ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HNP (HERNIA NUCLEUS PULPOSUS) DI RAWAT INAP I C RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA Pembimbing Akademik : Pembimbing Klinik : Anis Rosyiatul H.,S.Kep.,Ns,M.Kes Premilda Ardianisa S.,S.Kep.,Ns OLEH : KELOMPOK 1 1. MOH. RIDWAN HELMI 2. ARDHY IGO SANGGAR PRATAMA 3. VIKA RAMADHANA FITRIYANI 4. HERLINDA ASTORIA 5. RIFMA YUNIAR M.W PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2019 1 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 8 1.1 Rumusan Masalah 10 1.2 Tujuan Penelitian 10 1.2.1 Tujuan Umum 10 1.2.2 Tujuan Khusus 10 1.3 Meode Penulisan 10 1.4 SistematikaPenulisan 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 HNP (HERNIA 10 NUCLEUS PULPOSUS) BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Asuhan Keperawatan 25 BAB IV ANALISA JURNAL BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan 55 DAFTAR PUSTAKA 56 2 KATA PENGANTAR Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pasien Dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus) Di Rawat Inap I C Rumah Sakit Umum Haji Surabaya” . Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Anis Rosiyatul Husna., S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik 2. Premilda Ardianisa S., S.Kep.,Ns., selaku pembimbing klinik di ruang 1C RSU Haji Surabaya 3. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materiil maupun spiritual. 4. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dasarannya. 5. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Surabaya, 29 Agustus 2019 Penulis 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Punggung merupakan bagian belakang tubuh yang terletak diantara pinggang dan kepala. Punggung digunakan sebagai tempat tumpuan ketika duduk atau bersandar, seperti perisai pelindung tubuh dan tidak serapuh seperti tubuh bagian depan. Punggung juga merupakan bagian yang paling mudah mengalami nyeri, kebanyakan nyeri punggung bawah sembuh dengan sendirinya, tapi kadangkala ada penyebab khusus yang memerlukan penanganan medis (Davies, 2007). Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang umum dijumpai di masyarakat yang diperkirakan mengenai 85% dari seluruh populasi. Nyeri punggung bawah merupakan sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. Nyeri punggung pada bagian bawah yang umum terjadi yaitu Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Pada kasus spesifik akan ada pemeriksaan tambahan karena adanya kelainan neurologi, yang kebanyakan disebabkan karena HNP, spondilosis, dan trauma. HNP terjadi karena pergeseran nucleus puposus sehingga menekan akar syaraf pada spinal cord (Eyles, 2013). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. HNP sering terjadi pada daerah Lumbal Lumbal 5 dan Lumbal 5 - Sacrum 1 dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban. Rasa nyeri pada HNP disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (Muttaqin, 2008). Penderita kondisi HNP perlu mendapatkan pelayanan medis yang tepat dan benar salah satunya pelayanan fisioterapi. Fisioterapi menggunakan cara-cara fisik (seperti pijatan, latihan, panas, atau listrik) untuk mempertahankan dan mengembalikan 4 kesehatan fisik dan mental anda. Fisioterapi juga merupakan pengobatan aktif dan bukan pasif, dan biasanya memfokuskan untuk menjaga sendi dan otot agar tetap bergerak. Seperti untuk meredakan nyeri punggung, fisioterapi juga dapat digunakan untuk sejumlah besar gangguan umum lainnya (Archard dan Bull, 2007). Fisioterapi pada kondisi HNP berperan dalam mengurangi nyeri serta meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendinya (LGS). Untuk menangani pasien dengan kondisi tersebut modalitas fisioterapi yang digunakan oleh penulis, yaitu: 1. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah suatu metode untuk mengurangi nyeri menggunakan arus listrik yang kecil ke dalam medula spinalis atau serabut saraf sensorik melalui elektroda yang dipasang pada kulit (Weller, 2005). 2. Core stability exercise adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan core, mengurangi nyeri punggung bawah, meningkatkan fleksibilitas dan koreksi postur serta keseimbangan (Kibler, 2006). 1.2.Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan HNP 1.2.2. Tujuan Khusus: 1.2.2.1.Mahasiswa/i mengetahui definisi penyakit HNP 1.2.2.2.Mahasiswa/i mengetahui etiologi penyakit HNP 1.2.2.3.Mahasiswa/i mengetahui patofisiologi penyakit HNP 1.2.2.4.Mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis penyakit HNP 1.2.2.5.Mahasiswa/i mengetahui komplikasi penyakit HNP 1.2.2.6.Mahasiswa/i mengetahui cara penanggulangan atau pencegahan HNP 1.2.2.7.Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan HNP 1.3.Metode Penulisan 5 Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literature yang ada untuk mendapatkan bahan dalam pembuatan makalah dan sebagian mengambil dari media elektronik yaitu internet. 1.4.Sistematika Penulisan Sistematika penulsan dalam makalah ini meliputi Bab 1 Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan. Bab II tinjauan teori, dan Bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil akhir dari makalah ini. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Dasar Nyeri 1.1.Definisi Nyeri adalah suatu perasaan sensorik tidak menyenangkan disertai kerusakan jaringan aktual/potensial. Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. 1.2.Etiologi Etiologi nyeri diantaranya yaitu : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Kebudayaan 4. Makna nyeri 5. Perhatian 6. Ansietas 7. Pengalaman terdahulu 8. Gaya koping 9. Keluarga dan dukungan sosial Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantara nya arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, dan reaksi terhadap nyeri. Etiologinya yaitu : Trauma pada gangguan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah atau cedera Iskemik jaringan Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tidak disadari atau tak terkendali dan sering menimbulkan rasa sakit 7 Inflamasi pembengkakan jaringan akibat terjadi peningkatan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia biokraf lainnya Post operasi setelah dilakukan pembedahan. 1.3.Patofisiologi Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue demage), dimana jaringan tubuh yang cedera melepaskan zat kimia inflammatory (extratory nurotransmiter), (histamin dan bradikinin) sebagai vasodilator yang kuat → edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins. Transduksi (transduction) yaitu, perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik → proses transmisi (transmision) yaitu, ketika energi listrik mengenal nonciceptor dihantarkan melalui serabut saraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantion gelatinosa di dorsal hom dan spinal cord → ke otak melalui spinalthalamic tract → thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic system dan somatosensory cortex. Persepsi (perseption) yaitu, saat otak menginterpretasi signal, memproses informasi dari pengalaman, pengetahuan, dan budaya, serta mempersepsikan nyeri → individu mulai menyadari nyeri. Modulasi (modulation) yaitu, saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan neuromodulator seperti opiods (endorphins and enkephalins), serotonin norepine dan gammaminobutyic acid → menghalangi/menghambat transmisi nyeri dan membantu menimbulkan keadaan analgetik dan berefek menghilangkan nyeri. 1.4.Manifestasi Klinis Manifestasi klinis nyeri antara lain adalah : 1. Gangguan tidur 2. Posisi menghindari nyeri 3. Gerakan menghindari nyeri 4. Raut wajah kesakitan 8 5. Perubahan nafsu makan 6. Tekanan darah meningkat 7. Nadi meningkat 8. Pernapasan meningkat 9. Depresi 1.5.Klasifikasi 1) Nyeri akut Selang waktunya singkat dengan tanda-tanda klinis antara lain :Berkeringat banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat, umumnya menangis, teriak/mengusap daerah nyeri. 2) Nyeri kronik Mempunyai selang waktu yang lebih lama dan dapat berlangsung lebih dari enam bulan. 3) Nyeri berdasarkan intensitasnya - Nyeri berat (7-10) - Nyeri sedang (3-6) - Nyeri ringan (0-3) 4) Nyeri berdasarkan tempatnya - Pheriperal pain : nyeri terasa pada permukaan tubuh - Deep pain : nyeri terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh normal - Refered pain : nyeri yang disebabkan karena penyakit/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri - Central pain : nyeri yang terjadi karena pernagsangan pada system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dll 5) Nyeri berdasarkan sifatnya 9 - Incidental pain : nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang - Steady pain : nyeri yang timbul menetap serta dirasakan dalam waktu lama - Proxymal pain : nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali 6) Skal nyeri Skala nyeri menurut Hayward Skala Keterangan 0 Tidak nyeri 1-3 Nyeri ringan 4-6 Nyeri sedang 7-9 Sangat nyeri, tetapi dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan 10 Nyeri hebat dan tidak bisa dikontrol Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata dengan menggunakan skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri, skala nyeri yang dapat digunakan yaitu : 1. Numerik Adapula skala wajah, yakni Wong Braker Faces Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan komunikasi. 10 2. Faces Rating Scale 1.6.Penatalaksanaan 1) Non farmakologi a. Relaksasi distraksi mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu b. Stimulasi kulit beberapa teknik untuk menstimulasi kulit antara lain, kompres dingin 2) Farmakologi a. Analgetik - NSAID (non narkotik dan obat anti inflamasi non steroid) - Anagetik narkotik atau oplat - Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgetik b. Anastesi lokal dan regional, yaitu suatu keadaan hilangnya sensasi pada lokalitas bagian tubuh c. Analgetik epidural, yaitu bentuk anastesi lokal dan terapi efektif untuk menangani nyeri post op khususnya yang berhubungan dengan kanker.. 1.7.Komplikasi 1) Edema pulmonal 2) Kejang 3) Masalah mobilisasi 4) Hipertensi 5) Hipovolemik 6) Hipertermi 1.8 Pemeriksaan Penunjang 11 1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen 2) Rontgen untuk mengetahui tulang/organ dalam yang abnormal 3) Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya 4) Ct-Scan (cedera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak 2. Konsep Dasar Hernia Nucleus Pulposus (HNP) 2.1 Definisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008). Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui annulus fibrosus yang robek. Herniasi nucleus pulposus (HNP) merupakan uatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis atau diskogenik. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa HNP adalah sustu keadaan dimana nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus yang robel kemudian menonjol dan menekan kanalis spinalis dengan gejala yang uatama adalah nyeri khususnya pada daerah punggung. (Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2015). 12 2.2 ETIOLOGI Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013). Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012). 2.3 KLASIFIKASI Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terbagi atas: 1. HNP sentral yang akan menimbulkan para paresis flasid, parestesia dan retensi urin 13 2. HNP lateral yang bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung bawah di tengah-tengah antara bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. 2.4 MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri d punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan, selin itu diantaranya 1. Nyeri yang dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. 2. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh) 3. Penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas 4. Kelemahan satu atau dua ekstremitas 5. Kehilangan control anus atau kendung kemih sebagian atau lengkap (Price Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2015) HNP terbagi atas HNP sentral dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiller negative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m. gastrocnemius (plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralis dan bagian lateral pedis (Setyanegara dkk, 2014). 2.5 ANATOMI DAN FISIOLOGI Fungsi kerangka 14 1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (menopang tubuh). 2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru. 3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot. 4. Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah. 5. Member bentuk pada bangunan tubuh. Gambar 2.6 Lapisan dalam otot-otot punggung (Putz dan Pabst, 2012) Gambar 2.7 Lapisan dalam otot-otot abdomen (Putz dan Pabst, 2012) 2.6 PATOFISIOLOGI Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya. 15 Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008). 2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu diagnose HNP adalah sebagai berikut: 6. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap dan cairan serebrospinal 7. RO Spinal : memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang 8. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi. 9. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dan menunjukkan lokasi lesi atau disk protusion 10. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena 11. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi 16 12. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebrospinal. (Price Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2015) 2.8 KOMPLIKASI 1) Kelemahan dan atropi otot 2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain 3) Kehilangan kontrol otot sphinter 4) Paralis atau ketidakmampuan pergerakan 5) Perdarahan 6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal 2.9 PENATALAKSANAAN 1. Terapi konservatif a) Tirah baring Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot. b) Medikamentosa Symtomatik 17 Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (NSAID) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid). Kausal: kolagenese Fisioterapi Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis. 2. Terapi operatif Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologic. Macam-macam dari tindakan pembedahan adalah sebagai berikut: a) Disektomi: mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral b) Laminektomi: mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks c) Laminotomi: pembagian lamina vertebra. d) Disektomi dengan peleburan: graf tulang (dari krista illaka atau bank tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosessus spinokus vertebrata. Tujuan peleburan spinal adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi kekambuhan. e) Faraminotomi: pembedahan diskus dan permukaan sendi untuk mengangkat tulang yang menekan syaraf. f) Mikrodisektomi: penggunaan mikroskop saat operasi untuk melihat potongan yang mengganggu dan menekan serabut syaraf 18 g) Spinal fusion: penempatan keping tulang diantara vertebrata agar dapat kembali normal. 