Uploaded by User67604

37-1-170-2-10-20190226

advertisement
Analisis Karakteristik Visual
Arsitektur Pemukiman Nelayan
Studi Kasus: Desa Kalibuntu Probolinggo
Tyas Santri
Fakultas Teknik, Program Studi Arsitektur
Universitas Langlangbuana
Jl. Karapitan 116, Bandung
[email protected]
Abstrak - Indonesia merupakan negara yang kaya akan
langgam arsitektur nusantara. Arsitektur nusantara selain
rumah tradisional juga ada arsitektur desa, dusun, kampung,
pesisir. Jika dilihat secara cermat arsitektur desa, dusun,
kampung, pesisir merupakan salah satu lokalitas arsitektur
nusantara yang belum tersentuh atau paling tidak hanya
sedikit tersentuh oleh modernisasi. Dalam kajian ini di bahas
tentang karakteristik visual arsitektur pesisir yang berkembang
di wilayah pesisir laut di Probolinggo Jawa Timur yaitu pada
permukiman nelayan Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan.
Tujuan dari kajian ini adalah menganalisis karakter visual
arsitektur kawasan permukiman pesisir masyarakat nelayan
Desa Kalibuntu dengan berdasarkan tipologi hunian dan
pemanfaatan ruang bersama. Pendekatan yang digunakan
dalam kajian ini adalah pendekatan tipologi dengan metode
penelusuran yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Hasil analisis menunjukan bahwa permukiman
nelayan Kalibuntu ini merupakan permukiman pesisir yang
karakter ruangnya dipengaruhi oleh eksistensi pantai sebagai
sumber mata pencaharian selain itu juga dipengaruhi oleh
faktor kekerabatan, sosial budaya. Karakter visual tipologi
hunian nelayan Desa kalibuntu ini terlihat dari beberapa fasad
rumah yang simetris dan jarak antar rumah masih saling
besebelahan dan berhimpitan dengan dilengkapi beranda
rumah untuk aktifitas sosialisasi dengan tetangga. Pola
permukimannya adalah linier untuk di sepanjang pesisir pantai
dan semakin jauh dari pesisir pantai menjadi pola cluster.
Kata kunci - Permukiman nelayan, tipologi hunian, karakter
visual.
1. Pendahuluan
Arsitektur yang berkembang di kawasan pesisir pantai
merupakan salah satu arsitektur nusantara. Arsitektur yang
berkembang di pesisir, desa, dusun, sering dianggap arsitektur
“kampungan”. “Kampungan” adalah istilah bahasa Jawa
popular untuk menyebut sesuatu keadaan atau sifat yang
dianggap naïf (sederhana, polos-lugu, menunjuk suatu
karakter
kedesa-desaan
bernuansa
pejoratif
atau
meremehkan.” (Pangarsa, 2008). Padahal jika dilihat secara
cermat, arsitektur ini merupakan lokalitas arsitektur nusantara
yang belum tersentuh, atau paling tidak hanya sedikit
tersentuh oleh modernisasi. Permukiman pesisir hadir
dipengaruhi oleh eksistensi pantai sebagai sumber pencaharian
masyarakat. Permukiman pesisir juga memiliki potensi lokal
yang cukup khas dengan karakter dan keunikan kawasannya.
Dalam penelitian ini akan menganasisis visual arsitektur
kawasan permukiman nelayan dengan studi kasus permukiman
nelayan Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten
Probolinggo dengan pendekatan tipologi dengan metode
penelusuran yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan pendekatan tipoogi. Tipologi merupakan studi
yang berkaitan dengan tipe dari beberapa objek yang memiliki
sebuah kesamaan selain itu tipologi dapat mendefinisikan
perubahan yang terjadi pada suatu objek dan analisa perubahan
tersebut menyangkut bentuk dasar objek, elemen dasar, sifat
dasar, fungsi objek serta proses transformasi bentuknya.
