BAB IV RUANG LINGKUP STUDI Dampak Penting Yang Ditelaah Tahap Pra Konstruksi … Tahap Konstruksi . Tahap Operasional ..... Komponen Lingkungan Hidup Yang Ditelaah Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian Batas Wilayah Proyek Batas Wilayah Ekologis Batas Wilayah Sosial Batas Wilayah Administrasi Batas Wilayah Studi Batas Waktu Kajian BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Kriteria Prakiraan Dampak Sifat Dampak Besaran Dampak Tingkat Kepentingan Dampak Dampak Pembangunan Depo Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasi Segmen Layang Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasi Pembangunan Segmen Bawah Tanah Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasional BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING Telaahan Terhadap Dampak Penting Keterkaitan Antar Dampak Pembangunan Depo MRT Jakarta Di Lebak Bulus Keterkaitan Antar Dampak Pembangunan Segmen Layang MRT Jakarta Ruas Sta. Lebak Bulus – Sta Sisingamangaraja Keterkaitan Antar Dampak Pembangunan Segmen Bawah Tanah MRT Jakarta (Sta. Sisingamangaraja – Sta. Bundaran HI) Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan BAB IV RUANG LINGKUP STUDI 4.1. Dampak Penting Yang Ditelaah Tabel 1. Tahap Kegiatan Proyek yang menimbulkan dampak besar dan penting A. Tahap Konstruksi 1. Kegiatan survey dan sosialisasi 2. Kegiatan pengadaan tanah (pembebasan lahan) 3. Kegiatan perizinan B Tahap Operasi . 1. 2. 3. 4. Kegiatan transportasi Bahan Baku Kegiatan Produksi Gula Kegiatan pembangkit Listrik Kegiatan fasilitas Pelayanan Umum 4.1.1. Tahap Konstruksi Kegiatan yang berlangsung selama proses konstruksi yang diamati diantaranya kegiatan survey dan sosialisasi; kegiatan pengadaan tanah (pembebasan lahan); dan kegiatan perizinan. A. Kegiatan survey dan sosialisasi Pada tahap pra-konstruksi, kegiatan yang dilakukan adalah survei lapangan yang meliputi survei topografi, survei geologi, survei kualitas udara, survei kebisingan dan getaran, survey hidrologi, dan pengadaan tanah. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak keresahan masyarakat dan persepsi masyarakat umum (kecemburuan sosial). B. Kegiatan pengadaan tanah (pembebasan lahan) Untuk pembangunan PT Madukismo diperlukan pengadaan tanah seluas ± 14 Ha. Di lahan yang diperlukan untuk proyek terdapat ± 64 unit bangunan. Pembongkaran bangunan yang terkena pembebasan lahan/pengadaan tanah dilakukan setelah serah terima ganti rugi atau kompensasi. Di sisi lain, utilitas umum seperti ; pipa air bersih, drainase, kabel listrik, kabel telepon dan menara (telekomunikasi), dan lain-lain dan fasilitas umum seperti masjid, patung, dan lain-lain yang terletak pada lokasi kegiatan dan terkena pembebasan lahan akan dibongkar/ dipindahkan setelah berkoordinasi dengan pengelola utilitas umum dan fasilitas umum tersebut. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak keresahan masyarakat dan konflik sosial. Selain itu kegiatan pembebasan lahan juga berdampak pada kebisingan yang mengganggu warga sekitar serta mengakibatkan polusi. C. Kegiatan perizinan Kegiatan yang telah dilakukan perizinan menjadi sah secara hukum dalam pelaksanaannya 4.1.2. Tahap Operasi Kegiatan yang berlangsung selama tahap operasional yang diamati diantaranya adalah transportasi bahan baku, kegiatan produksi gula, pembangkit listrik, dan fasilitas pelayanan umum. A. Transportasi Bahan Baku Dalam pembuatan gula, diperlukan bahan baku berupa tebu yang diambil dari luar pabrik Madukismo. Tebu diangkut menggunakan truk pengangkut tebu dan melewati pengangkutan menggunakan alat-alat berat diantaranya pengangkutan dengan hoist crane kemudian dibawa menggunakan lori yang ditarik menggunakan lokomotif untuk ke tempat pengolahan. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak bagi keselamatan pekerja maupun orang-orang di sekitar pabrik. Selain itu, truk pengangkut tebu juga berpotensi menjadi pencemar udara berupa debu polusi yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar truk. Lokomotif yang digunakan juga menimbulkan kebisingan bagi warga disekitar juga bagi pekerja yang mengoperasikan lokomotif. B. Kegiatan Produksi Gula Kegiatan produksi gula meliputi proses penggilingan, proses pemurnian, proses evaporasi, proses kristalisasi, dan analisa mutu. Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan nira dari serabut atau ampas pada batang tebu dan menekan kehilangan gula dalam ampas sekecil mungkin. Proses pemerasan tebu dilakukan menggunakan rangkaian gilingan. Penggunaan gilingan dapat meningkatkan potensi terjadinya kebisingan. . Proses pemurnian dilakukan di sebuah stasiun pemurnian. Tujuan dari pemurnian nira adalah untuk menghilangkan kandungan bukan gula sebanyak mungkin, dengan kerusakan gula dan gula reduksi sekecil-kecilnya.Penghilangan kotoran dilakukan dengan pengaturan kondisi proses sebaik mungkin, sehingga jumlah sukrosa maupun monosakarida yang rusak berkurang. Pada proses ini dampak yang mungkin terjadi adalah dampak yang disebabkan oleh limbah hasil proses pemurnian yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat beresiko menimbulkan bau dan mencemari tanah. Pada proses evaporasi atau penguapan digunakan energi panas untuk mengurangi kandungan air pada nira yang telah dimurnikan. Energi panas yang digunakan berasal dari kayu yang dibakar. Pembakaran kayu tersebut berpotensi menimbulkan dampak pencemar udara. Selain proses evaporasi, dampak yang sama juga dimungkinkan disebabkan oleh proses kristalisasi. Untuk menganalisis mutu dari proses pemurnian dan evaporasi dilakukan analisis menggunakan bahan-bahan kimia. Proses ini berlangsung di laboratorium dengan mengambil sampel dari kedua proses tersebut. Dari kegiatan ini akan meningkatkan produksi limbah yang dihasilkan oleh PT Madukismo sehingga berpotensi menimbulkan dampak bau dan pencemaran tanah apabila tidak dikelola dengan baik. C. Pembangkit listrik Pembangkit listrik yang digunakan oleh PT Madukismo berasal dari PLN dan juga dari mesin genset. Mesin genset yang digunakan berpotensi menimbulkan kebisingan dan polusi udara berupa gas CO yang tidak berbau tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan hingga kematian. D. Fasilitas Pelayanan Umum 4.2. Komponen Lingkungan Hidup Yang Ditelaah A. Komponen Fisik-Kimia Berbagai komponen lingkungan hidup fisik-kimia, diperkirakan akan terkena dampak oleh berbagai komponen rencana kegiatan PT Madukismo, baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasional. Secara singkat, komponen lingkungan hidup fisik-kimia yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, diuraikan berikut ini. 1. Iklim dan Kualitas Udara a. Iklim Komponen iklim sesungguhnya diperkirakan tidak akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana kegiatan, namun demikian komponen ini tetap perlu dikaji dalam studi ini, mengingat komponen ini akan sangat berpengaruh terhadap penyebaran dampak kualitas udara dan hidrologi. Adapun komponen iklim yang akan dikaji antara lain : 1) Tipe iklim 2) curah hujan 3) Temperatur 4) kelembaban udara, 5) kecepatan dan arah angin. b. Kualitas Udara kualitas udara diperkirakan akan terkena dampak langsung oleh rencana kegiatan dan persebarannya akan lebih diperkuat oleh kondisi iklim. Pada tahap konstruksi komponen lingkungan ini tidak akan terdampak, tetapi pada tahap operasional, komponen lingkungan ini akan mengalami dampak negatif karena itu, komponen lingkungan ini perlu dikaji secara mendalam. Adapun komponen iklim yang akan dikaji antara lain : 1) parameter NO2 (Nitrogen Dioksida) 2) parameter SO2 3) parameter TSP 4) Parameter CO (carbon monoksida) 5) Parameter PM10 2. Fisiografi Berbagai komponen rencana kegiatan pada tahap konstruksi diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup fisiografi, yang pada gilirannya dapat menimbulkan dampak. Karena itu, komponen fisiografi akan ditelaah secara mendalam, dengan parameter yang dikaji yaitu topografi dan kemiringan lahan. 