1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari sebuah industri kesehatan. Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di rumah sakit menjadi sangat penting. Hanya rumah sakit yang dapat menyediakan jasa pelayanan yang bermutu dengan biaya yang relatif murah dan penanganan pasien yang baik dapat unggul dalam kompetisi tersebut. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Guna mendukung tujuan tersebut perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan mutu yang baik. 2 Agar pembangunan kesehatan dan biaya produksi dapat berjalan selaras, perlu ada sebuah penghitungan rinci mengenai pengadaan layanan kesehatan sehingga sesuai permintaan konsumen. Konsep need and demand dalam dasar ilmu ekonomi mendasari penghitungan biaya produksi. Besar pengeluaran biaya produksi merupakan kunci keberhasilan produsen. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis-jenis biaya produksi secara umum sampai studi kasus penghitungan biaya produksi pada industri pelayanan kesehatan agar dapat memberi wawasan mengenai biaya produksi di lingkup pelayanan jasa kesehatan. 1.2 Rumusan masalah Beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu. a. Bagaimana konsep biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan? b. Bagaimana ilmu ekonomi mikro menjelaskan tentang klasifikasi biaya? c. Bagaimana penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan? d. Bagaimana contoh penerapan penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan? 1.3 Tujuan a. Me-review konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi dasar. b. Untuk mereview klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro. c. Untuk mempelajari penerapan penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit. 1.4 Manfaat 3 a. Dapat mengingat kembali konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi dasar b. Dapat mengingat kembali klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro c. Dapat mengetahui penerapan penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit. BAB II 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Produksi Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan, untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya dalam pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen. Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi, sehingga biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan hitungannya. Biaya produksi dapat meliputi beberapa unsur sebagai berikut: a. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi b. Bahan-bahan pembantu atau penolong c. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur 5 d. Penyusutan peralatan produksi e. Uang modal sewa f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan h. Pajak Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen biaya sebagai berikut. a. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan langsung dengan produksi. b. Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja c. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi. 2.2 Klasifikasi Biaya Produksi Beberapa kriteria untuk keperluan analisis, konsep biaya dikelompokkan sebagai berikut. a. Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi 1) Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Contoh FC adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari peralatan (besar) kedokteran, ataupun nilai tanah. Nilai gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung yang digunakan 6 tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun menurun, demikian pula dengan alat kedokteran. Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa dua pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah. 2) Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Contoh yang termasuk dalam VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat tulis kantor, biaya pemeliharaan. Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan yang diberikan. Biaya obat dan makanan untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan biaya obat dan makanan untuk melayani sepuluh pasien, dengan demikian besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh secara langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani. Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara rutin, oleh sebab itu, VC sering juga disebut dengan biaya rutin. Dalam praktek sering kali dialami kesulitan untuk membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk FC atau VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai misalnya gaji 7 pegawai dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai terkadang tidak dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada fasilitas pemerintah. Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah, tidak semudah seperti penurunan dan penambahan output pelayanan. Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya output. Sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik pada jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya pegawai akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah pasien. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai sebagai semi variable cost (SVC). 3) Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost. b. Pembagian Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya 1) Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam 8 biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya. Beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan adalah Rp. 100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp. 100.000,- tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipum penggunaannya dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan dalam biaya operasional). Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan). Nilai barang investasi dalam analisis biaya harus memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang) masingmasing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3) laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut. Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang 9 investasi, seperti gedung, kendaraan, dan peralatan, disebut sebagai biaya penyusutan. Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight line method) dimana jumlah historis yang sama dikurangi setiap tahun. Pada umumnya analisis biaya dilakukan untuk satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran, maka untuk itu perlu dicari nilai biaya investasi setahun, sehingga biaya investasi itu dapat digabung dengan biaya operasional. Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan biaya investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya nilai tahunan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai uang (inflasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang investasi. 2) Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk dalam biaya operasional antara lain biaya obat, biaya makan, gaji pegawai, air dan listrik. Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya operasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang investasi agar dapat terus 10 berfungsi, misalnya biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan kendaraan. Antara biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek sering disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan (operational and mantainance cost). Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan sifatnya yang habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara berulang karena itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya berulang (recurrent cost). Contoh biaya operasional seperti biaya pegawai (gaji), biaya obat dan bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan barang investasi. Untuk biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan barang investasi dikenal dengan sebutan overhead atau biaya umum. Contoh biaya pemeliharaan seperti biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang agar terus berfungsi. Misalnya biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat medis dan pemeliharaan kendaraan. 3) Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya investasi ditambah biaya operasional. c. Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya. 1) Biaya langsung (direct cost), adalah biaya yang dibedakan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi (aktifitas) langsung 11 terhadap output. Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya peralatan medis. 2) Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya yang dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output. Contohnya adalah gaji bagian administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU, biaya peralatan non medis. d. Total cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah indirect cost. 1) Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satuan produk (misalnya satu jenis pelayanan). Secara sederhana unit cost dapat diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan. Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Tinggi rendahnya unit cost suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh besarnya TC tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya pelayanan. Makin tinggi utilitas dengan demikian makin besar jumlah output akan semakin kecil unit cost pelayanan. e. Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan output, biasanya merupakan hasil dari kegiatan 12 produksi atau operasi. Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan, oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contohnya adalah penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan baku. f. Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai akibat kenaikan satu output, perbedaanya dengan incremental cost adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan pada total cost, jika pada incremental cost perubahan total cost dipengaruhi oleh perubahan keputusan, pada marginal cost perubahan total cost dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau selanjutnya. Contohnya adalah perusahaan harus menambah anggaran biaya produksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari orderer yang sebelumnya memesan. g. Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per unitnya. Contohnya adalah mesin photo copy digunakan atau tidak, perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy sebesar Rp. 1 juta per bulannya. h. Unrecurring cost (biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul satu kali, artinya tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini 13 dikeluarkan. Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah. i. Sunk cost ialah biaya yang telah dikeluarkan atau diterima sebelum terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya yang dikeluarkan untuk rapat dan penelitian. 2.3 Perhitungan Biaya Produksi Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi suatu perusahaan atas segala usaha yang dilakukan, Semua perusahaan mulai dari perusahaan raksasa multinasional hingga ke pedagang kaki lima mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan jasa yang dapat dimanfaatkan konsumen. Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua jangka waktu yakni sebagai berikut. a. Jangka pendek adalah jangka waktu perusahaan dapat menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari berbagai faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya. b. Jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila perubahan itu memang diperlukan. Perhitungan biaya produksi dalam melakukannya maka perlu megetahui mengenai: jangka pendek, sebelum 14 a. Biaya Tetap (Fixed Cost/FC) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam jangka pendek ketika kuantitas output berubah, yang termasuk biaya ini adalah pembelian mesin, mendirikan bangunan pabrik, sewa ruangan toko, dan penyusutan mesin. b. Biaya Variable (Variable Cost/VC) Biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah, yang tergolong biaya variabel adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang dibutuhkan, oleh sebab itu perbelanjaan atas bahan mentah semakin bertambah. c. Biaya Total (Total Cost/TC) Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau jasa) untuk keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga dapat dikatakan bahwa rumus perhitungan biaya total produksi adalah sebagai berikut: BIAYA TOTAL (TC) = BIAYA TETAP (FC) + BIAYA VARIABLE (VC) Jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya, oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Dalam jangka 15 panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah, ini berarti bahwa perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan atau pabrik dan bangunan yang digunakan. 