Kalibuntu adalah sebuah desa yang terletak di bagian utara
Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Desa ini
dikenal dengan desa nelayan karena letaknya dekat dengan
selat Madura atau di pesisir pantai. Penduduk asli desa
Kalibuntu adalah pendatang dari Madura. Seiring
berkembangnya waktu desa Kalibuntu berkembang menjadi
permukiman padat penduduk yang sebagian besar
penduduknya adalah keturunan Madura. Permukiman nelayan
di pesisir pantai merupakan permukiman yang terbentuk dari
kegiatan bersama di ruang-ruang publik dan umumnya tumbuh
secara natural. Karakter kawasan permukiman nelayan di
pesisir pantai dipengaruhi oleh karakter budaya dan potensi
fisik lingkungan tersebut begitu juga permukiman nelayan desa
Kalibuntu. Dengan menganalisis visual permukiman nelayan
Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo
diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan pemerintah
maupun masyarakat setempat dalam merencanakan
pengembangan kawasan pesisir atau permukiman nelayan
tanpa harus meninggalkan karakter kawasan pesisir.
2. Metode
Kajian ini merupakan hasil dari analisis terhadap karakter
visual arsitektur kawasan permukiman pesisir masyarakat
nelayan Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten
Probolinggo dengan berdasarkan tipologi hunian dan
pemanfaatan ruang bersama. Pendekatan yang digunakan
dalam kajian ini adalah pendekatan tipologi dengan metode
penelusuran yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kualitatif yang dilakukan dengan teknik penelusuran atau
survey
3. Hasil dan Diskusi
3.1. Gambaran Objek Studi
Lokasi studi berada di Desa Kalibuntu, Kecamatan
Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Desa
Kalibuntu kurang lebih berjarak 31,9 km dari Kota
Probolinggo. Judul Analisis Karekteristik Visual Arsitektur
Permukiman Nelayan Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan,
Kabupaten Probolinggo diambil karena pada lokasi penelitian
masih terdapat kekhasan kawasan pesisir Desa Kalibuntu baik
dari segi permukiman, tipologi hunian dan sosial budaya.
Mayoritas penduduk Desa Kalibuntu bermatapencaharian
sebagai nelayan yang senantiasa hidup bergantung dengan
alam. Kondisi sosial budaya masyarakat nelayan Desa
Kalibuntu cukup bagus dengan jiwa tolong-menolong antar
tetangga. Pola perekonomian masyarakat Desa Kalibuntu yag
mayoritas adalah nelayan mereka menggunakan sistem bagi
hasil dari hasil tangkapan ikan mereka untuk menghitung
penndapatan mereka, dimana setiap awak kapal tidak
mendapatkan upah berupa sejumlah uang namun mendapat
bagian tertentu dari bagi hasil yang telah disepakati.
Ketidakpastian pendapatan nelayan Desa Kalibuntu juga
dirasakan oleh para pedagang di Desa kalibuntu, apabila pada
musim paceklik perekonomian nelayan dalam kondisi dibawah
pedagangpun juga ikut merasakan. Masyarakat Desa Kalibuntu
mayoritas beragama islam, selain itu juga berkembang sistem
kepercayaan adat seperti rutinitas selamatan kubur, selamatan
desa, selamatan laut dan sebagainya.
3.2. Karakteristik Hunian
“Rumah adalah wadah untuk menampung aktivitas,
karenanya di dalam dan di sekitar rumah diharapkan dapat
berlangsung “aktivitas kehidupan” yang bermanfaat dan
kontinyu.” (Salura, 2001). Bagi para nelayan rumah
merupakan salah satu sarana untuk pendukung aktifitas melaut.
Masyarakat Kalibuntu memiliki pandangan bahwa rumah
adalah tempat untuk bernaung, melindungi diri, dan
melaksanakan kegiatan beragama dan melaut. Rumah nelayan
di Desa Kalibuntu berorientasi ke arah datangnya angina atau
laut, selain itu rumah-rumah di Desa Kalibuntu juga saling
berhadap-hadapan degan tetangga dan ruang yang terbentuk
antar rumah difungsikan sebagai sirkulasi. Rumah saling
bersebelahan dengan jarak antar rumah saling berhimpitan
sehingga dapat memecah angin yang datang dari laut.
