan (6.4.3) perusahaan dapat menentukan berapa banyak unit produksi harus dibuat dan dijual agar menghasilkan keuntungan terbesar. Masala ini diilustrasikan dalam contoh berikut: Contoh 6.4.1 Pinicilin berbentuk cair dibuat oleh suatu perusahaan farmasi dan dijual borongan dengan harga Rp 2 000 per unit. Jika total biaya produksi untuk x unit adalah: C(x) = 5 000 000 + 800 x + 0,003 x2 Bab 6: Fungsi 361 Dan jika kapasitas produksi terbesar dari perusahaan 300 000 unit dalam waktu tertentu. Berapa banyak unit-unit pinicilin harus dibuat dan dijual agar memperoleh keuntungan maksimum ? Penyelesaian: Karena total penghailan untuk penjualan x unit adalah R(x) = 2 000 x , keuntungan P(x) pada x unit menjadi : P(x) = R(x) + C(x) = 2 000 x – (5 000 000 + 800 x + 0,003 x2) P(x) = - 0,003 x2 + 1 200 x– 5 000 000 Dan karena kapasitas produksi terbesar adalah 300 000 unit, berarti x harus terdapat pada selang [0 , 300 000]. Sumbu simetri dari fungsi keuntungan : x=− 1200 = 200.000 2(−0,003) Oleh karena titik x = 200.000 berada dalam selang [0 , 300 000] maka keuntungan maksimum harus terjadi pada titik balik/puncak kurva parabola yaitu di x = 200.000 dengan koordinat puncak parabola :: b b 2 − 4 ac ,− ) 2a 4a (1 .200 ) 2 − 4 ( − 0 ,003 )( − 5 .000 .000 ) ) = ( 200 000 ; − 4 ( − 0 ,003 ) ( x , P ( x )) = ( − (144 .10 4 − 6 .10 4 ) ) − 12 .10 − 3 138 .10 4 = ( 200 .000 ; ) 12 .10 − 3 = ( 200 .000 ;115 .10 7 ) = ( 200 000 ; − Jadi keuntungan maksimum P(x) = Rp 1,15.10 9 terjadi x=200.000 unit diproduksi dan dijual dalam waktu tertentu. pada 362 Bab 6: Fungsi • RANGKUMAN • Fungsi f disebut injektif jika untuk setiap elemen y di daerah nilai, y paling banyak mempunyai satu kawan dari x di A. Fungsi f disebut surjektif jika untuk setiap elemen y di B habis dipetakan oleh anggota himpunan di A. Fungsi f disebut bijektif jika fungsi itu injektif dan surjektif • Persamaan garis lurus berbentuk: , , dengan m adalah kemiringan garis. • Jika y=f(x) dan y=g(x) adalah fungsi dan f(g( x)) = x atau g(f( x)) = x maka f invers dari g atau g invers dari f . • Fungsi kuadrat (parabola) mempunyai bentuk LLaattiihhaann 66..44 1. Perusahaan Kimia menjual asam sulfur secara borongan dengan harga 100 / unit. Jika total biaya produksi harian dalam ribuan rupiah untuk x unit adalah Bab 6: Fungsi 363 C(x) = 100.000 + 50 x + 0,0025 x2 Dan jika kapasitas produksi terbesar dari perusahaan 7 000 unit dalam waktu tertentu. a) Berapa banyak unit-unit asam sulfur harus dibuat dan dijual agar memperoleh keuntungan maksimum ?. b) Apakah akan menguntungkan perusahaan apabila kapasitas produksi perusahaan ditambah? 2. Perusahaan menentukan bahwa x unit produksi dapat dijual harian pada harga p rupiah per unit, dimana : x = 1000 – p Biaya produksi harian untuk x unit adalah : C(x) = 3.000 + 20 x (a) Tentukan fungsi penghasilan R(x). (b) Tentukan ungsi keuntungan P(x) (c) Asumsikan bahwa kapasitas produksi paling banyak 500 unit/hari, tentukan berapa banyak unit yang harus diproduksi dan dijual setiap hari agar keuntungan maksimum. (d) Tentukan keuntungan maksimum. (e) Berapa garga per unit harus ditentikan untuk memperoleh keuntungan maksimum. 3. Pada proses pembuatan kimia tertentu tiap hari berat y dari kerusakan keluaran kimia yang larut bergantung pada total berat x dari semua keluaran yang didekati dengan rumus : y(x) = 0,01 x + 0,00003 x2 dengan x dan y dalam kg. Jika keuntungan Rp 1 juta per kg dari kimia yang tidak rusak dan rugi Rp 200.000 per kg dari produksi 364 Bab 6: Fungsi kimia yang rusak, berapa kg seharusnya produk kimia diproduksi tiap hari agar keuntungan maksimum. c. Suatu perusahaan menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh bergantung pada jumlah pemakaian uang untuk pemasangan iklan, Berdasarkan survey jika perusahaan menggunakan x rupiah untuk iklan maka keuntungan yang diperoleh adalah Tentukan jumlah uang yang harus dipakai untuk pemasangan iklan agar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. d. Sebidang lahan ingin dipagari dengan syarat kelilingnya adalah 100 meter. Dengan demikian luas persegi panjang dengan keliling tersebut dapat dinyatakan dalam L ( m 2 ) adalah : L = x (50 − x ) a) Tentukan Domain dari fungsi luasan tersebut. b) Tentukan luas terbesar yang dapat dibuat oleh kawat tersebut. Bab 7 BARISAN DAN DERET 7. Barisan dan Deret Bab ini berisi kajian mengenai “barisan dan deret”. Materi dalam bab ini mempunyai aplikasi yang luas dalam rekayasa dan sains serta merupakan dasar untuk beberapa cabang matematika. Misalkan kita mempunyai permasalahan untuk menentukan jumlah bilangan bulat dari 1 sampai dengan 1000. Dalam kasus ini, akan sangat menyulitkan apabila kita menghitung jumlahnya dengan menuliskan semua bilangan bulat dari 1 sampai 1000 tersebut, baru selanjutnya kita jumlahkan satu persatu bilangan-bilangan tersebut. Sehingga perlu dicari cara lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Contoh lain, misal dalam bidang rekayasa. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 10 meter. Setiap kali membentur bumi, bola akan memantul ke atas setinggi ¾ dari ketinggian sebelumnya. Permasalahannya adalah kita disuruh untuk menentukan total jarak lintasan bola selama bola memantul sebanyak 100 kali. Untuk menyelesaikan permasalahan ini 365 366 Bab 7: Basisan dan Deret maka perlu dilihat pola lintasan bola yang terjadi. Hal ini merupakan salah satu contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan barisan dan deret. Disamping itu, barisan dan deret juga sangat berguna dalam berbagai bidang-bidang yang lain, termasuk bidang bisnis dan administrasi. Misalkan seperti pada kasus berikut. Koperasi “Sumber Rejeki “ memberikan pinjaman kepada Doni sebesar Rp. 10.000.000,00 dengan aturan bahwa Doni harus membayar hutangnya setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000,00 ditambah bunga 1% per bulan dari sisa pinjamannya. Permasalahannya adalah berapa jumlah bunga yang dibayarkan Doni ke koperasi “Sumber Rejeki “ sampai hutangnya lunas. Kasus tersebut merupakan salah satu contoh permasalahan tentang perhitungan bunga majemuk, yang penyelesaiannya dapat menggunakan penerapan barisan dan deret. 7.1 POLA BILANGAN, BARISAN, DAN DERET Dalam subbab ini akan dibahas pengertian dan definisi-definisi tentang pola bilangan, barisan, dan deret. Disamping itu diberikan contohcontoh ilustrasi dan contoh soal serta penyelesainnya, untuk memudahkan pemahaman konsep pola bilangan, barisan, dan deret. 7.1.1 POLA BILANGAN Pola bilangan memberikan gambaran tentang bilangan-bilangan dalam susunan terurut yang membentuk suatu barisan. Untuk mendapatkan pola bilangan dapat dilakukan dengan melihat susunan terurut dari bilangan-bilangan tersebut. Berikut ini akan diberikan beberapa macam pola bilangan. Bab 7: Basisan dan Deret 367 POLA BILANGAN GANJIL DAN POLA BILANGAN GENAP Jika kita perhatikan penomoran rumah, sering kita lihat bahwa nomor rumah di sebelah kiri jalan bernomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13,… , sedangkan di sebelah kanan jalan bernomor 2, 4, 6, 8, 10, 12,… . Sehingga ketika kita mencari rumah bernomor 20, maka kita tinggal mencari rumah yang berada di sebelah kanan jalan. Penomoran rumah di sebelah kiri jalan, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13,… , menggunakan pola bilangan ganjil. Penomoran rumah di sebelah kanan jalan, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12,… , menggunakan pola bilangan genap. POLA BILANGAN PERSEGI Sekarang kita perhatikan gambar berikut ini : ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ ⊕ Dengan melihat susunan terurut dari gambar diatas, pasti kita bisa membuat gambar berikutnya. Hal ini dikarenakan kita mengetahui pola dari gambar-gambar pada urutan sebelumnya. Kalau kita perhatikan, banyaknya lingkaran pada gambar diatas, secara terurut, adalah 1, 22, 32, 42,…. Pola bilangan diatas disebut pola bilangan persegi. 368 Bab 7: Basisan dan Deret POLA BILANGAN SEGITIGA PASCAL Perhatikan susunan bilangan yang berbentuk segitiga berikut ini : 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 1 1 3 6 10 1 4 1 10 5 1 Setelah memperhatikan susunan bilangan diatas, kita bisa menentukan bilangan pada baris ke 7 yaitu 1 6 15 20 15 6 1. Hal ini dikarenakan kita telah mengetahui pola bilangan pada baris tersebut, yang diperoleh berdasarkan pada pola yang terjadi dari susunan bilangan pada baris-baris sebelumnya. Pola bilangan diatas disebut pola bilangan segitiga Pascal. Dari uraian beberapa contoh pola bilangan diatas, dalam kehidupan sehari–hari saudara pasti sering menemui suatu kejadian yang ada kaitannya dengan pola bilangan. Sekarang silahkan saudara cari contoh pola bilangan yang lain. 7.1.2 BARISAN Dalam bahasa sehari-hari, istilah ’barisan’ digunakan untuk menjelaskan suatu obyek berurut atau kejadian yang diberikan dalam urutan tertentu. Secara informal, istilah barisan dalam matematika Bab 7: Basisan dan Deret 369 digunakan untuk menggambarkan suatu keterurutan pola yang tak berhingga dari bilangan. Perhatikan urutan bilangan-bilangan berikut : a. 1, 2, 3 , 4, 5, 6 b. 1, -1, 1, -1, 1 c. 2, 4, 6, 8, 10 Dari urutan bilangan–bilangan di atas, kita dapat melihat pola bilangan dari barisan tersebut, sehingga dapat meneruskan untuk menentukan bilangan-bilangan selanjutnya. Sehingga untuk contoh di atas, dapat dituliskan beberapa urutan bilangan yang merupakan kelanjutan dari urutan bilangan yang sudah ada. Jadi, misal kita disuruh untuk menentukan 5 bilangan lagi yang merupakan kelanjutan dari urutan bilangan yang sudah ada, maka diperoleh : a. 7, 8, 9, 10,11. b. -1, 1, -1, 1,-1. c. 12, 14, 16, 18. Dari gambaran di atas, maka dapat didefinisikan barisan sebagai berikut DEFINISI 7.1.1: Barisan bilangan adalah Untaian atau urutan suatu bilangan-bilangan yang mempunyai pola atau urutan tertentu. 370 Bab 7: Basisan dan Deret CONTOH 7.1.1 a. 1, 3, 5, 7, 9, … ( biasa disebut barisan bilangan ganjil ). b. 2, 4, 6, 8, 10, … ( biasa disebut barisan bilangan genap ). c. 1, 4, 9, 16, 25, … ( biasa disebut barisan bilangan kuadrat ). d. 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, … ( barisan bilangan dimana bilangan pada urutan berikutnya ditambah 4). Bilangan-bilangan dalam suatu barisan disebut suku dari barisan dan dinotasikan dengan U . Suku-suku ini bisa digambarkan menurut posisi-posisi dimana bilangan tersebut berada, yaitu : o Bilangan pada posisi pertama disebut suku pertama dan dinotasikan dengan U 1 , o Bilangan pada posisi kedua disebut suku kedua dan dinotasikan dengan U 2 , o Barisan pada posisi ketiga disebut suku ketiga dan dinotasikan dengan U 3 , dan seterusnya. Jadi U n melambangkan suku ke n, yaitu bilangan pada posisi ke n dari suatu barisan bilangan. Karena suatu barisan kontinu secara tak berhingga, maka tidak ada suku terakhir. Cara yang paling umum untuk menentukan suatu barisan adalah dengan memberikan suatu rumus yang menghubungkan antara suku-suku dengan nomor suku-sukunya. Sebagai contoh, dalam barisan bilangan berikut : Bab 7: Basisan dan Deret 371 2, 4, 6, 8,10… setiap suku adalah dua kali nomor suku tersebut, sehingga suku ke n dalam barisan adalah U n = 2n . Hal ini didefinisikan dengan menulis barisan sebagai berikut : 2, 4, 6, 8, 10, …, 2n, … atau lebih singkat barisan tersebut dinotasikan {2n }, yang berarti bahwa barisan dapat dihasilkan dengan cara mensubstitusikan secara berturut-turut nilai bilangan bulat n = 1, 2, 3, 4, … kedalam rumus 2n . CONTOH 7.1.2 Tentukan 4 suku pertama dari barisan–barisan berikut ini a. {3n + 1} b {2n } +3 2 1 n c. Penyelesaian : a. Barisan dinyatakan dalam bentuk {3n + 1} , yang berarti bahwa suku ke n dalam barisan tersebut adalah U n = {3n + 1} . Sehingga suku‐suku dari barisan dapat diperoleh dengan cara mensubstitusikan secara berturut‐turut nilai‐nilai bilangan bulat n = 1, 2, 3, 4 ke dalam rumus U n = {3n + 1} , yaitu : U 1 = 3 .1 + 1 = 4 U 2 = 3.2 + 1 = 7 372 Bab 7: Basisan dan Deret U 3 = 3.3 + 1 = 10 U 4 = 3.4 + 1 = 13 { } Jadi 4 suku pertama dari barisan 2n 2 + 3 adalah 4, 7, 10, 13. b. Barisan dinyatakan dalam bentuk bahwa suku { ke n dalam {2n 2 barisan } +3 yang berarti tersebut adalah } U n = 2n 2 + 3 . Sehingga suku‐suku dari barisan dapat diperoleh dengan cara mensubstitusikan secara berturut‐turut nilai‐nilai bilangan bulat n = 1, 2, 3, 4 ke dalam rumus { } U n = 2n 2 + 3 , yaitu : U 1 = 2.12 + 3 = 5 U 2 = 2.2 2 + 3 = 11 U 3 = 2.3 2 + 3 = 21 U 4 = 2.4 2 + 3 = 35 { } Jadi 4 suku pertama dari barisan 2n 2 + 3 adalah 5, 11, 21, 35. 1 yang berarti bahwa n c. Barisan dinyatakan dalam bentuk 1 n suku ke n dalam barisan tersebut adalah U n = . Sehingga suku‐suku dari barisan dapat diperoleh dengan cara Bab 7: Basisan dan Deret 373 mensubstitusikan secara berturut‐turut nilai‐nilai bilangan 1 n bulat n = 1, 2, 3, 4 ke dalam rumus U n = , yaitu : U1 = 1 U2 = 1 2 U3 = 1 3 U4 = 1 4 1 n Jadi 4 suku pertama dari barisan adalah 1, 1 1 1 , , . 2 3 4 CONTOH 7.1.3 Tentukan rumus suku ke n dari barisan berikut a. 1, 3, 5, 7, 9, 11,… b. 2, -2, 2,-2,2,-2,… c. 1, 0, 1, 0,1 ,0,… Penyelesaian : a. Setiap bilangan pada barisan 1, 3, 5, 7, 9, 11,…, dinyatakan dalam pola yang sama, yaitu : 1 = 2.1 - 1, 3 = 2.2 - 1, 5 = 2.3 - 1, 7 = 2.4 - 1, 374 Bab 7: Basisan dan Deret 9 = 2.5 - 1, 11 = 2.6 – 1, Sehingga dapat diperoleh rumus untuk suku ke n dari barisan tersebut, yaitu : U n = 2n − 1 b. Ingat bahwa − 1 dipangkatkan bilangan genap, yaitu (− 1)2n , adalah berarti 1 , dan − 1 dipangkatkan bilangan ganjil, yaitu (− 1)2n−1 , adalah berarti − 1 . Sehingga dari barisan 2, -2, 2, -2, 2, -2,… , secara berturut-turut, bilangan-bilangan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk 2 (-1)1+1, 2 (-1)2+1, 2 (-1)3+1, 2 (-1)4+1, 2 (-1)5+1, 2 (-1)6+1,… . Sehingga diperoleh rumus untuk suku ke n adalah U n = 2(− 1) c. Dari barisan 1, 0, 1, 0,1 ,0,… , n +1 . terlihat bahwa U 1 = U 3 = U 5 = L = 1 dan U 2 = U 4 = U 6 = L = 0 . Sehingga diperoleh rumus untuk suku ke n, yaitu 0 , Un = 1 , jika n genap jika n ganjil 7.1.3 NOTASI SIGMA Untuk menggambarkan cara kerja notasi sigma, perhatikan jumlahan berikut : 13 + 2 3 + 3 3 + 4 3 + 5 3 . Bab 7: Basisan dan Deret 375 Jumlahan di atas, setiap sukunya berbentuk n 3 , dengan memasukkan nilai bilangan bulat n secara berurut dari n = 1 sampai dengan n = 5 . 5 Dalam notasi sigma, jumlahan tersebut dinyatakan dengan ∑n 3 . n =1 Jadi : 13 + 2 3 + 3 3 + 4 3 + 5 3 = 5 ∑n 3 n =1 Dari penjelasan tersebut di atas, maka notasi sigma dapat didefinisikan sebagai berikut : Definisi 7.1.2: Misalkan f fungsi pada bilangan bulat , serta a dan b bilangan bulat dengan a ≤ b , maka notasi b ∑ f ( n) menyatakan jumlah dari suku - n=a suku yang dapat dihasilkan apabila disubstitusikan bilangan bulan n ke dalam f (n ) secara berurut, diawali dari n = a dan diakhiri sampai dengan n = b . Jadi : b ∑ f ( n) = n=a f (a ) + f (a + 1) + f (a + 2) + L + f (b) CONTOH 7.1.4 Nyatakan notasi sigma berikut dalam bentuk penjumlahan beruntun : 376 Bab 7: Basisan dan Deret 7 a. ∑ 2n n=2 8 b. ∑k 2 k =1 6 c. ∑ (3m − 1) m =3 Penyelesaian a. Dari soal diketahui 7 f ( n ) = 2 n , maka ∑ 2n menyatakan n=2 jumlah dari suku ‐suku yang dapat dihasilkan apabila disubstitusikan bilangan bulat n = 2, 3, 4, 5, 6, 7 ke dalam 2n secara berurut. Sehingga diperoleh : 7 ∑ 2n = 2.2 + 2.3 + 2.4 + 2.5 + 2.6 + 2.7 n=2 b. Dari soal diketahui bahwa f (k ) = k 2 , maka 8 ∑k 2 menyatakan k =1 jumlah dari suku-suku yang dihasilkan dengan mensubstitusikan bilangan bulat k = 1 sampai dengan k = 8, secara berurut ke dalam k 2 . Sehingga diperoleh : 8 ∑ k =1 k 2 = 12 + 2 2 + 3 2 + 4 2 + 5 2 + 6 2 + 7 2 + 8 2 Bab 7: Basisan dan Deret c. Dari soal diketahui bahwa f ( m ) = 3m − 1 , maka 377 6 ∑ (3m − 1) m =3 menyatakan jumlah dari suku-suku yang dihasilkan dengan mensubstitusikan bilangan bulat m = 3 sampai dengan m = 6, secara berurut ke dalam 3m − 1 . Sehingga diperoleh : 6 ∑ (3m − 1) = (3.3 − 1) + (3.4 − 1) + (3.5 − 1) + (3.6 − 1) m =3 Sekarang bagaimana kalau dari penjumlahan beruntun dinyatakan dalam notasi sigma ?. Hal ini ditunjukkan dalam contoh berikut ini. CONTOH 7.1.5 Nyatakan penjumlahan berikut dalam notasi sigma a. 4 + 8 + 12 + 16 + 20 + 24 + 28 b. 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + … + 39 c. 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + 64 d. 4 + 9 + 16 + 25 +… + 1002 e. a1 + a 2 + a3 + a 4 + a5 + a 6 Penyelesaian : Untuk menyelesaikan soal di atas. perhatikan pola dari bilanganbilangan yang dijumlahkan. 378 Bab 7: Basisan dan Deret a. Setiap bilangan‐bilangan yang dijumlahkan dinyatakan dalam pola yang sama, yaitu: bilangan 4 dapat dinyatakan sebagai 4 . 1, bilangan 8 dapat dinyatakan sebagai 4 . 2, bilangan 12 dapat dinyatakan sebagai 4 . 3, bilangan 16 dapat dinyatakan sebagai 4 . 4, bilangan 20 dapat dinyatakan sebagai 4 . 5, bilangan 24 dapat dinyatakan sebagai 4 . 6. Dari pola diatas, terlihat bahwa setiap bilangan-bilangan tersebut merupakan hasil perkalian dari bilangan 4 dengan bilangan bulat, n, yang berurutan mulai dari n = 1 sampai dengan n = 6. Jadi : 4 + 8 + 12 + 16 + 20 + 24 = 4.1 + 4.2 + 4.3 + 4.4 + 4.5 + 4.6 6 = ∑ 4n . n =1 Dengan cara yang sama dapat dilakukan untuk soal b, c, d, dan e. Sehingga diperoleh sebagai berikut : b. 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + … + 39 = (2.1‐1) + (2.2‐1) + (2.3‐1) + (2.4‐1) + (2.5‐1) + (2.6‐1) + … + (2.20‐1) 20 = ∑ (2n − 1) . n =1 c. 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + 64 = 21 + 22 + 23 + 24 + 25 + 26 Bab 7: Basisan dan Deret 6 = ∑2 n 379 . n =1 d. 4 + 9 + 16 + 25 +… + 1002 = 22 + 32 + 42 + 52 + …+ 1002 100 = ∑n 2 . n =1 e. 6 a1 + a2 + a3 + a4 + a5 + a6 = ∑ an . n =1 SIFAT – SIFAT NOTASI SIGMA k Dari pengertian notasi sigma di atas, ∑ a n dan n =1 k ∑a n =1 n = a1 + a 2 + a3 + L + a k , dan k ∑b n =1 n k ∑b n =1 n menyatakan : = b1 + b2 + b3 + L + bk Notasi sigma tersebut mempunyai sifat – sifat sebagai berikut : k 1. Jika c suatu konstanta, maka ∑c n =1 k 2. ∑ n =1 3. k c an = c ∑ an n =1 k k k n =1 n =1 n =1 ∑ (a n + bn ) = ∑ an + ∑ bn =c1+4 c4 +2 c +4 L4+3c = k c sebanyak k 380 4. Bab 7: Basisan dan Deret k k k n =1 n =1 n =1 ∑ (a n − bn ) = ∑ a n − ∑ bn 7.1.4 DERET Pada subbab sebelumnya telah dibahas barisan. Sekarang akan dibahas tentang deret, yaitu jumlahan berurut dari suku-suku suatu barisan. Definisi 7.1.3: Misalkan U 1 , U 2 , U 3 , U 4 , U 5 , U 6 , L merupakan barisan bilangan, maka deret adalah jumlahan berurut dari suku-suku barisan. Deret berhingga adalah jumlahan berurut berhingga dari suku–suku barisan dan dapat dinyatakan sebagai berikut : k ∑U n =1 n = U1 + U 2 + U 3 + L + U k Misal jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan biasa dinotasikan S n , maka : S n = U1 + U 2 + U 3 + U 4 + U 5 + U 6 + L + U n Atau dapat juga dituliskan dalam bentuk notasi sigma, yaitu : n S n = ∑U n . k =1 Bab 7: Basisan dan Deret 381 CONTOH 7.1.6 Diberikan barisan 2, 4, 6, 8, 10, 12, … a. Tentukan jumlah 5 suku pertama dari barisan tersebut. b. Tentukan jumlah 8 suku pertama dari barisan tersebut.. Penyelesaian : a. jumlah 5 suku pertama dari barisan tersebut dinotasikan S 5 , yaitu : S5 = U1 + U 2 + U 3 + U 4 + U 5 = 2 + 4 + 6 + 8 + 10 = 30. b. jumlah 8 suku pertama dari barisan tersebut dinotasikan S 8 , yaitu : S8 = U1 + U 2 + U 3 + U 4 + U 5 + U 6 + U 7 + U 8 = 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 + 14 + 16 = 72. CONTOH 7.1.7 Diberikan barisan 2, 4, 6, 8, 10, 12, … Nyatakan deret berikut dalam notasi sigma 382 Bab 7: Basisan dan Deret a. 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 + … + 32 b. 4 + 6 + 8 + 10 + 12 c 2+4+6+8 Penyelesaian : Sebelum menentukan notasi sigmanya, terlebih dahulu kita menentukan rumus suku ke n. Terlihat bahwa rumus suku ke n dari barisan 2, 4, 6, 8, 10, 12, … adalah U n = 2n . a. Diketahui suku pertamanya adalah 2, yang diperoleh pada saat n = 1, dan suku terakhirnya adalah 32, yang diperoleh pada saat n = 16. Maka 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 + … + 32 menyatakan jumlahan dari 16 suku pertama dari barisan {2 n}. Jadi diperoleh : 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 + … + 32 = 16 ∑ 2n . n =1 b. Diketahui suku pertamanya adalah 4, yang diperoleh pada saat n = 2, dan suku terakhirnya adalah 12, yang diperoleh pada saat n = 6. Maka 4 + 6 + 8 + 10 + 12 merupakan jumlahan dari 6 suku pertama dari barisan {2 n}, dimulai dari n = 2 sampai dengan n = 6. Sehingga : 6 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 = ∑ 2n . n =1 c. Diketahui suku pertamanya adalah 2, yang diperoleh pada saat n = 1, dan suku terakhirnya adalah 8, yang diperoleh pada saat Bab 7: Basisan dan Deret 383 n = 4. Maka 2 + 4 + 6 + 8 merupakan jumlahan dari 4 suku pertama dari barisan {2 n}. Sehingga : 2+4+6+8 = 4 ∑ 2n . n =1 • RANGKUMAN • Notasi sigma b ∑ f ( n) = n=a • Barisan f (a) + f (a + 1) + f (a + 2) + L + f (b) bilangan adalah untaian suatu bilangan yang mempunyai suatu pola atau urutan tertentu. • Deret berhingga adalah jumlahan berurut tak hingga dari suku – suku barisan, seperti k ∑U n =1 • n = U1 + U 2 + U 3 + L + U k . Untuk matriks bujur sangkar A, trace A = tr(A) merupakan jumlahan elemen pada diagonal utama matriks A. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 77--11 1. Tuliskan notasi sigma berikut dalam bentuk penjumlahan beruntun 5 a. ∑ (5k − 3) k =1 ∑ (n 4 f. n =1 3 − 3n ) 384 Bab 7: Basisan dan Deret 5 b. ∑ (3n + 5) n = −2 8 c. ∑ n2 11 h. ∑ j+ 2 j =4 10 ∑ n=3 9 1 n − 20 i. 3k 2k − 5 j. 7 e ) − 3n + 1 2 n =5 n =1 d. ∑ (n 12 g. ∑ k = −1 ∑3 i−2 i =2 7 ∑ (t − 1) 2 t =1 2. Hitunglah 8 a. ∑ n 6 ∑i f. n =1 ∑ (3n − 4) 40 ∑ t = 11 2 + 2t 4 4 i. i =1 e. −2 t =1 20 ∑ ∑ (t 6 h. k =2 d. π ) n n = −1 5 ∑ (2k + 1) ∑ (3 4 g. n =4 c. −2 i =1 9 b. 2 ∑ (−t) t =1 100 j. t ∑ (− 1) n =1 n ) Bab 7: Basisan dan Deret 385 3. Nyatakan penjumlahan berikut dalam notasi sigma a. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 b. 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + 12 + … + 20 c. 2 - 4 + 6 - 8 + 10 - 12 + … + 22 d. -2 + 4 - 6 + 8 - 10 + 12 + … - 42 e. a + 3a + 5a + 7a + 9a + 11a f. 1 1 1 1 1 1 + + + + +…+ 5 10 15 20 25 50 g. 81 + 82 +83 +84 +85 + … +8k h. − k + k 2 − k 3 + k 4 − ... + k 50 i. b0 + b1 y + b2 y 2 + b3 y 3 + b4 y 4 + b5 y 5 j. a 5 x + a 4 x 2 + a 3 x 3 + a 2 x 4 + ax 5 4. Diberikan : n ∑ k = 1 + 2 + 3 + …+ n = k =1 n ∑k k =1 2 n ( n + 1) 2 = 1 + 22 + 32 + …+ n2 = n ( n + 1) ( 2 n + 1 ) 6 386 Bab 7: Basisan dan Deret n ∑ k =1 2 n ( n + 1) k = 1 + 2 + 3 + …+ n = , 2 3 3 3 3 hitunglah : 50 a. ∑k 30 f. k =1 50 b. ∑ k 20 g. ∑ (8k + 2) ∑ k2 k =1 ∑ (k 20 i. k =3 30 2 2 − 2k ) k =1 80 ∑ (2k − 1) ∑ (k 15 h. k =1 e. ∑ (k + 1) k =1 100 d. 2 k =4 k =5 c. ∑k 3 ) −3 k =1 ∑ (2k 10 j. 3 − k 2 + 3k k =3 5. Tentukan 8 suku pertama dari barisan–barisan berikut ini : a. { 4n } b. { 3n + 1 } c. { n2 + n ) d { n−2 } n+2 ) Bab 7: Basisan dan Deret e. { 2n - f. 387 1 } n { 7 2 n + 1 – 3n } g. { ( 3n – 5 )2 } 6. Tentukan rumus suku ke n dari barisan-barisan berikut ini ; a. 51, 52, 53, 54, … b. 24, 28, 212, 216, … c. -2, 1, -2, 1, -2, 1, … d. 6, 10, 16, 20, 26, 30, … e. 5, 15, 25, 35, 45,55, … f. 10, 100, 1000, 10.000, … g. 1 2 3 4 5 , , , , ,… 3 5 7 9 11 7. Dari soal 6, tentukan jumlah 7suku pertama pada barisan tersebut. 9. Diberikan barisan 2, 5, 10, 17, 26, 37, 50, 82, … Nyatakan soal berikut dalam notasi sigma a. Jumlah 5 suku pertama b. Jumlah 9 suku pertama c. 2 + 5 + 10 + 17 d. 2 + 5 + 10 + 17 + 26 + 37 + 50 388 Bab 7: Basisan dan Deret e. 2 + 5 + 10 + 17 + … 7.2 BARISAN DAN DERET ARITMATIKA Perhatikan barisan–barisan berikut ini : a. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, … b. 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, … c. 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, … d. 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, … Kalau kita perhatikan barisan–barisan diatas memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan yang tetap, yaitu : a. barisan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, … memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap, yaitu 1. b. barisan 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, … memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap, yaitu 2. c. barisan 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, … memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap, yaitu 3. d. barisan 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, … memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap, yaitu 10. Contoh–contoh barisan di atas biasa disebut barisan aritmatika. Definisi 7.2.1: Bab 7: Basisan dan Deret 389 Barisan aritmatika adalah suatu barisan yang memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk umum dari barisan aritmatika dapat dituliskan sebagai : a, (a+b), (a+2b), (a+3b), (a+4b), …………, (a+(n-1)b) dengan : a = U 1 adalah suku pertama b = U n − U n −1 adalah beda ( selisih ) antara dua suku berurutan Kalau kita perhatikan dari bentuk umum barisan aritmatika di atas maka : Suku ke 1 = U 1 = a Suku ke 2 = U 2 = a + b Suku ke 3 = U 3 = a + 2b Suku ke 4 = U 4 = a + 3b Suku ke 5 = U 5 = a + 4b Dan seterusnya, sehingga untuk suku ke n dari barisan aritmatika dapat dirumuskan sebagai : U n = a + (n − 1)b CONTOH 7.2.1 Tentukan rumus suku ke n pada barisan aritmatika berikut ini : 390 Bab 7: Basisan dan Deret a. 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20,… b. 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, … c. 100, 99, 98, 97, 96, 95, 94,… Penyelesaian : a. Diketahui suku pertama adalah a = U 1 = 2 , dan beda antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu b = 3, maka suku ke n dari barisan tersebut adalah : U n = a + (n − 1)b = 2 + (n − 1)3 = 3n − 1 Jadi suku ke n pada barisan aritmatika 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20,… dapat dirumuskan sebagai U n = 3n − 1 . b. Diketahui suku pertamanya adalah a = U 1 = 10 , dan beda antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu b = 10, maka suku ke n dari barisan tersebut adalah : U n = a + (n − 1)b = 10 + (n − 1)10 = 10n . Jadi rumus suku ke n dari barisan 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, … adalah U n = 10n . Bab 7: Basisan dan Deret 391 c. Diketahui suku pertamanya adalah a = U 1 = 100 , dan beda antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu b = -1, maka suku ke n dari barisan tersebut adalah : U n = a + (n − 1)b = 100 + (n − 1)(− 1) = − n + 101 . rumus suku ke n dari barisan 100, 99, 98, 97, 96, 95, 94, … adalah U n = −n + 101 . CONTOH 7.2.2 Tentukan suku ke 5, suku ke 15 dan suku ke 50 dari barisan aritmatika 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, … Penyelesaian : Untuk mengerjakan soal di atas, terlebih dahulu kita harus mencari rumus suku ke n dari barisan tersebut. Dari barisan tersebut diketahui suku pertamanya adalah a = U 1 = 5 , dan beda antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu b = 10 - 5 = 5. Sehingga dapat diperoleh rumus untuk suku ke n, yaitu : U n = a + (n − 1)b = 5 + (n − 1)5 = 5n Dari rumus suku ke n tersebut, dapat ditentukan : 392 Bab 7: Basisan dan Deret Suku ke 5 adalah U5 = 5·5 = 25 Suku ke 15 adalah U15 = 5·15 = 75 Suku ke 50 adalah U50 = 5·50 = 250 Selanjutnya akan diberikan pengertian tentang deret dari suatu barisan aritmatika. Definisi 7.2.2: Deret aritmatika adalah jumlah dari suku-suku barisan aritmatika. Jika S n adalah jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan aritmatika , maka S1 = U 1 = a S 2 = U 1 + U 2 = a + (a + b ) S3 = U1 + U 2 + U 3 = a + (a + b) + (a + 2b) . . . S n = U1 + U 2 + U 3 + U 4 + L + U n = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + L + (a + (n − 1)b) Dari definisi di atas, maka jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan aritmatika dapat disederhanakan menjadi : Bab 7: Basisan dan Deret 393 Sn = na + (0 + 1 + 2 + 3 + L + (n − 1))b = na + (0 + 1 + 2 + 3 + L + (n − 1) + n )b − nb = na + (1 + 2 + 3 + L + n )b − nb 1 = na + n(n − 1)b − nb 2 1 1 = na + n 2b − nb 2 2 1 = na + n(n − 1)b 2 1 = n(2a + (n − 1)b ) 2 Sedangkan U1 + U n = a + (a + (n − 1)b) = 2a + (n − 1)b , sehingga 1 2 S n juga dapat dinyatakan dalam bentuk S n = n(U 1 + U n ) . Jadi, jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan aritmatika dapat ditentukan dengan rumus : Sn = 1 n(2a + (n − 1)b ) 2 atau Sn = 1 n(U1 + U n ) . 