Uploaded by User59166

ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH- Analisa Pengaruh Langsung Himne Kepada Aten Terhadap Mazmur 104 Menggunakan Metode Komparatif

advertisement
ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH:
Analisa Pengaruh Langsung Himne Kepada Aten Terhadap Mazmur
104 Menggunakan Metode Komparatif
William Sinatra
Angkatan 2016
[email protected] atau [email protected]
Abstrak
Perkembangan studi mitos (Mythology) dan Alkitab (Biblical Study) telah
dilakukan selama bertahun-tahun belakangan ini. Studi tersebut bertujuan untuk
membuktikan bahwa Alkitab memang hanyalah sebuah mitos belaka. Hal tersebut
tentu saja memberikan tantangan bagi kehidupan orang percaya untuk meyakini
bahwa Alkitab merupakan Firman Allah. Hal ini yang menjadi dasar di dalam tulisan
ini untuk memberikan bukti bahwa Alkitab merupakan wahyu Allah secara khusus
dan bukan sekedar literatur kuno bahkan mitos. Pembuktian bahwa Alkitab adalah
Firman Allah di dalam tulisan ini akan berfokus kepada Mazmur 104 yang
diidentifikasi memiliki relasi langsung dengan karya Mesir Himne kepada Aten.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode komparatif dengan
memperhatikan konteks dari kedua materi yang diperbandingkan secara sama.
Melalui penelitian yang dilakukan penulis membuktikan bahwa Mazmur 104 tidak
terkait secara langsung dengan Himne kepada Aten, dan memiliki perbedaanperbedaan yang fundamental terhadap kemiripan kata atau frasa yang muncul.
Keterkaitan dari Mazmur 104 disebabkan oleh karena pertemuan dan pengaruh
dengan budaya sekitar dan secara tujuan serta ide dasar kedua karya adalah berbeda.
Hal ini jelas membuktikan bahwa pandangan yang menganggap Alkitab adalah
sebuah karya mitologi adalah salah. Oleh karena itu, Alkitab seharusnya dipandang
sebagai pernyataan Allah secara khusus kepada orang percaya.
Kata Kunci: Mazmur 104; Hymn to the Aten; Mesir Kuno; Apologetika; Perjanjian
Lama; Mitologi; Studi komparatif.
PENDAHULUAN
Alkitab merupakan bagian
utama dari kehidupan orang percaya,
alasannya karena Alkitab atau Kitab
Suci merupakan Firman Allah.
Pengakuan Alkitab sebagai Firman
Allah telah dilakukan oleh orang-orang
percaya sejak zaman dahulu, seperti
yang dikatakan oleh Herman Bavinck
di dalam Dogmatika Reformed jilid 1
bahwa
Sejak
permulaannya,
gereja
Kristen selalu menerima Kitab
Suci sebagai Firman Allah,
dimulai dengan Perjanjian Lama
dan diperluas di dalam Perjanjian
Baru semuanya diyakini sebagai
“tulisan-tulisan ilahi” dan menjadi
kepercayaan universal gereja.1
Alkitab merupakan suatu kitab
yang otoritatif karena setiap penulis
yang mengambil bagian dalam
penulisannya dituntun oleh Roh
Kudus. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Alkitab dinafaskan sendiri oleh
Allah seperti yang dituliskan di dalam
2 Timotius 3:16.
Akan tetapi, pandangan ini
mendapat tantangan dari orang-orang
atau kelompok-kelompok yang tidak
mau mengakui Alkitab sebagai Firman
1
Herman Bavinck, Dogmatika Reformed Jilid
1: Prolegomena, (Jakarta: Penerbit
Momentum, 2011), 468.
1 Allah. Sebagai contoh, pada abad ke18 melalui kritik rasionalis orangorang berusaha memisahkan antara
“Firman Allah” dari Alkitab. Menurut
mereka, Kitab Suci dapat salah dan
memiliki kekurangan. 2 Hal ini tentu
saja bertentangan dengan kepercayaan
orang Kristen, karena Alkitab dianggap
tidak bersalah karena berasal dari
Allah sendiri, dan Allah tidak dapat
salah, perkataan-Nya tidak mungkin
mengandung kesalahan seperti yang
ditegaskan di dalam The Chicago
Statement tentang ketidakbersalahan
Alkitab.3
Pandangan lain yang menolak
tentang otoritas Alkitab sebagai
Firman Allah adalah menganggapnya
sebagai mitos (Myth) 4 . Studi tentang
mitos (Mythology) dan Alkitab
(Biblical Study) telah dilakukan selama
bertahun-tahun belakangan ini. Studi
tersebut bertujuan untuk membuktikan
bahwa Alkitab memang hanyalah
sebuah mitos belaka. Perkembangan
akan studi terhadap mitos dan Alkitab
dapat dikategorikan ke dalam tiga
masa sebagai berikut :5
1. Awal Abad ke-19
Perkembangan
studi
mitos
terhadap tulisan-tulisan di dalam
Perjanjian Lama dan Baru
sebenarnya telah dilakukan jauh
sebelum masa ini. Para Bapa-Bapa
Gereja telah menghadapi hal-hal
ini, tetapi perkembangan pesat
terhadap studi tentang mitos dan
Alkitab mencapai puncaknya pada
abad
ke-19.
Jadi
dapat
disimpulkan studi tentang mitos
secara spesifik dan juga mencakup
kemunculannya di dalam Alkitab
dimulai pada abad ke-19. Salah
satu contoh hasil studi yang
dilakukan adalah menemukan
relasi yang identik di dalam Kitab
Kejadian 6-9 dengan tulisantulisan di Mesopotamia. Hal ini
menyebabkan para sarjana terus
memikirkan tentang relasi antara
mitologi dan tradisi Alkitab.
2. David Friedrich Strauss
Pada tahun 1834 David Friederich
Strauss menerbitkan karyanya
berjudul Life of Jesus. Karya
Strauss ini berisi penyelidikan
terhadap material mitos di dalam
Injil tentang Yesus Kristus.
Strauss mengatakan seperti yang
dikutip oleh Fritz Graf bahwa
kisah-kisah Yesus mulai dari
kelahiran dan karya-karya-Nya di
dunia tidak berbeda dengan kisah
dari tokoh-tokoh terkenal lainnya.6
Karya
dari
Strauss
ini
menimbulkan efek yang cukup
serius karena para menimbulkan
keraguan bagi pembacanya (yang
umumnya
tidak
memiliki
pengetahuan cukup tentang kritik
histori Alkitab) terhadap Alkitab
yang mereka percayai selama ini.
