Uploaded by User19810

UJI BAKTERIOLOGIS AIR PADA SAMPEL AIR KR

advertisement
INTISARI
UJI BAKTERIOLOGIS AIR PADA SAMPEL AIR KRAN DAN AIR
SUMUR ARTESIS BANDARA ADISUTJIPTO DIY DI BBTKLPP (BALAI
BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT) YOGYAKARTA
Farizka Diatrinari
13/346969/BI/9026
Pembimbing: Sari Darmasiwi, M. Biotech.
Berbagai macam tujuan pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari
haruslah melibatkan pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air. Keberadaan
bakteri coliform pada air yang diuji merupakan indikator bahwa air tersebut tidak
aman dikonsumsi. Bakteri coliform yang biasa digunakan sebagai indikator adalah
Escherichia coli. Air minum harus memiliki persyaratan nilai MPN (Most
Probable Number) E.coli maksimal 0 sel/100 ml untuk dinyatakan layak
dikonsumsi. BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit) Yogyakarta melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap
kualitas air, baik air minum, limbah cair, maupun air tanah di wilayah D.I.
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bandara Adisutjipto DIY merupakan salah satu
instansi yang melakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala melalui
BBTKLPP Yogyakarta. Pemeriksaan kualitas air melalui kerja praktek dilakukan
untuk mempelajari prosedur uji kualitas pada sampel air kran bandara dan air
sumur artesis di Bandara Adisutjipto DIY. Pemeriksaan dilakukan melalui uji
pendugaan (presumptive test) dengan menginokulasikan sampel air pada medium
LTB 0,5 % dan 1,5 %. Jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif yaitu
terbentuknya gas dan asam, dicocokkan dengan tabel MPN. Berdasarkan hasil uji
pendugaan (presumptive test), sampel air kran bandara mengandung jumlah
bakteri sebanyak 240 per 100 ml dan tidak layak konsumsi, sedangkan sampel air
sumur artesis bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak <2 per 100 ml dan
masih layak dikonsumsi.
Kata kunci: bakteri coliform, MPN, indikator, konsumsi
ABSTRACT
BACTERIOLOGICAL TEST OF ADISUTJIPTO AIRPORT DIY TAP
WATER AND ARTESIAN WELL WATER IN BBTKLPP (BALAI BESAR
TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT) YOGYAKARTA
Farizka Diatrinari
13/346969/BI/9026
Pembimbing: Sari Darmasiwi, M. Biotech.
The use of water in life should involving surveillance and testing for water
quality. The presence of coliform bacteria in testing water can be used to indicate
that the water is not safe to be consumed. A coliform bacterium that can be used
as an indicator is Escherichia coli. Drinking water should have E.coli MPN value
at maximum 0 cell/100 ml so the water is safe to be consumed. BBTKLPP (Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta has
main responsibility to check the water quality test regularly from water sources
around DIY and Central Java, such as drinking water, liquid waste, and ground
water in D.I. Yogyakarta and Central Java. Adisutjipto Airport DIY is one of
institution that regularly checked their water quality test through BBTKLPP
Yogyakarta. The purpose of this research was to learn how to examine the quality
of tap water and artesian well water in Adisutjipto Airport DIY. The examination
included presumptive test by inoculating the water sample to LTB medium 0.5%
and 1.5%. The number of tubes that indicated positive result which were indicated
by the presence of acid and gas, then converted by MPN scale using MPN table.
According to the presumptive test result, the airport tap water contained 240 per
100 ml of bacteria number and it was not safe to be consumed, while the airport
artesian well water contains <2 per 100 ml of bacteria number and it was safe to
be consumed.
