EFEKTIFITAS TERAPI MOBILISASI DINI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST APENDIKTOMI ; LITERATUR REVIEW KARYA TULIS ILMIAH Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd Kep) Pada Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilang Belas November Kolaka 2020 OLEH : SATRIANA 17.1461 PROGRAM STUDI KEPERARAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA 2020 2 EFEKTIFITAS TERAPI MOBILISASI DINI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST APENDIKTOMI ; LITERATUR REVIEW KARYA TULIS ILMIAH Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd Kep) Pada Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilang Belas November Kolaka 2020 SATRIANA 17.1461 PROGRAM STUDI KEPERARAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA 2020 i LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Satriana NIM : 17.1462 Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan Fakultas : Sains dan Teknologi Perguruan Tinggi : Universitas Sembilan Belas November Kolaka Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang saya buat dengan judul “Efektifitas Terapi Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi”adalah hasil karya sendiri, tidak dibuatkan, bukan hasil jiplakan/kopian atau plagiat. Jika dikemudian hari Karya Tulis Ilmiah (KTI) tersebut ternyata bukan hasil karya sendiri, maka saya bersedia Karya Tuis Ilmiah (KTI) dan gelar kesarjanaan saya dicabut demi hukum. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggung jawab. Kolaka, Agustus,2020 Mahasiswa Materai 6000 Satriana 17.1461 ii HALAMAN PERSETUJUAN Pada hari……, tanggal………., diterima Oleh Panitia Surat Keputusan Ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tugas Akhir Program Diploma Tiga (D III) tahun akademik……./……, Sembilanbelas November Nomor……./UN56.C03/PT/2020 tentang Pengankatan Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tujuan Akhir Diploma Tiga (D III) tahun akademik……/…..dengan jadwal ujian pada hari……....tanggal……..dalam ujian Karya Tulis Ilmiah Tugas Pada Program Studi Kepeawatan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka. Kolaka,……2020 Mengetahui Pembimbing I Pembimbing II Ns.Heriyviatno J Siagian,S,Kep,.MN H. Muhdar, S.ST., M.Kes Dewan Penguji : 1. Penguji 1 (…………………………) Ns. Nuridah, S.Kep., M.Kep 2. Penguji 2 (…………………………) Mariany, S.ST., M.Keb 3. Penguji 3 Ns. Abd Gani Baeda, S.Kep., M.Kep iii (…………………………) HALAMAN PENGESAHAN : “Efektifitas Terapi Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Judul Pada Pasien Post Apendiktomi” Nama : Satriana NIM : 17.1461 Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan Kolaka, Agustus,2020 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II Ns.Heriyviatno J Siagian,S,Kep,.MN H. Muhdar, S.ST., M.Kes NIP. NIP. Mengetahui, Ketua Program Studi Keperawatan Ns. Rosani Naim,S,Kep., M.Kep NIP.19800308 200212 2 005 iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) Literatur Review ini, yang “Efektivitas Terapi Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Pada berjudul Pasien Post Apendiktomi : Literatur Review”. Dalam penulisan karya tuliss ilmiah ini, mulai dari tahap perencanaan dan penyusunan hingga dapat terselesaikan, penulis banyak mendapat hambatan, namun berkat adanya bimbingan dan arahan-arahan serta dorongan moril dari berbagai pihak, Alhamdulillah karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dan siap untuk dipertahankan dihadapan dewan penguji sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjana strata Diploma Tiga (D III) Pada Program Studi Keperawatan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka. Oleh karena itu, penulis tak lupa ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dan terselesainya karya tulis ilmiah ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr.Azhari, S.STP., M.Si selaku Rektor Universitas Sembilanbelas November Kolaka v 2. Bapak Fachryano, ST., MT Selaku Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka 3. Ibu Ns. Rosani Naim, S.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan 4. Bapak Ns. Heriviyatno, S.Kep., MN selaku pembimbing 1 Pada Program studi Keperawatan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka 5. Bapak H. Muhdar, S.ST., M.Kes selaku pembimbing 2 Pada Program studi Keperawatan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka 6. Ibu Ns. Nuridah, S.Kep., M.Kep selaku penguji 1 pada Program Studi Keperawan Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas sembilanbelas November Kolaka 7. Ibu Mariany, S.ST., M.Keb selaku penguji 2 pada Program Studi Keperawan Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas sembilanbelas November Kolaka 8. Bapak Ns. Abd Gani Baeda, S.Kep., M.Kep selaku penguji 3 pada Program Studi Keperawan Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas sembilanbelas November Kolaka 9. Seluruh Staff administrasi di Universitas Sembilanbelas November Kolaka 10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Universitas sembilanbelas November kolaka khususnya program studi keperawatan yang selalu memberikan motivasi dan member dukungan bagi saya hingga Karya Tulis Ilmiah Ini. Semoga Allah SWT selalu mnyertai dan merahmati kita semua dan semoga bantuan dari semua pihak mendapat pahala yang setimpal dari Allah, SWT. Amin vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………..i LEMBAR PERNYATAAN…………………………………….…………………...ii HALAMAN PENGESAHAN ...…………………………………..…….………….iii HALAMAN PERSETUJUAN.…………………………………………….……………iv KATA PENGANTAR………………………………………………………………v DAFTAR ISI…………………………………………………..…………………...vii DAFTAR GAMBAR……………………………...…………………………..…....ix DAFTAR TABEL……………………………………………………………….…..x DAFTAR KAMPIRAN………………………………………………….………….xi BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1 A. Latar Belakang…………………………………………………….…………1 B. Rumusan Masalah…………………………..……………………..…………4 C. Tujuan Literatur Review……………………………………………...……...4 D. Manfaat Literatur Review……………………………………………...…….5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….…..6 A. Konsep Dasar Apendiktomi………………………………………………....6 B. Konsep Dasar Nyeri……………………………………………………….…8 C. Konsep Dasar Mobilisasi Dini……………………………………………...19 BAB III METODE LITERATUR REVIEW…………………….…...……………23 A. Metode literature review………………………………………………..…..23 B. Strategi Pencarian……………………………………………………….….23 BAB IV HASIL ANALISIS………………………………………………………27 A. Hasil Pencarian………………………………………………………….....27 B. Karakteristik Penelitian…………………………………………………….27 C. Ringkasan Hasil Penelitian………………………………………………...30 D. Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian………………………………..32 vii BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………………..32 A. Pembahasan………………………………………………………..………..32 B. Implikasi Klinik……………………………………………………………..34 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….44 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Patofisiologi Nyeri…………………………….……………………...10 Gambar 2.2 Pathway Nyeri…………………………………..…………………….13 Gambar 2.3 Visual Analog Scale…………………………….…………………….16 Gambar 2.4 Verbal Rating Scale……………………………..…………………….17 Gambar 2.5 Numeric Rating Scale……………………………..…………………..17 Gambar 2.6 Wong Baker Pain Scale……………………………..………………...18 Gambar 2.7 Skala Bourbanis……...………………………………..………………19 Gambar 3.1 Diagram Alur Literatur Review………………………….……………26 ix DAFTAR TABEL Table 2.1 Klasifikasi Nyeri…………………………………………………………12 Table 3.1 Kriteria Inklusi……………………………………..…………………….24 Table 4.1 Ringkasan Penelitian………………………………….…………………30 Table 4.2 Perbedaan dan Persamaan Penelitian………………………...………….32 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengankat apendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Dan masalah utama yang paling umum yang disebabkan oleh post operasi apendiktomi yaitu berupa rasa nyeri akut pada luka operasi dan nyeri post apendiktomi timbul dikarenakan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator kimia nyeri, sehingga nyeri muncul pada pasien post operasi apendiktomi (Pramesti, 2018). Pembedahan Appendektomy merupakan suatu tindakan invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada pembedahan appendiktomy terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah (Potter & Perry, 2014) WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa pravelensi angka pembedahan di dunia terus mengalami peningkatan. Menurut WHO angka kejadian pembedahan dari tahun 2015 sampai 2016 mencapai angka 1,35 juta jiwa dan angka tindakan pembedahan juga terjadi di Indonesia menurut WHO, tindakan pembedahan di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Serta data dari Kementrian Kesehatan Republic 1 Indonesia menyatakan bahwa sebanyak 11% penyakit dapat ditangani dengan tindakan pembedahan, dalam ( Sasmita & Suratun 2019). Hasil laporan Departemen Kesehatan (Depkes) mengenai kejadian laparatomi atas indikasi apendiksitis meningkat dari 162 dari tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Berdasarkan data tabulasi nasional Departemen Kesehatan Republic Indonesia tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakiit di rumah sakit se-indonesia dengan presentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah laparatomi (Rachmadi, Maryatun & Fatmawati, 2017). Tindakan Pembedahan dapat menimbulkan reaksi fisiologis maupun psikologis. Anastesi digunakan untuk meniadakan nyeri dan menurunkan aktifitas organ tubuh lainnya. Salah satu efek dari anastesi yang diberikan utamanya akan di keluhkan oleh pasien setelelah reaksi anastesi mulai menurun yaitu nyeri (Alex Sander, Dkk 2015). Nyeri bersifat subjektif, karena merupakan persepsi individu dibawah sejak lahir. Respon nyeri muncul dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan.. (Mochamad, 2017). Nyeri merupakan reaksi sensori yang muncul akibat stimulus nyeri yang berupa biologis, zatkimia, panas, listrik serta mekanik (Prasetyo, 2010) dalam (Luthfiana & Istianah, 2018). Nyeri dapat ditindaki dengan melakukan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis 2 dimana terapi non farmakologis menjadi pilihan utama untuk mempercepat penurunan nyeri post operasi laparatomi (Nazmi, 2018). Salah satu terapi non farmakologis yang bisa dilakukan pada Pasien yang telah melakukan post apendiktomi memerlukan terapi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan salah satunya melakukan mobilisasi dini sesuai dengan standar operasional prosedur. Mobilisasi dini dapat menunjang proses penyembuhan luka pasien karena dengan menggerakkan anggota badan akan mencegah kekauan otot dan sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri dan dapat memperlancar peredaran darah ke bagian yang mengalami perlukaan agar proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat (Wahdiana,2018). Berdasarkan hasil penelitian (Firman, 2020) hubungan tingkat nyeri dengan pelaksanaan mobilisasi dini post op digestif Apendiktomi di rumah sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Nilai Chi-squer adalah 0,023 < 0,05 sehingga tingkat Nyeri bepengaruh nyata terhadap mobilisasi dini. Mobilisasi dini mempunyai peranan penting, khususnya dalam mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi. Selain itu fungsi lain dari mobilisasi dini adalah untuk mengurangi aktivitas mediator kimiawi dan mengurangi transmisi syaraf nyeri menuju ke pusat sehingga intensitas nyeri yang dirasakan setelah melakukan mobilisasi dini akan berkurang (Anggraeni, 2018). Pasien yang mengalami nyeri pasca pembedahan cenderung tidak melakukan mobilisasi dini pasca bedah diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moddeman (2001) bahwa intensitas nyeri pasca bedah abdomen 3 akan berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan mobilisasi pasca operasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pasien akan cenderung sulit melakukan mobilisasi dini karena cenderung berfokus pada rasa nyeri yang dirasakannya dan kurang peduli dengan tindakan mobilisasi paska bedah yang seharusnya dilakukan, dalam penelitian (Firman, 2020) Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan literature review terkait Mobilisasi dini terhadap nyeri pada luka post op appendictomi yang nantinya berguna sebagai evidence based dalam pelaksanaan praktik keperawatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan dalam Literature Review ini yaitu : “Bagaimana Efektivitas Terapi Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi”. C. Tujuan Literatur Review Literature review ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui efektifitas mobilisasi dini terhadap nyeri pada pasien post apendiktomi. 4 D. Manfaat Literatur Review 1. Manfaat Teoritis Literature ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya dalam penatalaksanaan terapi mobilisasi dini terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post apendiktomi serta pembuktian secara ilmiah terkait dengan efektivitas terapi mobilisasi dini terhadap nyeri pada pasien post apendiktomi. 2. Manfaat bagi masyarakat Memberikan gambaran bagi masyarakat mengenai pentingnya melakukan mobilisasi setelah dilakukan prosedur operasi apendiktomi dan dapat menjadikan mobilisasi dini pada klien post apendiktomi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesembuhan dan kesehatan klien post apendiktomi. 3. Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya tentang penatalaksanaan terapi mobilisasi dini terhadap nyeri pada pasien post apendiktomi. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Apendiktomi 1. Defenisi apendiktomi Apendiktomi adalah prosedur bedah untuk mengankat usus buntu, organ yang tidak berfungsi yang melekat pada usus besar. laparoskopi mengacu pada metode operasi, yang melibatkan membuat sayatan kecil di perut utuk meminimalkan jaringan parut, nyeri, dan meningkatkan pemilihan. (Division Of General Surgery , 2020). Apendiktomi adalah Operasi pengankatan apendiks ketika infeksi telah meradang atau membengkak. Infeksi ini disebut radang usus buntu, dianggap sebagai keadaan darurat karena dapat mengancam jiwa jika tidak diobati. Kadang-kadan, usus buntu yang meradang meledak setelah hari gejala. Jadi sangat penting menghilangkan sesegera mungkin (Johnston, 2019). Apendiktomi adalah operasi pengankatan usus buntu, ini adalah operasi darurat umum yang dilakukan untuk mengobati radang usus buntu, suatu kondisi peradangan pada usus buntu (Steven, 2018). 6 2. Manifestasi Klinis Keluhan apendiktomi dimulai dari nyeri di periumbilikus dan munta akibat rangsangan peritoneum visceral. Dalam waktu 2-12 jam seiring dengan iritasi peritoneal, nyeri perut akan berpindah kekuadran kanan bawah yang menetap dan diperberat dengan batuk dan berjalan. Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah anoreksia, malaise, demam tidak terlalu tinggi, konstipasi, diare dan mual munta (Afrizal, 2018). 3. Patofisiologi apendiktomi Apendiktomi biasanya disebabkan adanya penyumbatan lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/atau apendikolit, hyperplasia limfoid, benda asing, parasit, mioplasma atau striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya. Obstruksi lumen yang terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mucus sehingga menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding lumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat limfe sehingga sehingga menimbulkan edema, diapedesis bakteri dan pulserasi mukosa. Pada saat tersebut, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri periumbilikal. Sekresi mukuss yang terus berlanjut dan tekanan yang terus meningkat menyebabkan obstruksi 7 vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan bakteri yang menimbulkan radang. Peradangan yang timbul meluas dan menganai peritoneum sehingga timbul nyeri daerah kanan bawah (Afrizal, 2018). B. Konsep Dasar Nyeri 1. Defenisi nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Mochamad, 2017). Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Nyeri adalah rasa indrawi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti adanya kerusakan jaringan (Bambang , Meliala & Sudadi, 2017) 8 2. Patofisiologi Nyeri Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K+ dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin 9 juga bertanggung jawab untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri (Mochamad, 2017). Gambar 2.1, (patofisiologi Nyeri) (Mochamad, 2017). 3. Fisiologi nyeri Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin, yang tersebar pad akulit dan mukosa, khususnya pada vicera, persendian, dinding arteri, hati dan kadung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin, histamin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis (Kasiati & Rosmalawati, 2016). 10 4. Klasifikasi nyeri Klasifikasi Nyeri menurut (Kasiati & Rosmalawati, 2016) Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. 11 Klasifikasi Nyeri : Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status eksistensi Sumber Sebab eksternal/penyakit dari dalam Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan terselubung Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai bertahun tahun Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi Gejala-gejala klinis Pola respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas Pola respons yang bervariasi dengan sedikit gejala (adaptasi) Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat bervariasi Perjalanan Biasanya berkurang setelah beberapa saat Penderitaan meningkat setelah beberapa saat Tabel 2.1 (Klasifikasi Nyeri) (Kasiati & Rosmalawati, 2016) 12 5. Pathway Nyeri Operasi Luka insisi Kerusakan jaringan Ujung saraf terputus Pelepasan prostaglandin Stimulasi dihantarkan Spinal cord Cortex cerebri Nyeri dipersepsikan Nyeri Gambar 2.2, Pathway Nyeri (Nurarif & Kusuma, 2015) 13 6. Faktor – factor yang mempengaruhi nyeri Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain menurut (Kasiati & Rosmalawati, 2016) : a. Arti nyeri Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, dan pengalaman. b. Persepsi nyeri Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor. c. Toleransi nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alkohol, obat-obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri antara lain: kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain. 14 d. Reaksi terhadap nyeri Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk responnyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-lain. 7. Pengukuran derajat nyeri Pengukuran derajat nyeri berdasarkan (Riyandi & Aryasa, 2017) a. Visual Analog Scale (VAS) Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter .Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak 15 bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi. Gambar 2.3 VAS (Riyandi & Aryasa, 2017) b. Verbal rating scale (VRS) Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri. 16 Gambar 2.4 VRS (Riyandi & Aryasa, 2017) c. Numeric Rating Scale (NRS) Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek analgesik. Gambar 2.5 NRS (Riyandi & Aryasa, 2017) 17 d. Wong-Baker Pain Rating Scale Adalah metode penghitungan skala nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa nyeri. Gambar 2.6 Wong-Baker Pain Rating Scale (Riyandi & Aryasa, 2017) e. Skala Bourbanis Kategori dalam skala nyeri Bourbanis sama dengan kategori VDS, yang memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10. Menurut AHCPR (1992) dalam (Riyandi & Aryasa, 2017) kriteria nyeri pada skala ini yaitu: 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik. 18 4-6 : Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Gambar 2.7 Skala Bourbanis (Riyandi & Aryasa, 2017) C. Konsep Dasar Mobilisasi Dini 1. Defenisi mobilisasi dini Mobilisasi dini yaitu suatu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke 19 luar kamar (Syarifuddin, 2015). Mobilisasi dini mempunyai peranan penting, khususnya dalam mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi. Selain itu fungsi lain dari mobilisasi dini adalah untuk mengurangi aktivitas mediator kimiawi dan mengurangi transmisi saraf nyeri menuju ke pusat. Dengan peran sebagaimana yang telah disebutkan di atas, mobilisasi dini akan sangat berguna untuk mereka yang sedang pada taraf penyembuhan pasca bedah (Reni Anggraeni, 2018). Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Horhoruw, 2015) 2. Tujuan Mobilisasi Dini menurut Tujuan Mobilisasi Dini menurut (Syarifuddin, 2015) a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia b. Mencegah terjadinya trauma c. Mempertahankan tingkat kesehatan d. Mempertahankan interaksisosial dan peran sehari-hari e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh 20 3. Macam – macam Mobilisasi a. Mobilisasi penuh Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh.Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari. b. Mobilisasi sebagian Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi: 1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang 2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel (Potter & Perry, 2006). 4. Latihan Mobilisasi pada Pasien Pasca Pembedahan Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan 21 pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ). Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut Muchtar (2006), meliputi : a. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring kiri sudah dapat dimulai. b. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, latihan pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan. c. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri 5. Sop Pelaksanaan Terapi Mobilisasi Dini a. Pengertian Mobilisasi dini yaitu kegiatan yang dilakukan secara lebih dini pada pasien post apendiktomi dalam 6-12 jam yang meliputi kegiatan menggerakkan ekstremitas atas dan bawah serta latihan miring ke kiri dan miring ke kanan. b. Tujuan 1. Mengurangi rasa nyeri 2. Memperlancar peredaran darah 3. Mendorong klien post apendiktomi untuk melakukan mobilisasi lebih dini 22 c. Indikasi 1. Klien post apendiktomi 6-12 jam pertama 2. Klien dengan gangguan pemenuhan ADL 3. Klien yang memiliki tanda-tanda vital normal 4. Klien yang dapat diajak untuk berkomunikasi d. Kontra Indikasi 1. Klien yang mengalami penurunan kesadaran 2. Tanda-tanda vital jauh di bawah normal e. Persiapan Alat 1. Tensimeter 2. Termometer 3. Jam tangan 4. Bantal 5. Alat tulis f. Persiapan Pelaksana 1. Memberi salam, memperkenalkan diri pada klien dan keluarga 2. Menjelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi dini pada klien dan keluarga 3. Memberi kesempatan klien dan kelurga untuk bertanya 4. Menciptakan lingkungan yang nyaman g. Persiapan Klien 1. Pastikan klien pulih dari kesadarannya dan mampu diajak berkomunikasi 23 2. Pastikan klien siap dan bersedia melakukan mobilisasi dini 3. Pastikan keluarga klien menyetujui pelaksanaan mobilisasi dini pada 4. klien 5. Ukur tanda-tanda vital 6. Jaga privasi klien dengan menutup tirai atau pintu kamar klien 7. Atur posisi klien senyaman mungkin h. Langkah Kerja 1. Cuci tangan, pakai sarung tangan bila perlu 2. Beritahu klien dan keluarga bahwa kegiatan mobilisasi dini akan segera 3. dimulai 4. Pastikan posisi klien dalam keadaan nyaman 5. Langkah pertama menggerakkan ekstremitas a) Siku 1) Fleksi 1500 menggerakkan daerah siku mendekati lengan atas. 2) Ekstensi 1500 luruskan kembali. b) Lengan bawah 1) Supinasi 700-900 menggerakkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas. 2) Pronasi 700-900 menggerakkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke bawah. 24 c) Pergelangan tangan 1) Fleksi 800-900 menggerakkan pergelangan tangan ke arah bawah. 2) Ekstensi 800-900 menggerakkan pergelangan tangan kembali lurus. 3) Hiperektensi 800-900 menggerakkan pergelangan tangan kearah atas. d) Jari-jari tangan 1) Fleksi 900 tangan menggenggam. 2) Ekstensi 900 membuka genggaman. 3) Hiperekstensi 300-600 menggerakkan jari-jari ke arah atas. 4) Abduksi 300 meregangkan jari-jari tangan. 5) Adduksi 300 merapatkan kembali jari-jari tangan. 6) Oposisi, mendekatkan ibu jari ke telapak tangan. e) Mata kaki 1) Dorso fleksi 200-300 menggerakkan telapak kaki ke arah atas. 2) Plantar fleksi 200-300 menggerakkan telapak kaki ke arah bawah. f) Kaki 1) Inversi/supinasi 100 memutar/mengarahkan telapak kaki ke arah samping dalam. 25 2) Eversi/pronasi 100 memutar/mengarahkan telapak kaki ke arah samping luar. g) Jari-jari kaki 1) Fleksi 300-600 menekuk jari-jari kaki ke arah bawah. 2) Ekstensi 300-600 meluruskan kembali jari-jari kaki. 3) Abduksi 150 meregangkan jari-jari kaki. 4) Adduksi 150 merapatkan kembali jari-jari kaki. 6. Langkah kedua miring ke kiri dan ke kanan a. Posisikan klien di salah satu tempat tidur . b. Fleksikan lutut klien yang tidak mengenai kasur dan diletakkan di c. Atas bantal atau guling tambahan. d. Tempatkan satu tangan pada pinggul klien dan yang lain pada bahu. e. Miringkan klien ke sisi kanan/kiri klien. f. Posisikan klien dengan nyaman. 7. Langkah ketiga duduk di atas tempat tidur a. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya dengan telapak tangan menghadap ke bawah. b. Berdirilah di samping tempat tidur, kemudian letakkan tangan petugas pada bahu pasien. c. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal. 26 8. Langkah keempat melatih berjalan a. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak tangan petugas/pelaksana. b. Berdirilah di samping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien. c. Bantu pasien turun dari tempat tidur bantu pasien untuk berjalan i. Evaluasi/Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan 2. Evaluasi respon klien sebelum dan sesudah tindakan 3. Ukur tanda-tanda vital 4. Beri reinforcement positif pada klien dan keluarga j. Dokumentasi 1. Catat tindakan yang sudah dilakukan 2. Catat respon pasien 27 BAB III METODE LITERATUR REVIEW A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. B. Kriteria Inklusi dan Eklusi 1. Tipe Studi Tipe Studi Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah quasy eksperiment dan pre eksperiment. 2. Tipe intervensi Intervensi utama yang ditelaah pada penulusuran ilmiah ini adalah efektfitas terapi mobilisasi dini terhadap nyeri pada pasien post apendiktomi 3. Hasil Ukur Outcome yang di ukur dalam penulusuran ilmiah ini adalah efektfitas terapi mobilisasi dini terhadap nyeri pada pasien post apendiktomi 28 4. Strategi pencarian literatur Strategi pencarian bertujuan untuk mencari artikel yang sudah diterbitkan. Dari data literature review ini didapatkan melalui proses pencarian daring. Pencarian dilakukan melalui google scholar . Kata kunci yang digunakan adalah “mobilisasi dini, nyeri, post apendiktomi” . Artikel yang digunakan dalam pembahasan ini adalah artikel yang menggunakan bahasa Indonesia , terpublikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Criteria inklusi untuk pencarian yaitu studi yang dilakukan pada pasien laki-laki dan perempuan, usia dewasa, mengalami nyeri setelah dilakukan post apendiktomi atau prosedur pembedahan, intervensi adalah mobilisasi dini , jenis penelitiannya adalah quasy eksperiment dan pre eksperiment criteria ekslusi untuk pencarian ini yaitu pasien post apendiktomi Kritera inklusi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 . Kriteria Inklusi Kriteria Jangka waktu Bahasa Subyek Jenis jurnal Tema isi jurnal Inklusi Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun (2015-2020) Jurnal berbahasa Indonesia Manusia dewasa Original artikel penelitian (bukan review penelitian) Tersedia full text Tema terapi mobilisasi dini terhadap nyeri pasien post apendiktomi kanker 29 5. Sintesis data Literature Review ini di sintesis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian,judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas. Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Analisis yang digunakan menggunakan 3 analisis isi jurnal, kemudian dilakukan koding terhadap isi jurnal yang direview menggunakan kategori mobilisasi dini. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk menarik kesimpulan. 6. Penulusuran jurnal Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar, Pub Med, dan Proquest dengan kata kunci mobilisasi dini, nyeri, post apendiktomi peneliti menemukan 264 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Sebanyak 20 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci pencarian tersebut kemudian dilakukan skrining, 10 jurnal dieksklusi karena tidak tersedia artikel full text. Asesment kelayakan terhadap 10 jurnal full text dilakukan, 30 jurnal yang duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak 7, sehingga didapatkan 3 jurnal full text yang dilakukan review. Jurnal ditemukan lewat internet sesuai kata kunci 264 Jurnal dilakukan skrining 20 jurnal dieksklusi 10 Jurnal full text dieksklusi karena duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi 7 Jurnal full text dilakukan asasemen kelayakan 10 Jurnal full text yang dilakukan review 3 Gambar 3.1. Diagram Alur Review Jurnal 31 BAB IV HASIL ANALISIS A. Hasil Pencarian Dari hasil pencarian yang dilakukan melalui google scholar, sebanyak 89 jurnal diperoleh menggunakan kata kunci “mobilisasi dini, nyeri , post apendiktomi” dari tahun 2015. Terdapat 3 artikel yang memenuhi semua criteria pencarian. Artikel tersebut publis pada tahun 2016 sebanyak 1 artikel, tahun 2020 sebanyak 2 artikel. B. Karakteristik Penelitian 1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada 3 artikel ini adalah quasy eksperiment dan pre eksperiment dengan rancangan pre and post test control group. 2. Jumlah sampel Jumlah sampel yang terlibat dalam artikel ke-1 sebanyak 8 orang pasien post apendiktomi pada bulan mei (caecilia, 2016). Jumlah sampel yang terlibat dalam artikel ke-2 sebanyak 22 orang pasien post apendiktomi (Appolonaris, 2020). Jumlah sampel yang terdapat dalam artikel ke-3 sebanyak 16 orang pada pasien post apendiktomi (Aprianti, 2020). 32 3. Intervensi penelitian Intervensi yang dilakukan dalam 3 artikel ini adalah terapi mobilisasi dini. Artikel ke-1, pada kelompok intervensi mendapatkan terapi mobilisasi dini dilakukan 1x 24 jam selama kurang lebih 45 menit, dalam 6-8 jam pertama post operasi apendiktomi yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing- masing diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan miring kanan dan miring kiri, masing-masing selama 15 menit (caecilia, 2016). Artikel ke-2, mobilisasi dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan tentu setelah pasien dan atau anggota tubuh sudah dapat digerakkan kembali (Appolonaris, 2020). Artikel ke-3 mobilisasi dini diberikan pada saat 6-8 jam post operasi selama 10 menit dan sebelum responden mendapatkan terapi analgetik dari perawat ruangan (Aprianti, 2020). 4. Instrument penelitian Instrument yang digunakan pada Artikel ke-1 lembar observasi Numeric Rating Scale NRS (caecilia, 2016), ke-2, menggunakan SOP mobilasi dini, lembar observasi dan instrument intensitas nyeri bourbanis (Appolonaris, 2020), dan ke-3 yaitu menggunakan instrument lembar observasi yang digunakan untuk penilaian mobilisasi dini dan kuesioner penilaian nyeri scala Numeric Rating Scale NRS (Aprianti, 2020). 33 5. Ringkasan hasil penelitian Sebanyak 3 artikel membahas mengenai terapi mobilisasi dini dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien post apendiktomi. Hasil dari penelitian ke-1 menunjukkan Hasil uji parametrik dependent t-test di dapatkan hasil nilai p value 0,000 (p value < 0,05 ), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini (caecilia, 2016), Hasil dari penelitian ke-2 di peroleh hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai Z score = - 3,947 dengan P- value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi (Appolonaris, 2020), Hasil dari penelitian ke-3 berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji parametrik dependent t-test pada kelompok intervensi didapatkan hasil nilai p value 0,001 ( p value < 0,05), artinya terdapat pengaruh mobilisasi terhadap perubahan tingkat nyeri pasien post operasi apendiktomi (Aprianti, 2020). 34 C. Ringkasan Hasil Penelitian Tabel 4.1 Ringkasan hasil penelitian Penulis , Tahun, Tempat Caecilia, (2016). RS Baladika Husada Kabupaten Jember Sampel Metode Instrument Intervensi Hasil Sampel dalam penelitian ini adalah klien post operasi apendiktomi sebanyak 8 responden Quasy eksperiment dengan metode pendekatan one grup pretestposttest. Lembar observasi Numeric Rating Scale NRS kelompok intervensi mendapatkan terapi mobilisasi dini dilakukan 1x 24 jam selama kurang lebih 45 menit, dalam 6-8 jam pertama post operasi apendiktomi yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan meluruskannya, masingmasing diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan miring kanan dan miring kiri, Hasil uji parametrik dependent t-test di dapatkan hasil nilai p value 0,000 (p value < 0,05 ), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini Teknik sample: Consecutive sampling 35 masing-masing selama 15 menit Appolonaris, (2020). RSUD S. K. Lerik Kupang Sampel dalam penelitian menggunaka 22 responden Preeksperiment dengan design one grup prepost design Menggunakan SOP mobilasi dini, lembar observasi dan instrument intensitas nyeri bourbanis Mobilisasi dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan tentu setelah pasien dan atau anggota tubuh sudah dapat digerakkan kembali Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai Z score = - 3,947 dengan Pvalue = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi Quasy eksperiment rancangan pre and post test control group design. Menggunakan instrument lembar observasi yang digunakan untuk penilaian mobilisasi dini dan kuesioner penilaian nyeri scala Numeric Rating Scale NRS Mobilisasi dini diberikan pada saat 68 jam post operasi selama 10 menit dan sebelum responden mendapatkan terapi analgetik dari perawat ruangan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji parametrik dependent t-test pada kelompok intervensi didapatkan hasil nilai p value 0,001 ( p value < 0,05), artinya terdapat pengaruh mobilisasi terhadap perubahan tingkat nyeri pasien post operasi apendiktomi Teknik sample: Total sampling Aprianti, (2020). RSUD Dr. Abdul Azis Sampel yang terdapat sebanyak 16 orang pada pasien post apendiktomi Teknik sample: Consecutive sampling 36 D. Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian Table 4.2 persamaan dan perbedaan hasil penelitian Persamaan Perbedaan Jumlah sampel yang terlibat 8 orang (caecilia, 2016) Jumlah sampel yang terlibat 22 orang (Appolonaris, 2020) Jumlah sampel yang terlibat 16 orang (Aprianti, 2020). Metode yang digunakan Quasy eksperiment pre and post test control group design (caecilia, 2016; Aprianti, 2020). Metode yang digunakan Preeksperiment dengan design one grup pre-post design (Appolonaris, 2020). Teknik pengambilan sample concecutiv sampling (caecilia, 2016; Aprianti, 2020). Teknik pengambilan sample sampling (Appolonaris, 2020) Instrument yang digunakan Numeric Rating Scale NRS (caecilia, 2016; Aprianti, 2020). Instrument yang digunakan intensitas nyeri bourbanis (Appolonaris, 2020) Intervensi terapi mobilisasi dini dilakukan 6-8 jam setelah pos apendiktomi (caecilia, 2016; Aprianti, 2020; Appolonaris, 2020). 37 total Hasil menunjukkan terdapat pengaruh mobilisasi terhadap intensitas nyeri pada pasien post paendiktomi hasil nilai p value 0,001 ( p value < 0,05), artinya terdapat pengaruh mobilisasi terhadap perubahan tingkat nyeri pasien post operasi apendiktomi (caecilia, 2016; Aprianti, 2020). Terapi mobilisasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi (caecilia, 2016; Aprianti, 2020; Appolonaris, 2020). 38 Hasil menunjukkan terdapat pengaruh mobilisasi terhadap intensitas nyeri pada pasien post paendiktomi Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai Z score = 3,947 dengan P- value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi (Appolonaris, 2020) BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil ulasan ini menujukkan bahwa terapi mobilisasi dini untuk pasien post apendiktomi efektif dalam menurunkan intensitas nyeri. Hasil penelitian ini mirip dengan literature sebelumnya yang menjelaskan bahwa terapi mobilisasi dini sangat efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pasien post apendiktomi (Arianti , 2020). Hasil penelitian (Caecilia, 2016) telah menujukkan sebelum dilakukan terapi mobilisasi dini skala tingkat nyeri 7,75 yang termasuk skala nyeri berat dan telah dilakukan terapi mobilisasi dini pada pasien skala tingkat nyeri 5,62 dimana skala nyeri ini termasuk skala nyeri sedang. Hasil penelitian (Appolonaris, 2020) telah menunjukkan mobilisasi dini mempengaruhi intensitas nyeri pada pasien post operasi sehingga dapat digunakan sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam mengatasi nyeri pasien post operasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai skala nyeri responden setelah dilakukan mobilisasi dini didapatkan hasil 95 % responden mengalami penurunan nilai skala nyeri responden sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini adalah dari rerata 3,09 yang termasuk kategori intensitas nyeri berat terkontrol berubah menjadi rerata 2,09 yang termasuk kategori nyeri sedang. Hasil penelitian 39 (Aprianti, 2020) Nilai rata-rata dari tingkat nyeri pada kelompok intervensi sebelum mobilisasi dini adalah setelah mobilisasi dini adalah 1.000 yang menunjukkan bahwa tingkat nyeri kelompok intervensi lebih besar dari pada tingkat nyeri kelompok kontrol yaitu 0.250, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini mengalami penurunan yang lebih signifikan. Terapi mobilisasi dini, yaitu latihan gerak sendi, gaya berjalan,toleransi aktivitas sesuai kemampuan dan kesejajaran tubuh. Ambulasi dini pasca laparatomidapat dilakukan sejak di ruang pulih sadar (recovery room) dengan miring kanan/kiri danmemberikan tindakan rentang gerak secara pasif. mobilisasi dini postoperasi laparatomi dapat dilakukan secara bertahap, setelah operasi, pada 6 jam pertama pasienharus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan untuk mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk belajar berjalan, (Rustianawati, 2013). Dari beberapa literature yang didapatkan bahwa mobilisasi dini pasca pembedahan dapat mengurangi atau menghilangkan spasme otot, memperbaiki gerakan sendi sekaligus memperbaiki sirkulasi darah yang akhirnya terjadi penurunan rasa nyeri yang dirasakan responden. Penurunan intensitas nyeri pada responden yang melakukan mobilisasi dini terjadi karena mekanisme sistem analgesik 40 inheren. Sistem analgesik inheren merupakan sistem penekan nyeri alami yang ada di dalam tubuh manusia (Ferdian, 2015). Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerahoperasi, mengurangi aktivasi mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pasca operasi (Sumberjaya, 2020). Dari beberapa literature yang didapatkan dapat disimpulkan terapi mobilisasi dini sangat efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien yang telah melakukan operasi (Arianti , 2020). B. Implikasi Klinik Terapi mobilisasi dini dapat menjadi pilihan terapi non farmakologi untuk dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan. Teknik ini dapat dipublikasikan sebagai salah satu terapi non farmakologis karena tidak membutuhkan biaya apapun, teknik ini harus dilakukan sesuai SOP untuk mencegah terjadinya komplikasi selain setelah melakukan mobilisasi dini pada pasien post operasi dan dalam pelaksanaan mobilisasi dilakukan dengan menggerakan tubuh atau ekstremitas. 41 DAFTAR PUSTAKA Afrizal R, (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Melati RSUD Kota Kendari : Repository Poltekes Kendari Alex Sander Oky Ferdia , Sri Puguh & Supriyadi, (2015).Efektivitas Seft Dan Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Dengan General Anestesi Di Rs Panti Wilasa Citarum Semarang. Stikes Telogorejo Semarang Appolonaris T Berkanis , Desliewi Nubatonis & A.A. Istri Fenny Lastari, (2020). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Rsud S.K. Lerik Kupang Tahun 2018 : Chm-K Applied Scientifics Journal Bambang S.S, Meliala L & Sudadi, (2017). Buku Ajar Nyeri. Indonesia Pain Society:Novartis https://bikinflipchart.files.wordpress.com/2017/12/ebookbuku-ajar-nyeri-r31jan2019.pdf Brunner & Suddarth, (2008), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Alih Bahasa Rini, M.A). Jakarta: EGC' Division Of General Surgery, (2020). Appendix, Gallbladder & Acute Care Surgery : Colombia University Irving Medical Center. Fatkan, M., Yusuf, A., & Herisanti, W. (2018). Pengaruh Kombinasi Mobilisasi Dini Dan Relaksasispiritualterhadap Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi (Di Rumah Sakit Islam Surabaya): The Effect Of A Combination Of Early Mobilization And Spiritual Relaxation On The Pain Level Of Clients Post Operative Appendectomy At Surabaya Islamic Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal Of Nursing), 4(2), 117-124. Ferdian, A. S. O., & Kristiyawati, S. P. (2015). Efektivitas Seft Dan Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Pascabedah Dengan General Anestesidi Rs Panti Wilasa Citarum semarang. Karya Ilmiah. Firman Arief. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Bedah Digestif Apendiktomi Di Rumah Sakit DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2016. Borneo Nursing Journal (Bnj) Horhoruw, M. C. (2015). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kemampuan Mobilisasi Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruangan Melati Rs. Tk. III R.W. Mongisidi Manado. Ekp, 13(3), 1576–1580. 42 Johnston W, (2019). Apendictomy: Johnston https://johnstonwillismed.com/about/newsroom Will Hospital Kasiati & Rosmalawati N,W,D, (2016). Buku Kebutuhan Dasar Manusia 1 (KDM). Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Kebutuhan dasar-manusia-komprehensif.pdf - Luthfiana, R., & Istianah, U. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Di Rsud Sleman (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta). Mochamad Bahrudin.(2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/5449/5246 Muchtar, R. (2006). Mobilisasi Post Operasi, Edisi Kedua. Jakarta : EGC Nazmi,A.N. (2018). Pengaruh Pijat Kaki Dan Ambulasi Dini Terhadap Perubahan Nyeri Dan Mean Arterial Pressure Pada Pasien Operasi Laparatomi Berbasi Teori Comfort Kalcoba.2018 : Phd. Thesis Universitas Airlangga. Nurarif A, H & Kusuma H, (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc : Mediaction Potter & Perry.(2006). Fundamental Keperawatan Jilid 2. Jakarta: EGC Potter & Perry. (2014). Buku Ajar fundamental Keperawatan :konsep, proses, dan praktik. Volume 2.Alih Bahasa :Reneta Komalasari, dkk. Jakarta : EGC. Riyandi I, R, P, M & Aryasa T. (2017) Penilaian Nyeri : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rustianawati, Y., Karyati, S., & Himawan, R. (2013). Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 4(2). Ferdian, A. S. O., & Kristiyawati, S. P. (2015). Rr. Caecilia Yudistika, Pristahayuningtyas & Murtaqib, Siswoyo ,(2016). The Effect of Early Mobilization on The Change of Pain Level in Clients with Post Appendectomy Operation at Mawar Surgical Room of Baladhika Husada Hospital Jember Regency: Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember 43 Steven K, (2018). Apendictomy: Proccedur, preparation : The Editorial Team https://www.healthline.com/health/appendectomy Heaalthline Sumberjaya, I. W., & Mertha, I. M. (2020). Mobilisasi Dini Dan Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Turp Benign Prostate Hyperplasia. Jurnal Gema Keperawatan, 13(1). Suratun & Sasmita S.2.(2019). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Aktivitas Pada Pasien Pasca Operasi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. STIKes Muhammadiyah Palembang. Syarifuddin. (2015). Hubungan Motivasi Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Dengan Anestesi Umum Di Ruang Cempaka 1 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015. Dk, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Tri Nova Aprianti, Usman Seri & Sarliana Zaini, (2019). Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Appendiktomi di Ruang Bedah RSUD Dr. Abdul Azis : Journal of Applied Health Management and Technology. http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2510 Wahdiana,R.,Daud,I., & Mulyani, Y. (2019,June). Pengaruh Mobilasi Dini Terhadap Proses Penyebuhan Luka Pada Pasien Dengan Post Operasi Laparatomi Di Ruang Bedah Umum Rsud Ulin Banjarmasin Tahun 2018 In Proceeding Of Sari Mulia : university Nursing National seminar. 44