Pengaruh Kebisingan Arifatul Chorida (M0209008) Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan, meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Sedangkan bunyi sendiri adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Kebanyakan suara merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Faktor-faktor suara juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Dari WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM & PLP, Depkes RI (1995), menyatakan bahwa 8 – 12% penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan meningkat, dan pada tahun 2001 diperkirakan 120 juta penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran . empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara Lalu lintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan. Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap seseorang secara baik secara fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari. Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi. Sedangkan kebisingan dilingkungan kerja/ industri dapat berdampak lain keluhan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasim serta gangguan gangguan terhadap keseimbangan, pendengaran (ketulian). Lebih jelasnya lagi adalah : 1. Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, gangguan metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. 2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ni menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunnya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. 4. Gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain. 5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian) Diantara sekian banyak ganguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah ganguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus-menerus ditempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. ☊ Tuli sementara (Temporary treshold Shift = TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, maka akan menyebabkan penurunan daya pendengaran yang bersifat sementara. Jika melakukan istirahat dengan waktu yang cukup maka daya pendengarannya akan pulih kembali ke ambang dengar semula dengan sempurna. ☊ Tuli menetap ( Permanenet Treshold Shift = PTS) Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipebgaruhi oleh faktor-faktor berikut : Tingginya level suara Lama paparan Spektrum suara Temporal patern (bila kebisingan kontinyu maka kemungkinan terjadi PTS akan lebih besar) Kepekaan individu Pengaruh obat-obatan Beberapa obat dapat memperberat pengaruh ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya streptomycin, kansmycin, dan beberapa obat lainnya. Keadaan kesehatan quinine, aspirin, Sumber : Mansyur, Muchtaruddin. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan. Job Training Petugas Pengawas Kebisingan, Yogyakarta, 2003. Departemen Kesehatan RI, Pelunjuk Pelaksanaan Pen gawasan Keb isingan.Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1995. WHO. Occupational and Community Noise. Fact sheet no.258 Revised February 2001, 2001. http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/bunyi-dan-kebisingan/