2
Bavinck, Dogmatika Reformed, 468.
R. C. Sproul, Can I Trust the Bible?,
(Orlando,
Florida:
Reformation
Trust
Publishing, 2009), 18.
4
A traditional story, esp. one concerning the
early history of a people or explaining some
natural or social phenomenon, and typically
involving supernatural beings or events.
“Myth,” Dictionary.com, diakses pada 20
Maret
2020,
https://www.dictionary.com/browse/myth.
5
Mengambil pandangan dari Anchor Bible
Dictionary mengenai mitos dan mitologi. Fritz
Graf, “Myth and Mythology,” dalam David
Noel Freedman, ed. The Anchor Bible
Dictionary vol.4 , (New York: Doubleday,
1992), 946.
3
3. Masa-Masa Setelah Strauss.
Bertahun-tahun setelah Strauss
menerbitkan
karyanya,
permasalahan mitos dan Alkitab
masih menjadi perbincangan yang
6
“The growth of tradition about Jesus was
much like the growth of stories about any
remarkable man: soon after the death of such
a man, the historical gives way to the
development of the legendary.” Fritz. “Myth
and Mythology,” 946.
2 serius. Pengaruh dari pemikiran
Strauss masih terus berperan di
dalam konsep bahwa Alkitab
adalah sebuah mitos yang utuh.
Perkembangan studi mitologi
terhadap
Alkitab
yang
terus
berlangsung
sampai
saat
ini
memberikan tantangan bagi kehidupan
orang percaya untuk meyakini bahwa
Alkitab merupakan Firman Allah. Hal
ini yang menjadi dasar di dalam tulisan
ini untuk memberikan bukti bahwa
Alkitab merupakan wahyu Allah
secara khusus dan bukan sekedar
literatur
kuno
bahkan
mitos.
Pembuktian bahwa Alkitab adalah
Firman Allah di dalam tulisan ini akan
berfokus kepada Perjanjian Lama
khususnya Kitab Mazmur. Salah satu
mazmur yang digunakan sebagai
contoh yaitu Mazmur 104.
METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan metode
komparatif (Comparative Method)
dalam melakukan penelitan ini. Prinsip
metode perbandingan yang penulis
gunakan didasarkan pada teori
Shemaryahu
Talmon
tentang
7
pendekatan yang holistik dan Brent A.
Strawn yang menekankan pentingnya
memperlakukan
materi
yang
dibandingkan secara sama.8 Metode ini
dipilih karena merupakan cara paling
fundamental 9 untuk melihat apakah
kesamaan-kesamaan yang dimiliki di
dalam Alkitab khususnya Mazmur 104
dengan literatur kuno membuatnya
menjadi sama kedudukannya dengan
teks-teks tersebut.
Pembahasan akan dimulai dengan
menunjukkan keterkaitan Mazmur 104
dengan literatur Timur Dekat Kuno
dalam hal ini karya Mesir yaitu Himne
kepada Aten (Hymn to the Aten).
Langkah
berikutnya,
penulis
memberikan beberapa pendapat ahli
tentang keterkaitan kedua karya
tersebut.
Dalam
langkah
ini
disimpulkan dua hal yaitu Mazmur 104
tidak terkait secara langsung dengan
Himne kepada Aten, dan bagianbagian yang menurut beberapa ahli
memiliki kemiripan ternyata memiliki
perbedaan secara fundamental yaitu
tujuan penulisan dan ide dasarnya.
Penulis
selanjutnya
akan
melakukan analisa terhadap dua
kesimpulan
tersebut
dengan
menjelaskan
konteks
sejarah
pertemuan budaya Timur Dekat Kuno
dengan Perjanjian Lama dan konsep
ide
dari
masing-masing
karya
tersebut. 10 Hasil analisa dari akan
diberikan penulis setelah melakukan
kedua langkah tersebut.
Terakhir penulis akan memberikan
kesimpulan dari hasil perbandingan
tersebut untuk membuktikan bahwa
Alkitab merupakan Firman Allah.
7
Prinsip ini dikemukakan Talmon dalam
karyanya “The Comparative Method in
Biblical
Interpretation—Principles
and
Problems” yang digunakan dalam penelitian
Jordan W. Jones di Mazmur 104:3. Jordan W.
Jones, “Who Maketh The Clouds His Chariot:
The
Comparative
Method
and
The
Mythopetical Motif of Cloud-Riding in Psalm
104 and The Epic of Baal” (MA Ths., The
Faculty of Liberty University, 2010), 8-9.
8
Brent A. Strawn, “Comparative Approaches:
History, Theory, and The Image of God,”
dalam Method Matters Essays on the
interpretation of the Hebrew Bible in Honor of
David L. Petersen, ed., Joel M. LeMon dan
Kent Harold Richards (Atlanta: Society of
Biblical Literature, 2009), 135-137.
PEMBAHASAN
Mazmur 104 dan Himne Kepada
Aten
Kitab Mazmur yang menjadi fokus
penelitian ini diyakini ditulis dalam
9
Strawn, “Comparative Approaches,” 118.
Penjelasan konteks ini bertujuan untuk
menghindari apa yang Samuel Sandmel
definiskan sebagai parallelomania yaitu
meleih-lebihkan kesamaan-kesamaan yang ada
dan menyimpulkan bahwa keduanya memiliki
keterkaitan.
Samuel
Sandmel,
“Parallelomania,”
Journal
of
Biblical
Literature 18, No. 1 (Mar 1962), 2.
10
3 suatu konteks tertentu yaitu dunia
Timur Dekat kuno. Dalam dunia Timur
Dekat Kuno, terdapat banyak bentuk
komposisi puisi-puisi yang juga
mengarah kepada sosok ilahi. 11
Nyanyian
pujian
ritual
yang
menyerupai puisi-puisi mazmur Ibrani
dan perayaan para dewa lazim
ditemukan di Mesir dan Mesopotamia,
serta dalam literatur Siro-Kanaan.
Bukti
kemiripan
literatur
ini
didapatkan melalui kumpulan teks-teks
yang ditemukan di situs Ugarit, di
pantai Mediterania Syria masa kini,
yang berasal dari tahun 1400 hingga
1200 SM — beberapa abad lebih awal
dari bagian utama tulisan-tulisan
alkitabiah.12
Beberapa ahli melalui penemuanpenemuan tersebut bahkan telah
melangkah
lebih
jauh
dengan
mengklaim bahwa beberapa mazmur
Ibrani
pada
dasarnya
adalah
terjemahan
dari
puisi
pagan.
Pernyataan ini dapat membawa kepada
kesimpulan bahwa asal mula dari
Perjanjian Lama (Kitab Mazmur
termasuk
di
dalamnya)
adalah
manusia, bukan Allah, dan dasar dari
iman Kristen berakar dari mitologi
pagan.13
James Henry Breasted seperti
yang dikutip John Walton, pada tahun
1905 mengidentifikasi relasi antara
Mazmur
104
dengan
Himne
Akhenaten kepada Aten (Akhenaten’s
Hymn to the Aten). 14 Pada karyanya
kemudian di tahun 1930, Breasted
semakin yakin dengan mengatakan
11
John H. Walton, Ancient Israelite Literature
in its Cultural Context: A Survey of Paralles
Between Biblical and Ancient Near Eastern
Texts (Grand Rapids, Michigan: Regency
Reference Library, 1989), 135.
12
Robert Alter, The Book of Psalms: A
Translation with Commentary, (New York:
W.W. Norton Company), 17.
13
John H. Walton, Ancient Near Eastern
Thought and the Old Testament (Grand
Rapids, Michigan: Baker Academic, 2006), 16.
14
Walton, Ancient Near Eastern Thought, 340.
bahwa Himne Kepada Aten ini sebagai
sumber bagi pemazmur Ibrani untuk
mengenali anugerah dan kasih Allah di
dalam ciptaan-Nya. 15 Dasar dari
kesimpulan ini adalah kesamaan katakata antara Himne kepada Aten dan
Mazmur 104. Pandangan ini juga
didukung oleh William K. Simpson
yang mengatakan bahwa “There are
close parallels in wording, thought,
and sequence of ideas to the verses of
Psalm 104.”16
Pendapat
Breasted
tentang
kesamaan-kesamaan yang muncul
antara Himne kepada Aten dan
Mazmur 104 menunjukkan bahwa
karya puisi Ibrani tersebut “seolaholah” memilki keterkaitan secara
langsung.
Penulis
tidak
ingin
mengesampingkan fakta bahwa banyak
dari bagian Kitab Mazmur (salah
satunya Mazmur 104) menggambarkan
Tuhan sebagai prajurit seperti pada
model dewa yang mengendarai langit
dengan awan sebagai keretanya,
mengacungkan
petir
sebagai
senjatanya. Tetapi, kemiripan Mazmur
104 dengan sastra pagan ini menurut
penulis harus disikapi dengan baik. Hal
ini
bertujuan
supaya
tidak
mendatangkan keraguan bagi sebagian
pembaca Alkitab, terutama bagi
mereka
yang
tidak
memiliki
pengetahuan yang mendalam.
Penulis akan memberikan pendapat
beberapa
tanggapan
para
ahli
15
James K. Hoffmeier mengutip James H.
Breasted dari karyanya History of Egypt dan
The Dawn of Conscience. James K. Hoffmeier,
Akhenaten and the Origins of Monotheism,
(New York: Oxford University Press, 2015),
247. Pandangan pengaruh langsung Himne
kepada Aten terhadap Mazmur 104 juga
dikatakan oleh Artur Weigall dalam bukunya
The Life and Times of Akhenaten.
16
William Kelly Simpson, The Literature of
Ancient Egypt: An Anthology of Stories,
Instructions, Stelae, Autobiographies, and
Poetry 3rd ed., (London: Yale University Press,
2003), 278.
4 mengenai kemiripan Mazmur 104 dan
Himne kepada Aten ini:
Leslie C. Allen.
Leslie C. Allen dalam tafsiran
Kitab Mazmur menjabarkan kesamaankesamaan yang ditemukan di dalam
himne
Mesir
ini
berdasarkan
terjemahan di dalam ANET 17 dan
DOTT 18 . Beberapa kesamaan yang
muncul adalah sebagai berikut :
- Baris 70-73 dari Himne Aten
dengan Mazmur 104 ayat 10,13
dan 6.
- Baris 31-34 dengan ayat 11,12,
dan 14a.
- Baris 11,12 dan 17 dengan ayat
20-21.
- Baris 52 dan 54 dengan ayat 24.
- Baris 37 dan 39 dengan ayat
25,26.
- Baris 60 dengan ayat 27
- Baris 99-100 dengan ayat 2930.
Allen menyatakan mengatakan
bahwa keterkaitan dengan beberapa
bagian dari himne kepada Aten dengan
Mazmur tidak dapat disangkali. 19
Tetapi, kesamaan yang muncul ini
tidak serta merta menjadikan Mazmur
104 berasal atau terjemahan dari karya
orang-orang Mesir.20
James K. Hoffmeier
James
K.
Hoffmeier
yang
melakukan perbandingan terhadap
kedua teks tersebut juga melihat
adanya permasalahan dari kesimpulan
yang mengatakan bahwa keduanya
berkaitan secara langsung. Hoffmeier
memberikan dua poin permasalahan
yang terjadi pertama, jika Himne
kepada Aten digunakan sebagai
sumber utama, maka urutan dari
Mazmur 104 akan berubah. 21
Hoffmeier membandingkan Himne
Kepada Aten terjemahan James Wilson
dengan Mazmur 104 versi KJV dan
mendapati urutan mazmur tersebut
menjadi: 21, 20, 22, 23, 11-13, 24, 14,
27, 6, 10, 19, 30, 29.22
Poin keberatan kedua yang
disampaikan
Hoffmeier
adalah
masalah rentang waktu antara kedua
karya tersebut. Menurutnya, terdapat
jarak yang cukup jauh baik secara
waktu maupun letak geografis dari
keduanya.23
Kazi Zulkader Siddiqui
Kazi Zulkader Siddiqui yang
melakukan perbandingan serupa dan
menyimpulkan dua hal pertama,
kesamaan-kesamaan yang muncul
secara konteks dan ide dasar berbeda
dari kedua karya tersebut. Kedua,
setelah disejajakan secara urutan
Mazmur 104 akan menjadi seperti
berikut ini: 1-5, 6-9, 19-21, 22-23, 1018, 15-18, 15-26, 24, 27, 6, 10, 13-14,
19, 27-30, 31-35. Menurut Siddiqui,
dengan membaca dari urutan tersebut
maka akan merubah makna dan nuansa
asli dari mazmur tersebut. Menurutnya,
ada permasalahan ketika menerima
Himne kepada Aten sebagai sumber
langsung dari Mazmur 104.24
Hans Joachim Kraus
Hans Joachim Kraus menjelaskan
asal usul dari kesamaan ini. Dengan
mengatakan “All these alien elements
flowed into Israel because of the
contact with the Canaanites.”25 Himne
dewa matahari orang Mesir yang
ditemukan di daerah El Amarna
21
Hoffmeier, Akhenaten, 249.
