BAHAYA GADGET BAGI ANAK DAN CARA MENGATASINYA Oleh : Cut Mutia Kurniawati, A. Md Kita tahu, gadget saat ini tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat untuk menjalani kesehariannya. Penggunaan gadget bahkan juga sudah mewabahi anak-anak. Gadget seolah tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak yang lahir di zaman milenial, begitupun mereka yang masih di bawah umur 12 tahun. Padahal, sebagian orangtua mungkin sudah menyadari tentang dampak maupun bahaya gadget bagi anak. Potensi ponsel merusak otak anak bisa terjadi jika anak dibiarkan terlalu lama menatap layar gadget tersebut. Penggunaannya yang berlebihan tentu bisa menimbulkan dampak buruk, bagi kesehatan fisik maupun mental anak. Para ilmuwan sudah memberikan istilah baru terhadap perilaku kecanduan gadget yang mereka sebut screen dependency disorder (gangguan ketergantungan terhadap layar gadget), atau SDD. Seorang Associate Professor of Paediatrics di Bangkok, Dr. Rawat Sichangsirikarn mengatakan bahwa ponsel memang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan bantuan gadget, kita dapat memeroleh informasi baru dan berkomunikasi dengan cepat. Namun di sisi lain, mereka punya efek samping yang berbahaya. Dampak tersebut begitu serius ketika para orangtua mengizinkan anak-anak mereka menggunakan teknologi gadget, termasuk ponsel atau tablet untuk jangka waktu yang lama. Hal tersebut akan menimbulkan bahaya gadget bagi anak. Screen timeyang berlebihan dapat menimbulkan risiko serius pada kesehatan fisik maupun mental anak. Sebuah penelitian terbaru menemukan, 30% anak di bawah usia 6 bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari. Di usia 2 tahun, 9 dari 10 anak mendapat paparan gadget yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami SDD. Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada menegaskan, anak umur 02 tahun tidak boleh terpapar oleh teknologi sama sekali. Anak umur 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi hanya satu jam per hari. Dan anak umur 6-18 tahun dibatasi 2 jam saja perhari. Anak-anak dan remaja yang menggunakan teknologi melebihi batas waktu yang dianjurkan, memiliki risiko kesehatan serius yang bisa mematikan. Menggunakan aplikasi yang kurang aman bagi si kecil dan kebebasan akses internet yang tanpa batas juga dapat membahayakan mereka. Misalnya, mereka dapat mengakses jejaring sosial yang berbahaya dan tidak pantas, atau terpapar situs web pornografi atau ancaman pemangsa pedofil. Waspadai tanda-tanda anak mengidap SDD berikut ini: Sibuk dengan gadget, dan anak menjadi agresif jika tidak memegang gagdet. Anak menangis dan tantrum ketika gadget diambil darinya. Tidak berhenti main gadget meski orangtua sudah menyuruhnya berhenti. Tidak tertarik bermain di luar rumah atau kegiatan ekstra di sekolah, lebih memilih bermain gadget seharian. Tetap main gadget walaupun sudah tahu dampak negatifnya. Memaksimalkan setiap kesempatan agar bisa main gadget lebih lama, bahkan hingga berbohong pada orangtua. Menggunakan gadget untuk mengalihkan perhatian, dan selalu memohon main lebih lama saat Parents menyuruhnya berhenti. Penelitian ini mengumpulkan data dampak dari anak yang terlalu sering bermain gadget, paparan layar ponsel merusak otak anak. Hingga berakibat pada tumbuh kembang otaknya. o o o o Anak kurang tidur, dan kemampuannya untuk fokus sangat rendah. Anak lebih sering tidur di siang hari dan terjaga di malam hari. Setiap penggunaan gadget selama 15 menit, mengurangi waktu tidur anak 60 menit. Speech delay pada anak yang memiliki waktu bermain gadget tinggi Masalah dalam tumbuh kembang fisik anak, seperti berat badan turun atau malah naik dengan drastis, sakit kepala, kurang gizi, insomnia, hingga masalah penglihatan. Masalah tumbuh kembang