FILSAFAT DAN SAINS (1) • FILSAFAT, CARA BERFIKIR RADIKAL & MENYELURUH, SUATU CARA BERFIKIR YANG MENGUPAS SESUATU SEDALAM-DALAMNYA • TUGAS FILSAFAT BUKAN MENJAWAB PERTANYAAN, TAPI MEMPERSOALKAN JAWABAN YANG DIBERIKAN • FILSAFAT MENDASARI SEMUA ILMU PENGETAHUAN DALAM RANGKA MENJAWAB 3 PERTANYAAN POKOK - Apa yang ingin diketahui (ONTOLOGI) - Bagaimana cara mendapat pengetahuan tersebut (EPISTEMOLOGI) - Apa nilai kegunaan dari pengetahuan tersebut (AXIOLOGI) SCHOOL OF ATHENS by RAPHAEL (1510 – 1511) FILSAFAT DAN SAINS (2) • FILSAFAT BISA DIIBARATKAN SEBAGAI PASUKAN ELITE YANG DITERJUNKAN DI SUATU WILAYAH DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN SERANGAN PASUKAN INFANTERI, ATAU DENGAN KATA LAIN MENJADI LANDASAN PIJAK BAGI KEGIATAN KEILMUAN • SEBAGAI CONTOH, FISIKA BERKEMBANG DARI FILSAFAT ALAM DAN ILMU EKONOMI BERKEMBANG DARI FILSAFAT MORAL (MEMPERSOALKAN ETIKA DALAM KEGIATAN MANUSIA MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP) • TUJUAN UTAMA SAINS ADALAH UNTUK MENEMUKAN UNIVERSAL LAW DARI OBYEK MASING-MASING SAINS FILSAFAT DAN SAINS (3) • UNIVERSAL LAW DIGUNAKAN UNTUK MENYEDERHANAKAN KOMPEKSITAS GEJALA DAN MASALAH YANG DIHADAPI MANUSIA • FUNGSI UNIVERSAL LAW BERIKUTNYA ADALAH UNTUK - Menjelaskan (mendeskripsikan dan mengeksplanasi) - Meramal (memprediksi) - Mengontrol (Mengendalikan) • SALAH SATU CARA UNTUK MENYEDERHANAKAN KOMPLEKSITAS ADALAH DENGAN BERFIKIR SECARA KONSEPTUAL , YAITU MENGHUBUNGAN KONSEP YANG SATU DENGAN KONSEP LAINNYA DALAM HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT FILSAFAT DAN SAINS (4) • CARA BERFIKIR KONSEPTUAL MERUPAKAN CIRI KHAS SAINS YANG SEKALIGUS MENINGGALKAN CARA BERFIKIR FAKTUAL YANG BERTUMPU PADA OBYEK PENGAMATAN YANG SANGAT KOMPLEKS DAN DIHASILKAN MELALUI PROSES TRAIL AND ERROR • TUJUAN PENDIDIKAN KEILMUAN ADALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERFIKIR SECARA KONSEPTUAL • PADA TAHAPAN INI, GEJALA DAN FAKTA YANG SANGAT KOMPLEKS DIREDUKSI MENJADI KONSEP YANG ABSTRAK DAN TIDAK LAGI BERSIFAT EMPIRIS ISTILAH YANG HARUS DIKETAHUI • GEJALA ATAU EVENT, YAITU OBYEK YANG DAPAT DITANGKAP OLEH PANCAINDERA (EMPIRIS) • FAKTA ADALAH SEBAGIAN GEJALA ATAU EVENT YANG TERTANGKAP OLEH PANCAINDERA PENGAMAT • KONSEP ADALAH GENERALISASI, ABSTRAKSI DAN SEKALIGUS REDUKSI DARI BERBAGAI GEJALA YANG MEMPUNYAI PERSAMAAN BENTUK DAN SIFAT • PENEMUAN MANUSIA ATAS KONSEP MENYEBABKAN KEGIATAN BERFIKIR MENJADI LEBIH EKONOMIS (EFISIEN DAN EFEKTIF) STRUKTUR DASAR OBYEK SAINS KONSEP FAKTA BATAS WILAYAH EMPIRIS GEJALA GEJALA GEJALA GEJALA GEJALA PEMIKIR BESAR DI BIDANG SAINS (1) ARISTOTELES (384 SM – 322 SM) SILOGISME ARISTOTELES PREMIS MAYOR: SEMUA MANUSIA AKAN MATI PREMIS MINOR: BUDI ADALAH MANUSIA KONKLUSI : BUDI (PASTI) AKAN MATI SUMBANGAN ARISTOTELES • SAINS DIPEROLEH MELALUI PROSES BERFIKIR • PROSES BERFIKIR MENGHASILKAN UNIVERSAL LAW (ATURAN UMUM) ATAU YANG SECARA UMUM DISEBUT SEBAGAI TEORI • CARA BERFIKIR DEDUKTIF (UMUM – KHUSUS) YANG BERTAHAN HINGGA KINI (2300 TAHUN) PEMIKIR BESAR DI BIDANG SAINS (2) RENE DESCARTES (1596 – 1650) • RASIONALISME • ‘COGITO ERGO SUM, ’ SAYA BERFIKIR MAKA SAYA ADA • PENGETAHUAN SUDAH ADA DALAM