ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH: Analisa Pengaruh Langsung Himne Kepada Aten Terhadap Mazmur 104 Menggunakan Metode Komparatif William Sinatra Angkatan 2016 [email protected] atau [email protected] Abstrak Perkembangan studi mitos (Mythology) dan Alkitab (Biblical Study) telah dilakukan selama bertahun-tahun belakangan ini. Studi tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa Alkitab memang hanyalah sebuah mitos belaka. Hal tersebut tentu saja memberikan tantangan bagi kehidupan orang percaya untuk meyakini bahwa Alkitab merupakan Firman Allah. Hal ini yang menjadi dasar di dalam tulisan ini untuk memberikan bukti bahwa Alkitab merupakan wahyu Allah secara khusus dan bukan sekedar literatur kuno bahkan mitos. Pembuktian bahwa Alkitab adalah Firman Allah di dalam tulisan ini akan berfokus kepada Mazmur 104 yang diidentifikasi memiliki relasi langsung dengan karya Mesir Himne kepada Aten. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode komparatif dengan memperhatikan konteks dari kedua materi yang diperbandingkan secara sama. Melalui penelitian yang dilakukan penulis membuktikan bahwa Mazmur 104 tidak terkait secara langsung dengan Himne kepada Aten, dan memiliki perbedaanperbedaan yang fundamental terhadap kemiripan kata atau frasa yang muncul. Keterkaitan dari Mazmur 104 disebabkan oleh karena pertemuan dan pengaruh dengan budaya sekitar dan secara tujuan serta ide dasar kedua karya adalah berbeda. Hal ini jelas membuktikan bahwa pandangan yang menganggap Alkitab adalah sebuah karya mitologi adalah salah. Oleh karena itu, Alkitab seharusnya dipandang sebagai pernyataan Allah secara khusus kepada orang percaya. Kata Kunci: Mazmur 104; Hymn to the Aten; Mesir Kuno; Apologetika; Perjanjian Lama; Mitologi; Studi komparatif. PENDAHULUAN Alkitab merupakan bagian utama dari kehidupan orang percaya, alasannya karena Alkitab atau Kitab Suci merupakan Firman Allah. Pengakuan Alkitab sebagai Firman Allah telah dilakukan oleh orang-orang percaya sejak zaman dahulu, seperti yang dikatakan oleh Herman Bavinck di dalam Dogmatika Reformed jilid 1 bahwa Sejak permulaannya, gereja Kristen selalu menerima Kitab Suci sebagai Firman Allah, dimulai dengan Perjanjian Lama dan diperluas di dalam Perjanjian Baru semuanya diyakini sebagai “tulisan-tulisan ilahi” dan menjadi kepercayaan universal gereja.1 Alkitab merupakan suatu kitab yang otoritatif karena setiap penulis yang mengambil bagian dalam penulisannya dituntun oleh Roh Kudus. Sehingga dapat dikatakan bahwa Alkitab dinafaskan sendiri oleh Allah seperti yang dituliskan di dalam 2 Timotius 3:16. Akan tetapi, pandangan ini mendapat tantangan dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang tidak mau mengakui Alkitab sebagai Firman 1 Herman Bavinck, Dogmatika Reformed Jilid 1: Prolegomena, (Jakarta: Penerbit Momentum, 2011), 468. 1 Allah. Sebagai contoh, pada abad ke18 melalui kritik rasionalis orangorang berusaha memisahkan antara “Firman Allah” dari Alkitab. Menurut mereka, Kitab Suci dapat salah dan memiliki kekurangan. 2 Hal ini tentu saja bertentangan dengan kepercayaan orang Kristen, karena Alkitab dianggap tidak bersalah karena berasal dari Allah sendiri, dan Allah tidak dapat salah, perkataan-Nya tidak mungkin mengandung kesalahan seperti yang ditegaskan di dalam The Chicago Statement tentang ketidakbersalahan Alkitab.3 Pandangan lain yang menolak tentang otoritas Alkitab sebagai Firman Allah adalah menganggapnya sebagai mitos (Myth) 4 . Studi tentang mitos (Mythology) dan Alkitab (Biblical Study) telah dilakukan selama bertahun-tahun belakangan ini. Studi tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa Alkitab memang hanyalah sebuah mitos belaka. Perkembangan akan studi terhadap mitos dan Alkitab dapat dikategorikan ke dalam tiga masa sebagai berikut :5 1. Awal Abad ke-19 Perkembangan studi mitos terhadap tulisan-tulisan di dalam Perjanjian Lama dan Baru sebenarnya telah dilakukan jauh sebelum masa ini. Para Bapa-Bapa Gereja telah menghadapi hal-hal ini, tetapi perkembangan pesat terhadap studi tentang mitos dan Alkitab mencapai puncaknya pada abad ke-19. Jadi dapat disimpulkan studi tentang mitos secara spesifik dan juga mencakup kemunculannya di dalam Alkitab dimulai pada abad ke-19. Salah satu contoh hasil studi yang dilakukan adalah menemukan relasi yang identik di dalam Kitab Kejadian 6-9 dengan tulisantulisan di Mesopotamia. Hal ini menyebabkan para sarjana terus memikirkan tentang relasi antara mitologi dan tradisi Alkitab. 2. David Friedrich Strauss Pada tahun 1834 David Friederich Strauss menerbitkan karyanya berjudul Life of Jesus. Karya Strauss ini berisi penyelidikan terhadap material mitos di dalam Injil tentang Yesus Kristus. Strauss mengatakan seperti yang dikutip oleh Fritz Graf bahwa kisah-kisah Yesus mulai dari kelahiran dan karya-karya-Nya di dunia tidak berbeda dengan kisah dari tokoh-tokoh terkenal lainnya.6 Karya dari Strauss ini menimbulkan efek yang cukup serius karena para menimbulkan keraguan bagi pembacanya (yang umumnya tidak memiliki pengetahuan cukup tentang kritik histori Alkitab) terhadap Alkitab yang mereka percayai selama ini. 2 Bavinck, Dogmatika Reformed, 468. R. C. Sproul, Can I Trust the Bible?, (Orlando, Florida: Reformation Trust Publishing, 2009), 18. 