2 CONTOH 7.2.3 Hitunglah jumlah 20 suku pertama deret aritmatika : 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + L 394 Bab 7: Basisan dan Deret Penyelelesaian : Perhatikan bahwa dari deret tersebut diketahui a = U 1 = 2 dan b = 5 . Dari rumus jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan aritmatka, Sn = 1 n(2a + (n − 1)b ) , maka diperoleh : 2 1 20(2 ⋅ 2 + (20 − 1)5) 2 = 10 ⋅ 99 = 990 . S 20 = Jadi jumlah 20 suku pertama deret tersebut adalah 990 . CONTOH 7.2.4 Diberikan barisan aritmatika 3, 7, 11, 15, 19 , 23, L Tentukan U6 + U7 + U8 + U9 + U10 + U11 . Penyelesaian : Perhatikan bahwa dari deret tersebut diketahui a = U 1 = 3 dan b = 4 , dan berdasarkan rumus S n = 1 n(2a + (n − 1)b ) , maka diperoleh : 2 S11 = U 1 + U 2 + U 3 + U 4 + U 5 + U 6 + U 7 + U 8 + U 9 + U 10 + U 11 S5 = U1 + U 2 + U 3 + U 4 + U 5 Bab 7: Basisan dan Deret 395 Jadi U 6 + U 7 + U 8 + U 9 + U10 + U11 = S11 − S5 1 1 ⋅ 11(2 ⋅ 3 + (11 − 1)4) − ⋅ 5(2 ⋅ 3 + (5 − 1)4) 2 2 1 1 = ⋅ 11 ⋅ 46 − ⋅ 5 ⋅ 22 2 2 = 198 . = • RANGKUMAN • Barisan aritmatika adalah suatu barisan yang memiliki beda (selisih) antara dua suku berurutan tetap. Bentuk umum dari barisan aritmatika : a, (a+b), (a+2b), (a+3b), (a+4b), …………, (a+(n-1)b) dengan a adalah suku pertama, dan b adalah beda antara dua suku berurutan. • Deret aritmatika adalah jumlah dari suku-suku barisan aritmatika. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 77--22 396 Bab 7: Basisan dan Deret 1. Tentukan rumus suku ke n dari barisan aritmatika berikut ini , kemudian tentukan suku ke 10 : a. 3, 6, 9, 12 , 15, L b. 7 , 9, 11, 13, 15, L c 100 , 99 , 98, 97 , L d. − 5, − 4, − 3, − 2, − 1, L e. 1 1 3 51 , , , 1, , L 4 4 2 4 f. 0,1, 0,2 , 0,3 , 0,4 , 0,5 , L 2. Tentukan 7 suku pertama dari barisan aritmatika berikut ini : a. a=2 , b=2 b. a = 4 , b = −2 c. a = 0,1 , b = 0,5 d. a = 0,5 , b = 1 e. a = 3 , b = 3 −3 f. a = 6k , b = 8 g. a = 3t − 2 , b = 6t 3. Tentukan nilai n jika diketahui : a. a = 4 , b = 2 , U n = 100 b. a = 500 , b = −1 , U n = 196 c. a = 5 , b = 5 , U n = 225 d. a= e. a = 6 , b = 3 , U n = 99 1 51 , b =1 , Un = 2 2 Bab 7: Basisan dan Deret 397 4. Hitunglah jumlah 10 suku pertama deret aritmatika berikut ini : a. 4 + 9 + 14 + 19 + L b. 1 + 7 + 13 + 19 + L c. 100 + 98 + 96 + 94 + L d. 0,1 + 0,2 + 0,3 + 0,4 + L e. 1 1 3 + + +1+L 4 2 4 5. Jika barisan aritmatika mempunyai suku ke 10 adalah 40, dan suku ke 20 adalah 80. Tentukan tiga suku pertamanya dan rumus ke n . 6. Jika suatu barisan aritmatika suku ke 5 adalah 30 dan suku ke 25 adalah 70. Tentukan suku ke 35 dari barisan tersebut. 7. Tentukan jumlah semua bilangan bulat : a. ganjil antara 300 dan 700 b. genap antara 300 dan 700 c. antara 200 dan 500 yang habis dibagi 4 d. antara 200 dan 500 yang tidak habis dibagi 4 e. antara 100 dan 1000 yang habis dibagi 4 dan 10 f. antara 100 dan 1000 yang habis dibagi 4 atau 10 8. Tentukan suku ke n dari deret aritmatika berikut jika diketahui a. S n = n 2 + 2n + 5 b. S n = 4n 2 + 14n 398 Bab 7: Basisan dan Deret 9. Diketahui jumlah n suku pertama dari deret aritmatika adalah S n = 2n 2 + 2n − 10 . Tentukan 4 suku pertama dari barisan aritmatika tersebut. 10. Dari suatu barisan aritmatika diketahui, suku kedelapan adalah 20 dan suku kesepuluh adalah 12. Carilah jumlah dua puluh suku yang pertama. 11. Deret aritmatika mempunyai 21 suku dengan suku tengah 13. Jika jumlah suku-suku setelah suku tengah sama dengan 12 kali jumlah suku-suku sebelumnya, maka tentukan deretnya. 12. Seorang petani memetik mangga setiap hari dan selalu mencatatnya. Ternyata banyaknya mangga yang dipetik memenuhi barisan aritmatika, yaitu banyak mangga yang dipetik pada hari ke n memenuhi rumus U n = 10n + 100 . Tentukan banyak mangga yang dipetik selama 20 hari pertama. 13. Budi rajin menabung di bank BNI setiap bulan. Tahun pertama, ia menabung Rp. 200.000,00 per bulan. Tahun kedua, ia menabung Rp. 250.000,00 per bulan. Tahun ketiga, ia menabung Rp. 300.000,00 per bulan dan seterusnya, sehingga setiap tahun bertambah Rp. 50.000,00. Jika dari hasil tabungan tersebut, budi ingin membeli mobil seharga 51 juta rupiah, pada tahun ke berapa budi dapat membeli mobil tersebut ? ( bunga bank tidak ikut diperhitungkan ) 14. Irfan seorang pedagang yang sukses. Keuntungannya berdagang selalu bertambah setiap bulan dengan jumlah yang sama. Bila Bab 7: Basisan dan Deret 399 keuntungan bulan ke 4 adalah Rp. 3.200.000,00 dan keuntungan bulan ke 8 adalah Rp. 4.800.000,00, maka tentukan jumlah seluruh keuntungan Irfan pada bulan ke 10. 7.3 BARISAN DAN DERET GEOMETRI Perhatikan barisan–barisan berikut ini : a. 2, 4, 8, 16 , 32 , 64 , 128 , L b. 2, − 4, 8, − 16 , 32 , − 64 , 128 , L c. 1, 3, 9, 27 , 81, 243, L d. 1, 1 1 1 1 1 , , , , ,L 3 9 27 81 243 Kalau kita perhatikan pola barisan–barisan di atas, untuk mendapatkan suku berikutnya diperoleh dengan mengalikan suatu bilangan ( rasio ) yang tetap dengan suku sebelumnya yaitu : a. Pada barisan 2, 4, 8, 16 , 32 , 64 , 128 , L untuk mendapatkan suku berikutnya dikalikan dengan bilangan (rasio) 2 . Jadi U n = 2U n −1 . b. Pada barisan 2, − 4, 8, − 16 , 32 , − 64 , 128 , L untuk mendapatkan suku berikutnya dikalikan dengan bilangan (rasio) − 2 . Jadi Un = −2U n −1 . c. Pada barisan 1, 3, 9, 27 , 81, 243, L untuk mendapatkan suku berikutnya dikalikan dengan bilangan ( rasio ) 3 . Jadi U n = 3U n−1 . 400 Bab 7: Basisan dan Deret 1 1 1 1 1 , , , , , L untuk mendapatkan 3 9 27 81 243 1 suku berikutnya dikalikan dengan bilangan (rasio) . 3 c. Pada barisan 1, 1 3 Jadi Un = U n −1 . Contoh – contoh barisan di atas biasa disebut barisan geometri. Definisi barisan geometri diberikan berikut ini. Definisi 7.3.1: Barisan geometri adalah barisan yang rasio (perbandingan) antara dua suku berurutan adalah tetap. Secara umum barisan geometri mempunyai bentuk: a, ar, ar 2 , ar 3 , ar 4 ,.............., ar n−1 dimana a = U 1 adalah suku pertama, r adalah rasio (perbandingan) antara dua suku berurutan, yaitu r = Un . U n −1 Bab 7: Basisan dan Deret 401 Kalau kita perhatikan dari definisi barisan geometri di atas, maka : Suku ke 1 = U 1 = a Suku ke 2 = U 2 = ar 2 Suku ke 3 = U 3 = ar Suku ke 4 = U 4 = ar 3 4 Suku ke 5 = U 5 = ar dan seterusnya, sehingga rumus suku ke n dari barisan geometri dapat dirumuskan sebagai : U n = ar n −1 CONTOH 7.3.1 Tentukan rumus suku ke n dari barisan–barisan berikut : 1 1 1 1 , − , , ,L 2 4 8 16 a. 2, − 1, b. 4, 4 2 , 43 , 4 4 , 45 , 4 6 , L c. − 1, 1, − 1, 1, − 1, 1, L Penyelesaian : a. Perhatikan bahwa barisan tersebut mempunyai suku pertama a = U 1 = 2 dan rasio (perbandingan) antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu r = −1 , maka barisan tersebut adalah barisan 2 402 Bab 7: Basisan dan Deret geometri. Berdasarkan rumus untuk suku ke n dari barisan geometri, maka diperoleh : U n = ar n −1 − 1 = 2 2 n −1 Jadi rumus suku ke n pada barisan 2, − 1, − 1 adalah U n = 2 2 1 1 1 1 , − , , ,L 4 8 16 2 n −1 . b. Perhatikan bahwa barisan tersebut mempunyai suku pertama a = U 1 = 4 dan rasio (perbandingan) antara dua suku berurutan adalah tetap, yaitu r = 42 = 4 , maka barisan tersebut adalah 4 barisan geometri. Berdasarkan rumus untuk suku ke n dari barisan geometri, maka diperoleh : U n = ar n−1 = 4 ⋅ 4 n −1 = 4n 2 3 4 5 6 Jadi rumus untuk suku ke n pada barisan 4, 4 , 4 , 4 , 4 , 4 , L n adalah U n = 4 . c. Perhatikan bahwa barisan tersebut mempunyai suku pertama a = U 1 = −1 dan rasio (perbandingan) antara dua suku berurutan Bab 7: Basisan dan Deret adalah tetap, yaitu r = 403 1 = −1 , maka barisan tersebut adalah −1 barisan geometri. Berdasarkan rumus untuk suku ke n dari barisan geometri, maka diperoleh : U n = ar n −1 = −1 ⋅ (− 1) = (− 1) n −1 n Jadi rumus suku ke n pada barisan − 1, 1, − 1, 1, − 1, 1, L adalah U n = (− 1) . n CONTOH 7.3.2 Diketahui suatu deret geometri dengan U 3 = Tentukan rasio 1 dan U 6 = 4 . 16 r dan suku pertama a dari deret tersebut. Penyelesaian : n −1 , Berdasarkan rumus suku ke n dari barisan geometri, U n = ar maka dari yang telah diketahui dalam soal : U3 = 1 1 berarti ar 2 = , dan 16 16 U 6 = 4 berarti ar 5 = 4 . 404 Bab 7: Basisan dan Deret Sehingga diperoleh : ar 5 ar 2 U = 6 U3 r3 = 4 1 16 = 64 . = Jadi rasio dari deret geometri tersebut adalah r = 4 . Dengan mensubstitusikan U3 = a ⋅ r2 = nilai r = 4 ke dalam persamaan 4 1 , maka diperoleh a = . 256 16 Berikut ini akan diberikan contoh penggunaan barisan geometri CONTOH 7.3.3 Penduduk suatu daerah adalah 20.000 orang. Daerah tersebut setiap tahun penduduknya bertambah 2%. Tentukan jumlah penduduk pada awal tahun ke 7. Penyelesaian : Jumlah penduduk pada awal tahun pertama adalah U 1 = 20.000 . Jumlah penduduk pada awal tahun kedua adalah Bab 7: Basisan dan Deret 405 U 2 = U 1 + 2% ⋅ U 1 = 1,02U 1 = 1,02 × 20.000 Jumlah penduduk pada awal tahun ketiga adalah U 2 = U 2 + 2% ⋅ U 2 = 1,02U 2 = 1,02 × 1,02 × 20.000 = (1,02) × 20.000 2 dan seterusnya. Dengan demikian jumlah penduduk pada awal tahun ke n adalah U n = (1,02) n −1 × 20.000 , sedangkan jumlah penduduk pada awal tahun ke 7 adalah U 7 = (1,02) × 20.000 6 = 22.523,25 . Jadi jumlah penduduk pada awal tahun ke 7 sekitar 22.523 orang. Definisi 7.3.2: Deret geometri adalah jumlah dari suku-suku barisan geometri. Jika S n adalah jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri, maka S1 = U 1 = a 406 Bab 7: Basisan dan Deret S 2 = U 1 + U 2 = a + ar S 3 = U 1 + U 2 + U 3 = a + ar + ar 2 S 4 = U 1 + U 2 + U 3 + U 4 = a + ar + ar 2 + ar 3 S n = U 1 + U 2 + U 3 + U 4 + L + U n = a + ar + ar 2 + ar 3 + L + ar n −1 Berdasarkan definisi di atas, akan dicari bentuk umum dari jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri sebagai berikut : rS n = ar + ar 2 + ar 3 + L + ar n−1 + ar n ………(1) S n = a + ar + ar 2 + ar 3 + L + ar n−1 …………...(2) Persamaan (1) – (2) diperoleh rS n − S n = ar n − a ( a(r = ) − 1) S n (r − 1) = a r n − 1 Sn n (r − 1) Dengan cara yang sama jika persamaan (2) – (1), diperoleh Sn = ( a 1− rn (1 − r ) ) Jadi, jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri dapat dinyatakan dalam rumus : Bab 7: Basisan dan Deret Sn = ( ) 407 ( a r n −1 a 1− rn atau S n = (r − 1) (1 − r ) ) dengan r ≠ 1 . CONTOH 7.3.4 Diberikan barisan geometri 2, − 4, 8, − 16 , 32 , − 64 , 128 , L Hitunglah jumlah 10 suku pertama deret tersebut. Penyelesaian : Dari barisan geometri tersebut, dapat ditentukan suku pertamanya adalah a = 2, dan rasionya adalah r = -2. Berdasarkan rumus jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri, maka diperoleh : Sn = ( ) a r n −1 (r − 1) ( ) 2 (− 2) − 1 S10 = − 2 −1 2 ⋅ 1023 = −3 = −683 n CONTOH 7.3.5 n Dalam suatu deret geometri, diketahui S n = 2 + 5 . Tentukan rumus suku ke n dari barisan geometri tersebut. 408 Bab 7: Basisan dan Deret Penyelesaian : U n = S n − S n −1 ( = 2 n + 5 − 2 n −1 + 5 ) = 2 n − 2 n −1 = 2 n −1 (2 − 1) = 2 n −1 n −1 Jadi rumus suku ke n dari barisan geometri tersebut adalah U n = 2 . • RANGKUMAN • Barisan geometri adalah barisan yang ratio (perbandingan) antara dua suku berurutan adalah tetap. Secara umum berbentuk: a, ar, ar 2 , ar 3 , ar 4 ,.............., ar n−1 • Deret geometri adalah jumlah dari suku-suku barisan geometri. Jika S n adalah jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri, maka jumlah n suku pertama dari suku-suku barisan geometri dapat dinyatakan dalam rumus Sn = a (r n − 1) a (1 − r n ) atau Sn = r −1 1− r Bab 7: Basisan dan Deret 409 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 77--33 1. Tuliskan 4 suku pertama dari barisan geometri berikut ini : a. a=2 , r=3 b. a = −2 , r = 2 c. a = 8 , r = 0,5 d. a = 128 , r = e. a = 5 , r = −5 f. a = 1000 , r = 0,1 1 4 2. Tentukan rumus suku ke n dari barisan geometri dibawah ini. Kemudian tentukan suku ke 8 dan suku ke 12 a. 2, 4, 8, 16 , L b. − 3, 6, − 12, 24, L c. 1, − 1, 1, − 1, L d. 5, 5 2 , 10, 10 2 , L e. 80 , 40 , 20 , 10 , L f. 1, 1 1 1 ,L , , 4 16 64 3. a. Tunjukkan bahwa suku tengah dari barisan geometri dengan banyaknya suku (2 k − 1) adalah U k . b. Dari soal a, tunjukkan juga suku tengah Uk dapat dinyatakan dalam 410 Bab 7: Basisan dan Deret Uk = U 1 . U 2 k −1 dengan U1 .U 2 k −1 ≥ 0 . 4. Tentukan suku tengah dari barisan geometri berikut ini : ( Petunjuk : gunakan rumus pada soal no. 3 ) a. 16, 8, 4, L , b. 1 16 4, 8, 16, L , 612 c. 1024 , 612 , 306 , L , 2 d. 5 , 10 , 2, 5 , L16 5 e. 1, − 3, 9, L , − 729 5. Tentukan U10 dari barisan geometri berikut ini jika diketahui : a. r = 3 dan U 4 = 162 b. r = 2 dan U 5 = 160 c. a = 5 dan U 3 = 500 d. a = 8 dan U 4 = 64 e. U 3 = 306 dan U 5 = 1024 6. Diberikan suatu barisan geometri dengan U 1 + U 4 = 4 dan U 2 + U 5 = 12 . Tentukan : a. rasionya dan suku pertamanya b. suku ke 6 c rumus suku ke n Bab 7: Basisan dan Deret 7. Sisipkan 3 bilangan diantara 411 3 dan 243 sehingga membentuk barisan geometri. Kemudian tentukan rasio, suku pertama dan suku ke 8. 8. Tentukan jumlah 7 suku pertama dari deret geometri berikut ini : a. 3 + 6 + 12 + 24 + L b. 1 + 1 1 1 + + +L 2 4 8 c. 2 − 2 + 2 − 2 +L d. 3 + 9 + 27 + 81 + L 9. Tentukan rumus jumlah n suku pertama suatu deret geometri pada soal no 7. 10. Jumlah n suku pertama suatu deret geometri ditentukan dengan S n = 3(2) n +1 −5 . Tentukan : a. suku pertama dan rasionya b. rumus suku ke –n barisan itu c. U 6 + U 7 + U8 + U9 11. Hitunglah : a. 80 + 40 + 20 + 10 + L b. 0,1 + 0,01 + 0,001 + L c. 640 + 160 + 40 + 10 + L 412 Bab 7: Basisan dan Deret d. 1+ 1 1 1 + + +L 2 4 8 12. Suatu jenis sepeda motor mengalami penurunan harga jual sebesar 4% pada setiap akhir 1 tahun. Jika harga sepeda motor baru adalah Rp. 16.000.000,00, maka tentukan harga jual sepeda motor tersebut pada akhir tahun ke empat ? 13. Suatu rumah mengalami kenaikan harga jual sebesar 10% pada setiap akhir 1 tahun. Jika harga rumah Rp. 150.000.000,00 maka tentukan harga jual rumah tersebut pada akhir tahun ke lima ? 14. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 40 meter dan memantul dengan ketinggian 3 dari jarak ketinggian sebelumnya.Tentukan 5 total jarak jatuh bola hingga bola berhenti bergerak. Bab 8 GEOMETRI BIDANG 8. Geometri Bidang P ada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua atau yang disebut dengan bidang datar, seperti persegi, persegi panjang, jajaran genjang, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Disamping itu juga dibahas tentang keliling serta luasan dari bidang tersebut, yang penerapannya erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen), terutama yang menyangkut luasan dari bidang. Selain itu, untuk mendukung pembahasan, juga dikenalkan dua besaran sudut yaitu derajat dan radian serta hubungan antara kedua satuan ukuran ini. Bidang matematika yang mencakup bahasan tentan kaitan titik, garis, bangun, dan sejenisnya dinamakan geometri. Ada berbagai macam geometri, namun yang dibahas disini adalah geometri Euclid dan lebih khusus lagi adalah geometri bidang. 413 414 Bab 8: Geometri Bidang 8.1 SUDUT Sebelum kita membicarakan tentang sudut, terlebih dahulu kita perhatikan tentang titik (point) dan garis (lines). Titik dan garis merupakan sesuatu yang tidak didefinisikan dalam geometri Euclid. Dengan adanya titik dan garis, dibuat juga beberapa aksioma dan definisi yang membentuk suatu sistem aksioma. Garis disini dimaksudkan adalah garis lurus. Beberapa aksioma yang kita pakai sebagai landasan pembahasan bab ini adalah: - Hanya ada satu garis lurus yang melalui dua titik. - Dua garis lurus hanya berpotongan di satu titik. - Melalui suatu titik diluar suatu garis lurus, hanya ada satu garis lurus yang sejajar dengan garis tersebut. Pembahasan berikutnya selalu berpijak pada kaidah di atas. Misalkan kita menggambar dua garis lurus OX dan OP yang berpotongan di titik O, seperti terlihat pada Gambar 8.1.1. Garis lurus OX dan OP membentuk sudut di titik O, yang dinamakan sudut O dan dilambangkan dengan atau dapat juga ditulis , sedangkan garis OX dan garis OP dinamakan sisi sudut dari sudut XOP. Bab 8: Geometri Bidang 415 Gambar 8.1.1 Garis OX dan garis OP membentuk Sering kali, suatu sudut dibentuk dari memutar garis dari posisi awal OX menuju posisi akhir OP, dengan titik O sebagai pusat perputaran. Garis OX disebut sisi awal sudut dan garis OP disebut sisi akhir sudut. Untuk mengukur digunakan aturan berlawanan dengan arah jarum jam yang putar kanan. Sudut bernilai positip jika arah putar ke kiri dan bernilai negatif jika arah putar ke kanan. Seperti sudut pada Gambar 8.1.2 (a) dan (c) adalah sudut positif, sedang sudut pada Gambar 8.1.2 (b) adalah sudut negatif. Gambar 8.1.2 Sudut positif dan sudut negatif Ada dua ukuran sudut yaitu derajat dan radian. Lihat Gambar 8.1.2 (a), jika kita memutar garis OP dari sisi awal OX ke arah kiri dengan pusat putaran O sebanyak satu kali putaran (sisi akhir OP berimpit kembali dengan sisi awal OX), maka sudut XOP yang terbentuk besarnya adalah . Ukuran satu derajat (o) adalah suatu ukuran sudut pusat lingkaran yang diperoleh dari membagi keliling busur lingkaran dengan 360. Sebagai ilustrasi lihat Gambar 8.1.3. 416 Bab 8: Geometri Bidang Gambar 8.1.3 Ukuran sudut dalam derajat Beberapa ukuran beberapa sudut istimewa disajikan berikut ini. 1. Jika kita memutar garis OP dari sisi awal OX ke arah kiri dengan pusat putaran O sebanyak setengah putaran (sisi akhir OP membentuk garis lurus dengan sisi awal OX), maka sudut XOP yang terbentuk besarnya adalah . Seperti yang terlihat pada Gambar 8.1.4 (a). 2. Jika kita memutar garis OP dari sisi awal OX ke arah kiri dengan pusat putaran O sebanyak seperempat putaran (sisi akhir OP membentuk garis tegak lurus dengan sisi awal OX), maka sudut XOP yang terbentuk besarnya adalah . Seperti yang terlihat pada Gambar 8.1.4 (b). 3. Jika kita memutar garis OP dari sisi awal OX ke arah kiri dengan pusat putaran O sebanyak seperdelapan putaran, maka sudut XOP yang terbentuk besarnya adalah Gambar 8.1.4 (c). . Seperti yang terlihat pada Bab 8: Geometri Bidang 417 Gambar 8.1.4 Ukuran sudut dalam derajat 4. Jika kita memutar garis OP dari sisi awal OX ke arah kanan dengan pusat putaran O sebanyak seperdelapan putaran, maka sudut XOP yang terbentuk besarnya adalah . Seperti yang terlihat pada Gambar 8.1.4 (f). Ukuran sudut yang kurang dari , dinamakan sudut lancip. Ukuran sudut sama dengan 900 dinamakan sudut siku-siku. Dua garis yang berpotongan dan membentuk sudut 900 dikatakan saling tegak lurus. Ukuran sudut lebih dari 900 dinamakan sudut tumpul. Ada ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat, yaitu menit dan detik, dengan 1 drajat (0) = 60 menit (‘) dan 1 menit (‘) = 60 detik (“). 418 Bab 8: Geometri Bidang Radian dan Hubungannya dengan Derajat Dua macam satuan yang biasa digunakan untuk menentukan ukuran sudut yaitu radian dan derajad. Apabila kita menggunakan ukuran derajat, sudut yang dibentuk oleh satu putaran garis / sisi berukuran 3600. Dalam ukuran radian, sudut yang dibentuk oleh satu putaran garis besarnya adalah 2π radian. Misal kita buat sebuah lingkaran dengan pusat O dan jari-jari r seperti terlihat pada Gambar 8.1.5. Gambar 8.1.5 Ukuran sudut radian Misal XP sebuah busur pada lingkaran yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran r. Besar sudut pusat XOP yang menghadap busur XP adalah satu radian. Keliling lingkaran sama dengan 2π r (nilai π ≈ 3,14 ) dan besar sudut satu putaran adalah 2π radian. Besar sudut pusat lingkaran dengan satu putaran adalah 3600. Jadi diperoleh 2π radian = 360 0 atau 1π radian = 180 0 Bab 8: Geometri Bidang 419 Persamaan tersebut adalah persamaan dasar antara radian dan derajat. Oleh karena itu : 1 radian = 10 = π 180 180 0 ≈ 57 017 '45 " π radian = 0,01745 radian CONTOH 8.1.1 Berapa besar sudut dalam radian jika diketahui besar sudut dalam derajat adalah 450 ? Jawab. Karena 10 = Maka π 180 45 0 = 45 radian = 0,01745 radian , π 180 radian = π 4 radian ≈ 0,78525 radian CONTOH 8.1.2 Berapa besar sudut dalam derajat jika diketahui dalam besar sudut dalam radian adalah 1,25 radian ? Penyelesaian: Karena 1 radian = 180 0 π ≈ 57 017 '45 " , 420 Bab 8: Geometri Bidang Maka 1,25 radian = 1,25 × 180 0 π ≈ 710 37 '11" CONTOH 8.1.3 Nyatakan besar sudut 2 π dalam derajat ! 3 Penyelesaian: Karena 1π radian = 180 0 , maka 2 2 π = × 180 0 = 120 0 3 3 CONTOH 8.1.4 Nyatakan besar sudut 540 0 dalam bentuk π radian Penyelesaian: Karena 1π radian = 180 0 , 0 maka 540 = 540 0 × π radian = 3π radian 180 0 Sudut – sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis 1. Perhatikan gambar perpotongan dua garis pada Gambar 8.1.6. Jika dua garis berpotongan, maka jumlahan sudut – sudut yang bersebelahan adalah 180o, atau . Bab 8: Geometri Bidang 421 Gambar 8.1.6 Jumlahan sudut yang bersebelahan 2. Perhatikan gambar perpotongan dua garis pada Gambar 8.1.7. Jika dua garis berpotongan, maka sudut – sudut yang bertolak belakang adalah sama, atau dan Gambar 8.1.7 Sudut yang bertolak belakang 3. Perhatikan gambar perpotongan satu garis dengan dua garis yang sejajar pada Gambar 8.1.8. Jika sebuah garis memotong sepasang garis yang paralel sebagaimana pada Gambar 8.1.8, maka: - merupakan sudut – sudut dalam (interior) - merupakan sudut – sudut luar (exterior) - Sudut-sudut yang berseberangan adalah sama, atau , dan - . Sudut-sudut yang bersesuaian adalah sama, atau 422 Bab 8: Geometri Bidang , , , dan . Gambar 8.1.8 Sudut – sudut dalam, luar, bersesuaian, dan berseberangan. CONTOH 8.1.5 Tentukan besar sudut dan pada gambar berikut ini. Penyelesaian: - Karena sudut bertolak belakang dengan sudut 30o, maka . - Karena sudut beseberangan dengan sudut 30o, maka , atau Bab 8: Geometri Bidang - 423 bertolak belakang dengan sudut Karena sudut , maka . • RANGKUMAN • Untuk mengukur besarnya sudut digunakan aturan berlawanan dengan arah jarum jam yang putar kanan. Sudut bernilai positip jika arah putar sudut ke kiri dan bernilai negatif jika arah putar sudut ke kanan. Besar sudut dinyatakan dalam derajat (o) atau radian. • Hubungan 1 radian = antara 180 0 π radian dan derajat adalah ≈ 57 017 '45 " • Jika dua garis berpotongan, maka: - jumlahan sudut – sudut yang bersebelahan adalah 180o, atau - sudut – sudut yang bertolak belakang adalah sama. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--11 1. Konversikan besaran sudut dalam derajat ke dalam radian a. 320 45’ c. 480 15’ 30” b. 1280 21’ 35” d. 4500 45’ 45” 2. Konversikan besaran sudut dalam radian ke dalam derajat a. 6,28 radian c. 9 radian 424 Bab 8: Geometri Bidang b. 0,314 radian d. 11 radian 3. Ubahlah ke dalam satuan π radian a. 7200 c. 3150 b. 4500 d. 4050 4. Ubahlah ke dalam satuan derajat a. 5 π 6 c. 11 π 4 b. 3 π 4 d. 7 π 3 5. Ubahlah ke dalam satuan π radian a. - 900 b. -60o c. - 300 d. -1800 6. Tentukan besar sudut A, B, dan C pada gambar berikut ini, jika besarnya sudut D adalah a. 400 c. π /6 radian b. 60o d. π /10 radian 8.2 KELILING BANGUN DATAR Keliling suatu bangun datar yang tertutup merupakan jumlah panjang sisi-sisinya. Juga dikatakan bahwa keliling suatu bangun datar adalah Bab 8: Geometri Bidang 425 jarak yang ditempuh bila suatu bangun dikitari melalui sisinya dan sampai kembali ke tempat semula. 8.2.1 PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Bangun datar yang berbentuk persegi panjang adalah bangun datar segi empat dengan sudut siku disetiap sudutnya, dan mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sedangkan persegi adalah keadaan khusus dari persegi panjang yaitu ukuran panjang dan lebar adalah sama. Seperti terlihat pada Gambar 8.2.1. Gambar 8.2.1 Bangun persegi panjang dan persegi Keliling dari persegi adalah jarak yang ditempuh jika mengitari sisisisinya dan kembali pada titik awal. Untuk persegi panjang, kelilingnya (K) adalah dua kali panjang (p) ditambah dua kali lebar (l) dan dinyatakan dengan : Untuk persegi, karena panjang sisi-sisiya sama (s) maka keliling persegi dinyatakan dengan : 426 Bab 8: Geometri Bidang Jumlahan semua sudut dalam persegi panjang atau persegiemat adalah 360o. CONTOH 8.2.1 Hitung keliling persegi panjang dengan panjang 20 satuan dan lebar 15 satuan ! Penyelesaian: Keliling persegi panjang tersebut adalah: CONTOH 8.2.2 Hitung keliling persegi dengan panjang sisi-sisinya 20 satuan ! Penyelesaian: Keliling persegi tersebut adalah: Bab 8: Geometri Bidang 8.2.2 JAJARAN GENJANG, TRAPESIUM LAYANG 427 – LAYANG DAN Bentuk-bentuk segi empat yang lain adalah: Jajaran genjang, Layanglayang dan Trapesium. Jajaran genjang mempunyai dua pasang sisi yang saling sejajar, layang-layang dua pasang sisinya sama panjang sedangkan trapesium hanya memiliki sepasang sisi yang sejajar. Bentuk bangun datar ini diperlihatkan pada Gambar 8.2.2. Gambar 8.2.3 Bangun datar Jajaran Genjang, Layang-Layang dan Trapesium Keliling dari bangun segi empat ini dengan menghitung jarak yang ditempuh, jika mengitari bangun segi empat ini dan kembali ke titik asal. Dengan demikian keliling untuk masing masing bangun segi empat ini adalah : Jajaran genjang: K = 2( p + l ) Layang-layang : K = 2( p + l ) Trapesium 8.2.3 SEGITIGA : K = k +l +m+n 428 Bab 8: Geometri Bidang Segitiga (triangle) dibentuk dari tiga titik (yang tidak segaris) yang dihubungkan dengan tiga segmen garis yang melalui tiga titik tersebut. Gambar 8.2.3 merupakan gambar bentuk umum segitiga. Titik – titik dalam segitiga tersebut adalah A, B, dan C. Karena itu, segitiganya dinamakan segitiga ABC atau ditulis dengan . Segmen garis yang menghubungkan titik-titik tersebut dinamakan sisi dari segitiga. Pada titik A ada atau singkatnya , besarnya adalah α. Sisi segitiga yang berada didepan adalah segmen garis BC dengan panjang a. Pada titik B ada atau singkatnya adalah β. Sisi segitiga yang berada didepan dengan panjang b. Pada titik C ada adalah segmen garis AC atau singkatnya adalah γ. Sisi segitiga yang berada didepan AB dengan panjang c. , besarnya , besarnya adalah segmen garis Bab 8: Geometri Bidang 429 Gambar 8.2.3 Segitiga ABC Jika pada Gambar 8.2.3 segmen garis AB dianggap sebagai alas segitiga ABC, maka tinggi dari segitiga ABC adalah t. Keliling segitiga (K) adalah jumlahan dari ketiga sisinya dan tulis sebagai berikut. Sifat sudut dalam segitiga Dalam segitiga ABC pada Gambar 8.2.3, jumlahan sudut – sudut dalam segitiga adalah 180o atau ditulis Hal ini dapat diperlihatkan berikut ini. Pandang segitiga ABC seperti tampak dibawah ini. Garis BE sejajar dengan garis AC. - Karena bersesuaian, besarnya - Karena berseberangan, besarnya Diperoleh sama dengan . sama dengan . 