INTISARI UJI BAKTERIOLOGIS AIR PADA SAMPEL AIR KRAN DAN AIR SUMUR ARTESIS BANDARA ADISUTJIPTO DIY DI BBTKLPP (BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT) YOGYAKARTA Farizka Diatrinari 13/346969/BI/9026 Pembimbing: Sari Darmasiwi, M. Biotech. Berbagai macam tujuan pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari haruslah melibatkan pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air. Keberadaan bakteri coliform pada air yang diuji merupakan indikator bahwa air tersebut tidak aman dikonsumsi. Bakteri coliform yang biasa digunakan sebagai indikator adalah Escherichia coli. Air minum harus memiliki persyaratan nilai MPN (Most Probable Number) E.coli maksimal 0 sel/100 ml untuk dinyatakan layak dikonsumsi. BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kualitas air, baik air minum, limbah cair, maupun air tanah di wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bandara Adisutjipto DIY merupakan salah satu instansi yang melakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala melalui BBTKLPP Yogyakarta. Pemeriksaan kualitas air melalui kerja praktek dilakukan untuk mempelajari prosedur uji kualitas pada sampel air kran bandara dan air sumur artesis di Bandara Adisutjipto DIY. Pemeriksaan dilakukan melalui uji pendugaan (presumptive test) dengan menginokulasikan sampel air pada medium LTB 0,5 % dan 1,5 %. Jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif yaitu terbentuknya gas dan asam, dicocokkan dengan tabel MPN. Berdasarkan hasil uji pendugaan (presumptive test), sampel air kran bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak 240 per 100 ml dan tidak layak konsumsi, sedangkan sampel air sumur artesis bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak <2 per 100 ml dan masih layak dikonsumsi. Kata kunci: bakteri coliform, MPN, indikator, konsumsi ABSTRACT BACTERIOLOGICAL TEST OF ADISUTJIPTO AIRPORT DIY TAP WATER AND ARTESIAN WELL WATER IN BBTKLPP (BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT) YOGYAKARTA Farizka Diatrinari 13/346969/BI/9026 Pembimbing: Sari Darmasiwi, M. Biotech. The use of water in life should involving surveillance and testing for water quality. The presence of coliform bacteria in testing water can be used to indicate that the water is not safe to be consumed. A coliform bacterium that can be used as an indicator is Escherichia coli. Drinking water should have E.coli MPN value at maximum 0 cell/100 ml so the water is safe to be consumed. BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta has main responsibility to check the water quality test regularly from water sources around DIY and Central Java, such as drinking water, liquid waste, and ground water in D.I. Yogyakarta and Central Java. Adisutjipto Airport DIY is one of institution that regularly checked their water quality test through BBTKLPP Yogyakarta. The purpose of this research was to learn how to examine the quality of tap water and artesian well water in Adisutjipto Airport DIY. The examination included presumptive test by inoculating the water sample to LTB medium 0.5% and 1.5%. The number of tubes that indicated positive result which were indicated by the presence of acid and gas, then converted by MPN scale using MPN table. According to the presumptive test result, the airport tap water contained 240 per 100 ml of bacteria number and it was not safe to be consumed, while the airport artesian well water contains <2 per 100 ml of bacteria number and it was safe to be consumed. Key words: coliform bacteria, MPN, indicator, consumable ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan materi esensial yang dibutuhkan bagi setiap makhluk hidup. Di kota-kota besar, kebutuhan akan air meningkat sesuai dengan tingkat kehidupan masyarakat. Air digunakan untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Penggunaan air yang bermacam-macam dalam kehidupan sehari-hari haruslah melibatkan pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air, yaitu pemeriksaan secara fisik setiap satu bulan sekali dan pemeriksaan secara laboratorium setiap tiga bulan sekali (Sasono, 2012). Keberadaan bakteri coliform pada air yang diuji merupakan indikator bahwa air tersebut tidak aman dikonsumsi. Bakteri coliform yang biasa digunakan sebagai indikator adalah Escherichia coli. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 429/MenKes/PER/IV/2010, air minum harus memiliki persyaratan nilai MPN (Most Probable Number) E.coli maksimal 0 sel/100 ml untuk dinyatakan layak dikonsumsi. Pengujian bakteriologis air dilakukan melalui tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji lengkap (completed test). BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI dan bertugas dalam analisis dampak kesehatan lingkungan fisik, kimia, dan biologi di bidang pengendalian penyakit. BBTKLPP Yogyakarta melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kualitas air, baik air minum, limbah cair, maupun air tanah di wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bandara Adisutjipto DIY merupakan salah satu instansi yang melakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala melalui BBTKLPP Yogyakarta. 1 Pemeriksaan kualitas air melalui kerja praktek dilakukan di Laboratorium Biologi Lingkungan BBTKLPP Yogyakarta. Kerja praktek dilakukan selama 14 hari pada tanggal 25 Januari – 11 Februari 2016. Sampel yang digunakan berasal dari air kran bandara dan air sumur artesis bandara Adisutjipto DIY. B. Permasalahan Pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air penting dilakukan untuk menghindari penyakit. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator terhadap terjadinya pencemaran air atau makanan yang mencerminkan kondisi sanitasi atau higienitas sumber air minum. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pemeriksaan sampel air kran bandara dan air sumur artesis bandara yang diuji pada BBTKLPP Yogyakarta? C. Tujuan Kerja praktek ini dilakukan untuk mempelajari prosedur uji kualitas pada sampel air kran bandara dan air sumur artesis di bandara. D. Manfaat Kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada Laboratorium Biologi Lingkungan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta, khususnya dalam melakukan pengawasan dan pengujian secara berkala, serta bagi instansi-instansi terkait agar dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala terhadap kualitas lingkungan fisik, kimia, dan biologi. Manfaat bagi mahasiswa adalah mengetahui prosedur pemeriksaan bakteriologis air sehingga dapat diterapkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Mikrobia pada Air Air merupakan materi penting dalam kehidupan manusia, setelah kebutuhan akan udara. Meskipun bumi tersusun atas air, tetapi ketersediaan air bersih hanya 3%. Polusi air bersih (air minum) merupakan masalah dari setengah populasi dunia. Setiap tahun terdapat 250 juta kasus penyakit yang disebabkan pencemaran patogen (Ahuja, 2009). Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, di antaranya untuk air minum. Prosedur purifikasi bagi air minum ditentukan dengan derajat kemurnian air dari sumbernya. Air yang berasal dari sumur atau waduk dari pegunungan membutuhkan perlakuan yang sedikit agar aman diminum, sementara air yang berasal dari sungai dan mengandung limbah industri, sampah, serta kotoran hewan membutuhkan perlakuan khusus sebelum aman diminum. Kemurnian air biasa diuji dengan mengetahui keberadaan bakteri coliform. Adanya coliform dalam jumlah tertentu dapat membuktikan air tersebut aman atau tidak untuk diminum (Black, 2012). 1.1 Bakteri Patogen dan Coliform Bakteri patogen ada pada densitas rendah pada air, tetapi ketiadaan organisme patogenik pada sampel air yang diuji tidak dapat membuktikan bahwa organisme tersebut tidak ada pada air di mana sampel diambil. Beberapa jenis bakteri yang ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas lain dapat dijadikan indikator adanya organisme patogen pada air, antara lain fecal coliform, total coliform, Escherichia coli, fecal streptococci, dan Enterococci. Bakteri indikator yang baik harus ada secara 3 alami pada saluran pencernaan serta feses manusia dan hewan berdarah panas lain, harus ada dalam air bersamaan dengan adanya patogen enteric, bakteri indikator harus hidup lebih lama daripada patogen enteric ketika dihilangkan dalam pengolahan air, serta harus lebih mudah diisolasi dan diidentifikasi daripada patogen enteric (Nollet dan De Gelder, 2014). Indikator yang sering digunakan ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 1. Bakteri yang sering digunakan dalam uji kualitas air (Nollet dan De Gelder, 2014) Jenis Habitat Karakteristik Pengecatan Pembentukan morfologis Gram spora Gram negatif Tidak Gram negatif Tidak Gram negatif Tidak dan biokimia Total Pencernaan Berbentuk coliform hewan batang, berdarah menfermentasi panas, laktosa dan tanaman, memproduksi lingkungan gas pada 350C, air oksidase negatif Fecal Instestinum Berbentuk coliform hewan batang, berdarah menfermentasi panas, laktosa dan beberapa memproduksi pada tanah gas pada 44,5- dan tanaman, 460C lingkungan air E.coli Intestinum Berbentuk hewan batang, 4 berdarah menfermentasi panas laktosa dan memproduksi gas pada 44,5460C, urease negatif Fecal Intestinum Berbentuk streptococci hewan kokus, katalase berdarah negatif, panas tumbuh pada Gram positif Tidak Gram positif Tidak Gram positif Ya 450C Enterococci Intestinum Berbentuk hewan kokus, katalase berdarah negatif, panas tumbuh pada 44,50C Clostridium Intestinum Berbentuk perfringens hewan batang, berdarah anaerobik panas Escherichia coli merupakan bakteri indikator ideal yang memiliki karakteristik: 1. Secara umum terdapat dalam jumlah besar pada feses manusia dan hewan berdarah panas. 2. Secara mudah dapat dideteksi dengan metode sederhana. 3. Tidak tumbuh pada sumber air alami. 4. Dapat dihilangkan dengan perlakuan tertentu. Rekomendasi dari WHO berdasarkan tingkatan dari E.coli, yaitu tidak boleh terdeteksi dalam 100 ml sampel (WHO, 200 5 1.2 Uji Bakteriologis Air Pengujian kualitas air melalui pemeriksaan bakteriologis air dilakukan dalam tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji lengkap (completed test) (Black, 2008). 1.2.1 Uji Pendugaan (Presumptive Test) Uji pendugaan digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya coliform. Uji pendugaan dilakukan dengan menginokulasikan air yang akan diuji ke dalam medium laktosa cair atau medium LTB (Lauryl Tryptose Broth). Masing-masing tabung diinokulasikan dalam 10 ml air, 1 ml air, dan 0,1 ml air serta 1 tabung yang tidak diinokulasi sebagai kontrol. Tabung diinkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam. Terbentuknya gas dalam tabung selama 48 jam menunjukkan hasil positif (Black, 2008). 1.2.2 Uji Penetapan (Confirmed Test) Uji penetapan digunakan untuk mengonfirmasi sampel coliform yang positif pada uji pendugaan. Uji penetapan dilakukan dengan menginokulasikan inokulum dari tabung sampel positif ke dalam medium EMB (Eosin Methylene Blue Agar) atau medium BGLB (Brilliant Green Bile Broth). Sampel diinkubasi pada suhu 350C selama 24 jam. Koloni bakteri coliform ditandai dengan warna gelap di tengah, atau warna hijau metalik (Black, 2008). 1.2.3 Uji Lengkap (Completed Test) Uji lengkap digunakan untuk menetapkan sampel yang dipastikan positif dan terindikasi sebagai Escherichia coli. Uji lengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni bakteri warna gelap atau hijau metalik ke dalam medium laktosa cair dan diinkubasi pada suhu 350C selama 24 jam. Hasil positif pada medium laktosa cair ditunjukkan dengan terbentuknya asam dan gas. Selain itu, sampel diinokulasikan pada agar miring kemudian diinkubasi pada suhu 350C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh pada agar miring kemudian diuji dengan pengecatan Gram. Sel bakteri 6 coliform tampak pada mikroskop berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan berwarna merah (Black, 2008). 1.2.4 MPN (Most Probable Number) Teknik yang digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat pencemaran pada air yang diuji adalah MPN. Pengujian dilakukan dengan menginokulasikan air yang diuji ke dalam masing-masing 5 tabung berisi 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml medium laktosa cair. Seluruh tabung diinkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya asam dan gas. Jumlah bakteri dalam 100 ml air dapat diketahui dari jumlah tabung positif melalui tabel MPN (Black, 2008). B. Hipotesis Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah pada sampel air kran ditemukan coliform, sedangkan pada sumur artesis bandara tidak ditemukan coliform karena sistem kontruksi dan sanitasi yang sudah baik. 7 BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pemeriksaan kualitas air dilakukan melalui kerja praktek di Laboratorium Biologi Lingkungan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta yang beralamat di Jl. Wiyoro Lor No. 21 Baturetno, Banguntapan, Bantul 55197. Kerja praktek dilakukan selama 14 hari pada tanggal 25 Januari – 11 Februari 2016. B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan antara lain: medium LTB (Lauryl Tryptose Broth), medium BGLB (Brilliant Green Bile Broth), akuades, HCl, NaOH, sampel air kran bandara dan air sumur artesis bandara. Alat-alat yang digunakan antara lain: neraca analitis untuk mengukur berat medium LTB dan BGLB, pH meter untuk mengukur pH, labu Erlenmeyer sebagai tempat medium, gelas beker dan gelas ukur untuk mengukur larutan, pengaduk, hot stearer untuk memanaskan medium, tabung reaksi sebagai tempat medium, autoclave untuk sterilisasi, pipet ukur dan pipet pump untuk mengambil medium atau larutan dalam jumlah tertentu, tabung berisi medium LTB dan BGLB untuk menumbuhkan mikrobia, ose untuk inokulasi mikrobia, lampu Bunsen untuk sterilisasi saat inokulasi, dan inkubator untuk menginkubasi mikrobia. 8 C. Cara Kerja 1. Pembuatan Medium LTB 1,5% Sebanyak 106,8 gram medium LTB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai didapat pH 6,8 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung masing-masing 5 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1 atm. 2. Pembuatan Medium LTB 0,5% Sebanyak 35,6 gram medium LTB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai didapat pH 6,8 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung masing-masing 10 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1 atm selama 15 menit. 3. Pembuatan Medium BGLB Sebanyak 40 gram medium BGLB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai didapat pH 7,2 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung masing-masing 10 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1 atm selama 15 menit. 4. Uji Pendugaan (Presumptive Test) Pada uji bakteriologis berikut hanya dilakukan uji pendugaan (presumptive test) dan tidak dilakukan uji penetapan (confirmed test) dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan kerja praktek. Sebanyak 5 (lima) tabung masing-masing berisi 5 ml medium LTB 1,5% dan 10 (sepuluh) tabung lainnya berisi 10 ml medium LTB 0,5% disiapkan dan diberi nomor sampel, volume sampel, serta tanggal pengujian. Sebanyak 10 ml sampel air masing-masing diinokulasikan pada 5 tabung medium LTB 1,5%, 1 ml sampel air masing-masing diinokulasikan pada 5 tabung medium LTB 0,5%, serta 0,1 ml sampel air masing-masing diinokulasikan 9 pada 5 tabung medium LTB 0,5% dengan pipet steril. Pengujian inokulasi dilakukan secara aseptis, kemudian masing-masing tabung digoyang-goyang agar homogen. Semua tabung diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 0,5 0C selama 48 ± 3 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya gas dalam tabung durham. Jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif dicocokkan dengan tabel MPN (Tabel 3). 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendugaan (Presumptive Test) Total Coliform Hasil yang didapat dari uji perkiraan total coliform pada sumur artesis bandara dan kran bandara ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2. Jumlah tabung positif hasil uji pendugaan (presumptive test) pada sumur artesis bandara dan kran bandara Sampel Sumur artesis Jumlah Jumlah Jumlah Indeks tabung positif tabung tabung positif MPN (per (10 ml) positif (1 ml) (0,1 ml) 100 ml) 0 0 0 <2 3 3 0 240 bandara Kran bandara Tabel tersebut merupakan hasil uji pendugaan pada medium LTB 1,5% dan 0,5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa sampel air pada sumur artesis bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak <2 per 100 ml, sedangkan pada sampel air kran bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak 240 per 100 ml. Hasil pada sampel air kran bandara merupakan hasil positif yang ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung durham (Gambar 2). Kultur yang dinyatakan positif selanjutnya diinokulasi ke dalam medium BGLB (uji penetapan). Medium LTB mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, terutama coliform, antara lain triptosa, laktosa, NaCl, K2HPO4, KH2PO4, dan sodium lauryl sulphate. Medium ini dapat meningkatkan produksi gas lebih cepat dalam sejumlah kecil inokula dari coliform. Pertumbuhan bakteri aerob pembentuk spora terhambat pada medium ini. Triptosa mengandung subtansi pertumbuhan, seperti senyawa nitrogen dan karbon, sulfat, dan trace elements. Kalium fosfat berfungsi sebagai buffer, NaCl berfungsi mempertahankan 11 kesetimbangan osmotik, dan sodium lauryl sulphate berfungsi menghambat