Uploaded by User66261

kelompok-5-review-biaya-produksi-dan-aplikasinya-di-industri-pelayanan-kesehatan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk
menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan
penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung
secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap
pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari
sebuah industri kesehatan.
Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian
kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor
kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut
pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi
maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan
keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di
rumah sakit menjadi sangat penting. Hanya rumah sakit yang dapat
menyediakan jasa pelayanan yang bermutu dengan biaya yang relatif murah
dan penanganan pasien yang baik dapat unggul dalam kompetisi tersebut.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Guna mendukung tujuan tersebut perlu
ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan
pada masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan mutu yang baik.
2
Agar pembangunan kesehatan dan biaya produksi dapat berjalan
selaras, perlu ada sebuah penghitungan rinci mengenai pengadaan layanan
kesehatan sehingga sesuai permintaan konsumen. Konsep need and demand
dalam dasar ilmu ekonomi mendasari penghitungan biaya produksi. Besar
pengeluaran biaya produksi merupakan kunci keberhasilan produsen. Untuk
itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis-jenis biaya produksi
secara umum sampai studi kasus penghitungan biaya produksi pada industri
pelayanan kesehatan agar dapat memberi wawasan mengenai biaya produksi
di lingkup pelayanan jasa kesehatan.
1.2
Rumusan masalah
Beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu.
a.
Bagaimana konsep biaya produksi dalam industri pelayanan kesehatan?
b.
Bagaimana ilmu ekonomi mikro menjelaskan tentang klasifikasi biaya?
c.
Bagaimana penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan
kesehatan?
d.
Bagaimana contoh penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan?
1.3
Tujuan
a.
Me-review konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi dasar.
b.
Untuk mereview klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro.
c.
Untuk mempelajari penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
1.4
Manfaat
3
a.
Dapat mengingat kembali konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi
dasar
b.
Dapat mengingat kembali klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro
c.
Dapat mengetahui penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Biaya Produksi
Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya
memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat
menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output
pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan
(input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya
yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.
Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat
menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan, untuk menghitung biaya
produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya dalam
pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk
menyediakan
suatu
barang
agar
siap
dipakai
oleh
konsumen.
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi, sehingga biaya produksi
adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk
menghasilkan suatu barang.
Menetapkan
biaya
produksi
berdasarkan
pengertian
tersebut
memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada
juga yang sulit diidentifikasikan hitungannya. Biaya produksi dapat meliputi
beberapa unsur sebagai berikut:
a.
Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
b.
Bahan-bahan pembantu atau penolong
c.
Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur
5
d.
Penyusutan peralatan produksi
e.
Uang modal sewa
f.
Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,
pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
g.
Biaya pemasaran seperti biaya iklan
h.
Pajak
Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen
biaya sebagai berikut.
a.
Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan langsung
dengan produksi.
b.
Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja
c.
Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua
pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.
2.2
Klasifikasi Biaya Produksi
Beberapa
kriteria
untuk
keperluan
analisis,
konsep
biaya
dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi
1)
Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya
secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi
(output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada
pelayanan. Contoh FC adalah nilai dari gedung yang digunakan,
nilai dari peralatan (besar) kedokteran, ataupun nilai tanah. Nilai
gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung yang digunakan
6
tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun
menurun, demikian pula dengan alat kedokteran.
Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa dua
pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa
dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk
memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah
tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani
berubah.
2)
Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang
nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Contoh yang
termasuk dalam VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat
tulis kantor, biaya pemeliharaan.
Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena
jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh
banyaknya pelayanan yang diberikan. Biaya obat dan makanan
untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan biaya obat dan
makanan untuk melayani sepuluh pasien, dengan demikian
besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh secara
langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani.
Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan
secara rutin, oleh sebab itu, VC sering juga disebut dengan biaya
rutin. Dalam praktek sering kali dialami kesulitan untuk
membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk FC atau
VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai misalnya gaji
7
pegawai dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai terkadang
tidak dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada fasilitas
pemerintah.
Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau
pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah,
tidak semudah seperti penurunan dan penambahan output
pelayanan. Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya
dipengaruhi oleh besarnya output.
Sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik
pada jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya
pegawai akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah
pasien. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai
sebagai semi variable cost (SVC).
3)
Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel
cost.
b.
Pembagian Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya
1)
Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat
berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu
untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu
tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan
merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun.
Biaya
investasi
ini
biasanya
berhubungan
dengan
pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan
kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam
8
biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya
pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan
sebagainya.
Beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk
biaya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai)
suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan
adalah Rp. 100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp.
100.000,- tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipum
penggunaannya dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan
dalam biaya operasional).
Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang
disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan).
Nilai
barang
investasi
dalam
analisis
biaya
harus
memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang) masingmasing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang
tersebut, (3) laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur
ekonomis barang tersebut.
Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang
timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi
(asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.
Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan
mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau
karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang
9
investasi, seperti gedung, kendaraan, dan peralatan, disebut
sebagai biaya penyusutan.
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus
(straight line method) dimana jumlah historis yang sama
dikurangi setiap tahun. Pada umumnya analisis biaya dilakukan
untuk satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran,
maka untuk itu perlu dicari nilai biaya investasi setahun, sehingga
biaya investasi itu dapat digabung dengan biaya operasional.
Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan
biaya investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya
nilai tahunan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai
uang (inflasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang
investasi.
2)
Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses
produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang
relatif singkat (kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk
dalam biaya operasional antara lain biaya obat, biaya makan, gaji
pegawai, air dan listrik.
Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya
operasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya
pemeliharaan
adalah
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
mempertahankan nilai suatu barang investasi agar dapat terus
10
berfungsi,
misalnya
biaya
pemeliharaan
gedung
dan
pemeliharaan kendaraan. Antara biaya operasional dan biaya
pemeliharaan dalam praktek sering disatukan menjadi biaya
operasional dan pemeliharaan (operational and mantainance
cost).
Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan sifatnya yang
habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara berulang karena
itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya berulang
(recurrent cost). Contoh biaya operasional seperti biaya pegawai
(gaji), biaya obat dan bahan medis, biaya listrik dan air, biaya
bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan barang
investasi. Untuk biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK),
biaya telepon, biaya pemeliharaan barang investasi dikenal
dengan sebutan overhead atau biaya umum.
Contoh biaya pemeliharaan seperti biaya yang dikeluarkan
untuk mempertahankan nilai suatu barang agar terus berfungsi.
Misalnya biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat
medis dan pemeliharaan kendaraan.
3)
Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya
investasi ditambah biaya operasional.
c.
Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya.
1)
Biaya langsung (direct cost), adalah biaya yang dibedakan pada
sumber biaya yang mempunyai fungsi (aktifitas) langsung
11
terhadap output. Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya
peralatan medis.
2)
Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya yang
dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi
penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output. Contohnya
adalah gaji bagian administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU,
biaya peralatan non medis.
d.
Total cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah indirect
cost.
1)
Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan
satu satuan produk (misalnya satu jenis pelayanan). Secara
sederhana unit cost dapat diartikan sebagi biaya per unit produk
atau biaya per pelayanan. Unit cost didefinisikan sebagai hasil
pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah
unit produk yang dihasilkan.
Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih
dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali
disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Tinggi
rendahnya unit cost suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh
besarnya TC tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya pelayanan.
Makin tinggi utilitas dengan demikian makin besar jumlah output
akan semakin kecil unit cost pelayanan.
e.
Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan
atau pengurangan output, biasanya merupakan hasil dari kegiatan
12
produksi atau operasi. Incremental cost juga merupakan biaya yang
terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari
berubahnya IC karena suatu keputusan, oleh sebab itu sifatnya bisa
variabel, bisa juga fixed. Contohnya adalah penambahan biaya total
produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja
dan bahan baku.
f.
Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan sebagai akibat kenaikan satu output, perbedaanya dengan
incremental cost adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan
pada total cost, jika pada incremental cost perubahan total cost
dipengaruhi oleh perubahan keputusan, pada marginal cost perubahan
total cost dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau
selanjutnya. Contohnya adalah perusahaan harus menambah anggaran
biaya produksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari
orderer yang sebelumnya memesan.
g.
Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang
harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang
menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit
output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya
per unitnya. Contohnya adalah mesin photo copy digunakan atau tidak,
perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy sebesar Rp. 1
juta per bulannya.
h.
Unrecurring cost (biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul
satu kali, artinya tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini
13
dikeluarkan. Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
tanah.
i.
Sunk cost ialah biaya yang telah dikeluarkan atau diterima
sebelum terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya
yang dikeluarkan untuk rapat dan penelitian.
2.3
Perhitungan Biaya Produksi
Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi
suatu perusahaan atas segala usaha yang dilakukan, Semua perusahaan mulai
dari perusahaan raksasa multinasional hingga ke pedagang kaki lima
mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan jasa yang dapat
dimanfaatkan konsumen.
Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu
dibedakan kepada dua jangka waktu yakni sebagai berikut.
a.
Jangka pendek adalah jangka waktu perusahaan dapat menambah salah
satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, dengan
kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari berbagai
faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.
b.
Jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi
dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila
perubahan itu memang diperlukan.
Perhitungan
biaya
produksi
dalam
melakukannya maka perlu megetahui mengenai:
jangka
pendek,
sebelum
14
a.
Biaya Tetap (Fixed Cost/FC)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah
dalam jangka pendek ketika kuantitas output berubah, yang
termasuk biaya ini adalah pembelian mesin, mendirikan
bangunan pabrik, sewa ruangan toko, dan penyusutan mesin.
b.
Biaya Variable (Variable Cost/VC)
Biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang
diproduksi berubah, yang tergolong biaya variabel adalah biaya
pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk
produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan
mentah yang dibutuhkan, oleh sebab itu perbelanjaan atas bahan
mentah semakin bertambah.
c.
Biaya Total (Total Cost/TC)
Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar
perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau jasa)
untuk keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total
didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel,
sehingga dapat dikatakan bahwa rumus perhitungan biaya total
produksi adalah sebagai berikut:
BIAYA TOTAL (TC) = BIAYA TETAP (FC) + BIAYA VARIABLE (VC)
Jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi
atau input yang akan digunakannya, oleh karena itu, biaya produksi tidak
perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Dalam jangka
15
panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan
biaya berubah, ini berarti bahwa perusahaan bukan saja dapat menambah
tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan
produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan
pertanian) dan luasnya bangunan atau pabrik dan bangunan yang digunakan.
2.4
Perhitungan Biaya Satuan Rerata
Perhitungan terhadap biaya rerata produksi maka sebelumnya perlu
mengetahui mengenai beberapa berikut.
a.
Biaya Tetap Rerata (Average Fixed Cost/AFC)
Biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu
(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah
biaya tetap rata-rata. Rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata
atau AFC adalah:
AFC = FC / Q
b.
Biaya Variabel Rerata (Average Variable Cost/AVC)
Biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q)
dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah
biaya variabel rata-rata. Biaya variable rata-rata dihitung dengan rumus
:
AVC = VC / Q
c.
Biaya Total Rerata (Average Cost/AC)
Biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu (Q) dibagi
dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total
rerata. Rumus perhitungan biaya total rata-rata adalah sebagai berikut:
16
AC = TC / Q atau
2.5
AC = FC + TC
Pengertian Break Even Point
a.
Pemgertian Break Even Point (BEP)
Break even point atau titik impas merupakan suatu titik dimana
biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga
tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Pengertian break even point
dapat ditinjau dari berbagai sudut, diantaranya sebagai berikut.
1)
Dari Segi Keuangan
a)
BEP adalah suatu tehnik analisis untuk mempelajari
hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume
kegiatan penjualan.
b)
BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode
tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga
tidak menderita kerugian.
2)
Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi
BEP adalah analisis yang digunakan untuk menentukan berapa
jumlah produk (rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar
perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
3)
Ditinjau dari Segi Biaya
BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak
memperoleh laba dan tidak merugi, dengan kata lain suatu usaha
dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan
jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
17
4)
Ditinjau dari Segi Laba
BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya
penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan
menutup semua biaya yang telah dikeluarkan. Berdasarkan
pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian BEP (Break Even Point)
adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk
menentukan jumlah produk dalam rupiah atau unit perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. (penghasilan =
total biaya).
b.