430 Bab 8: Geometri Bidang Jenis segitiga Ada tiga jenis segitiga, yaitu: Segitiga siku-siku adalah suatu segitiga dengan salah satu sudutnya siku-siku (90o atau π/2), seperti tampak pada gambar dibawah ini. Jika dipunyai segitiga siku-siku seperti tampak pada gambar di atas, maka: i. ii. berlaku hukum pythagoras, iii. didefinisikan beberapa fungsi trigonometri: - Dari definisi tentang fungsi trigonometri di atas, berikut ini dibuat tabel nilai , , dan untuk sudut-sudut α yang istimewa. Definisi fungsi trigonometri ini, akan dipakai pada akhir bab. Bab 8: Geometri Bidang 0o 30o 45o 60o 431 90o 0 1 1 0 0 -30o -45o -60o -90o 0 1 Segitiga sama kaki (isosceles triangle) adalah suatu segitiga dengan dua sisinya sama panjang, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Jika dipunyai segitiga sama kaki seperti tampak pada gambar di atas, maka: i. ii. iii. a = b, , garis ketinggian segitiga CD memotong segmen garis alas AB di tengah‐tengah, atau panjang AD = panjang DB, iv. keliling segitiga v. tinggi t dapat ditentukan sebagai berikut. 432 Bab 8: Geometri Bidang Segitiga sama sisi ketiga sisinya sama panjang Jika dipunyai segitiga sama kaki seperti tampak pada gambar di atas, maka: i. a=b=c ii. iii. garis ketinggian segitiga CD memotong segmen garis alas AB di tengah‐tengah, atau panjang AD = panjang DB. iv. keliling segitiga vi. tinggi t dapat ditentukan sebagai berikut. CONTOH 8.2.3 Misal dipunyai segitiga seperti tampak pada gambar berikut ini. Bab 8: Geometri Bidang 433 Tentukan besarnya sudut α ! Penyelesaian: Jumlahan sudut – sudut dalam segitiga adalah 180o, atau CONTOH 8.2.4 Suatu segitiga ABC dengan panjang sisi masing – masing adalah a = 45 cm, b = 37 cm, dan c = 57 cm. Tentukan keliling segitiga tersebut ! Penyelesaian: Keliling segitiga adalah 434 Bab 8: Geometri Bidang CONTOH 8.2.5 Suatu penggaris berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisi yang diketahui seperti tampak pada gambar berikut ini. Tentukan keliling dari penggaris tersebut ! Penyelesaian: Sisi miring (hypotenuse) belum diketahui, dapat dicari dengan menggunakan rumus pythagoras. Jadi keliling dari penggaris tersebut adalah Bab 8: Geometri Bidang 435 8.2.4 LINGKARAN Bentuk-bentuk benda yang berupa lingkaran sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan bentuk roda kendaraan, jam tangan yang bulat, medali, uang logam merupakan contoh benda-benda yang berbentuk lingkaran. Bentuk lingkaran diperoleh dengan menentukan tempat kedudukan atau himpunan semua titik-titik yang berjarak tetap terhadap sebuah titik (Gambar 8.2.4). Titik tetap (xo,yo) tersebut dikatakan pusat lingkaran dan jarak r tersebut dikatakan jari-jari lingkaran. Gambar 8.2.4 Lingkaran Keliling sebuah lingkaran sama dengan dua kali π dikalikan dengan jari-jarinya, atau ditulis : K = 2π r 436 Bab 8: Geometri Bidang • RANGKUMAN • Keliling suatu bangun datar yang tertutup merupakan jumlah panjang sisi‐sisinya, dapat juga dikatakan bahwa keliling suatu bangun datar adalah jarak yang ditempuh bila suatu bangun dikitari sampai kembali ke tempat semula. • Keliling untuk persegi panjang : K = 2 p + 2l = 2( p + l ) • Keliling Persegi : K = 2s + 2s = 4s • Keliling Jajaran genjang : K = 2( p + l ) • Keliling Segitiga : K = a+b+c • Keliling Layang‐layang : K = 2( p + l ) • Keliling Trapesium : K = k +l +m+n • Keliling Lingkaran : K = 2π r SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--22 1. 2. Tentukan keliling dari bangun datar dibawah ini: a. Persegi Panjang dengan panjang = 6 cm, lebar = 3 cm b. Persegi dengan sisi = 4 cm c. Jajajaran genjang panjang = 12 cm, lebar = 8 cm d. Lingkaran dengan jari-jari = 5 cm Sebuah jendela berbentuk persegi panjang dengan panjang = 2,4 m dan lebar 1,8 m. Diatas jendela diberi lengkungan setengah lingkaran. a. Tentukan keliling jendela b. Jika harga bahan Rp 42.500,-/m dan ongkos pembuatan jendela Rp 55.000,-. Tentukan harga jendela tersebut. Bab 8: Geometri Bidang 3. 437 Sebuah pagar berbentuk seperti gambar dibawah ini, bagian atas pagar diberi hiasan segi tiga sama sisi. 0,5 m 3m 5m Jika harga bahan Rp 35.000,-/m, ongkos pembuatan Rp 225.000,tentukan harga pagar. 4. Sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan panjang 15 m dan lebar 10 m, keliling taman diberi pagar seperti pada soal 3. Berapa beaya yang dibutukhan untuk memberi pagar taman tersebut. 8.3 LUAS BANGUN DATAR 8.3.1 PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG Bangun datar yang berbentuk persegi panjang adalah bangun datar segi empat dengan sudut siku disetiap sudutnya, dimana mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sedangkan persegi adalah keadaan khusus dari persegi panjang yaitu ukuran panjang dan lebar adalah sama. Seperti terlihat pada Gambar 8.1.2. Luas dari persegi panjang adalah banyaknya besaran turunan yang dapat menutupi permukaan persegi 438 Bab 8: Geometri Bidang panjang. Kalau panjang dari persegi panjang adalah p satuan dan lebar dari persegi panjang adalah l satuan, maka luas persegi panjang tersebut adalah: L = p×l Sedangkan luas dari persegi adalah sisi (s) dikalikan dengan sisi (s) dan dinyatakan dengan: L = s × s = s2 CONTOH 8.3.1 Tentukan luas dari persegi panjang dengan panjang 8 cm & lebar 4 cm Penyelesaian: L = p × l = 8 cm × 4 cm = 32 cm 2 CONTOH 8.3.2 Tentukan luas dari persegi dengan panjang sisi 4 m Jawab L = s × s = 4 m × 4 m = 16 m 2 8.3.2 SEGITIGA Perhatikan Gambar 8.3.1. Terlihat pada gambar bahwa Luas segi tiga ABC sama dengan ½ luas persegi panjang ADCF ditambah ½ luas persegi panjang DBFC maka luas segi tiga ABC sama dengan ½ luas Bab 8: Geometri Bidang 439 persegi panjang ADCE dan DBFC. Sehingga luas segitiga dapat dirumuskan sebagai berikut : Gambar 8.3.1 Segi tiga siku-siku L= 1 ⋅ ( AB ) ⋅ (CD ) 2 Jika panjang alas (AB) segi tiga ABC adalah a dan Panjang dari garis tinggi CD adalah t, maka luas segitiga ABC dapat ditulis: L= 1 ⋅a ⋅t 2 CONTOH 8.3.3 Tentukan luas segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tinggi 4 cm Jawab L = 1 ⋅ a ⋅ t = 1 ⋅ 8 cm ⋅ 4 cm = 16 cm 2 2 2 8.3.3 JAJARAN GENJANG 440 Bab 8: Geometri Bidang Untuk mendapatkan luas jajaran genjang perhatikan Gambar 8.3.2. Buat garis tinggi dari sepasang sisi yang sejajar. Potong bentuk segitiga BFD (sebelah kanan), kemudian geser ke sebelah kiri sampai menempel diatas segitiga AEC, akan membentuk bangun menjadi persegi panjang. Misalkan panjang alas jajaran genjang diketahui a dan tingginya t. Gambar 8.3.2 Jajaran genjang dan persegi panjang yang dibentuk dari potongan segitiga dari jajaran genjang. Jadi luas jajajaran genjang dinyatakan dengan: L = a ⋅t CONTOH 8.3.4 Tentukan luas jajaran genjang yang panjang alas 8 cm dan tinggi 4 cm. Penyelesaian: L = a ⋅ t = 8 cm ⋅ 4 cm = 32 cm 2 8.3.4 LAYANG ‐ LAYANG Bab 8: Geometri Bidang 441 Luas layang-layang dicari dengan membuat garis diagonal-diagonalnya, kemudian memotong salah satu diagonalnya. Dari potongan ini terdapat dua segitiga yang panjang alas sama dengan diagonal dan tinggi dari kedua segitiga sama dengan panjang diagonal yang lain seperti terlihat pada Gambar 8.3.3. Gambar 8.3.3 Layang-layang dipotong menjadi dua segitiga Luas segitiga BCD (potongan atas) adalah Luas segitiga ABC (potongan bawah) adalah Luas layang-layang: Jadi luas layang-layang: 442 Bab 8: Geometri Bidang CONTOH 8.3.5 Tentukan luas layang-layang yang panjang diagonalnya 10 cm dan tinggi 6 cm. Penyelesaian: cm2. 8.3.5 TRAPESIUM Perhatikan Gambar 8.3.4. Penghitungan luas trapesium dengan membuat dua garis tinggi dari alas trapesium, bidang dipotong mengikuti garis tinggi, dengan demikian ada dua bidang datar berbentuk segitiga dan satu berbentuk persegi panjang. Gambar 8.3.4 Trapesium dan Tiga Potongan Bab 8: Geometri Bidang 443 Luas trapesium adalah jumlahan dari L1 + L2 + L1, dengan L1 = 1 ⋅c ⋅t 2 L2 = b ⋅ t L3 = 1 ⋅d ⋅t 2 1 1 ⋅ c ⋅ t + (b ⋅ t ) + ⋅ d ⋅ t 2 2 Ltrap = 1 2 = t ⋅ c + b + 1 d 2 = t ⋅c + b + d − = t ⋅a − Ltrap = 1 1 c − d , panjang a = c + b + d 2 2 1 (c + d ) , panjang c + d = a − b 2 1 ⋅ t ⋅ (a + b ) 2 CONTOH 8.3.6 Tentukan luas trapesium dengan tinggi 4 cm, alas 6 cm dan 5 cm. Jawab Ltrap = 1 1 ⋅ t ⋅ (a + b ) = ⋅ 4 ⋅ (6 + 5) = 22 cm 2 2 2 8.3.6 LINGKARAN 444 Bab 8: Geometri Bidang Bentuk-bentuk benda yang berupa lingkaran sering anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan bentuk roda kendaraan, jam tangan yang bulat, medali, uang logam merupakan contoh benda-benda yang berbentuk lingkaran. Bentuk Lingkaran diperoleh dengan menentukan tempat kedudukan atau himpunan semua titik-titik yang berjarak tetap terhadap sebuah titik (Gambar 8.2.4). Titik tetap (xo,yo) tersebut dikatakan Pusat lingkaran dan jarak r tersebut dikatakan jari-jari lingkaran. Gambar 8.3.5 Lingkaran Luas sebuah lingkaran sama dengan π dikalikan dengan kuadrat jarijarinya, atau ditulis : L = π r2 CONTOH 8.3.7 Tentukan luas lingkaran dengan jari-jari 4 cm. Jawab L = π r 2 = π ⋅ (4) = 16π cm 2 2 Bab 8: Geometri Bidang 445 • RANGKUMAN • Luas dari bidang datar adalah banyaknya besaran turunan yang dapat menutupi permukaan bidang datar tersebut. • Luas untuk persegi panjang : L = p×l • Luas Persegi : L = s × s = s2 • Luas Jajaran genjang : L = a ⋅t • Luas Layang‐layang : L = 1 × d1 × d 2 • Luas Trapesium : Ltrap = • Luas Lingkaran 2 : L =π r 2 1 ⋅ t ⋅ (a + b ) 2 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--22 1. Tentukan luas dari bangun datar dibawah ini: a. Persegi dengan sisi 3 cm b. Persegi panjang dengan panjang 5 cm, lebar 2 cm c. Segi tiga dengan alas 8 cm dan tinggi 7 cm d. Lingkaran dengan jari-jari 6 cm 2. Tentukan luas tanah pada gambar dibawah ini 446 Bab 8: Geometri Bidang 3. Paving dengan ukuran 4 x 8 cm digunakan untuk menutup halaman sekolah yang berukuran 8 x 10 m a. Berapa banyak paving yang dibutuhkan b. Jika harga paving Rp 2.500,-/buah berapa harga paving seluruhnya. c. Ongkos pemasangan paving Rp 25.000,-/m2 Berapa beaya yang dibutuhkan d. Agar lebih bagus digunakan paving merah sebanyak 12 m2 dengan harga Rp 2750,-/buah, berapa harga paving seluruhnya 4. Sebuah teras dari cor berbentuk persegi panjang dan diatasnya diberi setengah lingkaran seperti gambar dibawah, dengan ketebalan 5 cm tiap meter persegi membutuhkan semen 6 kg, harga semen yang berisi 50 kg Rp 48.000,a. Berapa luas teras b. Berapa kg semen yang dibutuhkan c. Berapa biaya untuk membeli semen 8.4 TRANSFORMASI GEOMETRI Bab 8: Geometri Bidang 447 Transformasi geometri adalah pemindahan obyek bidang datar dari tempat asal ketempat yang lain. Terdapat empat bentuk transformasi geometri yaitu: Translasi (pergeseran) Rotasi (putaran) Refleksi (pencerminan) Dilatasi (Perbesaran atau perkecilan) 8.4.1 TRANSLASI Translasi atau pergeseran adalah bentuk transformasi untuk memindahkan suatu obyek pada bidang datar dengan jarak dan arah tertentu. Panjang jarak dan arah pada translasi dinyatakan oleh vektor AB atau a pasangan berurutan . b 2 2 Suatu translasi dari R (ruang dimensi dua) ke R didefinisikan oleh pemetaan: T : R2 → R2 a Titik P ( x, y ) ditranslasikan oleh T = b artinya titik P ( x, y ) dipetakan ke titik P ' ( x ' , y ') sehingga berlaku hubungan: x '= x + a y '= y + b Hubungan ini mengandung pengertian: 448 Bab 8: Geometri Bidang 1. Jika a > 0 maka arah pergeseran kekanan dan jika a < 0 arah pergeseran kekiri. 2. Jika b > 0 maka arah pergeseran keatas dan jika b < 0 arah pergeseran kebawah. Secara geometri diperlihatkan pada Gambar 8.5.1. Gambar 8.5.1 Translasi Titik P( x, y ) ke P ' ( x ' , y ') CONTOH 8.4.1 2 Tentukan bayangan titik P (2,−5) dan Q (− 3,1) oleh translasi T 3 Jawab Untuk titik P: P (2,−5) → P ' (2 + 2, − 5 + 3) = P ' (4, − 2 ) Bab 8: Geometri Bidang 449 Untuk titik Q: Q (− 3,1) → Q ' (− 3 + 2,1 + 3) = P ' (− 1, 4 ) CONTOH 8.4.2 Tentukan hasil translasi dari persamaan parabola y = x 2 oleh translasi − 1 T , Gambarkan grafik sebelum dan sesudah translasi. 3 Penyelesaian: Persamaan translasi adalah: x ' = x − 1 → x = x '+1 y ' = y + 3 → y = y '− 3 Substitusikan persamaan translasi ke persamaan parabola didapat: y = x2 ↔ y '−3 = ( x '+1) 2 ↔ y ' = (x ') + 2 x '+1 + 3 2 ↔ y ' = (x') + 2 x '+ 4 2 Grafik parabola asal dan hasil translasi diperlihatkan pada gambar 8.5.2 y y ' = (x') + 2x '+4 2 y = x2 y = x + 2x + 1 2 x 450 Bab 8: Geometri Bidang Gambar 8.5.2 Grafik Parabola dan hasil Translasi Pertama kita gambarkan grafik y = x 2 , grafik ini digeser ke-kiri sejauh satu satuan (gambar garis putus-putus), kemudian dilanjutkan digeser ke-atas sejauh tiga satuan (gambar garis tebal). CONTOH 8.4.3 a Bayangan titik (a − 2b, a + b ) oleh translasi adalah titik (8,1) b Tentukan bayangan titik (2b, a + 1) oleh translasi yang sama. Jawab. Bentuk translasi sebagai berikut: a − 2b a 8 + = a + b b 1 a − 2b + a = 8 → 2a − 2b = 8 …….. …….. (1) a +b+b =1 → a + 2b = 1 …………….. (2) Dari persamaan (1) dan (2) didapat a = 3 dan b = −1 , Oleh krena itu titik (2b, a + 1) = (− 2, 4 ) . Bayangan titik (− 2, 4 ) oleh translasi x − 2 3 1 = + = y 4 − 1 3 3 − 1 adalah: Bab 8: Geometri Bidang 451 a Jadi, bayangan titik (− 2, 4 ) oleh tranlasi = adalah (1, 3) −1 b 3 8.4.2 ROTASI Rotasi adalah bentuk transformasi geometri untuk memindahkan obyek dengan cara pemutaran. Untuk melakukan rotasi diperlukan titik pusat, besar sudut dan arah sudut rotasi. Arah putaran sudut positif berlawanan dengan jarum jam, sebaliknya untuk arah sudut yang negatif putaran searah dengan jarum jam. Gambar 8.5.3 memperlihatkan bangun segitiga dirotasikan dengan pusat titik O (0, 0 ) , sudut putar sebesar θ searah jarum jam. O θ Gambar 8.5.3 Segitiga dirotasi pusat O sebesar θ searah jarum jam Misalkan titik P ( x, y ) diputar dengan titik pusat O (0, 0 ) dengan sudut putar sebesar θ berlawanan arah jarum jam, untuk mendapatkan titik hasil rotasi yaitu titik P ' ( x ' , y ') perhatikan Gambar 8.5.4. y 452 Bab 8: Geometri Bidang P ' ( x ' , y ') y' r y θ O P ( x, y ) α x' x x Gambar 8.5.4 Rotasi titik P ( x, y ) ke P ' ( x ' , y ') OP = OP’ = r, ∠XOP = α , ∠ POP ' = θ x = r cos α , y = r sin α x ' = r cos(α + θ ) = r (cos α cos θ − sin α sin θ ) = r cos α cos θ − r sin α sin θ = x cos θ − y sin θ y ' = r sin (α + θ ) = r (sin α cos θ + cos α sin θ ) = r sin α cos θ + r cos α sin θ = y cos θ + x sin θ = x sin θ + y cos θ Jadi, x ' = x cos θ − y sin θ y ' = x sin θ + y cos θ Bab 8: Geometri Bidang 453 Dalam bentuk matriks persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: x ' cos θ = y ' sin θ cos θ sin θ Bentuk matriks − sin θ x cos θ y − sin θ disebut matriks rotasi R[O , θ ]. cos θ CONTOH 8.4.4 Diberikan titik-titik A(2, 4 ) , B (− 3, 5) dan C (0, − 3) diputar dengan sudut seperempat putaran berlawanan arah jarum jam, pusat sumbu sumbu putar O. Tentukan bayangannya !. Jawab. Persamaan rotasi dengan ∠θ = 90 0 dengan pusat sumbu O adalah: x ' cos 90 0 − sin 90 0 2 − 3 0 = 0 cos 90 0 4 5 − 3 y ' sin 90 0 − 1 2 − 3 0 = 1 0 4 5 − 3 − 4 − 5 3 = 2 − 3 0 Jadi, A ' (− 4, 2 ) , B ' (− 5, − 3) dan C ' (3, 0 ) 454 Bab 8: Geometri Bidang Sekarang kita bahas jika titik pusat putar bukan O (0, 0 ) , misal P (a, b ) . Penyelesaian masalah ini sama dengan mentranslasikan O (0, 0 ) ke titik P (a, b ) , sehingga didapat persamaan: x '− a = ( x − a ) cos θ − ( y − b )sin θ y '−b = (x − a )sin θ + ( y − b ) cos θ atau dalam bentuk matriks: x '− a cos θ = y − b ' sin θ − sin θ x − a cos θ y − b CONTOH 8.4.5 Tentukan bayangan dari persamaan parabola y = x 2 diputar dengan sudut putar sebesar 90 0 berlawanan arah jarum jam, titik pusat (2, 0 ) Jawab. Pusat rotasi (2, 0 ) , besar sudut putar 90 0 berlawanan arah jarum jam, persamaan rotasi: x '−2 = ( x − 2) cos 90 0 − ( y − 0)sin 90 0 y '−0 = ( x − 2 )sin 90 0 + ( y − 0) cos 90 0 ↔ x ' = 2 + ( x − 2 ) 0 − ( y )1 y ' = 0 + ( x − 2 )1 + ( y ) 0 ↔ x '= 2 − y y '= x − 2 ↔ y = 2 − x' x = y '+2 Bab 8: Geometri Bidang Substitusikan ke persamaan parabola 455 y = x 2 didapat persamaan bayangan: (2 − x ') = ( y '+2)2 atau x ' = − ( y ') − 4 y '−2 2 Jadi bayangan dari persamaan parabola y = x 2 yang diputar dengan sudut putar sebesar 90 0 berlawanan arah jarum jam, titik pusat (2, 0 ) 2 adalah x = − y − 4 y − 2 . 8.4.3 REFLEKSI (PENCERMINAN) Refleksi (pencerminan) adalah bentuk transformasi geometri yang memindahkan obyek menjadi bayangan seperti di depan cermin. Misal suatu segitiga dicerminkan terhadap garis l, seperti pada Gambar 8.5.5. l B A C ∨ ∨ 〈〈 〈〈 ∧ ∧ B' A' C' Gambar 8.5.5 Segitiga ABC dicerminkan terhadap l Pencerminan titik terhadap sumbu cermin, jarak titik asal ke sumbu cermin sama dengan jarak titik bayangan ke sumbu cermin. 456 Bab 8: Geometri Bidang Pada koordinat Kartesius, titik P ( x, y ) dicerminkan terhadap sumbu x dan sumbu y hasil dari pencerminan diperlihatkan pada Gambar 8.5.6. y P " (− x, y ) P ( x, y ) x P ' ( x, − y ) Gambar 8.5.6 Pencerminan P ( x, y ) terhadap sumbu koordinat Titik P ( x, y ) dicerminkan terhadap sumbu x menghasikan P ' ( x, − y ) , bentuk persamaan hasil pencerminan ini adalah: x '= x ↔ x '= 1x + 0 y y '= − y ↔ y '= 0 x −1 y Dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks: x ' 1 0 x = y ' 0 − 1 y 1 0 disebut matriks pencerminan terhadap sumbu x. 0 −1 Matriks Dengan cara yang sama dapat dicari bentuk-bentuk matriks pencerminan pada sumbu-sumbu cermin yang lain, untuk memudahkan mempelajari pencerminan bentuk-bentuk matriks pencerminan ditulis dalam tabel 8.5.1 Tabel 8.5.1 Matriks Transformasi Pencerminan Bab 8: Geometri Bidang Transformasi Pencerminan terhadap sumbu x Pencerminan terhadap sumbu y Pencerminan terhadap Pusat sumbu O (0, 0 ) Pencerminan terhadap garis y = x Pencerminan terhadap garis y = − x 457 Bentuk Matriks Pemetaan 1 0 0 −1 −1 0 0 1 (x, y ) → ( x, − y ) −1 0 0 − 1 0 1 1 0 0 − 1 −1 0 (x, y ) → (− x,− y ) (x, y ) → (− x, y ) ( x, y ) → ( y , x ) (x, y ) → (− y, − x ) Selanjutnya, pengembangan pencerminan dengan mengganti sumbu cerminnya. Hasil pencerminan terhadap beberapa sumbu cermin adalah sebagai berikut: Sumbu cermin garis x = h P ( x, y ) hasil pencerminan (bayangan) adalah: P ' (2 h − x, y ) Sumbu cermin garis y = k P ( x, y ) hasil pencerminan (bayangan) adalah: P ' ( x, 2k − y ) Sumbu cermin garis y = mx , bentuk matriks pencerminan: M y =mx 1 1 − m 2 = 2 m + 1 2m 2m m 2 − 1 CONTOH 8.4.6 Diberikan titik-titik A(2, 4 ) , B (− 3, 5) dan C (0, − 3) . 458 Bab 8: Geometri Bidang Tentukan bayangannya jika jika dicerminkan terhadap garis y = x Jawab. 0 1 1 0 Matriks pencerminan terhadap garis y = x adalah: Persamaan matriks untuk titik-titik A(2, 4 ) , B (− 3, 5) dan C (0, − 3) x ' = y ' 0 1 2 − 3 0 4 5 3 = 4 5 3 1 0 2 − 3 0 Jadi hasil pencerminan didapat: A ' (4, 2 ) , B (5, − 3) dan C (− 3, 0 ) CONTOH 8.4.7 Tentukan bayangan titik (− 3, 7 ) jika dicerminkan terhadap garis 2x − y + 3 = 0 Jawab. Ubah persamaan garis 2 x − y + 3 = 0 menjadi y = 2 x + 3 . 0 Garis y = 2 x + 3 diperoleh dari garis y = 2 x ditranslasi oleh T 3 Bayangan (− 3, 7 ) dapat dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut: 0 1. Translasikan titik (− 3, 7 ) dengan T diperoleh: (− 3, 4 ) 3 2. Tentukan matriks pencerminan garis y = 2 x Bab 8: Geometri Bidang M y =2 x = 1 1 − 2 2 2 2 + 1 2.2 3. Cerminkan titik 459 2.2 1 − 3 4 = 2 2 − 1 5 4 3 (− 3, 4) terhadap garis y = 2x dengan menggunakan matriks pada 2. diperoleh: x 1 − 3 4 − 3 = = y 5 4 3 4 5 → ( x, y ) = (5, 0 ) 0 0 4. Translasikan titik (5, 0 ) dengan T diperoleh (5, 3) 3 Jadi hasil refleksi (− 3, 7 ) terhadap garis 2 x − y + 3 = 0 adalah: (5, 3) 8.4.4 DILATASI Dilatasi adalah bentuk transformasi geometri yang memperbesar atau memperkecil obyek tanpa mengubah bentuk obyek tersebut. Untuk melakukan dilatasi diperlukan pusat dilatasi dan faktor pengali atau skala. Jika skala > 1 maka bentuk obyek diperbesar, sebaliknya jika skal < 1 maka obyek diperkecil. Perhatikan Gambar 8.5.7, suatu titik P ( x, y ) dilakukan dilatasi dengan pusat O (0, 0 ) dengan skala a. y P " ( x" , y") y" P ( x, y ) y P ' ( x ' , y ') y' O x' x x" x 460 Bab 8: Geometri Bidang Gambar 8.5.7 Dilatasi titik P ( x, y ) a < 1 menghasikan P ' ( x ' , y ') , a > 1 menghasikan P" (x" , y") Persamaan dilatasi dengan pusat O (0, 0 ) dan k skala dinyatakan dalam bentuk: x '= k x y '= k y Persamaan matriksnya adalah: x ' = y ' k 0 x 0 k y k 0 disebut matriks dilatasi D [O , k ] 0 k Matriks Untuk dilatasi dengan pusat P (a, b ) dengan skala k dan ditulis D [P , k ] bentuk persamaannya adalah: x ' = a + k (x − a ) y ' = b + k (y − b) Persamaan dalam bentuk matriks adalah: x ' = y ' a k 0 x − a + b 0 k y − b Bab 8: Geometri Bidang 461 CONTOH 8.4.8 Tentukan bayangan titik (6, 8 ) oleh dilatasi: a. D [O , 2 ] b. 1 D O , 2 Jawab a. Titik (6, 8) dilatasi D [O , 2 ] , gunakan persaman matriks dilatasi didapat: x ' = y ' 2 0 6 = 0 2 8 12 16 Jadi, hasil dilatasi (12,16 ) b. Titik (6, 8) 1 dilatasi D O , , gunakan persaman matriks 2 dilatasi didapat: x ' = y ' 1 2 0 0 6 = 1 8 2 3 4 Jadi, hasil dilatasi (3, 4 ) CONTOH 8.4.9 Tentukan bayangan dari persegi ABCD dengan titik sudut A(2, 2 ) , B (− 2, 2 ) , C (− 2, − 2 ) dan D (2, − 2 ) jika dilakukan dilatasi dengan pusat titik C dengan skala 2 Jawab. 462 Bab 8: Geometri Bidang Bentuk dilatasi adalah: D [C , 2 ] Persamaan matriks dilatasi untuk titik-titik: A(2, 2 ) , B (− 2, 2 ) , C (− 2, − 2 ) dan D (2, − 2 ) adalah: x ' = y ' − 2 2 0 2 + 2 − 2 + 2 − 2 + 2 2 + 2 + − 2 0 2 2 + 2 2 + 2 − 2 + 2 − 2 + 2 − 2 + − 2 = 2 0 4 0 0 4 0 2 4 4 0 0 6 − 2 − 2 6 6 6 − 2 − 2 = Titik-titik hasil dilatasi: A ' (6, 6 ) , B ' (− 2, 6 ) , C ' (− 2, − 2 ) dan D ' (6, − 2 ) . • RANGKUMAN • Transformasi geometri adalah pemindahan obyek bidang datar dari tempat asal ketempat yang lain • Terdapat empat bentuk transformasi geometri yaitu : Translasi (pergeseran), Rotasi (putaran), Refleksi (pencerminan) dan Dilatasi (Perbesaran atau perkecilan). • Translasi atau pergeseran adalah bentuk transformasi untuk memindah-kan suatu obyek pada bidang datar dengan jarak dan arah tertentu. • Rotasi adalah bentuk transformasi geometri untuk memindahkan obyek dengan cara pemutaran. Untuk melakukan rotasi diperlukan titik pusat, besar sudut dan arah sudut rotasi. Bab 8: Geometri Bidang • 463 Refleksi (pencerminan) adalah bentuk transformasi geometri yang memindahkan obyek menjadi bayangan seperti di depan cermin. • Dilatasi adalah bentuk transformasi geometri yang memperbesar atau memperkecil obyek tanpa mengubah bentuk obyek tersebut. Untuk melakukan dilatasi diperlukan pusat dilatasi dan faktor pengali atau skala. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--55 1. Diberikan koordinat titik segi tiga (0,0), (2,0) dan (2,3). Tentukan koordinat titik segi tiga jika dikenakan transformasi: 1 a. Translasi: T = 4 b. Translasi: T = 2 c. Rotasi titik pusat O dengan θ = 60 0 d. Rotasi titik pusat O dengan θ = 240 0 e. Refleksi (pencerminan) terhadap titik O, sumbu x dan − 3 sumbu y f. Refleksi (pencerminan) terhadap garis y = x , y = -x dan x=2 g. Dilatasi dengan titik pusat O dan faktor skala: 3 dan 1/2 2. m Titik A(2,-4) dengan translasi T = menjadi A’(-1,2). n Tentukan m dan n 464 3. Bab 8: Geometri Bidang Diberikan persamaan parabola y = x2 +1, tentukan persamaan yang sesuai dan sket grafik jika ditransformasikan dengan: 1 a. Translasi: T = − 1 b. Rotasi titik pusat O dengan θ = 90 0 c. Rotasi titik pusat P(0,1) dengan θ = 180 0 d. Refleksi (pencerminan) terhadap titik O, sumbu x dan sumbu y 4. Tentukan matriks refleksi terhadap garis x = h dan y = k 8.5 KOMPOSISI TRANSFORMASI Kita dapat melakukan beberapa transformasi, misal pertama suatu obyek ditranslasi dengan T1 kemudian dilanjutkan translasi yang kedua dengan T2 yang dinyatakan dengan (T2 o T1 ) (x, y ) , bentuk ini dinamakan komposisi dua translasi. Bentuk komposisi transformasi yang lain dengan menggabungkan bentuk-bentuk transformasi yang telah dipelajari pada subbab 8.5. 8.5.1 KOMPOSISI TRANSLASI a c Misal diberikan translasi T1 = dan T2 = , komposisi dua b d translasi T1 dan T2 dinyatakan: a c a + c + = b d b + d (T2 o T1 ) = Bab 8: Geometri Bidang 465 c a c + a + = d b d + b (T1 o T2 ) = Karena jumlah bilangan bersifat komutatif, maka: (T2 o T1 ) = (T1 o T2 ) Catatan (T2 o T1 ) artinya obyek ditranslasi oleh T1 dilanjutkan dengan T2 (T1 o T2 ) artinya obyek ditranslasi oleh T2 dilanjutkan dengan T1 Walaupun memberi hasil yang sama tetapi penekanan pada urutan pengerjaan translasi. 8.5.2 KOMPOSISI ROTASI Misalkan titik P ( x, y ) dilakukan rotasi oleh R1 [O , θ 1 ] kemudian dilanjutkan dengan R1 [O, θ 2 ] , komposisi rotasi dari R1 dilanjutkan dengan R 2 dinyatakan: (R2 o R1 ) (x, y ) = cosθ1 sin θ1 − sin θ1 cosθ 2 cosθ1 sin θ 2 cosθ1 cosθ 2 − sin θ1 sin θ 2 sin θ1 cosθ 2 + cosθ1 sin θ 2 = − cosθ1 sin θ 2 − sin θ1 cosθ 2 x − sin θ1 sin θ 2 + cosθ1 cosθ 2 y cos(θ1 + θ 2 ) − sin (θ1 + θ 2 ) x sin (θ1 + θ 2 ) cos(θ1 + θ 2 ) y = − sin θ 2 x cosθ 2 y 466 Bab 8: Geometri Bidang Jadi, merotasikan suatu obyek menggunakan komposisi rotasi berarti merotasikan obyek tersebut dengan jumlah sudut masing-masing rotasi. Secara geometri diperlihatkan pada gambar 8.6.1 P" P' θ2 θ1 O P Gambar 8.6.1 Komposisi Rotasi Titik P dirotasikan pusat O besar sudut θ 1 didapat P ' dilanjutkan rotasi pusat O besar sudut θ 2 didapat P " atau dapat dilakukan dengan pusat O dengan besar sudut rotasi θ 1 + θ 2 . 