BENAK MANUSIA, TUGAS MANUSIA ADALAH BERFIKIR UNTUK MENEMUKAN PENGETAHUAN ITU • PENALARAN SEBAGAI DASAR UTAMA SAINS • ARGUMENTASI KAUM RASIONALISM: AKSIOMA, YAITU PERNYATAAN YANG TIDAK MUNGKIN TERBANTAHKAN KEBENARANNYA CONTOH AKSIOMA JARAK TERDEKAT DI ANTARA DUA BUAH TITIK ADALAH SEBUAH GARIS LURUS PEMIKIR BESAR DI BIDANG SAINS (3) FRANCIS BACON (1561 – 1626) • EMPIRISME, PENGETAHUAN DIPEROLEH MELALUI PENGAMATAN • PENGAMATAN SEBANYAKBANYAKNYA HARUS DILAKUKAN SEBELUM ORANG SAMPAI PADA KESIMPULAN UMUM • CARA BERFIKIR INDUKTIF (KHUSUS- UMUM) • CONTOH: BESI YANG DIPANASI AKAN MEMUAI TEMBAGA YANG DIPANASI AKAN MEMUAI SENG YANG DIPANASI AKAN MEMUAI, DST • KESIMPULAN: SEMUA LOGAM YANG DIPANASI AKAN MEMUAI PEMIKIR BESAR DI BIDANG SAINS (4) CHARLES DARWIN (1809 – 1882) • METODE KEILMUAN • PROSES BERFIKIR YANG MENGHASILKAN SAINS TIDAK MUNGKIN DIPEROLEH TANPA RANGSANG ATAU STIMULI DARI GEJALA (EMPIRIS) • SEBALIKNYA, PENGAMATAN YANG DIANJURKAN KAUM EMPIRIS JUGA TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN TANPA ADANYA DASAR PEMIKIRAN YANG JELAS UNTUK MELAKUKAN PENGAMATAN • DARWIN MEMPERKENALKAN PENGGABUNGAN DEDUKTIF – INDUKTIF DALAM METODE KEILMUAN PROBLEMATIKA ILMU SOSIAL (1) • ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCE) DISEBUT SEBAGAI ILMU LUNAK (SOFT SCIENCE) SEBAGAI LAWAN DARI ILMU ALAM (NATURAL SCIENCE) YANG DISEBUT SEBAGAI ILMU KERAS (HARD SCIENCE) • OBYEK PENGAMATAN ILMU ALAM ADALAH PHENOMENA, YAITU GEJALA YANG KITA ALAMI DENGAN PANCA INDERA, TERBUKA UNTUK DIAMATI SECARA RASIONAL, DAN TERIKAT HUBUNGAN SEBAB AKIBAT (KORELASI ATAU DETERMINISME) YANG TERATUR • MANUSIA SEBAGAI OBYEK PENELITIAN MENGANDUNG ASPEK PHENOMENA DAN ASPEK NOUMENA PROBLEMATIKA ILMU SOSIAL (2) • NOUMENA ADALAH GEJALA YANG TIDAK BERSIFAT FISIK DAN TIDAK BISA SECARA LANGSUNG DIAMATI DENGAN PANCA INDERA • MENURUT IMMANUEL KANT, MANUSIA HIDUP DALAM DUA REALITAS: PHENOMENA DAN NOUMENA • SEBAGAI PHENOMENA, MANUSIA TUNDUK DALAM HUKUM SEBAB AKIBAT ALAM, NAMUN SEBAGAI NOUMENA, MANUSIA MEMPUNYAI JIWA SEHINGGA MEMPUNYAI KEHENDAK BEBAS (FREE WILL) DAN MAMPU MELAKUKAN MANIPULASI ATAS GEJALA YANG TERSURAT (EMPIRIS) • MANUSIA MENJADI OBYEK AKTIF YANG MAMPU MENGENDALIKAN DAN MENGKONTROL DIRINYA PROBLEMATIKA ILMU SOSIAL (3) • GEJALA ORANG BERPUASA BISA DIJELASKAN DALAM HUKUM ALAM, YAITU KEBERSEDIAAN GULA DARAH YANG MENCUKUPI UNTUK MEMBERI ENERGI HINGGA MASA BERBUKA (PHENOMENA) • NAMUN KETIKA KITA INGIN MENGETAHUI ‘KENAPA SESEORANG MAU BERPUASA ?’ MAKA GEJALA NOUMENA-LAH YANG MENGENDALIKAN - Menjalankan perintah agama - Takut dianggap tidak taat pada agama - Ikut-ikutan • KARENA SIFAT NOUMENA ITULAH MENYEBABKAN ILMU SOSIAL TERJEBAK PADA TAHAPAN DESKRIPSI SAJA PEMIKIR BESAR DI BIDANG SAINS (5) AUGUSTE COMTE (1798 - 1857) • ILMU SOSIAL HARUS MENGADOPSI METODE ILMU ALAM UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN (POSITIF; POSITIVISME) • ILMU SOSIAL MAMPU MERAMAL & MENGENDALIKAN GEJALA SOSIAL • KETERATURAN HUBUNGAN SEBAB –AKIBAT BISA DIBUKTIKAN SECARA MATEMATIS MELALUI STATISTIKA • TUJUAN AKHIRNYA ADALAH MEMBUAT GENERALISASI SEBAGAI ATURAN UMUM (UNIVERSAL LAW) • MUNCULNYA PENDEKATAN KUANTITATIF