Gambar 1a. Sirkulasi yang terbentuk dari pola rumah yang saling berhadapan
Gambar 1b. Sirkulasi yang terbentuk dari pola rumah yang saling berhadapan
Gambar 2. Jarak rumah yang saling berhmpitan
Rumah tinggal di Desa Kalibuntu pada memiliki bentuk
arsitektur yang khas namun seiring berkembangnya jaman
banyak rumah yang direnovasi mengikuti gaya arsitektur
modern seperti di perkotaan. Penduduk yang merenovasi
rumahnya biasanya adalah penduduk dengan tingkat
perekonomian tinggi. Rumah yang sudah bertransformasi ke
arsitektur modern dengan rumah yang masih khas hanya
berbeda dari segi fasad dan bahan material yang digunakan,
sedangkan untuk tata ruang dalam kurang lebih sama.
Gambar 3a. Rumah yang masih khas di Desa Kalibuntu
Gambar 3b. Rumah yang masih khas di Desa Kalibuntu
Gambar 3c. Rumah yang masih khas di Desa Kalibuntu
Gambar 3d. Rumah yang masih khas di Desa Kalibuntu
Gambar 4a. Rumah modern di Desa Kalibuntu
Gambar 4b. Rumah modern di Desa Kalibuntu
Gambar 4c. Rumah modern di Desa Kalibuntu
Gambar 4d. Rumah modern di Desa Kalibuntu
Rumah yang masih khas di Desa Kalibuntu memiliki
tipologi arsitektur dengan sususnan simetris baik fasad
maupun tata ruang dalamnya. Susunan simetris pada fasad
terlihat dari tatanan pintu dan jendela dimana pintu terletak di
tengah antara dua jendela. Atap menggunakan atap limasan,
pelana dan terompesan Madura. Sudut kemiringan atap
limasan yang digunakan kebanyakan kecil hampir mendekati
datar, sedangkan untuk atap pelana biasanya meggunakan atap
pelana dengan sosoran. Rumah di Desa Kalibuntu memiliki
ciri lain yaitu menggunakan tiang penyokong di depan rumah.
Tiang ini memiliki fungsi sebagai penopang beban bangunan
dan beban angina yang berhembus dari laut, selain itu juga
berfungsi sebagai estetika bangunan. Terdapat serambi atau
teras depan yang berfungsi sebagai ruang publik yaitu tempat
untuk berkumpul, mengobrol atau bercengkrama dengan
tetangga, serambi ini memberikan kesan keterbukaan dan
keramahan antar warga. Pola atau tata ruang dalam rumah
khas Desa Kalibuntu sangat sederhana yaitu terdiri dari:
1. Halaman dan teras rumah, merupakan daerah terbuka
sebagai transisi dari dunia luar menuju ke daerah tertutup
yaitu dalam rumah.
2.
3.
4.
Ruang tamu, merupakan daerah tertutup dengan adanya
pintu masuk utama dan jendela di masig-masing sisinya.
Ruang tengah dan ruang tidur, merupakan daerah untuk
istirahat bagi pemilik rumah.
Dapur, merupakan area paling belakang dari pola ruang
dalam rumah.
Gambar 5. Skema tata ruang dalam rumah di desa Kalibuntu
Gambar 6c. Contoh tata ruang dalam rumah di desa Kalibuntu
Gambar 7a. Ruang publik penduduk
Gambar 6a. Contoh tata ruang dalam rumah di desa Kalibuntu
Gambar 6b. Contoh tata ruang dalam rumah di desa Kalibuntu
Gambar 7b. Ruang publik penduduk
3.3. Pola Permukiman
Pola permukiman nelayan Desa Kalibuntu pada dasarnya
berbentuk linier. Pola linier ini terbentuk karena orientasi tidak
langsung ke arah laut tapi seiring berjalannya waktu karena
lahan di sepanjang pantai telah terpakai, kemudian penduduk
membangun rumah di belakang rumah yang telah terbangun.
Rumah yang dibangun diblakang rumah yang sudah ada
disebut rumah lapis kedua. Seiring berjalannya waktu dengan
banyaknya penduduk pendatang pola permukiman nelayan di
Desa Kalibuntun menjadi pola cluster atau acak.
