PENGARUH TATA LETAK MASSA DAN KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI PADA PERMUKIMAN NELAYAN S di K Studi Kasus : C Cumpat ddan G Greges B Barat Krisna Dwi Handayani 320 820 4005 DOSEN PEMBIMBING Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, PhD. Prof. Dr.Ir. Happy Ratna Santosa M.Sc. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN ARSITEKTUR LINGKUNGAN JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 LATAR BELAKANG INDONESIA NEGARA KEPULAUAN BERIKLIM TROPIS LEMBAB SURABAYA KOTA YANG MEMILIKI PERMUKIMAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI SEBELAH UTARA DAN TIMUR, MEMILIKI POTENSI YANG MASIH BISA DIKEMBANGKAN SEBAGAI KAWASAN BUSINESS PLAN (SUNARTI,1992) AKIBATNYA : CENDERUNG KEPADATAN PERMUKIMAN MENJADI MENINGKAT ’KEPADATAN BANGUNAN’, PENGARUH BERDESAKAN DALAM SUATU LUASAN YANG TIDAK MEMUNGKINKAN MERUPAKAN PENYEBAB DARI TIDAK TERCAPAINYA ’KENYAMANAN’ (SANTOSA,1997) PERTANYAAN PENELITIAN 1. B 1 Bagaimana i pengaruh h tata t t letak l t k massa dan d kepadatan k d t bangunan di permukiman nelayan terhadap perilaku aliran angin di sekitar bangunan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja pengha penghawaan aan di perm permukiman kiman ? 2. Sejauh mana kecepatan angin yang ada pada permukiman nelayan tersebut dapat memenuhi kenyamanan fisiologis penghuni? h i? 3.Bagaimana pengaruh elemen desain pada permukiman nelayan terhadap pemenuhan kenyamanan fisiologis penghuni? BATASAN PENELITIAN : 1. Pengamatan hanya pada pola aliran dan kecepatan angin di sekitar bangunan dengan program CFD 1. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan potensi wilayah sesuai hasil penelitian Sunarti (1992), yaitu Cumpat dan Greges Barat TUJUAN PENELITIAN Mengetahui dan menganalisa kinerja penghawaan di sekitar bangunan permukiman nelayan karena pengaruh tata letak dan kepadatan bangunan melalui pengamatan lapangan dan penelitian li i simulasi. i l i Menguji dan menganalisa sejauh mana elemen desain permukiman nelayan mampu mempengaruhi kenyamanan fisiologis penghuni. KONTRIBUSI PENELITIAN Umum tambahan U t b h teori t i tentang t t perilaku il k pergerakan k angin i di permukiman nelayan Praktis, P k i kontribusi k ib i iinformasi f i mengenaii pengaruh h perilaku il k angin terhadap perencanaan permukiman di kawasan pantai KAJIAN TEORI 1 PRINSIP PERGERAKAN ANGIN 3 DARI TEKANAN TINGGI (+) MENUJU KE TEKANAN RENDAH (-) () MEMILIKI 3 POLA ALIRAN PERGERAKAN a. LAMINAR 2 b. TURBULENT 4 c. SEPARATED LEEWARD DUA PERTIGA (TEKANAN BAGIAN DARI TINGGI RENDAH) BANGUNAN, ANGIN BERGERAK MENUJU BAGIAN SAMPING WINDWARD (TEKANAN TINGGI) BANGUNAN, SEPERTIGA BAGIANNYA BERGERAK KE 5 6 BAGIAN ATAS BANGUNAN. DENGAN VOLUME YANG SAMA,UDARA MEMPUNYAI KECENDERUNGAN UNTUK MELEWATI AREA YANG LEBIH KECIL, EFEK VENTURI. 7 BENTUK/GEOMETRI BANGUNAN MEMPENGARUHI PERGERAKAN ANGIN (BOUTET,1987). DIPERLUKAN JARAK MINIMUM 6 KALI DARI TINGGI BANGUNAN, AGAR TERCAPAI PENGHAWAAN ALAMI YANG BAIK PADA SEBUAH TATA LETAK MASSA (BOUTET,1987) 8 (AYNSLEY,1998) 10 PROPORSI BANGUNAN MENENTUKAN POLA ALIRAN ANGIN (CALM AREA) YANG DIHASILKAN (BOUTET,1987). (BOUTET 1987) 9 AREA YANG MEMILIKI KEPADATAN YANG TINGGI, DAPAT MEMPENGARUHI VARIASI KECEPATAN ANGIN SECARA SIGNIFIKAN. ⎛ z Vz = Vg ⎜ ⎜z ⎝ g 11 KECEPATAN ANGIN MAKSIMUM DIPENGARUHI OLEH SUDUT ARAH ANGIN DATANG DAN PANJANG LOKASI SITE DENGAN KEPADATAN DAN TATA LETAK TERTENTU, AXIS OF MAXIMUM PERMEABILITY. (ALLARD,1998). ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ α ( (METODE O MAC C FARLANE DALAM AYNSLEY,1997) S ) KECEPATAN ANGIN YANG DIBUTUHKAN UNTUK DAPAT MENGEMBALIKAN KENYAMANAN SECARA FISIOLOGIS BAGI MANUSIA WSc = 0.15 ( DBT – 27.2 + 0,56 ( RH – 60 ) / 10 ) WSc = kecepatan angin yang dibutuhkan ( m/s ) DBT = temperatur udara rata-rata ( °C ) RH = kelembapan udara ( % ) METODOLOGI PENELITIAN POPULASI (SUNARTI,1997) CUMPAT & GREGES BARAT PENENTUAN SAMPEL PURPOSIVE RANDOM SAMPLING TATA LETAK MASSA GREGES BARAT Kelurahan Greges Kecamatan Asemrowo Permukiman ditata secara berderet rapat dengan posisi laut berada di sebelah Utara permukiman, serta sungai berada di sebelah Timur permukiman CUMPAT Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Permukiman ditata secara berderet rapat menghadap Utara atau Selatan dengan posisi laut berada di sebelah Timur pemukiman, Memiliki kekhasan bentuk dengan tata letak massa yang berpedoman pada garis jalan pencapaian dan garis pantai dengan tujuan untuk memudahkan pergerakan menuju laut. (SUNARTI, 1992)