3. Geologi Kondisi geologi dimungkinkan terjadi perubahan akibat dari pelaksanaan rencana kegiatan ini. Oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai dampak terhadap kondisi geologi. Adapun parameter yang dikaji, yaitu 1) Kondisi Geologi Saat ini 2) Karakteristik Tanah Dampak penting hipotetik pada kegiatan rencana pembangunan industri pangan di Kabupaten Bantul, yaitu : 4.3 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian Pada dasarnya, lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan perkiraan sejauh mana persebaran dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang mungkin terjadi akibat kegiatan proyek. Luas wilayah persebaran dampak tergantung dari karakteristik sumber dampak (jenis-jenis kegiatan proyek) dan sensitivitas lingkungan di lokasi proyek (tempat berlangsungnya kegiatan) dan sekitarnya. Kondisi lingkungan di wilayah studi sudah merupakan lingkungan binaan (perkotaan) yang didominasi oleh berbagai jenis bangunan serta prasarana dan sarana perkotaan. Oleh karena itu, penilaian sensitivitas lingkungan dilakukan melalui pendekatan analisis tipologi lingkungan binaan, tidak mungkin menggunakan kriteria alamiah. Pendekatan analisis tipologi lingkungan binaan, antara lain dapat menggunakan kriteria sebagai berikut : kepadatan penduduk; aktivitas; intensitas/kepadatan bangunan; dan, jaringan infrastruktur. Selanjutnya, penentuan batas wilayah studi dilakukan melalui pertimbangan batas tapak kegiatan, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif. Batas wilayah studi tersebut merupakan resultan dari batas tapak kegiatan, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif, dengan tetap mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi seperti keterbatasan sumber daya, waktu, tenaga dan metode yang dapat disediakan oleh Konsultan. Dasar penentuan batas wilayah studi Updating ANDAL, RKL, RPL ini secara rinci akan diuraikan pada subbab-subbab berikut ini. 4.4.1. Batas Wilayah Proyek Penetapan batas proyek adalah ruang untuk melakukan rencana usaha dan/atau kegiatan pada setiap tahapan kegiatan, yaitu tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap pasca Konstruksi. Batas wilayah proyek merupakan keseluruhan areal yang dipergunakan untuk kegiatan pembangunan PT Maadukismo seluas + 14 Ha. 4.4.2. Batas Wilayah Ekologis Batas ekologi ditetapkan dengan mempertimbangkan ruang persebaran dampak dari rencana kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan media transportasi material dalam bentuk padat dan cair yang merupakan material penting sebagai bahan terangkut dalam mekanisme aliran dan persebaran dampak. Batas ekologis lebih ditekankan pada pertimbangan aspek tata air dan gerakan udara atau angin. Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak rencana kegiatan pembangunan PT Madukismo, menurut media transportasi udara dan air, dimana proses alamiah yang berlangsung di ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Jenis dampak besar dan penting yang diperkirakan akan menyebar melalui media transportasi udara dan air masing-masing adalah perubahan kualitas air akibat pembuangan limbah cair pada tahap operasi, perubahan kualitas udara (terutama kandungan debu) akibat pengoperasian alat-alat berat pada tahap konstruksi, dan peningkatan kebisingan. Di samping itu, mungkin juga terjadi gangguan pada air tanah akibat kegiatan konstruksi. Mengacu pada karakteristik tipologi lingkungan dan berdasarkan pertimbangan persebaran dampak akibat media transportasi air dan udara, maka batas ekologis dalam studi ini ditetapkan berdasarkan pengaruh dampak kebisingan (media transportasi udara) mengingat wilayah persebarannya paling jauh. 4.4.3. Batas Wilayah Sosial Batas sosial merupakan ruang di sekitar tapak kegiatan tempat berlangsungnya interaksi sosial ekonomi-budaya sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar karena kegiatan pembangunan Jakarta MRT Lebak Bulus - Bundaran HI. Wilayah komunitas masyarakat yang berada dalam pengaruh dampak terhadap komponen fisik kimia, dengan radius yang bervariasi antara 40 - 180 m (diturunkan dari batas wilayah ekologis), antara lain meliputi : - Dusun Rogocolo - Dusun Patukan Kidul - Dusun Mrisi 4.4.4. Batas Wilayah Administrasi Batas-batas area madukismo adalah sebagai berikut : : 7°49'44.9"S 110°20'39.4"E Dusun Jogonalan Lor - Batas utara - Batas selatan : 7°50'08.9"S 110°20'38.7"E Dusun Glondong - Batas barat : 7°49'55.7"S 110°20'38.6"E Dusun Padokan Kidul - Batas timur : 7°49'46.7"S 110°20'55.0"E Dusun Jogonalan Kidul BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1 Kriteria Prakiraan Dampak Dampak penting hypotesis yang diperkirakan timbul karena pembangunan PT Madukismo, mengacu pada isu-isu lingkungan hidup yang timbul sebagai hasil pelingkupan ANDAL. Untuk dapat menentukan sifat, besaran dan tingkat kepentingan dampak dalam upaya melakukan analisis prakiraan dampak besar dan penting, digunakan kriteria prakiraan dampak sebagai berikut: 5.1.1 Sifat Dampak Sifat dampak dibedakan atas dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah jenis dampak yang menguntungkan bila ditinjau dari segi lingkungan hidup termasuk kehidupan manusia, sedangkan dampak negatif adalah dampak yang merugikan bila ditinjau dari segi lingkungan hidup, termasuk kehidupan manusia. 5.1.2 Besaran Dampak Besaran dampak dapat dibedakan atas tiga kategori, yaitu besar, sedang dan kecil yang penentuannya didasarkan atas besarnya perubahan kualitas lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kegiatan pembangunan MRT Lebak Bulus – Bundaran HI, atau besarnya perubahan kualitas lingkungan hidup sebelum dan setelah adanya kegiatan pembangunan, baik dikaji secara kuantitatif dan/atau kualitatif. 1. Besaran dampak dikategorikan besar, bila perubahan kualitas lingkungan hidup yang terjadi karena kegiatan mencapai lebih besar 30% dari kualitas lingkungan hidup semula. 2. Besaran dampak dikategorikan sedang, bila perubahan kualitas lingkungan hidup yang terjadi karena kegiatan mencapai 10-30% dari kualitas lingkungan hidup semula. 3. Besaran dampak dikategorikan kecil, bila perubahan kualitas lingkungan hidup yang terjadi karena kegiatan lebih kecil 10% dari kualitas lingkungan hidup semula. 5.1.3 Tingkat Kepentingan Dampak Dampak yang timbul karena rencana kegiatan dapat dikategorikan penting dan tidak penting dengan mempertimbangkan enam faktor penentu dampak penting, yaitu : 1. Jumlah penduduk yang terkena dampak 2. Luas wilayah sebaran dampak 3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung. 4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat kumulatif dampak 6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak. 5.2 Tahap Konstruksi 5.2.1. Meningkatnya Pencemaran Udara dan Kebisingan 5.2.1.1 Kualitas Udara Parameter kualitas udara yang digunakan untuk memprediksi dampak adalah NO2 dan TSP. parameter lain seperti SO2, CO dan