8.5.3 KOMPOSISI REFLEKSI (PENCERMINAN) Misalkan titik P ( x, y ) dilakukan refleksi terhadap garis x = k kemudian dilanjutkan dengan x = h , komposisi refleksi dari M 1 dilanjutkan dengan M 2 dinyatakan: (M 2 o M 1 ) (x, y ) = M 2 ([M 1 ]( x, y )) = M 2 (2k − x, y ) = (2h − (2 k − x ), y ) = (2(h − k ) + x, y ) Bab 8: Geometri Bidang 467 Secara geometri hasil dari komposisi (M 2 o M 1 ) ( x, y ) terhadap garis x = k dilanjutkan dengan x = h diperlihatkan pada gambar 8.6.2. y P ( x, y ) P ' (2 k − x, y ) P" (2(h − k ) + x, y ) x x=k x=h Gambar 8.6.2 Komposisi Refleksi terhadap dua garis sejajar Bagaimana jika titik P ( x, y ) direfleksikan terhadap sumbu koordinat, untuk itu perhatikan gambar 8.6.3 dibawah ini. Titik P ( x, y ) direfleksikan terhadap sumbu y menghasilkan P ' ( x, y ) dilanjutkan terhadap sumbu x menghasilkan P" ( x, y ) . Bagaimana jika P ( x, y ) direfleksikan terhadap sumbu x dilanjutkan sumbu y, dicoba sendiri sebagai latihan. y P ' ( x, y ) P (x, y ) x P" (− x,− y ) 468 Bab 8: Geometri Bidang Gambar 8.6.3 Refleksi terhadap sumbu y dilanjutkan sumbu x 8.5.4 KOMPOSISI LEBIH DARI DUA TRANSFORMASI Setelah kita mengerti komposisi dua transformasi, untuk mempelajari komposisi lebih dari dua transformasi sangatlah mudah. Hal penting untuk diingat adalah operasi transformasi mana yang lebih dahulu dikerjakan dan bentuk serta operasi dari matrik transformasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dibawah ini. CONTOH 8.5.1 − 1 Titik P (2, 3) ditranslasikan terhadap T = , dilanjutkan rotasi 1 dengan titik pusat O dengan θ = 90 0 , selanjutnya direfleksikan terhadap sumbu x. Jawab Urutan dan hasil transformasi adalah: − 1 M sumbu x o R[O, 900 ] o T (2,3) = 1 [ ] − 1 = M sumbu x o R[O , 900 ] o T (2,3) 2 = [M sumbu x ] − 1 2 o R[O, 900 ] + 2 3 Bab 8: Geometri Bidang [ ] [ ] 469 1 5 = M sumbu x o R[O , 900 ] 0 − 1 1 1 0 5 = M sumbu x o [ = M sumbu x ]o −15 1 0 − 5 0 − 1 1 = − 5 −1 = Jadi titik P (2, 3) hasil dari tiga transformasi berurutan: (− 5,−1) • RANGKUMAN • Komposisi Transformasi geometri adalah menggabungkan dua atau lebih bentuk‐bentuk transformasi. • Komposisi translasi dinotasikan (T2 o T1 ) , artinya obyek ditranslasi oleh T1 dilanjutkan dengan T2 dan berlaku • (T2 o T1 ) = (T1 o T2 ) . Misalkan titik P ( x, y ) dilakukan rotasi oleh R1 [O , θ 1 ] kemudian dilanjutkan dengan R1 [O, θ 2 ] , maka disebut dengan komposisi rotasi dari R1 dilanjutkan dengan R 2 , ditulis (R 2 o R1 ) 470 Bab 8: Geometri Bidang • Misalkan titik P ( x, y ) dilakukan refleksi terhadap garis x = k kemudian dilanjutkan dengan x = h , komposisi refleksi dari M 1 dilanjutkan dengan M 2 dinyatakan (M 2 o M 1 ) SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--66 Carilah nilai p dan q dalam masing-masing persamaan berikut 1. ini 2. a. 3 p − 1 + = 4 q 6 b. p 4 1 − = 3 q 4 c. p 1 2 p − + = 2 q 3 q Carilah peta dari titik dan transformasi yang ditentukan dibawah ini a. Titik (2, - 4) oleh pencerminan berturutan terhadap garis x = 3 kemudian terhadap garis x = 7 b. Titik (-3, 2) oleh pencerminan berturutan terhadap garis y = −1 kemudian terhadap garis y = 5 c. Jika (5, 1) → (1, 1) oleh pencerminan berturutan terhadap x = 4 , kemudian x = h , carilah h 3. Misalkan refleksi terhadap sumbu x adalah X dan refleksi terhdapa garis y = x adalah M Bab 8: Geometri Bidang 471 a. Berilah transformasi tunggal yang ekuivalen dengan M o X , dan tulislah peta dari P (a, b ) b. Tulislah matriks A dan yang berkaitan dengan X dan M, dan periksa apakah BA merupakan matriks yang berkaitan dengan MoX c. Periksa apakah AB = BA 4. Carilah matriks yang berkaitan dengan pencerminan terhadap sumbu y dilanjutkan dengan setengah putaran terhadap pusat. Periksa hasilnya secara geometri. 5. Perlihatkan bahwa matriks 3 − 4 4 3 memberikan transformasi yang sama dengan dilatasi [O, 5] dilanjutkan dengan rotasi sebesar suatu sudut lancip θ terhadap pusat, dimana tan θ = 3 . Apakah transformasi-transformasi dalam komposisi 4 tersebut bersifat komutatif ?. 8.6 PENERAPAN GEOMETRI BIDANG Penerapan dalam kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan kondisi yang ada di Lapangan, penghitungan yang eksak harus dibulatkan keatas. Contoh pada pemasangan keramik untuk lantai rumah kurang 3 buah, kita tidak bisa membeli keramik hanya 3 buah tetapi harus satu dos, demikian juga dalam perhitungan yang lain. 472 Bab 8: Geometri Bidang CONTOH 8.6.1 Perhatikan denah rumah dibawah ini ukuran dalam m, lantai rumah akan dipasang keramik yang berukuran 30 x 30 cm. Satu dos berisi 10 buah keramik, harga satu dos keramik Rp 42.000,-. Ongkos pemasangan Rp 25.000,- per m2 . Tentukan Beaya yang dibutuhkan !. Jawab Luas lantai adalah: (10 × 10) m 2 − (2 × 4 ) m 2 = 92 m 2 1 dos keramik luasnya adalah: (30 × 30 ) cm 2 × 10 = 9000 cm 2 92 m 2 = 102,222 dos, dibulatkan 103 dos. Kebutuhan keramik: 0,9 m 2 Beaya yang dibutuhkan: 1. Pembelian keramik: 103 x Rp 42.000,- = R. 4.326.000,- 2. Ongkos Pemasangan: 92 x Rp 25.000,- = Rp 2.300.000,- Total beaya yang dibutuhkan = Rp 6.626.000,- Bab 8: Geometri Bidang 473 CONTOH 8.6.2 Sebuah taman yang berukuran 15 m x 10 m diberi pagar yang berbentuk seperti gambar dibawah ini. Bahan pagar dibuat dari besi dengan harga Rp 27.000,-/m. Tentukan harga bahan yang dibutuhkan. 0,5 m 3m 5m Panjang besi ¾ Vertikal (warna biru) = 3 m x 10 = 30 m ¾ Horisontal (warna merah muda) = 5 m x 2 = 10 m ¾ Segitiga = 3 x 0,5 m x 9 = 13,5 m ¾ Lingkaran = 9 x 2 x 3,14 x 0,5 m = 28, 26 m Jumlah = 81,76 m Ukuran pagar taman = 15 m x 10 m Bahan yang dibutuhkan untuk panjang taman: 3 x 81,76 m = 245,28 m Bahan yang dibutuhkan untuk lebar taman Total bahan yang dibutuhkan Harga bahan Rp 27.000,Harga bahan seluruhnya adalah: Rp 27.000,- × 408,8 m = Rp 11.037.600,- • RANGKUMAN : 2 x 81,76 m = 163,52 m = 408,8 m 474 Bab 8: Geometri Bidang Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menerapkan geometri bidang. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 88--77 1. Tepi-tepi jalan pada gambar dibawah ini dibangun trotoar terbuat dari paving berukuran 10 cm × 4 cm, harga paving Rp 60.000,-/m2, ongkos pemasangan Rp 24.000,-/m2. Tentukan total beaya yang dibutuhkan 2. Anggaran yang tersedia untuk pembangunan jaringan pipa air sebesar Rp 50.000.000,-, pipa yang digunakan berukuran 1 dim dengan panjang 6 m, harga satu lonjor pipa Rp 42.000,-, harga sambungan pipa Rp 5.000,-/buah. Ongkos pemasangan pipa setiap 10 lonjor Rp 45.000,-. Berapa m panjang pipa air yang terpasang. 3. Dinding sebuah hotel dengan luas 15.600 m2 dilakukan pengecatan, 1 galon cat berisi 5 kg cukup digunakan untuk mengecat 15 m2 . Berapa galon cat yang dibutuhkan. 4. Lantai sebuah lobi hotel berukuran 10 m x 8 m akan dipasang keramik berukuran 40 cm x 40 cm, 1 dos keramik berisi 6 keramik, berapa dos keramik yang dibutuhkan. Bab 9 PELUANG 9. Peluang H itung peluang mula-mula dikenal pada abad ke-17 yang bermula dari permainan sebuah dadu yang dilempar. Peluang (kemungkinan, probability) dari permukaan dadu yang tampak ketika dilempar, diamati dan dihitung, perhitungan sejenis ini berkembang cukup pesat menjadi teori peluang yang banyak pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berpergian kita sering mempertanyakan apakah terjadi hujan hari ini. Dalam berdagang kita selalu berfikir tentang kemungkinan untuk mengambil keuntungan. Masih banyak contoh lagi yang berkaitan dengan peluang. 475 476 Bab 9: Peluang Dalam bab ini siswa akan belajar tentang kaidah pencacahan, permutasi, kombinasi, peluang kejadian, dan pemakaiannya dalam menyelesaikan permasalahan. 9.1 PENGERTIAN DASAR Ruang Sampel adalah himpunan semua kemungkinan hasil dari suatu percobaan, biasanya dilambangkan dengan S. Kejadian adalah suatu himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian dapat terdiri dari satu titik sampel yang disebut kejadian sederhana, sedangkan kejadian yang terdiri dari lebih dari titik sampel disebut kejadian majemuk. Jadi kejadian majemuk merupakan gabungan dari beberapa kejadian sederhana. Ruang nol adalah himpunan bagian ruang sampel yang tidak memuat anggota. Elemen / anggota dari ruang sampel dinamakan titik sampel. Gambar 9.1.1 merupakan diagram ruang sampel yang terdiri dari titik sampel a, b, c, d, e, f, dan g. Kejadian , kejadian , kejadian merupakan kejadian bagian dari ruang sampel S. , dan Bab 9: Peluang 477 Gambar 9.1.1 Ruang Sampel , adalah Irisan dua kejadian A dan B, dinotasikan dengan kejadian yang memuat semua titik sampel yang ada di A dan juga ada di B. Dua kejadian A dan B dikatakan kejadian saling terpisah (saling asing) apabila dua kejadian tersebut tidak memiliki unsur persekutuan, atau . Untuk ruang sampel pada Gambar 9.1.1, , dan , , , , . Kejadian A dan D dikatakan saling terpisah. Gabungan dua kejadian A dan B, dinotasikan dengan , adalah kejadian yang memuat semua titik sampel yang ada di A atau B. Untuk ruang sampel 9.1.1, , , , , , dan . pada Gambar 478 Bab 9: Peluang Komplemen suatu kejadian A, dinotasikan dengan , adalah himpunan semua titik sampel di S yang bukan anggota A. Untuk ruang dan sampel pada Gambar 9.1.1, . CONTOH 9.1.1 Pada percobaan pelemparan sebuah dadu, kemungkinan hasil percobaannya adalah: • jika ditinjau dari angka yang muncul maka ruang sampelnya adalah Elemen 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 merupakan titik sampel. • jika ditinjau dari keadaan angkanya maka ruang sampelnya adalah Elemen genap atau gasal merupakan titik sampel. CONTOH 9.1.2 Pada percobaan pengambilan sebuah kartu bridge, kemungkinan hasil percobaannya adalah • Jika ditinjau dari jenis kartu maka ruang sampelnya adalah S = {♠, ♣, ♥, ♦} • Jika ditinjau dari warna kartu maka ruang sampelnya adalah Bab 9: Peluang 479 CONTOH 9.1.3 Percobaan pelemparan 2 buah mata dadu, ruang sampel-nya adalah S = {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (1,5), (1,6), (2,1), (2,2), (2,3), (2,4), (2,5), (2,6), (3,1), (3,2), (3,3), (3,4), (3,5), (3,6), (4,1), (4,2), (4,3), (4,4), (4,5), (4,6), (5,1), (5,2), (5,3), (5,4), (5,5), (5,6), (6,1), (6,2), (6,3), (6,4), (6,5), (6,6)} Jika A adalah kejadian munculnya dadu dengan jumlah mata dadu sama dengan 1 maka A = { }, kejadian mustahil. Jika B adalah kejadian munculnya dadu dengan jumlah mata dadu sama dengan 7 maka B = {(1,6), (2,5), (3,4), (4,3), (5,2), (6,1)}. Jika C adalah kejadian munculnya dadu dengan jumlah mata dadu sama dengan 11 maka C = {(5,6), (6,5)}. Jika D adalah kejadian munculnya mata dadu pertama adalah 5 maka D = {(5,1), (5,2), (5,3), (5,4), (5,5), (5,6)}. . Irisan kejadian A dan B adalah Irisan kejadian B dan C adalah Irisan kejadian C dan D adalah . . Gabungan kejadian A dan B adalah . Gabungan kejadian B dan C adalah . Gabungan kejadian C dan D adalah 9.2 KAIDAH PENCACAHAN 480 Bab 9: Peluang Untuk menentukan jumlah titik sampel yang ada dalam ruang sampel diperlukan prinsip dasar menghitung, diantaranya kaidah penjumlahan, kaidah perkalian, permutasi dan kombinasi. Dalam menghitung banyaknya elemen ruang sampel dikenal dua prinsip penghitungan dasar (basic counting principles), yaitu: Kaidah Perkalian (Rule of Product) dan Kaidah Penjumlahan (Rule of Sum). 9.2.1 KAIDAH PERKALIAN Sebelum menuju ke kaidah perkalian kita awali dengan pengamatan percobaan sederhana. Sebuah diagram pohon dapat digunakan dalam perhitungan ruang sampel. Misalnya pada percobaan 2 kali pelemparan sebuah mata uang. Himpunan hasil yang mungkin dapat diperoleh oleh seluruh garis yang ditunjukkan dalam diagram pohon berikut. Gambar 9.2.1 Diagram pohon untuk dua kali lemparan mata uang Bab 9: Peluang 481 Dalam setiap percobaan ada 2 kemungkinan hasil angka (A) atau gambar (G). Percobaan dengan 2 kali pelemparan mata uang didapat hasil sebanyak 22 = 4 buah titik sampel. Jadi ruang sampel S = {GG, GA, AG, AA}. CONTOH 9.2.1 Jika dari kota A menuju kota B ada 3 jalan yaitu jalur p, q, atau r sedangkan dari kota B ke kota C ada 2 jalan yaitu jalur a atau b maka dari kota A ke kota C dapat ditempuh melalui 3 x 2 jalur yang berbeda, yaitu: Selanjutnya akan kita pelajari suatu kaidah yang berkaitan dengan percobaan seperti contoh di atas. Dalam melakukan dua percobaan, kaidah perkalian mengatakan bahwa: Jika satu percobaan memiliki m hasil yang mungkin dan percobaan yang lain memiliki n hasil yang mungkin, maka jika dua percobaan tersebut dilakukan bersamaan memiliki mn hasil yang mungkin. Secara umum, dikatakan bahwa: Misalkan r percobaan dapat dilakukan. Jika percobaan ke-i memiliki ni hasil yang mung-kin, 1 ≤ i ≤ r, maka jika semua percobaan itu dilakukan bersamaan memiliki n1, n2, n3, ..., nr hasil yang mungkin. 482 Bab 9: Peluang CONTOH 9.2.2 Sebuah komite yang terdiri atas 2 orang masing-masing mewakili siswa kelas 1 dan kelas 2 akan dipilih. Jika calon dari kelas 1 ada 6 orang dan calon dari kelas 2 ada 4 orang, maka ada 6 × 4 = 24 komite berbeda yang dapat dipilih. CONTOH 9.2.3 Bila sepasang dadu dilemparkan sekali, berapa banyak titik sampel dalam ruang sampelnya ? Penyelesaian : Jika sepasang dadu dilemparkan satu kali maka dadu pertama akan muncul 6 cara sedangkan dadu kedua .akan muncul 6 cara juga Dengan demikian, sepasang dadu tersebut dapat terjadi dalam 6 × 6 = 36 cara. CONTOH 9.2.4 Sebuah dadu dan sebuah uang logam dilempar secara bersamaan, hasil yang mungkin adalah: • untuk dadu; jika hasil dari lemparan mata dadu adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, maka ada 6 hasil yang mungkin, • untuk uang logam; jika hasil lemparan uang logam ada gambar dan angka, maka ada 2 hasil yang mungkin. Sehingga dengan kaidah perkalian diperoleh banyaknya elemen dari ruang sampel ada 6 × 2 = 12 hasil yang mungkin. Bab 9: Peluang 483 CONTOH 9.2.5 Diketahui empat angka 1, 3, 4, 9 tentukan banyaknya bilangan yang dapat dibuat dari angka tersebut yang terdiri dari a. 2 angka / digit. b. 2 angka tetapi tidak boleh ada angka yang sama. Penyelesaian : a. Untuk mempermudah sediakan dua kotak yang akan diisi jumlah kemungkinan tiap kotak, yaitu kotak pertama untuk letak angka puluhan dan kotak kedua untuk angka satuan. Gambar 9.2.2 Menyusun dua angka pada deretan dua kotak Kotak pertama ada 4 kemungkinan angka. Kotak kedua ada 4 kemungkinan, karena angka yang muncul di kotak pertama boleh muncul di kotak kedua. Jadi banyaknya bilangan yang dimaksud adalah 4 × 4 = 16. b. Dengan cara yang sama dengan penyelesaian soal a, tetapi karena tidak boleh sama angkanya maka kalau angka puluhan sudah muncul kemungkinan angka satuannya berkurang satu dan jumlah kemungkinannya adalah 4 × 3 = 12. 9.2.2 KAIDAH PENJUMLAHAN 484 Bab 9: Peluang Dalam melakukan dua percobaan, kaidah penjumlahan mengatakan bahwa: jika satu percobaan memiliki m hasil yang mungkin dan percobaan yang lain memiliki n hasil yang mungkin, maka ada m+n hasil yang mungkin jika tepat satu percobaan dilakukan. Secara umum, dikatakan bahwa: Misalkan r percobaan dapat dilakukan. Jika percobaan ke-i memiliki ni hasil yang mungkin, maka ada n1+n2+n3+…+nr hasil yang mungkin jika tepat satu percobaan dilakukan. CONTOH 9.2.6 Sebuah bola diambil dari sebuah mangkuk yang berisi 4 bola merah dan dari sebuah kaleng yang berisi 6 bola putih yang masing-masing bernomor. Hasil yang mungkin adalah: untuk mangkuk ada 4 hasil dan untuk kaleng ada 6 hasil. Sehingga dengan kaidah penjumlahan, hasil yang mungkin ada 4 + 6 = 10. CONTOH 9.2.7 Sebuah program komputer memiliki input yang valid berupa sederetan huruf saja atau angka saja yang disebut string. String ini hanya terdiri dari 4 huruf atau angka, atau panjang string adalah 4. Berapa banyak input untuk program tersebut yang mungkin? Penyelesaian: Bab 9: Peluang • 485 Jika huruf atau angka dalam sebuah string boleh sama, maka: String huruf ada sebanyak : 26×26×26×26 = (26)4 = 456.976. String angka ada sebanyak: 10×10×10×10 = (10)4 = 10.000. Sehingga dengan kaidah penjumlahan, banyaknya string input adalah 456.976 + 10.000 = 466.976 • Jika huruf atau angka dalam sebuah string tidak boleh sama, maka: String huruf ada sebanyak : 26×25×24×23 = 358.800. String angka ada sebanyak: 10×9×8×7 = 5.840. Sehingga dengan kaidah penjumlahan, banyaknya string adalah 358.800 + 5.840 = 364.640. 9.3 PERMUTASI DAN KOMBINASI Dalam pembahasan permutasi dan kombinasi, kita awali dengan suatu ekspresi yang sering dipakai dalam matematika, yaitu faktorial. 9.3.1 NOTASI FAKTORIAL Hasil kali dari bilangan-bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n, yaitu 1×2×3×4 · … × (n-2) × (n-1) ×n sering digunakan dalam matematika. Dan selanjutnya buat definisi sebagai berikut. 486 Bab 9: Peluang DEFINISI 9.3.1 Untuk sembarang bilangan bulat , n faktorial yang ditulis n!, didefinisikan sebagai: dan didefinisikan 0!=1. Dari definisi n!, didapat persamaan berikut ini. CONTOH 9.3.1 4! = 4×3×2×1 = 24. 6! = 6.5! = 6×5×4×3×2×1 = 720. Notasi faktorial ini akan sering digunakan dalam pembahasan tentang permutasi dan kombinasi yang akan dibahas berikut ini. 9.3.2 PERMUTASI Permutasi Tanpa Pengulangan Permutasi berkaitan dengan pengaturan suatu susunan yang dibentuk oleh keseluruhan atau sebagian dari sekumpulan objek tanpa ada pengulangan. Susunan pada permutasi memperhatikan urutannya. Bab 9: Peluang 487 CONTOH 9.3.2 Untuk mengatur 3 huruf A, B dan C secara berurutan, didapat hasil yang mungkin adalah : ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, dan CBA. Masing-masing urutan ini dinamakan permutasi dari 3 obyek berbeda yaitu: A, B dan C. Jadi banyaknya permutasi dari 3 obyek berbeda ada 6. Misal, diberikan n obyek berbeda. Banyaknya permutasi n obyek tersebut dapat dihitung sebagai berikut: - untuk mengisi posisi urutan pertama ada n cara berbeda, - untuk mengisi posisi urutan kedua ada n-1 cara berbeda, - untuk mengisi posisi urutan ketiga ada n-2 cara berbeda, .................................................. - untuk mengisi posisi urutan ke-r ada n-(r-1) cara berbeda, .................................................. - untuk mengisi posisi urutan ke-n ada n-(n-1)=1 cara berbeda. Sehingga dengan kaidah perkalian diperoleh banyaknya permutasi adalah n×(n-1) ×(n-2) ×(n-3) × … × 3×2×1 = n! 488 Bab 9: Peluang DEFINISI 9.3.2 Suatu pengaturan susunan/urutan r objek tanpa pengulangan yang dibentuk dari n objek berbeda, dengan , dinamakan permutasi r objek dari n objek. Banyaknya permutasi ini disimbulkan dengan . Jika r=n maka banyaknya permutasi n objek yang berbeda adalah Lihat penjelasan sebelum definisi dan definisi dari permutasi. CONTOH 9.3.3 Jika di suatu kantor ada 3 orang yang akan menduduki jabatan Kepala, Sekretaris, dan Bendahara, maka ada berapa cara dapat dibuat susunan jabtan tersebut. Penyelesaian : Ada 3 orang yang akan disusun urutan masing-masing sebagai Kepala, Sekretaris, dan Bendahara. Jadi ada 3 objek diambil 3 untuk dibuat suatu urutan jabatan. Oleh karena itu, susunan yang dapat dibuat ada sebanyak . Bab 9: Peluang 489 TEOREMA 9.3.1 Banyaknya permutasi r obyek yang diambil dari n obyek berbeda adalah Bukti: Setiap permutasi r obyek memuat r posisi berurutan. Untuk mengisi posisi pertama sampai posisi ke-r secara berurutan dapat dilakukan dengan : n, n-1, n-2, n-3, …, n-(r-1) cara. Sehingga untuk mengisi r posisi urutan sekaligus adalah: (n)(n-1)(n-2)(n-3)…(n-(r-1)) = CONTOH 9.3.4 Dua kupon diambil dari 5 kupon untuk menentukan hadiah pertama dan kedua. Hitung banyaknya titik sampel dalam ruang sampelnya. 490 Bab 9: Peluang Penyelesaian : Misal 1,2,3,4,5 menyatakan nomor kupon. Akan diambil dua nomor berbeda yang tidak boleh kembar untuk disusun / dimasukkan ke dalam sederetan kotak XY. Nomor yang ada pada kotak X adalah nomor yang mendapatkan hadiah pertama, sedangkan yang ada dalam kotak Y adalah nomor yang mendapatkan hadiah ke dua. Karena itu, permasalahan ini sama dengan permutasi 2 objek dari 5 buah objek yang berbeda. Sehingga banyak titik sampel adalah CONTOH 9.3.5 Seorang sekretaris ingin menyusun 6 buah buku laporan semesteran dan 3 buah buku laporan tahunan dalam satu rak berjajar. Setiap jenis buku laporan harus berdekatan. Berapa banyak cara sekretaris tersebut menyusun buku?. Penyelesaian : Disini dipunyai dua kelompok buku laporan, yaitu buku laporan semesteran dan buku laporan tahunan. Pengaturan dua jenis buku laporan ini ada sebanyak cara. Oleh karena setiap jenis buku laporan harus berdekatan, pengaturan pada setiap jenis buku laporan dilakukan sebagai berikut: Bab 9: Peluang • 491 Jenis buku laporan semesteran: ada 6 buah buku laporan semesteran yang berbeda dan akan ditata berderetan. Permasalahan ini sama dengan mengambil 6 buah objek dari 6 objek yang berbeda. Sehingga banyaknya pengaturan buku . laporan semesteran ada sebanyak • Jenis buku laporan tahunan: ada 3 buah buku laporan tahunan yang berbeda dan akan ditata berderetan. Permasalahan ini sama dengan mengambil 3 buah objek dari 3 objek yang berbeda. Sehingga banyaknya pengaturan buku laporan tahunan ada sebanyak . Karena ini merupakan tiga buah kejadian yang terjadi secara bersamaan, berlaku kaidah perkalian. Oleh karena itu, banyaknya pengaturan buku laporan tersebut ada sebanyak 2 720 6 = 8.640 cara. CONTOH 9.3.6 Profesor Amir memiliki koleksi buku yang terdiri atas: 5 buku Matematika, 4 buku Statistika, 3 buku Fisika dan 2 buku Kimia, diatur berjajar dalam sebuah rak buku sehingga buku yang memiliki subyek sama berkumpul. Tentukan ada berapa pola pengaturan yang mungkin?. Penyelesaian: Silahkan dicoba untuk melakukan penghitungan sendiri. Cara menghitung mirip dengan pada contoh sebelum ini. Permutasi Dengan Pengulangan 492 Bab 9: Peluang Permutasi dengan pengulangan merupakan permutasi r objek dari n buah objek yang tidak harus berbeda. Beda dengan sebelumnya yang n buah objeknya berbeda. Sebelum menghitung banyaknya permutasi dengan pengulangan ini, terlebih dahulu kita lihat contoh berikut ini. CONTOH 9.3.7 Tentukan ada berapa cara untuk menyusun berjajar huruf-huruf yang terdapat dalam sebuah kata “PEPPER”! Penyelesaian: Jika 3 huruf P dan 2 huruf E dapat dibedakan, maka ada sebanyak cara berbeda yang mungkin. Akan tetapi, jika 3 huruf P tidak dapat dibedakan, maka 3! susunan yang dibentuk dari 3 huruf P diwakili/dihitung satu saja. Sehingga banyaknya susunan yang ada harus dibagi 3!, akibat 3 huruf P yang kembar. Secara sama, jika 2 huruf E tidak dapat dibedakan, maka 2! susunan yang dibentuk dari 2 huruf E diwakili/dihitung satu saja. Sehingga banyaknya susunan yang ada harus dibagi lagi dengan 2!, akibat 2 huruf E yang kembar. Jadi banyaknya cara menyusun menyusun huruf-huruf tersebut ada sebanyak Bab 9: Peluang 493 Secara umum, kasus seperti contoh di atas membawa kita kepada teorema berikut ini. Pada buku ini, teorema tersebut tidak disertai dengan bukti. TEOREMA 9.3.2 Banyaknya permutasi dari n objek yang terdiri dari n1 objek sama, n2 objek sama, …, nr objek sama, dengan n1+ n2+ n3 + … + nr ≤ n, adalah CONTOH 9.3.8 Sebanyak 9 bola yang terdiri dari 4 bola berwarna merah, 3 bola berwarna kuning, dan 2 bola berwarna biru. Semua bola dimasukkan kedalam sebuah tabung kaca dan membentuk deretan bola memanjang dalam tabung kaca. Tentukan ada berapa pola warna deretan bola yang mungkin!. Penyelesaian: Sebagai ilustrasi, salah satu bentuk susunan bola tersebut adalah 494 Bab 9: Peluang Karena 4 bola merah, 3 bola kuning, dan 2 bola biru tak dapat dibedakan, maka ada sebanyak pola warna susunan bola. CONTOH 9.3.9 Berapa banyak susunan yang berbeda bila ingin membuat serangkaian lampu hias untuk pohon natal dari 3 lampu merah, 4 lampu kuning, dan 2 lampu biru. Penyelesaian : Permasalahan ini identik dengan menyusun sederetan 9 buah objek, dengan 3 buah objek sama, 4 buah objek lainnya lagi sama, dan 2 buah objek lainnya lagi sama. Oleh karena itu, banyaknya susunan lampu hias pada pohon tersebut ada sebanyak CONTOH 9.3.10 Berapa banyak cara 7 orang dapat menginap dalam 1 kamar tripel dan 2 kamar doubel?. Penyelesaian : Bab 9: Peluang 495 Untuk mempermudah penyelesaian, dimisalkan: - T menyatakan kamar tripel (memuat 3 orang). - D1 menyatakan kamar doubel yang pertama (memuat 2 orang). - D2 menyatakan kamar doubel yang kedua (memuat 2 orang). - Ketujuh orang tersebut diberi nama A, B, C, D, E, F, dan G. Suatu kondisi: i. Orang A, B, dan C berada dikamar T. ii. Orang D dan E berada di kamar D1. iii. Orang F dan G berada di kamar D2. Dapat diidentikkan dengan: i. Membagi 3 buah objek T ke orang A, B, dan C. ii. Membagi dua buah objek D1 ke orang D dan E. iii. Membagi dua buah objek D2 ke orang F dan G. Oleh karena itu, permasalahan tersebut identik juga dengan menyusun 7 buah objek yang terdiri dari 3 objek sama, 2 objek lainnya sama, dan 2 objek lainnya lagi sama. Sehingga banyaknya susunan 7 orang tersebut menginap ada Permutasi Siklik 496 Bab 9: Peluang Permutasi siklik berkaitan dengan penyusunan sederetan objek yang melingkar. Sebagai gambaran adalah susunan duduk dari beberapa orang pada meja bundar. Permutasi ini juga dikenal dengan permutasi melingkar. Sebagai ilustrasi, misal ada tiga orang A, B, dan C akan didudukan dalam meja bundar seperti Gambar 9.3.1. (a) (b) (c) Gambar 9.3.1 Permutasi siklik tiga objek Susunan pengaturan duduk pada Gambar 9.3.1(a) dianggap sama dengan susunan pada Gambar 9.3.1 (b) dan Gambar 9.3.1 (c). Karena pada ketiga gambar tersebut, orang yang berada sebelah kiri A adalah C, dan disebelah kanan A adalah B. Atau orang yang berada pada sebelah kiri dan kanan ‘kita’ adalah sama pada susunan gambar tersebut. Sehingga tiga buah susunan semacam ini dianggap satu. Jika ilustrasi di atas dikembangkan untuk n buah objek yang disusun dalam deretan melingkar, maka akan ada n susunan yang sama dan harus dihitung sekali, dengan kata lain harus dibagi dengan n. Hal ini akan membawa kita pada teorema berikut ini. Bukti teorema tidak disertakan dalam buku ini. Bab 9: Peluang 497 TEOREMA 9.3.3 Banyaknya permutasi siklik dari n objek yang disusun dalam bentuk deretan melingkar adalah CONTOH 9.3.11 Tentukan banyaknya menempatkan 5 orang duduk melingkar pada meja bundar dengan 5 kursi. Penyelesaian: Ini adalah permasalahan permutasi siklis dengan 5 objek, sehingga banyaknya cara menempatkan 5 orang duduk melingkar adalah CONTOH 9.3.12 Jika kita mempunyai 7 permata dan ingin ditempatkan pada gelang, maka ada berapa kemungkinan gelang yang dapat dibuat. Penyelesaian: Banyak cara menempatkan permata adalah 498 Bab 9: Peluang CONTOH 9.3.13 Pada suatu pertemuan keluarga, ada 5 pasang suami-istri yang akan duduk pada meja makan yang melingkar dengan 10 kursi. Berapa susunan duduk pada pertemuan makan tersebut jika setiap pasang suami istri selalu berdampingan. Penyelesaian: Anggaplah sepasang suami istri adalah sebuah objek, karena selalu berdampingan. Oleh karena itu, banyaknya susunan duduk untuk 5 objek melingkar adalah Akan tetapi, dari setiap pasang suami istri cara duduknya dapat ditukar, dan ini masih menjamin suami-istri duduk berdampingan. Sehingga banyaknya cara duduk pada pertemuan makan keluarga tersebut adalah 24×2×2×2×2×2 = 768. 9.3.3 KOMBINASI Didalam permutasi urutan dari suatu susunan diperhatikan, misal susunan ABC dan BCA dianggap berbeda. Didalam kombinasi dua susunan tersebut dipandang sama. Sebagai gambaran, tim bola voli terdiri dari Anton, Budi, Cecep, Dede, Erik, dan Fery. Karena ini merupakan tim bola voli maka urutannya dibalik dianggap sama, atau dengan kata lain urutan tidak diperhatikan. Suatu kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang berlainan adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan urutannya (r ≤ n). Bab 9: Peluang 499 DEFINISI 9.3.3 Suatu pengaturan susunan r objek yang dibentuk dari n objek berbeda tanpa memperhatikan urutan, dengan , dinamakan kombinasi r objek dari n objek. Banyaknya kombinasi ini disimbulkan dengan atau . CONTOH 9.3.14 Tentukan kombinasi 3 huruf yang diambil dari 4 huruf A, B, C, dan D. Penyelesaian: Kombinasi tersebut adalah: ABC, ABD, ACD, dan BCD. Banyaknya kombinasi ada 4. Pada contoh di atas, susunan ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, dan CBA dianggap sama atau dihitung satu. Sehingga kalau dalam permutasi dihitung 3!, namun didalam kombinasi susunannya dianggap sama dan dihitung satu. Oleh karena itu, banyaknya kombinasi sama dengan banyaknya permutasi dibagi dengan r! = 3!. Hal tersebut di atas, akan membawa kepada teorema berikut ini. TEOREMA 9.3.4 Untuk sembarang bilangan bulat positip n dan bilangan tak negatip r, dengan r ≤ n, banyaknya kombinasi r obyek yang diambil dari n obyek berbeda adalah 500 Bab 9: Peluang Bukti: Jika urutan dalam r elemen diperhatikan, maka ada nPr hasil berbeda. Karena kombinasi tidak memperhatikan urutan, maka seluruh permutasi r elemen tertentu dalam himpunan n elemen yaitu sebanyak r! pola diwakili salah satu saja. Jadi banyaknya kombinasi adalah CONTOH 9.3.15 Sebuah tim bola voli inti diseleksi dari sebanyak 10 kandidat anggota. Berapakah banyaknya konfigurasi tim inti yang mungkin?. Penyelesaian: Karena dalam tim tidak dikenal urutan, masalah ini identik dengan masalah menghitung kombinasi 6 obyek yang diambil dari 10 obyek berbeda. konfigurasi tim inti. Jadi ada sebanyak Bab 9: Peluang 501 CONTOH 9.3.16 Club Catur “ Harapan “ akan mengirimkan 2 orang pemain catur dari 10 pemain caturnya dalam suatu turnamen catur nasional. Berapa banyak kemungkinan susunan 2 orang pemain catur yang dikirim tersebut. Penyelesaian : Masalah pemilihan 2 pemain catur termasuk dalam masalah kombinasi, karena tanpa memperhatikan urutan anggotanya. Sehingga untuk soal ini adalah kombinasi 2 dari 10 orang, atau CONTOH 9.3.17 Empat tim bulu tangkis ganda disusun dari sejumlah 8 pemain. Tentukan banyaknya konfigurasi yang mungkin, jika setiap pemain hanya bermain pada satu tim?. Penyelesaian: . - Untuk memilih tim pertama ada sebanyak - Untuk memilih tim kedua ada . 