Key words: coliform bacteria, MPN, indicator, consumable
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan materi esensial yang dibutuhkan bagi setiap makhluk hidup. Di
kota-kota besar, kebutuhan akan air meningkat sesuai dengan tingkat kehidupan
masyarakat. Air digunakan untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Penggunaan air yang bermacam-macam dalam kehidupan sehari-hari
haruslah melibatkan pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air, yaitu
pemeriksaan secara fisik setiap satu bulan sekali dan pemeriksaan secara
laboratorium setiap tiga bulan sekali (Sasono, 2012). Keberadaan bakteri coliform
pada air yang diuji merupakan indikator bahwa air tersebut tidak aman
dikonsumsi. Bakteri coliform yang biasa digunakan sebagai indikator adalah
Escherichia coli.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 429/MenKes/PER/IV/2010, air
minum harus memiliki persyaratan nilai MPN (Most Probable Number) E.coli
maksimal 0 sel/100 ml untuk dinyatakan layak dikonsumsi. Pengujian
bakteriologis air dilakukan melalui tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive
test), uji penetapan (confirmed test), dan uji lengkap (completed test). BBTKLPP
(Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit)
Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian
Kesehatan RI dan bertugas dalam analisis dampak kesehatan lingkungan fisik,
kimia, dan biologi di bidang pengendalian penyakit. BBTKLPP Yogyakarta
melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kualitas air, baik air minum, limbah
cair, maupun air tanah di wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bandara
Adisutjipto DIY merupakan salah satu instansi yang melakukan pemeriksaan
kualitas
air
secara
berkala
melalui
BBTKLPP
Yogyakarta.
1
Pemeriksaan kualitas air melalui kerja praktek dilakukan di Laboratorium
Biologi Lingkungan BBTKLPP Yogyakarta. Kerja praktek dilakukan selama 14
hari pada tanggal 25 Januari – 11 Februari 2016. Sampel yang digunakan berasal
dari air kran bandara dan air sumur artesis bandara Adisutjipto DIY.
B. Permasalahan
Pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air penting dilakukan untuk
menghindari penyakit. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator terhadap
terjadinya pencemaran air atau makanan yang mencerminkan kondisi sanitasi atau
higienitas sumber air minum. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat
dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pemeriksaan sampel air kran bandara
dan air sumur artesis bandara yang diuji pada BBTKLPP Yogyakarta?
C. Tujuan
Kerja praktek ini dilakukan untuk mempelajari prosedur uji kualitas pada
sampel air kran bandara dan air sumur artesis di bandara.
D. Manfaat
Kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada Laboratorium
Biologi Lingkungan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit) Yogyakarta, khususnya dalam melakukan pengawasan
dan pengujian secara berkala, serta bagi instansi-instansi terkait agar dapat
melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala terhadap kualitas
lingkungan fisik, kimia, dan biologi. Manfaat bagi mahasiswa adalah mengetahui
prosedur pemeriksaan bakteriologis air sehingga dapat diterapkan dalam
penelitian-penelitian
selanjutnya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Mikrobia pada Air
Air merupakan materi penting dalam kehidupan manusia, setelah kebutuhan
akan udara. Meskipun bumi tersusun atas air, tetapi ketersediaan air bersih hanya
3%. Polusi air bersih (air minum) merupakan masalah dari setengah populasi
dunia. Setiap tahun terdapat 250 juta kasus penyakit yang disebabkan pencemaran
patogen (Ahuja, 2009).
Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, di antaranya untuk
air minum. Prosedur purifikasi bagi air minum ditentukan dengan derajat
kemurnian air dari sumbernya. Air yang berasal dari sumur atau waduk dari
pegunungan membutuhkan perlakuan yang sedikit agar aman diminum, sementara
air yang berasal dari sungai dan mengandung limbah industri, sampah, serta
kotoran hewan membutuhkan perlakuan khusus sebelum aman diminum.
Kemurnian air biasa diuji dengan mengetahui keberadaan bakteri coliform.
Adanya coliform dalam jumlah tertentu dapat membuktikan air tersebut aman atau
tidak untuk diminum (Black, 2012).
