Uploaded by User60778

dr. Magdalena Shina Niko Apredo 14176

advertisement
JURNAL 1
IDENTIFIKASI LEGIONELLA,
KUALITAS UDARA RUANG DAN
KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME
PADA PETUGAS INSTALASI TRANSFUSI DARAH
RSUD DR.SOETOMO
Erlin VERAYANI
•
Pencemaran udara dalam ruang menjadi salah satu faktor penyebab gangguan
kesehatan global karena sebagian besar manusia melakukan aktivitas didalam
Abstrak
ruangan yang tercemar oleh bahan polutan, sehingga AC merupakan salah satu
penyebab yang mempengaruhi kualitas udara ruang. Perawatan AC Central yang
tidak rutin berpotensi tempat perkembangbiakan mikroorganisme patogen salah
satunya bakteri Legionella sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pekerja
yaitu Sick building syndrome.
•
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keberadaan bakteri Legionella, kualitas
fisik dan angka kuman udara ruangan serta keluhan sick building syndrome pada
petugas di Instalasi Transfusi Darah RSUD Dr.Soetomo.
•
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian studi
cross sectional dan hasil dibandingkan dengan standar Kepmenkes No.1204/
Menkes / SK / X / 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
dan Permenkes RI No.83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah.
PENDAHULUAN
KUALITAS UDARA
Kualitas udara yang tidak adekuat akan
KUALITAS UDARA DALAM
RUANGAN
berdampak negatif bagi kesehatan manusia
terutama terhadap saluran pernafasan.
Kualitas Udara dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
kualitas udara luar ruangan dan udara dalam
KUALITAS UDARA LUAR
RUANGAN
ruangan
Menurut WHO
Sekitar 400 - 500 juta orang di negara berkembang saat ini sedang menghadapi masalah
polusi udara di dalam ruangan.
Diperkirakan setiap tahunnya dari sekitar 3 juta kematian akibat polusi udara, 2,8 juta
akibat polusi udara dalam ruangan dan 0,2 juta lainnya akibat polusi udara luar ruangan.
Menurut EPA
Enviromental Protection Agency Of America
SICK BULDING SYNDROME (SBS)
Gedung yang menggunakan Air Conditioning (AC)
Kumpulan gejala tidak spesifik yang dipicu lama tinggal
berhubungan dengan pertumbuhan bakteri patogen
di dalam gedung dan disebabkan buruknya kualitas udara
Legionella dan Sick Building Syndrome (SBS).
ruangan.
METODE PENELITIAN
01
02
Jenis Penelitian
03
Teknik Pengumpulan Data
Observasional dengan studi Cross Sectional
Variabel
• Karakteristik Responden (Jenis Kelamin, Umur, Masa Kerja, Jam kerja dan
Status gizi
• Angka kuman udara
• Keberadaan Bakteri Legionella di enam tempat berbeda
• Kualitas fisik (suhu dan kelembapan) dalam ruang dengan keluhan sick building
syndrome
Variabel tersebut diukur pada saat yang bersamaan.
Dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pengukuran.
Seluruh ruangan di Instalasi Transfusi Darah menggunakan sistem AC Central.
AC Central memiliki sistem pendingin rumit dan memerlukan banyak jaringan
pipa sehingga sangat rentan terhadap petumbuhan bakteri patogen.
Hasil penelitian dari kasus SBS yang terdapat diruangan
laboraturium crossmatch dan pelayanan darah menunjukkan gejala
• Mata Kering dan Pedih
• Hidung berair dan tersumbat
• Kulit berminyak
• Dari jumlah 23 petugas yang mengalami SBS keluhan yang paling
banyak dirasakan adalah mata kering dan hidung tersumbat.
Keluhan
SBS
Analisis
Karakteristik Responden
Hasil analisis dengan cross tab, keluhan
Sick Building Syndrome berdasarkan:
Jenis kelamin
Umur
Status Gizi
Jam Kerja
Petugas perempuan
Petugas dengan umur
Status gizi tidak
Keluhan SBS pada petugas
lebih rentan mengalami
26 – 30 tahun , 100%
mempengaruhi secara
dengan jam kerja 7-10 jam/hari
keluhan SBS
mengalami keluhan Sick
signifikan kejadian Sick
dibandingkan petugas
Building Syndrome
Building Syndrome
laki-laki.
dimana dibagi dengan 3 shift.
Identifikasi Bakteri Legionella
Hasil analisis dengan cross tab, keluhan
Sick Building Syndrome berdasarkan:
Alasan
Hasil
Hasil identifikasi bakteri Legionella di enam tempat yang berbeda,
menunjukkan hasil negatif yang artinya tidak ada pertumbuhan bakteri
Legionella baik di sumber air untuk AC central dan air bersih serta saluran
perpipaan air bersih (potable water) di Instalasi Transfusi Darah.