502 Bab 9: Peluang - Untuk memilih tim ketiga ada . . - Untuk memilih tim keempat ada Jadi dengan kaidah perkalian banyaknya konfigurasi adalah 2.520 . CONTOH 9.3.18 Diketahui klub Tenis yang terdiri 15 putra dan 10 putri 5. tentukan banyak kemungkinan pengiriman delegasi yang terdiri dari 5 orang. 6. tentukan banyaknya kemungkinan pengiriman delegasi terdiri dari 3 putra dan 2 putri. Penyelesaian : a. Masalah pemilihan delegasi termasuk dalam masalah kombinasi. Karena tanpa memperhatikan urutan anggotanya, sehingga untuk soal ini identik dengan kombinasi 5 dari 25 orang, yaitu b. Dalam hal ada dua pemilihan putra dan putri, untuk pemilihan putra adalah masalah kombinasi 3 unsur dari 15, yaitu Bab 9: Peluang 503 Sedangkan untuk pemilihan putri adalah kombinasi 2 unsur dari 10 unsur, yaitu Banyaknya kombinasi total adalah merupakan hasil kali antara keduanya, yaitu (455)(45) = 20.475 • RANGKUMAN • Kaidah perkalian Misalkan r percobaan dapat dilakukan. Jika percobaan ke-i memiliki ni hasil yang mung-kin, 1 ≤ i ≤ r, maka jika semua percobaan itu dilakukan bersamaan memiliki n1, n2, n3, ..., nr hasil yang mungkin. • Kaidah Penjumlahan Misalkan r percobaan dapat dilakukan. Jika percobaan ke-i 504 Bab 9: Peluang memiliki ni hasil yang mungkin, maka ada n1+n2+n3+…+nr hasil yang mungkin jika tepat satu percobaan dilakukan. • Untuk sembarang bilangan bulat , n faktorial yang ditulis n!, didefinisikan sebagai: Didefinisikan 0!=1 • Pengaturan susunan r objek tanpa pengulangan yang dibentuk dari n objek berbeda, dengan , dinamakan permutasi r objek dari n objek. Banyaknya permutasi ini disimbulkan dengan • Banyaknya permutasi siklik dari n objek yang disusun dalam bentuk deretan melingkar adalah • Pengaturan susunan r objek yang dibentuk dari n objek berbeda tanpa memperhatikan urutan, dengan , dinamakan kombinasi r objek dari n objek. Banyaknya kombinasi ini disimbulkan dengan SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 99--33 atau Bab 9: Peluang 505 Kerjakanlah soal-soal latihan dibawah ini. 2. Hitunglah ekspresi: a. 7! c. b. 5×4! d. 3. Hitunglah ekspresi: a. c. b. d. 4. Diketahui angka 1, 3, 5, 7, 9. Tentukan: c. Banyak bilangan terdiri dari 2 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut. d. Banyak bilangan terdiri dari 2 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut tetapi tidak mempunyai angka yang sama. 5. Diketahui angka 0, 1, 2, 4, 5, 6, 8. Tentukan: e. Banyak bilangan terdiri dari 3 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut. f. Banyak bilangan terdiri dari 3 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut tetapi tidak mempunyai angka yang sama. g. Banyak bilangan terdiri dari 3 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut tetapi bernilai ganjil. h. Banyak bilangan terdiri dari 3 angka yang dapat dibuat dari angka tersebut yang habis dibagi 5. 6. Diketahui ada 5 baju berbeda, 4 celana panjang berbeda dan 3 dasi berbeda. Tentukan banyak kombinasi dalam memakai baju, celana dan dasi. 506 Bab 9: Peluang 4. Didalam suatu ruangan terdapat 10 kursi.6 pemuda dan 4 pemudi akan duduk didalam ruangan tersebut.Tentukan banyaknya posisi duduk, jika a. duduknya sembarang. b. pemuda dan pemudi duduknya selang-seling. 7. Diketahui ada 4 buku yang berbeda dalam bahasa Jepang, 5 buku berbeda dalam bahasa Inggris dan 3 buku berbeda dalam bahasa Indonesia. a. Tentukan banyak kemungkinan dalam mengambil tiga buku dari bahasa yang semuanya berbeda jika urutan bahasa menjadi tidak penting. b. Tentukan banyak kemungkinan dalam mengambil tiga buku dari bahasa yang sama jika urutan bahasa menjadi tidak penting. c. Tentukan banyak kemungkinan dalam mengambil tiga buku yang terdiri dari dua bahasa jika urutan bahasa menjadi tidak penting. 8. Berapa banyak kemungkinan susunan pengurus OSIS yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara dapat dibentuk, jika ada 50 calon pengurus OSIS. 9. Diketahui 12 bendera yang terdiri dari bendera Indonesia, bendera Amerika dan bendara Jepang. Bendera yang berasal dari Negara yang sama tidak dapat dibedakan. Jika diambil 12 bendera tentukan banyak urutan yang dapat muncul dari pengambilan bendera jika : a. bendera Indonesia ada 5, bendera Amerika ada 4 dan bendera Jepang ada 3. Bab 9: Peluang 507 b. bendera Indonesia ada 3, bendera Amerika ada 3 dan bendera Jepang ada 6. 10. Di Republik BBM, DPR terdiri dari 2 Partai yaitu Partai Bulan dan Partai Matahari. Salah satu anggota komite terdiri 7 orang Partai Bulan dan 5 orang Partai Matahari. Akan dibuat satu delegasi yang diambil dari komite. Tentukan banyak cara menyusun a. delegasi yang terdiri dari 4 orang. b. delegasi terdiri dari 4 orang dengan satu orang dari partai Bulan. c. delegasi terdiri dari 5 orang, dengan ketua dari partai Bulan dan anggota seimbang antara kedua partai. 11. Berapa jumlah 3 tempat pariwisata yang dapat dipilih dari 9 tempat yang ditawarkan. 12. Tentukan banyaknya pembagi (factor) dari bilangan 10.000 13. Sebuah bola diambil sebuah mangkuk yang berisi 4 bola merah dan sebuah kaleng yang berisi 6 bola putih yang masing-masing bernomor, maka berapa banyak hasil yang mungkin? 14. Sebuah program komputer memiliki valid input berupa string huruf saja atau string angka saja dengan panjang 4. Berapa banyak valid input program tersebut yang mungkin?. 15. Sebanyak 6 orang akan membeli tiket tanda masuk sebuah pertunjukkan secara bersa-maan. Jika hanya tersedia sebuah loket pembelian tiket, maka berapa konfigurasi antrian yang mungkin dapat terjadi. 508 Bab 9: Peluang 16. Tentukan ada berapa cara untuk menyusun berjajar huruf-huruf yang terdapat dalam sebuah kata “MEMILIKI”! 17. Ada berapa cara untuk memilih seorang pemenang pertama, seorang pemenang kedua dan seorang pemenang ketiga dari sebuah kontes yang diikuti oleh 100 kontestan? 18. Sebuah kata kunci (keyword) terdiri atas 6 huruf kecil. Tentukan ada berapa kata kunci berbeda yang mungkin?. 19. Sebuah tim bola volley inti diseleksi dari sebanyak 10 kandidat anggota. Berapakah banyaknya konfigurasi tim inti yang mungkin?. 20. Empat tim bulu tangkis ganda disusun dari sejumlah 8 pemain. Tentukan banyaknya konfigurasi yang mungkin, jika setiap pemain hanya bermain pada satu tim? 21. Sebanyak 50 orang turis manca negara ingin mengunjungi sebuah pulau dengan menggunakan jalur udara. Jika hanya tersedia sebuah pesawat dengan kapasitas 10 penumpang yang menuju pulau tersebut, ada berapa formasi penerbangan para turis tersebut?. 22. Ada berapa banyak plat nomor kendaraan berbeda dapat dibuat, jika setiap pelat memuat sebuah barisan 2 huruf diikuti dengan 4 angka dan diikuti dengan 2 huruf?. 23. Tentukan banyaknya solusi berupa bilangan bulat tak negatip berbeda yang mungkin untuk persamaan: ?. Bab 9: Peluang 509 24. Tentukan banyaknya solusi berupa bilangan bulat tak negatip ?. berbeda yang mungkin untuk persamaan: 9.4 PELUANG SUATU KEJADIAN Untuk percobaan pelemparan mata dadu, didapat ruang sampel Seperti yang telah dipaparkan pada awal Bab 9. Kita dapat beranggapan bahwa setiap mata dadu mempunyai peluang kemunculan yang sama. Sehingga peluang setiap mata dadu adalah . Jika peluang mata dadu 1 dinotasikan dengan P(1), maka Secara . sama, . Dalam sebuah percobaan, semua kejadian sederhana dalam ruang sampel dianggap mempunyai peluang (kemungkinan) sama untuk muncul (equally likely). Ruang sampel yang demikian dinamakan ruang sampel berpeluang sama. Jika merupakan ruang sampel berpeluang sama dengan N titik sampel, maka peluang dari kejadian sederhana 510 Bab 9: Peluang dinotasikan dengan dan didefinisikan sebagai Selanjutnya untuk kejadian dengan k ≤ N, peluang suatu kejadian A adalah jumlah semua peluang titik sampel dalam A, atau dituliskan sebagai (9.4.1) atau . (9.4.2) Dengan |A| adalah banyaknya titik sampel / elemen di A, dan |S| adalah banyaknya titik sampel di S. Nilai dari P(A) berkisar mulai dari 0 hingga 1, atau . Jika P(A) = 0 maka kejadian A tidak mungkin terjadi. Sedangkan jika P(A) = 1 maka kejadian A pasti terjadi. CONTOH 9.4.1 Misalkan kita melakukan percobaan pelemparan satu mata dadu. d. Jika A adalah kejadian muncul sisi bertanda 2, maka tentukan peluang dari kejadian A. Bab 9: Peluang 511 e. Jika B adalah kejadian muncul sisi bertanda genap, maka tentukan peluang dari kejadian B. Penyelesaian: Dalam percobaan pelemparan mata dadu, ruang sampelnya adalah 1. Muncul satu sisi (bertanda apa saja) dalam percobaan pelemparan dadu merupakan kejadian sederhana. Diasumsikan bahwa dadu mempunyai enam sisi yang serupa, setiap kejadian sederhana A mempunyai peluang sama, yaitu 2. Kejadian peluangnya adalah , atau atau B mempunyai tiga anggota, sehingga 512 Bab 9: Peluang CONTOH 9.4.2 Misal dalam suatu tas Farhan berisi 6 pensil dan 3 pulpen. Kemudian Farhan mengambil satu objek (bisa pensil atau pulpen) secara acak (tanpa memilih). a. Tentukan peluang mengambil pensil b. Tentukan peluang mengambil pulpen Penyelesaian : Ruang sampel dari pengambilan satu objek adalah S = {P, P, P, P, P, P, L, L, L}, anggota S adalah 9. Dengan P menyatakan objek pensil yang terambil dan L menyatakan objek pulpen yang terambil. Misal A merupakan kejadian mengambil pensil, banyaknya anggota A adalah 6, jadi peluang kejadian A adalah Misal B merupakan kejadian mengambil pulpen, banyaknya anggota B adalah 3, jadi peluang kejadian B adalah Bab 9: Peluang 513 CONTOH 9.4.3 Irfan mempunyai 6 bola putih dan 3 bola merah. Kemudian Irfan mengambil dua bola secara acak (tanpa memilih). 3. Tentukan peluang mengambil semuanya bola putih. 4. Tentukan peluang mengambil semuanya bola merah. 5. Tentukan peluang mengambil satu bola merah dan satu bola putih. Penyelesaian : Dua bola yang terambil tidak diperhatikan urutannya. Oleh karena itu, permasalahan ini termasuk permasalahan kombinasi. Ruang sampel S adalah himpulan cara Irfan mengambil 2 bola dari 9 bola. Banyaknya anggota S (banyaknya titik sampel di S) adalah a. Misal A merupakan kejadian Irfan mengambil dua bola putih. Banyaknya anggota A adalah Jadi peluang dari Irfan mengambil dua bola putih adalah 514 Bab 9: Peluang b. Misal B merupakan kejadian Irfan mengambil dua bola merah. Banyaknya anggota B adalah Jadi peluang dari Irfan mengambil dua bola merah adalah c. Kejadian mengambil satu bola putih dan satu bola merah dianggap sama dengan kejadian mengambil satu bola merah dan satu bola putih. Misal C merupakan kejadian Irfan mengambil satu bola putih dan satu bola merah. Banyaknya anggota C adalah banyaknya kejadian Irfan mengambil satu bola putih dikalikan banyaknya Irfan mengambil satu bola putih. Ingat kembali kaidah perkalian pada subbab 9.2.1. Jadi banyaknya anggota C adalah Jadi peluang dari Irfan mengambil satu bola putih dan satu bola merah adalah Bab 9: Peluang 515 9.4.1 PELUANG KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN Misal dipunyai ruang sampel S, kejadian A bagian dari S, dan adalah komplemen dari A. Lihat Gambar 9.4.1. Gambar 9.4.1 Ruang Sampel S dan Kejadian A. Jika A dan dua kejadian yang satu merupakan komplemen lainnya, maka (9.4.3) Untuk memperjelas rumusan diatas, kita lihat contoh berikut. CONTOH 9.4.4 Tentukan peluang mengambil satu kartu dari kartu brigde standard memperoleh bukan As. Penyelesaian : Misal A merupakan kejadian mengambil satu kartu dan memperoleh kartus As. Peluang memperoleh satu kartu As adalah banyaknya titik sampel di A ada 4 dan banyaknya kartu ada 52. , karena 516 Bab 9: Peluang Dengan demikian peluang mengambil satu kartu dan memperoleh bukan As adalah 9.4.2 PELUANG GABUNGAN DUA KEJADIAN Misal dipunyai ruang sampel S, kejadian A dan kejadian B bagian dari S. Lihat Gambar 9.4.2. Gambar 9.4.2 Kejadian A dan B bagian dari Ruang Sampel S. Jika A dan B adalah dua kejadian bagian dari S, maka peluang kejadian adalah (9.4.4) Untuk memperjelas rumusan diatas, kita lihat contoh berikut. CONTOH 9.4.5 Pada percobaan pelemparan dua buah dadu setimbang. Kejadian A adalah kejadian jumlah mata dadu yang muncul adalah 8. Kejadian B adalah kejadian mata dadu kedua yang muncul adalah 5. Tentukan Bab 9: Peluang 517 peluang kejadian jumlah mata dadu yang muncul sama dengan 8 atau mata dadu kedua yang muncul adalah 5. Penyelesaian : Pada pelemparan dua buah dadu setimbang, banyaknya ruang sample adalah |S| = 36. Misal pasangan angka mata dadu pertama dan angka mata dadu kedua dinyatakan sebagai (x, y). Ruang sampel S adalah • Untuk kejadian A: - A = {(2, 6), (3, 5), (4, 4), (5, 3), (6, 2)} - Peluang kejadian A adalah • Untuk kejadian B: - B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} - Peluang kejadian B adalah • Interseksi kejadian A dan B: - Peluang interseksi kejadian A dan B adalah 518 Bab 9: Peluang Jadi peluang kejadian jumlah mata dadu yang muncul sama dengan 8 atau mata dadu kedua yang muncul 5 adalah 9.4.3 PELUANG GABUNGAN DUA KEJADIAN SALING LEPAS Misal dipunyai ruang sampel S, kejadian A dan kejadian B saling lepas merupakan bagian dari S. Lihat Gambar 9.4.3. Gambar 9.4.3 Kejadian A dan B Saling Lepas. Kejadian A dan B adalah dua kejadian bagian dari S yang saling lepas. Atau, Jika peluang kejadian kita subsitusikan ke persamaan (9.4.4) maka didapat seperti persamaan (9.4.5). Bab 9: Peluang 519 (9.4.5) Untuk memperjelas rumusan diatas, kita lihat contoh berikut. CONTOH 9.4.6 Pada percobaan pelemparan dua buah dadu setimbang. Kejadian A adalah kejadian jumlah angka mata dadu pertama dan kedua yang muncul adalah 3. Kejadian B adalah kejadian jumlah angka mata dadu pertama dan kedua yang muncul adalah 8. Tentukan peluang kejadian jumlah angka mata dadu pertma dan kedua yang muncul adalah sama dengan 3 atau 8. Penyelesaian : Pada pelemparan dua buah dadu setimbang, banyaknya ruang sample adalah |S| = 36. • Untuk kejadian A: - A = {(1, 2), (2, 1)} - Peluang kejadian A adalah • Untuk kejadian B: - B = {(2, 6), (3, 5), (4, 4), (5, 3), (6, 2) } - Peluang kejadian B adalah • Interseksi kejadian A dan B: 520 Bab 9: Peluang , kejadian A dan B saling lepas. - Jadi peluang kejadian jumlah mata dadu yang muncul sama dengan 3 atau 8 adalah 9.4.4 PELUANG BERSYARAT DAN KEJADIAN SALING BEBAS Sebelumnya kita membahas peluang bersyarat ini, terlebih dahulu kita lihat suatu kasus permasalahan peluang. Peluang dari kejadian orang mengidap penyakit paru-paru adalah kecil. Akan tetapi, jika kita berikan syarat bahwa orang yang perokok berat, maka peluang kejadian orang tersebut mengidap penyakit paru-paru menjadi lebih besar. Peluang dengan ada suatu syarat seperti yang digambarkan di atas dinamakan peluang bersyarat. Sebelum menuju pada suatu rumusan peluang bersyarat, kita lihat contoh berikut ini. CONTOH 9.4.7 Perhatikan percobaan pelemparan dadu. Ruang sampel dari percobaan pelemparan dadu adalah Bab 9: Peluang 521 Mari kita lihat beberapa kejadian yang terkait dengan pelemparan dau ini. • Misal A merupakan kejadian angka mata dadu yang muncul adalah ganjil, diperoleh: - Peluang A adalah • Misal B merupakan kejadian angka mata dadu yang muncul adalah lebih besar dari 2, diperoleh: - Peluang B adalah • Selanjutnya, kita ingin menghitung peluang munculnya angka mata dadu ganjil dengan syarat angka yang muncul adalah lebih besar dari 2. - Angka mata dadu ganjil dan lebih besar dari 2, pasti merupakan titik sampel yang ada di B. Jika kejadian B ini kita anggap sebagai ruang sampel (bukan lagi S), maka ruang sampel yang demikian ini dinamakan ruang sampel tereduksi. - Suatu kejadian munculnya angka mata dadu ganjil dan lebih dan peluangnya besar dari 2 adalah . - Muncul dua dari empat titik sampel di ruang sampel tereduksi B. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adalah peluang bersyarat munculnya angka mata dadu ganjil jika diketahui angka mata dadu yang muncul lebih besar dari 2. Atau dikatakan sebagai peluang kejadian A dengan 522 Bab 9: Peluang syarat kejadian B, dan diberi notasi . Lihat Gambar 9.4.4. Gambar 9.4.4 Ruang Sampel Tereduksi Hasil pengamatan di atas, akan membawa kita pada definisi peluang bersyarat berikut ini. DEFINISI 9.4.1 Misal kejadian A dan B bagian dari ruang sampel S. Peluang kejadian A dengan syarat B dinotasikan dengan dan didefinisikan sebagai dengan . Dari definisi di atas juga dapat diturunkan bentuk rumusan sebagai berikut. Bab 9: Peluang 523 Atau . (9.4.6) Persamaan (9.4.6) ini dinamakan aturan hasil kali. Jika merupakan komplemen dari A, maka peluang kejadian dengan syarat B adalah (9.4.7) Dua kejadian dikatakan saling bebas jika dua kejadian tersebut tidak saling mempengaruhi. Jadi kejadian A dan kejadian B dikatakan saling bebas jika diberikan syarat kejadian B, maka tidak mempengaruhi kejadian A atau sebaliknya. Dengan kata lain P(A|B) = P(A) atau P(B|A) = P(B) . Jika dimasukkan ke dalam persamaan (9.4.6), maka diperoleh (9.4.8) 524 Bab 9: Peluang Jika berlaku , maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian saling bebas. CONTOH 9.4.8 Sebuah kaleng berisi 2 bola merah dan 2 bola biru. Dilakukan pengambilan 2 bola secara berurutan, tanpa pengembalian. Tentukan peluang terpilihnya bola merah pada pengambilan yang kedua, jika diketahui bola pertama yang terambil adalah biru. Penyelesaian: Misal A kejadian terpilihnya bola merah pada pengambilan kedua. Kejadian B adalah kejadian terpilihnya bola biru pada pengambilan pertama. Gambar 9.4.5 Pengambilan Dua Bola Berurutan Untuk mempermudah, kita beri nama bola merah dengan m1 dan m2. Bola biru kita beri nama b1 dan b2. • Kejadian terpilihnya bola pertama biru, kejadian B. - Anggaplah B sebagai ruang sampel tereduksi. Bab 9: Peluang 525 • Kejadian terpilihnya bola kedua merah dalam ruang sampel tereduksi B adalah kejadian . Peluang terpilihnya bola merah pada pengambilan kedua, jika pengambilan bola pertama terpilih putih adalah CONTOH 9.4.9 Manajemen suatu kompleks pertokoan telepon genggam mencatat bahwa 60% pembeli adalah wanita dan sisanya adalah pembeli pria. Sebanyak 80% pembeli wanita membayar dengan cara angsuran. Pembeli pria yang membayar dengan cara angsuran hanya 20%. Jika seorang pembeli dipilih secara acak, maka tentukan peluang terpilihnya: a. Seorang wanita yang membeli telepon genggam dengan cara angsuran. b. Seorang pria yang membeli telepon genggam dengan cara angsuran. Penyelesaian: Ruang sampel S adalah pembelian telepon genggam di pertokoan. 526 Bab 9: Peluang Misal: - Kejadian W adalah kejadian wanita membeli telepon genggam, P(W) = 0,6. - Kejadian L adalah kejadian pria membeli telepon genggam, P(L) = 0,4. - Kejadian A adalah kejadian seorang membeli telepon genggam dengan cara angsuran. P(A|W) = 0,8 dan P(A|L) = 0,2. Berdasarkan aturan hasil kali, diperoleh: a. Peluang terpilihnya seorang wanita membeli telepon genggam dengan cara angsuran adalah b. Peluang terpilihnya seorang pria membeli telepon genggam dengan cara angsuran adalah Untuk memahami dua kejadian saling bebas, perhatikan contoh berikut ini. CONTOH 9.4.10 Sebuah uang logam dan sebuah dadu dilemparkan bersama-sama. Berapa peluang munculnya sisi angka pada uang logam dan peluang munculnya angka pada mata dadu adalah ganjil ?. Bab 9: Peluang 527 Penyelesaian : Ruang sampel dari percobaan ini adalah Dengan titik sampel (x, y) adalah pelemparan uang logam muncul x, nilai dapat a (angka) - atau g (gambar) pelemparan dadu muncul angka y, nilai y dapat 1, 2, 3, 4, 5, - atau 6. Peluang masing – masing kejadian adalah • Kejadian A adalah kejadian munculnya sisi angka pada uang logam - • . Kejadian B adalah kejadian munculnya angka pada mata dadu adalah ganjil. - • Kejadian . merupakan kejadian munculnya sisi angka pada uang logam dan angka ganjil pada mata dadu. 528 Bab 9: Peluang Terlihat bahwa berlaku Oleh karena itu, dikatakan bahwa kejadian A dan B saling bebas. 9.4.5 FREKUENSI HARAPAN SUATU KEJADIAN Perhatikan kasus berikut ini : Sebuah dadu dilempar sebanyak 12 kali Tentukan berapa kali kemungkinan muncul mata dadu 2 ?. Untuk menjawab permasalahan diatas, kita dapat melakukan kegiatan dengan cara sebuah dadu kita lempar 12 kali, kemudian kita catat banyaknya mata dadu 2 yang muncul. Kita ulang lagi dengan melempar dadu sebanyak 12 kali dan kita catat banyaknya mata dadu 2 yang muncul. Kegiatan tersebut kita lakukan beberapa kali. Dari hasil catatan akan terlihat banyaknya muncul mata dadu 2, misal 2 kali. Peluang munculnya mata dadu 2 pada pelemparan sebuah dadu adalah . Jika dadu dilempar sebanyak 12 kali, maka diharapkan mendapatkan mata dadu 2 sebanyak kali = 2 kali. Harapan munculnya mata dadu 2 sebanyak 2 kali tersebut dinamakan frekuensi harapan. Bab 9: Peluang 529 Frekuensi harapan munculnya kejadian A dengan n kali percobaan adalah CONTOH 9.4.11 Sebuah uang logam dilempar sebanyak 40 kali. Tentukan frekuensi harapan munculnya sisi gambar pada uang logam tersebut. Penyelesaian : Misal A merupakan kejadian munculnya sisi gambar, Peluang kejadian A adalah . . Jadi frekuensi harapan munculnya sisi gambar pada uang logam adalah kali. • RANGKUMAN • Peluang suatu kejadian Untuk kejadian dengan k ≤ N, peluang suatu kejadian A adalah jumlah semua peluang titik sampel dalam A. Ditulis sebagai atau 530 • Bab 9: Peluang Peluang komplemen kejadian Jika A dan dua kejadian yang satu merupakan komplemen lainnya, maka • Jika A dan B adalah dua kejadian bagian dari S, maka peluang kejadian • . adalah Kejadian A dan B bagian dari ruang sampel S. Peluang kejadian A dengan syarat B adalah dengan SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 99--44 Kerjakan soal-soal latihan dibawah ini. 1. Sebuah dadu dilemparkan. Tentukan peluang a. Muncul mata dadu 4. b Muncul mata dadu genap. c. Muncul mata dadu ganjil. d. Muncul mata dadu genap atau ganjil. 1. Sebuah dadu dan sebuah uang logam dilempar bersamasama.Tentukan peluang Bab 9: Peluang a. 531 Muncul mata uang angka dan angka dadu 3. b. Muncul mata uang gambar dan angka dadu genap. c. Muncul angka dadu ganjil. d. Muncul mata uang angka dan angka dadu lebih dari 2. 2. Dari satu kantong terdiri dari 6 bola merah, 4 bola hitam dan 3 bola hijau diambil satu bola. Tentukan peluang bola yang terambil berwarna 3. Merah atau hitam. 4. Merah atau hitam atau hijau. 5. Bukan hitam. 6. Bukan hitam atau bukan merah. 3. Jika sebuah huruf diambil dari kata “ MATEMATIKA “.Tentukan peluang yang terambil a. Huruf M b. Huruf vocal c. Huruf konsonan d Bukan huruf vocal 4. Satu kelompok terdiri dari 12 putera dan 4 puteri. Jika tiga orang diambil dari kelompok tersebut, berapa peluang bahwa ketiganya adalah putera. 5. Farhan mempunyai bola 8 bola merah dan 10 bola biru. Kemudian Farhan mengambil dua bola secara acak. Tentukan peluang bola yang terambil a. Semuanya merah b. Semuanya biru c. Satu bola merah dan satu bola biru 532 Bab 9: Peluang 6. Budi mempunyai bola 8 bola merah, 10 bola biru dan 6 bola putih .Kemudian Budi mengambil tiga bola secara acak. Tentukan peluang yang terambil a. Tiga bola tersebut berwarna sama b. Dua bola merah dan 1 bola putih c. Satu bola merah dan 2 bola biru d. Paling sedikit 1 bola putih e. Tiga bola tersebut berlainan warna 7. Dua buah dadu dilempar bersama – sama.Tentukan peluang munculnya a. Jumlah mata dadu 5 atau 10 b. Jumlah mata dadu 10 atau mata dadu pertama adalah 6 a. Mata dadu pertama ganjil atau mata dadu kedua genap 8. Pada permainan bridge, 4 pemain masing-masing memegang 13 kartu dari 52 kartu yang ada. Tentukan peluang seorang pemain tertentu kartunya terdiri dari 7 diamond, 2 club, 3 heart dan 1 spade. 9. Tiga buah dadu dilempar bersama – sama. Tentukan peluang munculnya a. Jumlah mata dadu 12 b. Jumlah mata dadu 10 atau 15 10. Tentukan peluang bahwa sebuah bilangan puluhan adalah kelipatan 3 11. Peluang tim sepak bola SMK “ Nusantara “ untuk memenangkan suatu pertandingan sepak bola adalah 0,6. Jika tim tersebut akan bermain dalam 50 kali pertandingan, Berapa kali tim sepakbola tersebut akan menang ? Bab 9: Peluang 533 12. Peluang tim basket SMK “ Tunas Harapan “ untuk memenangkan suatu pertandingan basket adalah 0,8. Jika tim tersebut akan bermain dalam 30 kali pertandingan, Berapa kali tim basket tersebut akan kalah ? 13. Dua buah dadu dilempar bersama - sama sebanyak 288 kali. Tentukan frekuensi harapan a. Munculnya jumlah mata dadu 10. b. Munculnya jumlah mata dadu 5 atau 12. c. Munculnya mata dadu pertama 3 dan mata dadu kedua genap. d. Munculnya jumlah mata dadu selain 8. Bab 10 STATISTIKA 10. Statistika Dalam kehidupan sering dijumpai informasi yang berupa kumpulan data dalam bentuk angka atau sajian data dalam bentuk grafik. Informasi ini disebut statistik. Pada bab ini dibahas tentang pengertian statistik, statistika, bentuk penyajian data serta bagaimana cara menghitung ukuran pusat. 10.1 PENGERTIAN DASAR Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari statistik. Seorang manajer yang berpacu dengan waktu akan enggan membaca laporan hasil survei atau evaluasi yang panjang. Laporan yang disajikan secara sederhana dan lengkap sangat diperlukan oleh seorang manajer. Bentuk laporan yang dimaksud adalah statistik. Contoh lain, dengan keterbatasan waktu berbagai informasi dalam 535 536 Bab 10: Statistika bentuk tulisan pada majalah dan koran masyarakat enggan membaca, untuk itu perlu informasi yang lengkap dan mudah dimengerti. Informasi ini disajikan dalam bentuk grafik atau tabel yang merupakan bagian dari statistik. Dari dua contoh diatas betapa pentingnya statistik bagi kehidupan sehari-hari. 10.1.1 PENGERTIAN STATISTIKA Istilah statistik berasal dari bahasa Yunani status yang artinya state atau negara. Pada awalnya istilah statistik diartikan sebagai kumpulan informasi tentang negara dan banyaknya penduduk. Saat ini yang diamaksud statistik ialah data yang berbentuk daftar, tabel, grafik atau bentuk penyajian lain. Statistika adalah pengetahuan yang terkait dengan metode pengumpulam informasi, pengolahan, analisis, penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan. Jadi statistik merupakan hasil dari statistika. Kegiatan statistika yang terkait dengan penggunaan data untuk peramalan atau penarik kesimpulan dikenal dengan statistika induktif, sedangkan yang terkait dengan pengumpulan, penyajian dan perhitungan disebut dengan statistika deskriptif. 