1.1 Bakteri Patogen dan Coliform
Bakteri patogen ada pada densitas rendah pada air, tetapi ketiadaan
organisme patogenik pada sampel air yang diuji tidak dapat membuktikan
bahwa organisme tersebut tidak ada pada air di mana sampel diambil. Beberapa
jenis bakteri yang ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan hewan
berdarah panas lain dapat dijadikan indikator adanya organisme patogen pada
air, antara lain fecal coliform, total coliform, Escherichia coli, fecal
streptococci, dan Enterococci. Bakteri indikator yang baik harus ada secara
3
alami pada saluran pencernaan serta feses manusia dan hewan berdarah panas
lain, harus ada dalam air bersamaan dengan adanya patogen enteric, bakteri
indikator harus hidup lebih lama daripada patogen enteric ketika dihilangkan
dalam pengolahan air, serta harus lebih mudah diisolasi dan diidentifikasi
daripada patogen enteric (Nollet dan De Gelder, 2014).
Indikator yang sering digunakan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Bakteri yang sering digunakan dalam uji kualitas air (Nollet dan De
Gelder, 2014)
Jenis
Habitat
Karakteristik
Pengecatan
Pembentukan
morfologis
Gram
spora
Gram negatif
Tidak
Gram negatif
Tidak
Gram negatif
Tidak
dan biokimia
Total
Pencernaan
Berbentuk
coliform
hewan
batang,
berdarah
menfermentasi
panas,
laktosa dan
tanaman,
memproduksi
lingkungan
gas pada 350C,
air
oksidase
negatif
Fecal
Instestinum
Berbentuk
coliform
hewan
batang,
berdarah
menfermentasi
panas,
laktosa dan
beberapa
memproduksi
pada tanah
gas pada 44,5-
dan tanaman,
460C
lingkungan
air
E.coli
Intestinum
Berbentuk
hewan
batang,
4
berdarah
menfermentasi
panas
laktosa dan
memproduksi
gas pada 44,5460C, urease
negatif
Fecal
Intestinum
Berbentuk
streptococci
hewan
kokus, katalase
berdarah
negatif,
panas
tumbuh pada
Gram positif
Tidak
Gram positif
Tidak
Gram positif
Ya
450C
Enterococci
Intestinum
Berbentuk
hewan
kokus, katalase
berdarah
negatif,
panas
tumbuh pada
44,50C
Clostridium
Intestinum
Berbentuk
perfringens
hewan
batang,
berdarah
anaerobik
panas
Escherichia coli merupakan bakteri indikator ideal yang memiliki
karakteristik:
1. Secara umum terdapat dalam jumlah besar pada feses manusia dan
hewan berdarah panas.
2. Secara mudah dapat dideteksi dengan metode sederhana.
3. Tidak tumbuh pada sumber air alami.
4. Dapat dihilangkan dengan perlakuan tertentu.
Rekomendasi dari WHO berdasarkan tingkatan dari E.coli, yaitu tidak
boleh
terdeteksi
dalam
100
ml
sampel
(WHO,
200
5
1.2 Uji Bakteriologis Air
Pengujian kualitas air melalui pemeriksaan bakteriologis air dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed
test), dan uji lengkap (completed test) (Black, 2008).
1.2.1 Uji Pendugaan (Presumptive Test)
Uji pendugaan digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya
coliform. Uji pendugaan dilakukan dengan menginokulasikan air yang
akan diuji ke dalam medium laktosa cair atau medium LTB (Lauryl
Tryptose Broth). Masing-masing tabung diinokulasikan dalam 10 ml air, 1
ml air, dan 0,1 ml air serta 1 tabung yang tidak diinokulasi sebagai kontrol.
Tabung diinkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam. Terbentuknya
gas dalam tabung selama 48 jam menunjukkan hasil positif (Black, 2008).
1.2.2 Uji Penetapan (Confirmed Test)
Uji penetapan digunakan untuk mengonfirmasi sampel coliform yang
positif
pada
uji
pendugaan.
Uji
penetapan
dilakukan
dengan
menginokulasikan inokulum dari tabung sampel positif ke dalam medium
EMB (Eosin Methylene Blue Agar) atau medium BGLB (Brilliant Green
Bile Broth). Sampel diinkubasi pada suhu 350C selama 24 jam. Koloni
bakteri coliform ditandai dengan warna gelap di tengah, atau warna hijau
metalik (Black, 2008).
1.2.3 Uji Lengkap (Completed Test)
Uji lengkap digunakan untuk menetapkan sampel yang dipastikan
positif dan terindikasi sebagai Escherichia coli. Uji lengkap dilakukan
dengan menginokulasikan koloni bakteri warna gelap atau hijau metalik ke
dalam medium laktosa cair dan diinkubasi pada suhu 350C selama 24 jam.
Hasil positif pada medium laktosa cair ditunjukkan dengan terbentuknya
asam dan gas. Selain itu, sampel diinokulasikan pada agar miring
kemudian diinkubasi pada suhu 350C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh
pada agar miring kemudian diuji dengan pengecatan Gram. Sel bakteri
6
coliform tampak pada mikroskop berbentuk batang, tidak membentuk
spora, dan berwarna merah (Black, 2008).
1.2.4 MPN (Most Probable Number)
Teknik yang digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat
pencemaran pada air yang diuji adalah MPN. Pengujian dilakukan dengan
menginokulasikan air yang diuji ke dalam masing-masing 5 tabung berisi
10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml medium laktosa cair. Seluruh tabung
diinkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya asam dan gas. Jumlah bakteri dalam 100 ml air dapat
diketahui dari jumlah tabung positif melalui tabel MPN (Black, 2008).
B. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah pada sampel air kran ditemukan
coliform, sedangkan pada sumur artesis bandara tidak ditemukan coliform karena
sistem kontruksi dan sanitasi yang sudah baik.
7
BAB III
METODE
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pemeriksaan kualitas air dilakukan melalui kerja praktek di Laboratorium
Biologi Lingkungan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit) Yogyakarta yang beralamat di Jl. Wiyoro Lor No. 21
Baturetno, Banguntapan, Bantul 55197. Kerja praktek dilakukan selama 14 hari
pada tanggal 25 Januari – 11 Februari 2016.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: medium LTB (Lauryl Tryptose
Broth), medium BGLB (Brilliant Green Bile Broth), akuades, HCl, NaOH, sampel
air kran bandara dan air sumur artesis bandara.
Alat-alat yang digunakan antara lain: neraca analitis untuk mengukur berat
medium LTB dan BGLB, pH meter untuk mengukur pH, labu Erlenmeyer sebagai
tempat medium, gelas beker dan gelas ukur untuk mengukur larutan, pengaduk,
hot stearer untuk memanaskan medium, tabung reaksi sebagai tempat medium,
autoclave untuk sterilisasi, pipet ukur dan pipet pump untuk mengambil medium
atau larutan dalam jumlah tertentu, tabung berisi medium LTB dan BGLB untuk
menumbuhkan mikrobia, ose untuk inokulasi mikrobia, lampu Bunsen untuk
sterilisasi saat inokulasi, dan inkubator untuk menginkubasi mikrobia.
8
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Medium LTB 1,5%
Sebanyak 106,8 gram medium LTB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L
akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai
didapat pH 6,8 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung masing-masing 5 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1
atm.
2. Pembuatan Medium LTB 0,5%
Sebanyak 35,6 gram medium LTB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L
akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai
didapat pH 6,8 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung masing-masing 10 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1
atm selama 15 menit.
3. Pembuatan Medium BGLB
Sebanyak 40 gram medium BGLB ditimbang kemudian dilarutkan dalam 1 L
akuades, dipanaskan di penangas air sampai larut, pH larutan diatur sampai
didapat pH 7,2 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung masing-masing 10 ml. Tabung disterilkan ke dalam autoclave 121 0C, 1
atm selama 15 menit.
4. Uji Pendugaan (Presumptive Test)
Pada uji bakteriologis berikut hanya dilakukan uji pendugaan (presumptive
test) dan tidak dilakukan uji penetapan (confirmed test) dikarenakan keterbatasan
waktu pelaksanaan kerja praktek. Sebanyak 5 (lima) tabung masing-masing berisi
5 ml medium LTB 1,5% dan 10 (sepuluh) tabung lainnya berisi 10 ml medium
LTB 0,5% disiapkan dan diberi nomor sampel, volume sampel, serta tanggal
pengujian. Sebanyak 10 ml sampel air masing-masing diinokulasikan pada 5
tabung medium LTB 1,5%, 1 ml sampel air masing-masing diinokulasikan pada 5
tabung medium LTB 0,5%, serta 0,1 ml sampel air masing-masing diinokulasikan
9
pada 5 tabung medium LTB 0,5% dengan pipet steril. Pengujian inokulasi
dilakukan secara aseptis, kemudian masing-masing tabung digoyang-goyang agar
homogen. Semua tabung diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 0,5 0C
selama 48 ± 3 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya gas dalam
tabung durham. Jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif dicocokkan
dengan tabel MPN (Tabel 3).
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Pendugaan (Presumptive Test) Total Coliform
Hasil yang didapat dari uji perkiraan total coliform pada sumur artesis
bandara dan kran bandara ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah tabung positif hasil uji pendugaan (presumptive test) pada sumur
artesis bandara dan kran bandara
Sampel
Sumur artesis
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Indeks
tabung positif
tabung
tabung positif
MPN (per
(10 ml)
positif (1 ml)
(0,1 ml)
100 ml)
0
0
0
<2
3
3
0
240
bandara
Kran bandara
Tabel tersebut merupakan hasil uji pendugaan pada medium LTB 1,5%
dan 0,5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa sampel air pada sumur artesis bandara
mengandung jumlah bakteri sebanyak <2 per 100 ml, sedangkan pada sampel air
kran bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak 240 per 100 ml. Hasil pada
sampel air kran bandara merupakan hasil positif yang ditunjukkan dengan adanya
gas dalam tabung durham (Gambar 2). Kultur yang dinyatakan positif selanjutnya
diinokulasi ke dalam medium BGLB (uji penetapan).
Medium LTB mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri, terutama coliform, antara lain triptosa, laktosa, NaCl, K2HPO4, KH2PO4,
dan sodium lauryl sulphate. Medium ini dapat meningkatkan produksi gas lebih
cepat dalam sejumlah kecil inokula dari coliform. Pertumbuhan bakteri aerob
pembentuk spora terhambat pada medium ini. Triptosa mengandung subtansi
pertumbuhan, seperti senyawa nitrogen dan karbon, sulfat, dan trace elements.
Kalium fosfat berfungsi sebagai buffer, NaCl berfungsi mempertahankan
11
kesetimbangan osmotik, dan sodium lauryl sulphate berfungsi menghambat
mikrobia lain selain coliform (Neogen, 2011).
Selama proses fermentasi berlangsung, substrat organik berperan sebagai
aseptor elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat menghasilkan produk akhir
berupa asam atau asam dengan gas yang tergantung kepada reaksi fermentasi,
substrat yang difermentasi, enzim yang terlibat, dan faktor lingkungan seperti pH
dan suhu. Produk akhir yang biasa dihasilkan fermentasi bakteri antara lain asam
laktat, asam format, asam asetat, asam butirat, butil alkohol, aseton, etil alkohol,
karbon dioksida, dan hidrogen.
Secara umum, indikator pencemaran air adalah coliform dan Escherichia
coli yang merupakan flora normal usus manusia. Adanya kedua indikator tersebut
dalam air konsumsi mengindikasikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh
feses. Sistem pengolahan air yang belum optimal menyebabkan bakteri tersebut
masih dapat bertahan hidup. Menurut WHO dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 429/MenKes/PER/IV/2010, air minum harus memiliki persyaratan nilai MPN
E.coli maksimal 0 sel/100 ml sehingga layak dikonsumsi.
A
B
Gambar 1. Hasil negatif yang ditunjukkan dengan tidak adanya gas pada sampel
air sumur artesis bandara, (A) 10 ml dan (B) 0,1 ml.
12
A
B
Gambar 2. Hasil positif yang ditunjukkan dengan adanya gas pada sampel air kran
bandara, (A) 10 ml dan (B) 1 ml.