2.4 Perhitungan Biaya Satuan Rerata Perhitungan terhadap biaya rerata produksi maka sebelumnya perlu mengetahui mengenai beberapa berikut. a. Biaya Tetap Rerata (Average Fixed Cost/AFC) Biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata. Rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC adalah: AFC = FC / Q b. Biaya Variabel Rerata (Average Variable Cost/AVC) Biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya variabel rata-rata. Biaya variable rata-rata dihitung dengan rumus : AVC = VC / Q c. Biaya Total Rerata (Average Cost/AC) Biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rerata. Rumus perhitungan biaya total rata-rata adalah sebagai berikut: 16 AC = TC / Q atau 2.5 AC = FC + TC Pengertian Break Even Point a. Pemgertian Break Even Point (BEP) Break even point atau titik impas merupakan suatu titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Pengertian break even point dapat ditinjau dari berbagai sudut, diantaranya sebagai berikut. 1) Dari Segi Keuangan a) BEP adalah suatu tehnik analisis untuk mempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan. b) BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. 2) Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi BEP adalah analisis yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak untung. 3) Ditinjau dari Segi Biaya BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak merugi, dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. 17 4) Ditinjau dari Segi Laba BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah dikeluarkan. Berdasarkan pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk dalam rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. (penghasilan = total biaya). b. Analisis Break Even Point Analisis dapat digunakan untuk mengetahui BEP. Analisis yang dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau cara atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada tingkat atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan. c. Anggapan dan Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP) Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik dengan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisis break even point adalah sebagai berikut. 1) Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip 18 validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat, terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis. 2) Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi. 3) Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan. 4) Bahwa harga jual produk tidak berubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba. 5) Mungkin diantara anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi biaya, dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even point garis jumlah penjualan, jumlah biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel semua nampak lurus karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Analisis break even point baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisis tentang tingkat penjualan 19 yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar. d. Analisis Biaya, Volume, dan Laba Analisis mpas memberikan informasi berapa tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita kerugian. Analisis tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian. Analisis Impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya,volume salah satu bentuk analisis biaya, volume dan laba karena untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba, apabila didalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisis biaya, volume, dan laba ini titik berat analisis diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat pada perubahan laba perusahaan untuk memudahkan analisis akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik laba dan volume. e. Manfaat Analisis Break Even Point Analisis break even point ini memiliki beberapa manfaat yang sangat berguna bagi suatu perusahaan, diantaranya. 1) Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. 20 2) Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan. 3) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual. 4) Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. f. Rumus Break Even Point BEP = Total Fixed Cost / (Cost per unit – Cost variable per unit) Keterangan: : 1) Fixed cost meperupakan biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi. 2) Variable cost merupakan biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi. Contoh: : Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000 BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000) Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol. g. Jenis Break Even Point (BEP) 1) Break Even Chart Suatu peta yang menggambarkan grafik yang terdiri atas kurva jumlah seluruh biaya (tetap dan variabel) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan produksi, perpotongan 21 kedua kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya). 2) Break Even Equation Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus : Penjualan pada titik kembali pokok = FC 1- Pct VC Keterangan : FC = biaya tetap Pct VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan 3) Break Even Function Fungsi kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut : FC . S = ( 1 – VC ) Keterangan : S = Jumlah penjualan FC = Biaya tetap VC = Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan. h. Keterbatasan Sistem Break Even Point Keterbatasan sistem break even point adalah sebagai berikut. 1) Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap 22 satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama . 2) Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi. 3) Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis 4) Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap. i. Manfaat Break Even Point (BEP) Manfaat Break even point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut. 1) BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung. 2) BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan. BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi. 2.6 Cost Recovery Rate (CRR) 23 Cost Recovery Rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan penghasilan yang didapatkan (revenue). Proses ini menghasilkan seberapa besar subsidi yang dikeluarkan kepada pasien. Berikut ini merupakan cara perhitungan yang dapat dilakukan untuk melihat atau menentukan CRR: Cost Recovery Rate = Tarif / Unit cost x 100 % CRR per unit = Total revenue unit yang bersangkutan / Total cost unit yang bersangkutan x 100% CRR per pasien = Tarif unit pelayanan tertentu / Unit cost pelayanan tertentu x 100% Dalam pelaksanaannya, CRR berfokus pada kemampuan pelayanan kesehatan menutup biaya operasionalnya, jika dalam perhitungan CRR didapat hasil melebihi seratus persen, maka hasil tersebut memiliki arti bahwa pelayanan kesehatan tersebut telah mampu menutup biaya operasionalnya dengan penghasilan yang didapat dari pasien atau konsumen, selain itu, nilai surplus tersebut menyatakan keuntungan yang didapat oleh pelayanan kesehatan tersebut, jika terjadi defisit atau tidak sampai seratus persen, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan tersebut merugi. 