3. Rehabilitasi a) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula b) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living) c) Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya). 4. Teknologi Intervensi Fisioterapi A. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) a. Definisi TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. Sedang secara khusus TENS merupakan jenis arus listrik yang mempunyai parameter tertentu dalam hubungannya dengan durasi fase, frekuensi arus, bentuk gelombang dengan segala modifikasinya ( Parjoto, 2006 ). TENS terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri terutama nyeri pada kasus Hernia Nucleus Pulposus. b. Macam-macam TENS TENS dibedakan menjadi tiga tipe yaitu: (1) tipe konvensional dengan spesifikasi sbb; target arus adalah mengaktifasi saraf berdiameter besar, serabut yang teraktivasi adalah A beta, mekanoresepror, frekuensinya 10200 pps, intensitas pola kontinyu, durasi stimulus 100-200 µ detik, sensasi yang timbul yaitu paraestesia yang kuat dengan sedikit kontrasi, durasi terapi secara terus menerus saat nyeri terjadi, mekanisme analgetik tingkat segmental, posisi elektrode pada titik nyeri dermatom, (2) Al-TENS dengan spesifikasi sbb; target arus adalah mengaktivasi motoric untuk 19 menimbulkan kontraksi otot-otot fasik yang berakhir pada aktivasi saraf berdiameter kecil nonnoksius., serabut yang teraktivasi G III atau A-δ ergoreseptor, sensasi yang diinginkan kontraksi otot fasik yang kuat tapi nyaman, karakteristik fisika frekuensi rendah, intensitas tinggi dan durasi 100 – 200 µ detik, penempatan elektrode pada motor point atau nyeri miotom, profil analgetik terjadi setelah 30 menit terapi dan menghilang > 1 jam setelah alat dimatikan, durasi terapi 30 menit setiap kali terapi, mekanisme analgetik ekstrasegmental atau segmental, (3) tipe intense dengan ciri-ciri sbb; target arus mengaktivasi saraf berdiameter kecil, jaringan yang teraktivasi adalah nosiseptor, sensasi yang diinginkan adalah intensitas tinggi yang masih tertoleril pasien dengan sedikit kontraksi otot, fisika dasar frekuensi tinggi 200 pps, durasi stimulus >1000 μ detik dan intensitas tertinggi yang masih dapat ditoleransi pasien, penempatan elektrode di area nyeri atau sebelah proksimal titik nyeri atau pada cabang utama saraf yang bersangkutan, profil analgetik < 30 menit setelah terapi dimulai, sedang pengaruh anlgetiknya bisa bertahan > 1 jam kadang dijumpai hipoaestesia, durasi terapi 15 menit, mekanisme analgetik periferal, ekstrasegmental maupun segmental (Parjoto, 2006). c. Metode TENS Dalam hubungannya dengan modulasi nyeri, mekanisme TENS menurut Johnson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) adalah sebagai berikut: 2. Mekanisme periferal atau mekanisme tepi Stimulasi listrik yang diaplikasikan pada serabut saraf akan menghasilkan impuls yang berjalan dengan dua arah di sepanjang akson saraf yang bersangkutan, peristiwa ini dikenal sebagai aktivasi antidromik. Impuls saraf yang dihasilkan oleh TENS yang berjalan menjauh dari arah system saraf pusat 20 akan menabrak dan menghilangkan atau menurunkan impuls aferen yang dating daru jaringan rusak atau sumber nyeri. Pada keadaan jaringan yang rusak aktivasi bisa terjadi pada serabut saraf berdiameter besar dan TENS tipe konvensional juga akan mengaktivasi serabut saraf yang berdiameter besar dan menghasilkan impuls antidromik yang berdampak analgesia. Impuls antidromik juga mengakibatkan terlepasnya materi P yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses. Adanya triple responses dan penekanan aktivasi simpatis akan meningkatkan aliran darah sehingga pengangkutan materi yang berpengaruh terhadap nyeri seperti bradikinin, histamin, materi P. 3. Mekanisme segmental TENS konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut A-β yang selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medulla spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang control (Gate Control Theory) yang menyatakan bahwa gerbang terdiri dari sel internunsial yang bersifat inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang terletak di kornu posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi. Tingkat aktivasi sel T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari serabut berdiameter besar A-α dn A-β serta serabut beriameter kecil A-δ dan serabut tipe C. Asupan dari serabut berdiameter kecil akan mengaktivasi sel T yang akan dirasakan sebagai keluhan nyeri. Jika serabut berdiameter besar teraktivasi, akan mengaktifkan sel T namun pada saat yang bersamaan impuls tersebut juga mengaktifkan substansia gelatinosa yang berdampak pada penurunan asupan terhadap sel T yang berasal dari serabut berdiameter kecil dengan kata lain asupan impuls serabut berdiameter besar akan 21 menutup gerbang dan menghambat tranmisi impuls nyeri sehingga nyeri dirasakan berkurang atau menghilang. 4. Mekanisme ekstrasegmental TENS yang menginduksi aktifitas aferen yang berdiameter kecil juga manghasilkan analgesia tingkat ekstrasemental melalui aktivasi struktur yang membentuk jalanan inhibisi desenden seperti periaqueductal grey matter (PAG), nucleus rape magnus (NRM) dan nucleus rape gigantocellularis (NRG). Kontraksi otot fasik yang dihasilkan oleh ALTENS akan membangkitkan aktifitas aferen motorik kecil (ergoreseptor) yang berujung pada aktivasi jalanan inhibisi desenden. d. Indikasi dan Kontraindikasi Kontraindikasi TENS menurut Jonhson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) yaitu : kontraindikasi relatif hanya sedikit dan sebagian besar hanya bersifat hipotetis karena data yang berhubungan dengan pernyataan tersebut masih sangat sedikit. Meski demikian fisioterapi harus berhatihati sewaktu memberikan TENS pada kondisi (1) epilepsi, (2) nyeri yang diagnosa kausanya belum jelas, (3) pasien dengan alat pacu jantung, (4) kehamilan dan penempatan pada uterus. TENS jangan ditempatkan pada (1) sinus karotikus, (2) pada kulit yang terbuka, (3) di dalam mulut, (4) pasien dengan gangguan sensasi. B. Activation Deep Muscle a. Definisi Menurut Kisner (2007) Activation deep muscle exercise adalah latihan yang digunakan untuk mengaktifkan deep muscle terutama m. transversus abdominis dan m. multifidus. b. Teknik Transfersus abdominis activation 22 Posisi pasien: pasien tidur telentang dengan posisi kedua lutut ditekuk 70o-90o Prosedur: mengajarkan pasien dengan demonstrasi, lisan, dan taktil fasilitasi. Menjelaskan bahwa otot mengelilingi trunk, dan ketika aktif ukuran pinggang tertarik kedalam. Palpasi dari otot mungkin hanya jarak ke Anterios Supra Iliaca Spine dan lateral dari rectus abdominis. Ketika internal oblique berkontraksi, tonjolan otot terasa, ketika transfersus abdominis berkontraksi ketegangan kempes terasa. Tujuannya adalah mengkontraksikan transfersus abdominis dengan minimal atau tanpa kontraksi dari internal oblique. Kontraksinya lemah lembut. Instruksikan pasien untuk menarik nafas, menghembuskan nafas, lalu lemah lembut menarik perut terhadap spine untuk membuat bagian abdominal cekung. Saat melakukan gerakan tersebut pastikan minimal atau tidak ada gerakan dari pelvic (posterior pelvic tilting), tidak ada pengembangan atau penurunan dari lower ribs, tidak ada inspirasi atau pengangkatan dari tulang rusuk. Tidak ada penonjolan keluar dari dinding abdominal dantidak ada peningkatan tekanan pada kaki. Multifidus Activation Posisi pasien: pasien tidur tengkurap atau tidur miring Prosedur: letakkan ibu jari pada bagian lateral dari processus spinosus dari lumbal spine. Palpasi permukaan spinal lain untuk perbandingan pada aktifasi dari m. multifidus dapat mencapai antara segmen lain maupun dari sisi ke sisi. Instruksikan pasien untuk mengembangkan ototnya melawan ibu jari pemeriksa. Palpasi kontraksi otot pada level lainnya. Fasilitasi tekhnik 23 melibatkan drawing-in maneuver dan kontraksi lemah lembut dari otot dasar panggul. Efek Meningkatkan kestabilan pada lumbal spine yang mengalami ketidakstabilan akibat kondisi HNP. Isotonic Resistive Exercise Definisi Isotonic resistive exercise menurut Early (2013) merupakan latihan menggunakan kontraksi otot isotonik melawan sejumlah berat untuk bergerak hingga akhir Lingkup Gerak Sendi. Teknik Pasien melakukan kontraksi otot melawan tahanan, hingga akhir LGS. Tahanan dapat melawan maksimal selama otot mampu berkontraksi. Tahanan dapat secara manual atau dengan menggunakan beban, springs, elastic bands sandbags, atau alat khusus. Sumber dari tahanan tergantung pada aktifitas dan tahanan diberikan peningkatan dengan menambah jumlah tahanan. Banyak tipe latihan penguatan, salah satunya progressive resistive exercise (PRE). Dasar dari teknik ini adalah pembebanan berlebih. Selama prosedur latihan, awalnya menggunakan beban yang kecil dan meningkat setiap set dan satu set 10 kali pengulangan. Set pertama pembebanan 50%, set kedua pembebanan 75%, dan set ketiga pembebanan 100% atau maksimal. Dengan waktu istirahat 2 hingga 4 menit untuk setiap set dan dilakukan empat hingga lima kali seminggu. Efek 24 Isotonic Resistive Exercise efektif untuk meningkatkan kekuatan otot tapi mungkin juga membantu rileksasi otot antagonis hingga pemendekan otot. 2.10 WOC Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebrae yang berdekatan Nukleus pulposus keluar melalui serabut annulus yang sobek Menekan syaraf spinal Kerusakan jalur simpatik desending Spasme otot & pelepasan mediator kimia: histamin, prostaglandin, bradikinin, serotonin Terputusnya jaringan saraf di medulla spinalis Nyeri Paralisis dan paraplegia Kelemahan Gangguan mobilitas fisik Bed rest total & lama ↓ Tonus otot Atropi, kontraktur Penekanan jaringan setempat Ulkus, dekubitus Risk for disuse syndrome 25 Resiko gangguan integritas kulit BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IDENTITAS Nama Pasien : Ny. S Umur : 59 Tahun (30-06-1960) No. register : 58 – 68 - XX Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Jawa / Indonesia Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Alamat : Menur Tanggal MRS : 26 Agustus 2019 pukul 11:00 WIB Diagnose Medis : HNP (HERNIA NUCLEUS PULPOSUS) LA-LS (post-op) Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2019 STATUS KESEHATAN Keluhan utama saat masuk RS Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. Sehingga selama 1 bulan terakhir pasien bedrest, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. Keluhan utama saat pengkajian Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. Riwayat kesehatan : 26 1. Riwayat Kesehatan/Penyakit sekarang Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah mengetahui penyakit ini sejak setelah lebaran tahun 2019. Sudah melakukan pemeriksaan di RSU Haji Surabaya, dan dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi, tetapi pasien tidak mau/tidak menyetujuinya karena masalah terkait biaya dan pasien juga takut jika operasi tidak berhasil. Setelah beberapa bulan kondisi pasien semakin buruk, pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. Sehingga selama 1 bulan terakhir pasien bedrest, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. Lalu pada hari Senin, 26 Agustus 2019 pukul 11:00 WIB keluarga membawa pasien ke IGD RSU Haji Surabaya untuk berobat, dan pasien langsung mau/menyetujui jika harus dilakukan operasi, dan mendapatkan ruang rawat inap di Marwah 1C untuk mendapatkan perawatan. dengan diagnose medis HNP (Hernia Nucleus Pulposus) LA-LS. Lalu pasien sudah melakukan tidakan operasi pada tanggal 27 Agustus 2019 pukul 09:00 WIB. 2. Riwayat Kesehatan/Penyakit dahulu Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat kesehatan/penyakit dahulu seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan kolesterol. 3. Riwayat Kesehatan/Penyakit keluarga Keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang diderita pasien. 4. Genogram 27 Keterangan : : Laki-laki / : Pasien : Perempuan X : Tinggal 1 rumah : Meninggal 5. Vital Sign Kesadaran/GCS : - Keadaan umum : Klien tampak lemah - Composmetis - Eyes :4 - Motoric :6 - Verbal :5 - GCS : 456 (normal 13-15) Tekanan Darah : 116/56 mmHg Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 370C Nadi : 74 x/menit Berat Badan : 58 Kg Tinggi Badan : 160 cm SPO2 : 96% POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Pola penatalaksanaan kesehatan/persepsi sehat Data Subyektif Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah mengetahui penyakit ini sejak setelah lebaran tahun 2019. Sudah melakukan pemeriksaan di RSU Haji Surabaya, dan dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi, tetapi pasien 28 tidak mau/tidak menyetujuinya karena masalah terkait biaya dan pasien juga takut jika operasi tidak berhasil. Setelah beberapa bulan kondisi pasien semakin buruk, pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. Sehingga selama 1 bulan terakhir pasien bedrest, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. Setelah dilakukan operasi pasien mengeluhkan masih merasakan nyeri. Data Obyektif - Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terusmenerus. - TD : 116/56 mmHg - Nadi : 74 x/menit - RR ; 20 x/menit Masalah Keperawatan - Nyeri akut - Ketidakpatuhan 2. Pola Nutrisi – Metabolik Data Subyektif Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan dengan rutin yaitu sehari tiga kali dengan porsi 7-8 sendok makan. Saat sakit pasien tidak teratur makan hanya 2x sehari dengan porsi 2-3 sendok makan saja, hal tersebut terjadi karena pasien selalu merasa mual bahkan memuntahkan apa yang sudah dimakan. Sedangkan, pasien minum 4 gelas sehari (240 ml/gelas). Data Obyektif 29 - IPPA I : Tidak ada kelainan pada abdomen, mukosa bibir lembab. P : Pada area abdomen terdengar suara timpani dan redup. P : Tidak ada nyeri pada abdomen A : Adanya bising usus - ABCD A : BB (58 kg), TB (160 cm) BMI = BB (kg)/TB (m2) = 58 kg/(160 m2) = 58 kg/(1,6 m2) = 58/2,56 = 22,65 B : Pasien sudah melakukan pemeriksaan lab darah lengkap pada tanggal 26 Agustus 2019 dan MRI pada pada tanggal 10 Juni 2019. C : Keadaan klinis pasien normal D : Melakukan diit protein, lemak, natrium dan Fe. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah keperawatan 3. Pola Eliminasi Alvi & Uri Data Subyektif Pasien mengatakan bahwa BAK sehari 7 kali. Sedangkan BABnya rutin setiap hari sekali. Data Obyektif Sebelum operasi pasien masih bisa ke kamar mandi, setelah operasi pasien menggunakan kateter untuk BAK. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah keperawatan 30 4. Pola Aktvitas Data Subyektif Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit aktivitas sehari-hari pasien sudah tidak seperti biasanya yang banyak kegiatan, selama sakit pasien lebih banyak tidur/bedrest karena tidak kuat untuk berjalan. Setelah dilakukan operasi pasien mengeluhkan masih belum bisa menggerakkan badannya, dan merasakan nyeri. Data Obyektif Pasien berbaring di kamar tidur, jika berjalan atau duduk pasien tidak kuat berlama-lama. Setelah dilakukan operasi pasien masih belum bisa menggerakkan badannya. Masalah Keperawatan - Risiko jatuh - Gangguan mobilitas fisik. 5. Pola Istirahat Tidur Data Subyektif Pasien mengatakan bahwa sebelum maupun selama sakit masih sama. Siang hari tidur mulai pukul 13:00 s.d 15:00 dan pada malam hari mulai pukul 21:00 s.d 04:00, jadi sehari pasien tidur 9 jam. pasien sering terjaga pada malam hari. Pasien tidur dari jam 21:00 WIB dan bangun di tengah malam sampai subuh. Data Obyektif Sebelum dan selama sakit pasien tidur selama 9 jam. Masalah Keperawatan 6. Pola Persepsi Kognitif Data Subyektif 31 Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak mengetahui penyakitnya pasien tidak melakukan tindakan yang sudah dianjurkan oleh dokter. Data Obyektif Tampak tanda gejala pada penyakit pada pasien. Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan 7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri Pasien mengatakan harapan ia dapat segera sembuh agar dapat beraktivitas seperti sedia kala. Masalah Keperawatan 8. Pola Hubungan Peran Persepsi klien tentang pola hubungan Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga sangat harmonis. Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab Keluarga mengatakan bahwa pasien merupakan orang tua (ibu) dari 6 orang anak 6 orang anak, 2 orang sudah meninggal dunia. Masalah Keperawatan 9. Pola Reproduksi Seksual Data subyektif Pasien mengatakan bahwa ia mengalami menstruasi pertama pada umur 17 tahun dan mengalami menopause pada umur 40 tahun. Data Obyektif Pasien sudah menua. 32 Masalah Keperawatan 10. Mekanisme Koping Kemampuan mengendalikan stress Keluarga mengatakan bahwa pasien merasakan cemas atau khawatir, gelisah dengan keadaannya saat ini. Begitupun dengan keluarganya sendiri, mereka khawatir dengan keadaan pasien. Sumber pendukung Keluarga Masalah Keperawatan Ansietas 11. Pola tata nilai dan kepercayaan Keluarga mengatakan bahwa pasien rajin melakukan sholat lima waktu sebelum dan selama MRS. Masalah Keperawatan PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratoriun Tanggal 21/01/19 Pemeriksaan Lab Hematologi Darah lengkap Hb Hasil 13,5 g/dl Bayi 0 – 1 hari 13,2 17,3 Bayi 2 hari 13,2 – 17,4 Bayi 3 – 5 hari 15,0 – 24,6 Anak 1 – 6 tahun 10,7 – 14,7 Anak 7 – 13 tahun 10,8 – 15,6 Dewasa >13 tahun 12,8 – 16,8 Leukosit 8,070 /mm3 Bayi 0 – 2 hari 9400 – 34000 Bayi 3 – 5 hari 9400 – 34000 33 Nilai Normal Trombosit 506,000 /mm3 Hematokrit 40,9 % FH (RJ) PPT 9,9 C:10.4 detik 25,7 C:25.4 detik APTT INR Kimia Klinik GDA BUN SGOT SGPT K/NA/CL Kalium Natrium 0.88 101 mg/dl 15 mg/dl 99 U/L 148 U/L Bayi 3 – 5 hari 9402 – 34000 Bayi 6 – 30 hari 5500 – 18000 Bayi 1 – 12 bulan 6000 – 17500 Anak 1 – 13 tahun 4500 – 13500 Dewasa >13 tahun 4500 – 13500 Bayi 0 – 12 bulan 180000 – 550000 Anak 1 – 13 tahun 180000 – 550000 Dewasa >13 tahun 150000 – 440000 Bayi 0 – 1 hari 44 – 72 Bayi 2 hari 45 – 72 Bayi 3 – 5 hari 50 – 82 Anak 1 – 13 tahun 33 – 45 Dewasa >13 33 – 45 11 – 14”/perbedaan dg control (2” 5-40”/perbedaan dg control <7” 0.64-1.17 (dg tx oral anti koagulant 2-4) <150 mg/dl 5 – 20 mg/dl <40 U/L <41 U/L Bayi 0 – 12 bulan 3,3 – 5,6 Anak 1 – 13 tahun 3,3 – 4,6 Dewasa >13 tahun 3,6 – 5,0 143 mmol/L Bayi 0 – 12 bulan 132 – 143 Anak 1 – 13 tahun 132 – 145 Dewasa >13 tahun 136 – 145 4,3 mmol/L 2. Pemeriksaan Radiologi 1) Pemeriksaan MRI pada tanggal 10 Juni 2019 pukul 18:07 WIB dengan interpretasi : - Diskusi 2/3, L3/4, L4/5 dan L5/S1 menonjol ke posterior. 34 - Indentasi pada thecal sac disitu - Indensitas diskus hiperintens pada T2. - Corpus tampak gepeng. - Kesimpulan : HNP multipelregio lumbal, L4/5 2) Pemeriksaan lab darah lengkap pada tanggal 26 Agustus 2019 pukul 16:33 WIB. 3. Terapi dan Diet NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. NAMA OBAT/INFUS/INJEKSI Ceftriaxone (IV) Raitidin (IV) Ondancentron Antrain Wida RD (infuse) Tramadol Neurobion 35 DIBERIKAN 2x1 2x1 3x1 3x1 20 tpm 3x100 (drip PZ) 2x5000 DOSIS 2 gr 5 mg 4 mg 1 gr 500 ml 100 mg 5000 CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI Ruang Rawat : Marwah 1C RM : 58 – 68 - XX Nama : Ny. S Tgl. Lahir : 30/JUN/1960 Alamat : Surabaya (Mohon diisi atau ditempel sticker Label Identitas jika ada) Instruksi : Beri tanda () pada kotak yang sesuai (dapat lebih dari satu sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga) Asesmen Edukasi Diagnosa Medis : HNP (HERNIA NUCLEUS PULPOSUS) LA-LS Bahasa : Indonesia Kebutuhan Penerjemah : Ya Tidak Pendidikan Pasien : SD Baca Tulis : Baik SLT Verbal Kesediaan menerima Edukasi : Bersedia Motivasi SLTA S1 Lain-lain Lain-lain Tulisan Tidak bersedia Tidak ada Ada, bila ada : Emosional Pendengaran Daerah Kurang Pemilihan Tipe Pembelajaran : Hambatan Edukasi : Inggris Penglihatan Bahasa Kognitif Gangguan fisik Budaya/Agama/Spiritual/Nilai-nilai KEBUTUHAN EDUKASI Y D : Duscase (Diagnosa) √ Pasien / keluarga mengetahui tentang obat yang pernah digunakan M : Medication (Obat-obatan) Pasien / keluarga mengetahui tentang obat yang pernah digunakan √ 36 T RENCANA PROGRAM EDUKASI 1. Dokter spesialis / Dokter umum Penjelasan penyakit, penyebab, tanda dan gejala serta prognosa Hasil pemeriksaan Tindakan medis E : Enviroment (Lingkungan) Keluarga dan lingkungan mendukung proses pengobatan T : Treatment (Tindakan/Perawatan, Rehabilitas Medis, Manajemen Nyeri) Pasien / keluarga mampu menjelaskan perawatan yang telah dilakukan √ H : Healt (Pola hidup sehat) √ Pasien / keluarga mampu menjelaskan tentang pola hidup sehat O : Out Patient (Perawatan diri rumah) Pasien / keluarga mampu menjelaskan tentang tindakan/penggunaan alat /penanganan dan perawatan di rumah √ D : Diit (Nutrisi) Pasien/keluarga menjelaskan tentang pola diitnya (diet dan nutrisi) √ √ 37 Perkiraan hari perawatan Penjelasan komplikasi yang terjadi 2. Perawat / Bidan Memberikan pendidikan kesehatan Penanganan dan perawatan di rumah Perawatan luka, personal hygiene (mandi, kebersihan pakaian, berhias) Alat-alat yang perlu disiapkan di rumah, keamanan penggunaan alat Tentang PPI Tentang patient safety Manajemen nyeri 3. Petugas Farmasi Nama, dosis, aturan pemakaian dan kegunaan obat Cara pemberian dan penyimpanan obat Efek samping dan kontraindikasi obat Intraksi obat dan makanan 4. Nutrition / Ahli Gizi Diit dan nutrisi. Sebutkan ……. Penyuluhan nutrisi Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi 5. Petugas Rehabilitas Medis Dokter Sp.KFR FT (Fisioterapi) OK (Okupasi) TW (Terapi Wicara) OP (Ortotik Prestetik) PSM (Pekerja Sosial Medik) 6. Lain-lain ………………………… TTD Pasien/Keluarga TTD Edukator (……………….) Ttd & Nama Terang (……………….) Ttd & Nama Terang TGL/ JAM IMPLEMENTASI EDUKASI Metode/Durasi 1. Dokter spesialis / Dokter umum Penjelasan penyakit, penyebab, tanda dan gejala serta prognosa Hasil pemeriksaan Tindakan medis Perkiraan hari perawatan Penjelasan komplikasi yang terjadi 2. Perawat / Bidan Memberikan pendidikan kesehatan Penanganan dan perawatan di rumah Perawatan luka, personal hygiene (mandi, kebersihan Wawancara Diskusi Ceramah Demonstrasi Durasi : 10 menit Wawancara Diskusi Ceramah Demonstrasi Durasi : 10 38 VERIFIKA SI Mampu menjelaskan …………… Mampu mendemons trasikan …………… . Re-Edukasi Edukasi lanjutan Mampu menjelask an ………… … Mampu mendemo TTD Keluhan Edukator Pasien pakaian, berhias) menit Alat-alat yang perlu disiapkan di rumah, keamanan penggunaan alat Tentang PPI Tentang patient safety Manajemen nyeri 3. Petugas Farmasi Wawancara Nama, dosis, aturan Diskusi pemakaian dan kegunaan obat Ceramah Cara pemberian dan Demonstrasi