Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) A. Gambaran Umum Pasien Nama :Ny. S S No RM :2. 37. 23. 97 Umur :51 th Ruang :Boegenvile C1 K2 Sex :PerempuanTanggal Masuk :18 Oktober 2008 Pekerjaan :Guru Sd Tanggal Kasus :20 Oktober 2008 Pendidikan:S1 Alamat :Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo Diagnosa Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis Agama :Islam Medis :DM II B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) 1. Pengkajian Gizi Riwayat Gizi/Makanan : Riwayat Nutrisi Dahulu : Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang berlebih. Riwayat Nutrisi Sekarang : Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97 gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram. Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir Implementasi Energi (kal)Protein (gr)Lemak (gr)KH (gr) Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05 Infus D 10% 200 – – -50 Aminofusin Hepar 5%100 25 – – Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05 Standar RS 1582 59,8 46,2 255 % Asupan 90,5 90,2 66 106,7 Penilaian : Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %, Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang kurang). Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang berlebihan. Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi. Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes Melitus. Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien rutin melakukan senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8 jam sehari. Biokimia Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18urin/darah Normal 10-2008 Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 AST 10 -42 U/L 377 ALT 10 – 40 U/L 180 BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 GDS 70 -120 mg/dL 211 GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL HBA1C <6,5 T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Awal Kasus20-102008 Keterangan Normal Normal Tinggi Normal Rendah Tinggi Tinggi Normal Normal Normal 140 Tinggi 241 Tinggi 10,8 Tinggi Tinggi Tinggi WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal 6 RBC 4,2 – 5.4 10 /UL 3,69 Rendah Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10urin/darah Normal 10-2008 2008 Keterangan HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal Prot + Bil +2 Uro +2 Blod +2 Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali dengan multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Penilaian : Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C meningkat) Antropometri BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan. BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI = {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2 Penilaian : Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori : <18,5 kg/m2 : BB kurang 2 18,5-22,9 kg/m : normal, ≥ 23 : BB lebih 2 23-24,9 kg/m : at risk (dengan resiko) 2 25-29,9 kg/m : obese I, ≥30 kg/m2 : obese II Fisik Klinis Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis Pemeriksaan Satuan / nilai normalAwal kasus Keadaan Umum Tensi 120/80 mmHg Nadi 60 – 100 x/mnt Suhu 36 – 37 C Respirasi 20 – 24 x/mnt Keluhan Utama Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh 110/70 mmHg 70 x/menit Afebris 16 x/menit : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan Penilaian : Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan. Riwayat Personal : Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu. Riwayat Penyakit Sekarang : Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat, tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+), mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat urdafalk 2×1 tablet (Pasien minum selama 1 bulan). Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin. Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan : Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy. Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah menderita sakit kuning Terapi Medis Jenis Obat/ tindakan : Fungsi Interaksi dengan zat gizi Inf. D10%Aminufusin Hepar – Tambahan asupan karbohidrat(1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino Sebagai terapi jangka pendek ulkus Gangguan GI, sakit – Inj. OMZ 1A/12j duodenal dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit – Inj. SNMC 2A(hari I– III)1A(hari IV-V) Antiinflamasi hati – HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati 2. DIAGNOSIS GIZI NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E) ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S). NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah menjalani diet rendah lemak (S/S). NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E) ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S). 3. INTERVENSI GIZI Tujuan : 1. Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar glukosa darah, dan mencegah kenaikan berat badan 2. Membatasi pemberian makanan tinggi lemak 3. Meningkatkan kadar albumin darah Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal) Macam Diet : Diet DM 1700 kalori. Bentuk Makanan : Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah. Syarat : 1. Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung. 2. Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan. 3. Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak. 4. Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti. 5. Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB pasien. 6. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama, 2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis). Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006. Catatan : Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) : 1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan basal untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria. 2. Umur Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%. 3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan. Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas dikelompokan sebagai berikut : ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%. ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal. ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal. ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%. ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari basal. 4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari. 5. Adanya komplikasi. Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius. 6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi : Kebutuhan Energi Basal ( ) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori Total kebutuhan energi = = Energi basal – Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi – K. Berat Badan = 1600 kalori – 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori – 320 kalori = 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori) Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram % Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6% Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram % Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak) = 100 % – (19,6% + 20%) = 60,4 % Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori = 1026,8kalori Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004. Kebutuhan Serat : 25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram. Penyusunan Menu Makan pagi (06.30): Nasi Tim Telur Mata Sapi Tempe bumbu Bali Cah Sawi Hijau Wortel Selingan (09.30) Pepaya Makan Siang (12.30) Nasi Tim Pepes Ikan Tahu Bacem Sayur Asem Selingan II (15.30) Bika Pisang Makan Sore (18.30) Nasi Tim Basho Daging Cap Cay Sayur Selingan III ( 21.30) Apel Hijau 4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI Parameter Target Pelaksanaan Asupan Makanasupan makan tetap normal Setiap hari Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1Chari ketiga pengamatan kasus Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu. 3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing. 4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran. 5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.Jakarta. 6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Semarang,.. 20 Okt 2012 @ 00.20 WIB