2.7 Biaya Penyusutan (Depreciation) Biaya penyusutan adalah besar biaya modal yang hilang untuk suatu peralatan yang disebabkan umur pemakaian. Untuk menghitung biaya tersebut di atas harus diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari peralatan tersebut. 24 Ada tiga cara guna menentukan nilai harga penyusutan, yakni sebagai berikut. a. Straight line Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai penyusutan yang sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan. Contohnya adalah sebagai berikut. “Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- menyusut (depresiasi) menjadi nilai sisa 10% dari harga pokok peralatan, umur ekonomis dari peralatan 5 tahun.” 1) Hitunglah harga penyusutan (depresiasi) 2) Harga penyusutan tiap tahun Perhitungan : 1) Harga penyusutan = Harga Pokok – Nilai sisa = Rp. 50.000.000,- ( 10 % x Rp. 50.000.000,-) = Rp. 45.000.000,- 2) Harga Penyusutan tiap tahun = = 1/5 x Rp. 45.000.000,= Rp. 9.000.000,- b. Sum of the Years Digits Memungkinkan penyusutan yang lebih cepat pada tahun produksi awal dari peralatan, karena pengurangan dilakukan dengan urutan 25 faktor yang terbalik dengan menggunakan perbandingan umur pemakaian dalam tahun dengan jumlah digitnya. Contohnya adalah sebagai berikut. “Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- disusut (di depresiasi) menjadi nilai sisa 10 % dari harga pokok peralatan, umur ekonomis dari peralatan 5 tahun.” 1) Hitunglah harga penyusutan (depresiasi) 2) Harga penyusutan tiap tahun. Perhitungan : 1) Harga penyusutan = Harga pokok – Nilai sisa = Rp. 50.000.000,- - ( 10 % x Rp. 50.000.000,) = Rp. 45.000.000,- 2) c. Harga penyusutan tiap tahun : Double Decling Balance 26 Double decling balance memungkinkan penyusutan yang lebih cepat pada bertahun produksi mula-mula dari harga pokok peralatan. Harga penyusutan adalah dua kali prosentase cara straight line, dikalikan dengan harga pembelian dari alat untuk pajak pada tahun tersebut. BAB III STUDI KASUS 3.1 Contoh Perhitungan Biaya Produksi 27 EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PELAYANAN RAWAT INAP BAGIAN PERAWATAN ANAK RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Oleh RAHMAYATI SYAMSUL Berikut kelompok kami sampaikan tentang contoh penghitungan biaya produksi pada rawat inap bagian perawatan anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Data primer dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada tahun 2010 diambil oleh Rahmayati Syamsul, mahasisiwi akuntansi Universitas Hasanudin Makassar. Data yang kami gunakan diambil dari sebuah penelitian berjudul EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PELAYANAN RAWAT INAP BAGIAN PERAWATAN ANAK-RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR yang memiliki tujuan mengetahui berapa harga pokok dari pelayanan rawat inap rumah sakit yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif. Hal ini menjadi sangat penting mengingat penentuan harga pokok rawat inap perlu dihitung kembali untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit kepada pasien, khususnya bagi pasien rawat inap. Dalam studi kasus yang kami sampaikan, tidak ada perubahan detail harga, hanya penghitungan yang kami sesuaikan dengan materi pada bab sebelumnya. 28 a. No Klasifikasi Biaya Unsur Biaya Biaya Klasifikasi biayaKlasifikasi Biaya Skala Produksi Fixed Cost 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Biaya Gaji Dokter Biaya gaji Perawat Biaya Bahan makanan Biaya listrik dan air Biaya kontrak cleaning service Biaya alat medis habis pakai Biaya penyusutan peralatan medis Biaya penyusutan peralatan non medis Biaya penyusutan gedung perawatan anak TOTAL Variabel Cost Lama Penggunaan Direct Cost Indirect Cost Investment Cost 210,000,000 210,000,000 210,000,000 Opera Co 210,0 180,000,000 180,000,000 180,000,000 180,0 350,000,000 350,000,000 350,000,000 350,0 170,252,170 170,252,170 170,252,170 170,2 150,050,000 150,050,000 250,000,000 185,250,000 150,050,000 250,000,000 150,0 250,000,000 250,0 185,250,000 185,250,000 185,250,000 175,250,000 150,000,000 175,250,000 175,250,000 175,250,000 150,000,000 150,000,000 660,550,000 1,820,802,170 510,500,000 150,000,000 1,050,550,000 TOTAL COST 770,252,170 1,820,802,170 1,160,252,170 1,820,802,170 Keterangan Studi Kasus: 1) Jumlah hari pasien rawat inap = 12,990 hari 2) Jumlah Dokter 5 orang Tenaga dokter anak pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berjumlah 5 orang. Dokter mendapat gaji dan tunjangan yang bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit. Gaji ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang dibayarkan kepada dokter sebesar Rp. 3.500.000, - setiap bulan, sehingga total gaji seorang dokter selama setahun 1,310,3 1,820,802,170 29 sebesar Rp 42.000.000,- (Rp 3.500.000 x 12 bulan). Jadi total biaya dokter anak setahun yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar Rp 210.000.000,- (Rp 42.000.000 x 5) b. Jumlah Perawat = 10 orang Tenaga perawat pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berjumlah 10 orang. Perawat mendapat gaji dan tunjangan yang bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit. Gaji ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang dibayarkan kepad a perawat sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulan, sehingga total gaji seorang perawat setahun sebesar Rp. 18.000.000,-(Rp 1.500.000 x 12 bulan). Jadi total biaya gaji perawat setahun yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar Rp 180.000.000,(Rp 18.000.000 x 10). c. Penghitungan biaya penyusutan peralatan medis (dalam penelitian yang dihitung hanye kelas II) Biaya penyusutan peralatan medis khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 185.250.000. Adapun jam kerja langsung rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan menggunakan jam kerja sebagai dasar penentuan biaya overhead penyusutan peralatan medis maka dihitung sebagai berikut: 30 Setelah biaya overhead untuk biaya overhead peralatan medis ditentukan, maka biaya penyusutan peralatan medis dapat dihitung sebagai berikut: 1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak. 2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan peralatan medis per hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut: 31 d. Penghitungan biaya penyusutan peralatan non medis (dalam penelitian yang dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan peralatan non medis khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 175.250.000. Adapun jam kerja langsung rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan menggunakan jam kerja sebagai dasar penentuan biaya overhead penyusutan peralatan non medis, maka dihitung sebagai berikut: e. Penghitungan biaya depresiasi gedung (dalam penelitian yang dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan gedung khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 150.000.000. adapun luas keseluruhan gedung rumah sakit khususnya bagian perawatan anak yaitu: 32 Setelah biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung ditentukan, maka biaya penyusutan gedung dapat dihitung sebagai berikut: 1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak. 2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung per hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut: 33 a) Perhitungan Unit Cost Unit Cost adalah harga yang harus dibayarkan per pasien per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak. Pada bagian ini akan dihitung Unit Cost Actual. UC = TC/Q = Rp 1,820,802,170 / 12,990 = Rp 140,169.53 Diketahui harga rawat inap per hari di unit perawatan anak adalah Rp 187,000.00. Keterangan: UC = Unit Cost TC = Total Cost aktual Q = Quantitiy (jumlah hari rawat inap) b) Perhitungan BEP 34 Titik impas (break even point) adalah sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan data yang ada dalam penelitian yaitu jumlah pasien yang dapat dilayani agar biaya pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang. AVC = VC/ Jumlah hari pasien rawat inap = Rp 770,252,170/12990 = Rp 59,295.78 QBEP = TFC/(P-AVC) = Rp 1,050,550,000/( Rp 187,000.00 59,295.78) = 8,226.43 hari rawat Keterangan: AVC = Average Variabel Cost VC = Variabel Cost QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pasien TFC = Total Fixed Cost P = Price actual d. Perhitungan CRR TR : Total Revenue =PxQ = Rp 187,000 x 12,990 = Rp 2,429,130,000 35 Cost Recovery Rate = (TR/ TC) x 100 % = (Rp 2,429,130,000/ Rp 1,820,802,170) x 100% = 133% 3.2 Analisis Perhitungan Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi, didapat total cost berdasar tiap skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas produksi adalah sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual merupakan hasil pembagian Total cost dengan jumlah hari rawat per tahun (2010), dari perhitungan tersebut didapat unit cost di ruang rawat inap anak sebesar Rp 140,169.53. Jadi harga aktual yang harus dibayarkan per pasien per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak adalah Rp 140,169.53, dan tarif yang ditetapkan rumah sakit adalah Rp 187,000.00. Dengan diketahui tarif rawat inap per hari yang sudah ditentukan oleh RS. X, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan total fix cost dibagi dengan price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa rumah sakit harus melayani 8,226.43 pasien agar modalnya kembali (mencapai titik impas). CRR adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan rumah sakit untuk menutupi biayanya dengan penerimaan dari pembayaran pasien yang dihitung dari pembagian antara TR unit bersangkutan dengan TC unit bersangkutan dikali 100%. Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 133% yang berarti mengalami surplus. Hasil CRR dapat memberi informasi bahwa rumah sakit mampu 36 menutupi biaya yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit sebesar 33% per unit (hari rawat inap). 37 BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria untuk keperluan analisis klasifikasi konsep biaya, yaitu pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi, pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya, dan pembagian biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya. Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost = FC), biaya variabel (variabel cost = VC), dan total cost. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya dibagi menjadi biaya invetasi, biaya opersional dan total biaya. Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya, dibagi menjadi biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (direct cost) dan total biaya. Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi suatu pelayanan kesehatan atas segala usaha yang dilakukan. Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed Cost/AFC), biaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC), dan biaya total rerata (Average Cost/AC). Cost recovery rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan penghasilan yang didapatkan (revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu 38 dilakukan kegiatan analisis biaya untuk mendapatkan informasi real kondisi dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga didapatkan gambaran realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi dalam menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA 39 Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biayaproduksi.html> http://www.klikharry.com/2012/06/14/fixed-cost-break-even-point-cost-recoveryrate-adalah/ http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1492/1273 http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/jasa_pelaksana_pelayanan_di_rs_umum_daerah.pdf Ilmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html> Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-klasifikasibiaya.html> Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsepdan-jenis.html> Rosyidi,Suherman.Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro & Makro.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudarasaudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi 17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta. Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.