REVIEW (PERMASALAHAN & SOLUSI) ARTIKEL PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIK SERTA PESERTA DIDIK Dosen Pengampu: Dr. ADRIPEN, M.Pd NIP/NIDN: 196505041993031003/2004056502 Disusun Oleh: ASLINDA Nim: 1902012003 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR TAHUN 2020 ARTIKEL HAKIKAT PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK (TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG PENDIDIK: ANALISA PENDIDIK TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM) Karya: Saeful Anam PERMASALAHAN: Masih banyaknya kenakalan peserta didik di Indonesia khususnya di lingkungan pendidikan. Pada tahun 2012 telah diadakannya penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Surabaya tentang pergaulan bebas (free sex), dari hasil penelitian didapatkan 45% dari 700 pelajar pernah melakukan hubungan sex dengan teman sebayanya. Pada tahun 2014 pendidikan juga tercemar oleh kasus pedofilia dan pencabulan yang ironisnya terjadi di lingkungan sekolah, serta perundungan (bullying) terhadap teman sebaya yang masih marak terjadi di sekolah yang semestinya menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan nilai-nilai karakter yang diserukan pemerintah Dan masih banyak lagi kenakalan remaja (peserta didik) yang masih belum terekspos ke dunia luar. Artikel ini menjelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya penyimpangan moral dan tingkah laku peserta didik karena kurangnya control pendidik terhadap peserta didik dan juga pendidik lebih mementingkan penguasaan huruf ketimbang penguasaan makna dalam pengajarannya. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN: Masih banyaknya tindakan yang tidak bermoral yang dilakukan oleh peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat merupakan salah satu dampak dari kurangnya control tenaga pendidik maupun kurang fokusnya pendidik dalam mendidik moral peserta didik. Di dalam artikel ini dijelaskan bahwa salah satu solusi yang dapat dilakukan dengan mengkaji ulang hakikat pendidik itu sendiri, agar nantinya diketahui bagaimana kedudukan tenaga pendidik serta peserta didik agar terjadi kesinambungan yang positif dimana pendidik mengetahui perannya serta peserta didik juga memahami peran mereka. Serta untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan yang tercantum di dalam UU RI nomor 20 Tahun 2003, seorang pendidik haruslah memiliki tanggung jawab peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Di dalam artikel ini solusi yang diberikan terkhusus untuk mencapai tujuan pendidikan islam, agar tertanamnya moral yang agamis terhadap diri peserta didik. Cara-cara yang dilakukan oleh pendidik antara lain; menanamkan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari karakteristik kepribadiannya; dan menepis asumsi bahwa tugas pendidik hanya mentransfer pengetahuan saja, melainkan juga sebagai pengintegrasian nilai-nilai pada peserta didik. Jika semua pendidik di Indonesia mempunyai nalar pikir bahwa seorang pendidik bukan hanya menstranfer ilmu, namun juga memberikan pengarahan, bimbingan, tuntutan, dan ajaran terhadap suatu kebaikan yang bertujuan kemoralitas akan tercapainya tujuan pendidikan Islam, seperti yang dikutip dari Buya Hamka, “tujuan pendidikan Islam adalah mengenal dan mencari keridhoan Allah, serta membangun budi perketi untuk berakhlak mulia.”. Term murabbi dalam Windi Astuti dinyatakan sebagai pendidik yang memiliki empat tugas utamanya yaitu memelihara dan menjaga fitrah anak didik pada masa pertumbuhan/menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki menuju kesempurnaan, mengarahkan seluruh fitrah dalam mengapai kesempurnaan, serta melaksanakan pendidikan secara bertahap dan terus menerus. Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pendidik ialah orang dewasa yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan meningkatkan beberapa potensi yang dimilikinya yang meliputi, aspek afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun aspek psikomotorik (karsa). Betapa besar pengaruh pendidik terhadap moral peserta didik. Dalam pandangan islam, Abdul Mujib memberikan ulasan bahwa seorang pendidik merupakan pelita (light) segala zaman, dan seseorang yang hidup dalam masanya akan mendapatkan pancaran pelita tersebut. Al Ghozali mengandaikan bahwa dunia tanpa pendidik niscaya manusia ibarat binatang, karena pendidikan merupakan upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan. Apabila pendidik telah mengetahui peran dan kedudukannya dalam pendidikan, hendaknya juga ada sinergitas pendidik dengan pemerintah. Agar apa yang diharapkan dari keduanya tercapai. Bagi pemerintah lewat kontribusi penting dari tangannya ialah pemberian jaminan terhadap pendidik beserta keluarganya tentunya jaminan ini bersifat selektif dalam artian besar-kecilnya ditentukan dari lama-tidaknya dalam pengabdian seorang pendidik tersebut. Dan bagi pendidik (guru) tentunya sadar diri akan kontribusi yang diberikan oleh pemerintah dengan cara mentotalkan dirinya untuk pendidikan serta bisa menjadi panutan oleh peserta didik, sehingga tidak terjadi seorang pendidik (guru) yang mencari pekerjaan sampingan. KESIMPULAN Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kenakalan-kenakalan peserta didik, seorang