10.1.2 PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi perhatian atau obyek dari semua pengukuran yang mungkin dibuat untuk suatu permasalahan tertentu. Sedangkan sampel adalah himpunan bagian dari populasi atau sebagian obyek dari pengukuran yang terpilih dari suatu populasi. Selanjutnya pengambilan data populasi jarang dilakukan karena beaya Bab 10: Statistika 537 yang terlalu tinggi. Dengan demikian pengambilan data hanya sebagian saja yaitu berupa sampel data. CONTOH 10.1.1 Untuk mempelajari golongan darah siswa SMK “Harapan Bunda”, didata golongan darah siswa sebanyak 100 orang dari total semua siswa sebanyak 2000 siswa. 2000 siswa adalah populasi, sedangkan 100 siswa yang terpilih adalah sampel. 10.1.3 MACAM – MACAM DATA Setiap informasi yang tercatat, apakah dari hasil mencacah, mengukur atau mengklasifikasi disebut sebagai pengamatan atau data. Jadi data adalah keterangan / informasi yang dijaring dalam bentuk angka (data kuantitatif) atau lambang (data kualitatif) dari pengamatan yang dilakukan seseorang. Data kuantitatif dapat diperoleh dengan mengukur (data kontinu) atau dengan mencacah (data diskrit). CONTOH 10.1.2 Jumlah buku milik mahasiswa, jumlah SMK yang ada di Propinsi tertentu merupakan data diskrit. Dilihat dari sumbernya dapat diklasifikasikan menjadi 1. Data intern, yaitu catatan intern perusahaan yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri 2. Data ekstern, yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan. 538 Bab 10: Statistika CONTOH 10.1.3 Contoh data intern adalah catatan akademik di sekolah tertentu yang diperlukan oleh sekolah tersebut. Jika untuk keperluan tertentu sekolah membutuhkan data dari luar sekolah maka data tersebut termasuk data ekstern. Dilihat dari penerbitnya data dapat diklasifikasikan 1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan 2. Data sekunder, yaitu data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Data dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, diantaranya dengan : a. Wawancara, adalah tanya jawab secara langsung dengan sumber data atau orang-orang yang dianggap mampu memberikan data yang diperlukan. b. Kuisioner, adalah tehnik pengumpulan data dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang dikirim per pos atau langsung pada responden untuk diisi. c. Pengamatan (Observasi), adalah teknik pengambilan data dengan mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek. d. Test & skala obyektif adalah serangkaian test maupun skala yang obyektif, meliputi test kecerdasan dan bakat, test prestasi atau test kepribadian. Bab 10: Statistika 539 Berdasarkan skala data, data dapat diklasifikasikan menjadi : 4. Nominal, membedakan benda / peristiwa satu dengan yang lain berdasarkan jenis / predikat, misal : Laki-laki – perempuan, desa – kota. 5. Ordinal, membedakan benda / peristiwa satu dengan yang lain berdasarkan jumlah relatif beberapa karakteristik tertentu yang dimiliki masing-masing benda / peristiwa, misal : pemenang lomba 1, 2, 3. 6. Interval, apabila benda atau peristiwa yang kita selidiki dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lain kemudian diurutkan. Perbedaan peristiwa yang satu dengan yang lain tidak mempunyai arti, tidak harus ada nol mutlak, misal: derajat C = derajat F. 7. Rasio, rasio antara masing-masing pengukuran mempunyai arti, ada nilai nol mutlak, misal : Tinggi. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1100--11 1. Jelaskan dengan singkat pengertian dari statistik dan statistika 2. Jelaskan pengertian statistik deskriptif dan statistik induktif 3. Jelaskan pengertian populasi dan sample sertai contoh 4. Apa yang dimaksud dengan data primer dan data sekunder, berikan contoh 5. Berikan contoh data dari hasil: a. Wawancara b. Kuisioner c. Observasi 540 Bab 10: Statistika 10.2 PENYAJIAN DATA Pada umumnya untuk memudahkan dalam interpretasi data, data berukuran besar disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. 10.2.1 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK TABEL Penyajian data dalam bentuk tabel dapat berupa tabel statistik atau tabel distribusi frekuensi. TABEL STATISTIK Tabel statistik disajikan dalam baris dan kolom. Bentuk umum tabel statistik adalah sebagai tersebut dalam Gambar 10.2.1 Judul Tabel Judul kolom Judul kolom Judul kolom Judul baris Keterangan Sumber data Gambar 10.2.1 Bentuk Umum Tabel Statistik Judul kolom Bab 10: Statistika 541 Judul tabel ditulis dibagian paling atas dan dimulai dari sisi paling kiri dengan huruf kapital, Judul tabel memuat apa, macam, klasifikasi, dimana, kapan dan satuan data yang digunakan secara singkat. Judul kolom dan judul baris ditulis dengan singkat. Sel adalah tempat nilainilai data. Keterangan diisi jika ada yang mau dijelaskan dari tabel yang belum tercantum dalam tabel dan sumber data menjelaskan asal data. CONTOH 10.2.1 Table 10.2.1 . Jumlah pengunjung masing-masing anjungan tempat wisata “Mekar Sari” tahun 2004-2007 berdasarkan jenis pengunjung. Tahun Anjungan Alfa Anjungan Beta Anjungan Gama Dewasa Anakanak Dewasa Anakanak Dewasa Anakanak 46250 37550 85050 25250 35250 75750 2005 47750 38900 84550 15550 25275 78900 2006 48890 45500 75550 19850 30850 78760 2007 48900 45450 89550 12500 25950 85575 Jumlah 191790 167400 334700 73150 117325 318985 2004 Sumber : data diambil dari loket yang terjual pada masing-masing anjungan 542 Bab 10: Statistika TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI Tabel distribusi frekuensi terdiri tabel distribusi frekuensi data tunggal dan tabel distribusi frekuensi data kelompok. Tabel distribusi data tunggal adalah suatu tabel distribusi frekuensi yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat diketahui frekuensi setiap satuan data (datum). CONTOH 10.2.2 Percobaan melempar sebuah kubus berangka (alat untuk permainan ular tangga) sebanyak 30 kali menghasilkan permukaan yang muncul sebagai berikut : 2 6 3 3 5 6 4 2 4 3 5 3 2 1 4 1 6 5 3 4 4 6 4 3 2 5 1 1 3 2 Data tersebut dapat disusun dalam distribusi frekuensi tunggal seperti terlihat dalam Tabel 10.2.2 Tabel 10.2.2 Permukaan yang muncul Angka (Xi) Tally (turus) Frekwensi (fi) 1 4 2 5 3 7 4 6 5 4 6 4 Jumlah ∑f i = 30 Bab 10: Statistika 543 Tabel distribusi frekuensi data kelompok adalah suatu bentuk penyusunan yang teratur mengenai suatu rangkaian data dengan menggolongkan besar dan kecilnya angka-angka yang bervariasi kedalam kelas-kelas tertentu. Yang harus diperhatikan dalam membuat tabel distribusi data kelompok adalah bahwa tidak ada satu angkapun dari data yang tidak dapat dimasukkan kedalam kelas tertentu dan tidak terdapat keragu-raguan dalam memasukkan angka-angka kedalam kelas-kelas yang sesuai. Sehingga yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : f. Penentuan range berdasarkan pembulatan kebawah untuk angka terendah dan pembulatan keatas untuk angka tertinggi g. Hindari penggunaan batas kelas secara berulang h. Batas kelas hendaknya dinyatakan dalam bilangan bulat, bila tidak mungkin penggunaan jumlah desimal harus sesuai dengan kebutuhan saja. Untuk membuat distribusi frekwensi data berkelompok dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 7. Menentukan jumlah kelas, jika menggunakan pendekatan HA Sturges maka K = 1 + 3,322 log n dimana K adalah jumlah kelas dan n adalah jumlah data. 8. Menentukan lebar interval / panjang interval (p) p = range / K dimana Range = nilai datum tertinggi – nilai datum terendah 544 Bab 10: Statistika 9. Membuat tabel distribusi frekwensi, biasanya secara lengkap terdiri dari 9 kolom, dimana kolom 1: Nomor kelas, kolom 2: interval kelas/limit kelas, Pada interval kelas terdapat batas bawah kelas dan batas atas kelas. Batas bawah kelas adalah nilai ujung bawah suatu kelas sedangkan batas atas kelas adalah nilai ujung atas suatu kelas. kolom 3: tepi kelas tepi bawah = batas bawah – 0,5 tepi atas = batas atas + 0, 5 kolom 4: titik tengah kelas (mi), titik tengah kelas adalah suatu nilai yang dapat dianggap mewakili kelas tersebut dan rumusnya mi = 1 ( batas atas + batas bawah ) 2 kolom 5: tabulasi / tally, kolom 6: frekuensi (fi), kolom 7: frekuensi kumulatif frekuensi kumulatif kelas ke –i ( fkomi ) adalah jumlah frekuensi dari kelas pertama sampai kelas ke -i kolom 8: distribusi relatif Bab 10: Statistika 545 distributif relatif kelas ke – i (dreli) adalah proporsi data yang berada pada kelas ke –i sehingga dreli = frekuensi kelas ke− i = banyaknya semua datum fi ∑f i kolom 9: distribusi relatif komulatif distribusi relatif komulatif kelas ke-i (drkomi) adalah jumlah distributive relative dari kelas pertama sampai kelas ke -i 10. Memasukkan angka-angka kedalam kelas-kelas yang sesuai, kemudian menghitung frekuensinya. Proses memasukkan angkaangka dilakukan dengan tally sheet, buat perlimaan. CONTOH 10.2.3 Skor hasil tes IQ dari 50 siswa SMK “Tunas Baru” tercatat sebagai berikut : 80 111 122 94 119 125 104 88 86 112 123 110 113 93 96 118 127 129 92 127 103 127 104 117 88 100 117 85 89 89 128 103 115 95 89 110 116 103 88 123 121 87 92 119 84 127 97 89 125 118 Jumlah kelasnya adalah K = 1 + 3,322 log 50 = 6,643978354 ≈ 7 Range = jangkauan = 129 – 80 = 49 Lebar interval kelas = 49 / 6,643978354 = 7,375099283 ≈ 8 546 Bab 10: Statistika Dari hasil perhitungan ini selanjutnya dibuat, Tabel lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.2.3. berikut ini : Tabel 10.2.3 . Hasil test IQ siswa SMK “ Tunas Baru” No Interval Tepi Kls mi Tally fi fkomi dreli drko mi 1 80-87 79,5-87,5 83,5 5 5 0,10 0,10 2 88-95 87,5-95,5 91,5 12 17 0,24 0,34 3 96-103 95,5-103,5 99,5 6 23 0,12 0,46 4 104-111 103,5-111,5 107,5 5 28 0,10 0,56 5 112-119 111,5-119,5 115,5 10 38 0,20 0,76 10 48 0,20 0,96 2 50 0,04 1,00 6 120-127 119,5-127,5 123,5 7 128-135 127,5-135,5 131,5 Sumber : SMK “Tunas Baru” tahun 2007 10.2.2 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK DIAGRAM Penyajian data dalam bentuk diagram dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya, diagram garis, diagram kotak / diagram batang, diagram lingkaran, piktogram. Bab 10: Statistika 547 DIAGRAM GARIS Diagram Garis adalah suatu diagram berupa garis yang biasa dipakai untuk menyajikan data yang diperoleh dari waktu ke waktu secara teratur dalam jangka waktu tertentu. CONTOH 10.2.4 Dari hasil survey siswa SMK yang membawa sepeda motor didapatkan hasil seperti pada Tabel 10.2.4 Tabel 10.2.4. Jumlah Siswa SMK yang Membawa Sepeda Motor Tahun Jumlah Siswa 2002 40 2003 25 2004 35 2005 40 2006 110 2007 125 Cara menggambar diagram garis dari tabel 10.2.4 seperti menggambar koordinat kartesius dengan sumbu datar menyatakan tahun dan sumbu tegak menyatakan jumlah. Selanjutnya gambar posisi titik yang ada pada tabel dan hubungkan titik tersebut dengan garis lurus. 548 Bab 10: Statistika Diagram garis dari Tabel 10.2.4 ditunjukkan Gambar 10.2.2. Jumlah Siswa SMK yang Membawa Sepada Motor Tahun 2002-2007 120 jumlah 100 80 60 40 20 2002 2003 2004 2005 2006 2007 tahun Gambar 10.2.2 Contoh Diagram Garis DIAGRAM BATANG Diagram Batang adalah suatu diagram yang terdiri dari batang-batang, dimana tinggi batang merupakan frekwensi atau nilai dari data. CONTOH 10.2.5 Untuk menggambar diagram batang tabel 10.2.4 buat sumbu datar yang menyatakan tahun dan sumbu tegak menyatakan jumlah. Buat persegi panjang dengan tinggi dari persegi panjang menyatakan banyaknya siswa yang membawa sepeda motor. Diagram batang dari Tabel 10.2.4 ditunjukkan Gambar 10.2.3 Bab 10: Statistika 549 Jumlah Siswa SMK yang Membawa Sepeda Motor Tahun 2002-2007 140 120 Count 100 80 60 40 20 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 tahun Gambar 10.2.3. Contoh Diagram Batang DIAGRAM LINGKARAN Diagram Lingkaran adalah suatu diagram berupa lingkaran, dimana daerah lingkaran menggambarkan data seluruhnya, sedangkan bagian dari data digambarkan dengan juring atau sektor. CONTOH 10.2.6 Membuat diagram lingkaran dari tabel 10.2.4 dengan cara membagi luas lingkaran dalam juring – juring lingkaran sesuai dengan jumlah data tiap tahunnya. Untuk data tahun 2002 dengan jumlah 40, maka luas juring ditentukan oleh sudut sebesar : (40/375) x 3600. Diagram batang dari tabel 10.2.4 ditunjukkan gambar 10.2.4 550 Bab 10: Statistika Jumlah Siswa yang Membawa Sepeda Motor Tahun 2002-2007 C atego ry 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Gambar 10.2.4. Contoh Diagram Lingkaran PIKTOGRAM Piktogram adalah suatu diagram yang disajikan dalam bentuk lambanglambang sesuai dengan objek yang diteliti. CONTOH 10.2.7 Dari catatan Dinas Pendidikan Kodya “Selayang”, jumlah siswa diempat SMK dapat dilihat pada Tabel 10.2.5. dan penyajian piktogramnya dapat dilihat pada Gambar 10.2.5. Tabel 10.2.5. Jumlah Siswa SMK di Kodya “Selayang” SMK Mawar Melati Tulip Anggrek Jumlah Siswa 500 850 600 1250 Bab 10: Statistika Sekolah 551 Jumlah Siswa SMK Mawar 500 SMK Melati 850 SMK Tulip 600 SMK Anggrek 1250 Keterangan : sama dengan 50 sama dengan 100 Gambar 10.2.5. Contoh Piktogram 10.2.3 PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK GRAFIK Penyajian data dalam bentuk grafik dapat dilakukan dengan membuat Histogram atau dengan membuat Poligon. HISTOGRAM Histogram adalah sebuah bentuk diagram batang tetapi lebar batangnya merupakan lebar interval kelas sedangkan yang membatasi masingmasing batang adalah tepi kelas, sehingga masing-masing batang berimpit satu sama yang lainnya. Lihat contoh 10.2.8 dan gambar 10.2.6 552 Bab 10: Statistika POLIGON Jika ujung masing-masing batang dari histogram, pada posisi titik tengah dihubungkan dengan sebuah garis, garis tersebut disebut sebagai polygon frekuensi. Jika polygon frekuensi didekati dengan sebuah kurva mulus, maka kurva tadi disebut sebagai kurva frekuensi yang diratakan, tetapi jika penghalusan dilakukan pada polygon komulatif, maka kurvanya disebut sebagai ogive. Lihat gambar 10.2.7 CONTOH 10.2.8 Dari tabel 10.2.3 Hasil test IQ siswa SMK ” Tunas Baru “ maka histogramnya dapat dilihat dalam Gambar 10.2.6. dan polygon frekuensinya dapat dilihat pada Gambar 10.2.7. Gambar 10.2.6. Contoh Histogram Bab 10: Statistika 553 Gambar 10.2.7. Contoh Poligon Frekuensi SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1100--22 1. Nilai ujian pelajaran matematika dari 80 siswa SMK “ Tunas Harapan “ adalah sebagai berikut : 51 75 81 62 65 70 68 40 70 60 65 72 75 81 90 65 68 76 60 35 75 81 71 58 70 60 97 74 42 80 79 53 83 61 78 75 69 80 95 37 80 72 90 71 48 85 80 65 91 73 76 82 78 63 75 72 74 76 76 43 65 76 80 78 85 64 65 50 60 72 85 78 68 74 67 85 65 80 77 58 554 Bab 10: Statistika Buatlah tabel distribusi frekuensi data kelompok dari nilai matematika diatas. 2. Dari Hasil survey siswa SMK “ Tunas Harapan “ yang membawa handphone adalah sebagai berikut : Tabel siswa SMK “ Tunas Harapan “ yang membawa handphone Tahun Jumlah siswa 2000 50 2001 65 2002 70 2003 75 2004 40 2005 80 2006 90 2007 105 Sajikan data diatas dalam diagram garis, diagram batang dan diagram lingkaran. 3. Dari soal no. 1, buatlah histogram dan polygon frekuensi dari nilai ujian pelajaran matematika SMK “ Tunas Harapan “. Bab 10: Statistika 555 10.3 UKURAN STATISTIKA BAGI DATA Dalam mengumpulkan data, jika objek yang diteliti terlalu banyak atau terlalu luas cakupannya sehingga menjadi cukup besar, maka peneliti seringkali tidak meneliti seluruh objek, melainkan akan menggunakan sebagian saja dari seluruh objek yang diteliti. Keseluruhan yang menjadi perhatian kita / yang kita pelajari disebut sebagai Populasi sedangkan himpunan bagian dari populasi hasil dari pengukuran yang terpilih dari suatu populasi disebut sebagai Sample. Parameter adalah sembarang nilai yang menjelaskan ciri sample-suatu Populasi misalkan ( µ , σ 2 dll), sedangkan Parameter sample adalah sembarang nilai yang menjelaskan ciri sample misalkan ( x,s 2 dll). Untuk menyelidiki segugus data kuantitatif akan sangat membantu bila didefinisikan ukuran-ukuran numerik yang menjelaskan ciri-ciri data yang penting. Ukuran yang menunjukkan pusat segugus data disebut sebagai Ukuran Pemusatan. Ukuran yang menyatakan seberapa jauh pengamatan (data) menyebar dari rata-ratanya disebut sebagai Ukuran Keragaman / Penyebaran. Untuk mengetahui sebaran / distribusi segugus data setangkup atau tidak dipakai Ukuran kemiringan. 10.3.1 UKURAN PEMUSATAN Ukuran yang menunjukkan pusat segugus data disebut sebagai Ukuran Pemusatan. Ukuran pemusatan yang biasa dipakai mean, median dan modus. Selanjutnya akan ditentukan ukuran pemusatan untuk tiga bentuk data yaitu data tunggal, frekuensi data tunggal dan frekuensi data kelompok. 556 Bab 10: Statistika MEAN / RATA-RATA HITUNG Mean atau rata- rata hitung dari suatu data adalah jumlah seluruh datum dibagi dengan banyak datum. Untuk data tunggal x= x1 + x 2 + ...+ x n n Dimana x adalah mean atau rata- rata hitung dari suatu data xi adalah nilai datum ke i n adalah banyaknya datum Untuk frekuensi data tunggal x= f 1 x1 + f 2 x 2 + ...+ f k x k 1 k = ∑ f i xi n n i =1 Dimana x adalah mean atau rata- rata hitung dari suatu data fi adalah frekuensi dari xi xi adalah nilai datum pada kelas ke i k adalah banyaknya kelas n = f1 + f2 + … +fk adalah banyaknya semua datum Untuk frekuensi data kelompok x= f 1 m1 + f 2 m 2 + ...+ f k m k 1 k = ∑ f i mi n n i =1 Dimana : x adalah mean atau rata- rata hitung dari suatu data fi adalah frekuensi dari xi Bab 10: Statistika 557 mi adalah nilai tengah data pada kelas ke i k adalah banyaknya kelas n = f1 + f2 + … +fk adalah banyaknya semua datum MEDIAN Median dari suatu data yang telah diurutkan datanya dari nilai datum yang terkecil ke nilai datum yang terbesar adalah datum yang membagi suatu data terurut menjadi dua bagian yang sama. Untuk data tunggal Jika banyaknya datum n ganjil maka mediannya adalah nilai datum ke . Jadi Median = Sedangkan jika banyaknya datum n genap maka mediannya adalah rata – rata dari dua nilai datum yang ditengah yaitu Untuk Data Kelompok 558 Bab 10: Statistika dimana Lmed = tepi bawah kelas yang memuat median n = f1 + f2 + … +fk adalah banyaknya semua datum (∑ f )med = jumlah frekuensi sebelum median fmed = frekuensi kelas yang memuat median P = panjang interval MODUS Modus dari suatu data adalah nilai datum yang paling sering muncul. Untuk Data tunggal Modus dari suatu data adalah nilai datum yang paling sering muncul atau nilai datum yang mempunyai frekuensi terbesar. Untuk Data kelompok dimana Mo = modus dari suatu data LMo = tepi bawah kelas modus ∆ 1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya ∆ 2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya P = panjang interval Bab 10: Statistika 559 CONTOH 10.3.1 Tentukan mean, median dan modus dari data tunggal berikut ini : 100,110,105,120,80,90, 105,125,120,135, 120 Penyelesaian : Data diatas termasuk data tunggal a. Mean dari data tersebut adalah x= 100 + 110 + 105 + 120 + 80 + 90 + 105 + 125 + 120 + 135 + 120 11 = 111,18 b. Untuk menentukan median, kita urutkan terlebih dahulu datumnya dari yang terkecil yaitu 80,90, 100,105,105,110,120,120,120,, 125,135 Karena banyaknya datum ada 11 maka median adalah nilai datum ke 11 + 1 = 6. Jadi median = 110 2 b. Dari data diatas terlihat bahwa datum yang sering muncul adalah 120 maka modusnya = 120 CONTOH 10.3.2 Tentukan mean, median dan modus dari frekuensi data tunggal nilai matematika SMK Nusantara berikut ini : Nilai ( Xi) Banyaknya siswa ( fi ) fi Xi 3 2 6 4 3 12 560 Bab 10: Statistika 5 10 50 6 6 36 7 7 49 8 8 64 9 4 36 Jumlah 40 253 Penyelesaian : a. Mean x = ∑fx i n i = 253 = 6,325 40 b. Karena banyaknya data 40 maka median Median = 1 ( x n + xn ) +1 2 2 2 = 1 ( x 20 + x 21 ) 2 = 1 (6+6) 2 =6 c. Dari data diatas terlihat bahwa frekuensi terbesar adalah 10 dengan nilai matematika (nilai datum) 5. Jadi modusnya adalah 5 CONTOH 10.3.3 Tentukan mean, median modus dari frekuensi data kelompok hasil test IQ siswa SMK” Tunas Baru berikut ini : Bab 10: Statistika 561 Tabel 10.2.3 . Hasil test IQ siswa SMK “ Tunas Baru” No Interval Tepi Kls mi fi fkomi 1 80-87 79,5-87,5 83,5 5 5 2 88-95 87,5-95,5 91,5 12 17 3 96-103 95,5-103,5 99,5 6 23 4 104-111 103,5-111,5 107,5 5 28 5 112-119 111,5-119,5 115,5 10 38 6 120-127 119,5-127,5 123,5 10 48 7 128-135 127,5-135,5 131,5 2 50 Sumber : SMK “Tunas Baru” tahun 2007 Penyelesaian : a. Mean x= f 1 m1 + f 2 m 2 + ...+ f k m k 1 k = ∑ f i mi n n i =1 562 Bab 10: Statistika 5 . 83,5 + 12 . 91,5 + 6 . 99,5 + 5 .107,5 + 10 . 115,5 + 10 . 123,5 + 2 . 131,5 5 + 12 + 6 + 5 + 10 + 10 + 2 5303 = 50 = 106,06 = b. Karena banyaknya data ada 50 maka Median terletak diantara data ke-25 dan ke-26, sehingga berada dalam kelas nomer 4 dimana Lmed = tepi bawah kelas yang memuat median =103,5 n = jumlah semua data n = ∑f i =50 (∑ f )med = jumlah frekuensi sebelum median =23 fmed = frekuensi kelas yang memuat median = 5 P = panjang interval =11,5-103,5 = 8 Jadi 1 .50 − 23 8 Median = 103,5 + 2 5 = 106,7 c. Dari tabel terlihat bahwa frekuensi terbesar adalah 12 pada kelas ke 2 maka kelas modus = kelas ke-2 sehingga LMo = tepi bawah kelas modus = 87,5 ∆ 1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya Bab 10: Statistika 563 = 12 -5 = 7 ∆ 2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = 12 -6 = 6 P = panjang interval = 95,5-87,5 = 8 Jadi 10.3.2 UKURAN PENYEBARAN Ukuran yang menyatakan seberapa jauh pengamatan (data) menyebar dari rata-ratanya disebut sebagai Ukuran Keragaman / Penyebaran. JANGKAUAN / RENTANG Untuk data tunggal Jangkauan dari suatu data adalah selisih antara nilai datum terbesar dengan nilai datum terkecil sehingga 564 Bab 10: Statistika Jangkauan = nilai datum terbesar – nilai datum terkecil Untuk data kelompok Jangkauan = tepi atas kelas tertinggi – tepi bawah kelas terkecil ¾ JANGKAUAN SEMI ANTAR KUARTIL Menentukan Kuartil Kuartil adalah suatu nilai yang membagi sekumpulan data menjadi empat bagian sama banyak. Untuk data tunggal Untuk data tunggal, data diurutkan terlebih dahulu dari nilai datum yang terkecil ke nilai datum yang terbesar Kuartil I ( Q1 ) = nilai datum yang memisahkan data 1 bagian 4 berada dibawahnya Kuartil II ( Q2 ) =: nilai datum yang memisahkan data 1 bagian 2 berada dibawahnya Kuartil III( Q3 ) =: nilai datum yang memisahkan data 3 bagian 4 berada dibawahnya Dari pengertian diatas,terlihat bahwa kuartil II tidak lain adalah median Bab 10: Statistika 565 Untuk data kelompok Nilai kuartil I ( Q1 ), nilai kuartil II ( Q2 ) = median dan nilai kuartil III ( Q3 ) untuk data kelompok dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Qk = LQk k 4 n − (∑ f )Qk + f Qk p , dengan k =1, 2, 3 Dimana Qk = kuartil k0 LQk = tepi bawah kelas yang memuat Qk n = jumlah semua data yaitu n = (∑ f ) Qk ∑f i = jumlah frekuensi sebelum kelas Qk f Qk = frekuensi kelas yang memuat Qk P = panjang interval ¾ Menentukan Jangkauan Semi antar Kuartil Jangkauan Antar Kuartil = Kuartil 3 – Kuartil 1 Jangkauan Semi Antar Kuartil = ½ (Kuartil 3 – Kuartil 1) 566 Bab 10: Statistika SIMPANGAN RATA – RATA Simpangan rata-rata dari suatu data menyatakan ukuran berapa jauh penyebaran nilai–nilai data terhadap nilai rata-rata Untuk data tunggal Simpangan rata-rata dari nilai-nilai data tunggal x1, x2, x3,… xn adalah SR = 1 n ∑ xi − x n i =1 Dimana x = nilai rata-rata dari suatu data Untuk data kelompok SR = 1 k ∑ f i mi − x n i =1 dimana n = banyaknya datum k = banyaknya kelas fi = frekuensi kelas ke-i mi = nilai tengah kelas ke i x = nilai rata-rata dari suatu data VARIANSI DAN SIMPANGAN BAKU Untuk data tunggal Bab 10: Statistika 567 Ragam atau variansi dari nilai-nilai data tunggal x1, x2, x3,… xn adalah Sedangkan simpangan bakunya adalah S = var iansi Dimana x = nilai rata-rata dari suatu data Untuk data kelompok Sedangkan simpangan bakunya adalah S = var iansi dimana n = banyaknya datum k = banyaknya kelas fi = frekuensi kelas ke-i mi = nilai tengah kelas ke i x = nilai rata-rata dari suatu data ANGKA BAKU 568 Bab 10: Statistika Angka Baku dari nilai datum x dari suatu data adalah z= x−x S Dimana x = nilai rata-rata dari suatu data S = simpangan baku dari suatu data KOEFISIEN VARIASI SAMPEL Koefisien variasi sample adalah penyimpangan data relatif yang umumnya disajikan dalam persen. Koefisien variasi sample ( CV ) dari suatu data adalah CV = S × 100 % x Dimana x = nilai rata-rata dari suatu data S = simpangan baku dari suatu data CONTOH 10.3.4 Dari contoh sebelumnya, Tentukan kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, jangkauan antar kuartil dan jangkaun semi antar kuartil, dari data IQ 50 siswa SMK “Tunas Baru”. Penyelesaian : Data terurut adalah 80 84 85 86 87 88 88 88 89 89 Bab 10: Statistika 89 89 92 92 93 94 569 95 96 97 100 103 103 103 104 104 110 110 111 112 113 115 116 117 117 118 118 119 119 121 122 123 123 125 125 127 127 127 127 128 129 Untuk menentukan kuartil 1, kuartil 2 dan kuartil 3 maka kita tentukan terlebih dahulu kuartil 2 yaitu nilai datum yang membagi data menjadi 2 bagian yang sama. Karena data ada 50 maka kuartil 2 = median adalah rata-rata dari dua nilai datum yang ditengah yaitu Kuartil 2 = = 1 [x 25 + x 26 ] 2 1 ( 104 + 110 ) 2 = 107 Karena dari 1 data ada 25 datum maka kuartil 1 merupakan nilai tengah 2 1 bagian bawah data atau nilai tengah dari semua datum yang 2 berada sebelum kuartil 2 yaitu Kuarti 1 = x13 = 92 Sedangkan kuartil 3 merupakan nilai tengah dari semua datum yang berada setelah kuartil 2 yaitu Kuarti 3 = x 25+13 = x38 = 119 Jangkauan antar kuartil = kuartil 3 – kuartil 1= 119 – 92 = 27 570 Bab 10: Statistika Jangkauan semi antar kuartil = 1 ( kuartil 3 – kuartil 1) = 13,5 2 CONTOH 10.3.5 Dari tabel frekuensi data kelompok IQ 50 siswa SMK “Tunas Baru” Tentukan Kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, simpangan rata-rata dan simpangan baku dari data tersebut ] Penyelesaian : Tabel 10.2.3 . Hasil test IQ siswa SMK “ Tunas Baru” No Interval Tepi Kls mi fi fkomi 1 80-87 79,5-87,5 83,5 5 5 2 88-95 87,5-95,5 91,5 12 17 3 96-103 95,5-103,5 99,5 6 23 4 104-111 103,5-111,5 107,5 5 28 5 112-119 111,5-119,5 115,5 10 38 6 120-127 119,5-127,5 123,5 10 48 7 128-135 127,5-135,5 131,5 2 50 Sumber : SMK “Tunas Baru” tahun 2007 a. Menentukan kuartil 1 Dari contoh soal 10.3.4, kuartil 1 adalah nilai dantum ke-13 sehingga kelas yang memuat kuartil 1( Q1 ) adalah kelas ke-2 yaitu Bab 10: Statistika 571 LQ1 = tepi bawah kelas yang memuat Q1 = 87,5 n = jumlah semua data yaitu n = ∑f i = 50 (∑ f ) = jumlah frekuensi sebelum kelas Q1 = 5 f Q1 = frekuensi kelas yang memuat Q1 = 12 Q1 P = panjang interval = 95,5 – 87,5 = 8 Jadi 1 4 n − (∑ f )Q1 Kuartil 1 = Q1 = LQ1 + p f Q1 1 4 . 50 − 5 = 87,5 + 8 12 = 87,5 + 5 = 92,5 b. Menentukan kuartil 2 Dari contoh soal 10.3.4, kuartil 2 adalah rata-rata nilai dantum ke25 dan nilai dantum ke-26 sehingga kelas yang memuat kuartil 2 ( Q2 ) adalah kelas ke-4 yaitu LQ2 = tepi bawah kelas yang memuat Q2 = 103,5 n = jumlah semua data yaitu n = (∑ f ) Q2 ∑f i = 50 = jumlah frekuensi sebelum kelas Q2 = 23 f Q2 = frekuensi kelas yang memuat Q2 = 5 572 Bab 10: Statistika P = panjang interval = 8 Jadi Kuartil 2 = Q2 = LQ2 2 4 n − (∑ f )Q2 + f Q2 p 2 4 . 50 − 23 = 103,5 + 8 5 = 103,5 + 3.2 = 106,7 c. Menentukan kuartil 3 Dari contoh soal 10.3.4, kuartil 3 adalah nilai dantum ke-38 sehingga kelas yang memuat kuartil 1( Q3 ) adalah kelas ke-5 yaitu LQ3 = tepi bawah kelas yang memuat Q3 = 111,5 n = jumlah semua data yaitu n = (∑ f ) Q3 ∑f i = 50 = jumlah frekuensi sebelum kelas Q3 = 28 f Q3 = frekuensi kelas yang memuat Q3 = 10 P = panjang interval = 8 Jadi 3 n − (∑ f )Q 3 Kuartil 3 = Q = L + 4 p Q3 3 f Q3 Bab 10: Statistika 573 3 . 50 − 28 8 = 111,5 + 4 10 = 111,5 + 7,6 = 119,1 d. Dari contoh 10.3.3, diperoleh mean x = 106,06 sehingga mi fi mi − x f i mi − x 83,5 5 22,56 112,8 91,5 12 14,56 174,72 99,5 6 6,56 39,36 107,5 5 1.44 7.2 115,5 10 9,44 94,4 123,5 10 17,44 174,4 131,5 2 25,44 50,88 jumlah 653,76 Jadi simpangan rata- ratanya adalah SR = = 1 k ∑ f i mi − x n i =1 1 . 653,76 50 = 13,0752 e. Dari contoh 10.3.3, diperoleh mean x = 106,06 sehingga 574 Bab 10: Statistika fi mi mi − x (m i −x ) 2 ( f i mi − x ) 2 83,5 5 -22,56 508,9536 2544,768 91,5 12 -14,56 211,9936 2543,9232 99,5 6 -6,56 63,0336 258,2016 107,5 5 1.44 2,0736 10,368 115,5 10 9,44 89,1136 891,136 123,5 10 17,44 304,1536 3041,536 131,5 2 25,44 647,1936 1294,3872 Jumlah 10584,32 Jadi variansi data tersebut adalah S2= = ( 1 k ∑ f i mi − x n i =1 ) 2 1 10584 ,32 50 = 211,6864 sehingga simpangan bakunya adalah S = var iansi = 211,6864 =14,54944672 CONTOH 10.3.6 Pada ulangan umum matematika dari 150 siswa SMK, rata-rata nilai adalah 78 dengan simpangan baku 8. Dari hasil evaluasi keaktifan Bab 10: Statistika 575 siswa dapat dilihat bahwa waktu belajar mereka rata-rata 15 jam per minggu dengan simpangan baku 3 jam per minggu. Mana yang lebih homogin, nilai matematika atau waktu belajar mereka. Jawab Koefisien Variasi (CV) nilai matematika = S × 100 % x = (8/78) x 100% = 10,25641026 % Koefisien Variasi (CV) waktu belajar = (3/15) x 100% = 20 % Karena CV nilai matematika lebih kecil daripada CV waktu belajar maka nilai matematika lebih homogin dibandingkan waktu belajar mereka. CONTOH 10.3.7 Pada ulangan umum matematika dari 150 siswa SMK, rata-rata nilai adalah 78 dengan simpangan baku 8. Tetapi nilai ulangan umum Fisika mempunyai rata-rata 73 dengan simpangan baku 7,6. Farhan mendapat nilai 75 pada ulangan matematika dan 71 pada ulangan fisika. Pada ulangan apakah Farhan mendapat nilai lebih baik. Penyelesaian : Angka baku / Nilai standart matematika Farhan adalah 576 Bab 10: Statistika z= x − x (75 − 78) = = −0,375 8 S Nilai standart fisika Farhan adalah z= ( 71 − 73 ) = − 0,26315789 7,6 Karena nilai standart nilai fisika lebih besar daripada nilai matematika maka nilai fisika Farhan lebih baik dari pada nilai matematikanya. • RANGKUMAN • Statistika adalah pengetahuan yang terkait dengan metode pengumpulam informasi, pengolahan, analisis, penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan. • Populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi perhatian atau obyek dari semua pengukuran yang mungkin dibuat untuk suatu permasalahan tertentu. Sampel adalah himpunan bagian dari populasi atau sebagian obyek dari pengukuran yang terpilih dari suatu populasi. • Data adalah keterangan yang dijaring dalam bentuk angka (data kuantitatif) atau lambang (data kualitatif) dari hasil pengamatan. • Data berukuran besar disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. • Ukuran yang menunjukkan pusat segugus data disebut ukuran pemusatan. Ukuran yang menyatakan seberapa jauh pengamatan (data) menyebar dari rata-ratanya disebut sebagai ukuran penyebaran. Untuk mengetahui sebaran / distribusi segugus data setangkup atau tidak dipakai ukuran kemiringan. Bab 10: Statistika 577 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1100--33 Kerjakan soal-soal berikut 1. Tentukan mean, median, modus, kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, jangkauan semi kuartil, simpangan rata-rata dan simpangan baku dari data berikut ini : a. 35,38,40,30,55,40,40,56,40,44,54, 56,39 b. 101,104,105,80,103,120,135,105,134,135,120,120,101,120 2. SMK “Budi Mulia” mempunyai 19 karyawan. Data umur masingmasing karyawan adalah sebagai berikut : 27, 28, 40, 31, 35, 55, 32, 43, 30, 27, 31, 33, 45, 50, 24, 54, 30, 35, dan 55. Tentukan kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, jangkauan semi kuartil, simpangan rata-rata dan simpangan baku 3. Tentukan mean, median, modus, kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, jangkauan semi kuartil, simpangan rata-rata dan simpangan baku dari data nilai bahasa Inggris SMK” Nusantara” berikut ini : Nilai ( Xi) Banyaknya siswa ( fi ) 3 5 4 6 5 10 6 8 578 Bab 10: Statistika 7 12 8 7 9 4 Jumlah 52 11. Diberikan hasil tryout 10 siswa peserta olimpade Siswa Matematika B. Inggris B. Indonesia 1 92 90 90 2 89 91 92 3 90 87 89 4 92 83 87 5 87 93 85 6 90 84 83 7 87 90 82 8 92 85 80 9 90 90 88 10 85 92 86 i. Tentukan rata-rata, median dan modus dari hasil tryout. j. Tentukan simpangan baku hasil tryout. k. Mana dari ketiga nilai yang menunjukkan kemampuan siswanya lebih homogin. 12. Dari tabel distribusi frekuensi data kelompok nilai matematika pada soal latihan sub-bab 10.2 no 1, tentukan mean, median, modus Bab 10: Statistika 579 kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3, jangkauan semi kuartil, simpangan rata-rata dan simpangan baku dari data tersebut Bab 11 MATEMATIKA KEUANGAN 11. Matematika Keuangan Dalam urusan bisnis dan keuangan tidak akan lepas dari perhitungan matematika. Seorang pengusaha dalam kehidupannya sering harus berurusan dengan bank ataupun pemilik modal untuk menjalankan bisnisnya. Pada saat pinjam di Bank atau ke pemilik Modal perlu menghitung berapa keuntungan atau kerugian yang mungkin dihadapinya. Untuk itu diperlukan matematika keuangan bagi pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. 11.1 BUNGA TUNGGAL DAN BUNGA MAJEMUK Dalam keseharian, sering ditemui bahwa seseorang membeli mobil secara angsuran dengan bunga 10% pertahun atau seseorang meminjam uang di bank dengan bunga 2 % per bulan. Jadi kata bunga bukanlah kata asing di telinga masyarakat Indonesia. 581 582 Bab 11: Matematika Keuangan Pengertian Bunga Secara umum “bunga” dapat diartikan sebagai jasa yang berbentuk uang yang diberikan oleh seorang peminjam kepada orang yang meminjamkan modal atas persetujuan bersama. Jika seseorang meminjam uang ke bank sebesar M rupiah dengan perjanjian bahwa setelah satu bulan dari waktu peminjaman, harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar ( M + B ) rupiah, maka orang tersebut telah memberikan jasa terhadap bank sebesar B rupiah selama satu bulan. Jasa sebesar B rupiah disebut dengan bunga, sedangkan M rupiah merupakan besarnya pinjaman yang disebut dengan modal. Jila pinjaman tersebut dihitung prosentase bunga terhadap besarnya modal, diperoleh : B × 100 % M disebut suku bunga. Besar suku bunga berlaku pada lama waktu perjanjian antara peminjam dengan yang diberi pinjaman. Secara umum, pengertian suku bunga dapat dituliskan sebagai berikut : Jika besar modal pinjaman adalah M0 dan besar bunga adalah B, maka besar suku bunga persatuan waktu dituliskan dengan b, didefinisikan sebagai b= B × 100 % M0 Bab 11: Matematika Keuangan 583 Jika besar bunga hanya dihitung dari modal dan pembayaran dilakukan sesuai dengan waktu perjanjian, maka bunga yang berkaitan disebut bunga tunggal. Hubungan antara besar modal, besar suku bunga, dan besar pengembalian dinyatakan dengan : M = M0 + p M0 100 atau p M = M 0 1 + 100 dengan: M menyatakan besarnya pengembalian M 0 menyatakan besar pinjaman (modal) dan p menyatakan besar suku bunga dalam %. CONTOH 11.1.1 Diketahui suatu modal sebesar Rp 3.000.000 dengan suku bunga 15% pertahun. Tentukan besarnya bunga tunggal tersebut. a. untuk jangka waktu 8 bulan b. untuk jangka waktu 20 bulan Penyelesaian: Karena besarnya suku bunga pertahun adalah 15%, maka besarnya bunga tunggal pertahun adalah : 584 Bab 11: Matematika Keuangan Sehingga diperoleh: a. Besarnya bunga tunggal untuk jangka waktu 8 bulan adalah (8/12) x Rp 450.000 = Rp 300.000,b. Besarnya bunga tunggal untuk jangka waktu 20 bulan adalah (20/12) x Rp 450.000 = Rp 750.000,- CONTOH 11.1.2 Pak Didik meminjam modal di bank sebesar Rp 1.600.000,- yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun dengan besar pengembalian 5/4 dari besarnya pinjaman. Tentukan besarnya bunga pertiga bulan. Penyelesaian: Besar pinjaman M 0 = Rp 1.600.000 Besarnya pengembalian M = (5/4) × Rp1.600.00 0 = Rp 2.000.000 Besarnya bunga dalam satu tahun adalah B = M − M0 = Rp 2.000.000 − Rp 1.600.000 = Rp 400.000 Besarnya suku bunga pertahun adalah b = 400.000 x 100% = 25% 1.600.000 Jadi besarnya suku bunga pe rtigabulan adalah 3 x 25% = 6,25% 12 CONTOH 11.1.3 Jika suatu modal sebesar Rp 15.000.000,- dibungakan dengan bunga tunggal dengan suku bunga sebesar 1,2% perbulan. Dalam waktu berapa bulan, agar modal tersebut menjadi dua kali dari modal semula? Bab 11: Matematika Keuangan 585 Penyelesaian: Besar bunga untuk satu bulan adalah B1 = 1,2 x Rp 15.000.000 = Rp. 180.000 100 Besar bunga selama n bulan adalah B n = n × Rp180.000 Besar modal setelah n bulan adalah M n = Rp15.000.0 00 + B n = Rp15.000.0 00 + [n × Rp180.000 ] Setelah n bulan, modal menjadi dua kali modal semula. Jadi M n = 2 × Rp15.000.0 00 = Rp30.000.0 00 Akibatnya Rp30.000.0 00 = Rp15.000.0 00 + [n × Rp180.000 ] atau Rp15.000.0 00 = [n × Rp180.000 ] Sehingga n= Rp. 15.000.000 = 88,33 Rp. 180.000 Jadi waktu yang diperlukan agar modal menjadi dua kali modal semula adalah 88,33 bulan. Didalam bunga tunggal ini dikenal dua jenis bunga tunggal, yaitu: 1. bunga tunggal eksak 2. bunga tunggal biasa. 586 Bab 11: Matematika Keuangan Bunga tunggal eksak adalah bunga tunggal yang dihitung berdasarkan jumlah hari dalam satu tahun secara tepat (satu tahun ada 365 hari), sedangkan untuk tahun kabisat, yaitu suatu tahun yang habis dibagi empat, satu tahun ada 366 hari. Bunga tunggal biasa adalah bunga tunggal yang dihitung untuk setiap bulannya terdapat 30 hari (satu tahun ada 360 hari). CONTOH 11.1.4 Suatu modal sebesar Rp 72.000.000,- dengan suku bunga 10% pertahun, jika akan dipinjamkan selama 50 hari. Tentukan besarnya bunga tunggal eksak dan bunga tunggal biasa, jika peminjaman dilakukan: a. Pada tahun 2004 b. Pada tahun 2007. Penyelesaian: a. Peminjaman dilakukan pada tahun 2004 Besarnya bunga tunggal biasa adalah : 50 10 x x Rp. 72.000.000 = Rp. 100.000 360 100 Besarnya bunga tunggal eksak adalah : 50 10 x x Rp. 72.000.000 = Rp. 98.360,65 366 100 Bab 11: Matematika Keuangan 587 (Karena 2004 habis dibagi empat, maka banyaknya hari dalam tahun 2004 adalah 366) b. Peminjaman dilakukan pada tahun 2007 Besarnya bunga tunggal biasa adalah : 50 10 x x Rp. 72.000.000 ,- = Rp. 100.000,360 100 Besarnya bunga tunggal eksak adalah : 50 10 x x Rp. 72.000.000 = Rp. 98.630.136 ,99 365 100 Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa besar bunga tunggal biasa tidak tergantung pada tahun waktu peminjaman dilakukan (setiap tahun ada 360 hari). Sedang besar bunga tunggal eksak samgat tergantung pada tahun, dimana waktu peminjaman dilakukan (tahun kabisat atau bukan kabisat). Untuk menentukan banyaknya hari dalam peminjaman, dikenal dua metode perhitungan, yaitu waktu rata-rata dan waktu eksak yang didefinisikan sebagai berikut : Waktu rata-rata adalah waktu yang dihitung berdasarkan banyaknya hari dalam satu bulan terdapat 30 hari. Sedangkan Waktu eksak adalah waktu yang dihitung berdasarkan banyaknya hari dalam satu bulan yang dijalani secara tepat. Menentukan waktu rata-rata Cara menentukan waktu rata-rata adalah: 588 Bab 11: Matematika Keuangan i. Menghitung banyaknya hari pada saat bulan peminjaman, yaitu 30 dikurangi tanggal peminjaman j. Menghitung banyaknya hari pada bulan-bulan berikutnya dengan menggunakan ketentuan bahwa satu bulan ada 30 hari. k. Menghitung banyaknya hari pada bulan terakhir dari batas tanggal peminjaman. l. Banyaknya hari peminjaman adalah jumlahan dari ketiga langkah di atas. CONTOH 11.1.5 Hitung waktu rata-rata dari tanggal 7 Maret 2004 sampai 22 Pebruari 2007. Penyelesaian: Banyaknya hari pada saat peminjaman adalah 30-7=23 Banyaknya hari pada bulan berikutnya pada tahun yang sama saat peminjaman adalah 9x30=270 Banyaknya hari pada tahun berikutnya setelah tahun peminjaman adalah 2x360=720 Banyaknya hari pada tahun akhir peminjaman adalah 30+22=52 Jadi waktu rata-rata = 23+270+720+52 = 1065 Jadi waktu rata-rata dari tanggal 7 Maret 2004 sampai tanggal 22 Pebruari 2007 adalah 1065 hari. Bab 11: Matematika Keuangan 589 CONTOH 11.1.6 Hitung waktu rata-rata dari tanggal 17 Agustus 2007 sampai 2 Desember 2007. Penyelesaian: Waktu rata-rata = (30 - 17) + 3(30) + 2 = 13 + 90 + 2 = 123 Jadi waktu rata-rata dari tanggal 17 Agustus 2007 sampai tanggal 2 Desember 2007 adalah 123 hari. Menentukan waktu eksak Ada dua cara menentukan waktu eksak, yaitu: e. Dengan menggunakan tabel. f. Dengan menghitung banyaknya hari yang dijalani. Dalam buku ini hanya dibahas cara kedua, yaitu menghitung hari pada bulan yang dijalani secara tepat. CONTOH 11.1.7 Hitung waktu eksak dari tanggal 5 Januari 2007 sampai 25 April 2007. Penyelesaian: Waktu eksak = (31 - 5) + (28 + 31) + 25 = 26 + 59 +25 = 110 590 Bab 11: Matematika Keuangan Jadi waktu eksak dari tanggal 5 Januari 2007 sampai tanggal 25 April 2007 adalah 110 hari. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--11 1. Budi Utomo mempunyai uang sebesar Rp. 10.000.000,- selanjutnya uang ditabung pada Bank dengan bunga tetap 12%/tahun. Tentukan jumlah uang Budi Utomo setelah di tabung selama 10 bulan. 2. Pak Wira menyarankan Budi Utomo untuk usaha membuka Toko Mracang, usaha tersebut membutuhkan modal Rp. 10.000.000,-. Dari usaha tersebut didapat keuntungan setiap bulan sebesar Rp. 450.000,-. Bagaimana keputusan dari Budi Utomo ? Berapa keuntungan usahanya selama 10 bulan ? Berapa jumlah uangnya selama 10 bulan ? 3. Usaha Toko Mracang membutuhkan 1 orang tenaga kerja, gaji Pegawai tiap bulan sebesar Rp. 350.000,- Apakah masih menguntungkan usaha tersebut dibandingkan apabila uangnya ditabung pada Bank ?. 4. Selain harus menggaji Pegawai, modal untuk membeli perlengkapan Toko sebesar Rp. 3.000.000,- terjadi penyusutan setiap bulan sebesar 1% dimulai pada bulan ke-2. Apakah usaha Toko Mracang masih menguntungkan ? 5. Tabungan pada Bank berdasarkan peraturan pemerintah dikenakan pajak 15% dari bunga, Bandingkan dengan soal no. 4 6. Pemerintah mengeluarkan pinjaman lunak untuk Usaha Kecil dan menengah, Besar pinjaman Rp 20.000.000 dengan bunga Bab 11: Matematika Keuangan 591 8% per tahun. Dana pinjaman harus dikembalikan setelah digunakan selama 3 tahun. Tentukan berapa besar bunga dengan menggunakan perhitungan a. Bunga tunggal biasa b. Bunga tunggal eksak 11.2 DISKONTO Selain bunga tunggal yang telah dibahas, ada juga pinjaman dengan besar bunga tunggal yang dibayarkan pada awal peminjaman modal. Masalah seperti ini disebut dengan diskonto. Besar suku bunganya disebut dengan besar diskonto. CONTOH 11.2.1 Ibu Alif meminjam uang di bank sebesar Rp 10.000.000,- dengan besar diskonto 10% dalam jangka satu tahun. Tentukan besar uang pinjaman saat diterima Ibu Alif. Penyelesaian: Besar diskonto 10% pertahun. Jadi besar bunga dalam satu tahun adalah 10 x Rp. 10.000.000 ,- = Rp.1.000.0 00,100 Besar uang yang diterima Ibu Alif adalah Rp10 .000 .000 ,− − Rp1.000 .000 ,− = Rp 9.000 .000 ,− 592 Bab 11: Matematika Keuangan CONTOH 11.2.2 Pak Imron menerima pinjaman dari Bank dengan besar diskonto 12,5% pertahun. Jika uang pinjaman pada saat diterima Pak Imron sebesar Rp 14.000.000,-. Tentukan besar pinjaman Pak Imron sebelum dipotong dengan besarnya bunga yang telah ditentukan. Penyelesaian: Misal M = besarnya pinjaman Pak Imron B = besarnya bunga diskonto selama satu tahun maka B= 12,5 1 xM= M 8 100 Besar pinjaman Pak Imron = besar uang yang diterima + besarnya bunga M = Rp14.000.0 00 + (1/8)M Akibatnya : M − (1/8)M = Rp14.000.0 00 (7/8)M = Rp14.000.0 00 Jadi besar pinjaman Pak Imron sebelum dipotong besarnya bunga adalah M = 8 × Rp.14.000. 000 = Rp. 16.000.000 7 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--22 1. Tentukan diskonto tunggal untuk: a. Rp 3.500.000 selama 60 hari dengan diskonto tunggal 4% perbulan Bab 11: Matematika Keuangan 593 b. Rp 5.000.000 selama 90 hari dengan diskonto tunggal 3,5% perbulan c. Rp 2.500.000 dari tanggal 5 Maret sampai 10 April diskonto tunggal 6% perbulan 2. Pak Budi Utomo meminjam uang di Koperasi ”Jaya Makmur” sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga diskonto sebesar 8%/tahun. Tentukan besar pinjaman Budi Utomo dalam waktu selama 10 bulan. 3. Bandingkan soal No. 1 dengan dengan menggunakan aturan bunga tunggal, lebih menguntungkan mana (bunga tunggal atau diskonto)? 4. Pak Wira meminjam uang sebesar Rp 10.000.000 dan harus dikembalikan selama 2 tahun. Pada saat menerima pinjaman Pak wira hanya menerima Rp 9.200.000. Berapa besar suku bunga diskonto yang harus dibayar Pak Wira dalam per tahun? 5. Koperasi “Rukun Sentosa” menggunakan aturan pinjaman diskonto. Pak Joko sebagai anggota koperasi ingin meminjam uang selama 1 tahun. Suku bunga koperasi sebesar 1,5% per bulan. Jika Pak Joko menerima uang sebesar Rp 8.000.000, maka berapa besar pinjaman Pak Joko? 11.3 BUNGA MAJEMUK Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai bunga tunggal, dengan cara bunga yang dibayarkan pada akhir periode peminjaman, dan cara diskonto, yaitu pembayaran bunga dilakukan pada awal periode peminjaman. 594 Bab 11: Matematika Keuangan Pada bagian ini akan dibahas cara pembayaran bunga yang dilakukan pada setiap akhir periode tertentu, dan besar bunga ditambahkan (digabung) dengan modal awal, bunga pada periode berikutnya dihitung dari besar modal yang sudah digabung dengan bunga. Pada periodeperiode berikutnya bunga dihitung analog. Pembayaran bunga semacam ini dinamakan sebagai bunga majemuk. Cara penggabungan bunga dapat dilakukan secara bulanan, kuartalan, triwulanan, semesteran, atau tahunan. Beberapa istilah yang terkait dengan masalah bunga majemuk antara lain adalah frekuensi penggabungan, periode bunga, dan banyaknya periode bunga. Pengertian dari masing-masing istilah tersebut adalah sebagai berikut: a. Frekuensi penggabungan adalah banyaknya penggabungan bunga dengan modal dalam waktu satu tahun. b. Periode bunga adalah lamanya waktu antara dua penggabungan bunga terhadap modal yang berurutan. Hubungan antara modal awal dengan modal setelah n periode yang dibungakan secara majemuk dinyatakan dalam rumus berikut. Jika suatu modal sebesar M dibungakan dengan bunga majemuk dengan suku bunga b = p % b untuk setiap periode bunga, maka besar modal setelah n periode adalah Mn dengan rumus : M n = M (1 + b) n Bab 11: Matematika Keuangan 595 CONTOH 11.3.1 Suatu modal sebesar M dipinjamkan dengan bunga majemuk, suku bunga ditetapkan sebesar 12% pertahun. Jika penggabungan bunganya dilakukan triwulan. Tentukan selama 5 tahun a. Periode bunga b. Frekuensi penggabungan c. Besar suku bunga untuk setiap periode d. Banyaknya periode bunga Penyelesaian: a. Karena 1 triwulan = 3 bulan, maka periode bunga adalah 3 bulan. b. Frekuensi penggabungan = 12/3 = 4 c. Besar suku bunga untuk setiap periode adalah b = (12%/4) = 3 % d. Banyaknya periode bunga = 5 x 4 = 20. CONTOH 11.3.2 Suatu modal sebesar M dibungakan selama 2 tahun dengan bunga majemuk 12% pertahun, dan penggabungan bunga dilakukan perkuartal. Tentukan: a. Periode bunga b. Frekuensi penggabungan c. Besar suku bunga untuk setiap periode d. Banyaknya periode bunga Penyelesaian: a. Karena 1 kuartal = 4 bulan, maka periode bunga adalah 4 bulan. 596 Bab 11: Matematika Keuangan b. Frekuensi penggabungan = 12/4 = 3 c. Besar suku bunga untuk setiap periode adalah b = (12% )/ 3 = 4% d. Banyaknya periode bunga = 2 x 3 = 6. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--33 1. Budi Utomo mempunyai uang sebesar Rp. 10.000.000,- selanjutnya uang ditabung pada Bank dengan bunga tetap 8%/tahun. Tentukan jumlah uang Budi Utomo setelah di tabung selama 10 bulan. 2. Berdasarkan PP bunga tabungan dikenakan pajak 15%, selain itu dibebani administrasi Bank Rp. 6.000,-/bulan. Buat berapa uang Budi Utomo bila ditabung selama 10 bulan. 3. Untuk biaya hidup kuliah diluar kota setiap bulan membutuhkan dana Rp. 750.000,- dan lama studi adalah 5 tahun. Jika saat ini bunga tabungan Bank sebesar 9%/th, maka berapa uang yang harus ditabung sehingga tiap bulan tidak perlu memikirkan biaya hidup ?. 4. Pak Wira menyarankan Budi Utomo untuk usaha membuka Toko Mracang. Usaha tersebut membutuhkan modal Rp. 10.000.000,-. Dari usaha tersebut didapat keuntungan setiap bulan Rp. 450.000,-. Bagaimana keputusan dari Budi Utomo ? Berapa keuntungan usahanya selama 10 bulan ? Berapa jumlah uangnya selama 10 bulan ? 5. Usaha Toko Mracang membutuhkan 1 orang tenaga kerja, gaji Pegawai tiap bulan sebesar Rp. 350.000,- Apakah masih menguntungkan usaha tersebut dibandingkan apabila uangnya ditabung pada Bank ?. Bab 11: Matematika Keuangan 6. Selain harus menggaji Pegawai, modal 597 untuk membeli perlengkapan Toko sebesar Rp. 3.000.000,- terjadi penyusutan setiap bulan sebesar 1% dimulai pada bulan ke-2. Apakah usaha Toko Mracang masih menguntungkan ? 7. Berapa jumlah keuntungan yang harus dicapai sehingga investasi untuk membuka usaha lebih menguntungkan, jika usaha dibebani gaji dan ada nilai penyusutan ?. 8. Jika laba tiap bulan naik 10% dari laba sebelumnya (No.2), bandingkan dengan no.5 9. Untuk menambah modal Bank memberi pinjaman lunak sebesar Rp. 20.000.000 dengan bunga 17%/th dengan jangka waktu 5 tahun dengan besar angsuran tetap Berapa angsuran tiap bulan ?. 10. Ada penawaran yang menarik berupa pinjaman dari 4 Bank sebagai berikut: Nama Bank Besar Pinjaman Jangka waktu Besar Angsuran Bank A Rp 30,000,000 5 tahun Rp 837,500 Bank B Rp 20,000,000 5 tahun Rp 550,000 Bank C Rp 24,000,000 4 tahun Rp 770,000 Bank D Rp 22,000,000 4 tahun Rp 687,500 Pinjaman dari Bank mana yang akan dipilih ? 11.4 NILAI TUNAI, NILAI AKHIR, DAN VALUTA Dalam dunia perbankan, selain kata tabungan juga dikenal kata deposito, yaitu cara penyimpanan uang di bank dengan ketentuan bahwa penyimpan uang dapat diambil simpanannya pada waktu yang telah ditentukan, jika diambil pada saat belum jatuh tempo maka dikenai pinalti (denda) sesuai ketentuan yang telah disepakati. 598 Bab 11: Matematika Keuangan Beberapa istilah yang terkait dengan deposito, antara lain adalah: nilai akhir, nilai tunai, dan hari valuta. Pada istilah-istilah tersebut dimaksudkan sebagai berikut. Pada deposito, besarnya uang yang disimpan pertama kali disebut nilai tunai, sedang besarnya uang pada saat pengembalian disebut nilai akhir, dan saat pengambilan disebut valuta. CONTOH 11.4.1 Sejumlah uang sebesar M didepositokan selama 2 tahun dengan suku bunga majemuk 10% pertahun. Jika pada hari valuta, uang tersebut menjadi Rp12.000.000. Tentukan besar uang yang telah didepositokan. Penyelesaian: Dalam masalah ini, akan dicari nilai tunai, dengan rumus : M n = M (1 + b) n atau M = Mn (1 + b )n dengan: n=2 M 2 = Rp.12.000. 000 b = 10% = 0,1 Bab 11: Matematika Keuangan M = M2 (1 + 0,1) 2 = 599 Rp. 12.000.000 ,= Rp. 9.917.355, 37 1,21 Jadi besar uang yang didepositokan adalah M = Rp 9.917.355,37. CONTOH 11.4.2 Modal sebesar Rp 6.000.000 dibungakan berdasarkan bunga majemuk dengan bunga 5% pertahun. Tentukan besar modal setelah dibungakan selama 3 tahun. Penyelesaian: Dengan rumus : M n = M (1 + b) n dimana : M = Rp 6.000.000 b = 5% = 0,05 n=3 diperoleh M 3 = Rp6.000.000 × (1 + 0.05) 3 = Rp6.000.00 0 × (1.157625) = Rp6.945.75 0 Jadi besar modal selama 3 tahun adalah Rp6.945.750,CONTOH 11.4.3 Modal sebesar Rp 10.000.000 dipinjamkan dengan bunga majemuk. Penggabungan bunga dilakukan persemester dan besar bunga adalah 12% pertahun. Tentukan lama modal tersebut dipinjamkan setelah modal menjadi Rp 15.041.000 600 Bab 11: Matematika Keuangan Penyelesaian: Karena 1 semester = 6 bulan, maka periode bunga adalah 6 bulan. Jadi frekuensi penggabungan = 12/6 = 2 Suku bunga setiap periode adalah 12% : 2 = 6%. Berdasarkan rumus M = Mn (1 + b )n , diperoleh : (1 + 0.06) n = M n /M (1 + 0.06) n = Rp15.041.000 = 1.5041 10.000.000 Dengan rumus logaritma, diperoleh n = 7. Jadi lama modal tersebut dipinjamkan adalah 7 semester atau 3,5 tahun. Pada pembahasan di atas, periode bunga adalah bulat. Selanjutnya jika periode bunga berupa pecahan, maka untuk cara mencari nilai akhir adalah sebagai berikut: 1. Tentukan nilai akhir dengan bunga majemuk untuk periode bunga bulat. 2. Tambahkan nilai akhir bunga tunggal untuk periode bunga pecahan. CONTOH 11.4.4 Modal sebesar Rp 9.000.000 dibungakan berdasarkan bunga majemuk dengan bunga 4% pertahun. Tentukan besar modal setelah dibungakan selama 5 tahun 6 bulan. Penyelesaian: Dalam hal ini : M = Rp 9.000.000 Bab 11: Matematika Keuangan 601 b = 4% = 0,04 n = 5,5 (karena 6 bulan sama dengan 0,5 tahun) diperoleh : 1 M 5,5 = Rp. 9.000.000 × (1,04) 5 + (0,04)Rp. 9.000.000(1,04) 5 2 1 = Rp. 9.000.000(1,04) 5 1 + (0,04 ) 2 = Rp 9.000.000 (1,216652902)(1,02) = Rp.11.168.873,64 Jadi besar modal setelah 5 tahun 6 bulan adalah adalah M 5,5 = Rp.11.158.873,64 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--44 1. Tentukan nilai tunai dari: a. Rp 1.500.000 dalam tempo 10 tahun dan uang berkembang 5%/tahun b. Rp 2.000.000 dalam tempo 8,5 tahun dan uang berkembang 5%/tahun digabung setengah tahunan c. Rp 5.000.000 dalam tempo 6 tahun dan uang berkembang 4,85%/tahun ditambahkan kwartalan d. Rp 4.000.000 dalam tempo 5 tahun 5 bulan dan uang berkembang 6%/tahun digabung setengah tahunan 602 Bab 11: Matematika Keuangan 2. Pada kelahiran anaknya seorang ayah menginginkan menginvestasikan uang akumulasi bunga 3,5% digabungkan setengah tahunan menjadi Rp 6.000.000. Jika anaknya berusia 21 tahun, maka berapakah yang harus diinvestasikan ? 3. Seorang debitur ingin membebaskan hutang dengan membayar: a. Rp 8.000.000 sekarang atau b. Rp 10.000.000 lima tahun dari sekarang Jika uang berkembang 5% digabungkan setengah tahunan, maka berapa yang debitur terima? 4. Hutang Rp 5.000.000 harus dibayar dalam 2 tahun dari hari ini dan yang lain Rp 7.500.000 harus diabayar dalam 6 tahun dari hari ini akan dilunasi dengan pembayaran tunggal 4 tahun dari hari ini. Tentukan besarnya pembayaran tunggal jika uang bertambah 4% majemuk kwartalan. 5. Tentukan waktu persamaan untuk membayar dua hutang Rp 250.000 untuk setiap pembayaran, satu dibayar dalam 6 bulan dan yang lain dalam satu tahun jika uang bertambah 6% digabungkan bulanan. 11.5 RENTE (RENTETAN MODAL) Rente dikelompokkan kedalam rente terbatas dan rente kekal. Selanjutnya, akan kita bahas masing – masing rente secara lebih mendalam. 1. Rente Terbatas adalah rente dengan banyaknya angsuran atau penambahan uang oleh pihak bank untuk tabungan maupun produk bank yang lain menggunakan sistem bunga majemuk yaitu setiap Bab 11: Matematika Keuangan 603 akhir periode bunganya langsung menjadi modal yang dibungakan lagi atau dikenal dengan bunga berbunga. Didalam sistem bunga majemuk dikenal istilah rente yaitu rentetan modal yang dibayarkan setiap periode yang tetap. Pembayaran yang menggunakan rente antara lain: 1. Pembayaran barang secara kredit 2. Pembayaran asuransi 3. Tabungan berjangka atau deposito Contoh banyaknya angsuran rente adalah: 12 kali angsuran, 24 kali angsuran, atau k kali angsuran dengan k adalah bilangan asli dan berhingga. 