Hoffmeier, Akhenaten, 247-248.
23
Hoffmeier, Akhenaten, 249.
24
Kazi Zulkader Siddiqui, “The Problem of
Similarities in Ancient Near Eastern Religions:
A Comparison of the Hymn to Aton and Psalm
104,” dalam Journal Islamic Studies Vol.40,
No. 1 (Spring 2001), 87.
25
Kraus, Psalms 60-150, 298.
22
17
Ancient Near Eastern Texts.
Documents from Old Testament Times.
19
Leslie C. Allen, “Psalms 101-150,” dalam
Word Biblical Commentary Vol. 21, (Waco,
Texas: Word Books, Publisher: 1983), 29-30.
20
Allen, “Psalms 101-150, 30.
18
5 merupakan pemikiran orang-orang
Mesir yang cukup familiar di daerah
Palestina, sehingga tidak heran Bangsa
Israel yang kemudian tinggal di daerah
tersebut mengalami asimilasi secara
budaya dan pemikiran.26
Crüsemann
Crüsemann seperti yang dikutip
oleh Allen mengatakan bahwa
kesamaan Mazmur 104 dengan Himne
kepada Aten terletak pada ayat 20-30.
Bagian tersebut mendapat pengaruh
dari model tulisan Mesir kuno, tetapi
pada bagian lain dari bagian mazmur
ini tidak dapat dikatakan sebagai
pengaruh dari tulisan-tulisan Mesir.27
Crüsemann melihat dari sudut
pandang ragam penulisan (the stylistic
variety) dan menyimpulkan ada
bagian-bagian
yang
mendapat
pengaruh dari tulisan Mesir, tetapi
tidak secara keseluruhan Mazmur 104
merupakan
terjemahan
langsung.
Crüsemann juga menegaskan bahwa
keseluruhan dari mazmur ini (bagian
yang sama maupun yang berbeda)
dengan jelas diarahkan langsung
kepada TUHAN Allah bangsa Israel.
K.H. Bernhardt
K. H. Bernhardt seperti yang juga
dikutip
oleh
Allen
mencoba
mengkontraskan bagian-bagian yang
terdapat di dalam Himne kepada Aten
dengan Mazmur 104. Beberapa bagian
yang dikontraskan adalah28
Himne
Mazmur
Aten
104
Makna kata Berkaitan Berkaitan
“Malam”
dengan
dengan
sesuatu
hal yang
yang
positif,
jahat.
sebagai
bagian
dari
Peran dari Sebagai
“Matahari” objek dari
penciptaan
di dalam
teks
Mesir.
Pengaturan Berpusat
budaya
pada
sungat Nil
(Nilecentered).
ciptaan
TUHAN.
Sebagai
objek
dari salah
satu
ciptaan
TUHAN.
Berpusat
pada
TUHAN.
Perbandingan yang dijabarkan oleh
Bernhardt memperlihatkan bahwa
pusat penyembahan dari kedua karya
puisi tersebut berbeda. TUHAN
sebagai subjek utama penyembahan di
dalam semua Kitab Mazmur. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan dari G.
Nagel yang mengatakan bahwa “the
difference between the two texts are
more important than the similarities,
and direct influence of Psalm 104 must
be ruled out.” 29 Nagel memberikan
penekanan bahwa perbedaan yang ada
lebih penting untuk ditekankan karena
memberikan makna yang sangat
berbeda bagi Kitab Mazmur.
G.R. Driver
G.R.
Driver
mengambil
kesimpulan dari keterkaitan ini dengan
mengatakan bahwa kesamaan Mazmur
104 di dalam tema (berkaitan dengan
penciptaan dunia, berkat atas air,
malam, siang, dan pemeliharaan hidup)
tidak membuktikan kesamaan sumber.
Masing-masing karya merupakan satu
kesatuan yang mandiri meskipun ada
pengadopsian diantara kedua penulis
karya tersebut. 30
Pendapat ini
didukung oleh Miriam Lichtheim yang
29
Allen, “Psalms 101-150, 30.
Walton, Ancient Israelite Literature in its
Cultural Context, 164; Miriam Lichtheim,
Ancient Egyptian Literature Vol. II: The New
Kingdom, (Berkeley: University of California
Press), 100.
30
26
Kraus, Psalms 60-150, 298.
Allen, “Psalms 101-150, 30.
28
Allen, “Psalms 101-150, 30.
27
6 juga menyimpulkan keterkaitan kedua
karya tersebut sebagai kesamaan
umum antara himne dari Mesir dan
Mazmur di dalam Alkitab.31
Peter C. Craigie
Peter Craigie memberikan
pendapatnya yang tidak menyetujui
keterkaitan Mazmur 104 dengan karya
dari Mesir sebagai satu kesatuan
dengan 3 alasan, yaitu :32
1. Kedua karya terpisah di dalam
rentang waktu 400 tahun.
2. Kedua karya ditulis di dalam
bahasa yang berbeda (tidak
dalam kategori bahasa yang
sama).
3. Himne Aten ditulis di dalam
dinding makan di daerah
Amarna yang ditutup dan
ditinggalkan setelah kematian
Akhenaten.
Sehingga
pandangan
tentang
kemungkinan keterkaitan kedua
karya tersebut tidak dapat
diterima.
Pendapat dari para ahli yang sudah
disampaikan memberikan berberapa
poin kesimpulan pertama, Mazmur 104
tidak mendapat pengaruh langsung dari
Himne kepada Aten karena ada
perbedaan rentang waktu dan lokasi
yang jauh dan kemiripan yang ada
merupakan
suatu
pengadopsian
terhadap pengetahuan yang umum
pada masa itu.
Kedua, jika dibandingkan dengan
memperhatikan
konteks
setiap
bagiannya Mazmur 104 berbeda secara
tujuan penulisan dan ide yang
disampaikan dengan Himne kepada
Aten.
ANALISA
Kedua poin kesimpulan dari para
ahli yang telah disampaikan akan
31
Walton, Ancient Israelite Literature in its
Cultural Context, 164.
32
Walton, Ancient Israelite Literature in its
Cultural Context, 164.
penulis buktikan melalui perbandingan
Himne kepada Aten dan Mazmur 104.
Berkaitan dengan kesimpulan pertama
yang mengatakan bahwa Mazmur 104
tidak dipengaruhi secara langsung oleh
Himne kepada Aten dapat dijelaskan
dengan memahami sejarah dari karya
Mesir tersebut dan juga pertemuan
pemikiran Timur Dekat Kuno dengan
Perjanjian Lama.