pendidik harus bertanggung jawab serta sadar akan peran dan kedudukannya terhadap peserta didik. Point penting yang dapat diambil adalah seorang pendidik harus mempunyai modal yang luar biasa yang menyangkut tentang kejiwaan, kepribadian, serta pemahaman atas budaya dan agama yang ada di Indonesia, dengan memiliki hal ini maka seorang pendidik senantiasa akan berprilaku yang baik, jauh dari kekerasan dalam mendidik. “Rasul kebangunan” ialah seorang pendidik yang bisa menanamkan nasionalisme serta patriotism yang tinggi bagaimana bangsa ini bisa dubela dan diperjuangkan lewat pendidikan, kedua dalam bertugas sebagai pendidik setidaknya harus memiliki ketelatenan serta kesabaran yang tinggi. Maksud dari “menurunkan kebangunan” memberikan arahan yang baik terhadap peserta didik dengan menjadikan dirinya sebagai uswatun khasanah dengan memilki jiwa dan pribadi yang sabar, ramah serta tlaten dalam mengabdi. ARTIKEL PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (ARAH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM DIMENSI PENDIDIKAN ISLAM) Karya: Warul Walidin PERMASALAHAN Artikel ini membahas mengenai permasalahan pengembangan sumber daya manusia dalam pendidikan islam. Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock. Di antara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau pun ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl. Permasalahan lain juga muncul, yaitu bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar umat Islam dapat berperan aktif dan tetap bertahan di era globalisasi. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN Banyaknya permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan, mengindikasikan adanya yang perlu dievaluasi dalam pendidikan tersebut. Selama ini permasalahan itu banyak diatasi dengan berorientasi pada keunggulan komparatif dengan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, namun sekarang terjadi pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi tinggi, dan peningkatan peran masyarakat merupakan solusi atas permasalahan yang ada. Artikel ini memberikan batasan bahwa untuk mengatasi masalah yang terjadi di dunia pendidikan, perlunya pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya. Dalam hal pengembangan SDM, pendidikan memiliki nilai strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di masa depan. Karena secara teoretis, pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan ekonomi, dasar dari perkembangan sains dan teknologi, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam pendapatan, dan peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya. Untuk itu, pengembangan sumber daya manusia haruslah berkualitas. Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya. Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan rohaniah. Emil Salim, seperti dikutip oleh Anggan Suhandana, disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat diambil contoh seperti kepatuhan masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek rohaniah ini. Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya. Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun dari luar lembaga yang bersangkutan. Hasan Langgulung melihat potensi yang ada pada manusia sangat penting sebagai karunia yang diberikan Allah untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Manusia tidak akan mampu menjalankan amanahnya sebagai seorang khalifah, tidak akan mampu mengemban tanggung jawabnya jikalau ia tidak dilengkapi dengan potensi tersebut dan mengembangkannya sebagai sebuah kekuatan dan nilai lebih manusia dibandingkan makhluk lainnya. Artinya, jika kualitas SDM manusianya berkualitas maka ia dapat mempertanggungjawabkan amanahnya sebagai seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak hanya cukup dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga pengembangan nilai-nilai rohani-spiritual, yaitu berupa iman dan taqwa (imtaq). Fungsi dan orientasi pendidikan dan peningkatan kualitas SDM telah dibuat dalam suatu kebijakan Depdiknas dalam tiga strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu: 1) Pemerataan kesempatan pendidikan, 2) Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan dan 3) Peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, proses pengembangan sumber daya manusia itu terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education and training), dan pengelolaan (management). KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi masalahmasalah yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, terutama dalam pendidikan islam adalah dengan adanya pengembangan sumber daya manusia (SDM), karena manusia itu sendiri merupakan perekayasa pebangunan dan pendidikan didunia. Pengembangan sumber daya manusia pun sejatinya berasal dari pendidikan terkhusus pendidikan islam. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya. Dalam hal pengembangan SDM, pendidikan memiliki nilai strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di masa depan. Karena secara teoretis, pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan ekonomi, dasar dari perkembangan sains dan teknologi, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam pendapatan, dan peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya.