Pertaruhan Kehidupan demi Setetes Minyak Kelapa Sawit oleh Raka Firdansyah Hutan sebagai Penyangga Kehidupan Hutan merupakan sumber daya alam yang menjadi salah satu penentu sistem penyangga kehidupan umat manusia. Bagaimana tidak? Di hutan, berbagai macam spesies tumbuhan hidup dan menghasilkan oksigen, menjaga dan mengatur sistem tata air sekaligus menjadi sumber air yang berguna bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Selain itu hutan juga menjadi salah satu sumber makanan dan habitat bagi ribuan satwa yang keberadaannya turut menentukan keseimbangan ekosistem bumi. Namun beberapa tahun terakhir ini, kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan. Luas hutan di Indonesia dari tahun ke tahun terus berkurang. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang (World Wildlife Fund for Nature Indonesia, 2015). Penyebab dari terus menyusutnya luas hutan di Indonesia diantarnya adalah maraknya kasus penebangan hutan secara liar (ilegal logging), pembakaran hutan secara besar-besaran dan membabi buta serta alih fungsi hutan untuk berbagai tujuan seperti dijadikan lahan pertanian, perkebunan hingga pemukiman penduduk. Salah satu ancaman semakin berkurangnya luas hutan yang marak dan sampai saat ini menjadi pusat perhatian adalah pembakaran hutan untuk alih fungsi hutan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit. Menurut data dari World Bank Group, Pada tahun 2015, dari 2 juta hektar hutan yang dibakar, seluas 505 ribu hektar atau sekitar 25% dialihfungsikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit. Minyak Sawit sebagai Bibit Penyakit Penanaman tanaman kelapa sawit memang memiliki produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan memelihara hutan. Minyak yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam sektor industri sebagai bahan dasar untuk membuat kosmetik, bahan bakar, minyak goreng dan masih banyak lagi. Selain itu, daya jual dari minyak kelapa sawit di dunia sangatlah tinggi. Menteri pertanian Amran Sulaiman mengatakan, minyak kelapa sawit merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia dengan nilai Rp 250 triliun setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan pemerintah dan para pengusaha sawit terus menggalakkan industri perkebunan kelapa sawit dan meningkatkan ekspor hasil olahan tanaman ini ke seluruh dunia. Hutan ditebang dan dibakar demi memperluas lahan perkebunan kelapa sawit dan mendapatkan produksi minyak yang optimal. Padahal pengalihan fungsi lahan dapat menyebabkan menurunnya kualitas lahan, misalnya dengan cara tebang bakar (slash and burn), hal ini dikarenakan pembakaran kayu dan ranting sisa pembukaan lahan dapat mempercepat proses pencucian dan pemiskinan tanah sehingga kadar bahan organik tanah akan merosot dan sifat fisik dan kimia tanah menjadi semakin buruk (Barchia, 2009) . Ketika kualitas tanah menjadi semakin buruk, tanah menjadi sulit untuk ditanami kembali. Hal ini berakhir pada kondisi tanah yang kering, gersang dan terlantar sehingga menimbulkan berbagai permasalahan terutama permasalahan lingkungan. Akibat dari alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit adalah hilangnya berbagai fungsi penting hutan sebagai penyangga kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup. Hutan yang ditebang dan dibakar menyebabkan tidak adanya lagi daerah resapan air dan pengatur sistem tata air sehingga menimbulkan beberapa bencana alam seperti banjir (bandang) dan longsor yang menimbulkan banyak kerugian bagi manusia. Tidak hanya itu, kerusakan hutan juga akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Hilangnya satu atau beberapa komponen ekosistem yang disebabkan oleh perusakan hutan berdampak pada ledakan populasi pada spesies tertentu karena hilang atau punahnya hewan tertentu seperti pemangsa. Spesies yang bertambah jumlahnya dapat mengganggu aktivitas manusia. Dampak lain dari hilangnya hutan adalah hilangnya habitat dan sumber makanan bagi hewan sehingga beberapa hewan akan terancam punah. Menurut data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), setidaknya 25 spesies hewan berada dalam ancaman kepunahan akibat kebakaran hutan pada tahun 2015. Bukan hanya hewan, beberapa spesies tumbuhan dan pohon pun ikut punah. Akibatnya, tidak ada lagi yang melakukan proses fotosintesis untuk memproduksi gas oksigen dan menyerap gas karbondioksida sehingga emisi gas karbon di bumi semakin meningkat dan temperatur bumi pun menjadi semakin panas. Inilah yang