Konteks Sejarah Himne Kepada
Aten
Himne kepada Aten atau Hymn
to The Aten merupakan karya Mesir
kuno yang ditulis oleh Firaun
Akhenaten dari dinasti ke 18 yang
ditujukan kepada dewa matahari
Aten.33 Himne ini ditulis pada periode
Amarna (The Amarna Period) yang
secara tradisi dipahami sebagai masamasa awal perubahan penyembahan
kepada monoteisme.34
Himne yang ditujukan kepada
dewa Aten merupakan suatu revolusi
terhadap penyembahan sebelumnya
yang ditujukan kepada Amun-Re. 35
Walton mengatakan bahwa Aten bukan
sekedar
dewa
matahari,
tetapi
merupakan perwujudan dari sifat dan
benda matahari itu sendiri. Aten adalah
sebuah
kekuatan
kosmik
yang
33
Simpson, The Literature of Ancient Egypt,
278.
34
Penyembahan monoteistik kepada dewa
Aten hanya terjadi pada masa Firaun
Akhenaten saja, setelah itu penyembahan
kepadan Aten dianggap sebagai bidah. Joshua
J. Mark, “Amarna Period of Egypt,” Ancient
History
Encyclopedia,
https://www.ancient.eu/Amarna_Period_of_Eg
ypt/ diakses pada 20 Maret 2020.
35
Kazi Zulkader Siddiqui, “The Problem of
Similarities in Ancient Near Eastern Religions:
A Comparison of the Hymn to Aton and Psalm
104,” dalam Journal Islamic Studies Vol.40,
No. 1 (Spring 2001), 70-71; James B.
Pritchard, Ancient Near Eastern Texts:
Relating to the Old Testament 3rd Ed with
Supplement, (New Jersey: Princeton Unversity
Press, 1969), 369.
7 menyatakan dirinya dalam bentuk
matahari, cahaya, dan waktu.36
Becki
VandenBoom
dalam
tulisannya
menyimpulkan
bahwa
perubahan penyembahan kepada dewa
Aten ini memberikan tema-tema
teologis yaitu Aten sebagai dewa
pencipta tunggal, sebagai bapa (orang
tua) bagi raja, dan pengasuh (ibu) bagi
pengikutnya. Para pengikut dewa Aten
juga berfokus kepada kehidupan
daripada kematian, dan menyatakan
sebagai agama penyembahan yang
universal.37
Alice Florokowski Berdasarkan
penelitian
waktu
penulisan
ini
menunjukkan
adanya
keterkaitan
dengan bangsa Israel sehingga Himne
kepada Aten ini memberikan pengaruh
atau inspirasi terhadap budaya dan
karya-karya
mereka. 38 Namun,
Hoffmeier
memberikan
pendapat
bahwa para ahli mengabaikan fakta
bahwa setelah Firaun Akhenaten, sisasisa kerajaannya tidak digunakan lagi
dan ditinggalkan sekitar tahun 1335
SM. Tidak ada data-data papirus
tertinggal yang dapat digunakan oleh
generasi
selanjutnya
untuk
mempelajari ataupun mengutipnya dan
bahkan menterjemahkannya.39 Siddiqui
menambahkan
bahwa
cara
penyembahan kepada dewa Aten
bahkan dianggap sebagai bidah di
masa-masa setelah Firaun Akhenaten
tidak berkuasa lagi.40
Pendapat dari Hoffmeier dan
Siddiqui ini tentu saja memperkuat
36
Walton, Ancient Near Eastern Thought, 340.
Becki VandenBoom, Atenism and The Great
Hymn to the Aten, Academia, diakses pada 20
Maret
2020,
https://www.academia.edu/6076411/Atenism_
and_The_Great_Hymn_to_the_Aten.
38
Alice Florkowski, The Hymn to the Aten:
Egyptian Chronology, Academia, 20 Maret
2020,
https://www.academia.edu/39259760/Hymn_t
o_the_Aten_Egyptian_Chronology.
39
Hoffmeier, Akhenaten, 249.
40
Siddiqui, “The Problem of Similarities, 71.
37
kesimpulan bahwa Mazmur 104 tidak
terkait secara langsung dengan Himne
kepada
Aten.
Lalu,
darimana
kemiripan tersebut berasal ?
Pertemuan Pemikiran Mesir dan
Perjanjian Lama
Kisah-kisah di Alkitab, khususnya
di
dalam
Perjanjian
Lama
memperlihatkan bahwa kehidupan
bangsa Israel tidak bisa dipungkiri
bersentuhan
dengan
budaya
masyarakat
sekitarnya.
Sebagai
contohnya Abraham yang berasal dari
daerah Mesopotamia, kemudian para
keturunannya menghabiskan waktu di
Mesir dan setelah melalui perjalanan
panjang menetap di tanah yang telah
dijanjikan oleh Allah di Kanaan.
Bangsa Israel yang menetap di Kanaan
tentunya
tidak
terlepas
dari
persentuhan dengan masyarakat asli di
sana. Oleh karena itu, John H. Walton
menyimpulkan bahwa secara historis,
kehidupan bangsa Israel sangat terkait
dengan kehidupan masyarakat yang
ada di sekitarnya. 41 Keterkaitan
tersebut memberikan pengaruh di
dalam bahasa, cara berbicara dan
tulisan orang-orang Israel sendiri. Hal
ini dibuktikan dari temuan-temuan data
bahwa keterkaitan budaya dan tulisan
dari bangsa Israel dengan budaya
Timur Dekat Kuno tidak terbantahkan
lagi.42
Mitchell Dahood dalam hal ini
memberikan masukan bahwa sumber
kesamaan tersebut berasal dari orangorang Semit yang disebut Phoenician.
Mereka memberikan pengaruh tidak
langsung tentang pemikiran dan karya
Mesir kepada orang-orang Israel. 43
Namun, kesimpulan ini bertentangan
dengan pendapat dari Hoffmeier
karena menurutnya dokumen atau
bukti-bukti
yang
menjelaskan
41
Walton, Ancient Israelite Literature, 9.
Walton, Ancient Israelite Literature, 13.
43
Mitchell Dahood, Psalms III, (New York:
Doubleday, 1970), 101-150
42
8 keterlibatan
orang-orang
Semit
terhadap pemikiran bangsa Israel tidak
dapat
dibuktikan
secara
pasti.
