Berapa Lama Sebaiknya Pengawas Bertugas di Sekolah? OLEH : DR.RAHMAT ( PENGAWAS KAB.BOGOR) Hasil studi Tim Kemendiknas ke Singapura tahun 2010 tentang agenda pelaksanaan tugas pengawas sekolah di negeri jiran membuktikan bahwa tugas pengawas di Indonesia berbeda dengan di Singapura. Pengawas sekolah di Singapura melakukan aktivitas kerja di sekolah tidak sebanyak di Indonesia. Namun demikian, prestasi belajar siswa Singapura seperti dalam bidang Matematika, menduduki peringkat yang berbeda jauh daripada Indonesia. Kehadiran di sekolah bukan satu-satunya alat ukur efektivitas kerja pengawas. (Rangking Matematika dan Sains Singapura) Berapa Lama Pengawas Di Singapura Bertugas di Sekolah? Pada awal tahun pelajaran pengawas berada di sekolah selama dua minggu, didampingi oleh anggota tim audit eksternal seperti tenaga ahli dari perguruan tinggi. Selama berada di sekolah dalam awal tahun pengawas memantau, menilai kinerja sekolah dalam satu tahun pelajaran yang telah dilampauinya. Hasil penilaian kinerja ini menjadi dasar untuk merumuskan program tahun pelajaran berikutnya. Jadi, selain menilai, pengawas sekolah mengarahkan kepala sekolah dalam menyusun program tahun yang akan dilaluinya. Menurut salah satu konsultan Ausaid, Pengawas di Australia melakukan tugas audit pada tiap akhir tahun pelajaran. Mereka berada di sekolah dan melakukan tugasnya selama 4 hari. Mereka dengan penuh tanggung jawab menilai dan mendeskripsikan kinerja sekolah. Hasilnya, adalah nilai progres sekolah dan sebagai dasar menentukan kebijakan berikutnya. Kembali ke Singapura, agenda pengawas selanjutnya hadir dan bekerja di sekolah memantau pelaksanaan program pada akhir semester. Di kesempatan ini pengawas memantau perkembangan pelaksanan program, memberikan pertimbangan dalam perbaikan mutu proses pengelolaan atau manajerial sekolah. Pada tiap bulan pengawas bertemu satu hari dengan para kepala sekolah dalam forum kerja kepala sekolah. Dalam forum ini pengawas bekerja sama dan mengarahkan kepala sekolah agar dapat mengelola sekolah dan menyelenggarakan pembelajaran yang efektif. Pengawas Singapura, menurut keterangan anggota tim, tidak dibebani tugas untuk membina guru. Pembinaan guru menjadi tanggung jawab MGMP sekolah yang dipandu oleh master teacher. Hal ini sesuai dengan kondisi guru-guru Singapura yang kebergantungan belajarnya pada dirinya sendiri dan guru senior dapat berperan sebagai pembimbing, pelatih, dan pengembang komptensi profesi. Melihat yang dilakukan oleh pengawas di Singapura tidak syarat waktu berada di sekolah, melainkan syarat dengan fungsi penilai dan pengarahan kepala sekolah. Menyangkut hal yang bersifat teknis didelegasikan kepada kepala sekolah. Pengawas menjalankan fungsi kontrol pada saat datang ke sekolah secara singkat. Pengelompokan Indikator Pelaksanaan Tugas Tatap Muka di Sekolah Lain di Singapura, lain di Indonesia. Pengawas di Indonesia mendapat beban tugas dahsyat. Kapasitas diri pengawas harus dikembangkan sendiri. Untuk bersekolah tak ada bea siswa untuk mereka. Dalam hal pekerjaan dari mulai pemberi motivasi, penilai kinerja manajerial hingga akademik ada di tangannya. Dari jumlah 30 indikator yang dapat dikelompokan dalam kegiatan tatap muka di sekolah yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. memantau pelaksanaan delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) menilai kinerja guru menilai kinerja kepala sekolah. membina, membimbing, dan melatih guru membina, membimbing dan melatih guru, kepala sekolah. membimbing kepala sekolah dalam menyusun program melaksanakan bimbingan dan pelatihan profesional guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan (pengawas utama). 8. mengevaluasi hasil bimbingan pada sekolah binaan. 