2. Rente Kekal (abadi) adalah rente dengan banyaknya angsuran tidak terbatas, misal k kali angsuran dengan k tak hingga. Berdasarkan waktu pembayarannya rente dibedakan menjadi 2, yaitu : Rente Pranumerando adalah suatu rente dengan waktu pembayarannya dilakukan setiap awal periode, misal tanggal 1 setiap bulan, tanggal 1 Januari setiap tahun. Rente Postnumerando adalah suatu rente dengan waktu pembayarannya dilakukan setiap akhir periode, misal tanggal 30 setiap bulan, tanggal 30 Desember setiap tahun. Rente Pranumerando 1. Penghitungan Nilai Akhir 604 Bab 11: Matematika Keuangan Misalkan dengan modal (M) setiap tahun dalam periode (n) tahun, dengan suku bunga majemuk (i) per tahun. Maka nilai akhir dari angsuran itu dapat dicari dengan cara sebagai berikut. Angsuran dibayar pada awal periode yaitu tanggal 1 Januari dan nilai akhir dihitung pada akhir tahun ke-n yaitu pada tanggal 31 Desember tahun ke-n seperti pada penjelasan berikut. Tahun Pertama 1 Januari M(1 + i)1 Tahun Kedua 1 Januari M(1 + i)2 Tahun Ketiga 1 Januari M(1 + i)3 Tahun ke (n-1) 1 Januari M(1 + i)n-1 Tahun ke n 1 Januari M(1 + i)n + M k=n 31 Desember ∑ M(1 + i) k k −0 Jadi Nilai Akhir dari Rente Pranumerando adalah k =n N a = ∑ M(1 + i ) k k =1 k =n N a = M ∑ (1 + i ) k k =1 Atau jika dihitung menggunakan deret, didapat Na = M (1 + i) + M (1 + i) +…+ M (1 + i)n yang merupakan deret Geometri, dengan a = M (1 + i) dan r = (1 + i) Bab 11: Matematika Keuangan N = M (1 + i) (1 + i) n + 1 (1 + i) - 1 N = M (1 + i) (1 + i) n + 1 i 605 CONTOH 11.5.1 Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp.1.000.000,-. Jika besar bunga 4 % pertahun, maka tentukan nilai akhir rente pada tahun ke 3. Penyelesaian: M = Rp.1.000.000,n = 3, dan i = 4 % k =n N a = ∑ M(1 + i) k k =1 3 = Rp1.000.00 0 × ∑ (1 + 0.04) k k =1 = Rp1.000.00 0 × (1.04 + 1.0816 + 1.124864) = Rp1.000.00 0 × (3.246464) = Rp3.246.46 4 2. Penghitungan Nilai Tunai Misalkan dengan modal (M) setiap tahun dalam periode (n) tahun, dengan suku bunga majemuk (i) per tahun. Maka nilai tunai dari angsuran itu dapat dicari dengan cara sebagai berikut. 606 Bab 11: Matematika Keuangan Angsuran dibayar pada awal periode yaitu tanggal 1 Januari dan nilai tunai dihitung pada akhir tahun ke-n yaitu pada tanggal 1 Januari tahun ke-n seperti pada penjelasan berikut : Tahun Pertama 1 Januari M Tahun Kedua 1 Januari M/ (1 + i) Tahun Ketiga 1 Januari M/ (1 + i)2 Tahun ke (n-1) 1 Januari M/ (1 + i)n-2 Tahun ke n 1 Januari M/ (1 + i)n-1 + M M+M k = n -1 ∑ k =1 1 (1 + i) k Jadi Nilai Tunai dari Rente Pranumerando adalah k = n -1 Nt = M + M ∑ k =1 = M(1 + k = n -1 1 (1 + i )k 1 ∑ (1 + i ) k =1 k ) Atau jika dihitung menggunakan deret, didapat suatu deret geometri dengan a = M, dan r = 1 / (1+i), maka : 1 − (1 + i ) − n N t = M(1 + i ) i CONTOH 11.5.2 Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp 1.000.000. Jika besar bunga 4 % pertahun, maka tentukan nilai tunai rente pada tahun ke 3. Bab 11: Matematika Keuangan 607 Penyelesaian: M = Rp.1.000.000 n=3 i=4% 1 − (1 + 0,04) −3 N t = Rp.1.000.000,-(1 + 0,04) 0,04 1 - 0,888996358 0,04 = Rp.1.000.000,− × (1,04) × = Rp.1.040.000 (2,775091033) = Rp.2.886.094,67 Rente Postnumerando 1. Penghitungan Nilai Akhir Tahun Pertama 31 Desember M(1+i)n-1 Misalkan dengan modal (M) setiap tahun dalam periode (n) tahun, dengan suku bunga majemuk (i) per tahun. Maka nilai akhir N a dari angsuran itu dapat dicari dengan cara sebagai berikut : Angsuran dibayar pada akhir periode yaitu tanggal 31 Desember dan nilai akhir dihitung pada akhir tahun ke-n yaitu pada tanggal 31 Desember tahun ke-n seperti pada penjelasan berikut : Tahun Kedua 31 Desember M(1+i)n-2 Tahun Ketiga 31 Desember M(1+i)n-3 Tahun ke (n-1) 31 Desember M(1+i) Tahun ke n 31 Desember M M + 608 Bab 11: Matematika Keuangan n -1 M + ∑ M(1 + i) k k =1 Jadi Nilai Akhir dari Rente Pranumerando adalah n −1 k N a = M 1 + ∑ (1 + i ) k =1 Atau jika dihitung menggunakan deret geometri, didapat Na = [ ] M (1 + i )n + 1 i CONTOH 11.5.3 Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp. 4.000.000,- ke bank. Bunga bank 5% pertahun. Pada tahun ke-3, tentukan nilai akhir rente. Penyelesaian: M = Rp.4.000.000,n=3 i = 5% 3 N a = Rp.4.000.000,-1 + ∑ (1 + 0,05) = Rp.4.000.000,- ( 2,157625) = Rp.8.630.500,- 2. Penghitungan Nilai Tunai Bab 11: Matematika Keuangan 609 Misalkan dengan modal (M) setiap tahun dalam periode (n) tahun, dengan suku bunga majemuk (i) per tahun. Maka nilai tunai N t dari angsuran itu dapat dicari dengan cara sebagai berikut : Angsuran dibayar pada awal periode yaitu tanggal 1 Januari dan nilai tunai dihitung pada akhir tahun ke-n yaitu pada tanggal 1 Januari tahun ke-n seperti pada penjelasan berikut: M (1 + i ) Tahun Pertama 1 Januari Tahun Kedua 1 Januari Tahun Ketiga 1 Januari M (1 + i )2 M (1 + i )3 M M Tahun ke (n-1) 1 Januari (1 + i )n -1 Tahun ke n 1 Januari M (1 + i )n k =n M ∑ (1 + i ) k =1 k Jadi Nilai Tunai dari Rente Postnumerando adalah k =n N t = M∑ k =1 1 (1 + i )k Atau jika dihitung menggunakan deret, didapat : Nt = [ M (1 + i )n i ] 610 Bab 11: Matematika Keuangan CONTOH 11.5.4 Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp 4.000.000,- ke bank. Bunga bank 5% pertahun. Pada tahun ke 3, tentukan harga tunai rente ? Penyelesaian: M = Rp.4 000.000,n=3 i = 5% n N t = M∑ k =1 1 (1 + i )k 1 1 1 + + N 3 = Rp.4.000.000,- 2 (1 + 0,05) 3 1 + 0,05 (1 + 0,05) = Rp 4.000.000,- ( 0,952380952++0,907029478+0,863837598) = Rp 4.000.000,-(2,723248029) = Rp 10.982.991,11 Rente Kekal Rente kekal atau rente abadi adalah rente dengan banyaknya angsuran tidak terbatas (n = ~). Maka dari hanya nilai tunainya saja yang dapat dihitung, sedangkan nilai akhirnya tidak dapat dihitung jumlahnya. 1. Rente Kekal Pranumerando Rente kekal pranumerando jika dijabarkan nilai tunai untuk tiap priode merupakan deret geometri tak hingga dengan a = M, dan r = 1 , maka nilai tunai rente pranumerando kekal adalah : 1+ i Bab 11: Matematika Keuangan Nt = 611 M (1 + i ) = M + M i i CONTOH 11.5.5 Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp.1.000.000,-. Jika besar bunga 5 % pertahun, maka tentukan harga tunai rente kekal pada tahun ke 3. Penyelesaian: M = Rp 1.000.000 n=3 i=5% M (1 + i ) i Rp 1.000.000,(1 + 0,05) = 0,05 N3 = = Rp 21.000.000,2. Rente Kekal Postnumerando Sama dengan rente kekal pranumerando, rente kekal postnumerando nilai tunainya jika dijabarkan akan berbentuk deret geometri tak hingga dengan : a= M 1 M dan r = , sehingga N t = (1 + i ) (1 + i ) i 612 Bab 11: Matematika Keuangan CONTOH 11.5.6 Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- ke bank. Bunga bank 5% pertahun. Pada tahun ke 4, tentukan harga tunai rente kekal. Penyelesaian: M = Rp 1.000.000 n=4 i = 5% N4 = Rp.1.000.000,= Rp.20.000.000,0,05 Jadi harga tunai rente kekal adalah Rp. 20.000.000,-. SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--55 1. Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp.1.000.000,‐. Jika besar bunga 5 % pertahun, maka tentukan nilai akhir rente pada tahun ke 3. 2. Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp 1.000.000. Jika besar bunga 5 % pertahun, maka tentukan nilai tunai rente pada tahun ke 3. 3. Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp. 4.000.000,‐ ke bank. Bunga bank 4,5% pertahun. Pada tahun ke‐3, tentukan nilai akhir rente. Bab 11: Matematika Keuangan 613 4. Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp. 4.000.000,‐ ke bank. Bunga bank 4,5% pertahun. Pada tahun ke 3, tentukan harga tunai rente ? 5. Setiap awal tahun disetorkan sejumlah uang ke bank sebanyak Rp.1.000.000,‐. Jika besar bunga 4,5 % pertahun, maka tentukan harga tunai rente kekal pada tahun ke 3. 11.6 ANUITAS Anuitas adalah suatu pembayaran atau penerimaan uang secara periodik dalam jumlah tetap dan dalam jangka waktu yang tetap pula. Jumlah pembayaran anuitas terdiri dari dua bagian, yaitu: - Angsuran pelunasan pinjaman - Pembayaran bunga. Menentukan Besarnya Anuitas Untuk menentukan besarnya anuitas dapat digunakan rumus : A=M 1 n 1 ∑ (1 + i ) k =1 k atau A = iM dengan A = besarnya anuitas M = besarnya pinjaman i = suku bunga (1 + i )n (1 + i )n − 1 614 Bab 11: Matematika Keuangan n = banyaknya anuitas CONTOH 11.6.1 Suatu pinjaman sebesar Rp 10.000.000,- akan dilunasi dengan 3 angsuran dengan suku bunga 12% pertahun. Tentukan besar anuitasnya. Penyelesaian: M = Rp 10.000.000,i = 12% = 0,12 n=3 a. Diselesaikan dengan Rumus A = M 1 n ∑ (1 + i ) k =1 anuitas A = Rp. 10.000.000 ,- 1 , diperoleh besarnya k 1 = Rp 4.163.48,9 8. 2.40183126 7 b. Diselesaikan dengan Rumus A = iM (1 + i )n (1 + i )n − 1 Besarnya anuitas adalah 3 ( 1,12) A = 0,12 × Rp. 10.000.000,- × (1,12)3 − 1 = Rp 1.200.000 × 1,404928 = Rp.4.163.48,98 0,404928 Menyusun Rencana Angsuran Untuk mengetahui bahwa perhitungan anuitas sudah benar, sebaiknya disusun rencana angsuran. Pada anuitas terakhir, besar angsuran utang harus nol. Bab 11: Matematika Keuangan 615 CONTOH 11.6.2 Ibu Rini meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000,-. Pinjaman harus dilunasi dengan anuitas selama setahun dengan pembayaran tiap tiga bulan. Suku bunga 3% per tiga bulan. Buatlah rencana angsurannya, dan buatkan tabel rencana angsuran itu. Penyelesaian: M = Rp 10.000.000,i = 3% n = 4 (sebab angsuran dilakukan setiap 3 bulan. Jadi n = 12 : 3 = 4) Besar anuitas tiap 3 bulan adalah A=M 1 4 = Rp 10.000.000 × 1 ∑ (1 + 0,03) k =1 1 3,717089840 k = Rp 2.690.270,5 Membuat rencana angsuran: Karena anuitas terdiri dari besar angsuran dan bunga, maka angsuran ke n, yaitu An, adalah An = A - Bn dengan Bn adalah bunga pada angsuran ke n. Oleh karena itu diperoleh: - Bunga pada akhir tiga bulan pertama B1 = 3% x Rp 10.000.000 = 3 × Rp. 10.000.000 ,- = Rp. 300.000 100 Angsuran pertama adalah A1 = A - B1 = Rp 2.690.270,5 - Rp 300.000,- = Rp 2.390.270,5 Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan kedua adalah M1 = Rp 10.000.000,- - Rp 2.390.270,5 = Rp 7.609.729,5. 616 Bab 11: Matematika Keuangan - Bunga pada akhir tiga bulan kedua B2 = 3 × Rp.7.609 .729,5 = Rp.228 .291,88 100 Angsuran kedua adalah A2 = A - B2 = Rp 2.690.270,5 - Rp 228.291,88 = Rp 2.461.978,62 Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan ketiga adalah M2 = Rp 7.609.729,5 - Rp 2.461.978,62= Rp 5.147.750,88. - Bunga pada akhir tiga bulan ketiga adalah B3 = 3 × Rp.5.147 .750,88 = Rp.154 .432,52 100 Angsuran ketiga adalah A3 = A - B3 = Rp 2.690.270,5 - Rp 154.432,52 = Rp 2.535.837,98 Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan keempat adalah M3 = Rp 5.147.750,88. - Rp 2.535.837,98 = Rp 2.611.912,9 - Bunga pada akhir tiga bulan keempat adalah B4 = 3 × Rp.2.611.912,9 = Rp.783.573,87 100 A4 = A - B4 = Rp 269.027,05 - Rp 783.573,87 = Rp 2.611.913,13 Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan kelima adalah Angsuran keempat adalah M4 = Rp 2.611.912,9- Rp 2.611.913,13= Rp -0,02 = Rp 0 Bab 11: Matematika Keuangan 617 Tabel rencana angsurannya adalah sebagai berikut: Tabel Rencana Angsuran Angsuran ke n Anuitas Utang ( Rp. ) Suku bunga Angsuran 3% Utang Sisa Utang 1 10.000.000,- 300.000,- 2.390.270,5 7.609.729,5 2 7.609.729,5 228.291,88 2.461.978,62 5.147.750,88 3 5.147.750,88 154.432,52 2.535.837,98 2.611.912,9 4 2.611.912,9 783.573,87 2.611.913,13 0,- Anuitas dengan Pembulatan Biasanya besar anuitas yang dibayarkan (diterima) berupa pecahan. Untuk mempermudahkan atau menyederhanakan pembayaran, biasanya besar anuitas dibulatkan ke atas atau ke bawah. Jika besar anuitas dibulatkan ke bawah, maka besarnya pembayaran terakhir adalah besarnya anuitas ditambah kekurangannya, dan jika besar anuitas dibulat kan ke atas, maka besarnya pembayaran terakhir adalah besarnya anuitas dikurangi kelebihan pembayaran. CONTOH 11.6.3 Pak Abu meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000,-. Pinjaman harus dilunasi dengan anuitas selama setahun dengan pembayaran tiap triwulan.Suku bunga 3% per triwulan. 618 Bab 11: Matematika Keuangan Tentukan: a. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke atas b. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas c. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas d. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas e. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas f. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke bawah g. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah h. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah i. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah j. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah Penyelesaian: M = Rp 10.000.000 i = 3% n = 4 (sebab angsuran dilakukan setiap triwulan. Jadi n = 12 : 3 = 4) Besar anuitas tiap triwulan adalah A=M 1 n 1 ∑ (1 + i ) k =1 k 1 1/1,03 + 1/1,0609 + 1/1,092727 + 1/1,12550881 1 = Rp.10.000.000,− × = Rp.2.690.270,45 3,71709840 = Rp.10.000.000,− × Dengan pembulatan ribuan ke atas, diperoleh a. Besar anuitas adalah Rp 2.700.000,b. Besar pembulatan adalah Rp 2.700.000,00 - Rp 2.690.270,45 = Rp 9.729,55 Bab 11: Matematika Keuangan 619 c. Untuk membuat tabel rencana angsuran, terlebih dahulu dihitung rencana angsurannya sebagai berikut. Dengan mengingat An = A – Bn, dan Bn adalah bunga pada angsuran ke n, diperoleh: - Bunga pada akhir triwulan pertama, B1 = 3% x Rp 10.000.000,= Rp 300.000,Angsuran pertama adalah A1 = A - B1 = Rp 2.700.000 - Rp 300.000 = Rp 2.400.000,Pinjaman (sisa utang) pada awal triwulan kedua adalah M1 = Rp 10.000.000,00 - Rp 2.400.000,-= Rp 7.600.000,- Bunga pada akhir tiga bulan kedua B2 = 3 × Rp 7..600.000 ,- = Rp.228.000 ,100 Angsuran kedua adalah A2 = A - B2 = Rp 2.700.000 ,-- Rp.228.000= Rp 2.472.000,Pinjaman (sisa utang) pada awal triwulan ketiga adalah M2 = Rp 7.600.000,- - Rp 2.472.000,-= Rp 5.128.000,-. - Bunga pada akhir triwulan ketiga adalah B3 = 3% x Rp 5.128.000,-. = 3 Rp. 5.128.000, - = Rp. 153.840,100 Angsuran ketiga adalah A3 = A - B3 = Rp 2.700.000,- - Rp 153.840,- = Rp 2.546.160,Pinjaman (sisa utang) pada awal triwulan keempat adalah M3 = Rp 5.128.000,-. - Rp 2.546.160,- = Rp 2.581.840,- 620 Bab 11: Matematika Keuangan - Bunga pada akhir triwulan keempat adalah B4 = 3% x Rp 2.581.840,-. = 3 × Rp. 2.581.840, - = Rp. 77.455,2 100 Angsuran keempat adalah A4 = A - B4 = Rp 270.000,- - Rp 77.455,2 = Rp 2.622.544,8 Pinjaman (sisa utang) pada akhir triwulan keempat adalah M4 = Rp 2.581.840,- - Rp 2.622.544,8 = Rp -40.704,8 Dengan adanya pembulatan ribuan ke atas, ada kelebihan angsuran sebesar Rp. 40.704,8. Jadi tabel rencana angsurannya adalah sebagai berikut: Angsuran ke n Anuitas Utang ( Rp. ) Suku bunga 3% Angsuran Sisa Utang Utang 1 10.000.000,- 300.000,- 2.400.000,- 7.600.000,- 2 7.600.000,- 228.000,- 2.472.000,- 5.128.000,- 3 5.128.000,- 153.840,- 2.546.160,- 2.581.840,- 4 2.581.840,- 7.745,52 2.622.544,8 -40.704,8 d. Angsuran terakhir adalah A4 - Rp 40.704,8 = Rp 2.622.544,8 - Rp 4.070,48 = Rp 2.622.544,8 e. Pembayaran terakhir adalah Angsuran terakhir + Bunga terakhir = Rp 2.622.544,8+ Rp 77.455,2 = Rp 2700.000,- Bab 11: Matematika Keuangan 621 Dengan pembulatan ribuan ke bawah diperoleh: a. Besar anuitas adalah Rp 2.690.000,b. Besar pembulatan adalah Rp 2.690 .270 ,45 - Rp 2.690.000,= Rp 270,45 c. Untuk membuat tabel rencana angsuran, terlebih dahulu dihitung rencana angsurannya sebagai berikut : Dengan mengingat An = A – Bn dimana Bn adalah bunga pada angsuran ke n, diperoleh: - Bunga pada akhir tiga bulan pertama B1 = 3% x Rp 10.000.000 = 3 Rp. 10.000.000 = Rp. 300.000 100 Angsuran pertama adalah A1 = A - B1 = Rp 2.690.000 - Rp 300.000 = Rp 2.390.000 Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan kedua adalah M1 = Rp 10.000.000 - Rp 2.390.000 = Rp 7.610.000,- - Bunga pada akhir tiga bulan kedua B2 = 3% x Rp7.610.000,- = 3 × Rp. 7,610.000, - = Rp. 228.300,100 Angsuran kedua adalah A2 = A - B2 = Rp 2.690.000,- - Rp 228.300,= Rp 2.461.700,- 622 Bab 11: Matematika Keuangan Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan ketiga adalah M2 = Rp 7.610.000,- - Rp 2.461.700,- = Rp 5.148.300,-. - Bunga pada akhir tiga bulan ketiga adalah 3 × Rp. 5.148.300 = Rp. 154.444,90 100 B3 = 3% x Rp 5.148.300 = Angsuran ketiga adalah A3 = A - B3 = Rp 2.690.000,- - Rp 15.444,90 = Rp 2.535.551,Pinjaman (sisa utang) pada awal tiga bulan keempat adalah M3 = Rp 5.148.300 - Rp 2.535.551 = Rp 2.612.749,- Bunga pada akhir tiga bulan keempat adalah B4 = 3% Rp 2.612.749,- = 3 × Rp. 2.612.749, - = Rp. 78.382,47 100 Angsuran keempat adalah A4 = A - B4 = Rp 2.690.000 - Rp 78.382,47 = Rp 2.611.617,53 Pinjaman (sisa utang) pada akhir tiga bulan keempat adalah M4 = Rp 2.612.749,-- Rp 2.611.617,53 = Rp 1.131,47. Jadi table rencana angsurannya adalah sebagai berikut : Angsuran Anuitas ke n Utang ( Rp. ) 1 10.000.000,- 300.000,- 2.390.000,- 7.610.000,- 2 7.610.000,- 2288.300,- 2.461.700,- 5.148.300,- 3 5.148.300,- 154.449,- 2.535.551,- 2.612.749,- 4 2.612.479 78.382,47 2.611.617,53 1.131,47 Suku bunga Angsuran 3% Utang Sisa Utang Bab 11: Matematika Keuangan 623 i. Dengan adanya pembulatan ribuan ke bawah, ada kekurangan angsuran sebesar Rp1.131,47. Jadi angsuran terakhir adalah A4 + Rp 1.131,47 = Rp 2.611.617,53 + Rp 1.131.47 = Rp 2.612.749,j. Pembayaran terakhir adalah angsuran terakhir + bunga terakhir = Rp 2.612.749 + Rp 78.382,47,- = Rp 2.691.131,47 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--66 1. Suatu pinjaman sebesar Rp 10.000.000 akan dilunasi dengan 5 angsuran dengan suku bunga 12% pertahun. Tentukan besar anuitasnya. 2. Ibu Rini meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000. Pinjaman harus dilunasi dengan anuitas selama setahun dengan pembayaran tiap empat bulan. Suku bunga 4% per tiga bulan. Buatlah rencana angsurannya, dan buatkan tabel rencana angsuran itu. 3. Pak Abu meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000,‐. Pinjaman harus dilunasi dengan anuitas selama setahun dengan pembayaran tiap triwulan.Suku bunga 3% per triwulan. Tentukan: a. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke atas b. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas 624 Bab 11: Matematika Keuangan c. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas d. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas e. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas f. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke bawah g. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah h. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah i. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah j. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah 11.7 METODE SALDO MENURUN Dengan metode garis lurus, besarnya penyusutan setiap tahun dianggap sama, tetapi dalam metode saldo menurun, besar penyusutan mula-mula besar dan semakin lama besar penyusutan penurun sebanding lurus dengan menurunnya nilai buku ativa (harta) tetap. Perhitungan penyusutan dengan metode saldo turun ada dua cara, yaitu: metode angka persen tetap atau metode tarif tetap atas nilai buku, dan metode menurun berganda. Perhitungan dengan metode angka persen tetap mempunyai rumus Bab 11: Matematika Keuangan T =1- n 625 S A Dimana : T = persen penyusutan dari nilai buku S = nilai residu (sisa) aktiva tetap A = nilai perolehan aktiva tetap n = perkiraan umur ekonomi aktiva tetap CONTOH 11.7.1 Diketahui bahwa biaya perolehan suatu aktiva adalah Rp 10.000.000,-. Taksiran nilai sisa adalah Rp 1.000.000,- dengan umur manfaat 3 tahun. Dengan metode saldo menurun angka persen tetap, a. Persentase penyusutan setiap periode b. Buatkan tabel yang berisikan harga perolehan, penyusutan, akumulasi penyusutan, dan harga buku. Penyelesaian: S = Rp 1.000.000,A = Rp 10.000.000,n=3 626 Bab 11: Matematika Keuangan a. Persentase penyusutan setiap periode adalah 1- 3 1000000 10000000 T =1- n S = A = 1 – 0,4641592396 = 0,53584076 = 53,6% b. Penyusutan periode 1 = 53,6% x Rp 10.000.000,- = Rp 5.360.000,Penyusutan periode 2 = 53,6% x Rp 4.460.000,- = Rp2.487.040,Penyusutan periode 3 = 53,6% x Rp 2.152.960,- = Rp 1.153.986,56 Tabelnya adalah sebagai berikut : Periode/ta hun Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan (Rp.) ( Rp.) Penyusuta n Nilai Buku 1 10.000.000 5.360.000,- 5.360.000, 4.640.000 2 10.000.000 2.487.040,- 7.847.040 2.152.960 3 10.000.000 1.153.986,56 9.001.026, 998.974,- Pada penyusutan metode saldo menurun berganda, besar persentase penyusutan pertahun ditetapkan sebesar dua kali dari penyusutan garis lurus. Bab 11: Matematika Keuangan 627 CONTOH 11.7.2 Diketahui bahwa biaya perolehan suatu aktiva adalah Rp 10.000.000 Taksiran nilai sisa adalah Rp 1.000.000,- dengan umur manfaat 4 tahun. Dengan metode saldo menurun berganda, a. Persentase penyusutan setiap periode b. Hitunglah penyusutan selama 4 tahun Penyelesaian: 8. Persentase penyusutan setiap periode (setiap tahun) adalah 100% (2) = 50 % 4 9. Besar penyusutan tahu ke 1 = 50% x Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000 Nilai Buku awal tahun ke 2 = Rp10.000.000 - Rp 5.000.000 = Rp 5.000.000 Besar penyusutan tahu ke 2 = 50% x Rp 5.000.000 = Rp 2.500.000 Nilai Buku awal tahun ke 3 = Rp 5.000.000 - Rp 2.500.000 = Rp 2.500.000,Besar penyusutan tahu ke 3 = 50% x Rp 2.500.000 = Rp 1.250.000 628 Bab 11: Matematika Keuangan • RANGKUMAN • Bunga adalah uang jasa tambahan yang diakibatkan kita meminjam uang. Besarnya pinjaman disebut dengan modal. • Jika besar modal pinjaman adalah M0 dan besar bunga adalah B, maka besar suku bunga persatuan waktu dituliskan dengan b, didefinisikan sebagai b= B × 100 % M0 • Jika besar bunga hanya dihitung dari modal dan pembayaran dilakukan sesuai dengan waktu perjanjian, maka bunga yang berkaitan disebut bunga tunggal. • Jika besar bunga ditambahkan ke modal pinjaman dan akan ikut dihitung sebagai modal untuk dibungakan lagi, maka bunga yang berkaitan disebut bunga majemuk. • Pada deposito, besarnya uang yang disimpan pertama kali disebut nilai tunai, sedang besarnya uang pada saat pengembalian disebut nilai akhir, dan saat pengambilan disebut valuta. • Anuitas adalah suatu pembayaran atau penerimaan uang secara periodik dalam jumlah tetap dan dalam jangka waktu yang tetap pula. Bab 11: Matematika Keuangan 629 SSO OAALL LLAATTIIH HAAN N 1111--77 1. Diketahui bahwa biaya perolehan suatu aktiva adalah Rp 12.000.000. Taksiran nilai sisa adalah Rp 1.000.000,‐ dengan umur manfaat 3 tahun. Dengan metode saldo menurun angka persen tetap, tentukan a. Persentase penyusutan setiap periode b. Buatkan tabel yang berisikan harga perolehan, penyusutan, akumulasi penyusutan, dan harga buku. 2. Diketahui bahwa biaya perolehan suatu aktiva adalah Rp 10.000.000. Taksiran nilai sisa adalah Rp 1.000.000 dengan umur manfaat 4 tahun. Dengan metode saldo menurun berganda, tentukan: a. Persentase penyusutan setiap periode b. Hitunglah penyusutan selama 4 tahun SSO OAALL LLAATTIIH HAAN NU ULLAAN NGGAAN N BBAABB 1111 1. Jika terdapat suatu modal sebesar Rp.25.000.000,- dengan suku bunga 15% pertahun tentukan besar bunga tunggal untuk jangka waktu a. 9 bulan b. 20 bulan 2. Ibu Ani meminjam modal sebesar Rp.10.000.000,- jika ibu Ani harus mengembalikan dalam jangka waktu 2 tahun dengan 630 Bab 11: Matematika Keuangan pengembalian sebesar 8/5 dari modal pinjaman. Tentukan besar bunga pertahun 3. jika terdapat modal sebesar Rp.15.000.000,- dibungakan dengan bunga tunggal suku bunga 12% perbulan dalam waktu berapa agar modal menjadi 5/3 dari modal semula. 4. Jika modal sebesar Rp.16.000.000,-dipinjamkan selama 3 bulan dengan suku bunga 12,5% pertahun. Tentukan besar bunga tunggal eksak dan biasa, jika dilakukan pada tahun a. 2007 b. 2008 5. Tentukan waktu rata-rata dan waktu eksak dari tanggal 22 Pebruari 2000 sampai 17 Mei 2007 6. Ali meminjam modal sebesar Rp.100.000.000,-dengan cara diskonto, suku bunga yang disepakati 15% pertahun. Tentukan besar modal pinjaman yang diterima Ali setelah dpotong bunga. 7. Bakri menerima pinjaman setelah dipotong bunga Rp.12.000.000,dengan cara diskonto, suku bunga 16% pertahun. Tentukan besar pinjaman Bakri. 8. Jika suatu modal sebesar M dibungakan selama 5 tahun dengan bunga majemuk sebesar 12% pertahun, dan penggabungan bunga dilakukan perkuartal. Tentukan a. Frekuensi penggabungan b. Banyaknya periode bunga 9. Jika modal sebesar Rp.25.000.000,- dibungakan dengan bunga majemuk, suku bunga1,2% perbulan. Berapa besar modal setelah a. 10 bulan b. 3 tahun Bab 11: Matematika Keuangan 631 10. Jika modal sebesar 30.000.000,- dibungakan berdasarkan bunga majemuk dengan bunga 8% pertahun. Tentukan besar modal selama 5 tahun 9 bulan. 11. Jika pada awal tahun disetor sejumlah uang ke Bank sebanyak Rp.1.000.000,- besar bunga 6% pertahun, maka tentukan nilai akhir rente pada akhir tahun ke-8 12. Pada tiap akhir tahun dimasukkan uang sebesar Rp.100.000.000,ke bank bunga yang ditawarkan 10% pertahun. Pada tahun ke-6, tentukanharga tunai rente 13. Pak karta meminjam uang di Bank sebesarRp.100.000.000,- dan harus dilunasi dengan anuitas selama 3 tahun dengan pembayaran tiap semester, suku bunga yang ditawarkan adalah 5% persemester. Tentukan a. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke atas b. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas c. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas d. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas e. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke atas f. Besar anuitas dengan pembulatan ribuan ke bawah. g. Besarnya pembulatan jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah. h. Tabel rencana angsuran jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah. i. Angsuran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah. j. Pembayaran terakhir jika anuitas dibulatkan ke ribuan ke bawah. DAFTAR PUSTAKA 10. Benny Hendarman, Endang Riva’I, Matematika untuk SMK kelas X, HUP, 2007. 11. Benny Hendarman, Endang Riva’I, Matematika untuk SMK kelas XI, HUP, 2007. 12. B.K Noormandiri, Endar Sucipto, Matmatika SMU, Penerbit Erlangga, 2004. 13. Edi Suranto, Matematika Bisnis Manajemen, Penerbit Yudistira, 2003. 14. Endang Jaiman, Herwati, Tri Dewilistia, Matematika SMU, Yudhistira, 2004. 15. Jurusan Matematika ITS, Buku Ajar Kalkulus, 2006. 16. Jurusan Matematika FMIPA-ITS Surabaya, Buku Ajar Kalkulus 2, 2007 17. Koko Martono, R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA kelas X, Ganeca, 2007. 18. Koko Martono, R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA kelas XI Program IPA, Ganeca, 2007. 19. Koko Martono, R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA kelas XII Program IPA, Ganeca, 2007. 20. L. Sembiring, R.A. Rivai Wirasasmita, Yogia, Yance Lagu M., Matematika Keuangan, Penerbit M2S Bandung, 2005 21. Maman Abdurahman, Matematika 1 untuk SMK kelas X Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi, Penerbit Armico Bandung, 2007. 22. Marwanto, dkk, Matematika Interaktif, Yudistira, 2004. 633 634 Daftar Pustaka 23. Sembiring, Rama Widya, Olimpiade Matematika SMU, 2004. 24. Srikurnianingsing, Kuntarti, Sulistiono, Matematika SMA dan MA, Penerbit, Erlangga 2003. 25. Stewart, J., Kalkulus, Alih bahasa: I Nyoman Susila, Hendra Gunawan, Penerbit Erlangga, 2003. 26. Wila Adiyanto Sukoco, Loedbi, Matematika Bilingual, 2004. 27. Wono Setyo Budhi, Matematika SMU, PT. Arman Delta Selaras, 2002. 28. Yohanes, Kastolan, Sulasin, Matematika SMU, Yudistira, 2004. INDEKS 635 636 Indeks Indeks 637