Hoffmeier
mengusulkan
bahwa
keterkaitan Himne kepada Aten dan
Mazmur 104 disebabkan oleh “the
common theology” atau “general
pattern” 44
Kekuasaan
Firaun
Akhenaten boleh berakhir dan sisa-sisa
peninggalannya dihapuskan, tetapi
bahasa-bahasa
keagamaan
yang
menyembah kepada matahari (terkait
dengan dewa Aten) tidak hilang
bahkan terus ada hingga masa YunaniRomawi.45
Berdasarkan kesimpulan di atas
maka tidak heran bila di dalam tulisantulisan di Perjanjian Lama juga
terdapat kemiripan dengan tulisantulisan bangsa-bangsa lain. Termasuk
di dalamnya mitos-mitos dari bangsabangsa tersebut. John N. Oswalt
mengatakan bahwa dirinya tidak
menyangkali bahwa terdapat beberapa
kesamaan-kesamaan
antara
kepercayaan bangsa Israel dan bangsa
sekitarnya dalam kaitannya dengan
tulisan-tulisan. Tetapi tidak berhenti
sampai di situ, Oswalt meyakini bahwa
apa yang mereka percayai di dalam
Perjanjian lama memiliki perbedaan
yang signifikan dengan tulisan Timur
Dekat Kuno. Jika tidak memiliki
perbedaan maka kepercayaan yang
diyakini oleh bangsa Israel hanyalah
sekedar agama-agama umum yang
berkembang pada masa itu.46
Kesalahan di dalam melihat
keterkaitan dan kesamaan Kitab
Mazmur dengan karya-karya puisi
Timur Dekat Kuno inilah yang harus
diwaspadai. Helmer Ringgren seperti
yang dikutip oleh Walton mengatakan
bahwa
44
Hoffmeier, Akhenaten, 256.
Hoffmeier, Akhenaten, 254-255.
46
John N. Oswalt, The Bible Among the Myths,
(Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2009),
67.
45
The same expression, when used
in different religious literatures,
does not always mean the same
thing. Thus two similar pharses do
not necessarily convey identical
ideas.47
Kutipan ini menjelaskan bahwa
kesamaan-kesamaan yang muncul di
dalam Alkitab, khususnya di dalam
pembahasan ini adalah Mazmur 104
belum membuatnya menjadi sama.
Ada konsep-konsep dari Bangsa Israel
yang sangat berbeda dan tidak dimiliki
oleh
bangsa-bangsa
lain.
Jadi
kesamaan dan keterkaitan Kitab
Mazmur dengan karya Timur Dekat
Kuno tidak bisa disimpulkan bahwa
keduanya adalah sama atau terkait
secara langsung, dan Kitab Mazmur
merupakan sebuah karya mitologi
kuno.
Perbedaan Tujuan Penulisan dan
Ide Dasar
Pembuktian kesimpulan kedua
berkaitan dengan tujuan penulisan dan
ide utama yang berbeda dari Himne
kepada Aten dan Mazmur 104. Penulis
akan membandingkan salah satu
bagian yang paling sering disamakan
oleh para ahli dari kedua karya tersebut
dan menjelaskan perbedaan mendasar
dari keduanya.
Hymn to the
Aten48
Psalms 10449
47
Walton mengutip Ringgren dalam bukunya
The Faith of the Psalmist. Walton, Ancient
Israelite Literature, 143.
48
Penulis menggunakan salah satu terjemahan
Himne kepada Aten yang dilakukan John A.
Wilson sebagai teks yang akan dibandingkan.
Selain Wilson, beberapa ahli yang melakukan
penerjemahan himne ini ke dalam bahasa
Inggris adalah Breasted, Ronald J. Williams,
dan William K. Simpson. John A. Wilson,
“The Hymn to the Aton,” dalam James B.
Pritchard ed., Ancient Near Eastern Texts:
Relating to the Old Testament 3rd ed with
Supplement, (New Jersey: Priceton University
Press, 1969), 369.
9 When thou settest
in the western
horizon,
The land is in
darkness, in the
manner of death.
They sleep in a
room, with heads
wrapped up,
Nor sees one eye
the other.
All their goods
which are under
their heads might
be stolen,
(But) they would
not perceive (it).
Every lion is come
forth from his den;
All creeping
things, they sting.
19
He made the
moon for seasons,
The sun hath
known his place of
entrance.
20
Thou settest
darkness, and it is
night, In it doth
every beast of the
forest creep.
21
The young lions
are roaring for
prey, And to seek
from God their
food.
Darkness is a
shroud, and the
earth is
in stillness, for he
who made them
rests in his horizon
(l. 4)
Bagian yang penulis bandingankan
adalah bait kedua dan ketiga dari
Himne kepada Aten50 dengan Mazmur
104:19-21. Kedua bagian ini adalah
bagian yang selalu dibandingkan satu
sama lain oleh para ahli.51
49
Penulis menggunakan versi terjemahan
Young Literal Translation.
50
Ada beberapa versi pembagian Himne
kepada Aten. Penulis mengikuti pembagian
menurut Breasted
dan
Wilson
yang
membaginya ke dalam 12 tema besar.
Hoffmeier, Akhenaten, 221.
51
Ronald J. Williams, “The Hymn to Aten,”
dalam D. Winton Thomas ed., Document from
the Old Testament Times, (New York:
Harper&Row Publishers, 1958), 149; Siddiqui
memberikan daftar ahli yang mengatakan hal
senada yaitu: James H. Breasted, John A.
Wilson, Aylward M. Blackman, Hugo
Bagian yang penulis bahas
menjelaskan tentang dunia di waktu
malam. Laura Taronas dalam tesisnya
tentang Firaun Akhenaten menjelaskan
bahwa kegelapan malam disamakan
dengan kematian, keabsenan Aten
(When thou settest in the western
horizon) disamakan dengan ketiadaan
kehidupan di bumi. 52 Hal senada juga
dikatakan oleh Siddiqui bahwa ketika
Aten tidak ada, seluruh kehidupan
menjadi diam (tidak ada kehidupan).53
Ronald
J.
Williams
juga
mengkomentari kedua bagian tersebut
dengan mengatakan bahwa bagianbagian tersebut menjelaskan tentang
ancaman-ancaman
dari
kondisi
kegelapan di mana Aten absen dari
langit. Hal ini kontras dengan bagian
berikutnya ketika Aten kembali
muncul
mendatangkan
sukacita
54
melalui sinarnya.