9. Melaksanakan tugas penyiapan akreditasi 10. Melaksanakan kegiatan EDS 11. Melaksanakan tugas asesor dalam kegiatan akreditasi. Apabila melaksanakan kegiatan membina, membimbing, dan melatih guru dilakukan di luar sekolah, maka indikator yang pengawas lakukan dalam bentuk tatap muka di sekolah dapat menjadi lebih sedikit lagi. Berapa Lama Idealnya Pengawas Berada Di Sekolah? Dengan merujuk pada Kegiatan pengawas sekolah di Singapura, memperhatikan sejumlah indikator operasional pelaksanaan tugas pengawas di Indonesia maka pemerintah sebaiknya menetapkan berapa lama seorang pengawas harus berada di sekolah. Standar yang ditetapkan perlu mempertimbangkan keberadaan pengawas pada konteks geografis karena pengawas di perkotaan dengan jarak dari pusat kendali pendidikan tingkat kabupaten/kota yang relatif dekat berbeda dengan pengawas di berbagai daerah yang jarak tempuh ke sekolah binaannya jauh. Sebelum standar ditetapkan pemerintah, maka kita dapat membuat model komposisi waktu yang dibutuhkan seorang pengawas melaksanakan kegiatan tatap muka dan nontatap muka di sekolah binaan. Pengaturan waktu bergantung pula pada program pengawas dengan memanfaatkan 37,5 jam per minggu untuk melaksanakan pembinaan di sekolah dan pelaksanaan tugas yang lainnya. Dasar pertimbangan dalam mengalokasikan waktu pelaksanaan tugas pengawas; 1. Indikator opersional tugas pengawas lebih banyak yang masuk kategori kegiatan nontatap muka. 2. Secara empirik kebutuhan waktu pengawas untuk melakukan kegiatan administratif, pengembangan dan evaluasi pendidikan, dan pengembangan karya inovatif memerlukan waktu yang cukup banyak. 3. Kehadiran pengawas minimal satu kali sampai dua kali dalam tiap bulan ke tiap sekolah binaan sepanjang memenuhi standar prosedur pelaksanaan tugas manajerial dan akademik cukup memadai. 4. Kehadiran pengawas yang terlalu sering ke sekolah dapat menimbulkan dampak yang kontraproduktif karena tingkat kepadatan tugas guru dan kepala sekolah jika dilihat dari beban tugasnya sudah sangat padat, kecuali sekolah meminta pengawas hadir lebih daripada itu. 5. Setiap pengawas hadir ke sekolah tanpa persipan program serta perangkat administrasi pengawasan sulit diukur efektivitas kegiatannya, oleh karena itu aktivitas pengawas sebaiknya terprogram secara nasional terutama dalam mendorong peningkatan mutu sekolah dalam memenuhi standar SNP. 6. Pengawas memiliki sekolah binaan minimal 7 dan/atau 40 orang guru dalam mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran serta memiliki kewajiban membina kepala sekolah. Untuk melaksanakan kegiatan ini sebaiknya pengawas memiliki standar prosedur melaksanakan pemantauan, penilaian, pembinaan yang ditetapkan secara nasional untuk mendapatkan produk pengawasan yang terstandar. 7. Pengawas memiliki tanggung jawab pengawasan akademik dan manajerial yang meliputi dua aspek utama, yaitu, peningkatan dan penjaminan mutu. Untuk itu diperlukan pula panduan teknis yang sebaiknya dikembangkan rujukan teknis agar pekerjaan pengawas dapat sekurang-kurangnya memenuhi standar pelayanan minimal. Model pengaturan kehadiran pengawas dengan asumsi seorang pengawas memilliki beban membina delapan sekolah, maka idealnya pengawas mengalokasikan waktu kerja selama satu maksimal dua hari kerja pada tiap sekolah tiap bulan memungkinkan pengawas untuk bekerja lebih efektif dan akuntabel. Model pengaturan kegiatan tatap muka seperti itu mendorong pengawas bekerja di sekolah binaan selama 14 hari kerja di sekolah dalam realisasinya jumlah itu akan cenderung bertambah dengan adanya kegiatan di luar itu seperti pemantauaan penerimaan siswa baru, UN, ulangan umum, dan penilaian kinerja serta kegiatan lainnya. Sebagai konsekuensi dari pengaturan seperti di atas, maka yang diperlukan adalah adanya bukti fisik yang akuntabel dalam bentu adminstrasi, daftar hadir penunaian tugas kepengawasan seperti kolaborasi pengawas dalam penyusunan program, pengembangan instrumen pengawasan, pembahasan hasil pengawasan, hingga penyusunan laporan bersama pada tingkat kabupaten/kota. Untuk mendukung itu diperlukan struktur organisasi profesi handal. Eksistensi kepengurusan kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS) atau musyawarah kerja pengawas sekolah (MKPS) menjadi instrumen yang mutlak harus ada dan berfungsi untuk menunjang kerja pengawas yang lebih profesional dan akuntabel.