ANALISA KASUS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PANCASILA KASUS “PERISTIWA BOM BALI TAHUN 2002” Abstrak Terorisme selalu berkaitan dengan kekerasan. Kekerasan tersebut bisa melalui teror maupun tidak. Akan tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme selalu bertujuan memberikan sensasi perasaan tidak aman terhadap masyarakat. Korban terorisme sering kali adalah orang yang tidak bersalah. Tindakan terorisme berbeda dengan peperangan maupun mafia. Terorisme selalu bertindak untuk menarik perhatian masyarakat luas dan memanfaatkan media massa untuk menyuarakan pesan mengenai apa yang sedang mereka perjuangkan. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan sering kali mengatasnamakan agama sehingga dapat dikatakan bahwa aksi terorisme telah melanggar salah satu sila yang ada pada dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Karena Pancasila merupakan dasar Negara yang dapat diguanakan sebagai paradigm hukum maka pelaku terorisme harus dihukum dengan hukuman yang setimpal. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan secara disengaja maupun tidak disengaja, harus di tindak lanjuti melalui ranah hukum sebagaimana hukum yang berlaku di Indonesia. Dan kasus pembunuhan terbagi menjadi dua macam yaitu pembunuhan terencana dan tidak terencana. Kasus pembunuhan terencana merupakan kasus pembunuhan yang sudah di rencanakan dan sudah dipikirkan secara matang oleh si pelaku baik secara matang dan benar - benar siap dilakukan atau dilaksanakan., sedangkan pembunuhan secara tidak terencana adalah pembunuhan yang dilakukan atas dasar unsur ketidak sengajaan atau untuk melindungi diri dari ancaman yang membahayakan nyawa. Sehingga hukuman untuk para pelaku terorisme yang merupakan pembunuhan terencana tersebut yaitu hukuman mati. 1 PEMBAHASAN Delapan belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 12 Oktober 2002, telah terjadi peristiwa yang mengerikan. Peristiwa tersebut adalah peristiwa terorisme yang terjadi di salah satu destinasi wisata yang paling minati oleh Warga Negara Indonesia sendiri maupun Warga Negara Asing yaitu Pulau Dewata Bali. Peristiwa tersebut meliputi ledakan bom yang terjadi dengan tiga rangkaian ledakan yang mampu meluluh lantakkan area pariwisata di Bali. Kedua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Club dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta, Bali. Dan ledakan terakhir kemudian terjadi di Renon yang berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Peristiwa tersebut menyebabkan 202 korban jiwa dan 209 korban luka atau cedera, dan kebanyakan adalah wisatawan asing yang sedang berada dikedua klub popular tersebut. Peristiwa Bom Bali tersebut merupakan sejarah terorisme yang cukup besar di Indonesia. Kronologis dari peristiwa ledakan pertama terjadi pada pukul 23.05 WITA di Paddy’s Club dan Sari Club, dimana Bom yang meledak di diskotik Paddy’s disimpan dalam tas punggung dan diledakkan sebagai bom bunuh diri. Sedangkan bom kedua yang terjadi di Sari Club disimpan didalam mobil Mitsubishi Colt L300 yang terparkir di depan Sari Club dan meledak sekitar beberapa detik dengan pemicu ledakan jarah jauh dan meninggalkan bekas ledakan sedalam 3 kaki. Kemudian tidak lama sekitar 10 menit setelah ledakan pertama dan kedua terjadi ledakan ketiga di Renon, namun tidak ada korban jiwa dalam ledakan kedua ini. Para pelaku terorisme tersebut kemudian ditangkap pada tanggal 5 November 2002 atas nama Amrozi bin Nurhasyim di rumahnya di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. Kemudian setelah tertangkapnya Amrozi diduga ada sebanyak 10 orang yang terlibat yang juga ditangkap sehari setelah ditangkapnya Amrozi di sejumlah tempat di Jawa. Dari keterangan Amrozi dan kesaksian dari Omar Al-Farouq adanya keterlibatan Abu Bakar Ba’asyir dan beliau dinyatakan sebagai tersangka pidana terorisme pada tanggal 8 November 2002. Selain itu hasil dari pemeriksaan saksi yang dimulai pada tanggal 16 Oktober 2002 yang dilakukan oleh Gabungan Tim Investigasi Polri dan Kepolisian Luar Negeri tersebut terdapat lima orang yang menjadi tim inti dari peledakan tersebut menurut Amrozi yaitu Ali Imron, Ali Fauzi, Qomaruddin, M. Gufron dan Mubarok. Tim gabungan menangkap Qomaruddin pada 11 November 2002, seorang petugas kehutanan dan