Uploaded by hot

MAKALAH E-LEARNING

advertisement
MAKALAH
PEMBELAJARAN E-LEARNING
Dosen pengampu : Dr.Indina Tarjiah, M.Pd
Kelompok 6 :
-
Hotdortua Simatupang (1501618002)
-
Imam Syafi’I (1501618034)
Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bila kita merasakan pesatnya perkembangan teknologi dari masa ke masa,
kita akan melihat adanya perubahan paradigma manusia dalam mencari dan
mendapatkan informasi. Media yang dulunya hanya mengandalkan audio visual
dan media elektronik secara terbatas, kini telah dirasakan dengan adanya sebuah
jaringan koneksi yang dapat menghubungkan kita ke dunia luar dan dapat
mengaksesnya secara bebas atau dalam konteks bahwa kita mendapatkan
informasi yang lebih luas lagi cakupannnya dibanding dengan hanya
mengandalkan audio visual dan eletronik saja. Tentunya dalam hal ini, dengan
adanya internet sangat membantu dunia pendidikan dalam perkembangannya.
Pendidikan dalam hal ini merupakan proses interaksi antara pendidik dan anak
didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, pendidik dalam hal ini memiliki
unsur sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan
materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo,
2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi
informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001).
Skenario pelaksaan e-learning tentunya sudah melaui pembahasan dalam
kurikulum dengan prosedur-prosedur tertentu. Pelaksaan tersebut tidak hanya
melaksanakan pembelajaran dengan hanya berselancar di web saja namun tujuan
terlaksanakan pembelajaran yang mandiri, efisien, aktif dan konstruktif dalam
proses belajar peserta didik.
Penggunaan media internet sudah menjadi bagian yang dapat dikatakan
kehidupan bagi anak muda sekarang. Sehingga internet dan media elektronik
menjadi media mereka jika ingin mencari informasi. Sebagai pendidik pentingnya
bila membimbing mereka dalam kebijakan menggunakan media tersebut ke hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Proses tersebut baiknya terlaksana dengan
proses belajar yang menyenangkan, interakatif, dan konstruktif.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran dan juga untuk menambah pengetahuan
bagi penulis.
Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Pengertian dari e-learning
2. Model pembelajaran e-learning
3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran e-learning
4. Jenis-jenis model pembelajaran e-learning
5. Fungsi e-learning
6. Hambatan dalam pelaksanaannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian e-learning
Secara dasar kita dapat mengartikan apa itu e-learning berdasarkan
penyusun katanya yaitu ”e” atau elektronik dan learning atau
pembelajaran. Secara luas kita dapat mengartikan e-learning, dimana elearning
adalah
proses
dari
sebuah
kegiatan
yang
penarapan
pembelajarannya berbasis web, berbasis computer, kelas virtual atau kelas
digital dengan cakupan media teknologi yang lebih luas. Pembelajaran
tersebut dapat dihantarkan atau disalurakan kepada penggunanya melalui
Internet, Intranet, video, audio, penyiaran melaui satelit, televise interaktif,
CD-ROM, dan lain-lainnya. Pendefenisian e-learning sebagai kegiatan
pembelajaran memiliki versi yang berbeda-beda. Pendefenisan tersebut
memiliki dua sumber utama yaitu elektronik based atau pembelajaran yang
tidak hanya menggunakan internet sebagai media/sumber informasi
melainkan semua perangkat elektronik misalnya kaset, video, film, slide,
proyektor, dan lain-lain. Sumber lainnya yaitu Internet based atau
pembelajaran yang menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari
informasi tanpa adanya batasan jarak dan dapat mengaksesnya dimana dan
kapan saja.
Adapun kedua persepsi tersebut ditunjang dengan adanya
pendefenisian e-learning dari para ahli yang memilik pendefenisian
berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa e-learning tersebut merupakan
pembelajaran yang hanya menggunakan Internet, Intranet, video, audio,
penyiaran melaui satelit, televisi interaktif, CD-ROM,
model tersebut
tidak harus menggunakan internet karena internet sudah menjadi bagian
dari e-learning. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Elliott Masie, cisco
and comellia (2000) dan Pendapat ini didukung oleh Martin Jenkins and
Janet Hanson,Generic center (2003) bahwa e-learning adalah proses
belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi
informasi komunikasi
Adapun para ahli yang mendukung pemahaman e-learning sebagai
media yang menggunakan internet diantaranya e-learning adalah
''penggunaaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan".(Rosenberg
(2001) E-learning atau internet enable learning menggunakan metode
pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam belajar (Dr.Jo HamiltonJones).
Selain dari pada pengertian di atas dapat juga kita bandingkan
dengan beberapa pendapat tokoh lain yang mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian e-learning. Seperti :