Pb tidak akan diprediksi di sini, tetapi diperkirakan berdasarkan pengalaman masa lalu karena alasan berikut: Status saat ini (konsentrasi di udara ambien) dari ketiga parameter tersebut jauh di bawah standar kualitas (kurang dari 10%). Oleh karena itu meskipun emisi gas ditambahkan dari alat berat selama masa konstruksi, konsentrasi total (yang sudah ada dan tambahan) dianggap masih jauh di bawah standar kualitas. Penambahan polusi ke lingkungan dari alat berat untuk tahap konstruksi pada umumnya sangat kecil untuk parameter-parameter ini, sehingga parameter ini tidak diseleksi untuk prediksi dampak pada kasus AMDAL baru-baru ini di Jepang. 5.2.2.1.2 Kebisingan 1. Prosedur Prosedur penentuan untuk perkiraan dampak kebisingan pada tahap konstruksi terdiri dari enam tahapan. 2. Menentukan Target Tingkat Kebisingan Tidak ada standar kebisingan kegiatan pembangunan pada reseptor di Indonesia, sehingga sasaran tingkat kebisingan pada tahap konstruksi ditetapkan berdasarkan hasil survey kebisingan sepanjang jalur MRT dan standar di negara-negara asing. Gambar 5.1 5.2.2.1.3 Terganggunya Kegiatan Transportasi Umum Pembangunan PT Madukismo di Kecamatan Kasihan khususnya kegiatan konstruksi, seperti pekerjaan penyiapan lahan, pekerjaan pondasi dan pekerjaan konstruksi struktur atas, apabila tidak dilaksanakan dengan metode dan manajemen pelaksanan konstruksi yang tepat, dapat menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap kegiatan transportasi umum. Sifat dampak juga dapat dikategorikan negatif penting (NP) dengan pertimbangan antara lain : ● Dampak dapat bersifat kumulatif dengan dampak sejenis yang ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi lainnya; ● Dapat mempengaruhi komponen lingkungan hidup lainnya, misalnya kegiatan mobilitas sosial ekonomi masyarakat. 5.2.2.1.4 Timbulnya Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar Prosedur Kegiatan konstruksi pembangunan PT Madukismo, akan menimbulkan dampak fisik berupa getaran yang dapat menganggu kenyamanan dan kesehatan manusia, maupun terhadap bangunan di sekitarnya, seperti kerusakan plesteran, kaca pecah, rusak struktur dinding, kerusakan pondasi dan lain-lain. Tingkat gangguan terhadap kesehatan manusia tergantung pada frekuensi dan nilai tingkat getaran. Pada frekuensi 50 Hz dan nilai tingkat getaran simpangan (displacement) 12 cm sudah dirasakan menyakitkan. Sementara gangguan terhadap tingkat kerusakan bangunan tergantung dari frekuensi dan kecepatan getaran. Gambar 5.2 5.2.2.1.5 Gangguan Sanitasi Lingkungan Dampak ini akan muncul akibat pengoperasian base camp yang akan dibangun di ujung sebelah barat rencana bangunan pabrik, khususnya akibat limbah domestik dari para pekerja proyek (pekerja/pelaksana lapangan) yang tinggal di barak kerja. Base camp ini, selain akan dipergunakan untuk kepentingan pembangunan pabrik, juga akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan kantor perusahaan, walaupun mungkin hanya sebagian mengingat manajemen proyek pembangunan PT Madukismo secara keseluruhan akan dikelola oleh suatu konsorsium kontraktor pelaksana. Dari tabel di atas terlihat bahwa limbah cair yang dihasilkan adalah 797 m3. Kondisi tersebut cukup signifikan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan sanitasi di sekitarnya yang saat in (rona awal) tergolong baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak gangguan terhadap komponen sanitasi lingkungan dapat dikategorikan besar, serta sifat dampak juga tergolong dalam kategori negatif penting, dengan pertimbangan antara lain : intensitas dampak tergolong tinggi karena melebihi standar yang ditetapkan; persebaran dampak akan melebihi areal tapak kegiatan; dampak dapat bersifat kumulatif dengan limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh penduduk sekitarnya. banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak turunan. 