Analisis Break Even Point
Analisis dapat digunakan untuk mengetahui BEP. Analisis yang
dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau cara
atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada
tingkat atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan
tidak akan mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan.
c.
Anggapan dan Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP)
Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even
point baik dengan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada
konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya
konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisis break
even point adalah sebagai berikut.
1)
Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip
18
validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat, terhadap biaya
semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap
dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan
pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2)
Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi
tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang
selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3)
Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional
(sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya
sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4)
Bahwa harga jual produk tidak berubah pada berbagai
tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan
dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi
hubungan biaya, volume dan laba.
5)
Mungkin diantara anggapan tersebut diatas, anggapan yang
paling pokok adalah “bahwa volume merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi biaya, dengan adanya anggapan-anggapan
atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even point
garis jumlah penjualan, jumlah biaya, baik biaya tetap maupun
biaya variabel semua nampak lurus karena semua perubahan
dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan.
Analisis break even point baik dengan mengunakan rumus
matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan
kepada management atau penganalisis tentang tingkat penjualan
19
yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh
keuntungan yang paling besar.
d.
Analisis Biaya, Volume, dan Laba
Analisis mpas memberikan informasi berapa tingkat penjualan
minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak
menderita kerugian. Analisis tersebut juga dapat diketahui sampai
seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar
supaya perusahaan tidak menderita kerugian.
Analisis Impas merupakan salah satu bentuk analisis
biaya,volume salah satu bentuk analisis biaya, volume dan laba karena
untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan
analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba, apabila
didalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada tingkat
penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka
dalam analisis biaya, volume, dan laba ini titik berat analisis
diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan pada biaya, volume
dan harga jual berakibat pada perubahan laba perusahaan untuk
memudahkan analisis akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan
harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik laba dan volume.
e.
Manfaat Analisis Break Even Point
Analisis break even point ini memiliki beberapa manfaat yang
sangat berguna bagi suatu perusahaan, diantaranya.
1)
Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam
usaha mencapai laba tertentu.
20
2)
Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas
yang sedang berjalan.
3)
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
4)
Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
f.
Rumus Break Even Point
BEP = Total Fixed Cost / (Cost per unit – Cost variable per unit)
Keterangan: :
1)
Fixed cost meperupakan biaya tetap yang nilainya cenderung
stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
2)
Variable cost merupakan biaya variabel yang besar nilainya
tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi.
Contoh:
:
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu
buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp.
5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan
kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.
g.
Jenis Break Even Point (BEP)
1)
Break Even Chart
Suatu peta yang menggambarkan grafik yang terdiri atas
kurva jumlah seluruh biaya (tetap dan variabel) dan kurva
pendapatan pada tiap tingkatan produksi, perpotongan
21
kedua kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang
berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).
2)
Break Even Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan pada titik kembali pokok = FC
1- Pct VC
Keterangan :
FC
= biaya tetap
Pct VC
= Persentase biaya variabel terhadap penjualan
3)
Break Even Function
Fungsi kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut :
FC . S
= ( 1 – VC )
Keterangan :
S
= Jumlah penjualan
FC
= Biaya tetap
VC
= Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang
diharapkan.
h.
Keterbatasan Sistem Break Even Point
Keterbatasan sistem break even point adalah sebagai berikut.
1)
Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan
jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak
digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya
biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap
22
satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan
biaya variabel yang sama .
2)
Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan
juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan
break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua
tingkat besarnya produksi.
3)
Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis
sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4)
Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya
klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian
dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
i.
Manfaat Break Even Point (BEP)
Manfaat Break even point dari berbagai segi seperti keuangan,
kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi
laba adalah sebagai berikut.
1)
BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah
peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan
agar tidak rugi dan tidak untung.
2)
BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga
penjualan dan peralatan.
BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta
hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.