4 A traditional story, esp. one concerning the early history of a people or explaining some natural or social phenomenon, and typically involving supernatural beings or events. “Myth,” Dictionary.com, diakses pada 20 Maret 2020, https://www.dictionary.com/browse/myth. 5 Mengambil pandangan dari Anchor Bible Dictionary mengenai mitos dan mitologi. Fritz Graf, “Myth and Mythology,” dalam David Noel Freedman, ed. The Anchor Bible Dictionary vol.4 , (New York: Doubleday, 1992), 946. 3 3. Masa-Masa Setelah Strauss. Bertahun-tahun setelah Strauss menerbitkan karyanya, permasalahan mitos dan Alkitab masih menjadi perbincangan yang 6 “The growth of tradition about Jesus was much like the growth of stories about any remarkable man: soon after the death of such a man, the historical gives way to the development of the legendary.” Fritz. “Myth and Mythology,” 946. 2 serius. Pengaruh dari pemikiran Strauss masih terus berperan di dalam konsep bahwa Alkitab adalah sebuah mitos yang utuh. Perkembangan studi mitologi terhadap Alkitab yang terus berlangsung sampai saat ini memberikan tantangan bagi kehidupan orang percaya untuk meyakini bahwa Alkitab merupakan Firman Allah. Hal ini yang menjadi dasar di dalam tulisan ini untuk memberikan bukti bahwa Alkitab merupakan wahyu Allah secara khusus dan bukan sekedar literatur kuno bahkan mitos. Pembuktian bahwa Alkitab adalah Firman Allah di dalam tulisan ini akan berfokus kepada Perjanjian Lama khususnya Kitab Mazmur. Salah satu mazmur yang digunakan sebagai contoh yaitu Mazmur 104. METODE PENELITIAN Penulis menggunakan metode komparatif (Comparative Method) dalam melakukan penelitan ini. Prinsip metode perbandingan yang penulis gunakan didasarkan pada teori Shemaryahu Talmon tentang 7 pendekatan yang holistik dan Brent A. Strawn yang menekankan pentingnya memperlakukan materi yang dibandingkan secara sama.8 Metode ini dipilih karena merupakan cara paling fundamental 9 untuk melihat apakah kesamaan-kesamaan yang dimiliki di dalam Alkitab khususnya Mazmur 104 dengan literatur kuno membuatnya menjadi sama kedudukannya dengan teks-teks tersebut. Pembahasan akan dimulai dengan menunjukkan keterkaitan Mazmur 104 dengan literatur Timur Dekat Kuno dalam hal ini karya Mesir yaitu Himne kepada Aten (Hymn to the Aten). Langkah berikutnya, penulis memberikan beberapa pendapat ahli tentang keterkaitan kedua karya tersebut. Dalam langkah ini disimpulkan dua hal yaitu Mazmur 104 tidak terkait secara langsung dengan Himne kepada Aten, dan bagianbagian yang menurut beberapa ahli memiliki kemiripan ternyata memiliki perbedaan secara fundamental yaitu tujuan penulisan dan ide dasarnya. Penulis selanjutnya akan melakukan analisa terhadap dua kesimpulan tersebut dengan menjelaskan konteks sejarah pertemuan budaya Timur Dekat Kuno dengan Perjanjian Lama dan konsep ide dari masing-masing karya tersebut. 10 Hasil analisa dari akan diberikan penulis setelah melakukan kedua langkah tersebut. Terakhir penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut untuk membuktikan bahwa Alkitab merupakan Firman Allah. 7 Prinsip ini dikemukakan Talmon dalam karyanya “The Comparative Method in Biblical Interpretation—Principles and Problems” yang digunakan dalam penelitian Jordan W. Jones di Mazmur 104:3. Jordan W. Jones, “Who Maketh The Clouds His Chariot: The Comparative Method and The Mythopetical Motif of Cloud-Riding in Psalm 104 and The Epic of Baal” (MA Ths., The Faculty of Liberty University, 2010), 8-9. 8 Brent A. Strawn, “Comparative Approaches: History, Theory, and The Image of God,” dalam Method Matters Essays on the interpretation of the Hebrew Bible in Honor of David L. Petersen, ed., Joel M. LeMon dan Kent Harold Richards (Atlanta: Society of Biblical Literature, 2009), 135-137. PEMBAHASAN Mazmur 104 dan Himne Kepada Aten Kitab Mazmur yang menjadi fokus penelitian ini diyakini ditulis dalam 9 Strawn, “Comparative Approaches,” 118. Penjelasan konteks ini bertujuan untuk menghindari apa yang Samuel Sandmel definiskan sebagai parallelomania yaitu meleih-lebihkan kesamaan-kesamaan yang ada dan menyimpulkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan. Samuel Sandmel, “Parallelomania,” Journal of Biblical Literature 18, No. 1 (Mar 1962), 2. 10 3 suatu konteks tertentu yaitu dunia Timur Dekat kuno. Dalam dunia Timur Dekat Kuno, terdapat banyak bentuk komposisi puisi-puisi yang juga mengarah kepada sosok ilahi. 11 Nyanyian pujian ritual yang menyerupai puisi-puisi mazmur Ibrani dan perayaan para dewa lazim ditemukan di Mesir dan Mesopotamia, serta dalam literatur Siro-Kanaan. Bukti kemiripan literatur ini didapatkan melalui kumpulan teks-teks yang ditemukan di situs Ugarit, di pantai Mediterania Syria masa kini, yang berasal dari tahun 1400 hingga 1200 SM — beberapa abad lebih awal dari bagian utama tulisan-tulisan alkitabiah.12 Beberapa ahli melalui penemuanpenemuan tersebut bahkan telah melangkah lebih jauh dengan mengklaim bahwa beberapa mazmur Ibrani pada dasarnya adalah terjemahan dari puisi pagan. Pernyataan ini dapat membawa kepada kesimpulan bahwa asal mula dari Perjanjian Lama (Kitab Mazmur termasuk di dalamnya) adalah manusia, bukan Allah, dan dasar dari iman Kristen berakar dari mitologi pagan.13 James Henry Breasted seperti yang dikutip John Walton, pada tahun 1905 mengidentifikasi relasi antara Mazmur 104 dengan Himne Akhenaten kepada Aten (Akhenaten’s Hymn to the Aten). 