1 KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEMAMPUAN GURU DALAM MANAJEMEN KELAS DI MTsN 1 BONE Draf Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Watampone Oleh: AMAL MA’RUP NIM: 02.16.3055 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE 2020 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama. Dalam dunia pendidikan, kepemimpinan seorang kepala sekolah sangatlah berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Peranan kepala sekolah haruslah diterapkan dan diaplikasikan secara nyata. Untuk itu seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki ilmu pendidikan dan ilmu kepemimpinan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, kualitas seorang kepala sekolah sangatlah berpengaruh pada keberhasilan sekolah yang dipimpinnya.1 Kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan sangat menunjang akan tercapainya pengelolahan sekolah yang efektif dan efisien. Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien maka kepala sekolah harus menerapkan peran dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memahami betul tugas dan perannya demi mencapai keberhasilan dalam meningkatkan kreativitas guru. Dalam perspektif kebijakan, ada tujuh peran utama yang harus diperankan oleh pihak kepala sekolah, yaitu sebagai educator (pendidik), manager, administrator, supervisor (penyelia), leader (pemimpin), dan pencipta iklim kerja serta wirausahawan.2 1 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Cet. I; Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2005), h. 81. Jamal Ma’mur Aswani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Cet. I; Banguntapan Jogjakarta: DIVA Press, 2012), h. 36. 2 1 2 Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawasan biasa. Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya.3 Dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 159 ditegaskan yang berbunyi: Terjemahnya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.4 3 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 36 Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung CV Diponegoro, 2012), h. 71. 4 3 Ayat diatas menegaskan bahwa teknik atau pendekatan yang dapat di lakukan oleh kepada madrasah dalam menjalankan tugas sangat memperhatikan situasi dan kondisi guru, dengan berlaku lemah lembut tidak otoriter memberikan kesempatan menyampaikan segala keluh kesah dan permasalahannya, bermusyawarah dan bekerja sama, semua itu diarahkan hanya untuk tercapainya profesionalisme guru. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang di supervisi dapat di ketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahan) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yang masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya.5 Salah satu Problem yang akan muncul saat guru mengajar, adalah bagaimana guru mengelola kelas dengan sebaik-baiknya. Sebagai guru ia harus mampu mengajar dengan tenang sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran secara sistematis dan dapat dipahami oleh semua murid, guru harus mengajar dengan penuh semangat, kegembiraan karena dengan itu dapat menarik perhatian siswa dalam menngikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Dalam menunjang pelaksanaan tugas guru di kelas, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, karena guru memegang peranan penting dalam pengelolaan kelas. Karena apabila guru tidak melaksanakan tugas 5 Daryanto dan Tuti Rachmawati, Supervisi Pembelajaran (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h. 4. 4 dengan baik maka hasil pelaksanaan manajemen atau pengelolaan kelas tidak akan memuaskan. Selain itu keberhasilan pengelolaan kelas juga berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar yang dapat berpengaruh dalam prestasi belajar siswa.6 Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru, seperti pengaturan metode, strategi dan kelengkapan dalam pengajaran sebagai bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan pembelajran yang efektif dan efesien maka guru harus menguasai pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar mengajar tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar, merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar.7 Dari hasil observasi awal yang penulis lakukan dengan kepala sekolah terdapat persepsi bahwa jarangnya supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah, hanya satu atau dua kali dalam satu tahun. Tetapi itu tidak membuat manajemen kelas di madrasah ini menjadi buruk. Pengaturan sistem manejen kelas kelas yang sudah berlangsung sekarang, nampak adanya faktor yang mendukung untuk mencapai harapan dan tujuan di atas antara lain : fasilitas pendidikan yang sudah lengkap, terdapatnya guru-guru yang berkualitas. Para 6 Daryanto dan Tuti Rachmawati, Supervisi Pembelajaran (Cet. I; Yogyakarta: Gava Media, 2015), h. 4. 