mikrobia lain selain coliform (Neogen, 2011). Selama proses fermentasi berlangsung, substrat organik berperan sebagai aseptor elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat menghasilkan produk akhir berupa asam atau asam dengan gas yang tergantung kepada reaksi fermentasi, substrat yang difermentasi, enzim yang terlibat, dan faktor lingkungan seperti pH dan suhu. Produk akhir yang biasa dihasilkan fermentasi bakteri antara lain asam laktat, asam format, asam asetat, asam butirat, butil alkohol, aseton, etil alkohol, karbon dioksida, dan hidrogen. Secara umum, indikator pencemaran air adalah coliform dan Escherichia coli yang merupakan flora normal usus manusia. Adanya kedua indikator tersebut dalam air konsumsi mengindikasikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh feses. Sistem pengolahan air yang belum optimal menyebabkan bakteri tersebut masih dapat bertahan hidup. Menurut WHO dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 429/MenKes/PER/IV/2010, air minum harus memiliki persyaratan nilai MPN E.coli maksimal 0 sel/100 ml sehingga layak dikonsumsi. A B Gambar 1. Hasil negatif yang ditunjukkan dengan tidak adanya gas pada sampel air sumur artesis bandara, (A) 10 ml dan (B) 0,1 ml. 12 A B Gambar 2. Hasil positif yang ditunjukkan dengan adanya gas pada sampel air kran bandara, (A) 10 ml dan (B) 1 ml. Dalam uji pendugaan, air kran bandara mengandung lebih dari 0 sel/100 ml sehingga air tersebut tidak layak dikonsumsi. Akan tetapi, hasil tersebut merupakan pendugaan, yaitu tahap awal pengujian yang masih menduga bahwa terdapat bakteri coliform di dalam sampel karena adanya produksi gas. Jumlah bakteri yang ada diprediksi menggunakan MPN. Hasil uji pendugaan seharusnya kemudian dipastikan dalam uji penetapan menggunakan medium BGLB, dan hasil positif ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung durham. Hal ini dikarenakan juga terdapat bakteri non coliform yang dapat memfermentasikan laktosa. Air sumur artesis bandara masih layak dikonsumsi karena mengandung <2 sel/100 ml. Hasil menunjukkan bahwa air tersebut diduga tidak terkontaminasi coliform. Hal tersebut disebabkan karena kontruksi sumur yang telah baik sehingga mencegah bakteri kontaminan masuk ke dalam sistem. Pada air kran bandara, bakteri kontaminan dapat masuk ke dalam sistem karena sanitasi yang buruk, instalasi pompa, pipa, atau komponen lainnya yang tidak dipasang dengan cara sanitasi, atau tercemar sumber kontaminan. 13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji pendugaan (presumptive test), sampel air kran bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak 240 per 100 ml dan tidak layak konsumsi, sedangkan sampel air sumur artesis bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak <2 per 100 ml dan masih layak dikonsumsi. B. Saran Bagi BBTKLPP agar dapat melakukan pengawasan dan pengujian secara berkala, serta bagi instansi terkait agar dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan terhadap sistem pengolahan air sehingga penyakit berbasis lingkungan dapat dihindari. 14 DAFTAR PUSTAKA Ahuja, S. 2009. Handbook of Water Purity and Quality. Elsevier. London, pp. 12. Black, J. G. 2012. Microbiology: Principles and Explorations. John Wiley & Sons, Inc. Massachusetts, pp. 799, 809-810. Neogen Corp. 2011. Lauryl Tryptose Broth. Neogen Corp. Michigan, pp. 1-2. Nollet, L. M. L. and L. S. P. De Gelder. 2014. Handbook of Water Analysis. CRC Press. Florida, pp. 118-121, 128. Sasono, H. B. 2012. Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor. Penerbit ANDI. Yogyakarta, hal. 206. WHO. 2001. Water Quality: Guidelines, Standards and Health. IWA Publishing. London, pp. 20-21. 15 LAMPIRAN Tabel 3. Indeks MPN (Most Probable Number) dalam 100 ml sampel air (Black, 2008) Jumlah tabung positif 10 ml 1 ml 0,1 ml Indeks 10 ml 1 ml 0,1 ml MPN/100 ml Indeks MPN/100 ml 0 0 0 <2 4 3 1 33 0 0 1 2 4 4 0 34 0 1 0 2 5 0 0 23 0 2 0 4 5 0 1 30 1 0 0 2 5 0 2 40 1 0 1 4 5 1 0 30 1 1 0 4 5 1 1 50 1 1 1 6 5 1 2 60 1 2 0 6 5 2 0 50 2 0 0 4 5 2 1 70 2 0 1 7 5 2 2 90 2 1 0 7 5 3 0 80 2 1 1 9 5 3 1 10 2 2 0 9 5 3 2 140 2 3 0 12 5 3 3 170 3 0 0 8 5 4 0 130 3 0 1 11 5 4 1 170 3 1 0 11 5 4 2 220 3 1 1 14 5 4 3 280 3 2 0 14 5 4 4 350 3 2 1 17 5 5 0 240 4 0 0 13 5 5 1 300 4 0 1 17 5 5 2 500 4 1 0 17 5 5 3 900 4 1 1 21 5 5 4 1600 4 1 2 26 5 5 5 ≥1600 4 2 0 22 4 2 1 26 4 3 0 27 16