14 Pada karyanya kemudian di tahun 1930, Breasted semakin yakin dengan mengatakan 11 John H. Walton, Ancient Israelite Literature in its Cultural Context: A Survey of Paralles Between Biblical and Ancient Near Eastern Texts (Grand Rapids, Michigan: Regency Reference Library, 1989), 135. 12 Robert Alter, The Book of Psalms: A Translation with Commentary, (New York: W.W. Norton Company), 17. 13 John H. Walton, Ancient Near Eastern Thought and the Old Testament (Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2006), 16. 14 Walton, Ancient Near Eastern Thought, 340. bahwa Himne Kepada Aten ini sebagai sumber bagi pemazmur Ibrani untuk mengenali anugerah dan kasih Allah di dalam ciptaan-Nya. 15 Dasar dari kesimpulan ini adalah kesamaan katakata antara Himne kepada Aten dan Mazmur 104. Pandangan ini juga didukung oleh William K. Simpson yang mengatakan bahwa “There are close parallels in wording, thought, and sequence of ideas to the verses of Psalm 104.”16 Pendapat Breasted tentang kesamaan-kesamaan yang muncul antara Himne kepada Aten dan Mazmur 104 menunjukkan bahwa karya puisi Ibrani tersebut “seolaholah” memilki keterkaitan secara langsung. Penulis tidak ingin mengesampingkan fakta bahwa banyak dari bagian Kitab Mazmur (salah satunya Mazmur 104) menggambarkan Tuhan sebagai prajurit seperti pada model dewa yang mengendarai langit dengan awan sebagai keretanya, mengacungkan petir sebagai senjatanya. Tetapi, kemiripan Mazmur 104 dengan sastra pagan ini menurut penulis harus disikapi dengan baik. Hal ini bertujuan supaya tidak mendatangkan keraguan bagi sebagian pembaca Alkitab, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam. Penulis akan memberikan pendapat beberapa tanggapan para ahli 15 James K. Hoffmeier mengutip James H. Breasted dari karyanya History of Egypt dan The Dawn of Conscience. James K. Hoffmeier, Akhenaten and the Origins of Monotheism, (New York: Oxford University Press, 2015), 247. Pandangan pengaruh langsung Himne kepada Aten terhadap Mazmur 104 juga dikatakan oleh Artur Weigall dalam bukunya The Life and Times of Akhenaten. 16 William Kelly Simpson, The Literature of Ancient Egypt: An Anthology of Stories, Instructions, Stelae, Autobiographies, and Poetry 3rd ed., (London: Yale University Press, 2003), 278. 4 mengenai kemiripan Mazmur 104 dan Himne kepada Aten ini: Leslie C. Allen. Leslie C. Allen dalam tafsiran Kitab Mazmur menjabarkan kesamaankesamaan yang ditemukan di dalam himne Mesir ini berdasarkan terjemahan di dalam ANET 17 dan DOTT 18 . Beberapa kesamaan yang muncul adalah sebagai berikut : - Baris 70-73 dari Himne Aten dengan Mazmur 104 ayat 10,13 dan 6. - Baris 31-34 dengan ayat 11,12, dan 14a. - Baris 11,12 dan 17 dengan ayat 20-21. - Baris 52 dan 54 dengan ayat 24. - Baris 37 dan 39 dengan ayat 25,26. - Baris 60 dengan ayat 27 - Baris 99-100 dengan ayat 2930. Allen menyatakan mengatakan bahwa keterkaitan dengan beberapa bagian dari himne kepada Aten dengan Mazmur tidak dapat disangkali. 19 Tetapi, kesamaan yang muncul ini tidak serta merta menjadikan Mazmur 104 berasal atau terjemahan dari karya orang-orang Mesir.20 James K. Hoffmeier James K. Hoffmeier yang melakukan perbandingan terhadap kedua teks tersebut juga melihat adanya permasalahan dari kesimpulan yang mengatakan bahwa keduanya berkaitan secara langsung. Hoffmeier memberikan dua poin permasalahan yang terjadi pertama, jika Himne kepada Aten digunakan sebagai sumber utama, maka urutan dari Mazmur 104 akan berubah. 21 Hoffmeier membandingkan Himne Kepada Aten terjemahan James Wilson dengan Mazmur 104 versi KJV dan mendapati urutan mazmur tersebut menjadi: 21, 20, 22, 23, 11-13, 24, 14, 27, 6, 10, 19, 30, 29.22 Poin keberatan kedua yang disampaikan Hoffmeier adalah masalah rentang waktu antara kedua karya tersebut. Menurutnya, terdapat jarak yang cukup jauh baik secara waktu maupun letak geografis dari keduanya.23 Kazi Zulkader Siddiqui Kazi Zulkader Siddiqui yang melakukan perbandingan serupa dan menyimpulkan dua hal pertama, kesamaan-kesamaan yang muncul secara konteks dan ide dasar berbeda dari kedua karya tersebut. Kedua, setelah disejajakan secara urutan Mazmur 104 akan menjadi seperti berikut ini: 1-5, 6-9, 19-21, 22-23, 1018, 15-18, 15-26, 24, 27, 6, 10, 13-14, 19, 27-30, 31-35. Menurut Siddiqui, dengan membaca dari urutan tersebut maka akan merubah makna dan nuansa asli dari mazmur tersebut. Menurutnya, ada permasalahan ketika menerima Himne kepada Aten sebagai sumber langsung dari Mazmur 104.24 Hans Joachim Kraus Hans Joachim Kraus menjelaskan asal usul dari kesamaan ini. Dengan mengatakan “All these alien elements flowed into Israel because of the contact with the Canaanites.”25 Himne dewa matahari orang Mesir yang ditemukan di daerah El Amarna 21 Hoffmeier, Akhenaten, 249. Hoffmeier, Akhenaten, 247-248. 