teman dekat Amrozi di 2 Desa Tenggulun. Ia diduga ikut membantu merakit bahan peledak untuk bom. Pada 17 November 2002, Imam Samudra, Idris dan Dulmatin disangka sebagai peracik Bom Bali dan ditetapkan sebagai tersangka bersama dengan Ali Imron, Umar Wayan dan Umar Patek. Imam Samudra ditangkap di dalam bus Kurnia di pelabuhan Merak, di dalam kapal menuju Sumatra pada 26 November 2002. Otak dari pelaku bom bali berhasil ditangkap oleh tim investigasi pada 1 Desember 2002. Mereka berjumlah empat orang, dan satu diantaranya adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Ali Gufron kemudian ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, kemudian Rahmat, Ali Imron dan Hermiyanto, juga sejumlah wanita yang diduga istri mereka. Anak Ashuri bernama Atang yang masih menjadi siswa SMA di Lamongan juga ditangkap polisi pada 16 Desember 2002, selain itu juga ditemukan 20 buah dus yang berisi bahan kimia potasium klorat seberat satu ton di rumah kosong milik Ashuri, Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Lamongan. Barang bukti tersebut diduga milik Amrozi. Pelaku bom bunuh diri adalah Jimi alias Iqbal atau Isa yang dilatih oleh Ali Imron untuk menyalakan tombol pemicu bom yang terpasang dalam mobil, rompi dan kotak. Tiga pemicu bom tersebut berada dalam motor Yamaha FIZR merah yang diparkir di dekat Sari Club. Tim Investigasi Gabungan Polri dan Polisi Australia kemudian membeberkan Dokumen Solo yang dimiliki oleh Ali Gufron. Dokumen tersebut berisi mengenai tata cara pembuatan senjata, racun, dan perakitan bom, juga buku – buku mengenai Jamaah Islamiyah (JI), topografi suatu area serta sejumlah rencana aksi. Berkas perkara Amrozi kemudian diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali pada 6 Januari 2003. Rekonstruksi dalam sejarah peristiwa bom Bali dilakukan para 8 Februari 2003, dan sidang terhadap para tersangka mulai dilakukan setelahnya. Amrozi dan Imam Samudera kemudian dihukum mati, begitu juga dengan Ali Gufron. PK atau peninjauan kembali yang diajukan para tersangka ditolak hingga tiga kali pengajuan, dan Mahkamah Konstitusi menolah uji materi mengenai UU Nomor 2/Pnps/1964 yang berisi tata cara eksekusi mati yang diajukan oleh Amrozi dan tersangka lainnya. Mereka kemudian dieksekusi mati di Nusakambangan pada 9 November 2008. Ketahui juga mengenai candi di Bali, sejarah museum Le Mayeur Bali, dan sejarah museum Bali Denpasar. Sejarah peristiwa bom Bali ini terjadi tepat setahun, sebulan dan sehari setelah Serangan 11 September yang dilakukan oleh teroris ke menara WTC, Amerika Serikat. Beberapa pihak mencurigai adanya keterlibatan pihak asing dalam kejadian ini. Umar Patek 3 memiliki peran besar dalam pengeboman, karena peristiwa itu berawal dari saat ketika ia memutuskan tinggal di Sukoharjo, di rumah kontrakan Dulmatin. Ia ditemui Imam Samudera yang mengajak untuk membunuh orang – orang asing dengan bom. Ali Imran dan Umar Patek mengakui mereka membuat kesalahan dan penyimpangan dengan perbuatannya tersebut. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kasus terorisme tersebut dilakukan atas dasar agama. Dimana latarbelakang terjadinya peristiwa tersebut yaitu sebuah bentuk balas dendam para teroris karena pada konflik di Poso dan Ambon banyak umat muslim yang terbunuh. Maka dari itu, kasus bom bali tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu kasus penyimpangan dasar Negara Indonesia yaitu sila pertama yang berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Dimana bunyi sila pertama tersebut memiliki tujuan supaya setiap individu masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain karena Pancasila merupakan ideologi terbuka dan harus dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Peristiwa Bom Bali tersebut merupakan salah satu bentuk penyimpangan Pancasila sila pertama yaitu penyimpangan dalam bentuk gerakan radikal kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama yang biasanya disebut dengan terorisme. Dari hasil penyimpangan yang telah diperbuat tersebut maka para pelaku terorisme tersebut akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku yaitu Hukuman Mati. 4 DAFTAR PUSTAKA https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-peristiwa-bom-bali https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_terorisme 5