2.6
Cost Recovery Rate (CRR)
23
Cost Recovery Rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan
besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan
penghasilan yang didapatkan (revenue). Proses ini menghasilkan seberapa
besar subsidi yang dikeluarkan kepada pasien. Berikut ini merupakan cara
perhitungan yang dapat dilakukan untuk melihat atau menentukan CRR:
Cost Recovery Rate
= Tarif / Unit cost x 100 %
CRR per unit
= Total revenue unit yang bersangkutan / Total cost
unit yang bersangkutan x 100%
CRR per pasien
= Tarif unit pelayanan tertentu / Unit cost pelayanan
tertentu x 100%
Dalam pelaksanaannya, CRR berfokus pada kemampuan pelayanan
kesehatan menutup biaya operasionalnya, jika dalam perhitungan CRR
didapat hasil melebihi seratus persen, maka hasil tersebut memiliki arti bahwa
pelayanan kesehatan tersebut telah mampu menutup biaya operasionalnya
dengan penghasilan yang didapat dari pasien atau konsumen, selain itu, nilai
surplus tersebut menyatakan keuntungan yang didapat oleh pelayanan
kesehatan tersebut, jika terjadi defisit atau tidak sampai seratus persen, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan tersebut merugi.
2.7
Biaya Penyusutan (Depreciation)
Biaya penyusutan adalah besar biaya modal yang hilang untuk suatu
peralatan yang disebabkan umur pemakaian. Untuk menghitung biaya
tersebut di atas harus diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari peralatan
tersebut.
24
Ada tiga cara guna menentukan nilai harga penyusutan, yakni sebagai
berikut.
a.
Straight line
Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai
penyusutan yang sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan.
Contohnya adalah sebagai berikut.
“Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- menyusut
(depresiasi) menjadi nilai sisa 10% dari harga pokok peralatan, umur
ekonomis dari peralatan 5 tahun.”
1)
Hitunglah harga penyusutan (depresiasi)
2)
Harga penyusutan tiap tahun
Perhitungan :
1)
Harga penyusutan = Harga Pokok – Nilai sisa
= Rp. 50.000.000,- ( 10 % x Rp. 50.000.000,-)
= Rp. 45.000.000,-
2)
Harga Penyusutan tiap tahun =
= 1/5 x Rp. 45.000.000,= Rp. 9.000.000,-
b.
Sum of the Years Digits
Memungkinkan penyusutan yang lebih cepat pada tahun produksi
awal dari peralatan, karena pengurangan dilakukan dengan urutan
25
faktor yang terbalik dengan menggunakan perbandingan umur
pemakaian dalam tahun dengan jumlah digitnya.
Contohnya adalah sebagai berikut.
“Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- disusut (di
depresiasi) menjadi nilai sisa 10 % dari harga pokok peralatan, umur
ekonomis dari peralatan 5 tahun.”
1)
Hitunglah harga penyusutan (depresiasi)
2)
Harga penyusutan tiap tahun.
Perhitungan :
1)
Harga penyusutan = Harga pokok – Nilai sisa
= Rp. 50.000.000,- - ( 10 % x Rp. 50.000.000,)
= Rp. 45.000.000,-
2)
c.
Harga penyusutan tiap tahun :
Double Decling Balance
26
Double decling balance memungkinkan penyusutan yang lebih
cepat pada bertahun produksi mula-mula dari harga pokok peralatan.
Harga penyusutan adalah dua kali prosentase cara straight line,
dikalikan dengan harga pembelian dari alat untuk pajak pada tahun
tersebut.
BAB III
STUDI KASUS
3.1
Contoh Perhitungan Biaya Produksi
27
EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK
PELAYANAN
RAWAT INAP BAGIAN PERAWATAN ANAK
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Oleh RAHMAYATI SYAMSUL
Berikut kelompok kami sampaikan tentang contoh penghitungan biaya
produksi pada rawat inap bagian perawatan anak RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar. Data primer dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar pada tahun 2010 diambil oleh Rahmayati Syamsul, mahasisiwi
akuntansi Universitas Hasanudin Makassar.
Data yang kami gunakan diambil dari sebuah penelitian berjudul
EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PELAYANAN RAWAT
INAP
BAGIAN
PERAWATAN
ANAK-RSUP
Dr.
WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR yang memiliki tujuan mengetahui berapa
harga pokok dari pelayanan rawat inap rumah sakit yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif. Hal ini menjadi sangat
penting mengingat penentuan harga pokok rawat inap perlu dihitung
kembali untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan
yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit kepada pasien, khususnya
bagi pasien rawat inap.
Dalam studi kasus yang kami sampaikan, tidak ada perubahan detail
harga, hanya penghitungan yang kami sesuaikan dengan materi pada bab
sebelumnya.
28
a.
No
Klasifikasi Biaya
Unsur Biaya
Biaya
Klasifikasi biayaKlasifikasi Biaya
Skala Produksi
Fixed Cost
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Biaya Gaji
Dokter
Biaya gaji
Perawat
Biaya Bahan
makanan
Biaya listrik
dan air
Biaya kontrak
cleaning
service
Biaya alat
medis habis
pakai
Biaya
penyusutan
peralatan
medis
Biaya
penyusutan
peralatan non
medis
Biaya
penyusutan
gedung
perawatan anak
TOTAL
Variabel
Cost
Lama Penggunaan
Direct Cost
Indirect
Cost
Investment
Cost
210,000,000
210,000,000
210,000,000
Opera
Co
210,0
180,000,000
180,000,000
180,000,000
180,0
350,000,000
350,000,000
350,000,000
350,0
170,252,170
170,252,170
170,252,170
170,2
150,050,000
150,050,000
250,000,000
185,250,000
150,050,000
250,000,000
150,0
250,000,000
250,0
185,250,000
185,250,000
185,250,000
175,250,000
150,000,000
175,250,000
175,250,000
175,250,000
150,000,000
150,000,000
660,550,000
1,820,802,170
510,500,000
150,000,000
1,050,550,000
TOTAL COST
770,252,170
1,820,802,170
1,160,252,170
1,820,802,170
Keterangan Studi Kasus:
1)
Jumlah hari pasien rawat inap = 12,990 hari
2)
Jumlah Dokter 5 orang
Tenaga dokter anak pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
berjumlah 5 orang. Dokter mendapat gaji dan tunjangan yang
bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit.
Gaji ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang
dibayarkan kepada dokter sebesar Rp. 3.500.000, - setiap
bulan, sehingga total gaji seorang dokter selama setahun
1,310,3
1,820,802,170
29
sebesar Rp 42.000.000,- (Rp 3.500.000 x 12 bulan). Jadi total
biaya dokter anak setahun yang dikeluarkan oleh RSUP Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
sebesar
Rp 210.000.000,-
(Rp
42.000.000 x 5)
b.
Jumlah Perawat = 10 orang
Tenaga perawat pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
berjumlah 10 orang. Perawat mendapat gaji dan tunjangan yang
bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit. Gaji
ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang dibayarkan
kepad a perawat sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulan, sehingga total
gaji seorang perawat setahun sebesar Rp. 18.000.000,-(Rp 1.500.000
x 12 bulan). Jadi total biaya gaji perawat setahun yang dikeluarkan
oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar Rp 180.000.000,(Rp 18.000.000 x 10).
c.
Penghitungan biaya penyusutan peralatan medis (dalam penelitian
yang dihitung hanye kelas II)
Biaya penyusutan peralatan medis khususnya Lontara IV yang
dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk tahun
2010 sebesar Rp. 185.250.000. Adapun jam kerja langsung rumah sakit
yaitu 4.941 . Dengan menggunakan jam kerja sebagai dasar penentuan
biaya overhead penyusutan peralatan medis maka dihitung sebagai
berikut:
30
Setelah biaya overhead untuk biaya overhead peralatan
medis ditentukan, maka biaya penyusutan peralatan medis dapat
dihitung sebagai berikut:
1)
Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung
jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.
2)
Biaya overhead untuk biaya penyusutan peralatan medis
per hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:
31
d.
Penghitungan biaya penyusutan peralatan non medis (dalam penelitian
yang dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan peralatan non medis
khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 175.250.000. Adapun
jam kerja langsung rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan menggunakan
jam kerja sebagai dasar penentuan biaya overhead penyusutan peralatan
non medis, maka dihitung sebagai berikut:
e.
Penghitungan biaya depresiasi gedung (dalam penelitian yang
dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan gedung khususnya Lontara
IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk
tahun 2010 sebesar Rp. 150.000.000. adapun luas keseluruhan
gedung rumah sakit khususnya bagian perawatan anak yaitu:
32
Setelah biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung
ditentukan, maka biaya penyusutan gedung dapat dihitung sebagai
berikut:
1)
Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung
jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.
