TUGAS MAKALAH SUPERVISI RANCANGAN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK UNTUK SMK NEGERI 1 SALATIGA MENGHADAPI PROGRAM PENILAIAN KINERJA GURU Penelitian Oleh WIDA DAMAYANTI 942015013 Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untukmelaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual,interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007). Oleh sebab itu, setiap kepalasekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervise akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.(1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan.(2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dankompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. (3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa. (4) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas,laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa. (5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran. (6) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakankelas. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Dapat ditegaskan bahwa penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik pada kenyataannya adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dalam proses mengajar di sekolah yang dilakukan sehari hari. 2 Untuk menyongsong pelaksanaan program penilaian kinerja guru, seharusnya supervisi ini sudah terlaksana dengan baik, sehingga untuk melaksanakan program penilaian kinerja guru tidak terlalu mengalami kendala, dan guru yang dinilai pun tidak terlalu “kaget” dalam melaksanakan program ini. Karena ada kesamaan antara supervisi dengan penilaian kinerja guru. Meskipun dalam rancangan secara teoritik sudah ada pihak yang diharapkan dapat melakukan supervisi terhadap guru yaitu kepala sekolah namun belum dapat terlaksana dengan efektif. Hal ini terjadi di SMK Negeri 1 Salatiga yang berdiri sejak tahun 1967, dalam pelaksanaannya, supervisi tidak seperti yang diharapkan seperti uraian diatas. Sering sekali tidak terlaksana oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah atau orang yang ditunjuk untuk mensupervisi, dokumen supervisi juga sangat minim dan belum terstruktur dengan baik, belum ada format yang baku dalam melakukan supervisi. Secara teoritik kepala sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi terhadap guru, namun masih banyak kendala yang dihadapi, sehingga pelaksanaan supervisi tersebut belum dapat terlaksana. Dalam kenyataannya di tahun ini kegiatan supervisi akademik SMK N 1 Salatiga belum efektif dengan ditunjukkannya kondisi banyak guru yang masih kaget/ belum siap saat akan dilakukan PKG dan kesiapan Guru Penilai pun masih belum maksimal dengan ditunjukkannya belum siapnya Laporan Kinerja Guru yang seharusnya sudah diberikan kepada masing-masing guru sebagai hasil evaluasi, seharusnya beberapa saat setelah pelaksanaan PKG (akhir semester). Kondisi lain yang dialami SMK N 1 Salatiga adalah pergantian kepala sekolah sejak 1 Oktober 2015, sehingga membutuhkan penyesuaian bagi kepala sekolah baru sebagai supervisor untuk dapat menjalankan tugas supervisinya. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan pelaksanaan supervisi dengan model yang tepat agar dapat berjalan sesuai program yang direncanakan. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik di SMK Negeri 1 Salatiga? 2. Apa hambatan model supervisi akademik yang telah dilaksanakan di SMK N 1 Salatiga? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan supervisi akademik di SMK N 1 Salatiga? 3 BAB II PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343) sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (1991:1492). Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kese-pakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh,1989, Glickman, et al. 2007). Tujuan supervisi akademik adalah: 1. Membantu guru mengembangkan kompetensinya, 2. Mengembangkan kurikulum 3. Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al.2007, Sergiovanni, 1987) Supervisi dilakukan sejak guru direkrut, saat melaksanakan tugasnya sampai saat dipensiunkan. Supervisi seharusnya dilakukan terencana, rutin, berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supevisor, menggunakan data dari hasil pengamatan dan menggunakan instrumen. Mengembangkan metode dan taknik supervisi sesuai dengan karakteristik permasalahan sekolah/guru yang dihadapi. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Penguasaan dan penerapan kompetensi sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran, pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan yang sesuai dengan fungsi sekolah. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem penilaian kinerja guru Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta 4 didik. Ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan: 1. Menentukan tingkat kompetensi seorang guru; 2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah; 3. Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru; 4. Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru; 5. Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasinya; 6. Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk penghargaan lainnya. Secara umum, PKG memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut: 1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah 2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Hasil PKG diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan di SMK N 1 Salatiga menggunakan metode diskriptif kualitatif, dengan cara wawancara kepada supervisor (Kepala Sekolah atau petugas yang ditunjuk), wawancara ini dapat direncanakan dengan menanyakan berkaitan program supervisi yang sudah dilaksanakan. 5 2. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti adalah SMK N 1 Salatiga, yang berdiri sejak tahun 1967, yang berlokasi di Jalan Nakula Sadewa I / 3, Dukuh, Sidomukti Salatiga, yang mempunyai siswa sejumlah 1375 siswa dan guru dan karyawan sebanyak 139 orang, yang terdiri dari 110 guru dengan ststus Pegawai Negeri Sipil, 25 guru tidak tetap, 4 Guru PNS yang berstatus mencari tambahan jam mengajar karena kurang jam di sekolah asalnya. Dan sudah mengalami pergantian kepala sekolah beberapa periode. 3. Metode Pengumpulan Data Model pengumpulan datanya menggunakan model wawancara mendalam kepada petugas yang terkait dengan supervisi baik itu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan orang orang yang terkait dengan program supervisi ini, observasi, dokumentasi 4. Teknik Analisis Data Proses analisa data dimulai dengan mengumpulkan semua hal yang diperoleh penulis dari beberapa sumber, kemudian dirangkum, dipilih, dikategorikan dan dimaknai sesuai fokus pokok pembahasan dalam penelitian PEMBAHASAN 1. Program Supervisi Akademik di SMK Negeri 1 Salatiga Semua perencanaan yang terdiri dari pembuatan jadwal pelaksanaan supervisi, menentukan guru yang disupervisi, dan membuat instrument supervisi dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian operasional pendidikan dan kurikulum. Jadi kepala sekolah tidak melaksanakannya sendiri walaupun telah memiliki kompetensi merencanakan program supervisi akademik. Karena tidak merencanakannya sendiri, kepala sekolah kurang begitu memahami dokumen supervisi tersebut, padahal dalam pelaksanaan supervisi dokumen tersebut harus diisi berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan. Dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru seharusnya kepala sekolah menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Sehingga dalam mensupervisi satu guru dengan guru yang lain akan berbeda teknik supervisi yang digunakan. Namun di SMK N 1 Salatiga, supervisi yang dilakukan kepala sekolah menggunakan teknik yang sama, dan hanya dilakukan beberapa kali saja, walaupun jadwal sudah disusun dan guru yang 6 disupervisi sudah ada, namun hal ini tidak dilakukan semua, dalam pelaksanaan supervisi kadang diwakilkan kepada wakil kepala sekolah dan kadang tidak dilaksanakan sama sekali, sehingga guru yang telah dijadwalkan supervisi merasa kecewa karena supervisi tidak jadi dilaksanakan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMK N 1 Salatiga ini dapat dikatakan kurang berjalan dengan baik, karena prosentase pelaksanaannya kurang dari 50% dari jadwal yang sudah direncanakan. 2. Hambatan-hambatan pelaksanaan program supervisi akademik Walaupun program supervisi akademik ini telah direncanakan dengan baik namun tidak luput dari kendala. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain adalah sebagai berikut : a. Pemimpin yang kurang berwibawa Kewibawaan sangat penting untuk menggerakkan perubahan, kewibawaan seseorang mampu menggerakkan orang lain secara alami dengan kekuatan spiritualitasnya. Auranya memancar dengan kuat, dan mempengaruhi orang orang disekelilingnya. Kewibawaan ini dapat muncul dari dalam diri seseorang karena kejujuran, konsistensi (istiqomah) dalam menerapkan aturan, tidak pandang bulu, dan selalu mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatan yang dilakukan, serta dengan memberikan contoh sikap yang baik yang tidak melanggar norma. Konsistensi lahir dari kedisiplinan yang tinggi, dan kedisiplinan membutuhkan latihan yang terus menerus dan diperlukan rasa tanggung jawab yang besar. Tanpa adanya rasa tanggungjawab ini program supervise yang direncanakan hanya dilaksanakan sesaat, atau dengan kata lain sekarang semangat besok kembali lagi seperti semula dan tidak dilaksakan supervisi lagi. Solusi untuk kendala ini dengan mengubah sikap kepala sekolah selaku supervisor agar dapat menjadi contoh bagi guru, sehingga guru merasa segan dengan kepala sekolah. Selain itu kepala sekolah hendaknya menjalin hubungan dengan para guru, memberikan perhatian kepada guru dan menjalin komunikasi dengan guru secara merata, tidak pilih kasih dan memperhatikan keluhan keluhan guru dan memberikan solusi untuk guru demi kemajuan sekolah. b. Lemahnya kreativitas Supervise membutuhkan kreativitas yang tinggi dari para supervisor untuk mencari solusi dari problem yang dihadapi dilapangan. Kepala sekolah selaku supervisor harus jeli membaca masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran, menganalisis masalah tersebut, mengurai faktor penyebabnya dan hal hal yang terkait dengannya, menyuguhkan secara menyeluruh masalah yang dihadapi, dan langkah yang 7 harus diambil sebagai solusi efektif, belum banyak kepala sekolah selaku supervisor yang memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah. Disinilah pentingnya supervisor meningkatkan kompetensi secara maksimal. Sehingga, kepala sekolah mampu megembangkan gaya berfikir yang kreatif, kritis, inovatif dan produktif. Karena dengan kreativitas dapat menciptakan ide ide baru dalam pengembangan sekolah untuk menuju sekolah yang lebih berkwalitas. c. Mengedepankan formalitas dan mengabaikan esensi Supervisi yang dilakukan kepala sekolah selaku supervisor di SMK N 1 Salatiga terkesan hanya mengedepankan formalitas. Yang penting terlaksana daripada tidak sama sekali. Hal ini dilakukan hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi pada saat akreditasi semata, dan tidak mementingkan esensi atau kesuksesan dari supervise tersebut yang akan membawa perubahan sekolah kearah yang lebih maju. Karena pelaksanaan supervisi hanya mengedepankan formalitas dan mengabaikan esensi yang ada, oleh karena itu tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru juga tidak terlaksana dengan baik, hasilnya hanya berupa dokumen yang dikumpulkan, disimpan dan tidak ada penghargaan atau teguran pada guru yang telah disupervisi. Hal ini yang membuat semangat guru yang disupervisi jadi berkurang, karena antara guru yang memiliki keseriusan dalam mengajar dengan guru yang asal masuk kelas tanpa persiapan yang matang, setelah disupervisi sama sama tidak ada perbedaan. Padahal harapan guru yang disupervisi, hasil supervise dapat digunakan untuk masukan agar pembelajaran dapat diperbaiki sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat. Dengan meningkatnya pembelajaran yang dilaksanakan, diharapkan pada saat diberlakukannya penilaian kinerja guru (PKG) tidak akan terjadi masalah, sehingga guru lebih nyaman dalam bekerja. Untuk pelaksaan penilaian kinerja guru (PKG), supervisi ini sangat dibutuhkan agar guru tidak merasa heran dengan PKG, karena jika sudah terbiasa dengan supervisi maka pelaksanaan PKG akan berjalan lancar. Pelaksanaan PKG dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PKG dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu. Menemukan secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, akan memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk 8 meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PKG harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan Nasional, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Sehingga hasil dari PKG dapat merata pada semua guru yang ada di sekolah. Hasil PKG dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hasil PK GURU juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita-cita pemerintah untuk menghasilkan ”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan. 3. Model Supervisi Akademik Artistik Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others). Dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model artistik. Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak. 9 4. Model Supervisi Akademik Model Cooperative Development Supervisi Model Cooperative Professional Development adalah sebuah model supervisi yang difasilitasi oleh kepala sekolah melalui proses yang diformulasikan secara moderat oleh dua orang guru atau lebih yang setuju bekerjasama untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya. Biasanya dilakukan melalui kegiatan saling mengadakan observasi kelas, saling memberikan umpan balik, dan menguasai tentang masalah-masalah kesupervisian. Supervisi Model Cooperative Professional Development bersifat non hierarkis yang dapat dibedakan dengan supervisi konvensional. Dalam menerapkan model Supervisi ini hendaknya dapat menyediakan setting dimana guru secara informal dapat membicarakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi, saling menukar gagasan, saling membantu dalam mempersiapkan pembelajaran, petukaran berbagai petunjuk dan saling memberi dukungan. Kepala Sekolah memilih sendiri bentuk kerjasama pengembangan profesi, sesuai dengan karakter dan budaya sekolah setempat. Pada bagian lain, Glatthorm (1987) menyebutkan bahwa: ”Cooperative Professional Development is a process by which teams of teachers work together for their own professional development”. Pada bagian lain, dikemukakan pula 5 (lima) tipe Cooperative Professional Development, yaitu: (1) Professional Dialogue; (2) Curriculum Development; (3) Peer Supervision; (4) Peer Coaching; dan (5) Action Research” 1. Professional Dialogue yaitu kegiatan pengembangan profesi dimana guru-guru yang tergabung dalam kelompok kecil (small group) secara berkala melakukan diskusi terbimbing, dengan tujuan memfasilitasi para guru merefleksi pembelajaran yang telah dilakukannya, membantu guru agar lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. 2. Curriculum Development yaitu usaha yang dilakukan beberapa guru untuk memodifikasi dan mengadaptasi kurikulum yang berlaku agar lebih mudah diterapkan (aplicable) dan dilaksanakan (practicable). Mereka berdikusi seputar upaya pengembangan kurkulum, misalnya: tentang penyusunan RPP, penerapan metode pembelajaran kontemporer dan mutakhir, pengembangan bahan ajar, dan pemilihan sistem penilaiaan yang paling sesuai. 3. Peer Supervision adalah sebuah proses dimana para guru membentuk tim kecil (small team) memanfaatkan komponen-komponen esensial dari supervisi klinis untuk kepentingan pertumbuhan profesionalismenya. Proses ini berbasis data hasil observasi di kelas. Setiap anggota (participant) mengidentikasi perilaku guru dan 10 siswa di kelas dengan fokus pada hasil belajar siswa. Proses obsevasi dan postconferenceberlangsung secara siklik dan bersifat rahasia. 4. Peer Coaching pada dasarnya mirip dengan proses peer supervision, adanya observasi sejawat dan post-conference, tetapi lebih menekankan pengembangan staff, dimana guru belajar tentang dasar-dasar teoritis suatu keterampilan mengajar tertentu, dan pengamatan terfokus pada keterampilan yang sedang dipelajarinya dan mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dipraktikannya. 5. Action Research atau Penelitian Tindakan adalah suatu usaha kolaboratif dari tim guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah penting dan mencari solusi untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Glatthorm mengingatkan bahwa program Supervisi Model Cooperative Professional Development dapat berjalan sukses, apabila: 1. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat kabupaten (dinas pendidikan) untuk mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan program. 2. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat sekolah (kepala sekolah) untuk mengembangkan norma-norma kolegialitas, menentukan tipe kooperasi dan kolaborasi yang akan diterapkan, dan pemberian penghargaan (reward) atas usaha kooperasi dan kolaborasi guru. 3. Adanya iklim keterbukaan dan kepercayaan (trust) antara kepala sekolah dengan guru. 4. Program Cooperative Professional Development harus dipisahkan dari proses evaluasi kinerja guru. Seluruh data Program Cooperative Professional Development bersifat rahasia yang harus dijaga oleh seluruh partisipan. 5. Program Cooperative Professional Development memiliki fokus yang jelas dan menggunakan bahasa yang sama (a shared language) tentang pembelajaran. 6. Dinas pendidikan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk memprakarsai dan keberlangsungan Program Cooperative Professional Development. 7. Sekolah melakukan perubahan struktur yang dibutuhkan untuk mendukung ProgramCooperative Professional Development, seperti: penyediaan ruangan untuk kegiatanCooperative Professional Development, perubahan jadwal mengajar, prosedur penugasan, dan sebagainya. 11 5. Pemantapan Instrumen Supervisi Kegiatan memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok oleh para supervisor tentang instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi nonakademik. Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi seperti berikut : a. Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:(1) Silabus.(2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).(3) Program Tahunan.(4) Program Semesteran.(5) Pelaksanaan proses pembelajaran.(6) Penilaian hasil pembelajaran.(7) Pengawasan proses pembelajaran. Instrumen supervisi kegiatan belajar mengajar(a) Lembar pengamatan.(b) Suplemen observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis,dan sebagainya). Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi nonakademik.2. b. Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen non akademik. Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi akademik sasaran utamanya adalahkegiatan belajar mengajar. (2) Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan untuk perkembangan keterampilanmengajar guru atau meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapatmengurangi kendala-kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul. (3) Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam melaksanakan tindak lanjutsupervisi. (4) Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak menimbulkanketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki, memberi kesempatan untuk mendorongguru memperbaiki penampilan, dan kinerjanya. 12 6. Cara melaksanakan tindak lanjut Langkah-langkah yang dapat dilakukan setelah hasil supervisi akademik diketahui yaitu a. Mengkaji rangkuman hasil penilaian. b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belumtercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dansikap guru yang menjadi tujuan pembinaan. c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya. d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya. e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya. Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu: (1)menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, (2) analisis kebutuhan,(3) mengembangkan strategi dan media,(4) menilai, dan(5) revisi 13 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Supervisi akademik SMK N 1 Salatiga belum efektif dengan ditunjukkannya kondisi banyak guru yang masih kaget/ belum siap saat akan dilakukan PKG dan kesiapan Guru Penilai pun masih belum maksimal dengan ditunjukkannya belum siapnya Laporan Kinerja Guru . 2. Pergantian kepala sekolah sebagai supervisor per 1 Oktober 2015 membutuhkan penyesuaian dalam pelaksanaan program supervisi akademik. 3. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan pelaksanaan supervisi dengan model yang tepat agar dapat berjalan sesuai program yang direncanakan. 4. Model Supervisi Akademik Artistik dan Cooperative Development secara sinergis dirasa lebih tepat untuk kondisi SMK Negeri 1 Salatiga yang memiliki SDM yang cukup memadai dengan masa kerja guru-gurunya yang relative lama di SMK N 1 Salatiga . B. SARAN 1. SMK N 1 Salatiga perlu meninjau kembali model supervise akademik yang selama ini digunakan karena kurang efektif 2. Menguji coba penerapan model supervisi akademik Artistik yang disinergikan dengan model Cooperative Development, untuk mengatasi permasalahan akademik. 3. Mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi dari penerapan model supervisi yang dipilihnya 14 DAFTAR PUSTAKA Allan. A. Glatthorn. 1987. Cooperative Professional Development. Greenvile: Association for Supervision and Curriculum Development. Deborah Boswell. 2005. Trainer’s Manual: Counseling Supervision and Training: Family Health International. Hi Abd. Kadim Masaong. 2010. Supervisi Pendidikan: untuk Pendidikan yang Lebih Baik. Bandung: MQS Publishing Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel. 2003. Educational Administration: Theory, Research and Practice, Singapore : McGrawHill. Imam Wahyudi, M.Pd. Pengembangan Pendidikan. 2012.Prestasi Pustaka Jamal Ma’mur Asmani. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. 2012. Diva Press Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi 2). 2012. Bumi Aksara Jerry H. Makawimbang. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. 2011. Alfabeta. Bandung. Bernard J. Badiali. Teaching Supervision (chapter 37).International journal of management education 2008. Lia Yuliana. Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah terhadap guru.2010. Journal pendidikan UNY. 1 Desember 2012. Jeperis.Metode dan teknik supervisi pendidikan.http://jeperis.wordpress.com. 1 Desember 2012. Obeeth.Kompetensi supervisi kepala sekolah.http://obeeth.wordpress.com. 1 Desember 2012 15