Berdasarkan sampel tersebut, kemungkinan gagal karena
suhu pada lingkungan berada dibawah suhu 30℃ yaitu
berada di range 20℃ - 24℃ sehingga kemampuan
pertumbuhan Legionella berkurang. Dimana Legionella
hidup subur pada suhu 30℃ - 45℃.
Identifikasi Bakteri Legionella
Hasil
Pengukuran suhu dan kelembapan udara di ruang laboratorium crossmatch dan pelayanan darah
tidak memenuhi persyaratan kesehatan menurut Kepmenkes RI No.1204 / Menkes /SK/X/2004
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah dan standar Permenkes RI No.83 Tahun 2014 tentang
Unit Transfusi Darah, Bank darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah atau
Guidelines for Blood Center WHO 2010.
Identifikasi Bakteri Legionella
Hasil
Pengukuran angka kuman udara di ruang laboratorium crossmatch dan pelayanan darah berada
dibatas maksimal standar persyaratan kesehatan menurut Kepmenkes RI No.1204 / Menkes
/SK/X/2004 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah, yaitu 496 CFU/m3 untuk laboratorium
crossmatch dan 392 CFU/m3 untuk ruang pelayanan darah.
KESIMPULAN
Berdasarkan keluhan SBS yang dialami oleh petugas sebanyak 21
Pengukuran angka kuman udara di ruang laboratorium
crossmatch dan pelayanan darah berada dibatas maksimal
standar persyaratan kesehatan menurut Kepmenkes RI No.1204
/ Menkes /SK/X/2004 Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah, yaitu 496 CFU/m3 untuk laboratorium crossmatch dan
392 CFU/m3 untuk ruang pelayanan darah
petugas (84%) dari total 25 petugas.
Keluhan SBS banyak dialami oleh petugas perempuan yang berumur
26 - 30 tahun dengan masa kerja >3 tahun dan jam kerja 7-10 jam/hari
serta berstatus gizi normal.
Conclusion
Identifikasi bakteri Legionella di 6 (enam) titik di sistem distribusi air
untuk air bersih dan AC Central menggunakan metode kultur BCYE
(Buffer Charcoal Yeast Agar), tidak ditemukan keberadaan bakteri
Legionella.
Saran yang dapat diberikan bagi Instalasi Transfusi Darah yaitu
Menyediakan alat pengukuran kualitas fisik udara (suhu dan
kelembapan) misalnya thermohygrometer.
Pengukuran suhu dan kelembapan udara di ruang laboratorium
crossmatch dan pelayanan darah tidak memenuhi persyaratan
kesehatan menurut Kepmenkes RI No.1204 / Menkes
/SK/X/2004 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah dan
standar Permenkes RI No.83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi
Darah, Bank darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan
Transfusi Darah atau Guidelines for Blood Center WHO 2010.
JURNAL 2
RATES AND PREDICTORS OF EXPOSURE
TO LEGIONELLA PNEUMOPHILA
IN THE UNITED STATES
AMONG DENTAL PRACTITIONERS
2002 THROUGH 2012
Cameron G. Estrich, MPH : Stephen E. Grugninger, MS : Ruth D. Lipman, PhD
Abstrak
•
Penelitian ini membandingkan peluang pajanan terhadap Legionella
Pneumophilla di antara para praktisi gigi yang sedang aktif dengan nonpraktisi
dan mengevaluasi predictor praktik demografis dan klinis paparan.
•
Penelitian ini memperoleh karakteristik demografi dan perilaku praktik gigi
dari para peserta dalam survey program pemeriksaan Kesehatan Asosiasi Gigi
Amerika yang diselenggarakan dari tahun 2002 – 2012.
PENDAHULUAN
Legionella
CDC
(Centers For Disease Control)
Legionella adalah bakteri aerob
Kasus Legionellosis yang dilaporkan ke Centers For
gram negatif, yang berbentuk
Disease Control (CDC) , 44 % memerlukan
batang. Bakteri ini merupakan agen
perawatan intesif, dan 9% mematikan.
Penyebab Legionellosis.
Keparahan penyakit Legionellosis menjadi perhatian
khusus di Amerika Serikat karena terjadi peningkatan
286% dari tahun 2000 – 2014.
Legionellosis
Legionellosis merupakan penyakit oportunistik yang paling sering menyerang orang
dengan mendasari dari sistem imunitas yang melemah oleh usia atau obat – obatan,
dengan berbagai manifestasi dengan bentuk pneumonia yang parah dan berpotensi
mematikan atau demam Pontiac.