2)
Biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung per
hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:
33
a)
Perhitungan Unit Cost
Unit Cost adalah harga yang harus dibayarkan per pasien
per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak. Pada
bagian ini akan dihitung Unit Cost Actual.
UC
= TC/Q
= Rp 1,820,802,170 / 12,990
= Rp 140,169.53
Diketahui harga rawat inap per hari di unit perawatan anak
adalah Rp 187,000.00.
Keterangan:
UC = Unit Cost
TC = Total Cost aktual
Q = Quantitiy (jumlah hari rawat inap)
b)
Perhitungan BEP
34
Titik impas (break even point) adalah sebuah titik
dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah
seimbang
sehingga
tidak
terdapat
kerugian
atau
keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan
data yang ada dalam penelitian yaitu jumlah pasien yang
dapat dilayani agar biaya pengeluaran dan pendapatan
adalah seimbang.
AVC = VC/ Jumlah hari pasien rawat inap
= Rp 770,252,170/12990
= Rp 59,295.78
QBEP
= TFC/(P-AVC)
= Rp 1,050,550,000/( Rp 187,000.00 59,295.78)
= 8,226.43 hari rawat
Keterangan:
AVC = Average Variabel Cost
VC = Variabel Cost
QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pasien
TFC = Total Fixed Cost
P = Price actual
d.
Perhitungan CRR
TR : Total Revenue
=PxQ
= Rp 187,000 x 12,990
= Rp 2,429,130,000
35
Cost Recovery Rate
= (TR/ TC) x 100 %
= (Rp 2,429,130,000/ Rp 1,820,802,170) x
100%
= 133%
3.2 Analisis Perhitungan
Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi, didapat total cost
berdasar tiap skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas produksi adalah
sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual merupakan
hasil pembagian Total cost dengan jumlah hari rawat per tahun (2010), dari
perhitungan tersebut didapat unit cost di ruang rawat inap anak sebesar Rp
140,169.53. Jadi harga aktual yang harus dibayarkan per pasien per hari rawat
di rawat inap bagian perawatan anak adalah Rp 140,169.53, dan tarif yang
ditetapkan rumah sakit adalah Rp 187,000.00.
Dengan diketahui tarif rawat inap per hari yang sudah ditentukan oleh
RS. X, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan total fix cost dibagi dengan
price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa rumah sakit harus melayani
8,226.43 pasien agar modalnya kembali (mencapai titik impas). CRR adalah
nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan rumah sakit
untuk menutupi biayanya dengan penerimaan dari pembayaran pasien yang
dihitung dari pembagian antara TR unit bersangkutan dengan TC unit
bersangkutan dikali 100%.
Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 133% yang berarti mengalami
surplus. Hasil CRR dapat memberi informasi bahwa rumah sakit mampu
36
menutupi biaya yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit
sebesar 33% per unit (hari rawat inap).
37
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen
dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria untuk
keperluan analisis klasifikasi konsep biaya, yaitu
pembagian biaya
berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi, pembagian biaya berdasarkan
lama penggunaannya, dan pembagian biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas
sumber biaya.
Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi
dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost = FC), biaya variabel (variabel cost =
VC), dan total cost. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya
dibagi menjadi biaya invetasi, biaya opersional dan total biaya.
Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya, dibagi
menjadi biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (direct cost) dan
total biaya. Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau
rugi suatu pelayanan kesehatan atas segala usaha yang dilakukan.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu
mengetahui terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed
Cost/AFC), biaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC), dan biaya
total rerata (Average Cost/AC).
Cost recovery rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan
besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan
penghasilan yang didapatkan (revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu
38
dilakukan kegiatan analisis biaya untuk mendapatkan informasi real kondisi
dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga didapatkan gambaran
realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi dalam
menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
39
Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret
2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biayaproduksi.html>
http://www.klikharry.com/2012/06/14/fixed-cost-break-even-point-cost-recoveryrate-adalah/
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1492/1273
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/jasa_pelaksana_pelayanan_di_rs_umum_daerah.pdf
Ilmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013.
<http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html>
Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret
2013. <http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-klasifikasibiaya.html>
Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2013.
<http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsepdan-jenis.html>
Rosyidi,Suherman.Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro & Makro.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudarasaudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi
17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta.
Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Download