7 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajara dalam Proses Pembelajaran (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 88 5 guru selalu berusaha mengelola kelas sebaik mungkin, tetapi tidak dikontribusi oleh peran supervisi akademik kepala sekolah. Maka dari uraian di atas, penulis memandang perlu untuk membahas ini dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kemampuan Guru Dalam Manajemen Kelas di MTsN 1 Bone”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka pokok masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas di MTsN 1 Bone”. Adapun sub masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah di MTsN 1 Bone? 2. Bagaimana manajemen kelas di MTsN 1 Bone? 3. Bagaimana peran supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas di MTsN 1 Bone? C. Defenisi Operasional Untuk lebih jelas dan terarahnya pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu diketahui inti dari pada judul yang akan di bahas dalam skripsi ini, terlebih dahulu penulis mengemukakan arti dari beberapa kata yang dianggap sulit dari judul pembahasan tersebut, adapun kata yang dimaksud sebagai berikut: 1. Supervisi Supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan 6 pekerjaan secara efektif. Supervisi kepala sekolah adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Pelaku dari supervisi itu sendiri disebut supervisor.8 2. Kepala Sekolah Tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin sekolah tempat di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan pesetra didik yang menerima pelajaran.9 3. Kemampuan Guru Kemampuan Guru adalah keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekayaannya itu secara ilmiah di samping mampu menekuni bidang profesinya selama hidup.10 4. Manajemen Kelas Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.11 Jadi yang dimaksud dengan manajemen kelas adalah usaha 8 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supevisi & Kepemimpinan Kepada madrasah (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 83. 9 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 159. 10 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) h. 69 11 Ade Rukmana dan Asef Suryana, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.106. 7 sadar yang dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran yang mana diharapkan dapat mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dijelaskan definisi operasional dalam penelitian ini yakni peran dari pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan dan profesionalisme guru dalam mengelola kelas di MTsN 1 Bone. D. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah di MTsN 1 Bone. b. Untuk mengetahui manajemen kelas di MTsN 1 Bone. c. Untuk mengetahui peran supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas di MTsN 1 Bone. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan ilmiah Adapun kegunaan ilmiah dari penelitian ini, yaitu: 1) Sebagai bahan rujukan dan acuan untuk penulisan selanjutnya bagi yang ingin meneliti lebih dalam dan berkaitan dengan kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas. 2) Sebagai bahan masukan dalam upaya menambah khasanah kepustakaan pada Institut Agama Islam (IAIN) Bone, khususnya 8 mengenai kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas. b. Kegunaan praktis Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagi penulis, dapat memproleh wawasan dan pengetahuan secara langsung tentang kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas. 2) Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam proses menanamkan nilai perubahan yang positif. E. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang penerapan manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu hal yang urgen. Dalam penyusunan skripsi, penulis membutuhkan literatur yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian. Adapun hasil penelusuran penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Merlia Efriani dengan judul “Peran Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MTs Futuhiyah 2 Gunung Batu Bukit Kemuning Lampung Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran supervisi kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Futuhiyah 2 telah diusahakan mencapai hasil yang optimal. Aspek-aspek peran supervis yang dilakukan kepala madrasah yaitu dengan melakukan (1) koordinator, (2) konsultan, (3) pemimpin kelompok, dan (4) evaluator. Pada pencapaian seluruh aspek supervisi tersebut dikategorikan baik. Profesionalisme guru di MTs Futuhiyah 2 di kategorikan baik. Pencapaian 9 aspek pedagogik dikategorikan baik, aspek kepribadian dikategorikna baik sekali, aspek sosial dikategorikan baik sekali, dan aspek profesional diketegorikan baik.12 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yakni terletak pada variabel yang yang digunakan yaitu supervisi kepala madrasah. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian ini berfokus peningkatan profesionalisme guru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Arjan Saidi dengan judul “Peran Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru (Studi di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Kota Bitung Kelurahan Girian Bawah)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran supervisi kepala MA Al-Khairaat Kota Bitung sejauh ini bentuk pelaksanaannya secara menyeluruh telah baik. Dampak supervisi kepala madrasah terhadap peningkatan kreativitas guru di MA Al-Khairaat Kota Bitung menunjukkan hasil positif. Dalam pencapaian kreativitas guru, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak kepala madrasah, diantaranya adalah: a) Kurangnya semangat dari pihak guru untuk melakukan berbagai kreativitas dalam tugasnya sebagai pendidik atau pemberi pelajaran, b) Faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai, c) Mengutamakan kesibukkan pribadi guru di luar lingkungan sekolah.13 12 Efriani.“Peran Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MTs Futuhiyah 2 Gunung Batu Bukit Kemuning Lampung Utara” (Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, 2017), h. 1-137. 