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
Gambar 8. Tampak pola linier yang terbentuk di Desa Kalibuntu
Permukiman yang semakin menjauh dari pesisir pantai,
karakter permukiman pesisirnya akan semakin hilang dan
semakin berkurang ruang untuk aktifitas nelayan. Klasifikasi
zona permukiman nelayan Desa Kalibuntu berdasarkan pola
permukiman dapat dilihat di gambar 9. Pola permukiman
nelaya Desa Kalibuntu di pengaruhi oleh nilai-nilai
kekerabatan, sosial dan budaya nelayan Desa Kalibuntu
tercermin atau terimplementasi secara fisik dalam kawasan
dan lokasi dan kondisi alam daerah pesisir.
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
Gambar 9. Klasifikasi zona permukiman nelayan Desa Kalibuntu
berdasarkan pola permukiman
4. Kesimpulan
Karakteristik hunian atau rumah baik yang masih khas atau
yang modern dari segi tata ruang dalam tidak memiliki
berbedaan tipologi yang spesifik dan kurang lebih sama hanya
terdapat perbedaan tipologi dari segi fasad rumah dan material
yang digunakan. Penataan kawasan permukiman nelayan di
desa Kalibuntu terbentuk dengan konsep kekerabatan antar
tetangga, hal ini disebatkan eratnya hubungan kekerabatan
antar tetangga. Kekerabatan tersebut menimbulkan adanya
ruang-ruang bersama dalam pola permukiman maupun tipologi
hunian. Karakter kekerabatan permukiman nelayan Desa
Kalibuntu terlihat dari tidak adanya pagar disetiap rumah, antar
rumah saling bedempetan, berhadapan, terdapat teras disetiap
rumah. Terdapat dua pola permukiman di Desa Kalibuntu yaitu
pola linier yang berada di sepanjang pesisir pantai dan pola
cluster yang berada jauh dari pesisir pantai.
Basri, Iwan Setiawan, “Perencanaan Lingkungan
Permukiman Nelayan Kampung Lere Kota Palu”,
Majalah Ilmiah Mektek XI No 2, Universitas Tadolako,
Palu, 2009.
Carmona, ‘Public Space Urban Space. The Dimension of
Urban design’’ London: Architectural Press, 2003.
Egman, Pingkan Peggy dan Michael M R, “Analisis
Visual kawasan pesisir Pantai Studi Kasus Pemukiman
Kawasan Pesisir Pantai Masyarakat LOS”’ Prosiding
Temu Ilmiah IPLBI, pp. 171- 178, 2016.
Hamka, “Tipomorfologi Kawasan permukiman Nelayan
Pesisir pantai Pelabuhan Bajoe Kab. Bone”. Spectra No
29, vol. XV, pp 41-52, 2017.
Mulyati, Ahda dan Sarwadi. A, “Nilai-Nilai Lokal Pada
Tipologi Rumah Tinggal Permukiman Perairan di
Sulawesi Tengah”’ Proseding Seminar nasional The Local
Tripod, Universitas Brawijaya, Malang, 2011.
Pangarsa, Galih Widjil, “Arsitekur untuk Kemanusiaan –
Teropong Visual Culture atas Karya-karya Eko Prawoto”,
PT. Wastu Lanas Grafika, Surabaya, 2008.
Pangarsa, Galih Widjil, “Merah Putih Arsitektur
Nusantara”, Andi Offset, Jogjakarta, 2006.
Salura, Purnama, “Ber-arsitekur membuat menggunakan
mengalami
dan
memahami”,
Architecture
&
Communication, Bandung, 2001.
Santri, T. Tipologi Rumah Desa Wisata di Dusun
Ngluwuk Desa Batik Gedhog Tuban, Jurnal RUAS.
Universitas Brawijaya. Pp. 31-39. Malang. 2017.
Tim Riset Pertemuan Arsitektur Pantai Utara Jawa,
“Pertemuan Arsitektur Pantai Utara Jawa: Cirebon,
Tegal, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban”’ Cipta
Sastra Salura, Bandung, 2008.
Download