23 Hoffmeier, Akhenaten, 249. 24 Kazi Zulkader Siddiqui, “The Problem of Similarities in Ancient Near Eastern Religions: A Comparison of the Hymn to Aton and Psalm 104,” dalam Journal Islamic Studies Vol.40, No. 1 (Spring 2001), 87. 25 Kraus, Psalms 60-150, 298. 22 17 Ancient Near Eastern Texts. Documents from Old Testament Times. 19 Leslie C. Allen, “Psalms 101-150,” dalam Word Biblical Commentary Vol. 21, (Waco, Texas: Word Books, Publisher: 1983), 29-30. 20 Allen, “Psalms 101-150, 30. 18 5 merupakan pemikiran orang-orang Mesir yang cukup familiar di daerah Palestina, sehingga tidak heran Bangsa Israel yang kemudian tinggal di daerah tersebut mengalami asimilasi secara budaya dan pemikiran.26 Crüsemann Crüsemann seperti yang dikutip oleh Allen mengatakan bahwa kesamaan Mazmur 104 dengan Himne kepada Aten terletak pada ayat 20-30. Bagian tersebut mendapat pengaruh dari model tulisan Mesir kuno, tetapi pada bagian lain dari bagian mazmur ini tidak dapat dikatakan sebagai pengaruh dari tulisan-tulisan Mesir.27 Crüsemann melihat dari sudut pandang ragam penulisan (the stylistic variety) dan menyimpulkan ada bagian-bagian yang mendapat pengaruh dari tulisan Mesir, tetapi tidak secara keseluruhan Mazmur 104 merupakan terjemahan langsung. Crüsemann juga menegaskan bahwa keseluruhan dari mazmur ini (bagian yang sama maupun yang berbeda) dengan jelas diarahkan langsung kepada TUHAN Allah bangsa Israel. K.H. Bernhardt K. H. Bernhardt seperti yang juga dikutip oleh Allen mencoba mengkontraskan bagian-bagian yang terdapat di dalam Himne kepada Aten dengan Mazmur 104. Beberapa bagian yang dikontraskan adalah28 Himne Mazmur Aten 104 Makna kata Berkaitan Berkaitan “Malam” dengan dengan sesuatu hal yang yang positif, jahat. sebagai bagian dari Peran dari Sebagai “Matahari” objek dari penciptaan di dalam teks Mesir. Pengaturan Berpusat budaya pada sungat Nil (Nilecentered). ciptaan TUHAN. Sebagai objek dari salah satu ciptaan TUHAN. Berpusat pada TUHAN. Perbandingan yang dijabarkan oleh Bernhardt memperlihatkan bahwa pusat penyembahan dari kedua karya puisi tersebut berbeda. TUHAN sebagai subjek utama penyembahan di dalam semua Kitab Mazmur. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari G. Nagel yang mengatakan bahwa “the difference between the two texts are more important than the similarities, and direct influence of Psalm 104 must be ruled out.” 29 Nagel memberikan penekanan bahwa perbedaan yang ada lebih penting untuk ditekankan karena memberikan makna yang sangat berbeda bagi Kitab Mazmur. G.R. Driver G.R. Driver mengambil kesimpulan dari keterkaitan ini dengan mengatakan bahwa kesamaan Mazmur 104 di dalam tema (berkaitan dengan penciptaan dunia, berkat atas air, malam, siang, dan pemeliharaan hidup) tidak membuktikan kesamaan sumber. Masing-masing karya merupakan satu kesatuan yang mandiri meskipun ada pengadopsian diantara kedua penulis karya tersebut. 30 Pendapat ini didukung oleh Miriam Lichtheim yang 29 Allen, “Psalms 101-150, 30. Walton, Ancient Israelite Literature in its Cultural Context, 164; Miriam Lichtheim, Ancient Egyptian Literature Vol. II: The New Kingdom, (Berkeley: University of California Press), 100. 30 26 Kraus, Psalms 60-150, 298. Allen, “Psalms 101-150, 30. 28 Allen, “Psalms 101-150, 30. 27 6 juga menyimpulkan keterkaitan kedua karya tersebut sebagai kesamaan umum antara himne dari Mesir dan Mazmur di dalam Alkitab.31 Peter C. Craigie Peter Craigie memberikan pendapatnya yang tidak menyetujui keterkaitan Mazmur 104 dengan karya dari Mesir sebagai satu kesatuan dengan 3 alasan, yaitu :32 1. Kedua karya terpisah di dalam rentang waktu 400 tahun. 2. Kedua karya ditulis di dalam bahasa yang berbeda (tidak dalam kategori bahasa yang sama). 3. Himne Aten ditulis di dalam dinding makan di daerah Amarna yang ditutup dan ditinggalkan setelah kematian Akhenaten. Sehingga pandangan tentang kemungkinan keterkaitan kedua karya tersebut tidak dapat diterima. Pendapat dari para ahli yang sudah disampaikan memberikan berberapa poin kesimpulan pertama, Mazmur 104 tidak mendapat pengaruh langsung dari Himne kepada Aten karena ada perbedaan rentang waktu dan lokasi yang jauh dan kemiripan yang ada merupakan suatu pengadopsian terhadap pengetahuan yang umum pada masa itu. Kedua, jika dibandingkan dengan memperhatikan konteks setiap bagiannya Mazmur 104 berbeda secara tujuan penulisan dan ide yang disampaikan dengan Himne kepada Aten. ANALISA Kedua poin kesimpulan dari para ahli yang telah disampaikan akan 31 Walton, Ancient Israelite Literature in its Cultural Context, 164. 