13 Arjan Saidi. “Peran Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru (Studi di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Kota Bitung Kelurahan Girian Bawah)” (Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, 2015), h. 1-67. 10 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yakni terletak pada variabel yang yang digunakan yaitu supervisi kepala madrasah. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian ini berfokus peningkatan kreatifitas guru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ruswandi yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik Oleh Pengawas Sekolah Terhadap Kinerja Guru Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Di Provinsi Lampung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Adapun secara simultan dimensi-dimensi dari variable bebas supervisi akademik oleh pengawas sekolah berpengaruh signifikan terhadap dimensi perencanaan dan persiapan, lingkungan kelas, pengajaran, tanggungjawab dan profesionalisme dari variable terikat kinerja guru. Tetapi jika secara parsial, dimensi-dimensi dari variable supervisi akademik oleh pengawas sekolah hanya dimensi pendekatan kolaboratif yang berpengaruh terhadap dimensi pengajaran variable kinerja guru.14 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yakni terletak pada variabel yang yang digunakan yaitu supervisi. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian ini berfokus peningkatan supervisi akademik pengawas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus supervisi kepala sekolah. 14 Agus Ruswandi. “Pengaruh Supervisi Akademik Oleh Pengawas Sekolah Terhadap Kinerja Guru Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional di Provinsi Lampung” (Skripsi Universitas Lampung. 2011), h 1-90. 11 F. Kerangka Pikir Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bagian ini penulis menguraikan kerangka pikir yang dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun kerangka pikir yang dimaksud adalah sebagai berikut: Supervisi Kepala Sekolah Perencanaan Pelaksanaan Penilaian Tindak Lanjut Kemampuan Guru dalam Manajemen Kelas Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan membahas mengenai kontribusi supervisi kepala sekolah dengan dimensi perencaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam manajemen kelas di MTsN 1 Bone. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penilitian Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitatif Research). Penelitian kualitatif merupakan 12 suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.15 Jenis penulisan kualitatif ini digunakan karna peneliti akan mendeskripsikan mengenai kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam manajemen kelas. 2. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini, yaitu: a. Pendekatan Manajemen Pendidikan Islam, adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien, bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.16 b. Pendekatan Paedagogik, artinya ilmu pendidikan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau dengan kata lain pedagogik sebagai suatu ilmu yang memberikan landasan, pedoman dan arah sasaran dalam usaha mendidik atau membentuk anak menjadi manusia yang beradab yaitu manusia yang berilmu pengetahuan, keterampilan, bermasyarakat, berbudaya dan berakhlak atau berbudi 15 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 60. 16 Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan. Kencana Prenada Media Group (Cet. I; Jakarta, 2011), h. 5. 13 pekerti yang luhur, sehingga pendekatan ini penting dalam penulisan draf skripsi ini17. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTsN 1 Bone yang berlokasi di Jalan Sukawati, Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. 4. Data dan Sumber Data a. Data Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.18 Dengan demikian, tidak semua informasi atau keterangan merupakan data. Dan hanyalah sebagian saja dari informasi yakni yang berkaitan dengan penelitian. b. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Data primer adalah jenis data yang diproleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli), berupa data kualitatif sesuai dengan asal data tersebut diperoleh.19 Adapun data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada informan. Diantaranya Kepala Madrasah sebanyak 1 orang dan guru sebanyak 3 orang. 17 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. VIII; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 49. 18 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.65. 19 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi (Ed. I-III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.121. 14 2) Data sekunder adalah adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapanganya, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.20 Adapun data skunder yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, data yang berupa dokumen-dokumen dari sekolah yang berupa foto dan data-data yang berkaitan dengan penelitian. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.21 Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus benar-benar dirancang dengan baik dan dibuat dengan sedemikian rupa sehingga sehingga menghasilkan data yang valid. Data yang salah dapat menyusahkan peneliti, sehinggu simpulan peneliti bisa keliru. Adapun instrumen penelitian dalam mengumpulkan data yaitu: a. Pedoman observasi, yaitu berupa daftar hal-hal yang dapat diamati dilokasi penelitian berupa daftar check list. b. Pedoman wawancara seperlunya, agar memudahkan bagi peneliti dalam wawancara kepada informan yang dianggap dapat memberikan data-data konkret yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Pedoman wawancara berupa daftar prtanyaan penelitian yang akan diberikan kepada informan. 