5.2.2.1.5 Meningkatnya Resiko Penyakit Dampak ini merupakan akumulasi dari dampak yang diturunkan oleh pencemaran udara, kebisingan dan gangguan terhadap sanitasi lingkungan, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Pencemaran udara yang melewati baku mutu yang ditetapkan, dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit ISPA (inspeksi saluran pernafasan atas). Dampak kebisingan dapat meningkatkan resiko gangguan pendengaran dan mengganggu kenyamanan, yang apabila terpajan secara terus menerus dapat menimbulkan stres. Sedangkan gangguan terhadap sanitasi lingkungan dapat menimbulkan resiko timbulnya penyakit perut (khususnya disentri). Seluruh penduduk yang bermukim di sekitar tapak kegiatan (sampai radius sekitar 100 – 180 m dari tapak kegiatan) sangat beresiko untuk terkena penyakit tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan meningkatnya resiko penyakit tergolong dalam kategori dampak kecil dan bersifat negatif tidak penting, mengingat terhadap pencemaran udara, kebisingan dan gangguan terhadap sanitasi lingkungan hidup dapat di dilakukan dengan baik. BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING 6.1. Telaahan Terhadap Dampak Penting Berdasarkan hasil prakiraan besaran dampak penting hipotetik dan penentuan sifat penting dampak pada bab terdahulu, maka pada bagian ini akan diuraikan lebih lanjut adalah komponen lingkungan yang intensitas dampaknya besar (baik positif maupun negatif) dan bersifat penting serta dampak yang intensitasnya kecil (baik positif maupun negatif) dan bersifat penting. Secara keseluruhan komponen kegiatan Rencana Pembangunan Industri Pangan di Kabupaten Bantul diperkirakan akan menimbulkan dampak penting pada tahap konstruksi dan tahap operasional. Pada tahap konstruksi terdapat 3 (tiga) jenis kegiatan dan pada tahap operasional terdapat 4 (empat) jenis kegiatan. Komponen lingkungan yang akan terkena dampak kegiatan tersebut berjumlah 4 (empat) komponen lingkungan, mencakup aspek fisik-kimia, Fisiografi, dan geologi. Untuk melihat keterkaitan antara komponen kegiatan yang menimbulkan dampak penting dan komponen lingkungan yang akan terkena dampak, baik dampak positif maupun negatif dapat dilihat pada matrik evaluasi dampak penting. Untuk melihat apakah dampak yang ditimbulkan bersifat langsung (dampak primer) atau tidak langsung (dampak sekunder) menggunakan bagan alir evaluasi dampak pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2. Dengan mempertimbangkan metode evaluasi dampak besar dan penting yang dipakai, maka untuk dapat mengetahui kelayakan karakteristik kegiatannya, maka pembangunan MRT Jakarta Rute Lebak Bulus – Bundaran HI dibagi dalam 2 (dua) kegiatan, yakni: Pembangunan Depo MRT Jakarta di Lebak Bulus, Pembangunan Segmen Layang MRT Jakarta (Sta. Lebak Bulus – Sta. Sisingamangaraja) dan Pembangunan Segmen Bawah Tanah MRT Jakarta (Sta. Sisingamangaraja - Bundaran HI). Berdasarkan atas pendekatan baku mutu lingkungan dan/atau professional judgement, maka kualitas lingkungan hidup dikelompokkan atas lima kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik/sedang, buruk dan sangat buruk dengan skala kualitas dan angka penilaian seperti yang disajikan dalam tabel 6.1. Selain itu, evaluasi dampak besar dan penting dengan metode EQAM terkait pula dengan prioritas atau bobot dari setiap komponen lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan pembangunan MRT Jakarta Lebak Bulus – Bundaran HI yang penilaiannya mempertimbangkan seberapa besar pengaruh dari perubahan komponen lingkungan hidup tersebut yang disebabkan oleh rencana kegiatan ditinjau dari kepentingan manusia dan lingkungan hidup secara keseluruhan. Untuk itu tingkat prioritas pengelolaan atau bobot lingkungan dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, kurang tinggi dan rendah dengan skala prioritas dan angka penilaian seperti yang terlihat pada tabel 6.2. Skala prioritas atau bobot untuk setiap komponen lingkungan dapat dilihat pada kolom (1) dalam tabel 6.3, tabel 6.4, dan tabel 6.5 6.2. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan A. Hasil Prakiraan dan Evaluasi Dampak Besar Dan Penting. Dari hasil prakiraan dan evaluasi dampak besar dan penting, kegiatan Pembangunan Industri Pangan di Kabupaten Bantul dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, baik positif maupun negatif, namun masih dalam batas-batas yang diperkenankan sehingga kegiatan tersebut masih layak ditinjau dari segi lingkungan hidup. Dampak besar dan penting yang menjadi isu utama kegiatan Pembangunan Industri Pangan di Kabupaten Bantul adalah : Sdbab4 B. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk menangani dampak-dampak yang timbul akibat kegiatan pembangunan Industri Pangan di Kabupaten Bantul secara keseluruhan, yang dilakukan dengan pendekatan : 1) Pendekatan teknologi berupa tata cara atau usaha teknologi yang dapat dilakukan oleh pengelola kegiatan untuk mengendalikan, mencegah dan menangulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif kegiatan. 2) Pendekatan sosial ekonomi berupa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dari pemerintah daerah dan instansi terkait dalam upaya menangani dampak yang timbul sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sehingga Pemrakarsa atau Pengelola kegiatan dapat melaksanakan pengelolaan lingkungan secara wajar dan proporsional serta pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan tersebut layak ditinjau dari segi ekonomi. 3) Pendekatan institusional, berupa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi serta sinkronisasi dari berbagai instansi untuk menangani dampak yang timbul sehingga pengelolaan lingkungan hidup oleh Pemrakarsa atau Pengelola kegiatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil optimal. Arah pengelolaan lingkungan hidup untuk menangani dampak besar dan penting dalam RKL mencakup bahasan sebagai berikut : a) Sumber dampak dan komponen lingkungan hidup yang mengalami perubahan mendasar b) Tolok ukur dampak c) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup d) Pengelolaan lingkungan hidup e) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup f) Periode pengelolaan lingkungan hidup g) Institusi pengelolaan lingkungan hidup, seperti pelaksana, pengawas, dan penerima laporan C. Arah Pemantauan Lingkungan Hidup. Pemantauan lingkungan hidup dimaksudkan untuk memantau kondisi lingkungan hidup yang terkena dampak setelah atau sebelum dilakukan pengelolaan lingkungan hidup serta memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan dengan pendekatan : 1) Memanfaatkan sistem pelaporan bagian proyek yang ada 2) Melakukan pengukuran, pengamatan dan pengawasan di lapangan 3) Melakukan pengecekkan kondisi lingkungan hidup secara berkala 4) Melakukan evaluasi dampak lingkungan hidup Arah pemantauan lingkungan hidup dalam RPL mencakup bahasan materi sebagai berikut : 1) Dampak penting yang dipantau 2) Sumber dampak 3) Tujuan pemantauan lingkungan hidup 4) Metode pemantauan lingkungan hidup, yang terdiri dari : - Metode pengumpulan dan analisis data - Lokasi pemantauan lingkungan hidup - Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan hidup 5) Institusi pemantauan lingkungan hidup, seperti pelaksana, pengawas, dan pemerima laporan.