32 Walton, Ancient Israelite Literature in its Cultural Context, 164. penulis buktikan melalui perbandingan Himne kepada Aten dan Mazmur 104. Berkaitan dengan kesimpulan pertama yang mengatakan bahwa Mazmur 104 tidak dipengaruhi secara langsung oleh Himne kepada Aten dapat dijelaskan dengan memahami sejarah dari karya Mesir tersebut dan juga pertemuan pemikiran Timur Dekat Kuno dengan Perjanjian Lama. Konteks Sejarah Himne Kepada Aten Himne kepada Aten atau Hymn to The Aten merupakan karya Mesir kuno yang ditulis oleh Firaun Akhenaten dari dinasti ke 18 yang ditujukan kepada dewa matahari Aten.33 Himne ini ditulis pada periode Amarna (The Amarna Period) yang secara tradisi dipahami sebagai masamasa awal perubahan penyembahan kepada monoteisme.34 Himne yang ditujukan kepada dewa Aten merupakan suatu revolusi terhadap penyembahan sebelumnya yang ditujukan kepada Amun-Re. 35 Walton mengatakan bahwa Aten bukan sekedar dewa matahari, tetapi merupakan perwujudan dari sifat dan benda matahari itu sendiri. Aten adalah sebuah kekuatan kosmik yang 33 Simpson, The Literature of Ancient Egypt, 278. 34 Penyembahan monoteistik kepada dewa Aten hanya terjadi pada masa Firaun Akhenaten saja, setelah itu penyembahan kepadan Aten dianggap sebagai bidah. Joshua J. Mark, “Amarna Period of Egypt,” Ancient History Encyclopedia, https://www.ancient.eu/Amarna_Period_of_Eg ypt/ diakses pada 20 Maret 2020. 35 Kazi Zulkader Siddiqui, “The Problem of Similarities in Ancient Near Eastern Religions: A Comparison of the Hymn to Aton and Psalm 104,” dalam Journal Islamic Studies Vol.40, No. 1 (Spring 2001), 70-71; James B. Pritchard, Ancient Near Eastern Texts: Relating to the Old Testament 3rd Ed with Supplement, (New Jersey: Princeton Unversity Press, 1969), 369. 7 menyatakan dirinya dalam bentuk matahari, cahaya, dan waktu.36 Becki VandenBoom dalam tulisannya menyimpulkan bahwa perubahan penyembahan kepada dewa Aten ini memberikan tema-tema teologis yaitu Aten sebagai dewa pencipta tunggal, sebagai bapa (orang tua) bagi raja, dan pengasuh (ibu) bagi pengikutnya. Para pengikut dewa Aten juga berfokus kepada kehidupan daripada kematian, dan menyatakan sebagai agama penyembahan yang universal.37 Alice Florokowski Berdasarkan penelitian waktu penulisan ini menunjukkan adanya keterkaitan dengan bangsa Israel sehingga Himne kepada Aten ini memberikan pengaruh atau inspirasi terhadap budaya dan karya-karya mereka. 38 Namun, Hoffmeier memberikan pendapat bahwa para ahli mengabaikan fakta bahwa setelah Firaun Akhenaten, sisasisa kerajaannya tidak digunakan lagi dan ditinggalkan sekitar tahun 1335 SM. Tidak ada data-data papirus tertinggal yang dapat digunakan oleh generasi selanjutnya untuk mempelajari ataupun mengutipnya dan bahkan menterjemahkannya.39 Siddiqui menambahkan bahwa cara penyembahan kepada dewa Aten bahkan dianggap sebagai bidah di masa-masa setelah Firaun Akhenaten tidak berkuasa lagi.40 Pendapat dari Hoffmeier dan Siddiqui ini tentu saja memperkuat 36 Walton, Ancient Near Eastern Thought, 340. Becki VandenBoom, Atenism and The Great Hymn to the Aten, Academia, diakses pada 20 Maret 2020, https://www.academia.edu/6076411/Atenism_ and_The_Great_Hymn_to_the_Aten. 38 Alice Florkowski, The Hymn to the Aten: Egyptian Chronology, Academia, 20 Maret 2020, https://www.academia.edu/39259760/Hymn_t o_the_Aten_Egyptian_Chronology. 39 Hoffmeier, Akhenaten, 249. 40 Siddiqui, “The Problem of Similarities, 71. 37 kesimpulan bahwa Mazmur 104 tidak terkait secara langsung dengan Himne kepada Aten. Lalu, darimana kemiripan tersebut berasal ? Pertemuan Pemikiran Mesir dan Perjanjian Lama Kisah-kisah di Alkitab, khususnya di dalam Perjanjian Lama memperlihatkan bahwa kehidupan bangsa Israel tidak bisa dipungkiri bersentuhan dengan budaya masyarakat sekitarnya. Sebagai contohnya Abraham yang berasal dari daerah Mesopotamia, kemudian para keturunannya menghabiskan waktu di Mesir dan setelah melalui perjalanan panjang menetap di tanah yang telah dijanjikan oleh Allah di Kanaan. Bangsa Israel yang menetap di Kanaan tentunya tidak terlepas dari persentuhan dengan masyarakat asli di sana. Oleh karena itu, John H. Walton menyimpulkan bahwa secara historis, kehidupan bangsa Israel sangat terkait dengan kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. 41 Keterkaitan tersebut memberikan pengaruh di dalam bahasa, cara berbicara dan tulisan orang-orang Israel sendiri. Hal ini dibuktikan dari temuan-temuan data bahwa keterkaitan budaya dan tulisan dari bangsa Israel dengan budaya Timur Dekat Kuno tidak terbantahkan lagi.42 Mitchell Dahood dalam hal ini memberikan masukan bahwa sumber kesamaan tersebut berasal dari orangorang Semit yang disebut Phoenician. Mereka memberikan pengaruh tidak langsung tentang pemikiran dan karya Mesir kepada orang-orang Israel. 43 Namun, kesimpulan ini bertentangan dengan pendapat dari Hoffmeier karena menurutnya dokumen atau bukti-bukti yang menjelaskan 41 Walton, Ancient Israelite Literature, 9. Walton, Ancient Israelite Literature, 13. 