20 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, h.122. 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cet. XXI; Bandung: Alfabeta, 2014), h. 102. 15 c. Alat dokumentasi, yaitu alat yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dengan cara merekam dan memotret kegiatan yang brkaitan dengan penelitian, seperti kamera dan recorder. d. Dokumen yaitu data yang diperoleh dilapangan berupa data-data penting terkait dengan topik penelitian. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.22 Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen No. 1. Fokus Masalah Supervisi Dimensi Indikator Kunjungan Kelas o Kunjungan dapat dilakukan Kepala dengan memberitahu, atau tidak Sekolah memberitahu, tergantung pada sifat tujuan dan masalahnya. o Kunjungan dapat juga atas permintaan madrasah atau guru yang bersangkutan o Sudah memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kunjungan tersebut baik berupa instrumen atau catatancatatan o Sarana kunjungan dan tujuan 22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet, I; Bandung: Alfabeta, 2014), h.329. 16 harus sudah cukup jelas Observasi Kelas o Pengamat harus sudah menguasai masalah, tujuan, dan sasaran o Observasi sedapat mungkin tidak mengganggu KBM o Pengamat sudah menyiapkan instrument atau Petunjuk Observasi Tes Dadakan o Tes dadakan diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa sampai pada tes dadakan diberikan 2. Manajemen Penataan Siswa Kelas o Melatih siswa dalam berorganisasi o Menciptakan ketertiban kelas o Mengenal sifat dan tingkah laku siswa di kelas o Kegiatan-kegiatan guru di dalam kelas Penataan Ruang o Pengaturan tempat duduk Kelas o Pengaturan alat-alat pengajaran 17 o Pengaturan Ventilasi dan tata cahaya Disiplin Kelas o Membantu siswa meyesuaikan diri dengan lingkungan o Menjaga kedisiplinan siswa o Membantu siswa memahami pelajaran. 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data-data untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: a. Observasi adalah teknik pengumpulan dengan cara mengamati objek yang diteliti, yang didukung dengan pengumpulan dan pencatatan data secara sistematis.23 b. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.24 c. Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.25 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang 23 S. Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.10. 24 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. IV; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180. 25 Eko Putro Widoyoko, Tehknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 46. 18 sudah tersedia dalam catatan dokumen, seperti konsep teori yang berkaitan dengan penelitian. 7. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih hal-hal penting yang akan dipelajari, serta memberi kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26 Menurut Miles dan Hubermen dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif yang dikutif oleh Sugiyono menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga yaitu:27 a. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. b. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Dengan adanya penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 26 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 89. 27 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.92-95 19 c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan temuan yang berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebenarnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausul atau interaktif, hipotesis atau teori. 20 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Supervisi Kepala Sekolah 1. Pengertian supervisi Secara bahasa supervisi berarti mengamati, mengawasi, atau membimbing kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Supervisi berasal dari kata “super” artinya lebih atau atas, dan “vision” artinya melihat atau meninjau. Secara estimologis supervisi artinya melihat atau meninjau yang dilakukan oleh atasan terhadap pelaksanaan kegiatan bawahannya. Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik yang dapat disebut dengan supervisor.28 Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.29 Jadi supervisi merupakan upaya melakukan perbaikan kepala sekolah dalam memberikan masukan dan arahan oleh supervisor, sebagaimana dikutip Piet. A. Sahertian, supervisi adalah “suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun 28 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 41. 29 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Cet. XV; Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2005), h. 76 20 21 secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran”.30 Menurut Sergiovani dan Starrat, supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”.31 Kesimpulannya supervisi akademik, kegiatan membantu guru secara langsung dalam mengelola prosses pembelajaran untuk mencapai tujuan akademik. Demikian guru sangat membutuhkan pengawasan dari seorang supervisor yang akan mengevaluasi dan dapat meningkatkan kualitas pengajaran guru. 2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Kepala Sekolah Menurut Glickman dan Sergiovani supervisi akademik memiliki tujuan sebagai berikut: a. Membantu guru mengembangkan kompetensinya, b. Mengembangkan kurikulum, c. Mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan supervisi akademik yang terpusat pada guru merupakan sasaran pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi akademik. Menurut Arikunto, “kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada 30 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 17. 