Makalah Sosiologi dan Arsitektur Di susun oleh : Asyqar Zahran Muazzin 190701075 Hazirul Harmi 190701085 Husaini 190701073 Reza Fahlefi 190701072 Taufik Aqsha 190701064 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY 2019 Sosiologi dan Arsitektur Dalam artian yang lebih luas, arsitektuencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis. Sosiologi adalah studi empiris dari struktur sosial (kemasyarakatan). Struktur sosial tidak sekedar hanya individu dan perilaku individu. Struktur sosial termasuk di dalamnya kelompok, pola sosial, organisasi, instruksi sosial, keseluruhan masyarakat, dan tentu saja perkotaan. Atau lebih jelasnya ilmu sosiologi adalah yang mengkaji atau menganalisis segi-segi kehidupan manusia bermasyarakat dalam kawasan kota atau perkotaan.. Sebuah buku berjudul Arsitektur, Komunitas dan Modal Sosial, mengupas tuntas tentang keterkaitan antara Arsitektur dan perilaku social. Dalam buku yang di tulis oleh Prof. Dr. M. Syaom Barliana ini membuka cakrawala keilmuan yang sangat penting. Buku ini mengajak kepada semua pihak yang terkait untuk memperhatikan setiap akibat dari perencanaan. Dengan sebuah kondisi nyata yang terjadi di masyarakat, kondisi umum yang terjadi di kotakota besar seperti konflik social, kekerasan, kerusuhan social, vandalism, alienasi, anomie, apatisme social dan kriminalitas. Ini merupakan realitas yang semakin tampak sebagai sebuah kecenderungan dan menjadi perilaku keseharian masyarakat kota di Indonesia (hal 2). Untuk menguatkan kondisi ini, penulis cukup banyak memberikan contoh terjadinya pergeseran perilaku masyarakat kota dalam kehidupan bermasyarakatnya. Semua pergeseran perilaku social ini ditarik benang merahnya terjadi karena penataan ruang dan arsitektur perumahan yang mengalami perubahan secara signifikan. Dengan menggunakan data-data yang cukup actual di lapangan dengan objek perumahan, seperti di perumahan Parahyangan Rumah Villa, Sarijadi, Sanggar Hurip Estate, Batununggal Indah, Riung Bandung, Gading Regency, Antapani, Taman dan Golf Arcamanik Endah. Data perumahan ini mengajak pembaca untuk mengetahui sisi-sisi lain yang jarang terungkap secara luas. Misalnya sebut saja kualitas arsitektur perumahan, yang mencakup tata atur lingkungan, fungsi arsitektur dan penampilan arsitektur. Dalam tata atur lingkungan, disinggung tentang pentingnya ruang terbuka. Ruang terbuka yang baik menjadi ruang public yang menjadi wadah bagi aktivitas khalayak untuk mengekspresikan kultur demokrasi, interaksi, relasi social, dan pertumbuhan peradaban masyarakat. Ini yang mendasari bahwa ketiadaan ruang terbuka bisa memberikan banyak akibat kondisi sebaliknya dari tatanan ideal adanya ruang terbuka. Bahasan yang menarik lainnya, yang merupakan ruh dari buku ini adalah bagian lima tentang hubungan arsitektur, perilaku spasial dan modal social. Konsep besarnya adalah manusia membentuk ruang dan ruang membentuk manusia. Ini menyangkut pada factor yang berpengaruh terhadap modal social antara lain: sejarah kebudayaan, struktur social (horizontal dan vertical), keluarga, pendidikan, lingkungan binaan, mobilitas hunian, kelas social dan kesenjangan ekonomi, karakteristik dan kekuatan masyarakat madani (civil society), serta pola konsumsi individu dan nilai-nilai personal. Arsitektur (lingkungan binaan) dan mobilitas resindensial merupakan determinan dalam pengembangan social. Salahsatu contoh yang dipaparkan dalam buku ini adalah kota Bandung hasil penelitian Lauren (2006). Pada perumahan urban di kota Bandung, mengenai hubungan antara tipologi bangunan dan morfologi kawasan dengan perilaku lingkungan, dilakukan dengan pendekatan situasional atau secara spesifik dikenal sebagai "pencegahan tindak criminal melalui perencanaan lingkungan (Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED). Penelitian terhadap objek studi kawasan perumahan dengan tingkat kriminalitas tinggi, sedang, dan rendah, menyimpulkan bahwa lingkungan dapat berperan dalam mengarungi peluang terjadinya tindak criminal. Penelitian ini mengungkapkan bahwa lingkungan yang ditata sedemikian rupa, yang pada satu sisi menyediakan partisipasi komunitas dan meningkatkan pengawasan pada sisi lainnya, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tindak kejahatan. Arsitektur berperan penting dalam perilaku spasial dan social. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi factor-faktor arsitektural terhadap modal social pada level perumahan menengah besar dan menengah kecil terjadi perbedaan yang signifikan. Pada perumahan menengah besar, kontribusi factor-faktor tersebut jauh lebih besar (54%) dibandingkan dengan pada perumahan menengah kecil (23%) dan sisanya ditentukan oleh factor-faktor lain. Hal ini disebabkan misalnya dalam masyarakat golongan menengah, oleh kecenderungan bersikap individualistis, sangat mementingkan privasi, serta menciptakan relasi social yang lebih didasarkan pada transaksi ekonomi. Sebaliknya dalam masyarakat golongan menengah ke bawah, seperti yang diungkapkan oleh Youngentob dan Mark Hostetler (2005) – sense of community, memelihara perasaan kebersamaan dalam komunitas, relasi dan interaksi yang didasari oleh transaksi social daripada motif ekonomi, serta memiliki ruang privasi yang lebih longgar. Atas dasar ini, factor pengaruh dan kontribusi lingkungan fisik tidak terlalu dominan mendorong peningkatan modal social. Namun demikian, seperti yang dituliskan buku ini, argument tersebut masih sangat hipotetikal dan perlu diteliti lebih lanjut, serta tidak lalu mereduksi temuan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi dan pengaruh signifikan dari factor, tata atur lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, identitas tempat dan teritorialitas arsitektur terhadap modal social. Masjid (tempat peribadatan) memiliki peran yang baik dalam membangun relasi social, adanya masjid memungkinkan warga penghuni saling berhubungan, berinteraksi. Masjid memperkuat modal social dengan tipologi bonding, salahsatu ciri khasnya adalah bahwa baik kelompok maupun anggota kelompok, lebih berorientasi ke dalam (inward looking) dibandingkan berorientasi ke luar (outward looking) dalam konteks ide, relasi, dan perhatian Arsitektur memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku social, budaya dan lingkungan hidup. Peran arsitektur sangat besar terhadap perubahan. Baik itu perubahan ke arah positif juga perubahan ke arah sebaliknya. Perubahan kearah sebaliknya ini yang kadang tidak disadari oleh arstitek. Dasar pikiran yang nyata bahwa perencanaan ruang yang semena-mena tanpa melihat karakteristik daerah, seperti banyaknya lahan yang seharusnya menjadi lahan untuk konservasi di habiskan oleh desain untuk kepuasan pengembang semata dan kebutuhan pasar. Fenomena ruang terbuka hijau yang kian lama menjadi sempit membuat masyarakat umum semakin sulit mengakses ruang bersama. Ketidakberadaan ruang publik ini adalah bencana tidak langsung yang pada akhirnya akan mengkotak-kotakan masyarakat dengan sikap egoistis dan individualistik, dengan sendirinya akan menghilangkan rasa kebersamaan yang menjadi ciri masyarakat timur. Dalam skala kecil, pembangunan rumah untuk keluarga dipengaruhi secara tidak langsung oleh kondisi lingkungan sosial dalam skala besar. Rumah adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia selain kebutuhan akan sandang dan pangan.manusia akan membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat berlindung dari segala macam ancaman. Sumber : http://wahana-arsitektur-indonesia.blogspot.com/2011/10/pemahaman-tentang-sosio-antropologi.html http://kumpulanmakalahsosiologi.blogspot.com/2014/05/putri-ghaida-barirohxb-tugas-sosio.html