43 Mitchell Dahood, Psalms III, (New York: Doubleday, 1970), 101-150 42 8 keterlibatan orang-orang Semit terhadap pemikiran bangsa Israel tidak dapat dibuktikan secara pasti. Hoffmeier mengusulkan bahwa keterkaitan Himne kepada Aten dan Mazmur 104 disebabkan oleh “the common theology” atau “general pattern” 44 Kekuasaan Firaun Akhenaten boleh berakhir dan sisa-sisa peninggalannya dihapuskan, tetapi bahasa-bahasa keagamaan yang menyembah kepada matahari (terkait dengan dewa Aten) tidak hilang bahkan terus ada hingga masa YunaniRomawi.45 Berdasarkan kesimpulan di atas maka tidak heran bila di dalam tulisantulisan di Perjanjian Lama juga terdapat kemiripan dengan tulisantulisan bangsa-bangsa lain. Termasuk di dalamnya mitos-mitos dari bangsabangsa tersebut. John N. Oswalt mengatakan bahwa dirinya tidak menyangkali bahwa terdapat beberapa kesamaan-kesamaan antara kepercayaan bangsa Israel dan bangsa sekitarnya dalam kaitannya dengan tulisan-tulisan. Tetapi tidak berhenti sampai di situ, Oswalt meyakini bahwa apa yang mereka percayai di dalam Perjanjian lama memiliki perbedaan yang signifikan dengan tulisan Timur Dekat Kuno. Jika tidak memiliki perbedaan maka kepercayaan yang diyakini oleh bangsa Israel hanyalah sekedar agama-agama umum yang berkembang pada masa itu.46 Kesalahan di dalam melihat keterkaitan dan kesamaan Kitab Mazmur dengan karya-karya puisi Timur Dekat Kuno inilah yang harus diwaspadai. Helmer Ringgren seperti yang dikutip oleh Walton mengatakan bahwa 44 Hoffmeier, Akhenaten, 256. Hoffmeier, Akhenaten, 254-255. 46 John N. Oswalt, The Bible Among the Myths, (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2009), 67. 45 The same expression, when used in different religious literatures, does not always mean the same thing. Thus two similar pharses do not necessarily convey identical ideas.47 Kutipan ini menjelaskan bahwa kesamaan-kesamaan yang muncul di dalam Alkitab, khususnya di dalam pembahasan ini adalah Mazmur 104 belum membuatnya menjadi sama. Ada konsep-konsep dari Bangsa Israel yang sangat berbeda dan tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Jadi kesamaan dan keterkaitan Kitab Mazmur dengan karya Timur Dekat Kuno tidak bisa disimpulkan bahwa keduanya adalah sama atau terkait secara langsung, dan Kitab Mazmur merupakan sebuah karya mitologi kuno. Perbedaan Tujuan Penulisan dan Ide Dasar Pembuktian kesimpulan kedua berkaitan dengan tujuan penulisan dan ide utama yang berbeda dari Himne kepada Aten dan Mazmur 104. Penulis akan membandingkan salah satu bagian yang paling sering disamakan oleh para ahli dari kedua karya tersebut dan menjelaskan perbedaan mendasar dari keduanya. Hymn to the Aten48 Psalms 10449 47 Walton mengutip Ringgren dalam bukunya The Faith of the Psalmist. Walton, Ancient Israelite Literature, 143. 48 Penulis menggunakan salah satu terjemahan Himne kepada Aten yang dilakukan John A. Wilson sebagai teks yang akan dibandingkan. Selain Wilson, beberapa ahli yang melakukan penerjemahan himne ini ke dalam bahasa Inggris adalah Breasted, Ronald J. Williams, dan William K. Simpson. John A. Wilson, “The Hymn to the Aton,” dalam James B. Pritchard ed., Ancient Near Eastern Texts: Relating to the Old Testament 3rd ed with Supplement, (New Jersey: Priceton University Press, 1969), 369. 9 When thou settest in the western horizon, The land is in darkness, in the manner of death. They sleep in a room, with heads wrapped up, Nor sees one eye the other. All their goods which are under their heads might be stolen, (But) they would not perceive (it). Every lion is come forth from his den; All creeping things, they sting. 19 He made the moon for seasons, The sun hath known his place of entrance. 20 Thou settest darkness, and it is night, In it doth every beast of the forest creep. 21 The young lions are roaring for prey, And to seek from God their food. Darkness is a shroud, and the earth is in stillness, for he who made them rests in his horizon (l. 4) Bagian yang penulis bandingankan adalah bait kedua dan ketiga dari Himne kepada Aten50 dengan Mazmur 104:19-21. Kedua bagian ini adalah bagian yang selalu dibandingkan satu sama lain oleh para ahli.51 49 Penulis menggunakan versi terjemahan Young Literal Translation. 50 Ada beberapa versi pembagian Himne kepada Aten. Penulis mengikuti pembagian menurut Breasted dan Wilson yang membaginya ke dalam 12 tema besar. Hoffmeier, Akhenaten, 221. 51 Ronald J. Williams, “The Hymn to Aten,” dalam D. Winton Thomas ed., Document from the Old Testament Times, (New York: Harper&Row Publishers, 1958), 149; Siddiqui memberikan daftar ahli yang mengatakan hal senada yaitu: James H. Breasted, John A. Wilson, Aylward M. Blackman, Hugo Bagian yang penulis bahas menjelaskan tentang dunia di waktu malam. Laura Taronas dalam tesisnya tentang Firaun Akhenaten menjelaskan bahwa kegelapan malam disamakan dengan kematian, keabsenan Aten (When thou settest in the western horizon) disamakan dengan ketiadaan kehidupan di bumi. 52 Hal senada juga dikatakan oleh Siddiqui bahwa ketika Aten tidak ada, seluruh kehidupan menjadi diam (tidak ada kehidupan).53 Ronald J. Williams juga mengkomentari kedua bagian tersebut dengan mengatakan bahwa bagianbagian tersebut menjelaskan tentang ancaman-ancaman dari kondisi kegelapan di mana Aten absen dari langit. Hal ini kontras dengan bagian berikutnya ketika Aten kembali muncul mendatangkan sukacita 54 melalui sinarnya. Konsep ini tentu saja berbeda dengan Mazmur 104:19-21 yang diparalelkan oleh para ahli. Para ahli sepakat bahwa Mazmur 104 adalah jenis mazmur himne individual yang mengambarkan pujian pemazmur tentang TUHAN sebagai pencipta. 