31 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 111. 22 umumnya dan khususnya guru, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat”.32 Sebagai dampak dalam meningkatnya kualitas pengajaran dan pembelajaran, diharapkan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan meningkatnya kualitas belajar siswa berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru maka kepala sekolah perlu melaksanakan pembinaan yang menerapkan prinsip sebagai supervisor. 3. Teknik Supervisi Akademik Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi. Alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu: a. Kunjungan kelas Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kunjungan kelas adalah : 1) Kunjungan dapat dilakukan dengan memberitahu, atau tidak memberitahu, tergantung pada sifat tujuan dan masalahnya. 2) Kunjungan dapat juga atas permintaan madrasah atau guru yang bersangkutan 32 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 5. 23 3) Sudah memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kunjungan tersebut baik berupa instrumen atau catatancatatan 4) Sarana kunjungan dan tujuan harus sudah cukup jelas b. Observasi kelas Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengamat: 1) Pengamat harus sudah menguasai masalah, tujuan, dan sasaran 2) Observasi sedapat mungkin tidak mengganggu KBM 3) Pengamat sudah menyiapkan instrument atau Petunjuk Observasi c. Tes Dadakan Tes dadakan diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa sampai pada tes dadakan diberikan.33 4. Proses Supervisi Akademik Kepala Sekolah Proses supervisi akademik ini dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjut. Proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan supervisi akademik Adapun kegiatan persiapan yang perlu dilakukan adalah: 1) Mengidentifikasi dan menentukan sekolah-sekolah yang akan disupervisi beserta berbagai permasalahan yang harus diselesaikan pada sekolah tersebut. 33 Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran (Cet. III; Jakarta: Rian Putra, 2004), h. 5. 24 2) Menyusun program supervisi yang mencerminkan tentang adanya jenis kegiatan, tujuan dan sasaran, waktu, biaya dan instrumen supervisi 3) Menyusun organisasi supervisi yang mencerminkan adanya mekanisme pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan tindak lanjut, dsb. 4) Menyiapkan berbagai instrument supervisi yang diperlukan.34 Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan supervisi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program supervisi akademik. Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencana pelaksanaan dan perencana pemantauan dalam rangka membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai pembelajaran. b. Pelaksanaan supervisi akademik Hal-hal pokok yang perlu mendapat perhatian supervisor dalam melaksanakan kegiatan supervisi adalah: 1) Supervisi hendaknya dilakukan pada awal dan akhir catur wulan 2) Supervisor bukan mencari-cari kesalahan orang yang disupervisi atau mengguruinya, akan tetapi dalam rangka penilaian dan pembinaan 3) Segi-segi yang disupervisi mencakup dua hal pokok, yaitu teknis edukatif dan administratif 34 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Depag RI: Jakarta, 2003), h. 56-57. 25 4) Trampil menggunakan dan mengembangkan instrument supervisi pendidikan. 5) Karena supervisi bersifat pembinaan, maka setiap supervisor hendaknya memiliki kemampuan professional sebagai Pembina 6) Menguasai substansi materi yang akan disupervisi, khususnya kurikulum, PBM dan evaluasi 7) Supervisi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan 8) Agar pelaksanaan supervisi berhasil dengan baik, maka prinsip kemitraan kerja dengan unsur-unsur yang disupervisikan menjadi sangat penting untuk diperhatikan.35 Ada tiga hal penting yang direncanakan dalam pengawasan proses pembelajaran. Ketiga hal itu adalah pemantauan, supervisi, dan evaluasi. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan hal-hal yang direncanakan dan dilakukan dalam ketiga kegiatan itu. Perencanaan pemantauan direalisasikan dalam bentuk tindakan pemantauan. Tindakan pemantauan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Cara, tekhnik, prosedur, dan instrument yang digunakan mengacu kepada program atau rencana yang dibuat. Dengan acuan itu setiap aktifitas pemantauan akan dapat dikendalikan dan diukur. Produknya atau hasilnya adalah data atau informasi dalam bentuk dokumen, rekaman, atau catatan. Jadi, pada dasarnya memantau adalah melaksanakan program pemantauan untuk 35 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, h. 57-58. 