Dalam uji pendugaan, air kran bandara mengandung lebih dari 0 sel/100
ml sehingga air tersebut tidak layak dikonsumsi. Akan tetapi, hasil tersebut
merupakan pendugaan, yaitu tahap awal pengujian yang masih menduga bahwa
terdapat bakteri coliform di dalam sampel karena adanya produksi gas. Jumlah
bakteri yang ada diprediksi menggunakan MPN. Hasil uji pendugaan seharusnya
kemudian dipastikan dalam uji penetapan menggunakan medium BGLB, dan hasil
positif ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung durham. Hal ini dikarenakan
juga terdapat bakteri non coliform yang dapat memfermentasikan laktosa.
Air sumur artesis bandara masih layak dikonsumsi karena mengandung <2
sel/100 ml. Hasil menunjukkan bahwa air tersebut diduga tidak terkontaminasi
coliform. Hal tersebut disebabkan karena kontruksi sumur yang telah baik
sehingga mencegah bakteri kontaminan masuk ke dalam sistem. Pada air kran
bandara, bakteri kontaminan dapat masuk ke dalam sistem karena sanitasi yang
buruk, instalasi pompa, pipa, atau komponen lainnya yang tidak dipasang dengan
cara sanitasi, atau tercemar sumber kontaminan.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji pendugaan (presumptive test), sampel air kran bandara
mengandung jumlah bakteri sebanyak 240 per 100 ml dan tidak layak konsumsi,
sedangkan sampel air sumur artesis bandara mengandung jumlah bakteri sebanyak
<2 per 100 ml dan masih layak dikonsumsi.
B. Saran
Bagi BBTKLPP agar dapat melakukan pengawasan dan pengujian secara
berkala, serta bagi instansi terkait agar dapat melakukan pemeliharaan dan
perbaikan terhadap sistem pengolahan air sehingga penyakit berbasis lingkungan
dapat dihindari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, S. 2009. Handbook of Water Purity and Quality. Elsevier. London, pp. 12.
Black, J. G. 2012. Microbiology: Principles and Explorations. John Wiley &
Sons, Inc. Massachusetts, pp. 799, 809-810.
Neogen Corp. 2011. Lauryl Tryptose Broth. Neogen Corp. Michigan, pp. 1-2.
Nollet, L. M. L. and L. S. P. De Gelder. 2014. Handbook of Water Analysis. CRC
Press. Florida, pp. 118-121, 128.
Sasono, H. B. 2012. Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor. Penerbit
ANDI. Yogyakarta, hal. 206.
WHO. 2001. Water Quality: Guidelines, Standards and Health. IWA Publishing.
London, pp. 20-21.
15
LAMPIRAN
Tabel 3. Indeks MPN (Most Probable Number) dalam 100 ml sampel air (Black,
2008)
Jumlah tabung positif
10 ml
1 ml
0,1 ml
Indeks
10 ml
1 ml
0,1 ml
MPN/100 ml
Indeks
MPN/100 ml
0
0
0
<2
4
3
1
33
0
0
1
2
4
4
0
34
0
1
0
2
5
0
0
23
0
2
0
4
5
0
1
30
1
0
0
2
5
0
2
40
1
0
1
4
5
1
0
30
1
1
0
4
5
1
1
50
1
1
1
6
5
1
2
60
1
2
0
6
5
2
0
50
2
0
0
4
5
2
1
70
2
0
1
7
5
2
2
90
2
1
0
7
5
3
0
80
2
1
1
9
5
3
1
10
2
2
0
9
5
3
2
140
2
3
0
12
5
3
3
170
3
0
0
8
5
4
0
130
3
0
1
11
5
4
1
170
3
1
0
11
5
4
2
220
3
1
1
14
5
4
3
280
3
2
0
14
5
4
4
350
3
2
1
17
5
5
0
240
4
0
0
13
5
5
1
300
4
0
1
17
5
5
2
500
4
1
0
17
5
5
3
900
4
1
1
21
5
5
4
1600
4
1
2
26
5
5
5
≥1600
4
2
0
22
4
2
1
26
4
3
0
27
16
Download