55 Kraus mengatakab bahwa ayat 19-24 berbicara tentang TUHAN yang dimuliakan sebagai Tuhan atas siang dan malam. Bulan dan matahari merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan waktu, semuanya adalah ciptaan Tuhan. Begitu juga kata “malam” yang menurut Kraus pada ayat ini digambarkan sebagai suatu tempat yang memiliki kekuatan (mighty Gressmann, Arthur Weigall. Siddiqui, “The Problem of Similarities,” 75. 52 Laura Taronas, “An Analysis of the Pharaoh Akhenaten’s Religious and Philosophical Revolution,” (Thesis for the Department of Anthropology, Tufts University, 2012), 14. 53 Siddiqui, “The Problem of Similarities,” 75. 54 Williams, “The Hymn to Aten,” 148. 55 Para ahli yang dirujuk penulis adalah Allen P. Ross, Leslie C. Allen, Hans-Joachim Kraus dan Mitchell Dahood. 10 repository of power) semuanya tidak lepas dari kendali pemerintahan-Nya.56 Allen P. Ross menambahkan bahwa kata “malam” digambarkan sebagai keadaan yang membahayakan dan menekan, tetapi pemazmur menambahkan pada kalimat berikutnya kehidupan binatang di hutan, dan singa muda mengaum meminta makanan kepada Tuhan (ayat 21) untuk menjelaskan bahwa mereka ada di dalam bagian yang diciptakan-Nya. Ross menyimpulkan bahwa setiap waktu dan setiap keadaan semua ciptaan Tuhan bergantung penuh kepada-Nya.57 Kesimpulan para ahli ini tentu saja memberikan pemahaman bahwa kesamaan fenomena alam yang muncul (malam, kegelapan, dan singa) antara Himne kepada Aten dan Mazmur 104 digunakan untuk maksud yang berbeda. Puisi Mesir tersebut menjelaskan tentang dewa Aten hanya menguasai sebagian aspek kehidupan, ketidakhadirannya di waktu malam layaknya seperti kegelapan malam yang mematikan, sementara kata malam, kegelapan yang digunakan oleh pemazmur menunjukkan bahwa Ia adalah pengendali segala keadaan. HASIL ANALISA Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus utama yang harus diperhatikan bukanlah kesamaan-kesamaan yang muncul di dalam Mazmur 104 dengan karya dari Mesir dan Ugarit, melainkan perbedaan-perbedaannya. Ada perbedaan signifikan yang dimiliki oleh mazmur tersebut yang dapat diperhatikan yaitu berkaitan dengan tujuan kepada siapa karya puisi tersebut dipilih. 56 Kraus, Psalms 60-150, 301. Allen P. Ross, A Commentary on the Psalms Vol. 3 (90-150), (Grand Rapids, Michigan: Kregel Publications, 2016), 251. 57 Tujuan utama dari Mazmur 104 adalah untuk menyembah dan memuliakan TUHAN Allah Israel, sedangkan pada karya Mesir ditujukan kepada allah mereka yaitu Aten, dan Baal di dalam karya Ugarit. Meskipun sama-sama ditujukan kepada pribadi yang ilahi, tetapi konsep tentang Allah di dalam kedua perbandingan tersebut sangat berbeda. Perbedaan yang sangat signifikan antara Allah Israel dengan allah-allah lain adalah dalam konsep Theogony (The origin of the gods). 58 Orang-orang Mesir memiliki pemikiran bahwa allah mereka berasal pemisahan diri dari “sang pencipta dewa” sedangkan Allah Israel tidak memiliki awal dan akhir (kekal). Konsep lain yang berbeda tentang Allah Israel dengan allah yang disembah oleh orang Mesir dan Ugarit adalah dalam hal relasi. Allah Bangsa Israel adalah Allah yang berelasi dengan umat-Nya. Ia menyatakan diriNya bukan hanya di dalam tindakan tetapi juga mencakup sifat-sifat-Nya. Hal ini mendatangkan konsekuensi bahwa Bangsa Israel dipanggil untuk mengimitasi apa yang sudah Allah nyatakan kepada mereka.59 Secara bentuk puisi, Mazmur 104 juga mendukung konsep tentang Allah Israel yang berelasi dengan umat-Nya. Mazmur 104 termasuk ke dalam jenis atau kategori pujian deklaratif. Kategori pujian deklaratif sangat unik di dalam karya Bangsa Israel. Hal ini tidak dapat ditemukan di dalam karya-karya lain yang ada pada bangsa-bangsa Timur Dekat Kuno. 60 Bangsa-bangsa seperti Babel atau Mesir tidak menaikkan pujian dan penyembahan kepada tuhan mereka atas tindakan yang dilakukan kepada masing-masing individu. TUHAN Bangsa Israel adalah Allah yang berelasi dengan umat-Nya, yang 58 Walton, Ancient Near Eastern, 91. Walton, Ancient Near Eastern, 110. 60 Walton, Ancient Israelite, 145. 59 11 melakukan tindakan kepada masingmasing individu. Mazmur merupakan salah-satu contoh yang paling nyata mengenai bagaimana seseorang merasakan secara pribadi pengalaman bersama dengan Tuhan. Perbedaan lainnya yang dapat dicermati adalah bagaimana karyakarya puisi tersebut digunakan. Tujuan dari Mazmur 104 dengan himne kepada Aten dan puisi Baal sangat berbeda. Karya-karya Timur Dekat Kuno umumnya digunakan sebagai ritual semata untuk menyenangkan allah mereka. Karya-karya tersebut dinaikkan dan dibacakan di dalam ibadah untuk mencegah allah mereka marah dan menyebabkan kerugian bagi kehidupan mereka. Kontras dengan hal tersebut, Mazmur 104 dinaikkan oleh Bangsa Israel di dalam konteks ibadah untuk mengingat apa yang TUHAN telah lakukan di dalam kehidupan mereka.61 KESIMPULAN Pembahasan Mazmur 104 menunjukkan bahwa kesamaankesamaan yang dimiliki puisi orang Ibrani dengan Himne kepada Aten tidak membuatnya menjadi sama. Keterkaitan dari Mazmur 104 disebabkan oleh