Uploaded by User63030

MAKALAH KELOMPOK 11 - STANDAR BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN INOVATIF PADA PELAYANAN KEPERAWATAN KRITIS

advertisement
STANDAR BERPIKIR KRITIS, KREATIF DAN INOVATIF
PADA PELAYANAN KRITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu: Hadi Kusuma Atmaja, SST., M. Kes
Kelompok XI:
Ilham Haqiqi
Mariati Astuti
Muhammad Fachri
Muhammad Septyan Qurahmad
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
yang berjudul “Standar Berpikir Kritis, Kreatif dan Inovatif pada
Pelayanan Kritis”.
Makalah
ini
disususun
berdasarkan
hasil
diskusi
kelompok
kerja kami dan pengupulan data dari beberapa buku panduan yang ada,
serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan
yang lainnya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
dan umumnya kepada semua pihak yang membaca makalah ini. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada: Hadi Kusuma Atmaja, SST., M. Kes. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Kritis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Mataram,
September 2020
Kelompok 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Bencana ..........................................................................
B. Konsep Gempa Bumi ...................................................................
C. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Bencana Gempa Bumi .........
BAB III PENUTUP .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan
bagaimana
perawat
mampu
berpikir
dengan
sistematis
dan
menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting
dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian
rasional
terhadap
ide,
pengaruh,
asumsi,
prinsip,
argumen,
kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan
Bandman, 1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara
konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan
keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat
penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir
kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai
keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar,
mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan
melakukan
transformasi
pengetahuan.
Pemikir
kritis
dalam
keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir,
yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas
intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan
perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam
keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir
(thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat
profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan
dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya,
perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing
secara
konprehensif
keterampilan
berpikir
dan
dengan
bersinergi.
Perawat
menggunakan
menerapkan
pengetahuan
dari
berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang
berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana standar berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam
pelayanan kritis?
C. Tujuan
1. Mengetahui standar berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam
pelayanan kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil
pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berpikir
bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah
setiap hari hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat
dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan
keperawatan
memerlukan
pemikiran,
maka
penting
untuk
memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya
dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang
membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.
Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda
mungkin telah berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang
atau menonton TV?” “apakah saya harus berbaring di tempat tidur
atau duduk dikursi?” “apakah saya harus menggunakan stabilo
atau saya hanya membaca saja?” anda memikirkan jawabannya
untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda memikirkan
jawaban tersebut? Apakah anda mengingat perkataan guru anda
bahwa konsentrasi akan meningkat jika anda duduk dekat meja?
Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena anda selalu
berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda
mempertimbangkan
semua
pilihan
dan
berpikir
mengenai
keuntungan dan kerugiannya sebelum memutuskan model belajar
yang anda gunakan?
Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model
berpikir yang berbeda. Anda mungkin bergantung pada kebiasaan
masalalu atau situasi belajar dilihat sebagai suatu masalah yang
harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan untuk melakukan
suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca sembari mengayuh
sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan yang
anda
lakukan
memerlukan
pemikiran,
tetapi
tidak
semua
pemikiran sama. Jika anda seperti sebagian besar masyarakat,
anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang
cara berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir
bahwa memikirkan cara berpikir adalah hal penting. Kami percaya
bahwa itu penting. Semakin baik anda memahami cara berpikir
anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan memelihara
cara berpikir anda dalam keperawatan.
Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti
Paul, Bandman, Stander mempunyai rumusan berpikir kritis
masing–masing. Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah suatu
seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang,
sehingga bagi orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang lebih
dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan
berpikir yang rendah. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis
adalah pengujian secara rasional terhadap ide–ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan.
Stander (1992) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu
proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian
atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta
mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan
baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan
dasar untuk mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu
merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga
untuk mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan berpikir
tertentu.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah
suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterfensikan atau mengefaluasi informasi untuk membuat
sebuah
penilain
atau
keputusan
berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional
terhadap
ide-ide,
kesimpulan,
pendapat,
prinsip,
pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader
(1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan
pendapat
atau
fakta
yang
mutahir
dan
menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif pandangan baru.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses,
sedangkan tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk
akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis
adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat
mengambil keputusan atau menarik kesimpulan merupakan
control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful
thinking.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan
pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk
membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid,
semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir
dan belajar.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun
secara umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan
kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu
dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan berpikir yang
dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu.
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri
dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan
krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas
tentang komponen berpikir kritis
dalam keperawatan yang
didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis,
analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas
dalam berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir
kritis adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi
contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan
bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan
menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses
berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan
kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
2. Komponen Berpikir Kritis
Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada
dalam berpikir kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002)
komponen berpikir kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan,
ketelitian, relevansi, konsistensi, kebenaran logika, kelengkapan
dan kewajaran. sedangkan menurut Paul dan Elder (2002) selain
aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham perlu
ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman
dari berpikir kritis.
Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat
bervariasi. Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti
berpikir kritis seperti interpretasi, analisi, evaluasi, inference,
explanation dan self regulation (APPA, 1990).
Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :
a. Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti
atau maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi,
data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan,
prosedur atau kriteria.
b. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan
kesimpulan
yang
benar
di
dalam
hubungan
antara
pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk
pernyataaan
yang
diharapkan
untuk
manyatakan
kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau
pendapat.
c. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan
atau penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan
persepsi
seseorang,
pengalaman,
situasi,
keputusan,
kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan
inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang
aktual diantara
pernyataan,
deskripsi, pertanyaan
atau
bentuk–bentuk representasi yang lain.
d. Inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih
unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan
yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan
memperhatikan informasi yang relevan.
e. Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses
reasoning
seseorang,
kemampuan
untuk
membenarkan
bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu
kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan
kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang
berupa argumentasi yang meyakinkan.
f.
Self Regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor
proses kognisi dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam
proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya
dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan
mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan
dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi
terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).
3. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Saat
perawat
bertemu
klien,
perawat
akan
selalu
menggunakan pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran
untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah
membu at kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving
dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi
kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses
keperawatan
diintregrasikan
dalam
tahap-tahap
proses
keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
a. Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses
pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode
pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang
kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang
respons klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan
dari
hasil
pengkajian
dan
mengandung
dua
kategori
mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah
kesehatan
klien.
Perhatian
terhadap
masalah
meliputi
kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara
mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja
sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien
yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan
demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi
kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap
pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus
menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh
karena
itu,
perlu
dilatih
sehingga
mengidentifikasi masalah.
b. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
lebih
tajam
dalam
Berpikir
dalam
perencanaan
brarti
menggunakan
pengetahuan untuk mengembangkan hasil untuk diharapkan.
Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis
ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat.
Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan
di mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan
responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan klien
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal
yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan
perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya.
c. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
Berfikir
kritis
pada
tahap
implementasi
tindakan
keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesis,
karena tindakan keperawatn adalah tindakan nyata yang
menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan.
Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan
untuk membantu mencapai
tujuan dalam perencanaan
keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa
yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan.
d. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji
efektivitas tindakan di mana perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan
memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang.
Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien
setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja
sama
dengan
klien
dalam
rangka
evaluasi
tindakan
keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam
tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
model konsep total recall.
4. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan
penjabarannya:
a. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Dan konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol
dan disimpan di dalam otak.
b. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis
dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
c. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan
asumsi atau
keputusan,
persepsi dalam
tetapi
mengumpulkan
data
akan
dan
berpikir atau mengambil
menyediakan
menganalisisnya
disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
waktu
untuk
berdasarkan
d. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih
baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab
pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
e. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis
semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
f.
Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya
yaitu
selalu
menggunakan
ketrampilan
intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran
yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
g. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan,
kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi
mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
h. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir
kritis
digunakan
untuk
mengevaluasi
suatu
argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran
baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
5. Cara Berpikir Kritis Yang Baik
a. Mengenali Masalah (Defining and dlarifying problem)
1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
3) Memilih informasi yang relevan.
4) Merumuskan /memformulasikan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan
1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
2) Mengecek konsistensi.
3) Mengidentifikasi asumsi.
4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
5) Mengenali
kemungkinan
emosi,
propaganda,
salah
penafsiran kalimat.
6) Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi
nilai dan ideologi.
c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
1) Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya
data.
2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
6. Model dari Berpikir Kritis
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
a. Ingatan Total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau
tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika
dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau
pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Memori merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa
orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya
asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus
berupaya keras.
b. Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali
diulang sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan
menghasilkan
cara-cara
yang
dapat
diterima
dalam
melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang
melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain
yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif.
Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam
diri”. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa, yang
disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan
pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
c. Penyelidikan (I)
Penyelidikan
adalah
memeriksa
isu
secara
sangat
mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin segera
tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat
pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu
memaksa”.
Penyelidikan
mempertanyakan
segala
termasuk
hal
terutama
menggali
asumsi
dan
pribadi
seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak
menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktorfaktor yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama,
dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut tampak
tidak bermakna.
d. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang
sangat khusus bagi anda. Ide baru dan Kreativitas sangat
penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari
asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai
dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat
yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang
untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
e. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model
T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti
berpikir
tentang
pemikiran
seseorang.
Berpikir
tentang
pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari
kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau ditengahtengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”.
Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu,
Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui
bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang
terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak
menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana
kita berpikir.
Download