Konsep ini tentu saja berbeda
dengan Mazmur 104:19-21 yang
diparalelkan oleh para ahli. Para ahli
sepakat bahwa Mazmur 104 adalah
jenis mazmur himne individual yang
mengambarkan pujian pemazmur
tentang TUHAN sebagai pencipta. 55
Kraus mengatakab bahwa ayat 19-24
berbicara tentang TUHAN yang
dimuliakan sebagai Tuhan atas siang
dan malam. Bulan dan matahari
merupakan kata-kata yang digunakan
untuk
mengekspresikan
waktu,
semuanya adalah ciptaan Tuhan.
Begitu juga kata
“malam” yang
menurut Kraus pada ayat ini
digambarkan sebagai suatu tempat
yang memiliki kekuatan (mighty
Gressmann, Arthur Weigall. Siddiqui, “The
Problem of Similarities,” 75.
52
Laura Taronas, “An Analysis of the Pharaoh
Akhenaten’s Religious and Philosophical
Revolution,” (Thesis for the Department of
Anthropology, Tufts University, 2012), 14.
53
Siddiqui, “The Problem of Similarities,” 75.
54
Williams, “The Hymn to Aten,” 148.
55
Para ahli yang dirujuk penulis adalah Allen
P. Ross, Leslie C. Allen, Hans-Joachim Kraus
dan Mitchell Dahood.
10 repository of power) semuanya tidak
lepas dari kendali pemerintahan-Nya.56
Allen P. Ross menambahkan
bahwa kata “malam” digambarkan
sebagai keadaan yang membahayakan
dan menekan, tetapi pemazmur
menambahkan pada kalimat berikutnya
kehidupan binatang di hutan, dan singa
muda mengaum meminta makanan
kepada Tuhan (ayat 21) untuk
menjelaskan bahwa mereka ada di
dalam bagian yang diciptakan-Nya.
Ross menyimpulkan bahwa setiap
waktu dan setiap keadaan semua
ciptaan Tuhan bergantung penuh
kepada-Nya.57
Kesimpulan para ahli ini tentu
saja memberikan pemahaman bahwa
kesamaan fenomena alam yang muncul
(malam, kegelapan, dan singa) antara
Himne kepada Aten dan Mazmur 104
digunakan untuk maksud yang
berbeda.
Puisi
Mesir
tersebut
menjelaskan tentang dewa Aten hanya
menguasai sebagian aspek kehidupan,
ketidakhadirannya di waktu malam
layaknya seperti kegelapan malam
yang mematikan, sementara kata
malam, kegelapan yang digunakan
oleh pemazmur menunjukkan bahwa Ia
adalah pengendali segala keadaan.
HASIL ANALISA
Berdasarkan pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa fokus utama
yang harus diperhatikan bukanlah
kesamaan-kesamaan yang muncul di
dalam Mazmur 104 dengan karya dari
Mesir
dan
Ugarit,
melainkan
perbedaan-perbedaannya.
Ada
perbedaan signifikan yang dimiliki
oleh mazmur tersebut yang dapat
diperhatikan yaitu berkaitan dengan
tujuan kepada siapa karya puisi
tersebut dipilih.
56
Kraus, Psalms 60-150, 301.
Allen P. Ross, A Commentary on the Psalms
Vol. 3 (90-150), (Grand Rapids, Michigan:
Kregel Publications, 2016), 251.
57
Tujuan utama dari Mazmur 104
adalah
untuk
menyembah
dan
memuliakan TUHAN Allah Israel,
sedangkan pada karya Mesir ditujukan
kepada allah mereka yaitu Aten, dan
Baal di dalam karya Ugarit. Meskipun
sama-sama ditujukan kepada pribadi
yang ilahi, tetapi konsep tentang Allah
di dalam kedua perbandingan tersebut
sangat berbeda. Perbedaan yang sangat
signifikan antara Allah Israel dengan
allah-allah lain adalah dalam konsep
Theogony (The origin of the gods). 58
Orang-orang
Mesir
memiliki
pemikiran bahwa allah mereka berasal
pemisahan diri dari “sang pencipta
dewa” sedangkan Allah Israel tidak
memiliki awal dan akhir (kekal).
Konsep lain yang berbeda
tentang Allah Israel dengan allah yang
disembah oleh orang Mesir dan Ugarit
adalah dalam hal relasi. Allah Bangsa
Israel adalah Allah yang berelasi
dengan umat-Nya. Ia menyatakan diriNya bukan hanya di dalam tindakan
tetapi juga mencakup sifat-sifat-Nya.
Hal ini mendatangkan konsekuensi
bahwa Bangsa Israel dipanggil untuk
mengimitasi apa yang sudah Allah
nyatakan kepada mereka.59
Secara bentuk puisi, Mazmur
104 juga mendukung konsep tentang
Allah Israel yang berelasi dengan
umat-Nya. Mazmur 104 termasuk ke
dalam jenis atau kategori pujian
deklaratif. Kategori pujian deklaratif
sangat unik di dalam karya Bangsa
Israel. Hal ini tidak dapat ditemukan di
dalam karya-karya lain yang ada pada
bangsa-bangsa Timur Dekat Kuno. 60
Bangsa-bangsa seperti Babel atau
Mesir tidak menaikkan pujian dan
penyembahan kepada tuhan mereka
atas tindakan yang dilakukan kepada
masing-masing individu. TUHAN
Bangsa Israel adalah Allah yang
berelasi dengan umat-Nya, yang
58
Walton, Ancient Near Eastern, 91.
Walton, Ancient Near Eastern, 110.
60
Walton, Ancient Israelite, 145.
59
11 melakukan tindakan kepada masingmasing individu. Mazmur merupakan
salah-satu contoh yang paling nyata
mengenai
bagaimana
seseorang
merasakan secara pribadi pengalaman
bersama dengan Tuhan.
Perbedaan lainnya yang dapat
dicermati adalah bagaimana karyakarya puisi tersebut digunakan. Tujuan
dari Mazmur 104 dengan himne
kepada Aten dan puisi Baal sangat
berbeda. Karya-karya Timur Dekat
Kuno umumnya digunakan sebagai
ritual semata untuk menyenangkan
allah mereka. Karya-karya tersebut
dinaikkan dan dibacakan di dalam
ibadah untuk mencegah allah mereka
marah dan menyebabkan kerugian bagi
kehidupan mereka. Kontras dengan hal
tersebut, Mazmur 104 dinaikkan oleh
Bangsa Israel di dalam konteks ibadah
untuk mengingat apa yang TUHAN
telah lakukan di dalam kehidupan
mereka.61
KESIMPULAN
Pembahasan Mazmur 104
menunjukkan
bahwa
kesamaankesamaan yang dimiliki puisi orang
Ibrani dengan Himne kepada Aten
tidak membuatnya menjadi sama.
Keterkaitan
dari
Mazmur
104
disebabkan oleh karena pertemuan dan
pengaruh dengan budaya sekitar.
Secara esensi Mazmur 104 atau secara
keseluruh Alkitab berbeda dengan
tulisan-tulisan Timur Dekat Kuno. Hal
ini
jelas
membuktikan
bahwa
pandangan yang menganggap Alkitab
adalah sebuah karya Mitologi adalah
salah. Oleh karena itu, Alkitab
seharusnya
dipandang
sebagai
pernyataan Allah secara khusus kepada
orang percaya. Alkitab berisi Firman
Tuhan yang berotoritas. Seperti yang
dikatakan di dalam 2 Timotius 3:16
“Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk
61
mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk menididk
orang dalam kebenaran.”
Ayat ini menjelaskan Alkitab
adalah sumber utama bagi orang
percaya untuk hidup seperti yang
Tuhan inginkan. Di dalam aplikasinya,
orang percaya seharusnya menjadikan
Alkitab sebagai bagian utama di dalam
kehidupannya. Alkitab adalah sumber
untuk mencari kebenaran sejati, dan
membawa orang kepada kebenaran.
Orang percaya seharusnya tidak
meninggalkan kebiasaan membaca
Alkitab karena merupakan perkataan
Tuhan sendiri yang difirmankan-Nya
dan dituliskan oleh para penulis
Alkitab dengan tuntunan dari Roh
Kudus.
DAFTAR PUSTAKA
“Myth.” Dictionary.com. diakses pada
20
Maret
2020.
https://www.dictionary.com/bro
wse/myth.
Allen, Leslie C. “Psalms 101-150,”
dalam
Word
Biblical
Commentary Vol. 21, Waco,
Texas: Word Books, Publisher:
1983.
Alter, Robert. The Book of Psalms: A
Translation with Commentary.
New York: W.W. Norton
Company.
Bavinck,
Herman.
Dogmatika
Reformed Jilid 1: Prolegomena.
Jakarta: Penerbit Momentum,
2011.
Bullock, C. Hasell. Encountering The
Book of Psalms. Grand Rapids,
MI: Baker Academic, 2001.
Bullock, C. Hassel. Kitab-Kitab Puisi
Dalam Perjanjian Lama. Malang
: Penerbit Gandum Mas, 2014.
Cross, Frank Moore. Canaanite Myth
and Hebrew Epic: Essays in the
History of the Religion of Israel.
Walton, Ancient Israelite, 157.
12 London,
England:
Harvard
University Press, 1973.
Dahood, Mitchell Psalms III. New
York: Doubleday, 1970.
Florkowski, Alice. The Hymn to the
Aten: Egyptian Chronology,
Academia, 20 Maret 2020,
https://www.academia.edu/39259
760/Hymn_to_the_Aten_Egyptia
n_Chronology.
Graf, Fritz. “Myth and Mythology,”
dalam David Noel Freedman, ed.
The Anchor Bible Dictionary
vol.4. New York: Doubleday,
1992.
Hoffmeier, James K. Akhenaten and
the Origins of Monotheism. New
York: Oxford University Press,
2015.
Jones, Jordan W. “Who Maketh The
Clouds His Chariot: The
Comparative Method and The
Mythopetical Motif of CloudRiding in Psalm 104 and The
Epic of Baal.” MA Ths., The
Faculty of Liberty University,
2010.
Kraus, Hans Joachim. Psalms 60-150:
A Commentary. Diterjemahkan
oleh
Hilton
C.
Oswalt.
Minneapolis: Augsburg Fortress,
1989.
Lichtheim, Miriam. Ancient Egyptian
Literature Vol. II: The New
Kingdom. Berkeley: University
of California Press.
Mark, Joshua J. “Amarna Period of
Egypt.”
Ancient
History
Encyclopedia.
https://www.ancient.eu/Amarna_
Period_of_Egypt/ diakses pada
20 Maret 2020.
Mitchell Dahood, Psalms III. New
York: Doubleday, 1970.
Oswalt, John N. The Bible Among the
Myths. Grand Rapids, Michigan:
Zondervan, 2009.
Pritchard, James B. Ancient Near
Eastern Texts: Relating to the
Old Testament 3rd Ed with
Supplement.
New
Jersey:
Princeton Unversity Press, 1969.
Ross, Allen P. A Commentary on the Psalms Vol. 3 (90-­‐150). Grand Rapids, Michigan: Kregel Publications, 2016.
Sandmel, Samuel. “Parallelomania.”
Journal of Biblical Literature 18.
No. 1 (Mar 1962).
Siddiqui, Kazi Zulkader. “The Problem
of Similarities in Ancient Near
Eastern
Religions:
A
Comparison of the Hymn to
Aton and Psalm 104.” dalam
Journal Islamic Studies Vol.40,
No. 1 (Spring 2001).
Simpson,
William
Kelly.
The
Literature of Ancient Egypt: An
Anthology
of
Stories,
Instructions,
Stelae,
Autobiographies, and Poetry 3rd
ed., London: Yale University
Press, 2003.
Sproul, R. C. Can I Trust the Bible?
.Orlando, Florida: Reformation
Trust Publishing, 2009.
Strawn, Brent A. “Comparative
Approaches: History, Theory,
and The Image of God.” Dalam
Method Matters Essays on the
interpretation of the Hebrew
Bible in Honor of David L.
Petersen. Diedit oleh Joel M.
LeMon dan Kent Harold
Richards. Atlanta: Society of
Biblical Literature, 2009.
Taronas, Laura. “An Analysis of the
Pharaoh Akhenaten’s Religious
and Philosophical Revolution.”
Thesis for the Department of
Anthropology, Tufts University,
2012.
VandenBoom, Becki. Atenism and The
Great Hymn to the Aten.
Academia. diakses pada 20
Maret
2020,
https://www.academia.edu/60764
11/Atenism_and_The_Great_Hy
mn_to_the_Aten.
13 Walton John H. Ancient Israelite
Literature in its Cultural
Context: A Survey of Paralles
Between Biblical and Ancient
Near Eastern Texts. Grand
Rapids, Michigan: Regency
Reference Library, 1989.
Walton John H. Ancient Near Eastern
Thought and the Old Testament.
Grand Rapids, Michigan: Baker
Academic, 2006.
Williams, R.J. “The Hymn to Aten,”
Diedit oleh D. Winton Thomas
dalam Document from the Old
Testament Times. New York:
Harper&Row Publishers, 1958.
Wright,
G.
Ernest.
Biblical
Archaeology. Philadelphia: The
Westmister Press, 1976.
14 
Download