emosi anak seperti kecemasan, perasaan kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, dan perubahan mood yang drastis. Studi ini juga menunjukkan, SDD membuat otak anak menyusut, hingga memegaruhi kemampuan mengatur rencana, organisir dan lain-lain. Selain anak, remaja dan orang dewasa juga menghadapi dampak negatif dari paparan gadget yang berlebihan. Namun, karena otak anak masih berkembang, maka dampaknya lebih buruk bagi mereka. Berikut ini adalah 10 bahaya penggunaan gadget pada anak, yang bersumber dari berbagai penelitian. Sehingga bisa menjadi alasan kuat kenapa orangtua sebaiknya tidak memberikan gadget pada anak sebelum usia 12 tahun. Bahaya penggunaan gadget pada anak yang harus diwaspadai orangtua 1. Mengganggu pertumbuhan otak anak Pada usia 0-2 tahun, otak anak bertumbuh dengan cepat hingga dia berusia 21 tahun. Perkembangan otak anak sejak dini dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan. Stimulasi berlebih dari gadget (hp, internet, tv, ipad, dll) pada otak anak yang sedang berkembang, dapat menyebabkan keterlambatan koginitif, gangguan dalam proses belajar, tantrum, meningkatkan sifat impulsif, serta menurunnya kemampuan anak untuk mandiri. 2. Tumbuh kembang yang lambat Bahaya penggunaan gadget pada anak, juga membatasi gerak fisiknya. Yang membuat tumbuh kembang fisik anak menjadi terlambat. Paparan teknologi sejak dini juga memengaruhi kemampuan literasi dan prestasi akademik anak secara negatif. 3. Obesitas Penggunaan televisi dan video game berkaitan dengan meningkatkatnya kasus obesitas pada anak. Alat elektronik yang dipasang di kamar anak dan bisa diakses secara pribadi dapat meningkatkan risiko obesitas sebanyak 30%. 30% anak yang menderita obesitas, akan mengalami diabetes, hingga memiliki risiko tinggi stroke dini atau serangan jantung, serta usia harapan hidup yang rendah. 4. Kurang tidur 75% anak usia 9-10 tahun mengalami kurang tidur karena penggunaan teknologi tanpa pengawasan. Kekurangan tidur akan berdampak buruk pada nilai sekolah mereka, karena otak berkembang dengan baik saat tidur, dan anak butuh tidur yang cukup agar otaknya bisa berfungsi dengan baik. 5. Kelainan mental Penelitian di Bristol University tahun 2010 mengungkapkan, bahaya penggunaan gadget pada anak dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, kurang atensi, autisme, kelainan bipolar, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya. 6. Sifat agresif Konten di media yang bisa diakses anak, dapat menimbulkan sifat agresif pada anak. Kekerasan fisik dan seksual banyak tersebar di internet, dan jika tidak dilakukan pengawasan, anak bisa terpapar itu semua. Sehingga memicu timbulnya perilaku agresif dan cenderung menyerang orang lain pada anak. 7. Kecanduan Ketika orangtua terlalu bergantung pada teknologi, mereka akan semakin jauh dari anak. Untuk mengisi kekosongan ikatan dengan orangtua, anak juga mulai mencari penghiburan dari gadget, yang pada akhirnya membuat mereka kecanduan teknologi, dan tidak bisa lepas darinya. Kecanduan game juga sudah dikonfirmasi WHO sebagai salah satu masalah gangguan perilaku. 8. Pikun digital Kecepatan konten di media, membuat anak memiliki attention span yang pendek. Dia jadi tidak fokus pada satu hal, dan mudah berganti fokus. Hal ini menurunkan kemampuan konsentrasi dan memori. Sehingga membuat anak susah memusatkan perhatian. Hal ini memicu kondisi yang disebut pikun digital, karena anak yang terpapar teknologi terlalu banyak, tidak bisa memusatkan perhatian, imbasnya dia menjadi kesulitan belajar. 9. Radiasi emisi Pada bulan Mei 2011, WHO memasukkan ponsel dan gadget tanpa kabel lainnya dalam kategori Risiko 2B (penyebab kemungkinan kanker), karena radiasi emisi yang dikeluarkan oleh alat tersebut. James McNamee dari Lembaga Kesehatan Kanada, memberi peringatan pada 2011 lalu: “Anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi dibanding orang dewasa. Karena otak anak dan sistem imun mereka masih berkembang. Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa risiko pada anak sama dengan risiko pada orang dewasa.” 10. Proses belajar yang tidak berkelanjutan Penggunaan teknologi yang berlebihan pada anak, bisa membuat proses belajarnya tidak kontinyu. Karena teknologi ini membuat segalanya menjadi lebih mudah, sehingga otak anak tidak terasah, disebabkan kemudahan yang ditawarkan untuk mencari jalan pintas. Apa yang dapat orang tua lakukan agar anak tidak mengidap SDD? 1. Memberi teladan pada anak Untuk mencegah anak mengalami SDD dan dampak buruk lainnya dari penggunaan gadget yang berlebihan, orangtua harus mau memberi teladan. Saat bersama anak, taruh gadget Anda dan berinteraksilah dengan anak tanpa gangguan gadget. Interaksi anak dengan orang dewasa bisa mengasah kemampuan anak dalam berkomunikasi, etika sosial hingga memahami ekspresi wajah dan isyarat non verbal lainnya. Anak tidak akan menguasai semua kemampuan ini jika menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar gadget. 2. Memberi jadwal penggunaan gadget sesuai usia anak Berikut ini pedoman pemberian waktu bermain gadget pada anak sesuai usianya, berdasarkan rekomendasi dari American Academy of Pediatrics. Anak di bawah usia 18 bulan. Hindari penggunaan gadget kecuali untuk video-call Anak usia 2-5 tahun. Batasi penggunaan gadget hanya 1 jam perhari, dan usahakan anak hanya melihat hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi tumbuh kembangnya. Pendampingan sangat disarankan agar orangtua bisa menjelaskan apa yang dilihat anak di layar. Anak di atas usia 6 tahun. Batasi waktu anak dalam bermain gadget. Pastikan kegiatan rutinnya seperti tidur cukup, aktivitas fisik, dan lainnya tidak terganggu dengan kesenangan bermain gadget. 3. Orang tua mengedukasi diri soal gadget Sebelum memberikan gadget ke anak, orangtua harus tahu dulu apa saja aplikasi yang ada di sana. Agar bisa menyaring konten yang sesuai dengan umur anak. Jangan jadi orangtua yang gaptek, dan membiarkan anak terpapar konten negatif karena kita tidak mengerti. 4. Ajak anak untuk mengenal dan bermain permainan tradisional Kecenderungan keluarga Indonesia mengandalkan gadget sebagai alat permainan anak turut membawa dampak. Anak-anak cenderung berkutat di dalam rumah memeloti layar gadget. Definisi mengenai anakanak bermain pun berubah. Padahal permainan tradisional dikenal memiliki banyak manfaat bukan hanya bagi kesehatan fisik, tetapi juga secara psikologis, Menumbuhkan kesabaran, kreatifitas, meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan anak yang lain dan mengembangkan kemampuan motoric. Dengan banyak manfaatnya permainan tradisional, inilah penting mengenalkan kembali pada anak. Agar anak-anak sekarang bisa lagi bermain permainan ini dan membuat anak mau bergerak dan bermain di luar ruangan. Sebenarnya, gadget juga bisa menjadi alat belajar yang baik bagi anak. Asal diarahkan dengan benar, dan tentu saja tidak berlebihan dalam menggunakannya, hingga membuat anak malas bermain dengan teman atau bahkan enggan mengerjakan PR. Dan orangtua harus ingat, bahwa kecerdasan si kecil bukan ditentukan dari bagaimana pintarnya dia dalam menggunakan gadget atau ponsel Anda. Namun, dari cara dia berpikir dan mengatur waktu bermain dengan gadget sendiri. Kebijakan orangtua dalam menerapkan aturan penggunaan gadget pada anak menjadi faktor terpenting. Maksimalkan dampak positif gadget pada anak, dan minimalkan dampak buruknya. Mari bijak menggunakan teknologi, dan biarkan anak berkembang dengan baik tanpa hambatan. Sumber : id.theasianparent.com