karena pertemuan dan pengaruh dengan budaya sekitar. Secara esensi Mazmur 104 atau secara keseluruh Alkitab berbeda dengan tulisan-tulisan Timur Dekat Kuno. Hal ini jelas membuktikan bahwa pandangan yang menganggap Alkitab adalah sebuah karya Mitologi adalah salah. Oleh karena itu, Alkitab seharusnya dipandang sebagai pernyataan Allah secara khusus kepada orang percaya. Alkitab berisi Firman Tuhan yang berotoritas. Seperti yang dikatakan di dalam 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk 61 mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk menididk orang dalam kebenaran.” Ayat ini menjelaskan Alkitab adalah sumber utama bagi orang percaya untuk hidup seperti yang Tuhan inginkan. Di dalam aplikasinya, orang percaya seharusnya menjadikan Alkitab sebagai bagian utama di dalam kehidupannya. Alkitab adalah sumber untuk mencari kebenaran sejati, dan membawa orang kepada kebenaran. Orang percaya seharusnya tidak meninggalkan kebiasaan membaca Alkitab karena merupakan perkataan Tuhan sendiri yang difirmankan-Nya dan dituliskan oleh para penulis Alkitab dengan tuntunan dari Roh Kudus. DAFTAR PUSTAKA “Myth.” Dictionary.com. diakses pada 20 Maret 2020. https://www.dictionary.com/bro wse/myth. Allen, Leslie C. “Psalms 101-150,” dalam Word Biblical Commentary Vol. 21, Waco, Texas: Word Books, Publisher: 1983. Alter, Robert. The Book of Psalms: A Translation with Commentary. New York: W.W. Norton Company. Bavinck, Herman. Dogmatika Reformed Jilid 1: Prolegomena. Jakarta: Penerbit Momentum, 2011. Bullock, C. Hasell. Encountering The Book of Psalms. Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2001. Bullock, C. Hassel. Kitab-Kitab Puisi Dalam Perjanjian Lama. Malang : Penerbit Gandum Mas, 2014. Cross, Frank Moore. Canaanite Myth and Hebrew Epic: Essays in the History of the Religion of Israel. Walton, Ancient Israelite, 157. 12 London, England: Harvard University Press, 1973. Dahood, Mitchell Psalms III. New York: Doubleday, 1970. Florkowski, Alice. The Hymn to the Aten: Egyptian Chronology, Academia, 20 Maret 2020, https://www.academia.edu/39259 760/Hymn_to_the_Aten_Egyptia n_Chronology. Graf, Fritz. “Myth and Mythology,” dalam David Noel Freedman, ed. The Anchor Bible Dictionary vol.4. New York: Doubleday, 1992. Hoffmeier, James K. Akhenaten and the Origins of Monotheism. New York: Oxford University Press, 2015. Jones, Jordan W. “Who Maketh The Clouds His Chariot: The Comparative Method and The Mythopetical Motif of CloudRiding in Psalm 104 and The Epic of Baal.” MA Ths., The Faculty of Liberty University, 2010. Kraus, Hans Joachim. Psalms 60-150: A Commentary. Diterjemahkan oleh Hilton C. Oswalt. Minneapolis: Augsburg Fortress, 1989. Lichtheim, Miriam. Ancient Egyptian Literature Vol. II: The New Kingdom. Berkeley: University of California Press. Mark, Joshua J. “Amarna Period of Egypt.” Ancient History Encyclopedia. https://www.ancient.eu/Amarna_ Period_of_Egypt/ diakses pada 20 Maret 2020. Mitchell Dahood, Psalms III. New York: Doubleday, 1970. Oswalt, John N. The Bible Among the Myths. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2009. Pritchard, James B. Ancient Near Eastern Texts: Relating to the Old Testament 3rd Ed with Supplement. New Jersey: Princeton Unversity Press, 1969. Ross, Allen P. A Commentary on the Psalms Vol. 3 (90-­‐150). Grand Rapids, Michigan: Kregel Publications, 2016. Sandmel, Samuel. “Parallelomania.” Journal of Biblical Literature 18. No. 1 (Mar 1962). Siddiqui, Kazi Zulkader. “The Problem of Similarities in Ancient Near Eastern Religions: A Comparison of the Hymn to Aton and Psalm 104.” dalam Journal Islamic Studies Vol.40, No. 1 (Spring 2001). Simpson, William Kelly. The Literature of Ancient Egypt: An Anthology of Stories, Instructions, Stelae, Autobiographies, and Poetry 3rd ed., London: Yale University Press, 2003. Sproul, R. C. Can I Trust the Bible? .Orlando, Florida: Reformation Trust Publishing, 2009. Strawn, Brent A. “Comparative Approaches: History, Theory, and The Image of God.” Dalam Method Matters Essays on the interpretation of the Hebrew Bible in Honor of David L. Petersen. Diedit oleh Joel M. LeMon dan Kent Harold Richards. Atlanta: Society of Biblical Literature, 2009. Taronas, Laura. “An Analysis of the Pharaoh Akhenaten’s Religious and Philosophical Revolution.” Thesis for the Department of Anthropology, Tufts University, 2012. VandenBoom, Becki. Atenism and The Great Hymn to the Aten. Academia. diakses pada 20 Maret 2020, https://www.academia.edu/60764 11/Atenism_and_The_Great_Hy mn_to_the_Aten. 13 Walton John H. Ancient Israelite Literature in its Cultural Context: A Survey of Paralles Between Biblical and Ancient Near Eastern Texts. Grand Rapids, Michigan: Regency Reference Library, 1989. Walton John H. Ancient Near Eastern Thought and the Old Testament. Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2006. Williams, R.J. “The Hymn to Aten,” Diedit oleh D. Winton Thomas dalam Document from the Old Testament Times. New York: Harper&Row Publishers, 1958. Wright, G. Ernest. Biblical Archaeology. Philadelphia: The Westmister Press, 1976. 14