26 mengumpulkan informasi atau data yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi ril proses pembelajaran pada satuan pendidikan. c. Pelaporan/ Penilaian Penilaian yang dimaksud dalam konteks ini adalah penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil supervisi, yang meliputi: 1) Keterbacaan dan keterlaksanaan program supervisi 2) Keterbacaan dan kemantapan instrument 3) Permasalahan dalam supervisi edukatif dan administratif 4) Hasil supervisi 5) Volume dan frekuensi kegiatan supervisi36 Ada tiga substansi isi laporan pengawasan proses pembelajaran. Ketiga substansi itu adalah hasil pemantauan, hasil supervisi, dan hasil evaluasi. Di dalam hasil pemantauan terdapat hasil kerja penilaian terhadap proses pembelajaran. Jika pemantauan diberi makna mengumpulkan informasi atau data, maka penilaian dimaknai sebagai proses pengolahan dan penafsiran data yang dapat dijadikan landasan untuk perlakuan selanjutnya. Isi laporan tentang pemantauan merupakan deskripsi dari data dan informasi, prosedur dan hasil pengolahan data, prosedur penafsiran data, hasil penafsiran data sebagai data yang bermakna, dan rekomendasi untuk pelaksanaan supervisi. 36 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, h. 58-59. 27 d. Tindak Lanjut Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan proses pembelajaran. Tindak lajut merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya. Sedangkan tindak lanjut dari kegiatan supervisi antara lain adalah: 1) Penyusunan rencana dan program supervisi 2) Langkah-langkah pembinaan 3) Perumusan kebijaksanaan pada tingkat pejabat struktural baik di tingkat pusat maupun daerah 4) Mengamankan data dan informasi sebagai dokumen resmi bagi semua instansi terkait. Seperti diuraikan sebelumnya, ada tiga alternative tindak lanjut yang diberikan terhadap pendidik. Ketiga tindak lanjut itu adalah: (1) penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar; (2) teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.37 B. Tinjauan Tentang Manajemen Kelas 1. Pengertian Manajemen Kelas Manajemen merupakan kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara 37 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, h. 59. 28 perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.38 Sebelum membahas tentang manajemen kelas, terlebih dahulu kita mengetahui pengertian daripada kelas. Arikunto menjelaskan pengertian kelas sebagai sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dan yang dimaksud dengan kelas, bukan hanya kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari segala yang disajikan oleh pengajar, tetapi lebih dari itu kelas merupakan suatu unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan beragam keunikan yang dimiliki.39 Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik, dan pandangan dari segi siswa. Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yaitu: a. Kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. b. Kelas dalam arti luas: suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit 38 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Yogyakarta:Teras, 2009), h. 90. 39 Arikunto dalam Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Surabaya: eLKAF, 2006), h. 65. 29 kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.40 Setelah membahas tentang manajemen dan kelas, maka definisi dari manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses pembelajaran secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi kondisi proses pembelajaran dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikurer dapat tercapai.41 2. Tujuan manajemen kelas Sebagai pengelolaan kelas guru atau wali kelas dituntuk mengelolan kelas sebagai lingkungan belajar siswa. Juga sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena tugas guru yang utama adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, guru dan wali kelas dituntut memiliki kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.42 Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi kelompok belajar yang proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik 40 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Cet. I; Jakarta:Gunung Agung, 1982), h. 116. 41 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Yokyakarta:Teras 2009), h. 92. 42 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, h. 94. 30 yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan dengan guru, sehingga siswa mampu melakukan self activity dan self control secara bertahap, tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa. Secara umum yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan sudirman adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa. Secara khusus yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Usman adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 3. Kegiatan guru di dalam megelola kelas a. Penataan siswa di dalam kelas 1) Mengorganisasikan siswa Pengorganisasian siswa dikelola dengan baik, organisasi siswa ini mempunyai dua fungsi yaitu: a) Melatih siswa dalam berorganisasi b) Menciptakan ketertiban kelas 31 Organisasi kelas biasanya memiliki bentuk yang sangat sederhana terdiri dari ketua kelas, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi sesuai kebutuhan. 2) Mengenal sifat dan tingkah laku siswa di kelas Setiap guru harus mengenal sifat dan tingkah laku siswa agar dapat memudahkan dalam proses pembelajaran, dan dapat menangani masalah yang terjadi di dalam kelas. 3) Kegiatan-kegiatan guru di dalam kelas a) Mengecek kehadiran siswa b) Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa c) Pendistribusian bahan dan alat d) Mencatat data e) Pemeliharaan arsip f) Menyampaikan materi pelajaran g) Memberikan tugas/PR43 b. Penataan Ruang Kelas Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Seperti ukuran ruang kelas, jumlah siswa dan tingkat kedewasaan siswa. 1) Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat 43 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas (Cet. I; Jakarta: Bahan Belajar Mandiri, 2006), h. 28. 32 mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. 2) Pengaturan alat-alat pengajaran Barang-barang disimpan pada tempat yang khusus yang mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang nilai praktisnya tinggi dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagaimana hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa.44 3) Pengaturan Ventilasi dan tata cahaya Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan kelas salah satunya adalah kondisi fisik seperti ventilasi dan pengaturan cahaya menurut Syaiful Sagala, mengenai pengaturan cahaya dan ventilasi, berdasarkan pengamatan para peneliti bahwa kelas yang baik haruslah dilengkapi jendela dan ventilasi yang memadai sesuai standar kesehatan sehingga memungkinkan udara, cahaya masuk dengan baik. Kondisi kelas demikian ini bisa menjamin kesehatan para siswa, yang lebih utama lagi siswa merasa nyaman dalam belajar. Ruangan cukup terang dan tidak membuat siswa silau.45 44 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 168 45 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), h. 86 33 c. Disiplin Kelas Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya.46 Teori tentang efektivitas pengelolaan kelas, maka yang dimaksud efektivitas pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan mendayagunakan seluruh potensi kelas agar menciptakan kondisi yang optimal dalam proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Evektivitas pengelolaan kelas tersebut dapat diukur dengan indicator pengelolaan fisik yang terdiri dari, penataan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya, pengaturan penyimpangan barangbarang. Sedangkan pengelolaan siswa terdiri dari peningkatan kesadaran dari guru, mengenal alternative pengelolaan, menciptakan kontrak social, mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang timbul. 46 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 120. 34 DAFTAR RUJUKAN Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Cet. VIII; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Ade Rukmana dan Asef Suryana, Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2011. Agus Ruswandi. “Pengaruh Supervisi Akademik Oleh Pengawas Sekolah Terhadap Kinerja Guru Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional di Provinsi Lampung” Skripsi Universitas Lampung. 2011. Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, (Cet. III; Jakarta: Rian Putra, 2004), h. 5. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995. Arikunto dalam Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Cet. I; Surabaya: eLKAF, 2006. Arjan Saidi. “Peran Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru (Studi di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Kota Bitung Kelurahan Girian Bawah)” Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, 2015. Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Bandung: Alfabeta, 2010. Daryanto dan Tuti Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, Cet. I; Yogyakarta: Gava Media, 2015. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. IV; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan: Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Depag RI: Jakarta, 2003. Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung CV Diponegoro, 2012. Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supevisi & Kepemimpinan Kepada madrasah, Bandung: Alfabeta, 2014. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. 35 Efriani.“Peran Supervisi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MTs Futuhiyah 2 Gunung Batu Bukit Kemuning Lampung Utara” Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, 2017. Eko Putro Widoyoko, Tehknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012. Jamal Ma’mur Aswani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet. I; Banguntapan Jogjakarta: DIVA Press, 2012. Muhaimin dkk. Manajemen Pendidikan. Kencana Prenada Media Group, Cet. I; Jakarta, 2011. Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, Ed. I-III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 41. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet. XV; Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2005. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tekhnik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. S. Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. XXI; Bandung: Alfabeta, 2014. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Cet. I; Yogyakarta:Teras, 2009. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2008. Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajara dalam Proses Pembelajaran, Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2012. Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Cet. I; Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2005. 36 OUTLINE SAMPUL PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN ABSTRAK TRANSLITERASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Definisi Operasional D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Kerangka Pikir G. Metode Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Supervisi Kepala Sekolah B. Tinjauan tentang Manajemen Kelas BAB III HASIL PENELITIAN BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Implikasi DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN