STANDAR BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN INOVATIF PADA PELAYANAN KRITIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis Dosen Pengampu: Hadi Kusuma Atmaja, SST., M. Kes Kelompok XI: Ilham Haqiqi Mariati Astuti Muhammad Fachri Muhammad Septyan Qurahmad KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHUN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang berjudul “Standar Berpikir Kritis, Kreatif dan Inovatif pada Pelayanan Kritis”. Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan pengupulan data dari beberapa buku panduan yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang lainnya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumnya kepada semua pihak yang membaca makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Hadi Kusuma Atmaja, SST., M. Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kritis. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Mataram, September 2020 Kelompok 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2 C. Tujuan .......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Bencana .......................................................................... B. Konsep Gempa Bumi ................................................................... C. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Bencana Gempa Bumi ......... BAB III PENUTUP ................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988) Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance. Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif keterampilan berpikir dan dengan bersinergi. Perawat menggunakan menerapkan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana standar berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam pelayanan kritis? C. Tujuan 1. Mengetahui standar berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam pelayanan kritis. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Berpikir Kritis 1. Pengertian Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah setiap hari hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik. Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin telah berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?” “apakah saya harus berbaring di tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah saya harus menggunakan stabilo atau saya hanya membaca saja?” anda memikirkan jawabannya untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda memikirkan jawaban tersebut? Apakah anda mengingat perkataan guru anda bahwa konsentrasi akan meningkat jika anda duduk dekat meja? Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena anda selalu berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda mempertimbangkan semua pilihan dan berpikir mengenai keuntungan dan kerugiannya sebelum memutuskan model belajar yang anda gunakan? Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang berbeda. Anda mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi belajar dilihat sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan yang anda lakukan memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran sama. Jika anda seperti sebagian besar masyarakat, anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang cara berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan cara berpikir adalah hal penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda memahami cara berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan memelihara cara berpikir anda dalam keperawatan. Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti Paul, Bandman, Stander mempunyai rumusan berpikir kritis masing–masing. Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah suatu seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide–ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander (1992) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar untuk mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga untuk mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu. Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat atau fakta yang mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif pandangan baru. Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu. Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. 2. Komponen Berpikir Kritis Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam berpikir kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi, kebenaran logika, kelengkapan dan kewajaran. sedangkan menurut Paul dan Elder (2002) selain aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham perlu ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman dari berpikir kritis. Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990). Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah : a. Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria. b. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat. c. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk representasi yang lain. d. Inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan. e. Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang berupa argumentasi yang meyakinkan. f. Self Regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990). 3. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan Saat perawat bertemu klien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membu at kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. a. Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya. Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi. Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh karena itu, perlu dilatih sehingga mengidentifikasi masalah. b. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan lebih tajam dalam Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya. c. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi Berfikir kritis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan. d. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di mana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja sama dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan model konsep total recall. 4. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya: a. Konseptualisasi Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak. b. Rasional dan Beralasan (reasonable) Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata. c. Reflektif Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau keputusan, persepsi dalam tetapi mengumpulkan data akan dan berpikir atau mengambil menyediakan menganalisisnya disiplin ilmu, fakta, dan kejadian. waktu untuk berdasarkan d. Bagian dari suatu sikap Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya. e. Kemandirian Berpikir Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya. f. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep. g. Berpikir Adil dan Terbuka Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu. h. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil. 5. Cara Berpikir Kritis Yang Baik a. Mengenali Masalah (Defining and dlarifying problem) 1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok. 2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan. 3) Memilih informasi yang relevan. 4) Merumuskan /memformulasikan masalah. b. Menilai informasi yang relevan 1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment. 2) Mengecek konsistensi. 3) Mengidentifikasi asumsi. 4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip. 5) Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat. 6) Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi. c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan 1) Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data. 2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil. 6. Model dari Berpikir Kritis Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu: a. Ingatan Total (T) Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras. b. Kebiasan (H) Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan. c. Penyelidikan (I) Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu memaksa”. Penyelidikan mempertanyakan segala termasuk hal terutama menggali asumsi dan pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktorfaktor yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut tampak tidak bermakna. d. Ide baru dan Kreativitas (N) Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik. e. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K) Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau ditengahtengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.