Resiko
Spesies Legionella mampu bertahan hidup di perairan berbagai suhu, tingkat pH, kandungan nutrisi, dan tingkat oksigen,
sehingga mereka umum di lingkungan perairan alami dan buatan. Legionella dalam sistem air pabrikan adalah sumber utama
penyakit. Sumber air pabrikan yang telah dikaitkan dengan legionellosis termasuk menara pendingin, sistem air panas, pelembap
air mancur, air mancur dekoratif, dan Dental Unit Waterlines (DUWLs). Kontaminasi Legionella pada DUWLs, dari 0% menjadi
76,2% dari sistem DUWLs. Legionellosis dapat disalurkan melalui aspirasi atau inhalasi udara yang terkontaminasi aerosol.
Praktisi gigi lebih mungkin berada dalam kontak harian yang berkepanjangan dengan aerosol dari DUWLs, mereka memiliki
risiko terkena legionellosis yang lebih besar daripada masyarakat umum.
METODE PENELITIAN
ADA (American Dental Association)
HSP (Health Screening Programs)
01
Pemeriksaan
02
Peserta
03
Teknik Pengumpulan Data
Pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya pemeriksaan Klinis, Termasuk tes darah untuk antibodi L Pneumophilla,
Peserta HSP juga mengerjakan kuesioner secara sukarela untuk menyetujuin persetujuan tertulis
Semua yang bertpartisipasi dalam HSP dari tahun 2002 hingga 2012 kecuali 2008 dan 2010 ketika HSP tidak
dilakukan, dan ketika tahun 2011 sampel tidak diperoleh untuk menguji Antibodi pneumophila L
Penelitian ini dibatasi sampel pada setiap peserta yang menyelesaikan survei HSP pada saat test, peserta
melaporkan bahwa tidak immunocompromised, memiliki Kartu tanda yang Valid di AS, dan tercatat resmi sebagai
praktisi ahli gigi sampai saat ini.
Analisis
Karakteristik Responden
Antibodi untuk L Pneumophila dilaporkan 10,5% dari
peserta HSP, dengan tidak ada perbedaan dalam
prevalensi hasil positif dengan yang nonpraktis dalam
kedokteran gigi.
Pada penelitian ini sampel di dominasi oleh responden
berkulit putih, memiliki usia dengan rata-rata 51 tahun,
dan laki-laki merupakan 58,7 % dari peserta HSP
Menunjukkan penggunaan APD masker N95 yang
digunakan secara 1 kali setiap pemeriksaan memiliki
hasil yang jauh lebih rendah dari kemungkinan positif
terkena kasus ini
Analisis
Karakteristik Responden
Pada penelitian dilaporkan ke CDC bahwa terdapat
kemungkinan responden dengan kulit hitam akan lebih
rentan dibandingkan dengan kulit putih meskipun bukan
perbedaan yang sangat signifikan
Menunjukkan penggunaan APD masker N95 yang
digunakan secara 1 kali dapat mengurangi terpaparnya
suatu penyakit tersebut
PREDIKTOR SIGNIFIKAN
Terdapat perbedaan
signifikan (X2 P < 0001)
dalam prevalensi tes
antibody Pneumophila L
positif diantara sensus AS
dan lokasi geografis yakni
Prediktor signifikan
paparan pneumophila L
Variasi Geografis
pneumophila L dapat
dipengaruhi oleh aspek
lingkungan fisik seperti
karakteristik air,
susunan tanah, dan
kedekatan dengan
struktur pabrik seperti
Menara pendinign atau
cerobong asap industry.
KESIMPULAN
Insiden penyakit legionnaries di Amerika Serikat sangat meningkat, dan sangat
penting untuk dapat mengidentifikasi mode penularannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik kedokteran gigi tidak dengan
sendirinya meningkatkan risiko individu untuk terpapar Legionella Sp.
Sebaliknya, lokasi geografis adalah satu-satunya predictor paparan yang
signifikan secara statistik. Temuan sekunder dari penelitian ini adalah
perlindungan penghalang dan perawatan DUWLs dan pemantauan yang tidak
dilaporkan diantara penyedia perawatan gigi.
JURNAL 3
RISK OF LEGIONELLOSIS FROM
EXPOSURE TO WATER AEROSOL
FROM INDUSTRIAL COOLING TOWER
Margita Spalekova, Martha Kotrabancova, Miriam Fulova and Danka Simanyiova
Abstrak
•
Penelitian ini bertujuan untuk penilaian resiko Legionellosis untuk pekerja
yang memiliki kontak dengan aerosol yang terkontaminasi dari Menara
pendingin industri.
•
Penelitian ini menjelaskan bahwa paparan aerosol air yang diproduksi oleh
menara pendingin menyebabkan sekelompok infeksi non-pneumonik
professional Legionella pada pekerja.