disebut dengan efek rumah kaca atau pemanasan global. Temperatur bumi yang meningkat menyebabkan es di kutub utara dan kutub selatan mencair. Tidak menutup kemungkinan, es di kedua kutub bumi yang mencair tersebut lama kelamaan akan menenggelamkan umat manusia beserta seluruh peradabannya. Pemanasan global yang disebabkan oleh tidak adanya lagi hutan sebagai paru-paru dunia juga menyebabkan perubahan iklim yang tidak menentu di bumi sehingga timbul berbagai bencana alam seperti angin topan, badai, kekeringan dan cuaca ekstrim di berbagai belahan bumi yang mengancam kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup. Upaya-Upaya yang Perlu Dilakukan Menyadari pentingnya hutan sebagai penyangga kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup, tentu kita tidak ingin membiarkan hutan terus ditebang dan dibakar demi kepentingan umat manusia. Meskipun perkebunan kelapa sawit mendatangkan keuntungan yang besar bagi manusia, jika kelestarian hutan adalah taruhannya tentu akan menimbulkan ancaman terhadap keselamatan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, upaya menjaga dan melestarikan hutan perlu dilakukan demi keberlangsungan hidup umat manusia dan seluruh makhluk hidup. Beberapa upaya tersebut di antaranya adalah reboisasi dan tebang pilih. Begitu juga pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan sebagai penyangga kehidupan manusia perlu segera dilakukan. Penindakan tegas terhadap perusak hutan termasuk pelaku illegal logging harus dihukum seberat-beratnya agar menimbulkan effek jera. Reboisasi sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk memulihkan kembali hutan yang telah gundul. Lahan gundul yang ditanami pohon akan bertambah kandungan zat organik dan unsur haranya sehingga kualitas tanah menjadi baik dan subur. Pohon dengan akar-akarnya yang kuat akan menjaga dan memperkuat struktur tanah sehingga mencegah terjadinya bencana longsor. Dikembalikannya fungsi lahan yang ditanami pohon juga akan memperluas daerah resapan air sehingga mencegah terjadinya banjir. Selain itu tebang pilih juga merupakan upaya untuk mencegah kerusakan hutan. Alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit boleh saja dilakukan tetapi harus mempertimbangkan keanekaragaman hayati dan pemilihan pohon yang ditebang. Upaya lain yang dapat ditempuh sebagai solusi untuk melestarikan hutan adalah dengan pendidikan yaitu dengan menanamkan rasa peduli terhadap hutan serta pemberian hukuman yang mendidik terhadap perusak hutan dan para mafia lingkungan. Seperti yang dikatakan Nelson Mandela, bahwa pendidikan merupakan senjata terampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Sifat manusia yang serakah telah menyebabkan kerusakan dan kehancuran di bumi. Oleh karena itu, penanaman rasa cinta dan peduli terhadap hutan melalui pendidikan adalah cara terampuh untuk mengubah mengubah perilaku buruk manusia yang merusak hutan menjadi perilaku baik untuk mencintai dan menjaga hutan demi keselamatan manusia sendiri. Hutan dan seluruh alam merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu banyak peran dan fungsi hutan dalam menyangga kehidupan. Hutan menjadi sumber makanan dan tempat tinggal bagi banyak makhluk hidup. Hutan juga menyangga kehidupan manusia karena ikut berperan dalam menentukan kondisi dan keseimbangan ekosistem planet bumi sebagai tempat tinggal manusia. Hutan menjadi anugerah sekaligus titipan dan tanggung jawab yang besar bagi umat manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karena itu, manusia tidak boleh berlebihan dan semena-mena dalam memanfaatkan hutan, sebab bila gegabah kitalah yang akan menanggung akibatnya. Marilah kita bersama-sama melestarikan hutan agar anak dan cucu kita kelak masih dapat merasakan udara segar, menikmati pemandangan hijaunya tanaman dan pepohonan dan melihat keunikan flora dan fauna yang hidup di hutan. Biarlah hutan beserta kekayaan yang ada di dalamnya menjadi warisan yang dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Daftar Pustaka Barchia, M. F. (2009). Agroekosistem Tanah Masam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. World Bank Group . (2015) . Indonesia Fire and Haze Crisis . [Online] . Tersedia : http://www.worldbank.org/in/news/feature/2015/12/01/indonesias-fire-and-haze-crisis . [Diakses 9 September 2017] . World Wildlife Fun for Nature . (2015) . Kehutanan . [Online] . Tersedia : http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/k ehutanan/ . [Diakses 10 September 2017] .