penyimpanan obat Efek samping dan kontraindikasi obat Durasi : 10 Intraksi obat dan makanan menit 4. Nutrition / Ahli Gizi Diit dan nutrisi. Sebutkan ………………………….. Penyuluhan nutrisi Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi Wawancara Diskusi Ceramah Demonstrasi Durasi : 10 menit 5. Petugas Rehabilitas Medis Dokter Sp.KFR menjelaskan tentang : 39 Wawancara Diskusi Ceramah Demonstrasi nstrasikan ………… …. ReEdukasi Edukasi lanjutan Mampu menjelask an ………… … Mampu mendemo nstrasikan ………… …. ReEdukasi Edukasi lanjutan Mampu menjelask an ………… … Mampu mendemo nstrasikan ………… …. ReEdukasi Edukasi lanjutan Mampu menjelaska n ………… … Durasi : 10 menit 6. Lain-lain. 40 Mampu mendemon strasikan ……. Re-Edukasi Edukasi lanjutan INDIKATOR SKOR PASIEN (Petunjuk Pengisian Skor) PEMERIKSAAN RISIKO JATUH Pemeriksaan Risiko Jatuh Morse Faktor Risiko Skala Ya Pengalaman jatuh (dlm 3 bln) Tidak Skor 20 0 15 0 Diagnosis Skunder (≥ Ya 2 diagnosis medis) Tidak Mencengkeram ke furniture untuk dukungan Peralatan ambulasi Kruk / tongkat / alat (alat bantu) penopang Tidak ada kursi roda / perawat / tirah baring Ya Terpasang infuse Tidak Kesulitan / terganggu Gaya berjalan (transferring) Normal Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki Status mental Mampu menilai kemampuan diri sendiri Kesimpulan/masalah Risiko tinggi : ≥ 45 Risiko sedang : 25 44 Risiko rendah : 0 – 24 30 Total skror = 70 15 0 20 0 20 0 15 0 PEMERIKSAAN NORTON SCALE (RISIKO KULIT / DEKUBITUS) Parameter Skala Kesimpulan / masalah Skor Sangat buruk Buruk Kondisi fisik Cukup Baik Stupor Kondisi mental Delirium Apatis 1 2 3 4 1 2 3 41 Risiko tinggi : ≥ 45 Tidak ada masalah Total skror = 17 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kompos mentis Tirah baring Kursi roda Dipapah Mandiri Sulit / tidak bergerak Sangat terbatas Agak terbatas Penuh/full Ngompol kencing dan feses Biasanya ngompol kencing Kadang-kadang Tidak ngompol Aktivitas Mobilisasi Inkontenen 1 2 3 4 SKOR NYERI 0 1 2 3 Nyeri ringan Tidak Nyeri 4 5 6 Nyeri yang Nyeri yang mengganggu menyusahkan Nyeri Ringan (1 - 3) 7 8 9 Nyeri sangat Nyeri hebat Nyeri Sedang (4 – 6) 10 hebat Nyeri Berat (7 – 10) Pemeriksaan aktivitas harian dasar (ADL) Makan/memakai baju 0=Mandiri Berjalan 0=Mandiri Mandi/buang air 0=Mandiri 1=25% dibantu 1=25% dibantu 1=25% dibantu 2=50%dibantu 2=50%dibantu 2=50%dibantu 3=75% dibantu 3=75% dibantu 3=75% dibantu Normal Kurang perawatan diri TRAUMA SCORE GLASCOW COMA SCALE (GCS) Faktor Risiko Respon mata/buka mata Skala Secara spontan Terhadap stimulant Skor 4 3 42 Kesimpulan/masalah 13 – 15 ringan Respon verbal Respon motorik verbal Terhadap stimulus nyeri Tidak ada respon Berorientasi pada waktu Bingung Kata-kata tidak teratur Suara tidak jelas Tidak ada suara Mematuhi perintah Menunjukkan lokasi nyeri Menghindari Fleksi abnormal Extensi abnormal Tidak ada respon 2 1 9 – 12 sedang 3 – 8 berat Total score : 15 5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi saraf ditandai dengan keluhan punggung bawah sampai pada kaki kanan. 2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan kondisi penyakit kronis ditandai dengan perilaku tidak menjalankan pengobatan. 3. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit ditandai dengan perasaan khawatir. 4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otor ditandai dengan keterbatasan rentang gerak dan kesulitan untuk membolak-balikan badan pasca operasi. 5. Risiko jatuh berhubungan dengan tekanan darah tinggi ditandai dengan pusing. 43 ANALISA DATA : 58 – 68 - XX Nama Pasien : Ny. S No. Register Umur Diagnosa Medis : HNP (Hernia Nucleus : 59 Tahun Pulposus) LA-LS (post-op) No. DATA 1. DS : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluhkan nyeri cekotcekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. Sehingga selama 1 bulan terakhir pasien bedrest, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. - Setelah dilakukan operasi pasien mengeluhkan masih merasakan nyeri. DO : - Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri cekotcekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus. - TD : 116/56 mmHg - Nadi : 74 x/menit - RR : 20 x/menit 2. DS : Keluarga pasien mengatakan pasien lebih banyak tidur/bedrest karena tidak kuat untuk berjalan. Setelah dilakukan operasi pasien mengeluhkan masih belum bisa menggerakkan badannya, ETIOLOGI Kompresi saraf/spasme otot Keluhan nyeri pada punggung bawah sampai kaki kanan PROBLEM Nyeri akut berhubungan dengan kompresi saraf ditandai dengan keluhan punggung bawah sampai pada kaki kanan Nyeri akut nyeri, ketidaknyamanan spasme otot Sulit merubah posisi 44 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otor ditandai dengan keterbatasan rentang gerak dan dan merasakan nyeri.. DO : - Pasien berbaring di kamar tidur. - Jika berjalan atau duduk pasien tidak kuat berlama-lama. - Kekuatan otot. Kanan Kiri 5555 5555 4444 5555 - Pasca operasi pasien belum bisa menggerakkan tubuhnya. 3. DS : - Pasien mengatakan belum bisa menggerakkan tubuhnya pasca operasi. DO : - Pasien tampak besrest total. - TD = 140/80 mmHg - Kekuatan otot Kanan Kiri 5555 5555 4444 5555 kesulitan untuk membolak-balikan badan pasca operasi. Gangguan mobilitas fisik Riwayat kesehatan (HNP) dilakukan tindakan operasi Hambatan untuk beraktivitas Risiko jatuh 45 Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi 4. DS : - Keluarga pasien mengatakan sudah mempunyai riwayat penyakit HNP sejak setelah lebaran tahun 2019. - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak menyetujui jika dilakukan operasi pada saat terdiagnosis HNP setelah lebaran 2019. DO : - Pasien tampak tidak patuh dengan pemeriksaan yang sudah dianjurkan. Riwayat kesehatan (HNP (Hernia Nucleus Pulposus) LA.LS) Ketidakpatuhan berhubungan dengan kondisi penyakit ditandai dengan perilaku tidak menjalankan pengobatan. Tidak pernah menjalani pengobatan Muncul kembali gejala ketidakpatuhan 5. DS : - Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini. DO : - Sumber pendukung pasien saat ini adalah keluarga terdekat. Riwayat kesehatan (HNP (Hernia Nucleus Pulposus) LA.LS) Khawatir Ansietas 46 Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit ditandai dengan perasaan khawatir. No. Pendaftaran : 190113016 : 58 – 68 - XX No. RM Tgl. Pendaftaran : 26/08/2019 11:00:00 TANGGAL 26 januari 2019 Asuhan Keperawatan / Kebidanan Klien Dengan Nyeri akut SDKI D.0001 DIAGNOSA Nursing Outcame Clasification (NOC) KEPERAWATAN/KEBIDANAN Tujuan Nyeri akut b.d : Mengurangi gangguan nyeri akut pada o Kompresi saraf pasien. Ditandai dengan : Kriteria hasil : o Keluhan nyeri pada punggung 1. Keluhan nyeri menurun dari skala 6 menjalar sampai ke kaki kanan. menjadi 3. 2. Meringis pada pasien menurun. 3. Frekuensi nadi membaik. Verivikasi DPJP Perawat Penanggung Jawab Ttd & Nama Terang Ttd & Nama Terang 47 Nama : Ny. S Umur / K : 59 Tahun/P Alamat : Surabaya Nursing Intervention Clasification (NIC) Intervensi Observasi 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri. 2.Identifikasi skala nyeri 3.Identivikasi nyeri non verbal. 4.Identifikasi respons yang memperberat dan memperingan nyeri. Terapeutik 5.Berikan teknik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. 6.Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi 7.Jelaskan strategi meredakan nyeri. 8.