PENDAHULUAN
Legionellosis
Hingga 90% dari kasus
Legionellosis dilaporkan di AS dan
Eropa disebabkan oleh Legionella
pneumophila Serogroup 1
Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan menjelaskan tentang paparan
aerosol air untuk orang yang beroperasi atau bekerja
di dekat cooling Towers (CT) di sebuah pabrik
petrokimia yang mengeluhkan ketidaknyamanan
pernapasan.
Legionnaries Disease (LD )
Legionnaries Disease terjadi setelah masa inkunbasi biasanya hingga 10 hari, adalah \
bentuk serius pneumonia dalam intensitas sporadic atau epidemi dengan rasio
fatalitas kasus 10 – 15 % dengan syok, pernapasan dan kegagalan multi organ.
Faktor resiko ; Perokok, > 50 tahun, penyakit kronis yang parah, imunodefisiensi,
transpaltasi
BAHAN & METODE
PENELITIAN
INVESTIGASI
Investigasi Lingkungan
Studi Retrospektif digunakan untuk
menentukan risiko untuk
mendapatkan infeksi legionella
dalam aktivitas professional.
Investigasi Pekerja
Pengambilan sampel air dari 6
Cooling Tower
• Wawancara (Profesi & kegiatan)
untuk dapat membedakan paparan
dari lingkungan kerja atau di waktu
senggang, Faktor risiko, APD yang
digunakan dan Data demografis.
• Sputum
• Urine
• Test Serologis
Hasil
Hasil
Pengambilan sampel udara di sekitar tiga tower
Pengambilan sampel air dari enam cooling towers
(pada tanggal 31 Juli) didapatkan adanya
(CT) pada tanggal 2 Juni dan 27 Juni di dapatkan
Legionalle hanya pada tower No. 4 (15
adanya Legionella di lima tower dengan
konsentrasi 1,6 x 102 – 1,49 x 104/200 ml.
CFU/m3)).
Hasil
Hasil
Pada penelitian ini
Hasil dari Uji serologis yang
dilakukan Investigasi
dilakukan pada tanggal 30
Lingkungan dan juga
Juni – 7 Juli di dapatkan
pada pekerja pada tanggal
bahwa adanya hasil positif
(2 Juni – 31 Juli).
pada 13 pekerja
Hasil
Hasil
Hasil dari Kuseioner untuk
Pada Hasil Uji Sputum dan
perbandingan kel. pekerja
Urin dikumpulkan secara
(Eksternal & Internal)
bersamaan dan terdapat 8
seropositive dan seronegative
pria pekerja
tidak didapatkan perbedaan
signifikan
Hasil
Terdapat 23 pekerja laki-laki (17 internal, 6 eksternal) dengan usia rata-
•
(33,3%) yang memiliki antibody terhadap Lp12.
rata 42,8 tahun (24 - 57).
Pekerja eksternal (usia rata-rata 33,5 tahun) yang bekerja pada
•
11 orang (64,7%) dari 17 pekerja int. terpapar air dari CT selama 2 - 12 jam/minggu
mengungkapkan antibody terhadap Lp.12.
konstruksi dan memperbaiki CT terpapar aerosol air / air selama 45 dan
15 jam per minggu.
6 pekerja ekst. yang terpajan aerosol dari CT selama 45 dan 15 jam/ minggu hanya 2
•
Reaktivitas serologis dan durasi eksposur tidak menunjukkan korelasi, semua
Pekerja internal (usia rata-rata 46,1 tahun) bekerja terutama sebagai
responden dengan waktu terpendek (2 - 4 jam/minggu) terhadap air dari CTs
operator yang terpapar air dari CT 2 - 12 jam / minggu
menunjukkan antibody tehadap Lp12
KESIMPULAN
• Penelitian ini menunjukkan bahwa penyelidikan lingkungan aerosol air / air menara pendingin industri
dan analisis epidemiologis data dari pekerja, yaitu data laboratorium (terutama reaktivitas serologis,
kultur, antigen Legionella dalam urin, PCR) dan data tentang berbagai paparan terhadap air / aerosol
(waktu kerja dan waktu luang, riwayat medis) mengungkapkan aerosol yang terkontaminasi menjadi
faktor penularan Legionellae.
• Kelompok profesional demam Pontiac ini disebabkan oleh serogrup Legionella pneumophila yang tidak
biasa. Survei ini mengkonfirmasi bahwa beberapa jam paparan aerosol air terkontaminasi Legionella dari
satu Cooling Towers (CT) selama pertemuan instruksi dapat menyebabkan infeksi pada orang sehat.
• Analisis ini menggaris bawahi pentingnya pencegahan dan pengendalian Cooling Towers (CT) dengan
penekanan pada bertahannya Legionellae dan semua faktor pendukung air dengan perlindungan pekerja.
• Registrasi wajib CTs dan legislasi akan terbukti perspektif untuk kesehatan masyarakat .
Download