Jaya Kumar C. Koran (2002)
Mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN,
WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan elearning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet

Dong (dalam Kamarga, 2002)
Mendefinisikan
e-learning
sebagai
kegiatan
belajar
asynchronous melalui perangkat elektronik computer yang
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

(Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002)
E-Learning is a generic term for all technologically supported
learning using an array of teaching and learning tools as phone
bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or
computer aided instruction also commonly referred to as online
courses

Onno W. Purbo (2002)
Menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam elearning digunakan sebagai istilah untuk segala
teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
B. Model Pembelajaran e-learning
Dalam Pengembangan model pembelajaran e-learning, perlu dirancang
secara cermat agar tujuan dapat dicapai. Jika kita bertolak pada e-learning
yang berbasis internet dan kita menyetujui bahwa Internet juga termasuk
dalam pembelajaran e-learning, kita dapat mempertimbangan pendapat
Haughey (1998) dalam pengembangan pembelajaran berbasis internet.
Adapun system tersebut adalah web course, web centric course, dan web
enhanced course.
a. Web course
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan,
dimana peserta didik sepenuhnya terpisah dengan pengajar tanpa
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, dan
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya
sepenuhnya disampaikan melalaui internet. Dengan kata lain model ini
menggunakan system jarak jauh.
b. Web centric course
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan
antara belajar tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan
sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam
model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk
mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa
juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak
diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut.
Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran
bagi siswa (dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan
powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan metode belajar
yang relatif lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di
kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian
mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan
tinggi pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional
menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa
yang digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar
yang menggunakan teknologi dan metode belajar tradisional.
(Kathleen Debevec, 2006).
c. web enhanced course
Model pemebelajaran enhanced course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di
kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta
didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain.
Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari
dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang
diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi
pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik.
Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan
pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan
internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan
diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib
dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan
cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada
panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning
itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk
proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem
e-learning-nya.
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya
melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga
bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada
saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung
mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous).
Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan
kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta
didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang
dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama
di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat
terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan
demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin
oleh pengajar atau pengelola.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik
belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem
digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi
unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang
operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test,
membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif,
uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving,
tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak
lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan
pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi,
programmer, seniman, dan sebagainya.
C. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran e-learning
Pembelajaran
dengan
menggunakan
e-learning
dari
segi
pelaksanaannya memilki beberapa kelebihan yang dapat mendukung
pembelajaran secara penuh. Namun dari semua yang ada, pembelajaran elearning memiliki kekurangan tersendiri yang mempengaruhi nilai dari
pendidikan itu sendiri.
Beberapa
kelebihan
dari
penggunaan
e-learning
sebagai
proses
pembelajaran dan kemudian diadopsi (Effendi,2005) :
1) Pengurangan biaya
Terlihat jelas bahwa metode pembelajaran e-learning mengurangi
biaya
proses
pembelajaran
dibanding
dengan
pembelajaran
konvensional baik dari segi pendukung pelaksanaan pembelajaran
seperti tenaga perpustakaan, kebersihan kampus, pengurus gedung, dll.
Selain dari pada penghematan dari pendukung pelaksanaannya di
sekolah, pengurangan biaya juga ada pada individu si belajar karena
dengan metode e-learning ia tidak harus pergi beranjak untuk mencari
informasi yang harus menghabiskan biaya perjalanan, dan lain-lainnya.
2) Fleksibilitas.
Dengan metode pembelajaran e-learning kita dapat belajar dimana saja
dan kapan saja selama terhubung dengan jaringan internet, intranet,
jaringan radio, atau lainnya. Dapat belajar kapan dan dimana saja,
selama terhubung dengan intemet.
3) Personalisasi.
Berdasarkan metode ini, siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajar mereka dan akan terus dan terus menggali
pemahamannya akan sesuatu.
4) Standarisasi.
Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru,
seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang
berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.
5) Efektivitas.
Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan
aplikasi dari pelajaran melalui metode elearning meningkat sebanyak
25% dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional
6) Kecepatan.
Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena
pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.
Sedangkan menurut ( Bates dan Wulf, 1996 ) kelebihan learning yaitu :
a) Meningkatkan interaksi pembelajar an (enchance inter activity)
Pembelajaran jarak jauh online yang dirancang dan
dilaksanakan secara cermat dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran antara siswa dengan materi pembelajaran, siswa
dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Siswa yang
terpisah dari siswa lainnya dan juga terpisah dari pengajar akan
merasa lebih leluasa atau bebas mengungkapkan pendapat atau
mengajukan pertanyaan karena tidak ada siswa lainnya yang secara
fisik mengamatinya.
b) Mempermudah interaksi pembelajaran dimana dan kapan saja
(time and placeflexibility)
Siswa dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar
kapan saja sesuai dengan ketersedianan waktunya dan dimanapun
dia berada, karena sumber belajar sudah dikemas secara elektronik
dan tersedia untuk di akses oleh siswa melalui online learning
(kerka, 1996;Bates,L995; wulf, 1996). Begitu pula dengan tugastugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada pengajar
begitu selesai dikerjakan, tanpa harus menungu sampai ada janji
untuk bertemu dengan pengajar, dan tidak perlu menunggu sampai
ada waktu luang pengajar untuk mendiskusikan hasil pelaksanaan
tugas apabila dikehendaki.
c) Memiliki jangkauan yang lebih luas (potential to reoch a global
audience)
Pembelajaran jarakjauh online yang fleksibel dari segi waktu
dan tempat, menjadikan jumlah siswa yang dapat dijangkau
kegiatan pembelajaran melalui online learning semakin banyak dan
terbuka secara luas bagi siapa saja yang membutuhkannya. Ruang,
tempat dan waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, dimana
saja, dan kapan saja, seorang dapat belajar melalui interaksinya
dengan sumber belajar yang telah dikemas secara elektronik dan
siap diakses melalui online learning.
d) Mempermudah
penyempurnaan
dan
penyimpanan
materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities)
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi online learning dan
berbagai software yang terus berkembang turut membantu
mempermudah penembangan materi pembelajaran elektronik.
Demikian
penyempurnaan
atau
pemutaakhiran
materi
pembelajaran yang telah dikemas dapat dilakukan secara periodic
dengan
cara
perkembangan
yang
lebih
keilmuannya.
mudah
sesuai
Disamping
dengan
itu,
tuntutan
pemutaakhiran
penyajian materi pembelajaran dapat dilakukan, baik yang
didasarkan atas umpan balik dari siswa maupun atas hasil penilaian
guru selaku penanggung jawab atau Pembina materi pembelajaran.
Selain dari pada kelebihan dari metode pembelajaran e-learning, metode elearning juga memiliki kelemahan yang dapat mengurangi nilai pandang
akan pendidikan yang sesunguhnya. Adapun kekurangan tersebut
diantaranya:
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
volues dalam proses belajar dan mengajar.
2. Dalam model pembelajaran e-learning cenderung akan mengabaikan
aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis.
3. Proses belajar dan mengajamya cenderung ke arah pelatihan bukan
pendidikan yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan atau
psikomotor dan aspek afektif.
4.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik
pembelajaran yang menggunakan internet.
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
6.
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini
berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun
komputer).
7.
Keterbatasan ketersediaan softwere (perangkat lunak) yang biayanya
masih relatif mahal.
8. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang
internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.
D. jenis-jenis model pembelajaran e-learning
bila kita melihat dari jeni-jenisnya, model pembelajaran e-learning dapat
dibagi menjadi tiga berdasarkan jenis sumbernya diantaranya berbasis
open source, Audio dan video conferencing serta Videobroadcasting, dan
sertifikat e-learning.
a. Berbasis Open Source
1. Moodle
Istilah moddle singkatan dari Modular object oriented Dynamic
Learning Environment yang berarti tempat belajar yang dinamis
dengan menggunakan model berorientasi pada objek atau merupakan
paket lingkungan pendidikan berbasis web yang dinamis dan
dikembangkan dengan konsep berorientasi pada objek.
2. Atutor
Atutor adalah Web based open source learning control
management system (LCMS) di desain dengan aksessibilitas dan
kemampuan adaptasi. Atutor merupakan paket software yang
diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet. Pengajar dapat
cepat
memasang,
memaketkan
dan
mendistribusikan
materi
pembelajaran, dan mengadakan kursus online-nya sendiri.
b. Audio dan video conferencing serta Videobroadcasting
1. Audio Conferencing
Audio conferencing adalah interaksi atau konferensi langsung
dalam bentuk audio (suara) antar dua orang atau lebih yang berada
dalam tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan pembelajar yang
banyak pada lokasi yang tersebar dan berbeda. Teknologi yang
digunakan adalah sarana teiephoil. Dalam pelaksanaan audio
conferencing dibutuhkan perangkat tambahan (audio conferencing
bridge)yang dapat mengurangi gangguan (noise) maupun interaksi
pada system.
2. Video Conferencing
Teknologi multimedia videobroadcasting dapat memungkinkan
seluruh pembelajar melihat, mendengar, dan bekerja sama secara
langsung. Sesuai namanya, videoconferencing memberikan visualisasi
secara langsung dan lengkap kepada seluruh pembelajar dengan
multimedia (video, audio dan data) Videoconferencing distance
learning memungkinkan interaksi antara dua orang atau lebih, dua
kelas atau lebih pada tempat yang berbeda dan waktu yang bersamaan
dengan menggunakan system multipoint.
Interaksi terjadi antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar
dengan pembelajar lain, pembelajar dengan materi pembelajaran dan
pembelajar dengan sumber-sumber informasi (information resources)
pada lokasi yang berbeda dan dilakukan secaralangsung (real time)
dengan komunikatif seperti pada kelas konvensional yang menerapkan
tatap muka langsung. Materi pembelajaran pada videoconferencing
distance learning disajikan dalam bentuk suara (audio), gambar
(visual), maupun teks, secara terpisah atau bersamaan (simultan).
Adapun aplikasi videoconferencing dalam dunia pendidikan dan
proses pembelajaran antara lain :
a) Pertemuan (meeting)
Pengajar
dengan
pembelajar
videoconferencing
memberikan kemampuan untuk menjelaskan pembelajaran
dengan
sangat
hidup
dan
interaktif
tanpa
harus
menghabiskan biaya dan waktu yang banyak untuk
melakukan sesuatu pada tempat yang sama.
b) Seminar jarak jauh (Teleseminar)
Teleseminar adalah seminar yang diselenggarakan
melalui teleconference. Teleconference ini menjangkau
beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.setiap tempat
dihubungkan dengan media videoconferencing, sehingga
seminar dapat diikuti oleh pembelajar dari beberapa tempat
sekaligus. pembicara seminar pun dapat menyampaikan
materi seminar dari mana saja selama dia memiliki akses ke
system videoconferencing yang digunakan untuk teleseminar
tersebut.
c) The word wide web (WWW)
Kehadiran situs web bagi suatu organisasi pada era
digital dan internet sebagai pintu masuk menemukan dan
mengenal untuk memperoleh informasi suatu organisasi di
lingkungan dunia maya.
d) Elektronik mail (e-mail) atau surat elektronik
E-mail
merupakan
surat
elektronik
yang
menyediakan suatu infrastuktur komunikasi baru. E-mail
umumnya
digunakan
untuk
menukar
pesan
tertulis,
mengirim dan menerima dari jaringan telekomunikasi
seseorang. Seseorang pengguna e-mail di sediakan sebuah
mailbox elektronik dengan sebuah alamat. Sebuah pesan
sering kali berupa sebuah catatan atau memo. Tetapi juga
berupa dokumen kerja seperti spreadsheet, atau grafik.
Bentuk catatan dalam sebuah email melalui penggunaan
mailbox elektronik di intemet, untuk memperoleh informasi.
e) Voice mail
Sistem voice mail menyimpan pesan suara yang
diubah dalam bentuk digital. Pesan suara dikirim dalam
bentuk diktat kepada penerima telephon mailbox. Pesan
suara secara digit disimpan pada keduanya dengan alat
penyimpan,
seperti
disk
magnetic.
Ketika
penerima
mendapatkan kembali pesan dari mailbox, pesan diubah
kembali pada bentuk suara asli. Pesan suara diatur dengan
menekan serangkaian tombol telephon. Penerima pesan
dapat mengulangi atau meneruskan pesan atau mengirimkan
melalui mailbox lain.
f) Telekkonferensi dan system pertemuan elektronik
g) Pengirim pesan kilat (instant messenger)
Pengirim pesan kilat (instant messenger) berfungsi
untuk memudahkan berkomunikasi tidak terbatas waktu,
ruang dan orang, dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan
siapapun. Disebut pesan kilat karena pesan dikirim hanya
hitungan detik dan dapat langsung terbalas. Bentuk pesan
yang dikirim dapat berupa teks, suara atau video.
3. Videobroadcasting
Videabroadcasting merupakan salah satu teknologi elearning
interaktif yang bersifat satu arah (komunikasi linear). Penggunaan
program e-learning dengan program videobroadcasting lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan audio conferencing. Hal ini trejadi
karena sifat videobroadcasting yang audio visual. Dalam prinsip
belajar diungkapkan bahwa belajar akan lebih berhasil jika melibatkan
banyak indera. Sasaran pesertanya dalam jumlah yang besar (massal)
dan menyebar (dispersed).
sebagai media transaksinya umumnya menggunakan media
satelit.
Pembelajar
mengikuti
program
pembelajaran
melalui
videobroadcasting dengan cara melihat dan mendengar pesawat
televise yang terhubung kestasiun (broadcaster) tertentu melalui
antenna penerima biasa atau antenna parabola yang dilengkapi decoder
khusus.
c. Sertifikat pada e-learning
Penggunaan e-learning membutuhkan jaminan akan kerahasiaan
informasi (confidentiality), keutuhan dan keasrian informasi (integrity),
keabsahan pengiriman informasi (authentication) dan pengakuan terhadap
informasi yang dikirim sehingga tidak ada data yang disangkal, hal ini
merupakan syarat yang mutlak dalam system e-learning. E-learning hanya
digunakan oleh orang yang berhak. Namun, masih banyak kendala dan
tantangan yang perlu mendapatkan perhatian. Pada system e-learning
seringkali terjadi penyalahgunaan sehingga dapat mencemarkan nama baik
seseorang atau penyelenggara program e-learning.
Untuk menghindari penyalagunaan itu, seperti pemalsuan, maka
digunakan senifikat digital dengan memanfaatkan infrastruktur kunci
public,certification Authority (CA) adalah sebuah lembaga atau badan
yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian infrastruktur kunci public
dan pengelolaan sertifikat digital.
E. Fungsi E-learning
Fungsi e-learning dalam ruang lingkup pendidikan terhadap kegiatan
pembelajaran dikelas memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Suplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik
mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada
kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik
yang
memanfaatkannya
tentu
akan
memiliki
tambahan
pengetahuan atau wawasan.
2. Komplemen (pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen, apabila materi elearning
diprogramkan untuk melengkapi matei pembelajaran yang diterirna
siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti
materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi enrichment
(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran konvensional. sebagai enrichment, apabila
peserta didik dapat dengan cepat menguasai/memahami materi
pelajarun yang disampaikan guru secara tatap muka diberikan
kesempatan untuk mengakses materi elearning yang memang
secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi plajaran yang disajikan guru di kelas. Sebagai remedial,
apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
petajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas.
Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
3. Substitusi (pengganti)
Tujuan dari e-learning sebagai pengganti kelas konvensional
adalah agar peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan
perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari.
Ada 3 (tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat
diikuti peserta didik:
a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional),
b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet, atau bahkan
c. Sepenuhnya melalui internet
F. Hambatan atau kendala pelaksanaan
Disisi lain metode e-learning juga mempunyai Kendala atau hambatan
dalam penyelenggaraannya, yaitu (Effendi,2005) :
a. Investasi.
Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya
pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar
pada permulaannya.
b. Budaya.
Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan
kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui
komputer.
c. Teknologi dan infrastruktur.
E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal,
dan teknologi yang tepat. Desain materi. Penyampaian materi
melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learnercentric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang
berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning
yang memadai.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kata kunci untuk pendidikan masa depan yaitu : luwes, akses, realitas maya,
multimedia, banyak jalur, internet, seumur hidup, saling berbagi, interaktivitas,
tepat waktu, kompetitif. Keseluruhan dari kata kunci ini merupakan jawaban akan
pendidikan masa depan dan sekaligus sebagai tantangan baru bagaimana caranya
menggunakan teknologi secara bijak dan tepat untuk dapat menjawab
permasalahan global.
Saran
Adapun yang perlu ditekankan pada kesempatan ini bahwa pendidikan e-learning
tidak dapat sepenuhnya menggantikan proses pembelajaran secara konvesional.
Alangkah baiknya bila metode pembelajaran e-learning dipadukan dengan metode
pembelajaran secara konvensional agar dapat menghasilkan proses belajar yang
lebih sempurna. Perpaduan metode e-learning dengan konvensional memiliki
interaksi
yang
berbeda
dalam
penyampaiannya.
Dalam
pembelajaran
konvensional ada interaksi yang memadai untuk memotivasi si belajar sedangkan
dalam proses pembelajaran e-learning itu menggunakan motivasi pribadi si belajar
untuk meencapainya.
Untuk itu, baiknya bila kita sebagai guru hendaknya memberikan sentuhan
pembelajaran secara konvensional dan metode e-learning untuk mendukung
kualitas pendidikan yang baik kedepannya dan mampu menjawab kebutuhan
secara global.
DAFTAR PUSTAKA

Diakses tanggal 23 Maret 2020
http://www.infodiknas.com/model-pembelajaran-berbasis-elearning.html

Diakses tanggal 23 Maret 2020
http://www.digilib.uinsby.ac.id

Diakses tanggal 22 Maret 2020.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPU
TER/WAHYUDIN/E-Learning.pdf
Download