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgetik. Surabaya, 22 Januari 2019 Pasien/Keluarga Ttd & Nama Terang No. Pendaftaran : 190113016 : 58 – 68 - XX No. RM Tgl. Pendaftaran : 26/08/2019 11:00:00 TANGGAL 27 Januari 2019 DIAGNOSA KEPERAWATAN/KEBIDANAN Gangguan mobilitas fisik b.d : o Nyeri o Ketidaknyamanan spasme otot Ditandai dengan : o Kesulitan membolak-balikkan posisi pasca operasi Asuhan Keperawatan / Kebidanan Klien Dengan Gangguan mobilitas fisik SDKI D.0054 : Ny. S Umur / K : 59 Tahun/P Alamat : Surabaya Nursing Outcame Clasification (NOC) Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat tetap mempertahankan pergerakannya. Kriteria hasil : 1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik. 2. Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 4. Memperagakan penggunaan alat 5. Bantu untuk mobilisasi (walker) Nursing Intervention Clasification (NIC) Intervensi 1. Observasi tanda-tanda vitas sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan. 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan. 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera. 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi. 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi. 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan. 7. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pebuhi kebutuhan ADLs pasien. 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. 9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan. Verivikasi DPJP Surabaya, 22 Januari 2019 Pasien/Keluarga Ttd & Nama Terang Ttd & Nama Terang Perawat Penanggung Jawab Ttd & Nama Terang Nama 48 No. Pendaftaran : 190113016 : 58 – 68 - XX No. RM Tgl. Pendaftaran : 26/08/2019 14:00:00 Klien Dengan Risiko jatuh SDKI D.0143 DIAGNOSA Nursing Outcame Clasification (NOC) KEPERAWATAN/KEBIDANAN Tujuan Risiko jatuh Risiko jatuh Tidak terjadi jatuh pada pasien setelah berhubungan dengan kondisi pasca dilakukan pencegahan risiko jatuh. operasi Dibuktikan dengan adanya : Kriteria hasil : o Kondisi pasca operasi 1) Risiko jatuh teridentifikasi 1x/shift. 2) Terpasang penanda jatuh lingkaran kuning. 3) Edukasin risiko jatuh terlaksana. 4) Pasien tidak jatuh. Nama : Ny. S Umur / K : 59 Tahun/P Alamat : Surabaya Perawat Penanggung Jawab Verivikasi DPJP Nursing Intervention Clasification (NIC) Intervensi Intervensi pencegahan jatuh rendah (skor 0 – 24) 1) Roda tempat tidur pada posisi terkunci. 2) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah. 3) Pasang pagar pengaman tempat tidur. 4) Edukasi pasien dan keluarga. 5) Monitor pasien secara berkala. 6) Pastikan lingkungan bebas hambatan dan aman. 7) Anjurkan pasien memakai alas kaki tanpa selip. Intervensi pencegahan jatuh sedang (skor 25 – 50) 1) Lakukan semua tindakan pada risiko rendah. 2) Pertimbangkan efek obat yang mempengaruhi kesadaran berisiko jatuh. 3) Lakukan asesmen ulang sesuai kebutuhan. Intervensi pencegahan jatuh tinggi (skor >51) 1) Lakukan semua tindakan tingkat pad risiko rendah dan sedang. 2) Monitor jatuh setia. Surabaya, 22 Januari 2019 Pasien/Keluarga Ttd & Nama Terang Ttd & Nama Terang Ttd & Nama Terang TANGGAL 26 januari 2019 Asuhan Keperawatan / Kebidanan 49 50 CATATAN KEPERAWATAN Ruang Rawat : Marwah 1 C RM : 85 – 75 - XX Nama : Ny. S Tgl. Lahir : 21/JAN/1950 Alamat : Surabaya (Mohon diisi atau ditempel sticker Label Identitas Tgl/ Jam Pagi 26/8/ 19 Mengunci roda tempat tidur untuk mengurangi resiko jatuh Memasang pagar pengaman tempat tidur Memastikan lingkungan bebas hambatan, aman Paraf Nama Tgl/ Jam Sore 26/8/ Mengobservasi tanda-tanda vital meliputi TD: RR: N: S: 19 Mendampingi dan membantu pasien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Mengkaji pasien Mengunci roda tempat tidur untuk mengurangi resiko jatuh Mengobservasi tanda-tanda vital meliputi TD: RR: N: S: Memasang pagar pengaman tempat tidur Mengobservasi tanda-tanda vital Paraf Tgl/ Nama Jam jika ada) Malam 26/8/ Mengobservasi tanda-tanda vital meliputi TD: RR: N: S: 19 Mendampingi dan membantu pasien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Mengunci roda tempat tidur untuk mengurangi resiko jatuh Memasang pagar pengaman tempat tidur Mengobservasi vital- 51 tanda-tanda Paraf Nama CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT) Tgl/ jam 26/ 8/1 9 Profesional Pemberi Asuhan (PPA) Pagi 13. 00 26/ 8/1 9 18. 00 Sore HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERI PELAYANAN Ditulis dalam format SOAP/ADIME, Disertai dengan target yang terukur, evaluasi hasil tatalaksana dituliskan dalam asesmen, harap bubuhkan stempel nama dan paraf pada setiap akhir catatan) S : Pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah belum teratasi - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 116/56 mmHg - Nadi : 74 x/menit - RR : 20 x/menit - S : 370C - EWS : 1 S : Pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah belum teratasi - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/60 mmHg - Nadi : 76 x/menit - RR : 20 x/menit 52 RM: 85 – 75 - XX Nama : Ny. S Tgl. Lahir : 21/JAN/1950 Alamat : Surabaya INSTRUKSI REVIEW PPA/PASCA VERIVIKASI I DPJP (Tulis nama, beri paraf, BEDAH (Instruksi tgl jam) DPJP harus ditulis dengan membaca/mereview rinci dan jelas) seluruh rencana Asuhan) 26/ 8/1 9 Malam 27/ 8/1 9 Pagi - S : 36,50C - EWS : 1 S : Pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah belum teratasi - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 110/70 mmHg - Nadi : 78 x/menit - RR : 20 x/menit - S : 370C - EWS : 1 S : Pasien mengeluhkan nyeri cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, jika berdiri dalam waktu lama pasien tidak kuat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah belum teratasi - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit - RR : 20 x/menit - S : 370C - EWS : 1 53 27/ 8/1 9 Sore 27/ 8/1 9 Malam 28/ 8/1 Pagi S : Pasien mengeluhkan nyeri pasca operasi cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, nyeri mendingan ketika diberi obat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit S : Pasien mengeluhkan nyeri pasca operasi cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, nyeri mendingan ketika diberi obat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit S : Pasien mengeluhkan nyeri pasca operasi cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, nyeri mendingan ketika diberi obat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh 54 9 28/ 8/1 9 Sore 28/ 8/1 9 Malam P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit S : Pasien mengeluhkan nyeri pasca operasi cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, nyeri mendingan ketika diberi obat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit S : Pasien mengeluhkan nyeri pasca operasi cekot-cekot pada pinggang menjalar sampai ke kaki kanan (dari kaki bagian atas sampai bagian bawah) dengan skala nyeri 5 dari 10, nyeri juga muncul secara terus-menerus, nyeri mendingan ketika diberi obat. O : Wajah pasien tampak meringis kesakitan merasakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian - Nyeri akut. - Gangguan mobilitas fisik. - Risiko jatuh P : Mempertahankan intervensi. I : Melakukan observasi tanda-tanda vital - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit 55 PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) RM : 58 – 68 - XX Nama : Ny. S Tgl. Lahir : 30/JUN/1950 Alamat : Surabaya (Mohon diisi atau ditempel sticker Label Identitas jika ada) Fase Tahap I Pengkajian Saat Pasien masuk 1 Tahap II Fase Diagnostik/Proses Asuhan Pelaksanaan Tanggal Jam Pengkajian fisik dan psikososial (Format 26/08/19 11.00 pengkajian keperawatan) Kegiatan Pengkajian Status fungsional (Indeks 26/08/19 11.00 Barthel) 2 3 4 Pengkajian Kebutuhan Pendidikan 26/08/19 11.00 Kesehatan a. Proses penyakit b. Obat-obatan c. Prosedur, cara perawatan d. Keamanan pasien e. Rehabilitasi f. Diet dan nutrisi g. Management nyeri Menjelaskan dan mendemonstrasikan 26/08/19 11.00 kepada penderita dan keluarga : a. Proses penyakit b. Obat-obatan c. Prosedur, cara perawatan d. Keamanan pasien e. Rehabilitasi f. Diet dan nutrisi g. Management nyeri 1 Evaluasi Dokumen terisi Lengkap Sebagian Kosong Mandiri Ringan Sedang Berat Total Tercapai Belum tercapai Penderita dan Keluarga Mampu menjelaskan Mampu mendemonstrasikan Belum mampu Tahap III Fase Stabilisasi/Kontinuitas Pelayan Tahap IV Fase Discharge 5 6 7 8 9 Mengevaluasi kemampuan penderita dan 26/08/19 11.00 keluarga : a. Proses penyakit b. Obat-obatan c. Prosedur, cara perawatan d. Keamanan pasien e. Rehabilitasi f. Diet dan nutrisi g. Management nyeri Diskusi tentang modifikasi lingkungan 26/08/19 11.00 pasien setelah pulang dari rumah sakit. Penderita dan Keluarga Mampu menjelaskan Belum mampu Diskusikan tentang rencana perawatan 26/08/19 11.00 lanjutan pasien a. Bantuan ADL b. Jadwal control Diskusikan tentang pengawasan pada 26/08/19 11.00 pasien setelah pulang tentang obat, diet, aktivitas, dan peningkatan status fungsional. Diskusi tentang support system 26/08/19 11.00 keluarga, financial dan alat/transportasi yang akan digunakan pasien Tercapai Belum tercapai Catatan Pulang 1. 2. 3. 4. Pelaksanaan Tanggal Jam Resep obat-obatan pulang Surat control Rujukan rehabilitasi Leaflet/Informasi kesehatan Discharge Planner/Perawat : Tercapai Belum tercapai Tercapai Belum tercapai Tercapai Belum tercapai Keterangan Pasien/Keluarga : (……………………….........) Tanda tangan & Nama Terang (……………………….........) Tanda tangan & Nama Terang 2 BAB IV ANALISA JURNAL 4.1.Clinical Queston (Pertanyaan Klinis) Pada pasien dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus) yang mengalami nyeri dan disabilitas aktivitas sehari-hari apakah berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien HNP Lumbal? 4.2.PICOT Population : 16 pasien HNP lumbal Intervention : Penambahan mobilisasi saraf Outcome : Kualitas Hidup (Quality of Life), Wellbeing Kata kunci (Key Word) : HNP (Hernia Nucleus Pulposus), nerve mobilization (mobilisasi saraf), pain (nyeri), Quality of Life (QoL), Well-being 3 4.3.Matriks PENGARUH PENAMBAHAN MOBILISASI SARAF TERHADAP PENURUNAN NYERI ISCHIALGIA OLEH KARENA HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI RS St ELISABETH SEMARANG 1. 2. 3. 4. Pertanyaan Why was study done? Mengapa penelitian ini dilakukan? What is sample size ? Apa sampel size? Are the measurements of major variables valid & reliable ? Apakah penelitiannya valid/reliable? How are the data analyzed ? Bagaimana data dianalisis? Penelitian bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penambahan mobilisasi saraf terhadap penurunan nyeri ischialgia oleh karena hernia nucleus pulposus di RS St elisabeth semarang. 16 orang, sample yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 16 orang, uji statistic menggunakan uji non parametric di RS St elisabeth semarang. Quadruple Visual Analogue Scale (Q-VAS) yang sudah teruji validitasnya. Karena jumlah data yang dianalisis adalah 16 yang dibagi menjadai dua kelompok (kurang dari 30 subjek), maka menggunakan uji statistik non parametrik (Hastono dan Sabri, 2011). Uji 2 kelompok yang berpasangan menggunakan uji Wilcoxon, dan 2 kelompok yang tidak berpasangan menggunakan uji Mann Whitney. 5. Were there any untoward events during Peneliti tidak menuliskan adanya kejadian yang tidak diharapkan dalam proses penelitian. the conduct of the study ? Adakah kejadian-kejadian yang tidak Peneliti menuliskan keterbatasan dalam penelitian yaitu, (1) ketidakmampuan peneliti dalam mengendalikan aktifitas subyek dalam kesehariannya serta obat yang dikonsumsinya, (2) waktu penelitian yang relatif singkat diinginkan? sehingga subyek yang didapatkan hanya sedikit, (3) subyek dalam penelitian pada masing-masing kelompok yang sedikit, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas dari penelitian ini. 6. How do the results fif with previous Pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan pemberian TENS terhadap pengurangan nyeri ischialgia. research in the area ? Maka hipotesis ada pengaruh TENS terhadap pengurangan nyeri ischialgia oleh karena HNP diterima. Bagimana hasil peneliti sejalan Selisih mean VAS sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 23,67. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Johnson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) bahwa dengan penelitian sebelumnya? TENS pada konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut A-β yang selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu posterior medula 4 7. What does this research mean for clinical practice ? kira-kira hasil implikasi (menyelesaikan masalah/tidak) ? spinalis. Pada implikasi klinis, mobilisasi saraf bisa digunakan sebagai modalitas tambahan dari terapi yang biasa dilakukan di Rumah Sakit pada penderita ischialgia, selain itu bisa juga diberikan edukasi kepada pasien untuk selalu pada postur yang benar saat duduk, menekuk lututnya pada saat mengangkat barang atau tidak memberi tekanan pada pinggang. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih memperhatikan aspek dari posisi sholat yang benar. 5 4.4.Kesimpulan Dari hasil statistik tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, tetapi secara praktis ada sedikit perbedaan. Pada implikasi klinis, mobilisasi saraf bisa digunakan sebagai modalitas tambahan dari terapi yang biasa dilakukan di Rumah Sakit pada penderita ischialgia 4.5.Hasil Clinical Implication Menurut Carey, et all (1995) efektivitas mobilisasi saraf terjadi karena adanya efek flossing, yaitu kemampuan untuk mengembalikan mobilitas dan penguluran, akibatnya aliran darah dan transportasi aksonal pada jaringan saraf lancer. Mobilisasi saraf membantu dalam memecah adhesi dan mewujudkan mobilitas, dalam hal ini mobilisasi saraf membantu dalam memberikan pengurangan gejala, seperti nyeri. Evidence based untuk mobilisasi saraf memang belum banyak, secara umum mobilisasi saraf mungkin bermanfaat pada entrapment saraf tepi ekstremitas atas dan sindroma nyeri cercvico-brachial dan lumbo-sakral (Shacklock, 2005) yang dikutip Setiawan, 2008. Jurnal penelitian melakukan penelitian di Indonesia, besar kemungkinan clinical implication tersebut bisa diterapkan pada populasi HNP di Indonesia, mobilisasi saraf bisa digunakan sebagai modalitas tambahan dari terapi yang biasa dilakukan di Rumah Sakit pada penderita ischialgia, selain itu bisa juga diberikan edukasi kepada pasien untuk selalu pada postur yang benar saat duduk, menekuk lututnya pada saat mengangkat barang atau tidak memberi tekanan pada pinggang. 6 BAB V PENUTUP 5.1.KESIMPULAN Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. HNP sering terjadi pada daerah Lumbal 4 - Lumbal 5 dan Lumbal 5 - Sacrum 1 dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban. Rasa nyeri pada HNP disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (Muttaqin, 2008). 7 DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer dkk, 1991, Kapita selekta kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta Arjatmo Tjokronegoro, dkk, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, FKUI, Jakarta. Doengoes Marillyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. 8